You are on page 1of 25

MAKALAH

Sistem Filsafat dan Konstribusinya terhadap Pendidikan

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Dr. Hj. Arba’iyah YS., MA

Disusun Oleh :

1. Bintana Cahya Kamila (06010522004)


2. Denia Septi Dwi Lestari (06010522005)
3. Divani Raniadi (06010522006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem filsafat Dan
Kontribusinya Terhadap Pendidikan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang berbagai macam Sistem Filsafat Dan Kontribusinya Terhadap
Pendidikan bagi para pembaca maupun penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Arba’iyah YS., MA selaku dosen
mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga dapat kami gunakan sebagai refrensi untul menyelesaikan
makalah ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena itu,
segala macam saran dan kritikan kami nantikan agar dapat disempurnakannya lagi makalah
ini.

Surabaya, 3 Oktober 2023

Tertanda,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH...............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3

RUMUSAN SISTEM FILSAFAT..........................................................................................3

A. Ontologi.......................................................................................................................3

B. Metafisika....................................................................................................................4

C. Epistemologi................................................................................................................5

D. Aksiologi.....................................................................................................................6

E. Logika.............................................................................................................................7

BAB III......................................................................................................................................9

KONTRIBUSI SISTEM FILSAFAT PADA KONSEP PENDIDIKAN.............................9

A. Kontribusi Ontologi.....................................................................................................9

B. Kontribusi Metafisika................................................................................................10

C. Kontribusi Epistemologi............................................................................................13

D. Kontribusi Aksiologi.................................................................................................15

E. Kontribusi Logika.........................................................................................................16

BAB IV....................................................................................................................................19

PENUTUP...............................................................................................................................19

iii
A. Kesimpulan................................................................................................................19

B. Saran..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ontologi Mata kuliah filsafat prestasi akademik merupakan salah satu komponen
disiplin ilmu filsafat yang berfokus pada aspek pendidikan. Metafisika didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan tentang apa yang ada di luar fisik, yang dimulai secara
sistematis pada awal abad keempat sebelum masehi atas prakarsa Aristoteles.
Epistemologi adalah komponen integral dari filsafat dalam sistem filosofis. Ontologi
adalah proses berpikir tentang "ada", yaitu apa yang dipikirkan dan apa yang dipikirkan.
Aksiologi, di sisi lain, adalah teori nilai yang berusaha menjelaskan manfaat, kegunaan,
dan fungsi dari objek yang dipikirkan. Logika merupakan ajaran berpikir secara ilmiah
mengenai pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran.
Studi tentang ontologi dapat dikaitkan dengan pokok bahasan yang diselidiki oleh
ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam, dan hal ini dapat dikategorikan ke dalam dua
klasifikasi yang berbeda: pertama, komponen fisik dari ilmu pengetahuan, yang
merupakan objek ilmu pengetahuan yang dapat dialami, didengar, dilihat, dan dirasakan.
Ilmu pengetahuan, filsafat politik, sosial, budaya, dan bidang psikologi adalah beberapa
contohnya. Kedua, objek pendidikan yang bersifat non material. Scientia Sacra membuka
permintaan normal dan rintangan-rintangan Sains, ilmu Fisika, Aritmatika, Ilmu
Pengetahuan dan lain-lain. Epistemologi mengkaji bagaimana informasi diperoleh.
Seperti yang diindikasikan oleh Jujun S. Suriasumantri, percaya adalah sebuah gerakan
psikologis yang dapat menciptakan sebuah ilmu pengetahuan. Aksiologi terdiri dari dua
hal utama yaitu etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat yang membicarakan
tentang perilaku orang baik baik maupun buruk. Sedangkan estetika merupakan penilaian
yang memandang karya manusia berdasarkan indah dan buruknya. Logika merupakan
jembatan penghubung antara filsafat dan ilmu. Teori penalaran yang sah ini kemudian
ditarik menjadi suatu kesimpulan, yakni dengan pertimbangan akal yang runtut serta
dituntut untuk mengandung kebenaran secara isi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem filsafat ontologi?
2. Apa pengertian sistem filsafat metafisika?
3. Apa pengertian sistem filsafat epistemologi?
4. Apa pengertian sistem filsafat aksiologi?
5. Apa pengertian sistem filsafat logika?
6. Apa saja kontribusi sitem filsafat ontologi?
7. Apa saja kontribusi sistem filsafat metafisika?
8. Apa saja kontribusi sistem filsafat epistemologi?
9. Apa saja kontribusi sistem filsafat aksiologi?
10. Apa saja kontribusi sistem filsafat logika?

C. Tujuan
1. Dapat memahami pengertian sistem filsafat ontologi
2. Dapat memahami pengertian sistem filsafat metafisika
3. Dapat memahami pengertian sistem filsafat epistemologi
4. Dapat memahami pengertian sistem filsafat aksiologi
5. Dapat memahami pengertian sistem filsafat logika
6. Dapat memahami kontribusi sistem filsafat ontologi
7. Dapat memahami kontribusi sistem filsafat metafisika
8. Dapat memahami kontribusi sistem filsafat epistemologi
9. Dapat memahami kontribusi sistem filsafat aksiologi
10. Dapat mengetahui kontribusi sistem filsafat logika

2
BAB II

RUMUSAN SISTEM FILSAFAT

A. Ontologi
1. Rumusan Ontologi Menurut Para Ahli

Ontologi Mata kuliah filsafat prestasi akademik merupakan salah satu komponen
disiplin ilmu filsafat yang berfokus pada aspek pendidikan. Filsafat Pendidikan akan
membahas pendidikan secara detail dengan melakukan penalaran deduktif filosofis yang
kritis dan mendasar. Landasan ontologis pendidikan akan mengkaji hakikat keberadaan
pendidikan jika dibandingkan dengan hakikat keberadaan manusia. Hakikat kebenaran
yang dihubungkan dengan kebenaran teori-teori pendidikan akan ditelusuri oleh landasan
epistemologis pendidikan. Landasan aksiologis pendidikan akan diselidiki. Penerapan
teori-teori pendidikan yang berkaitan dengan tujuan pendidikan, terutama yang berkaitan
dengan nilai dan norma moral, akan dibicarakan dalam landasan aksiologis pendidikan
(Suharto, 2011: 29).1
Istilah ontologi yang berasal dari bahasa Yunani dan terdiri dari dua kata: ta onta yang
berarti "yang ada" dan logi yang berarti ilmu pengetahuan atau pengejaran pengetahuan.
Ontologi kemudian mengacu pada studi atau memberikan instruksi tentang keberadaan
hingga hari ini. Dalam istilah yang paling sederhana, ontologi adalah studi filosofis
tentang keberadaan, juga apa yang harus ada dan apa yang secara teoritis bisa ada.
Ontologi mempelajari sifat dari apa yang sepenuhnya nyata dan berbagai cara di mana
entitas (seperti objek fisik keinginan, benda, dll.) berasal dari kategori logis yang berbeda
(ada). Dalam pengertian klasik, (apakah itu objek nyata, universal, abstraksi) ada
(hubungan) Studi tentang sifat eksistensi, atau apa yang membuat suatu produk ada,
kadang-kadang disebut sebagai kerangka kerja ontologis.2
Objek bukti yang cukup dari kerangka kerja ontologis adalah apa yang ada, lebih
khusus lagi keberadaan diri sendiri, keberadaan umum, keberadaan yang terbatas,
keberadaan yang tidak terbebani, keberadaan universal, keberadaan yang tidak dapat
diubah, termasuk fenomena kosmik dan metafisika, dan keberadaan setelah kematian,
1
Sri Soeprapto, ‘Landasan Aksiologis Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Dalam Perspektif Filsafat
Pendidikan’, Cakrawala Pendidikan, 0.2 (2013), 266–76.
2
Halik Ahmad, ‘Ilmu Pendidikan Islam: Perspektif Ontologi, Epistemologi, Aksiologi’, Istiqra’, 7.2 (2020), 10–
24.

