You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengenalan keuangan Islam selama tahun 1970-an sebagian besar


didasarkan pada pengembangan sistem perbankan yang sesuai dengan Syariah.
Namun, pasca 1990-an, ada minat yang cukup besar untuk mengembangkan produk
dan layanan pasar modal yang sesuai syariah seperti aset sekuritisasi Islam
(Sukuk), ekuitas Islam, dana investasi Islam, dll (IFSB, 2011). Namun, terlepas
dari inisiatif dan diskusi di banyak negara untuk memperkenalkan pasar modal
Islam di yurisdiksi mereka, pangsa aset non-perbankan dalam keuangan Islam
masih relatif kecil.

Titik pertentangan di pasar modal konvensional dari sudut pandang Islam


muncul di beberapa struktur yang mendasari produk di pasar ekuitas, hutang dan
derivatif yang tercemar unsur-unsur yang tidak sesuai dengan Syariah (Hukum
Islam). Sistem keuangan Islam didasarkan pada dasar-dasar syariah yang
membutuhkan keuntungan dari investasi yang akan diperoleh dengan cara yang etis
dan bertanggung jawab secara sosial yang sesuai dengan ajaran Islam. Syariah
mensyaratkan investasi untuk bebas dari riba (suku bunga), gharar (hasil yang
tidak pasti), maysir (perjudian), dan komoditas yang dilarang (minuman keras,
daging babi, dll.) sambil terus mematuhi persyaratan kontrak
investasi/perdagangan sebagaimana disyaratkan. dalam Hukum Islam tentang
Kontrak. Oleh karena itu, investasi ekuitas yang terkait dengan aktivitas yang
dianggap tidak diperbolehkan oleh Syariah dilarang bagi investor Muslim.

Proses mengidentifikasi dan menghasilkan alternatif yang sesuai dengan


ketentuan syariah untuk instrumen pasar modal konvensional melibatkan tim
profesional yan ahli pada bidangnya untuk memenuhi syarat dan ketentuan syariah
yang menyaring struktur dan kegiatan yang mendasari investasi yang diusulkan
untuk memastikan para investor mematuhi ketentuan syariah dan karenanya
didukung dengan label yang sesuai dengan ketentuan syariah. Sehingga dalam

1
ekuitas Islam, ulama dari Dewan Pengawas Syariah akan menyaring semua ekuitas
yang diperdagangkan di dewan konvensional untuk mengidentifikasi saham yang
bebas dari unsur-unsur larangan seperti yang ditentukan oleh Syariah yang
kemudian akan dicatatkan pada indeks saham Islam.

B. Rumusan Masalah

Maka berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat


dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:

1. Bagaimana Islamic Capital Market didefinisikan dan diuraikan?


2. Apa saja yang termasuk kedalam komponen-kompenen terpenting dalam
Islamic Capital Market?
3. Bagaimana perkembangan Islamic Capital Market di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Atas dasar latar belakang dan beberapa permasalah yang telah dirumuskan
diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk untuk:

1. Untuk mengetahui definisi dan uraian dari Islamic Capital Market.


2. Untuk mengetahui komponen-kompenen terpenting dalam Islamic Capital
Market
3. Untuk mengetahui perkembangan Islamic Capital Market di Indonesia

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Islamic Capital Market

Islamic Capital Market (ICM) merupakan bagian integral dari Sistem


Keuangan Islam di mana aset keuangan syariah ditransaksikan. Ini memainkan
peran penting dalam pertumbuhan Lembaga Keuangan Islam. Ini adalah pasar di
mana orang, perusahaan, dan pemerintah dengan dana surplus mentransfernya ke
orang, perusahaan, atau pemerintah yang kekurangan dana. Ini bertindak sebagai
perantara keuangan dengan menyalurkan uang dari unit surplus ke unit defisit.
Tulang punggung ICM adalah prinsip-prinsip Syariah. ICM berfungsi sebagai
pasar paralel dengan pasar modal konvensional untuk pencari dan penyedia modal.
ICM menarik dana dari sumber domestik maupun internasional (Alam, dkk., 2017).

