You are on page 1of 6

Nama Mahasiswa : Utami Apriani

Kelas : Palembang I
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Pahlawan, M.A

Soal
1.Apa sebab munculnya filsafat empirisme dan siapa tokohnya dan apa kelemahannya?
JAWABAN
a. Sejarah aliran Filsafat Empirisme
Seperti yang kita ketahui bahwa filsafat tidak hanya mempunyai satu atau dua aliran saja,
tapi filsafat mempunyai berbagai macam aliran. Dimana aliran-aliran tersebut muncul karena
adanya perbedaan cara kita dalam memandang dunia dan seisinya. Empirisme adalah salah satu
aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman indra
manusia. Aliran ini lebih berfokus pada pengalaman yang dimiliki oleh seseorang sebagai
sumber dari pengetahuan. Kata empirisme berasal dari Bahasa Yunani yang artinya pengalaman
inderawi atau pengalaman observasi melalui panca indera. Empirisme adalah suatu aliran yang
sangat bertentangan dengan rasionalisme. Menurut para tokoh yang ada di dalamnya,
pengetahuan itu berasal dari pengalaman. Sehingga panca indera adalah sumber utama yang
paling jelas dan pasti daripada akal. Semua hal yang diketahui oleh manusia itu tergantung pada
bagaimana mereka menggunakan panca inderanya, mulai dari mendengar, melihat, menyentuh
yang mereka miliki, dan berbicara.Ketika dunia memasuki masa Revolusi Industri, manusia
mulai mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menetapkan kebijakan dalam
mengatasi berbagai masalah sosial di masyarakat. Mistisisme serta kepercayaan tentang klenik
dan sihir telah mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Masalah sosial mulai diselesaikan dengan
penyusunan dan pengujian berbagai teori yang bersifat ilmiah. Tolok ukur yang digunakan ialah
empirisme dan metode ilmiah. Ajaran pokok dari empirisme dapat dibagi berdasarkan
pandangannya mengenai sumber pengetahuan, metode berpikir dan model penalaran yang
digunakan. Sumber pengetahuan dalam pandangan empirisme hanya dari pengalaman. Metode
berpikir yang digunakannya ialah melalui bukti empiris dan percobaan. Sedangkan model
penalaran yang digunakannya adalah penalaran induktif.
b. Tokoh-Tokoh Filsafat Empirisme
Menurut Waris (2014, 63), terdapat beberapa tokoh aliran filsafat empirisme
1. Francois Bacon
Tokoh utama dalam Aliran Empirisme ini adalah Francos Bacon (1210-1292 M),
berpendapat bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima
orang melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber
pengetahuan yang sejati. Kata Bacon selanjutnya, pengetahuan haruslah dicapai dengan
induksi, yaitu memperhatikan yang kongkrit, mengelompokkan dan ini adalah tugas ilmu
pengetahuan.
2. Aristoteles
Aristoteles menggunakan pendekatan empirisme untuk menetapkan dasar-dasar ilmu
pengetahuan. Ia mengandalkan kemampuan indera khususnya penglihatan (mata) dan
pendengaran (telinga). Penggunaan pendekatan ini kemudian disebut sebagai metode
induktif atau metode empirisme. Setiap kasus kejadian yang meliputi fenomena alam
maupun fenomena sosial, diberikan kesimpulan umum atau generalisasi sehingga
diperoleh pengetahuan ilmiah. Metode ini menciptakan satu alat bantu bagi penemuan
pengetahuan ilmiah yang disebut statistika.
3. John Locke
John Locke menjadi peletak dasar empirisme dalam proses berpikir.Pada tahun 1669, ia
menulis sebuah buku berjudul Essay Concerning Human Understanding yang memiliki
premis utama berupa pernyataan bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman. Pemikiran Locke ini menolak pendapat Plato mengenai adanya ide bawaan
sebelum perolehan pengalaman. Ia menolak semua gagasan yang mendukung adanya ide
bawaan. Empirisme yang dikembangkan oleh John Locke juga berkaitan dengan
pendidikan. Pemikiran empirisme John Locke berkaitan dengan pandangannya mengenai
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia saat lahir. Ia meyakini bahwa manusia
dilahirkan dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan sama sekali. Locke juga meyakini
bahwa perkembangan anak khususnya dalam pendidikan sepenuhnya dipengaruhi oleh
lingkungan.