3
serta sumber dari semua yang ada. Untuk metode analisis kualitatif, sifat dari semua
realitas adalah objek fundamental dari ontologi. Studi ini menjadi studi tentang monisme,
paralelisme, atau pluralisme sebagai konsekuensi dari pendekatan kualitatif. 3

2. Rumusan Ontologi Menurut Mahasiswa

Ontologi menurut mahasiswa, ontologi adalah sebuah cabang ilmu filsafat yang yang
yang fokus pada sesuatu yang telah ada.

B. Metafisika
1. Rumusan Metafisika Menurut Para Ahli

Ornstein dan Levine (2008) menetapkan metafisika sebagai studi tentang substansi
tertinggi dari realitas atau eksistensi hingga hari ini. Studi metafisika menyelidiki
prinsip-prinsip dasar dari realitas, atau 'elemen awal yang tidak dapat didefinisikan' yang
darinya pengetahuan atau fakta-fakta yang tidak dapat diubah dapat diturunkan.
Metafisika, atau meta berasal dari istilah Yunani "meta" (yang dapat diterjemahkan
sebagai "di luar", "pada", atau "setelah") dan physika yang berarti "fisika". Secara
harfiah, istilah ini berarti 'hal-hal yang terjadi setelah fisikawan'. Namun, istilah
metafisika diperkirakan berasal dari Simplicius, seorang filsuf Neo-Platonis. Dalam
konteks ini, metafisika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang apa yang ada di
luar fisik, yang dimulai secara sistematis pada awal abad keempat sebelum masehi atas
prakarsa Aristoteles.4

Metafisika adalah disiplin akademis pemikiran filosofis yang berfokus pada sifat di
balik alam semesta fenomena. Metafisika melampaui kesempatan yang menjadi objek
keinginannya, melampaui apa yang dapat dipahami oleh masing-masing panca indera
kita.5

Metafisika adalah studi tentang keadaan akhir, yang berarti bahwa setiap lembaga
pendidikan konsep yang telah disampaikan oleh manusia harus didasarkan pada
kebenaran dan kenyataan agar terbebas dari ilusi dan pikiran irasional. agar terbebas dari
sejumlah ilusi dan angan-angan, perilaku di antara manusia harus dikembangkan
berdasarkan fakta dan kenyataan. Keyakinan metafisik yang berbeda pada akhirnya
menghasilkan pendekatan lembaga pendidikan yang berbeda dan komponen-komponen
3
Ahmad.
4
Hubungan Filsafat and D A N Kurikulum, ‘Hubungan Filsafat, Pendidikan, Dan Kurikulum 2013’, 2013, 1–38.
5
Filsafat and Kurikulum.

4
sistem. Bahkan keyakinan metafisik memiliki dampak langsung pada isu-isu pendidikan
seperti konten kurikulum yang paling penting, sistem pendidikan apa yang harus
diupayakan untuk manusia dan masyarakat secara keseluruhan, peran profesional
pendidikan, hubungan antara pendidik dan peserta didik, dan sebagainya.6

2. Rumusan Metafisika Menurut Mahasiswa

Metafisika menurut mahasiswa, Metafisika merupakan cabang ilmu filsafat yang


mengkaji tentang hal hal yang melampaui kemampuan pancaindra manusia.

C. Epistemologi
1. Rumusan Epistemologi Menurut Para Ahli

Epistemologi adalah komponen integral dari filsafat dalam sistem filosofis. Dengan
pengecualian pada filsafat epistemologi, sistem filsafat juga melibatkan ontologi dan
aksiologi. Epistemologi adalah kerangka teori pengetahuan yang menjelaskan bagaimana
cara mendapatkan data yang diperoleh dari suatu objek pemikiran. Ontologi adalah
proses berpikir tentang "ada", yaitu apa yang dipikirkan dan apa yang dipikirkan.
Aksiologi, di sisi lain, adalah teori nilai yang berusaha menjelaskan manfaat, kegunaan,
dan fungsi dari objek yang dipikirkan.7

Dalam sebuah karya literatur Departemen Pendidikan, Ornstein dan Levine (2008)
berpendapat bahwa kata epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme, kata yang
diterjemahkan sebagai "pengetahuan, kesadaran," dan logos, yang merepresentasikan
"kata, pemikiran, pembicaraan, atau pengetahuan." Konsep epistemologi mengacu pada
pengetahuan seseorang atau sekelompok orang. Epistemologi, yang juga disebut sebagai
"studi teoretis tentang pengetahuan," adalah bidang filsafat yang berfokus pada alasan
untuk mengetahui, karakter/sifat, dan ruang lingkup kepercayaan pengetahuan.
Epistemologi, dalam istilah yang paling sederhana, adalah penelitian dan penyelidikan
tentang pengertian alamiah, sumber informasi, dan keakuratan pengetahuan.
Penyelidikan ini mencoba menjawab tantangan mendasar seperti, "Apa yang benar?"
Bagaimana Anda mendorong pernyataan mana yang benar? Jadi epistemologi dapat
dipisahkan menjadi dua bagian: konten pemikiran dan pemikiran itu sendiri. Kurikulum
sekolah dan juga memberikan instruksi, pada dasarnya adalah materi pelajaran dan

6
Filsafat and Kurikulum.
7
Roziq Syaifudin, ‘Epistemologi Pendidikan Islam Dalam Kacamata Al-Ghazali Dan Fazlur Rahman’,
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 8.2 (2013) <https://doi.org/10.21274/epis.2013.8.2.323-346>.

