Professional Documents
Culture Documents
TUGAS Makalah Kelompok 4
TUGAS Makalah Kelompok 4
MAKALAH
MENGURAIKAN PENYIMPANGAN
TAUHID
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
CHINTIYA AYU(230585201110)
ARIF MAULANA(130585201021)
ARDIANSYAH(230585201020)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan
menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah tauhid dengan judul menguraikan penyimpangan tauhid. Di samping itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.
Pembagian Tauhid dan penyimpangan-
penyimpangannya
َأَالَلُه اْلَخ ْلُق َو ْاَألْم ُر َتَباَر َك ُهللا َر ُّب اْلَع اَلِم يَن
2. Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah karena penisbatanya
kepada Allah dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk
(hamba). Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, yakni
bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah Ta’ala
berfirman:
َذ ِلَك ِبَأَّن َهللا ُهَو اْلَح ُّق َو َأَّن َم اَيْدُع وَن ِم ن ُدوِنِه اْلَباِط ُل
3. Tauhid asma’ wa shifat. Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan
nama-nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal
yaitu penetapan dan penafian. Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan
sifat bagi Allah sebgaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau
sunnah nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam
nama dan sifat-Nya. Dalam menetapkan sifat bagi Allah tidak boleh melakukan
ta’thil, tahrif, tamtsil, maupun takyif. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
َلْيَس َك ِم ْثِلِه َش ْي ٌء َو ُهَو الَّسِم يُع الَبِص يُر
”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura: 11) (Lihat Al-Qaulul Mufiiid
I/7-10).
Sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua saja yaitu tauhid dalam ma’rifat wal
itsbat (pengenalan dan penetapan) dan tauhid fii thalab wal qasd (tauhid dalam tujuan
ibadah). Jika dengan pembagian seperti ini maka tauhid rububiyah dan tauhid asma’
wa shifat termasuk golongan yang pertama sedangkan tauhid uluhiyah adalah
golongan yang kedua (Lihat Fathul Majid 18).
Pembagian tauhid dengan pembagian seperti di atas merupakan hasil penelitian para
ulama terhadap seluruh dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga pembagian
tersebut bukan termasuk bid’ah karena memiliki landasan dalil dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
KLASIFIKASI
1. Tauhid Rububiyah
Dari ayat diatas bisa disimpulkan bahwa kaum musyrikin mengakui bahwa hanya
Allah-lah satu-satunya Yang Maha Menciptakan, Maha Mengatur, dan Maha
Memberi Rizki. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 6/294)
Seperti keyakinan bahwa penguasa dan pengatur Laut Selatan adalah Nyi Roro Kidul.
Ini suatu keyakinan yang bathil. Barangsiapa meyakini bahwa penguasa dan pengatur
laut selatan adalah Nyi Roro Kidul maka dia telah berbuat syirik (menyekutukan
Allah Azza wa Jalla) dalam Rububiyyah-Nya. Karena hanya Allah-lah Yang
Menguasai dan Mengatur alam semesta ini.
Begitu juga barangsiapa meyakini bahwa yang mengatur padi-padian adalah Dewi
Sri, berarti ia telah syirik dalam hal Rububiyyah-Nya, karena hanya Allah-lah
YangMaha Menciptakan dan Mengatur alam semesta ini.
Meyakini bahwa benda tertentu bisa memberi perlindungan dan pertolongan terhadap
dirinya seperti jimat, keris, cincin, batu, pohon, dan lain-lain.
Serta keyakinan bahwa sebagian para wali bisa memberi rizki, dan bisa pula memberi
barokah, juga termasuk kesyirikan dalam Rububiyyah-Nya.
Diantara penyimpangan yang lain yaitu kaum Zoroaster yang meyakini adanya
Pencipta Kebaikan dan Pencipta Kejelekan, hal ini juga bertentangan dengan aqidah
yang lurus.
2. Tauhid Uluhiyah
Penyimpangan dalam tauhid jenis ini yaitu dengan memalingkan ibadah kepada
selain Allah Azza wa Jalla seperti berdoa kepada kuburan atau ahli kubur, meminta
pertolongan kepada jin, meminta barokah kepada orang tertentu, menyandarkan
nasibnya (bertawakkal) kepada benda tertentu, seperti batu, jimat, cincin, keris, dan
semacamnya. Karena do’a dan tawakkal termasuk ibadah, maka harus ditujukan
hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.
Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al Quran dan
oleh Nabi-Nya di dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa merubah makna,
mengingkari, mendeskripsikan bentuk/cara, dan memisalkan. Untuk pembahasan
yang lebih lengkap bisa merujuk ke beberapa kitab diantaranya Aqidah Washithiyah,
Qowaidul Mutsla, dll.
1. Tahrif yaitu mengubah atau mengganti makna ang ada pada sifat dan
namaAllah tanpa dalil.
2.Ta’thil yaitu menolak penetapaan nama dan sifat Allah yang disebutkan dalam dalil
3.Takyif yaitu menggambarkan bagaimanakah hakikat sifat dan nama yang dimiliki
oleh Allah.
”Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” [Asy Syura: 11].
– Menentukan cara dari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla, yang bermuara pada
penyerupaan dengan makhluk-Nya.
Apabila ketiga tauhid di atas ada yang tidak lengkap, maka seorang hamba bisa
berkurang imannya atau bahkan telah keluar dari Islam.
Kepercayaan yang Menyimpang dari Tauhid
“Mbelik Mberlele”
Saya akan menceritakan terkait perilaku yang menyimpang dari ajaran tauhid. Yah,
bukan merupakan sebuah rahasia lagi bahwasannya masyarakat Jawa, khususnya daerah
pedesaan masih mengadopsi ritual-ritual para leluhur mereka. Perilaku yang menyimpang
dari ajaran tauhid yang akan sedikit saya paparkan di sini berlokasi di daerah saya sendiri,
yakni tepatnya di Desa Krenceng, Kecamatan Nglegok, Kab. Blitar, Jawa Timur.
Hal tersebut juga pernah terjadi terhadap saudara sepupu saya sendiri. Sedikit
cerita, saudara sepupu saya mengadakan hajatan khitanan anaknya, namun ia lupa untuk
memberikan sesajen ke “Mbelik Mberlele”. Pada saat acara puncaknya, saudara sepupu
saya dan anaknya yang dikhitan tiba-tiba pingsan tanpa sebab.
Selain memberikan sesajen pada saat acara hajatan, “Mbelik Mberlele” juga
digunakan sebagai tempat untuk meminta nomor togel oleh oknum masyarakat, menurut
yang berpengalaman, nomor togel tersebut didapat melalui mimpi, dan ternyata benar,
nomor togel yang keluar sesuai dengan yang tertera dalam mimpinya
http://www.buletin-alilmu.com/2010/06/03/pembagian-tauhid-dan-penyimpangan-
penyimpangannya/
http://www.ilmoe.com/585/pembagian-tauhid-rububiyah-uluhiyah-asma-wa-
sifat.html