4. Thomas Hobbes
Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengenalan terhadap segala sesuatu selalu diawali
oleh pengalaman indrawi. Kebenaran hanya dimiliki oleh sesuatu yang dapat dirasakan
oleh indra. Ia meyakini bahwa pengenalan intelektual merupakan hasil penjumlahan dari
data-data indrawi yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. Hobbes menganggap
sistem materi tersusun dari dunia dan materi sebagai objek pengenalannya. Keberadaan
objek pengenalan berlangsung secara terus-menerus karena adanya hukum mekanisme.
Dalam sejarah filsafat modern, pemikiran Hobbes merupakan sistem materialistis yang
pertama.
5. David Hume
David Hume adalah salah satu tokoh empirisme yang berasal dari Inggris. Pemikiran
empiris yang dikemukakannya bersifat radikal. Ia mengartikan substansi pengetahuan
sebagai perulangan dari pengalaman sehingga keseluruhan pengetahuan merupakan total
pengalaman. Pandangan David Hume cenderung skeptisisme karena ia hanya mengakui
hasil pengetahuan oleh indra secara luas. Ia menganggap pengalaman sebagai sebuah
khayalan dan anggapan semata.
c. Kelemahan aliran Filsafat Empirisme
Menurut Waris (2014, 63), terdapat beberapa kelemahan yang berkaitan dengan aliran filsafat
empirisme:
1. Empirisme hanya mengandalkan pengalaman yang tidak berhubungan langsung dengan
kenyataan objektif jika berperan sebagai konsep. Pengertian dari pengalaman bersifat
kurang jelas untuk berperan sebagai sumber pengetahuan yang sistematis.
2. Keterbatasan dan ketidaksempurnaan indra manusia membuat empirisme tidak mampu
membedakan antara sesuatu yang bersifat khayalan dan fakta.
3. Empirisme tidak memberikan kepastian mengenai pengetahuan, karena adanya
kelemahan dari indra manusia.
2.Dalam pengangkatan kepala perlu petimbangan, pertimbangan apa yg fundamental
sehingga kepala sukses dalam melaksanakan tugasnya!
JAWABAN
Pertimbangan dalam memilih calon pemimpin berguna agar kita tidak salah dalam memilih
kepala atau pemimpin. Jika kita memilih kepala atau pemimpin dengan tepat, maka kita akan
dipimpin dengan baik. Sebaliknya, jika kita salah memilih, maka kita akan
dirugikan.Pertimbangan fundamental yang harus diperhatikan dalam memilih seorang kepala
atau pemimpin.Terdapat beberapa hal yang bisa dijadikan pertimbangan dalam memilih kepala
atau pemimpin antara lain:
1. Integritas
Integritas adalah atribut kepemimpinan yang paling fundamental. Mengapa demikian?
Karena integritas merupakan konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Dalam memilih pemimpin, hal utama yang harus
diperhatikan adalah integritas. Hal ini karena integritas menunjukan produktivitas yang tinggi.
Jika calon pemimpin tidak memiliki integritas, maka ia tidak akan bisa memimpin dengan baik
dan benar.
2. Empati
Empati adalah sebuah keadaan mental dimana seseorang merasakan pikiran, perasaan
atau keadaan yang sama dengan orang lain. Ini adalah kemampuan dasar untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitar. Seorang pemimpin harus memiliki empati yang tinggi, agar bisa
merasakan apa yang bawahan rasakan. Bawahan akan merasa diperhatikan dan disiapkan
kebutuhannya. Dengan demikian, pemimpin bisa memimpin dengan baik.
3. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah penguasaan diri atau kemampuan untuk memahami,
mengendalikan, dan meningkatkan hubungan antara apa yang kita rasakan dan cara kita
bertindak. Kemampuan ini disebut juga dengan Emotional Quotient (EQ). Pemimpin dengan
kecerdasan emosional yang baik, pintar mengolah emosi. Mereka juga pintar berkomunikasi dan
meredakan konflik. Maka dari itu, seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan emosional yang
baik.