5
metode penelitian mereka, dalam bahasa pendidikan yang tidak familiar. Epistemologi
adalah studi tentang pertanyaan-pertanyaan yang membahas kekokohan pemahaman
serta keandalan sumber-sumber tempat kita memperoleh informasi.8

Epistemologi, yang juga disebut sebagai teori pembelajaran, adalah area akademis
filsafat yang berfokus pada konteks historis, struktur, pendekatan metodologis, dan
keandalan ilmiah pengetahuan. Dalam epistemologi, ada minimal tiga alat (instrumen)
yang dimiliki manusia untuk mendapatkan pengetahuan: 1). Panca indera untuk
menangkap realitas empiris, sistem kognitif untuk memilah-milah informasi yang
diperoleh indera, dan pusat emosi "irfan" untuk merekam pancaran konseptual-
suprarasional yang dimiliki pengetahuan dari sumbernya (Tuhan). Ketiganya sangat
penting karena orang tidak dapat memperoleh pengetahuan yang benar tanpa ketiga
instrumen yang disebutkan di atas. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, maka
pelaksanaan pendidikan Islam membutuhkan landasan epistemologi yang tidak
kompromistis. Sehingga pendidikan Islam dapat diberikan informasi secara ilmiah dan
diterima, serta disatukan dengan epistemologi sebagai prinsip pengorganisasian (Mulhan,
2013). Tanpa landasan epistemologi yang kokoh, pendidikan Islam akan terjebak dalam
pusaran operasional ideologi globalisasi.9

2. Rumusan Epistemologi Menurut Mahasiswa

Epistemologi menurut mahasiswa, Epistemologi merupakan cabang ilmu filsafat yang


mengkaji hal-hal tentang sumber, ruang lingkup, sifat-sifat/watak atau biasa disebut juga
dengan teori pengetahuan.

D. Aksiologi
1. Rumusan Aksiologi Menurut Para Ahli
Para ahli merencanakan makna aksiologi sebagai berikut:
a) Jujun. S Suriasumantri: Aksiologi menyiratkan hipotesis tentang nilai signifikan
yang berhubungan dengan kenyamanan informasi yang diperoleh. Aksiologi lebih
berpusat pada nilai kemanfaatan ilmu pengetahuan.10

8
Filsafat and Kurikulum.
9
Syaifudin.
10
Budi Triandi, ‘Keamanan Informasi Secara Aksiologi Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0’,
JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), 6.5 (2019), 477–83
<http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom/article/view/1556>.

6
b) Bramei: Aksiologi dibagi menjadi 3 bagian penting, yaitu aktivitas moral yang
menghasilkan moral, artikulasi keagungan yang menghasilkan rasa, dan
kehidupan sosial dan politik yang menghasilkan cara berpikir yang bersahabat
dan politis.11
c) Ahmad Hasibuan: Aksiologi dibandingkan dengan Nilai dan Penilaian yang
menandakan "Nilai yang luar biasa" sebagai hal yang teoritis, hal yang
substansial atau sebagai kata tindakan.12
d) Muhammad Noor Syam: Aksiologi adalah bidang yang meneliti nilai-nilai. Nilai
dan konsekuensi dari aksiologi dalam pendidikan adalah pelatihan yang melihat
dan mengkoordinasikan semua kualitas (nilai aktivitas moral, nilai artikulasi
keagungan, dan nilai kehidupan sosial-politik) dalam eksistensi manusia dan
memasukkannya ke dalam karakter anak muda. Pertanyaan yang berhubungan
dengan aksiologi adalah hebat atau hebat sekali?13
e) Hasbullah Bakry: Aksiologi atau hipotesis nilai yang berbicara tentang
pemanfaatan informasi.14
f) Jalaluddin: Ilmu pengetahuan (informasi) dan nilai-nilai (etika) adalah satu
kesatuan. Ketika mendiskusikan ilmu pengetahuan, berarti mendiskusikan nilai-
nilai, dan juga berarti mendiskusikan aksiologi.15
2. Rumusan Aksiologi Menurut Mahasiswa
Aksiologi adalah bagian dari penalaran yang berkonsentrasi pada kualitas atau standar
ilmu pengetahuan. Mengenai dirinya sendiri dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya, kata-kata adil dan tidak masuk akal, sah dan curang, baik dan
buruk, hebat dan mengerikan.

E. Logika
1. Rumusan Logika Menurut Para Ahli
Secara etimologis, logika berasal dari bahasa Yunani yakni logos yang berarti kata,
pikiran, atau berpikir. Secara terminologi, logika merupakan hasil dari pertimbangan
akal dan pikiran yang disampaikan melalui kata-kata. Logika merupakan salah satu
11
Triandi.
12
‘Lihat Pada Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: Rosda Karya, 1997), Hal. 42 Ahmad Tafsri, Filsafat
Umum...., Hal 41-44’, 1997, 1–21.
13
Nur Afni Puji Rahayu, ‘Tinjauan Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi Peningkatan Ketereampilan Menulis
Deskripsi Melalui Model Kooperatif Tipe Round Table’, Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 11.1
(2021), 133–39.
14
Ahmadi Ahmadi, Afroh Nailil Hikmah, and Agus Yudiawan, ‘Ilmu Dan Agama Dalam Perspektif Filsafat
Ilmu’, Al-Fikr: Jurnal Pendidikan Islam, 7.1 (2021), 12–25 <https://doi.org/10.32489/alfikr.v7i1.108>.
15
G.A. Sulistyarini, D. & Zainal, Buku Ajar Retorika, CV. AA. Rizky, 2018, LI.

7
cabang dari ilmu filsafat, ilmu ini diartikan sebagai ilmu yang bertujuan untuk
16
memiliki kecakapan berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Berikut merupakan
gagasan mengenai definisi logika menurut beberapa ahli:
a) Menurut Aristoteles, logika merupakan ajaran berpikir secara ilmiah mengenai
pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran. Logika yang pada
awalnya dikembangkan oleh Aristoteles sebagai ilmu rasional ini kemudian
dikembangkan oleh para ahli di abad tengah yang disebut logika tradisional atau
logika klasik. Pada akhir abad ke-19, logka tradisional dikembangkan oleh Gorge
Booner menjadi logika modern atau logika simbolik. 17
b) Menurut The Liang Ge, logika merupakan suatu cabang ilmu dalam filsafat
yang mempelajari tentang asas-asas berpikir yang benar.
c) Menurut William Alston, logika adalah studi tentang penyimpulan, yang
digunakan untuk merancang kesimpulan-kesimpulan berdasarkan yang valid
dan tidak valid. 18
d) Menurut Sheldon Lachman, logika merupakan ilmu sistematis mengenai
penyusunan dan pengembangan dari peraturan formal, prosedur normatif, dan
kriteria penyimpulan yang valid. 19
e) Menurut Louis O Kattsoff, logika merupakan pertimbangan akal dan pikiran
yang diutarakan ke dalam bentuk bahasa.
2. Rumusan Logika Menurut Mahasiswa
Dari gagasan-gagasan para ahli mengenai definisi logika, oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa logika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sesuatu
yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dari penalaran yang valid.

16
T Heru Nurgiansah, ‘Filsafat Pendidikan’, Filsafat Pendidikan, 2020, 13.
17
Verdi Yasin, Muhammad Zarlis, and Mahyuddin K.M. Nasution, ‘Filsafat Logika Dan Ontologi Ilmu
Komputer’, Journal of Information System, Applied, Management, Accounting and Research, 2.2 (2018), 68–75.
18
Sendy Aprilian Junaidi, ‘MAKALAH PENGANTAR LOGIKA “Pengertian Logika Dan Ruang Lingkup
Logika”’, 2016.
19
Junaidi.