ICM dibentuk untuk menarik tabungan dan menyalurkannya untuk tujuan


produktif dengan mengikuti prinsip syariah. ICM terdiri dari pasar primer dan
sekunder. Sementara pasar primer secara langsung memengaruhi pasokan dana
untuk investasi melalui ekuitas, pasar sekunder melakukan hal yang sama secara
tidak langsung. Fungsi pasar sekunder multi-fold. Ini memberikan likuiditas ke
aset dengan memberikan peluang keluar lebih awal; harga aset dan risiko terkait
secara terus menerus menggabungkan informasi baru yang relevan saat informasi
itu tiba. Saat ini, berbagai produk pasar modal tersedia seperti sekuritas syariah,
sukuk, unit trust syariah, Islamic Real Estate Investment Trust, dll. (Alam, dkk.,
2017).

Pengertian pasar modal menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal
(UUPM) adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Berdasarkan definisi
tersebut, terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan pasar
modal yang diatur oleh undang-undang pasar modal yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah sistem yang

3
terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara umum kegiatan pasar
modal syariah tidak berbeda dengan pasar modal konvensional, namun terdapat
beberapa ciri khusus dari pasar modal syariah yaitu produk dan mekanisme
transaksinya tidak bertentangan dengan prinsip hukum Islam (Rizaldy & Ahmed,
2019). Pasar modal syariah memberikan peluang untuk diversifikasi, terutama
dalam hal memitigasi risiko sistematis seperti turbulensi akibat Covid-19 (Rizaldy
& Rahayu, 2021).

Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumber dari Al-


Qur’an sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Selain
itu, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran yang
kemudian disebut fiqh. Salah satu pembahasan dalam fikih adalah pembahasan
muamalah, yaitu hubungan antar manusia yang berkaitan dengan bisnis. Atas dasar
itu, kegiatan pasar modal syariah dikembangkan dengan berlandaskan fiqh
muamalah. Ada kaidah fikih muamalah yang menyatakan bahwa pada prinsipnya
semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang menentangnya.
Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal syariah di Indonesia (Malik,
2017).

Hal ini dijelaskan kembali berdasarkan Syukri (2012), pasar modal adalah
tempat jual beli efek, seperti saham, obligasi atau reksa dana, yang dilakukan pada
hari-hari tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Patokan penetapan prinsip syariah di pasar modal secara umum adalah larangan
transaksi yang tidak sesuai dengan syariah, seperti riba, gharar, maysir, qimar, dan
dharar. Kemudian syarat utama dari sisi produk adalah memastikan bahwa saham
yang diterbitkan oleh suatu perusahaan bukanlah perusahaan yang menghasilkan
produk haram, seperti alkohol, industri keuangan berbasis konvensional, rokok,
dan lain-lain (Abdalloh, 2018)

B. Komponen-Kompenen Terpenting dalam Islamic Capital Market

Secara umum, ICM menyediakan tiga pasar yang mirip dengan pasar modal
konvensional seperti pasar ekuitas Islam, instrumen pendapatan tetap Islam atau
pasar Sukuk, dan derivatif Islam atau pasar produk berstruktur Islam. Meskipun

4
komponennya mirip dengan yang ditemukan di pasar modal konvensional, fitur
produk yang mendasari masing-masing komponen berbeda. Tidak ada persyaratan
Syariah untuk bursa saham terpisah untuk membuat saham ini sesuai, dan ICM saat
ini tidak menyediakan bursa saham terpisah untuk ekuitas atau saham yang
disetujui Islam. Saham memenuhi syarat setelah mereka melewati kriteria
penyaringan yang ditetapkan oleh berbagai penyedia sesuai dengan prinsip
Syariah. Instrumen pasar modal syariah terbagi dalam tiga kategori utama, yaitu
(Alam, dkk., 2017):