4. Visi
Visi adalah suatu rangkaian kata yang di dalamnya terdapat impian, cita-cita atau nilai
inti dari suatu lembaga atau organisasi. Bisa dikatakan visi menjadi tujuan masa depan suatu
organisasi atau lembaga. Ia berisi pikiran-pikiran yang terdapat di dalam benak para pendiri.
Umumnya visi berkaitan dengan misi. Seorang pemimpin harus mempunyai visi misi dalam
memimpin suatu lembaga atau organisasi. Dengan mempunyai visi misi, ia bisa memajukan
lembaga atau organisasi yang ia pimpin.
5. Penilaian
Penilaian yang baik berarti pengambilan keputusan yang baik. Agar bisa melakukan
penilaian dengan baik, pemimpin harus melihat sesuatu dari segala sisi. Semakin banyak point of
view, semakin akurat penilaian yang dibuat.
6. Keberanian
Seorang pemimpin harus siap menghadapi konflik. Nah, untuk menghadapi konflik,
sangat dibutuhkan keberanian. Berani berada di garis depan, menjadi penengah, dan berani
menghadapi segala risiko yang mungkin terjadi.
7. Passion dan spirit
Hal terakhir yang menjadi pertimbangan saat memilih pemimpin adalah passion atau
gairah serta semangat. Gairah dan semangat seorang pemimpin itu penting, karena bisa
menciptakan energi positif. Pilihlah seorang pemimpin yang mempunyai antusiasme dan
semangat yang tinggi dalam memimpin suatu lembaga atau organisasi. Seorang pemimpin yang
memang bergairah untuk memimpin, pasti akan berusaha untuk memimpin dengan baik. Ia akan
berusaha memenuhi visi dan misi yang ia lontarkan kepada bawahan. Misalnya, janji untuk
membangun daerah, menambah fasilitas umum, memberikan bantuan sosial, beasiswa dan lain-
lain.

3. Dalam mendidik anak di rumah tangga, pendidikan yang perlu ditanamkan pada anak
kecil sebelum Sekolah !
JAWABAN
Pendidikan menjadi tanggung jawab orangtua. Kelak seperti apa anak kita tumbuh akan dinilai
dari bagaimana dia dibesarkan di dalam keluarga. Karena itu sebagai orangtua sebaiknya kita
tahu bagaimana cara mendidik anak dengan baik. Berikut adalah hal yang harus ditanamkan
dalam mendidik anak:
1. Utamakan Agama
Agama sangat penting dimiliki oleh seorang anak. Dia butuh panduan dalam menjalani
hidup yang ada di dalam kitab suci. Ada banyak kebaikan di sana, salah satunya adalah
kejujuran, ajarkan perlahan dan dengan cara yang menghibur sehingga anak betah belajar agama.
Selalu utamakan agama terlebih dulu dari ilmu apa pun yang nantinya akan dipelajari oleh anak
kita.
2. Menumbuhkan Kasih dalam Diri Anak
Secara alami, anak-anak memiliki rasa saling mencintai dan penuh kasih sayang. Namun,
sebagai orang tua tetap berkewajiban untuk terus menumbuhkannya hingga dewasa nanti.
Caranya yaitu dengan menunjukkan betapa orang tua mencintai mereka. Orang tua dapat
menyatakan kasih sayang secara sederhana, seperti memberikan pelukan, memperhatikan dan
memenuhi kebutuhannya, serta meluangkan waktu bersama anak. Menunjukkan kasih sayang
juga membuat mereka belajar bagaimana cara mengungkapkan kasih sayang serta
menerapkannya pada orang-orang di sekitarnya.
3. Mengenalkan Cara Menghargai Orang Lain
Cara mendidik anak selanjutnya yaitu mulai mengenalkan bagaimana cara menghargai
orang lain dan tidak bersikap egois. Berikan pengertian bahwa mereka tidak dapat selalu
memaksakan kehendaknya dan penting untuk melihat kebutuhan serta kondisi orang-orang di
sekitarnya. Caranya yaitu dengan belajar menghormati anggota keluarga, berbicara dengan
sopan, dan menawarkan diri menolong jika ada yang membutuhkan.
