You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITAS

LINGKUNGAN
Pertemuan 2: Penentuan Pengambilan Sampel Air
Sungai Analisis Kualitas Air Sungai di Yogyakarta

Disusun oleh:

Nama : Muhamad Alfinnudin Cholil

NIM : 2000029190

Golongan : C2

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
PERCOBAAN

PENENTUAN LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL AIR SUNGAI

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat menentukan lokasi pengambilan sampel air sungai

B. Tinjauan Pustaka
Sungai merupakan saluran terbuka yang terbentuk secara alami di
atas permukaan bumi, tidak hanya menampung air tetapi jua
mengalirkannya dari bagian hulu menuju ke bagian hilir dan ke muara
(Junaidi, 2014). Menurut Putra (2014), sungai dapat diartikan sebagai
aliran terbuka dengan ukuran geometrik (tampak lintang, profil
memanjang dan kemiringan lembah) berubah seiring waktu, tergantung
pada debit, material dasar dan tebing, serta jumlah dan jenis sedimen yang
terangkut oleh air.
Menurut Junaidi (2014), proses terbentuknya sungai berasal dari
mata air yang mengalir di atas permukaaan bumi. Proses selanjutnya aliran
air akan bertambah seiring dengan terjadinya hujan, karena limpasan air
hujan yang tidak dapat diserap bumi akan ikut mengalir ke dalam sungai.
Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan
warna dan terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H 2O.
Karena air mempunyai sifat yang hampir bisa digunakan untuk apa saja,
maka air merupakan zat yang paling penting bagi semua bentuk kehidupan
(tumbuhan, hewan, dan manusia) sampai saat ini selain matahari yang
merupakan sumber energi. Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut)
yang merupakan bagian terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam
proses, perubahan wujd, gerakan aliran air (di permukaan tanah, di dalam
tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu siklus keseimbangan dan
dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie dan Sjarief, 2010).
Salah satu parameter yang harus diukur untuk menentukan
kualitas air adalah parameter fisika. Beberapa parameter fisika yang
digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi suhu, kekeruhan,
warna, daya hantar listrik (DHL), jumlah zat padat terlarut (TDS), rasa,
dan bau (Effendi,2003). Parameter fisika yang diukur mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
Penurunan kualitas air dapat diindikasikan dengan adanya
peningkatan kadar parameter fisika terukur. Misalnya pada peningkatan
kadar parameter warna, berubahnya warna air menjadi kecoklatan hingga
hitam dapat mengindikasikan adanya kandungan bahan kimia seperti
logam besi, mangan dan sianida yang berasal dari pembuangan limbah
pabrik. Air yang memiliki bau yang tidak enak, mengindikasikan salah
satunya adanya pencemaran oleh bakteri coli tinja (E.coli) yang dapat
menyebabkan penyakit tipus. Jika air telah tercemar dengan logam berat
dan bakteri E.coli, maka secara otomatis air tersebut akan memiliki rasa
(Handayani,2010).

C. Alat dan Bahan


1. Sampel air sungai di daerah hulu, tengah dan hilir
2. Ecology Kit (untuk mengukur DO, CO2)
3. pH meter
4. Termometer
D. Cara Kerja
1. Menentukan lokasi sungai untuk diambil sampel yaitu di bagian hulu,
tengah dan hilir
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Melihat secara parameter fisik air sungai yang meliputi: bau, warna,s
uhu, kekeruhan, TDS, dan rasa, kemudian dicatat hasilnya.
4. Melihat bagaimana karakteristik sungai tersebut, apakah banyak
sampah, mengalir cepat/lambat/tersumbat, banyak keluarga yang
mengalirkan limbahnya lewat pipa, dan lain sebagainya.

