You are on page 1of 12

TUGAS

MAKALAH

MENGURAIKAN PENYIMPANGAN
TAUHID

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

CHINTIYA AYU(230585201110)

ARIF MAULANA(130585201021)

ARDIANSYAH(230585201020)

TEUKU AHMAD RIFKI(230585201010)

PRODI PENDIDIKAN JASMANI UNIVERSITAS ISLAM KEBANGSAAN INDONESIA


Daftar isi :
Kata pengantar…………………………………1
Pembagian tauhid..................................................2
Klasifikasi.............................................................3
1. Tauhid Rububiyah.......................................4
2. Tauhid Uluhiyah.........................................5
3. Tauhid Asma Wa Sifat................................6

Contoh penyimpangan tauhid...............................7


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan
menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah tauhid dengan judul menguraikan penyimpangan tauhid. Di samping itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.
Pembagian Tauhid dan penyimpangan-
penyimpangannya

Tauhid dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Tauhid rububiyah. Maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal penciptaan,


kepemilikan, dan pengurusan. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah
firman Allah:

‫َأَالَلُه اْلَخ ْلُق َو ْاَألْم ُر َتَباَر َك ُهللا َر ُّب اْلَع اَلِم يَن‬

“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah” (Al- A’raf:


54).

2. Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah karena penisbatanya
kepada Allah dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk
(hamba). Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, yakni
bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah Ta’ala
berfirman:

‫َذ ِلَك ِبَأَّن َهللا ُهَو اْلَح ُّق َو َأَّن َم اَيْدُع وَن ِم ن ُدوِنِه اْلَباِط ُل‬

”Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan


sesungguhnya yang mereka seru selain Allah adalah batil” (Luqman: 30).

3. Tauhid asma’ wa shifat. Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan
nama-nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal
yaitu penetapan dan penafian. Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan
sifat bagi Allah sebgaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau
sunnah nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam
nama dan sifat-Nya. Dalam menetapkan sifat bagi Allah tidak boleh melakukan
ta’thil, tahrif, tamtsil, maupun takyif. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
‫َلْيَس َك ِم ْثِلِه َش ْي ٌء َو ُهَو الَّسِم يُع الَبِص يُر‬

”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura: 11) (Lihat Al-Qaulul Mufiiid
I/7-10).

Sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua saja yaitu tauhid dalam ma’rifat wal
itsbat (pengenalan dan penetapan) dan tauhid fii thalab wal qasd (tauhid dalam tujuan
ibadah). Jika dengan pembagian seperti ini maka tauhid rububiyah dan tauhid asma’
wa shifat termasuk golongan yang pertama sedangkan tauhid uluhiyah adalah
golongan yang kedua (Lihat Fathul Majid 18).

Pembagian tauhid dengan pembagian seperti di atas merupakan hasil penelitian para
ulama terhadap seluruh dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga pembagian
tersebut bukan termasuk bid’ah karena memiliki landasan dalil dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
KLASIFIKASI

1. Tauhid Rububiyah

Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai,


memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah semata yang
mampu. Dan semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll.
Kecuali orang atheis yang berkeyakinan tidak adanya Rabb.

Kaum musyrikin Quraisy juga mengakui Tauhid Rububiyyah berdasarkan firman


Allah Azza wa Jalla (artinya):

“Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang


menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” tentu mereka
akan menjawab: “Allah”, Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan
yang benar).” [Al-’Ankabut: 61]

Dari ayat diatas bisa disimpulkan bahwa kaum musyrikin mengakui bahwa hanya
Allah-lah satu-satunya Yang Maha Menciptakan, Maha Mengatur, dan Maha
Memberi Rizki. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 6/294)

Penyimpangan Dalam Tauhid Rububiyyah

Penyimpangan dalam tauhid rububiyyah yaitu dengan meyakini adanya yang


menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini selain Allah Azza wa Jalla
dalam hal yang hanya dimampui oleh Allah Azza wa Jalla.