8
BAB III

KONTRIBUSI SISTEM FILSAFAT PADA KONSEP PENDIDIKAN

A. Kontribusi Ontologi
Studi tentang ontologi dapat dikaitkan dengan pokok bahasan yang diselidiki oleh
ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam, dan hal ini dapat dikategorikan ke dalam dua
klasifikasi yang berbeda: pertama, komponen fisik dari ilmu pengetahuan, yang
merupakan objek ilmu pengetahuan yang dapat dialami, didengar, dilihat, dan dirasakan.
Ilmu pengetahuan, filsafat politik, sosial, budaya, dan bidang psikologi adalah beberapa
contohnya. Kedua, objek pendidikan yang bersifat non material. Benda-benda non-
material ini, tidak seperti benda-benda material, tidak dapat didengar, dilihat, dan
dirasakan. Efek akhir dari objek non-materi ini adalah pemenuhan yang lebih tinggi
dalam roh. Benda-benda yang menjelaskan tentang Roh Kudus sifat dan wujud Allah,
misalnya.

Poin-poin berikut ini adalah fitur-fitur khusus untuk ontologi sains: Pertama, ilmu
pengetahuan dikembangkan melalui penelitian. Kedua, individu memiliki konsep
pengetahuan berdasarkan pengalaman tetapi tidak ada ide yang mendasari komunikasi
dengan kita. Faktor ketiga adalah pemahaman

Ketiga, pemahaman bersifat rasional, objektif, sistematis, terstruktur, observasional,


dan netral. Keempat, menganut konsep verifikasi (bukti), eksplanatori (menjelaskan),
keterbukaan dan kinerja yang konsisten, skeptisisme radikal, dan prosedur eksperimental
yang bervariasi. Kelima, menyarankan bentuk kausalitas (sebab akibat) dan
menghubungkan ilmu pengetahuan dengan teknologi. Ketujuh, mengenali informasi,
konsep, dan logika sains yang relevan. Kedelapan, memiliki berbagai spekulasi dan teori
ilmiah. Kesembilan, memiliki pemahaman yang terverifikasi tentang hukum-hukum
alam.20

Aspek ontologi menarik perhatian pada apa serta seberapa banyak informasi yang
ingin kita ketahui. Ontologi terutama berkaitan dengan penyelidikan teori-teori yang ada.
Dengan kata lain, ontologi menyajikan apa yang menjadi target dari sebuah penelitian.
Pendidikan bahasa, tentu saja, memasukkan tujuan seperti kompetensi esensial, yang
merupakan kemampuan mendasar yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan kemampuan
20
D Rokhmah, ‘Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi’, Cendekia: Jurnal Studi
Keislaman, 7.2 (2021), 172–86 <https://ejurnal.staiha.ac.id/index.php/cendekia/article/view/124>.

9
yang terkandung dalam materi pendidikan dan buku teks yang digunakan dalam
pemerolehan bahasa. Lebih jauh lagi, objek penyelidikan ontologis dalam pengajaran
bahasa adalah skor atau nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran di kelas. Untuk mendapatkan nilai siswa, seorang pengajar harus membuat
instrumen evaluasi yang tidak hanya menilai karakteristik kognitif, tetapi juga afektif dan
aspek kognitif-motorik.

Ontologi perlu diterapkan bagi manusia pada umumnya yang ingin mempelajari
segala sesuatu yang ada dan yang ingin diketahui tentang alam semesta secara
keseluruhan dan memiliki tujuan dalam studi ilmu-ilmu empiris seperti fisika, psikologi,
antropologi, sosiologi, ilmu kesehatan, ilmu budaya, ilmu teknik, dan lain-lain). Hakikat
dari apa yang diselidiki, atau ilmu pengetahuan itu sendiri, disebut sebagai ontologi.
Ontologi adalah teori tentang makna dari suatu pengetahuan. Ontologi adalah spesifikasi
konsep; dengan kata lain, ontologi adalah penjelasan mengenai suatu konsep dan
hubungannya dalam ilmu pengetahuan.21

B. Kontribusi Metafisika
Kekuasaan, bagi Nasr, adalah informasi tentang yang "Asli". Ini masuk akal tentang
awal dan motivasi di balik semua realitas, tentang yang langsung dan anggota keluarga.
Dengan cara ini, itulah yang direkomendasikan oleh Nasr jika manusia ingin tetap
tinggal di planet ini lebih lama, standar-standar yang kuat harus dihidupkan kembali.
Dalam memahami alam, Nasr menemukan dalam wawasan konvensional yang berdiam
di dalam inti agama, wawasan abadi, informasi yang meluas (scientia sacra, studi tentang
solidaritas). Scientia Sacra membuka permintaan normal dan rintangan-rintangan Sains,
ilmu Fisika, Aritmatika, Ilmu Pengetahuan dan lain-lain. Ini adalah alasan untuk
pengembangan "manusia yang mendalam". Jadi manusia adalah titik fokus peningkatan
informasi (focal of man) yang digabungkan dengan wawasan ilahi sebagai arah yang
langgeng. Bahwa apa yang terjadi di dunia ini adalah sesuai dengan peraturan yang
teratur (sangat rendah), dan bergabung dalam solidaritas kehadiran kehidupan (solidaritas
kehadiran).22

21
Donny Adiatmana Ginting, M. Zaim, and Harris Effendi Thahar, ‘Filsafat Ilmu Sebagai Landasan
Pengembangan Pendidikan Bahasa’, Journal on Education, 5.2 (2023), 2881–87
<https://doi.org/10.31004/joe.v5i2.936>.
22
AZAKI KHOIRUDIN, ‘Rekonstruksi Metafisika Seyyed Hossein Nasr Dan Pendidikan Spiritual’, Afkaruna,
10.2 (2014), 202–16 <https://doi.org/10.18196/aiijis.2014.0038.202-216>.

10
Pekerjaan matematika berkaitan dengan realitas dan aritmatika saat ini menggaris
bawahi substansi pentingnya kehadiran realitas meskipun faktanya realitas tidak dapat
ditampilkan sebagai sesuatu yang ada. Hal inilah yang mendorong konsentrasi dalam
kosmologi yang mencakup hal-hal magis namun memiliki fakta esensial. Dalam lingkup
metafisika, hal ini juga diterima bahwa alam semesta adalah esensial untuk ruang dengan
sifat tak terbatas. Berkenaan dengan aritmatika, hal ini dipandang sebagai sesuatu yang
asli dalam terang mistisisme. Tugasnya dengan cara ini mendukung peningkatan
berbagai ilmu pengetahuan baik dalam inovasi maupun sosiologi agar sesuai dengan
keberadaan manusia. Dasar pemikiran numerik yang kita sadari saat ini sangat penting
untuk efek lanjutan dari pertimbangan tokoh-tokoh di atas yang mencari kebenaran
dalam terang logika terhadap fisik dan mistis.23