A. Cara Mengukur Parameter DO


1. Menyiapkan botol kaca, kemudian dibilas dengan sampel air sungai
sebanyak 3 kali.
2. Mengisi botol kaca tersebut sampai penuh kemudian ditutup dengan
penutupnya.
3. Bukalah tutupnya, kemudian ditetesi 5 tetes Manganios Sulphate
Solution dan 5 tetes Alkali-Azide Reagent
4. Kocoklah sampel tersebut sampai homogen dan usahakan tidak
muncul gelembung-gelembung air.
5. Setelah didiamkan beberapa saat, sampel akan berubah warnanya
menjadi orange sampai kekuningan dan muncul endapan.
6. Letakkan sampel dan diamkan selama 2 menit sampai endapan
menjadi separuh dari botol.
7. Tetesi dengan 10 tetes Sulphuric Acid Solution
8. Tutup lagi botol dan kocok sampa semua bahan terlarut dan sampel
menjadi berwarna kuning.
9. Bilaslah tabung plastic dengan larutan dalam botol kemudian isi
dengan larutan tersebut sebanyak 5 ml kemudian ditutup
10. Teteskan 1 tetes Starch Indikator kedalam tabung, kemudian kocok
secara memutar sampai larutan tercampur dan berwarna violet sampai
biru.
11. Siapkan pipet titrasi, bersihkan dan diisi dengan HI 3810-0 Titrani
Solution sampai angka 0 ml.
12. Mulailah titrasi dengan melewati lubang di tutup tabung plastik sambil
digoyang agar tercampur sampai larutan didalam tabung berubah
warnanya menjadi bening atau tidak berwarna biru lagi.
13. Baca skala dalam pipa titrasi, berapa ml jumlah titrant solution yang
terpakai kemudian X 10 (dikalikan 10) hasilnya adalah mg/L O 2 yang
terlarut.
14. Jika hasilnya dibawah 5 mg/L O 2, maka ulangi langkah ke-9 tetapi
larutan ditambah sebanyak 10 ml.
15. Ulangi titrasi kemudian hasil dari skala pipa titrasi dikalikan 5 (X 5)
dan hasilnya adalah mg/L O2 yang terlarut.
B. Cara Mengukur Parameter CO2
1. Membilas tabung plastic dengan sampel kemudian isilah dengan
sampel sebanyak 5 ml kemudian tutup.
2. Teteskan 1 tetes Phenolphtalein Indikator lewat tutup tabung,
kemudian goyang memutar sampai larutan tercampur.
3. Jika larutan berwarna menjadi merah muda atau merah maka CO 2 yang
terlarut adalah 0 mg/L CO2, jika larutan tetap tidak berwarna/bening
maka lanjutkan langkah berikutnya.
4. Lakukan titrasi, ambil pipet titrasi, bersihkan isi dengan larutan HI
3818-0 sampai skala 0 ml.
5. Lakukan titrasi sambil tabung digoyang agar larutan tercampur dan
hentikan apabila larutan menjadi berwarna merah muda.
6. Baca skala di pipa titrasi, kemudian hasilnya dikalikan dengan 100 (X
100) dan hasilnya adalah mg/L CO2
7. Apabila hasilnya dibawah 50 mg/L CO 2 maka ulangi mulai langkah 1
tetapi sampel air sungai ditambahkan menjadi 10 ml.
8. Kemudian hasil titrasi dikalikan 50, maka hasilnya adalah mg/L CO2.
9. Apabila hasilnya masih dibawah 10mg/L CO 2, maka ulangi lagi mulai
langkah 1 akan tetapi sampel air sungai ditambahkan lagi menjadi 50
ml
10. Kemudian hasil titrasi dikalikan 10, maka hasilnya adalah mg/L CO2
C. Cara Mengukur pH
1. Siapkan pH meter
2. Letakkan sampel dalam tabung kaca
3. Hidupkan tombol power pH meter
4. Masukkan ujung pH meter ke dalam tabung yang sebelumnya telah
diisi sampel air sungai
5. Diamkan selama 5 menit
6. Bacalah nilai yang muncul
7. Ulangi sebanyak 3 kali