Seperti keyakinan bahwa penguasa dan pengatur Laut Selatan adalah Nyi Roro Kidul.
Ini suatu keyakinan yang bathil. Barangsiapa meyakini bahwa penguasa dan pengatur
laut selatan adalah Nyi Roro Kidul maka dia telah berbuat syirik (menyekutukan
Allah Azza wa Jalla) dalam Rububiyyah-Nya. Karena hanya Allah-lah Yang
Menguasai dan Mengatur alam semesta ini.

Begitu juga barangsiapa meyakini bahwa yang mengatur padi-padian adalah Dewi
Sri, berarti ia telah syirik dalam hal Rububiyyah-Nya, karena hanya Allah-lah
YangMaha Menciptakan dan Mengatur alam semesta ini.
Meyakini bahwa benda tertentu bisa memberi perlindungan dan pertolongan terhadap
dirinya seperti jimat, keris, cincin, batu, pohon, dan lain-lain.

Serta keyakinan bahwa sebagian para wali bisa memberi rizki, dan bisa pula memberi
barokah, juga termasuk kesyirikan dalam Rububiyyah-Nya.

Diantara penyimpangan yang lain yaitu kaum Zoroaster yang meyakini adanya
Pencipta Kebaikan dan Pencipta Kejelekan, hal ini juga bertentangan dengan aqidah
yang lurus.
2. Tauhid Uluhiyah

Mentauhidkan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu


mengikhlaskan ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah
seperti : tawakal, nadzar, takut, khosyah, pengharapan, dll. Tauhid inilah yang
membedakan umat Islam dengan kaum musyrikin. Jadi seseorang belum cukup untuk
mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya (Tauhid Rububiyah) tanpa menyertainya
dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya (Tauhid Uluhiyah). Karena
orang musyrikin dulu juga meyakini bahwa Allah yang mencipta dan mengatur, tetapi
hal tersebut belum cukup memasukkan mereka ke dalam Islam.

Penyimpangan-penyimpangan dalam tauhid uluhiyyah.

Penyimpangan dalam tauhid jenis ini yaitu dengan memalingkan ibadah kepada
selain Allah Azza wa Jalla seperti berdoa kepada kuburan atau ahli kubur, meminta
pertolongan kepada jin, meminta barokah kepada orang tertentu, menyandarkan
nasibnya (bertawakkal) kepada benda tertentu, seperti batu, jimat, cincin, keris, dan
semacamnya. Karena do’a dan tawakkal termasuk ibadah, maka harus ditujukan
hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.

3. Tauhid Asma Wa Sifat

Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al Quran dan
oleh Nabi-Nya di dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa merubah makna,
mengingkari, mendeskripsikan bentuk/cara, dan memisalkan. Untuk pembahasan
yang lebih lengkap bisa merujuk ke beberapa kitab diantaranya Aqidah Washithiyah,
Qowaidul Mutsla, dll.

Penyimpangan dalam tauhid Al-Asma’ wa Ash Shifat:

 Penyimpangan tauhid asma wa sifat ada 4

1. Tahrif yaitu mengubah atau mengganti makna ang ada pada sifat dan
namaAllah tanpa dalil.

2.Ta’thil yaitu menolak penetapaan nama dan sifat Allah yang disebutkan dalam dalil
3.Takyif yaitu menggambarkan bagaimanakah hakikat sifat dan nama yang dimiliki
oleh Allah.

4.Tamtsil/tasybih yakni menyamakan Allah dengan makhluknya


– Tidak meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai sifat-sifat yang sempurna
tersebut. Padahal telah disebutkan dalam Al-Qur’an atau dalam hadits Nabi
Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang shahih.

– Menyerupakan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla dengan sifat-sifat makhluk-Nya.


Padahal Allah Azza wa Jalla telah berfiman (artinya):

”Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” [Asy Syura: 11].

– Menyelewengkan atau menta’wil makna Al-Asma’ul Husna, yang berujung


pada peniadaan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla.

– Menentukan cara dari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla, yang bermuara pada
penyerupaan dengan makhluk-Nya.