4. Mengajarkan Rasa Tanggung Jawab
Pada masa kanak-kanak, mereka belum memahami benar konsep tanggung jawab.
Namun, saat dewasa kelak, tanggung jawab berperan penting bagi kehidupan mereka. Cara
mendidik anak yang baik untuk mengenalkan tanggung jawab yaitu dengan melibatkan mereka
dalam menentukan keputusan dalam keluarga. Atau, bisa juga hal sederhana seperti merapikan
mainan sendiri, menyiapkan perlengkapan sekolah sendiri, dan membantu membersihkan rumah.
5. Biasakan Mengucapkan Tolong, Maaf, dan Terimakasih
Tiga kata ini sebetulnya sederhana, namun jika diucapkan memiliki dampak yang luar
biasa. Sayangnya, beberapa orang sungkan mengucapkannya. Sebelum mengajarkan ke anak,
mulailah orang tua membiasakan diri untuk seringkali mengucapkan kata tersebut ketika
berinteraksi dengan anak. Lambat laun, anak akan mencontoh kebiasaan baik orang tuanya
dengan terbiasa mengucapkan tolong, maaf, dan terimakasih.
7. Membiasakan Bersikap Jujur
Kejujuran adalah nilai kehidupan mendasar yang harus dimiliki anak sejak dini. Mulailah
membiasakan anak untuk bersikap jujur, baik dalam hal perbuatan, perkataan, serta dalam
berperilaku. Sebagai orang tua, penting untuk memberikan contoh sikap jujur di depan anak-
anak, maupun memberikan kepercayaan pada mereka.
8. Mengenalkan Anak pada Konsekuensi atas Perbuatan Mereka
Anak-anak harus mulai memahami jika semua tindakan selalu membawa konsekuensi.
Perbuatan yang baik, akan membuahkan hasil yang baik pula, begitupun sebaliknya. Namun,
hindari ancaman maupun tindak kekerasan ketika menetapkan konsekuensi atau sanksi jika
mereka melanggar aturan yang ditetapkan.

4.Bagaimana epistemologi ilmu menurut barat dan timur terjadi perbedaan jelaskan!
JAWABAN
Epistemologi adalah salah satu cabang dalam kajian filsafat yang membahas “bagaimana
mendapatkan pengetahuan”. Epistemologi lebih menekankan pada proses mendapatkan sebuah
pengetahuan tertentu. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “episteme” yang berarti
pengetahuan. Pengetahuan merupakan hal yang mutlak terjadi di dalam diri manusia. Manusia
mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yakni kemampuan untuk
berpikir (istilah manusia makhluk berpikir?) akan sesuatu. Hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam
sekitarnya pada dasarnya tidak memiliki pengetahuan karena mereka tidak memiliki kemampuan
berpikir layaknya manusia. Akhirnya, manusialah yang memiliki otoritas atau kuasa terhadap
pengetahuan tersebut. Mungkinkah manusia tanpa adanya pengetahuan? Jawabannya tidak,
karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk berpengetahuan.
Selanjutnya, kata “logos” berarti pikiran, ungkapan, ataupun teori. Bisa dikatakan pula
sebagai ilmu tentang sesuatu. “Logos” juga berarti pengetahuan yang sistematik. Artinya, ada
proses justifikasi terhadap pengetahuan tersebut. Dapat kita simpulkan bersama bahwa
epistemologi adalah ilmu yang berusaha mencari sebuah kebenaran pengetahuan.
Pengetahuan didapatkan oleh manusia melalui berbagai cara dan alat. Adapun sumber-
sumber pengetahuan itu bisa kita klasifikasikan dalam berbagai macam.
1. Panca indra. Sumber pengetahuan yang pertama ini lebih cenderung memanfaatkan alat
indra, seperti melihat, mendengar, membau, dan merasa. Sumber pengetahuan melalui
panca indra dalam filsafat dinamakan aliran empirisme. Empirisme melihat bahwa segala
bentuk pengetahuan yang ada di dunia ini berasal dari indra, lebih mendahului ide.
Pengetahuan itu diperoleh dengan membentuk ide sesuai dengan fakta yang diamati.