Dalam penyelidikan penalaran sains, pandangan robotik ini membuat sains terpisah
dari kekuasaan. Hal ini membuat sains terpisah dari agama. Realitas sebab akibat yang
ada di alam adalah dasar pemikiran sains. Dengan sains saat ini, kita dapat memahami
apa yang terjadi di alam secara robotik. Standar positivistik, sains, ilmu fisika, dan ilmu
pengetahuan membantu para peneliti dengan pemeriksaan utama dalam membuat inovasi
di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Keadaan dan hasil logis yang diharapkan dalam
tindakan logis ini diterima sebagai sesuatu yang positif.24

Sesuai dengan Nasr, realisme tidak dapat mengekspresikan banyak hal tentang faktor-
faktor nyata yang kompleks, kekuatan lebih solid untuk memahami faktor-faktor nyata
ini. Sakralisasi ilmu pengetahuan tidak memisahkan ketajaman dan lebih jauh lagi
proporsi. Dengan cara ini, Nasr menawarkan sebuah hipotesis tentang ilmu pengetahuan
yang disucikan yang bergantung pada cara berpikir yang langgeng, mengingat fakta
bahwa Nasr perlu mengingatkan kita sebagai peneliti dan orang-orang masa kini, bahwa
membawa kembali unsur dunia lain ke dalam kehidupan sekarang sangatlah penting.
Perenialisme secara umum mengakui keberadaan semua sudut pandang yang ada di
planet ini, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, yang dapat diproses oleh otak
maupun yang tidak dapat diproses oleh jiwa.25
23
Yosua Damas Sadewo, Pebria Dheni Purnasari, and Suyitno Muslim, ‘Filsafat Matematika: Kedudukan,
Peran, Dan Persepektif Permasalahan Dalam Pembelajaran Matematika’, Inovasi Pembangunan : Jurnal
Kelitbangan, 10.01 (2022), 15–28 <https://doi.org/10.35450/jip.v10i01.269>.
24
Daru Nur Dianna, ‘Kontribusi Filsafat Islam Terhadap Pendidikan Islam (Studi Analisis Al-Ghazali Dan Ibnu
Rusyd)’, Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama Dan Pemikiran Islam, 18.1 (2020), 33–50
<http://dx.doi.org/10.21111/klm.v18i1.3967>.
25
Fitri Siska Supriatna and Salman Husain, ‘Kontribusi Filsafat Perenial Sayyed Hossein Nasr Terhadap Sains
Modern’, Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains, 2 (2020), 177–83.

11
Charles S. Peirce terkenal sebagai organisator di balik realisme, ia dipengaruhi oleh
Kant dan Hegel. Peirce mengatakan bahwa isu-isu termasuk isu-isu yang kuat dapat
ditangani dengan asumsi kita fokus pada hasil yang berguna dari pemahaman
pertimbangan yang berbeda. Kepraktisan muncul pada tahun 1878 ketika Peirce
mendistribusikan makalah "Bagaimana Membuat Pikiran Kita Dipahami".26

Masalah yang paling menjengkelkan dalam rentang kemajuan adalah pemisahan


domain aktual dari yang kuat, yang mendalam dari yang material. Jadi kemungkinan
perspektif manusia saat ini adalah cara untuk condong ke arah materialitas untuk
menghindari dunia lain. Dengan demikian, perjalanan eksistensi manusia saat ini
umumnya menyatu dengan pemikiran-pemikiran materialistik, yang membawa kepada
pengabaian terhadap sesuatu yang bersifat surgawi dan suci. Sejak peristiwa kemurtadan,
ada berbagai masalah yang terjadi di zaman sekarang, khususnya dalam ilmu
pengetahuan saat ini, di mana sesuai dengan ilmu pengetahuan saat ini, materi sains lebih
baik daripada digunakan sebagai teknik tersendiri untuk mencapai kebenaran, serta
menggantikan mistisisme dan ketiadaan perkembangan dunia lain dalam diri kita.27

Gagasan tentang kekuasaan dalam sudut pandang cara berpikir Pendidikan Islam
memainkan peran penting. Dalam masyarakat yang berkembang, di tengah kemajuan dan
peningkatan zaman dalam periode globalisasi ini, tugas dan kemampuan Cara Berpikir
Pelatihan Islam semakin signifikan, mengingat fakta bahwa cara berpikir ini adalah
premis metodologi dan kompas perjalanan sekolah Islam. Manusia adalah komponen
utama dalam cara berpikir pelatihan serta guru yang memutuskan dan memberikan
pendidikan kepada murid-muridnya. Selain itu, orang-orang dengan segerombolan
karunia yang diberikan kepada mereka dapat mengatasi masalah-masalah instruktif. Ini
adalah salah satu sebab mengapa orang bisa menjadi khalifah.28

C. Kontribusi Epistemologi

Epistemologi mengkaji bagaimana informasi diperoleh. Seperti yang diindikasikan


oleh Jujun S. Suriasumantri, percaya adalah sebuah gerakan psikologis yang dapat
menciptakan sebuah ilmu pengetahuan. Teknik logika diperlukan, lebih spesifiknya
dengan mengungkap operasi otak sehingga memudahkan jiwa untuk menggerakkan
26
Nur Cholid, ‘Kontribusi Filsafat Pragmatisme Terhadap Pendidikan’, MAGISTRA: Media Pengembangan
Ilmu Pendidikan Dasar Dan Keislaman, 4.1 (2018), 51–66 <https://doi.org/10.31942/mgs.v4i1.948>.
27
Siska Supriatna and Husain.
28
Robin Sirait, ‘Konsep Metafisika Perspektif Ibnu Sina Dalam Filsafat Pendidikan Islam’, Jurnal Hikmah:
Jurnal Pendidikan Islam, 10.2 (2021), 105–19.

12
gerakan penalaran.29 Strategi logis adalah pendirian yang digunakan dalam epistemologi
ilmu pengetahuan. Strategi logis adalah teknik yang digunakan oleh ilmu pengetahuan
dalam mengumpulkan informasi yang asli. Dengan demikian, wajar jika pendekatan
teknik logis menyebabkan ilmu pengetahuan memiliki kualitas tertentu, misalnya,
bijaksana dan telah teruji.30

Sekolah Islam dan pengaturan epistemologi memiliki kepentingan penting untuk


struktur informasi, karena itu adalah hal yang harus tetap dipertahankan. Struktur
pelatihan Islam menjadi tertata, karena memiliki dasar yang kuat. Landasan
epistemologis ilmu pengetahuan adalah strategi logis, yaitu bagaimana ilmu pengetahuan
diselesaikan dalam mengumpulkan informasi yang asli. Strategi logis adalah metodologi
dalam mendapatkan informasi. Dengan demikian, sains adalah informasi yang
didapatkan melalui teknik-teknik logis. Dengan demikian, strategi logis adalah penentu
apakah suatu informasi menjadi ilmu pengetahuan, sehingga memiliki kemampuan yang
vital dalam membangun ilmu pengetahuan.31

Epistemologi diperlukan dalam cara berpikir pelatihan Islam, antara lain, sebanding
dengan dasar pemikiran program pendidikan, yang menyangkut materi apa dan
bagaimana cara menyampaikan informasi kepada para siswa di sekolah. Topik mengapa
satu mata pelajaran dijadikan wajib dan mengapa mata pelajaran lain dijadikan pilihan
merupakan penggunaan epistemologi dalam bidang pelatihan Islam. Beberapa model
yang berbeda berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyertainya: Teknik mana
yang secara umum cocok untuk digunakan dalam siklus instruksional? Dengan sistem
pengajaran yang mana latihan instruksional dilakukan untuk mendapatkan nilai
instruksional yang tepat?.32

Pengenalan Program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah


satu upaya besar dari otoritas publik untuk menggarap hakikat pelatihan di Indonesia,
baik dari sisi mental, emosional, maupun psikomotorik. Melihat kondisi ini, menurut
perspektif epistemologi, informasi apa yang seharusnya diberikan kepada para siswa?