Apabila ketiga tauhid di atas ada yang tidak lengkap, maka seorang hamba bisa
berkurang imannya atau bahkan telah keluar dari Islam.
Kepercayaan yang Menyimpang dari Tauhid

“Mbelik Mberlele”

Saya akan menceritakan terkait perilaku yang menyimpang dari ajaran tauhid. Yah,
bukan merupakan sebuah rahasia lagi bahwasannya masyarakat Jawa, khususnya daerah
pedesaan masih mengadopsi ritual-ritual para leluhur mereka. Perilaku yang menyimpang
dari ajaran tauhid yang akan sedikit saya paparkan di sini berlokasi di daerah saya sendiri,
yakni tepatnya di Desa Krenceng, Kecamatan Nglegok, Kab. Blitar, Jawa Timur.

Di desa Krenceng, tepatnya di RT 04/02 terdapat suatu tempat yang sangat


dihormati dan dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Orang-orang biasa
menyebutnya dengan “Mbelik Mberlele”. “Mbelik Mberlele” merupakan suatu tempat yang
berupa kolam, atau biasa disebut dengan kucur. Di “Mbelik Mberlele” terdapat dua kolam,
yang disebut sebagai “Mbelik Lanang” dan “Mbelik Wedok”. Kedalaman “Mbelik Lanang”
sekitar 1 meter, dengan penampakan alam yang batunya besar-besar. Konon katanya, batu
tersebut berasal dari Gunung Kelud. Sedangkan “Mbelik Wedok” memiliki kedalaman
sekitar 75 cm, lumayan dangkal. Di dekat “Mbelik Wedok” terdapat pohon Saman yang
sangat besar, dan sudah berumur ratusan tahun. Pohon Saman tersebut berdiameter sekitar
2 meter. Bahkan akar-akarnya digunakan sebagai tangga menuju ke “Mbelik Wedok”.
Sebenarnya, dulu pohon Saman ada dua, yang satunya terletak di dekat “Mbelik Lanang”,
namun 7 tahun yang lalu, pohon Saman yang terletak di dekat “Mbelik Lanang” tersebut
ditebang dengan alasan komersial. Namun dalam peristiwa penebangan tersebut terjadi
tragedi, yakni ditemukannya kera yang mati karena terkena gergaji mesin. Dengan adanya
tragedi tersebut, pohon Saman yang ada di dekat “Mbelik Wedok” masih dipertahankan
sampai saat ini, karena banyak pihak perusahaan yang takut untuk membelinya.

Masyarakat Desa Krenceng sangatlah menghormati tempat tersebut. Konon katanya,


“Mbelik Mberlele” dihuni oleh banyak makhluk gaib yang salah satunya bernama Mbah
Dipho, yang sekaligus sebagai pimpinan makhluk gaib di tempat tersebut. Setiap
masyarakat yang melakukan hajatan, misalnya pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya
harus memberi sesajen yang berupa degan (kelapa muda), bunga mawar, bunga kenanga,
kemenyan, berbagai bumbu dapur, dan telur jawa.
Jika orang yang mempunyai hajatan tersebut lupa untuk memberi sesajen,
masyarakat percaya bahwa acara hajatan tersebut tidak akan berjalan lancar, karena
diganggu makhluk gaib dari “Mbelik Mberlele” tersebut.

Hal tersebut juga pernah terjadi terhadap saudara sepupu saya sendiri. Sedikit
cerita, saudara sepupu saya mengadakan hajatan khitanan anaknya, namun ia lupa untuk
memberikan sesajen ke “Mbelik Mberlele”. Pada saat acara puncaknya, saudara sepupu
saya dan anaknya yang dikhitan tiba-tiba pingsan tanpa sebab.

Selain memberikan sesajen pada saat acara hajatan, “Mbelik Mberlele” juga
digunakan sebagai tempat untuk meminta nomor togel oleh oknum masyarakat, menurut
yang berpengalaman, nomor togel tersebut didapat melalui mimpi, dan ternyata benar,
nomor togel yang keluar sesuai dengan yang tertera dalam mimpinya

Dengan adanya kejadian-kejadian aneh seperti itu, membuat masyarakat percaya


akan kekuasaan makhluk gaib penghuni “Mbelik Mberlele” dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Desa Krenceng.
Sumber :

http://www.buletin-alilmu.com/2010/06/03/pembagian-tauhid-dan-penyimpangan-
penyimpangannya/

http://www.ilmoe.com/585/pembagian-tauhid-rububiyah-uluhiyah-asma-wa-
sifat.html

You might also like