1) Pasar ekuitas dan produk terkaitnya:


a. Perusahaan publik
Seperti pasar ekuitas konvensional, pasar ekuitas Islam menyediakan
platform bagi unit defisit untuk mengumpulkan uang melalui
pembiayaan ekuitas dan bagi investor untuk berinvestasi dalam
saham perusahaan. Ia juga memfasilitasi investasi kolektif melalui
dana, dimana investor berbagi keuntungan dan kerugian secara
proporsional, sesuai dengan kinerja dana tersebut.
b. Unit trust dan reksa dana
Unit trust populer di Asia Tenggara. Mereka menyerupai reksa dana
yang populer di AS, Eropa, dan Jepang. Unit trust atau reksa dana
adalah skema investasi di mana pengelola dana mengumpulkan uang
dari investor dengan tujuan investasi serupa untuk diinvestasikan
dalam portofolio aset, seperti saham dan obligasi. Dana yang
terkumpul dalam unit trust atau reksa dana kemudian akan
diinvestasikan dalam berbagai kelas aset sesuai dengan tujuan
investasi unit trust fund.
c. Dana ekuitas swasta
Ekuitas swasta adalah istilah luas yang digunakan untuk
menggambarkan ekuitas perusahaan yang tidak terdaftar di bursa
saham publik. Tidak terdaftar berarti setiap investor yang ingin
menjual sekuritas tersebut harus menemukan pembeli yang bersedia
jika tidak ada pasar. Perbedaan utama reksa dana private equity
syariah dan konvensional adalah kesesuaian target investasi yaitu

5
perusahaan investee. Dewan Syariah dari dana ekuitas swasta Islam
harus menyaring perusahaan yang teridentifikasi.

6
d. Dana khusus
Ekuitas swasta adalah istilah luas yang digunakan untuk
menggambarkan ekuitas perusahaan yang tidak terdaftar di bursa
saham publik. Tidak terdaftar berarti setiap investor yang ingin
menjual sekuritas tersebut harus menemukan pembeli yang bersedia
jika tidak ada pasar. Perbedaan utama reksa dana private equity
syariah dan konvensional adalah kesesuaian target investasi yaitu
perusahaan investee. Dewan Syariah dari dana ekuitas swasta Islam
harus menyaring perusahaan yang teridentifikasi.
2) Instrumen pendapatan tetap Islam—Sukuk.
Obligasi adalah instrumen hutang dimana penerbit berutang kepada investor
sejumlah uang yang terdiri dari pembayaran pokok dan kupon. Bentuk
struktur ini tidak dapat diterima berdasarkan prinsip Syariah. Tidak hanya
struktur yang mengandung unsur bunga yang tidak diperbolehkan, tetapi
perdagangan obligasi ini di pasar sekunder juga dilarang. Karena penjualan
sertifikat Sukuk kepada pihak ketiga dengan harga apapun selain nilai
nominalnya tidak diperbolehkan berdasarkan Syariah, sebagian besar Sukuk
tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Sebagian besar Sukuk yang
telah diterbitkan hingga saat ini cenderung ditempatkan secara pribadi,
yaitu sertifikat perwalian diterbitkan untuk investor institusional yang akan
berinvestasi dalam sertifikat perwalian dalam denominasi besar, bukan
untuk masyarakat umum. Beberapa sukuk seperti sukuk musyarakah dapat
diperdagangkan di pasar sekunder (Bareksa, 2018).
3) Produk dan turunan berstruktur syariah

7
Derivatif syariah dan produk terstruktur sama pentingnya dalam ICM
karena bertujuan untuk mengelola risiko keuangan dengan cara yang lebih efektif
dan, pada saat yang sama, sesuai dengan prinsip Syariah. Manajemen risiko
merupakan aspek penting dari sebagian besar produk keuangan Islam, yang
didasarkan pada kontrak seperti penjualan, sewa, dan kemitraan. Karena fitur dan
karakteristik yang melekat dan fakta bahwa itu pada dasarnya terkena risiko yang
berbeda dengan keuangan konvensional, kebutuhan akan manajemen risiko yang
efektif dalam keuangan Islam sangat penting. Sementara eksposur utama keuangan
konvensional adalah risiko kredit, produk keuangan Islam mungkin terkena risiko
pasar, risiko operasional, risiko tingkat pengembalian, dan risiko investasi ekuitas.
Karena sifat unik dari kontrak dasar yang berbeda (mekanisme pembagian laba
atau rugi dan struktur berbasis aset) dari instrumen pasar modal Islam, eksposur
risiko keuangan Islam agak berbeda dari keuangan konvensional (Alam, dkk.,
2017).