29
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), 119.
30
Rokhmah.
31
Abidin Nurdin, Sri Astuti A. Samad, and Munawwarah A. Samad, ‘Dasar Epistemologi Dalam Filsafat
Pendidikan Islam’, Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, 9.2 (2019), 454
<https://doi.org/10.22373/jm.v9i2.5183>.
32
Andi Fitriani Djollong, ‘Epistemologi Filsafat Pendidikan Islam’, Istiqra` : Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran
Islam, 3.1 (2015), 8–17 <http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/istiqra/article/view/240>.

13
Hal ini tentu saja berkaitan dengan wawasan kita tentang kebutuhan para pemeran
pengganti. Kita harus menyadari dan mengetahui perbedaan kapasitas atau manfaat atau
wawasan yang dimiliki anak, tidak semua anak dapat diberikan hal yang sama.33

Epistemologi yang digunakan untuk menyusun dan mengembangkan studi pelatihan


Islam tidaklah tunggal, namun beragam. Dengan demikian, epistemologi yang digunakan
menentukan gaya logika yang disampaikan, sehingga kemajuan ilmu pengajaran Islam
menjadi terstandarisasi, dapat diverifikasi, bermanfaat dan filosofis. Hal ini sesuai
dengan kemahiran yang terus mengalami perkembangan dan peningkatan, baik dari segi
watak, kepentingan dan klasifikasinya. Maka pada titik ini, ketika dibawa ke dalam
wilayah pengembangan epistemologi ilmu pendidikan Islam, ide kemahiran dalam Al-
Qur'an dianggap sebagai perintah dan inspirasi yang melahirkan kapasitas iqra' dan
qalam sebagai instrumen/perangkat untuk menyusun dan membina ilmu pendidikan
Islam. Pendekatan untuk membina ilmu pelatihan Islam, baik dalam pertemuan derivasi
maupun penerimaan, keduanya membutuhkan kemampuan pendidikan yang muncul
dalam kapasitas berpikir fundamental dan imajinatif serta ditopang oleh kapasitas dan
energi untuk membaca dan mengarang yang tidak pernah padam.34

Dengan mempertimbangkan perspektif epistemologis dan standar penalaran ilmu


pengetahuan, peneliti dapat mengkoordinasikan penalaran filosofis dalam rencana
penelitian, penerjemahan informasi, dan penarikan kesimpulan. Hal ini dapat
meningkatkan kualitas dan keabsahan eksplorasi, serta memberikan pemahaman yang
lebih luas tentang keunikan yang diteliti.35

Selanjutnya, di sinilah pentingnya pendirian epistemologis dalam sekolah Islam yang


tidak hanya melihat observasi dan logika sebagai titik-titik pendukungnya. Meskipun
demikian, mazhab ini juga melihat fakultas, akal, naluri, dan khususnya pengungkapan
sebagai sistem dan sumber informasi. Dengan asumsi pandangan dunia ini
dipertahankan, asal-usul dan spekulasi penalaran pelatihan Islam yang diterapkan pada
tujuan, materi instruksional yang akan dikomunikasikan kepada para siswa akan
diketahui, dipahami, dan kemudian dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.36

33
Djollong.
34
‘No Title’, 2016, 1–90.
35
Kevin Alfansyah, ‘EPISTEMOLOGI DAN PRAKTIK SAINS : MEMAHAMI PERAN FILSAFAT ILMU’,
1.1 (2023), 175–83.
36
Nurdin, A. Samad, and Samad.

14
Dari definisi, derajat, artikel, dan landasan epistemologi, kita dapat berasumsi bahwa
epistemologi adalah salah satu bagian dari penalaran yang mengatur ilmu pengetahuan,
khususnya mengenai cara, siklus, dan strategi bagaimana informasi diperoleh. Dalam
pembahasan ini, epistemologi pendidikan Islam lebih ditujukan pada teknik atau
pendekatan yang dapat digunakan untuk menyusun ilmu pengetahuan Islam, bukan pada
bagian-bagian yang berbeda, karena strategi atau pendekatan ini paling dekat dengan
upaya untuk mengembangkan pendidikan Islam, baik secara nalar maupun praktis.
Epistemologi pengajaran Islam dapat berfungsi sebagai pakar, penyusun, inovator, dan
perekayasa.37

D. Kontribusi Aksiologi
Istilah aksiologi berarti studi tentang teori nilai atau apa pun yang dapat bermanfaat
atau bernilai. Nilai adalah fenomena yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Nilai
juga merupakan inti dari logika dan dapat dipahami dengan menggunakan akal. Bidang
filsafat ini menyelidiki bagaimana ilmu digunakan oleh manusia. Aksiologi kaitannya
adalah ilmu yang kegiatannya adalah mebicarakan value atau nilai-nilai kehidupan.
Kesimpulannya, aksiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari sesuatu sesuai dengan
moral dan nilai-nilainya. 38

Aksiologi terdiri dari dua hal utama yaitu etika dan estetika. Etika merupakan bagian
filsafat yang membicarakan tentang perilaku orang baik baik maupun buruk. Sedangkan
estetika merupakan penilaian yang memandang karya manusia berdasarkan indah dan
buruknya. Aksiologi memiliki tujuannya sendiri dalam pendidikan, khususnya
pendidikan Islam, yakni:

1. Menjaga dan memberi arah pada keilmuan untuk menemukan kebenaran yang hakiki
2. Menelaah pemilihan objek secara etis dan tidak merendahkan kodrat manusia
3. Pengembangan pengetahuan yang ditarafkan kepada tujuan hidup sejahtera dan
memperhatikan kodrat manusia serta melestarikan lingkungan lewat pemanfaatan
ilmu pengetahuan 39

Dalam pendidikan Islam, moral merupakan aspek terpenting ketika sedang menempuh
ilmu. Sebagaimana tugas Nabi Muhammad SAW, etika moral turunnya merupakan
37
Moh. Wardi, Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya (Perspektif
Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis), Jurnal Tadris, Volume 8 Nomor 1 Juni 2013, h. 58-59.
38
Muhammad Nasir, ‘Aksiologi Ilmu Pengetahuan Dan Manfaatnya Bagi Manusia’, Syntax Idea, 3.11 (2021),
2457 <https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i11.1571>.
39
Ahmad.