TABEL HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR


SUNGAI GAJAH WONG
Data Parameter Fisik
No PARAMETER FISIK HULU TENGAH HILIR
1 Warna Tidak berwarna Coklat Sedikit coklat
2 Bau Tidak berbau Bau amis Bau lumpur
3 Rasa Tidak berasa Pahit Pahit
4 Kekeruhan Jernih Keruh Sedikit keruh
5 Suhu (oC) 28 28.8 29
6 Karakteristik Sungai
Pendukung
a. Adanya Sampah tidak ada sampah plastik, ada sampah plastik ada daun dan ranting
(jenis sampah) hanya daun dan ranting bungkus makanan, botol pohon, ada sampah
disekitar pinggir sungai bekas minuman, sisa plastik
makanan daun kering dan
ranting pohon, ada
sampah rumah tangga
b. Kecepatan aliran air 0,3 0,2 0,1
sungai (m/s)
c. Lainnya .... ada limbah rumah tangga ada air limbah pabrik, ada air limbah rumah
maupun limbah pabrik ada limbah rumah tangga tangga
Data Pengukuran Lapangan
No PARAMETER KIMIA HULU TENGAH HILIR
1 DO (mg/L) 7,4 3,2 4,2
2 CO2 (mg/L) 6 13 8
3 Alkalintas (mg/L CaCO3) 132 65 83
4 Hardness (mg/LcaCO3) 134 175 213
5 pH 6,9 7,5 7,3

E. Pembahasan
Sungai Gajah Wong merupakan salah satu sungai yang ada di
Yogyakarta. Bagian hulu dari sungai ini ada di lereng merapi Kabupaten
Sleman, sedangkan bagian hilirnya berada di Kabupaten Bantul. Kondisi
dari Sungai Gajah Wong ini sendiri agak mengkhawatirkan, yaitu seperti
yang ada di tabel data parameter fisik dimana bagian tengah dari sungai
tersebut dideskripsikan terdapat sampah plastik bungkus makanan, botol
bekas minuman, sisa makanan dan bahkan ada sampah rumah tangga.
Tidak hanya itu dibagian hilir terdapat sampah plastik juga, meskipun
bagian hulu tidak ada sampah plastik, hanya ada daun dan ranting disekitar
pinggir sungai. Hal tersebut juga bisa mempengaruhi kualitas air dari
Sungai Gajah Wong sendiri.
Dalam pengujian kualitas air terdapat banyak sekali faktor yang
perlu diperhatikan yaitu parameter kimia ada DO, CO2, dan pH. DO
sendiri adalah kepanjangan dari Dissolved oxygen yaitu jumlah oksigen
terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi
atmosfer/udara. Sedangkan CO2 yaitu gas atmosfir yang terdiri dari dua
atom Oksigen dan satu atom karbon yang juga berpengaruh dalam kualitas
air dan pH itu adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Menurut
“Pergub DIY Nomor 22 Tahun 2007 Pasal 8 Ayat 1” Sungai Gajah Wong
sendiri masuk ke dalam kategori sungai kelas satu yang berarti sungai
tersebut dapat digunakan untuk air baku air minum atau sumber mata air.
Di dalam tabel pengukuran lapangan, dibagi 3 daerah untuk setiap
parameter kimia yaitu hulu, tengah, dan hilir. Kadar DO yang dimiliki
pada bagian hulu adalah 7,4, bagian tengah adalah 3,2, dan bagian hilir
adalah 4,2. Untuk kadar CO2 bagian hulu yaitu 6, bagian tengah adalah
13, dan bagian hilir 8. Dan parameter terakhir yang dianalisis adalah pH,
untuk bagian hilir memiliki pH 6,9, bagian tengah memiliki pH 7,5, dan
bagian hilir adalah 7,3. Jika kita ambil nilai rata-rata dari ketiga bagian
Sungai Gajah Wong memiliki nilai DO adalah 4.93 mg/L, nilai CO2
adalah 9 mg/L, dan untuk nilai pH 7.23
Setelah kita mengetahui masing-masing nilai dari bagian sungai
kita bisa bandingkan dengan baku mutunya yang ada pada lampiran
“Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001” untuk angka minimum
kategori sungai kelas 1 nilai DO’nya adalah 6 mg/L, sedangkan nilai
CO2’nya kurang lebih 15 mg/L, dan nilai pH’nya 6 – 9. Jika kita
bandingkan untuk nilai DO dari Sungai Gajah Wong memiliki 4.93 mg/L
yang artinya tidak sesuai dengan kategori sungai kelas 1. Untuk nilai CO2
sendiri juga kurang sesuai yaitu 9 mg/L yang seharusnya kurang lebih dari
15mg/L dan sedangkan untuk nilai pH sendiri Sungai Gajah Wong
memiliki nilai yang sesuai dengan PP NO 82 TAHUN 2001. Nilai DO
sendiri dipengaruhi oleh Suhu air dan kekeruhan dalam air. Jika suhu air
meningkat maka nilai DO akan menurun. Dengan peningkatan suhu akan
menyebabkan konsentrasi O2 akan menurun dan sebaliknay suhu semakin
rendah akan meningkatkan konsentrasi DO semakin tinggi (Jompa, 2012).
Jika kekeruhan air itu mengalami tingkat keruh yang tinggi maka juga bisa
mempengaruhi nilai DO. Kita bisa lihat pada tabel nilai DO Sungai Gajah
Wong bagian tengah memiliki nilai yang rendah dikarenakan suhu air
yang ada di lumayan tinggi dan tingkat kekeruhan’nya adalah keruh jika
kita bandingkan dengan bagian hulu dan hilir. Untuk nilai pH sendiri
mengapa bagian tengah sungai memiliki nilai yang tinggi dibandingkan
dengan 2 bagian sungai lainnya adalah karena dibagian adanya sampah
seperti bungkus makanan, botol bekas minuman, sisa makanan dan limbah
air pabrik yang menyebabkan pH di bagian sungai tengah itu tinggi.
Untuk kualitas air sungai antara daerah hulu, tengah dan hilir tidak
sesuai dengan kualitas kategori sungai kelas 1 dikarenakan nilai dari DO,
CO2, dan pH tidak cocok dengan kategori sungai kelas 1 yang ada di
lampiran PP NO 82 TAHUN 2001. Mungkin untuk Sungai Gajah Wong
masuk kedalam kategori sungai kelas 2.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka pengambilan
Sungai Gajah Wong yang bertujuan untuk mengetahui kualitas air sungai
di Yogyakarta. Hasil pengukuran DO ada dibawah baku mutu kategori
sungai kelas 1 yang dipersyaratkan yaitu 4.93 mg/L untuk nilai DO dan
nilai CO2 juga dibawah yang dipersyaratkan yaitu 9 mg/L. Namun untuk
nilai pH sendiri sudah memenuhi kriteria kategori sungai kelas 1.