C. Perkembangan Islamic Capital Market di Indonesia

Pasar modal syariah di Indonesia telah ada sejak 3 Juli 1997, ditandai
dengan diterbitkannya reksa dana syariah oleh PT. Investasi Dana Reksa, disusul
munculnya JII (Jakarta Islamic Index) pada 3 Juli 2000 dan obligasi syariah pada
awal September 2002. Perkembangan berlanjut hingga 14 Maret 2003, muncul
Bapepam dan DSN-MUI yang menunjukkan kesepakatan untuk mengembangkan
syariah berbasis pasar modal di Indonesia (OJK, 2016).

Untuk saat ini, Prinsip Syariah di Pasar Modal Syariah Indonesia mengacu
pada Peraturan OJK No.15/POJK.04/2015 tentang Penerapan Prinsip Syariah di
Pasar Modal yang berbunyi “Prinsip-prinsip hukum Islam dalam kegiatan di
bidang Pasar Modal berdasarkan fatwa DSN-MUI, baik fatwa yang ditetapkan
dalam peraturan OJK maupun fatwa yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya
peraturan ini, sepanjang fatwa di maksud tidak bertentangan dengan peraturan ini
dan atau Peraturan OJK lain yang didasarkan pada fatwa DSN-MUI”. Seperti
yang tertuang dalam pengertian Prinsip Syariah dalam Pasar Modal Indonesia,

8
peraturan yang menjadi acuan penyelenggaraan Pasar Modal Syariah di Indonesia
adalah (OJK, 2015):

1. Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)


2. Peraturan OJK (POJK) terkait Pasar Modal Syariah

Tonggak kebangkitan pasar modal syariah Indonesia sudah dimulai dengan


diluncurkannya Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebagai indeks komposit
saham syariah yang terdiri dari seluruh saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI), pada tahun 2011. Kemudian disusul peluncuran Syariah Online
Trading System (SOTS) oleh perusahaan efek di tahun yang sama. SOTS
merupakan sistem pertama di dunia yang dikembangkan untuk memudahkan
investor syariah dalam melakukan transaksi saham sesuai prinsip syariah. Pada
tahun 2013, Bank Syariah Mandiri menjadi Bank RDN Syariah pertama. Selain itu,
di tahun yang sama, ETF Syariah pertama diluncurkan di Indonesia. Bank Panin
Syariah menjadi emiten syariah pertama yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2014 (IDX Syariah, 2022).

Dirangkum dari penelitian yang dilakukan dari sebuah penelitian, dengan


perkembangan saat ini dimana seluruh dunia terutama Indonesia tengah
memperbaiki sektor perekonomiannya, diketahui selama pandemi Indonesia nilai
kapitalisasi pasar saham syariah turun -22,39% year to date (ytd), sedangkan pasar
saham reguler (konvensional) turun -23,55%. Namun jika dilihat dari kinerja
keduanya, pasar saham syariah mengalami penurunan sebesar -16,33% ytd
sedangkan pasar saham konvensional mengalami penurunan kinerja yang
signifikan sebesar -20,60% ytd. Secara umum dapat dilihat bahwa pasar saham
syariah meskipun mengalami penurunan masih lebih unggul dari pasar saham
konvensional (Rachmat & Susanti, 2021). Salah satu alasannya karena industri
keuangan syariah di Indonesia memiliki satu lembaga khusus yang mengatur
regulasi sesuai prinsip syariah, yaitu Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI). Fungsi utama DSN-MUI adalah mengeluarkan produk
hukum berupa fatwa yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, salah satunya
adalah fatwa mekanisme perdagangan di pasar modal syariah (Pratiwi dan Fatwa,
2022)