15
langsung dari Allah SWT. Namun, beberapa ilmuwan barat memiliki pemikiran yang
berbeda. Dalam hal ini, ilmuwan barat menyatakan bahwa ilmu dapat digunakan
sesukanya baik itu tujuan baik atau buruk. Sedangkan Islam mengajarkan untuk
menempuh ilmu dengan cara baik serta tujuan yang baik pula. Pendidikan Islam sangat
meyakini bahwa ilmu adalah milik Tuhan. Jadi, sejatinya kebaikan dan keburukan adalah
milik Tuhan. Tugas manusia adalah untuk memberikan nilai terhadap perilaku tersebut.
Maka dari itu, dalam penilaian baik dan buruk, Islam memiliki dasar yang universal yatu
Qur’an dan Hadits. 40

E. Kontribusi Logika
Logika merupakan cabang ilmu filsafat yang berorientasi pada penalaran sekaligus
sarana ilmu dan dasar filsafat. Logika merupakan jembatan penghubung antara filsafat
dan ilmu. Teori penalaran yang sah ini kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan,
yakni dengan pertimbangan akal yang runtut serta dituntut untuk mengandung kebenaran
secara isi. Perlu disadari bahwa sesuatu yang logis akan mudah diterima akal dan pikiran
kita, sedangkan akal kita akan kesulitan berpikir terhadap sesuatu yang tidak logis. Jadi,
logika diperlukan dalam kehidupan manusia untuk mengetahui kapan berpikir logis dan
kapan berpikir tidak logis. Logika ada di mana-mana dan pada waktunya. 41

Logika memiliki beberapa macam, yakni logika alamiah, logika ilmiah, dan logika
tradisional. Yang pertama, logika alamiah berarti bahwa manusia berpikir berdasarkan
kudrat atau fitrahnya. Logika memiliki umur sebanding dengan usia manusia karena
sejak lahir dia memiliki akal. Berarti sejak saat itu, logika hanya ada dalam bentuknya
yang sederhana, alamiah, dan belum berkembang secara ilmiah dalam bentuk yang lebih
kompleks sama seperti manusia. Hubungannya dengan filsafat adalah logika memberikan
bimbingan secara sistematis untuk menguasai pola pikir yang ada di ilmu filsafat. Pada
alaminya, filsafat adalah murni pemikiran dari sekelompok manusia.

Kedua, logika ilmiah memperhalus serta membantu menajamkan pemikiran


seseorang. Berkat adanya logika ilmiah, seseorang dapat menggagas sesuatu dengan
halus dan terperinci.42 Hubungannya dengan ilmu filsafat adalah cabang ini ini juga
bertujuan untuk menghindari kesesatan dalam menyimpulkan suatu pemikiran. Apabila
dibagi berdasarkan objeknya, logika dapat dibagi menjadi dua yakni logika formal dan
40
Hamdani, ‘Al-Ilmu Nurun’, Al-Ibrah, 4.2 (2020), 25–45.
41
Kadir Sobur, ‘Logika Dan Penalaran Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan’, TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin,
14.2 (2015), 387–414 <https://doi.org/10.30631/tjd.v14i2.28>.
42
Sobur.

16
material. Logika formal merupakan cabang ilmu yang mempelajari asas-asas dan hukum
berpikir yang harus ditaati dan bagaimana cara berpikir agar sampai pada penyimpulan
yang benar dan akurat. Sedangkan logika material merupakan cabang ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana gagasan tersebut dapat muncul, apa saja yang menjadi
faktor, dan akhirnya dirumuskan menjadi suatu gagasan. Singkatnya, logika digunakan
untuk membantu suatu individu berpikir secara rasional, lurus, dan tertib. Sehingga
orang-orang tersebut akan mampu dan mau tidak mau memaksa dirinya untuk mencintai
43
akan kebenaran dari suatu penyimpulan yang telah dipikirkannya. Ketiga, logika
tradisional merupakan cabang ilmu mengenai cara berpikir dengan penyimpulan yang
sah, artinya cocok dan sesuai dengan pertimbangan sehingga dapat dilacak kembali.
Dalam logika tradisional, pola pikir yang salah terkadang dapat disimpulkan pernyataan
yang benar. Begitupun sebaliknya, pola pikir yang benar dapat disimpulkan pernyataan
yang salah. Sebagai contoh, pernyataan malaikat adalah benda fisik merupakan salah,
dan pernyataan batu adalah malaikat adalah salah. Namun, batu adalah benda fisik adalah
44
benar. Hubungannya dengan filsafat adalah tanpa pembuktian yang sah, maka suatu
pemikiran (kesimpulan) tidak dapat dikatakan sebagai valid.

Dalam pendidikan, setelah pernyataan-pernyataan dibuat berdasarkan ide-ide yang


muncul dalam pikiran, tahap berikutnya adalah proses nalar yang menghasilkan ide-ide
baru sebagai kesimpulan atau sebagai respons terhadap hal-hal atau peristiwa yang
dilihat. Penyimpulan adalah proses berpikir manusia yang dimulai dengan mengevaluasi
atau mempertimbangkan apa yang sudah diketahui dan kemudian menghasilkan
pengetahuan baru. Kesimpulannya, tindakan penimbangan (judgement) berdasarkan
pemikiran yang logis adalah kunci untuk mendapatkan kesimpulan baru yang benar.
Berpikir logis di dalam bidang pendidikan sangat penting. Memahami konsep,
memahami hubungan antara konsep dan pesan yang dipahami, dan kemampuan untuk
memverifikasi pesan untuk membantu suatu individu membuat penyimpulan yang baik
dan benar dalam pendidikan. 45

43
Sobur.
44
Bakry Noor Muhsin and Trisakti Sonjoruri Budiani, ‘Pengenalan Logika’, Modul 1 Pengenalan Logika, 2007,
1–61.
45
Dedi Heryadi, ‘Menumbuhkan Karakter Akademik Academic Characters Development through Logical-
Based Lecturing’, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 1.3 (2016), 317–30.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Rumusan sistem filsafat memiliki lima rumusan yaitu Ontologi, Metafisika,
Epistemologi, Axiologi, dan yang terakhir adalah logika. Dari kelima rumusan tersebut
memiliki kontribusi yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Seperti contoh
kontribusi ontologi memiliki kontrisbusi ontologis dalam pengajaran bahasa adalah skor
atau nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di kelas. Untuk
mendapatkan nilai siswa, seorang pengajar harus membuat instrumen evaluasi yang tidak
hanya menilai karakteristik kognitif, tetapi juga afektif dan aspek kognitif-motorik.
Sedangkan kontribusi metafisika Tugasnya dengan cara ini mendukung peningkatan
berbagai ilmu pengetahuan baik dalam inovasi maupun sosiologi agar sesuai dengan
keberadaan manusia. Kontribusi Epistemologi sebagai strategi logis adalah teknik yang
digunakan oleh ilmu pengetahuan dalam mengumpulkan informasi yang asli. Dengan
demikian, wajar jika pendekatan teknik logis menyebabkan ilmu pengetahuan memiliki
kualitas tertentu, misalnya, bijaksana dan telah teruji. Kontribusi aksiologi dalam
pendidikan Islam, moral merupakan aspek terpenting ketika sedang menempuh ilmu.
Sebagaimana tugas Nabi Muhammad SAW, etika moral turunnya merupakan langsung
dari Allah SWT. Dan yang terakhir adalah kontribusi logika alam pendidikan, setelah
pernyataan-pernyataan dibuat berdasarkan ide-ide yang muncul dalam pikiran, tahap
berikutnya adalah proses nalar yang menghasilkan ide-ide baru sebagai kesimpulan atau
sebagai respons terhadap hal-hal atau peristiwa yang dilihat.