Filsuf pertama yang menggagas aliran ini adalah Aristoteles melalui metode induktif.
Dengan ringkas, realisme atau empirisme beranggapan bahwa manusia mengetahui apa
yang didapatkan dari pancaindra.
2. Akal/rasio. Lawan realisme adalah rasionalisme itu sendiri yang lebih mengutamakan
kemampuan akal atau rasio manusia untuk mendapatkan sumber pengetahuan. Filsuf
pertama yang menggagas tema ini adalah Plato dan nantinya diteruskan Leibniz, Kant,
Hegel, dan sebagainya.
3. Intuisi. Intuisi adalah sumber dari pengetahuan selanjutnya. Intuisi berbicara di luar
penjelasan sumber pengetahuan di atas. Intuisi unik karena berbicara di luar kesadaran
manusia. Misalnya, ketika seorang ibu yang sedang memasak di dapur tiba-tiba salah satu
foto yang dipajang di dinding jatuh dan pecah. Lantas, ibu tersebut merasa cemas dan
gusar. Inilah yang menandai adanya perasaan yang secara tidak sadar kita tau akan
sesuatu. Intuisi kebanyakan berkembang di dunia filsafat Barat.

Perbedaan Epistemologi Barat dan Timur


Terminologi “Barat” dan “Timur” sudah banyak tersirat dalam berbagai tulisan kalangan
orientalisme. “Barat” berarti dari kalangan bangsa Eropa atau sekelompok bangsa imperialis,
sedangkan “Timur” lebih cenderung dari kalangan negara bagian ketiga (Asia dan Afrika).
Jika kita menoleh sedikit ke arah hari ini, akan kita jumpai beberapa hal terkait dengan
peradaban modern menjadi titik sentral kebudayaan manusia. Dan konteks “Barat”-lah yang
lebih dominan menguasai segala aspek di peradaban modern saat ini. Sejarah mencatat bahwa
bangsa Barat bisa maju akibat adanya proses sejarah yang panjang yang menyelimutinya. Tak
terkecuali terkait dengan cara pandang mereka akan dunia dan realitas.
Seperti dikutip oleh salah satu pernyataan seorang ilmuwan cum sejarawan, bangsa Barat
maju karena mereka mencoba untuk meninggalkan konteks mistisisme atau yang berhubungan
dengan agama. Agama telah melahirkan sebuah kenyataan hidup yang cukup membekas bagi
bangsa Barat karena masih terkungkung oleh dogma-dogma gereja yang justru membawa
penderitaan. Bangsa barat cenderung maju dalam pola berpikirnya. Akhirnya, dengan semangat
renaissance yang dimulai dari Italia, Barat berhasil membangun peradaban hingga berkembang
saat ini. Cara berpikir yang lebih bersifat empiris serta rasionalis menjadikan bangsa Barat
menjadi bangsa yang superior.
Bagaimanakah dengan bangsa Timur? Timur seperti yang kita ketahui masih terjebak di
ranah-ranah mistisisme. Sebab, bagi mereka, sumber pengetahuan yang hakiki adalah lewat,
akal, intuisi dan wahyu atau dogma-dogma mistisisme. Kebudayan Timur yang masih begitu
kental di bangsa Timur membuat bangsa ini menjadi bangsa yang tertinggal dari bangsa Barat.
Sehingga ada anggapan dari kalangan orientalis bahwa bangsa Timur ini akan selamanya
menjadi bangsa yang inferior karena masih terjebak dengan dunia mistisisme.
Dari penjelasan dapat dipahami akan perbedaan dari dua kebudayaan yang sangat jelas
sebagai konsekuensi dari perbedaan worldview masing-masing sebagai elemen yang paling
mendasar dari keduanya yaitu Epistemologi Barat dan Timur. Dimana Epistemologi Barat
kajiannya didasarkan pada praduga-praduga sedangkan Epistemologi Timur didasarkan pada
kajian metafisika. Sumber ilmu pengetahuan pada Epistemologi Barat adalah hanya pada akal
(rasio) dan data/fakta empiris sedangkan Sumber Epistemologi Timur adalah akal sehat, panca
indra, intuisi dan wahyu.

You might also like