9
Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia tahun 2020, sejak munculnya
kasus COVID-19 pertama di Indonesia, sejak 2 Maret 2020 hingga 31 Maret 2021,
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menguat sebesar 13,9%. Demikian juga
dengan indeks saham syariah lainnya, seperti JII70 yang naik 12,3% dan JII naik
7,8%. Jika dibandingkan dengan indeks LQ45 yang meningkat sekitar 5,1% dan
IDX30 yang meningkat 2,4%, kinerja indeks saham syariah masih jauh lebih baik.
Data ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2020), beliau
menyatakan bahwa indeks saham syariah JII berfluktuasi selama pandemi, namun
jika dilihat secara umum, JII mengalami kenaikan sebesar 0,14%. Menurutnya, hal
ini karena saham syariah memiliki daya transaksi dan tawar-menawar yang baik.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Yusuf & Anthoni (2020), menunjukkan
bahwa jika dilihat dari tren pergerakan, terdapat perbedaan yang signifikan antara
IHSG dan ISSI, baik sebelum maupun selama pandemi COVID-19, dimana
pergerakan indeks ISSI jauh lebih tinggi (Pratiwi dan Fatwa, 2022)

Laporan tahunan dari BEI yang diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tumewu (2019) menyebutkan bahwa minat generasi milenial dalam
berinvestasi dikarenakan kemajuan teknologi berupa financial technology (fintech)
yang memberikan kemudahan bagi investor. untuk berinvestasi online. Di masa
pandemi COVID-19 ini, kemajuan teknologi (berupa aplikasi trading) yang
diluncurkan oleh perusahaan sekuritas dapat memudahkan generasi milenial dalam
berinvestasi di pasar modal untuk bertransaksi/berdagang secara online, selain itu
fitur lain yang tersedia pada aplikasi dapat diperoleh informasi. tentang pasar
modal. Kesimpulan yang dikemukakan oleh Tarigan et al., (2019) terbukti dalam
penelitian ini yaitu dengan adanya fitur online dapat meningkatkan peran investor
dalam bertransaksi di pasar modal. Milenial akan dengan mudah mengamati
pergerakan pasar modal atau mengakses informasi investasi di pasar modal kapan
saja, menggunakan koneksi internet (Karatri, et al., 2021)

10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dan kajian yang dituliskan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa Islamic Capital Market (ICM) merupakan bagian integral dari Sistem
Keuangan Islam di mana aset keuangan syariah ditransaksikan, yang berfungsi
sebagai pasar paralel dengan pasar modal konvensional untuk pencari dan penyedia
modal. Di Indonesia terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai
kegiatan pasar modal yang diatur oleh undang-undang pasar modal yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Secara umum, ICM menyediakan tiga pasar
yang mirip dengan pasar modal konvensional seperti pasar ekuitas Islam,
instrumen pendapatan tetap Islam atau pasar Sukuk, dan derivatif Islam atau pasar
produk berstruktur Islam.
Pada perkembangannya di Indonesia Pasar modal syariah di Indonesia telah
ada sejak 3 Juli 1997, ditandai dengan diterbitkannya reksa dana syariah oleh PT.
Investasi Dana Reksa, disusul munculnya JII (Jakarta Islamic Index) pada 3 Juli
2000 dan obligasi syariah pada awal September 2002. Perkembangan berlanjut
hingga 14 Maret 2003, muncul Bapepam dan DSN-MUI yang menunjukkan
kesepakatan untuk mengembangkan syariah berbasis pasar modal di Indonesia.
Tonggak kebangkitan pasar modal syariah Indonesia sudah dimulai dengan
diluncurkannya Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebagai indeks komposit
saham syariah yang terdiri dari seluruh saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI), pada tahun 2011.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Abdalloh, I. (2018). Islamic Stock Market. Jakarta: Elex Media Komputindo
Alam, N., Gupta, L., & Shanmugam, B. (2017). Islamic finance: A practical
perspective. Islamic Finance: A Practical Perspective (pp. 1–481). Springer
International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-66559-7
Islamic Financial Services Board (2011). Strategies for the Development of Islamic
Capital Markets. Malaysia: Kuala Lumpur
Syukri, M. (2012). Al-Mu’āmalatu al-Ājilatu fī Burṣati al-Awrāqi al-Māliyati min
Manẓūri al-Syarīati alIslāmiyati: Dirāsatu Fiqhiyatin Muqāranatin.
Alexandria: Daar al-Fikri al-Jami’.
Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Peraturan OJK No.15/POJK.04/2015 tentang
Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal.