B. Saran
Kami selaku penulis dari makalah ini mengharapkan serta menerima krtikan dan saran
dari mahasiswa/mahasiswi guna untuk memperbaiki isi pada makalah yang kami buat
ini, dengan mengucap Alhamdulillah dan terima kasih kami ucapkan kepada ibu dosen
yang telah memberikan bimbingan penuh kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan penuh kesabaran.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Halik, ‘Ilmu Pendidikan Islam: Perspektif Ontologi, Epistemologi, Aksiologi’,


Istiqra’, 7.2 (2020), 10–24

Ahmadi, Ahmadi, Afroh Nailil Hikmah, and Agus Yudiawan, ‘Ilmu Dan Agama Dalam
Perspektif Filsafat Ilmu’, Al-Fikr: Jurnal Pendidikan Islam, 7.1 (2021), 12–25
<https://doi.org/10.32489/alfikr.v7i1.108>

Alfansyah, Kevin, ‘EPISTEMOLOGI DAN PRAKTIK SAINS : MEMAHAMI PERAN


FILSAFAT ILMU’, 1.1 (2023), 175–83

Cholid, Nur, ‘Kontribusi Filsafat Pragmatisme Terhadap Pendidikan’, MAGISTRA: Media


Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar Dan Keislaman, 4.1 (2018), 51–66
<https://doi.org/10.31942/mgs.v4i1.948>

Djollong, Andi Fitriani, ‘Epistemologi Filsafat Pendidikan Islam’, Istiqra` : Jurnal


Pendidikan Dan Pemikiran Islam, 3.1 (2015), 8–17
<http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/istiqra/article/view/240>

Filsafat, Hubungan, and D A N Kurikulum, ‘Hubungan Filsafat, Pendidikan, Dan Kurikulum


2013’, 2013, 1–38

Ginting, Donny Adiatmana, M. Zaim, and Harris Effendi Thahar, ‘Filsafat Ilmu Sebagai
Landasan Pengembangan Pendidikan Bahasa’, Journal on Education, 5.2 (2023), 2881–
87 <https://doi.org/10.31004/joe.v5i2.936>

Hamdani, ‘Al-Ilmu Nurun’, Al-Ibrah, 4.2 (2020), 25–45

Heryadi, Dedi, ‘Menumbuhkan Karakter Akademik Academic Characters Development


through Logical-Based Lecturing’, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 1.3 (2016),
317–30

Junaidi, Sendy Aprilian, ‘MAKALAH PENGANTAR LOGIKA “Pengertian Logika Dan


Ruang Lingkup Logika”’, 2016

KHOIRUDIN, AZAKI, ‘Rekonstruksi Metafisika Seyyed Hossein Nasr Dan Pendidikan


Spiritual’, Afkaruna, 10.2 (2014), 202–16
<https://doi.org/10.18196/aiijis.2014.0038.202-216>

19
‘Lihat Pada Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: Rosda Karya, 1997), Hal. 42 Ahmad
Tafsri, Filsafat Umum...., Hal 41-44’, 1997, 1–21

Nasir, Muhammad, ‘Aksiologi Ilmu Pengetahuan Dan Manfaatnya Bagi Manusia’, Syntax
Idea, 3.11 (2021), 2457 <https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i11.1571>

‘No Title’, 2016, 1–90

Noor Muhsin, Bakry, and Trisakti Sonjoruri Budiani, ‘Pengenalan Logika’, Modul 1
Pengenalan Logika, 2007, 1–61

Nur Dianna, Daru, ‘Kontribusi Filsafat Islam Terhadap Pendidikan Islam (Studi Analisis Al-
Ghazali Dan Ibnu Rusyd)’, Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama Dan Pemikiran Islam,
18.1 (2020), 33–50 <http://dx.doi.org/10.21111/klm.v18i1.3967>

Nurdin, Abidin, Sri Astuti A. Samad, and Munawwarah A. Samad, ‘Dasar Epistemologi
Dalam Filsafat Pendidikan Islam’, Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan
Agama Islam, 9.2 (2019), 454 <https://doi.org/10.22373/jm.v9i2.5183>

Nurgiansah, T Heru, ‘Filsafat Pendidikan’, Filsafat Pendidikan, 2020, 13

Rahayu, Nur Afni Puji, ‘Tinjauan Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi Peningkatan
Ketereampilan Menulis Deskripsi Melalui Model Kooperatif Tipe Round Table’, Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 11.1 (2021), 133–39

Robin Sirait, ‘Konsep Metafisika Perspektif Ibnu Sina Dalam Filsafat Pendidikan Islam’,
Jurnal Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam, 10.2 (2021), 105–19

Rokhmah, D, ‘Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi’,


Cendekia: Jurnal Studi Keislaman, 7.2 (2021), 172–86
<https://ejurnal.staiha.ac.id/index.php/cendekia/article/view/124>

Sadewo, Yosua Damas, Pebria Dheni Purnasari, and Suyitno Muslim, ‘Filsafat Matematika:
Kedudukan, Peran, Dan Persepektif Permasalahan Dalam Pembelajaran Matematika’,
Inovasi Pembangunan : Jurnal Kelitbangan, 10.01 (2022), 15–28
<https://doi.org/10.35450/jip.v10i01.269>

Siska Supriatna, Fitri, and Salman Husain, ‘Kontribusi Filsafat Perenial Sayyed Hossein Nasr
Terhadap Sains Modern’, Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains,

20
2 (2020), 177–83

Sobur, Kadir, ‘Logika Dan Penalaran Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan’, TAJDID: Jurnal
Ilmu Ushuluddin, 14.2 (2015), 387–414 <https://doi.org/10.30631/tjd.v14i2.28>

Soeprapto, Sri, ‘Landasan Aksiologis Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Dalam


Perspektif Filsafat Pendidikan’, Cakrawala Pendidikan, 0.2 (2013), 266–76

Sulistyarini, D. & Zainal, G.A., Buku Ajar Retorika, CV. AA. Rizky, 2018, LI

Syaifudin, Roziq, ‘Epistemologi Pendidikan Islam Dalam Kacamata Al-Ghazali Dan Fazlur
Rahman’, Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 8.2 (2013)
<https://doi.org/10.21274/epis.2013.8.2.323-346>

Triandi, Budi, ‘Keamanan Informasi Secara Aksiologi Dalam Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0’, JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), 6.5 (2019), 477–83
<http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom/article/view/1556>

Yasin, Verdi, Muhammad Zarlis, and Mahyuddin K.M. Nasution, ‘Filsafat Logika Dan
Ontologi Ilmu Komputer’, Journal of Information System, Applied, Management,
Accounting and Research, 2.2 (2018), 68–75

21

You might also like