Daftar Pustaka
Agarwal, A., Prajapati, R. Singh, O.P., Raza, S.K, dan Thakur, L.K., 2015.
Pesticide Residue in Water-A Challenging Task in India. Env Monit Assess 187,
4287.

Anonim. 2011. Penentuan Kadar Oksigen Terlarut Pada Air.Jakarta: Airlangga

C.E. Boyd, “Dissolved-Oxygen Concentrations In Pond Aquaculture”. Global


aquaculture advocate January, February 2010.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

E. Nuraini and Sunardi, “Kualitas Lingkungan Sungai Code Dan Gajahwong


Ditinjau Dari Kadar Cu Dan Cr Dalam Cuplikan Sedimen,” Pros. Pertem. Ilm.
XXIV HFI Jateng dan DIY, no. April, pp. 328– 338, 2010.

D. O. Riswanto, M. Hariono, G. N. Susanto, I. Y. K. Budiasmoro, and E. P.


Istyastono, “Kualitas Air Sungai Gajah Wong Ditinjau Dari Penghambatan Enzim
Asetilkolinesterase (Water Quality Assessment of Gajah Wong River Based on
Inhibition of Acetylcholinesterase Activity),” J. Mns. dan Lingkung., vol. 24, no.
2, p. 89, 2018, doi: 10.22146/jml.23046.

Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001

PerGub DIY NO.20, 2008, Peraturan Gubernur tentang Baku Mutu Air di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Salmin, “Oksigen terlarut (DO) Dan kebutuhan oksigen biologi (BOD) sebagai
salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan,” Oseana, vol. 30, no. 3,
pp. 21–26, 2005.

Triatmodjo, Bambang, 2008, “Hidrologi Terapan”, Beta Offset, Yogyakarta

You might also like