Artikel Ilmiah
Karatri, R., H., Faidah, F., & Lailyah, N. (2021). Determinants of Millennial Generation's
Interest in Capital Market Investment during the Covid-19 Pandemic. Jurnal Ilmiah
Manajemen dan Bisnis, 6(2).
Malik, A. D. (2017). Analisa Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Minat
Masyarakat Berinvestasi di Pasar Modal Syariah Melalui Bursa Galeri
Investasi UISI. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam (Journal of Islamic
Economics and Business), 3(1), 61. https://doi.org/10.20473/jebis.v3i1.4693
Pratiwi, F. R. (2022). The Existence of Indonesian Islamic Market Stocks During
The Covid-19 Pandemic. Journal of Strategic and Global Studies, 5(2), 1.
Rachmat, D., & Susanti, A., P. (2021). Indonesian Sharia Capital Market Investment:
Opportunities and Challenges Amid the Covid-19 Pandemic (From the Perspective of
Ulama Fatwa). Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning.
Rizaldy, M. R., & Ahmed, H. (2019). Islamic legal methodologies and Shariah
screening standards: Application in the Indonesian stock market.

12
Thunderbird International Business Review, 61(5), 793–805.
https://doi.org/10.1002/tie.22042
Rizaldy, M. R., & Rahayu, S. (2021). Mapping the global Islamic equity market
vis-à-vis the COVID-19 turbulence. Jurnal Ekonomi & Keuangan Islam,
7(2), 175–188. https://doi.org/10.20885/jeki.vol7.iss2.art6
Tarigan, H. I., Manurung, Y., & Marpaung, W. (2019). Customer Loyalty And Quality Of
Service To Customers Of Online Transportation Services. PHILANTHROPY: Journal
of Psychology, 3(1), 34
Tumewu, F. (2019). The Interest of Young Investors To Invest In The Capital Market Through
Fintech Technology. JMBI UNSRAT (Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Inovasi
Universitas Sam Ratulangi), 6(2), 133–145.
Yusuf., & Anthoni, L. (2020). Comparison of Movements in the Composite Stock Price
Index (JCI) with the Indonesian Sharia Stock Index (ISSI) during the Covid-19
pandemic. Seminar Nasinal Akuntansi (SENA) III, Universitas Lampung
Yusuf., & Anthoni, L. (2020). Comparison of Movements in the Composite Stock Price Index
(JCI) with the Indonesian Sharia Stock Index (ISSI) during the Covid-19 pandemic.
Seminar Nasinal Akuntansi (SENA) III, Universitas Lampung

Situs Website
OJK. (2016). Pasar Modal Syariah.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/pages/pasar-modal-syariah.aspx
[diakses pada 2 Maret 2023]
Bareksa. Apa Bedanya Obligasi Konvensional Dan Syariah? Ini Penjelasan Soal
Sukuk. https://www.bareksa.com/berita/sbn/2018-10-30/apa-bedanya-
obligasi-konvensional-dan-syariah-ini-penjelasan-soal-sukuk [diakses pada
2 Maret 2023]
IDX Syariah. 2022. PASAR MODAL SYARIAH INDONESIA.
https://www.idx.co.id/id/idx-syariah/ [diakses pada 2 Maret 2023]

13

You might also like