Professional Documents
Culture Documents
1. LUKA TERTUTUP
Cedera pada jaringan lunak tanpa disertai
keruskan/teruputusnya jaringan kulit, kerusakan
hanya pada bagian bawah kulit.
JENIS LUKA
Luka dapat dibagi menjadi beberapa macam antara
lain:
Clean Wounds (Luka bersih)
Normal Skin
lanjutan….
lanjutan….
FISIOLOGI PENYEMBUHAN LUKA
Proses penyembuhan luka melibatkan agen biologis
aktif yang berfungsi untuk meregenerasi jaringan
sekitar yang mengandung sel-sel bersama dengan
enzim, sitokin dan hormon pertumbuhan.
FASE PENYEMBUHAN LUKA
Proses atau fase penyembuhan luka secara
alami dibagi menjadi 4 tahapan yakni:
1. Hemostasis
Fase ini melibatkan beberapa rangkaian proses yang
saling bekerja sama untuk menghentikan
pendarahan yang disebabkan oleh luka
Blood Clot
Blood Vessel
lanjutan….
2. Respon Inflamasi
Pada tahapan inflamasi, interleukin salah satu tipe dari
sitokin mulai aktif. Hal ini memicu vaskularisasi dan
proliferasi dari neutrofil, berbagai macam tipe leukosit
membuat pertahanan terhadap patogen dan mengurangi
kerusakan jaringan dan membentuk jaringan baru yanglebih
sehat.
lanjutan….
3. Proliferasi
Pada tahapan proliferasi makrofag dan neutrofil
mengeluarkan reaksi kimia untuk membentuk
jaringan fibroblas pada area luka dan mengaktifkan
sintetis dan mengubah ulang ECM (extracellular
matrix).
lanjutan….
4. Remodeling
Tahapan terakhir dari proses penyembuhan luka ini
memerlukan kolagen yang merupakan struktur
protein yang paling berlimpah pada sel manusia.
Struktur kolagen tipe 1 akan membentuk jaringan
fibrosis, jaringan baru ini akan membungkus area
yang rusak.
FASE PENYEMBUHAN LUKA
2. PERDARAHAN DALAM
Perdarahan yang tidak tampak/terlihat, tidak
adanya kerusakan kulit, permukaan bawah kulit
tampak memar.
TEKNIK PENGHENTIAN PERDARAHAN
LUAR :
TEKAN LANGSUNG
ELEVASI
1. Kulit
2. Kelenjar disekitar kulit
3. Kuku
4. Rambut
FUNGSI KULIT
1. Fungsi Proteksi
2. Fungsi Absorbsi
3. Fungsi Ekskresi
4. Fungsi Persepsi
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh
(Termoregulasi)
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
7. Fungsi Keratinisasi
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN
MUSKULOSKELETAL FRAKTUR
1. Terbuka 2. Tertutup
KLASIFIKASI FRAKTUR
1. TRAUMA
2. KELELAHAN/TEKANAN
3. PATOLOGIS
PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan
gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur,
periosteumdan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma
dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah
yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang
nantinya.
PATHWAY
Nyeri
Akut
Gg
Integritas
Kulit
/Jaringan
Gangguan
Mobilitas Fisik
Hipovolemia
Perfusi Perifer
Tidak Efektif
JENIS FRAKTUR
MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas
2. Bengkak/edema
3. Echimosis (Memar)
4. Spasme otot
5. Nyeri
6. Kurang/hilang sensasi
7. Krepitasi
8. Pergerakan abnormal
9. Rontgen abnormal
FASE-FASE PENYEMBUHAN TULANG
1. Usia
2. Keadaan umum
3. Lokasi
4. Infeksi
5. Jenis
WAKTU PENYEMBUHAN
3. Non-union 5 bln
3. COMPARTMENT SYNDROME
4. INFEKSI OSTEOMYELITIS
5. GANGGUAN PERTUMBUHAN FR
EPIFISIS
6. KECACATAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen
2. MSCT
3. MRI
4. DSA
5. Lab. Darah
PENATALAKSANAAN FAKTUR
1. GIPS
2. TRAKSI
3. OPS. ORIF
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN FRAKTUR
PENGKAJIAN
1. Standard :
Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian
fisik dan psikososial di awal dan secara berkelanjutan.
2. Keluaran :
Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi
untuk setiap klien gawat darurat
3. Proses :
Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk
mengidentifikasi masalah keperawatan gawat darurat.
1. Tingkat kesadaran
2. Gerakan ekstremitas
3. Glasgow Coma Scale (GCS), atau pada anak
tentukan : Alert (A), Respon Verbal (V), Respon
Nyeri/Pain (P), tidak berespons/Unresponsive(U)
4. Ukuran pupil dan respons pupil terhadap cahaya
EXPOSURE
Tanda-tanda trauma yang ada
PENGKAJIAN SEKUNDER
Dilakukan setelah masalah airway, breathing, dan
circulation yang ditemukan pada pengkajian primer
diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian
objektif dan subjektif dari riwayat keperawatan
(riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakitterdahulu,
riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian
dari kepala sampai kaki.
PENGKAJIAN
Keluhan Utama, Riw. Terdahulu
(penyakit, obat-obatan yang diminum, operasi, tranfusi)
Alergi
(makanan, obat-obatan, cuaca, dll)
Pemeriksaan Fisik
(Kepala, mata, mulut, THT, leher, Toraks, Jantung, paru, abdomen,
genitalia & anus, ekstremitas, kulit)
Status Neurologi
(tingkat kesadaran)
Keadaan Umum
Pemeriksaan Penunjang
(X-Ray, MSCT, MRI, Digital Substraction Angiography (DSA),
Mielografi, Angiografi, Arthrografi, Arthrosentesis (aspirasi sendi),
Arthroskopi, Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang), Termografi,
Elektromiografi, Absorpsiometri foton tunggal dan ganda, Biopsi)
PENGKAJIAN (lanjutan)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (TD, N, S, P,
BB, TB)
Riw. Psikososial & Spiritual
Status Biologi
Skrining Nyeri
Skrining Risiko Jatuh
Status Fungsional
Skrining Gizi
PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Aktual
2. Risiko
3. Promosi kesehatan
MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan Mobilitas Fisik
2. Gangguan Integritas Kulit / Jaringan
3. Nyeri Akut
4. Ansietas
5. Defisit Perawatan Diri
6. Defisit Pengetahuan
7. Risiko Infeksi
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dukungan Ambulasi
1. Observasi
(Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi)
2. Terapeutik
(Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu,
mis. tongkat, kruk)
3. Edukasi
(Anjurkan melakukan ambulasi dini)
Sarung tangan
Masker
Kacamata
Apron
Sepatu
AIRWAY –PRIMARY SURVEY
Trauma multipel Proteksi leher sambil menilai
airway!
Nilai paten atau tersumbat
Penderita yang bisa berbicara tanpa suara tambahan
Airway-nya paten
Problem airway:
- Coma, - Maxillofacial trauma
- Aspirasi, - Neck trauma
AIRWAY –PRIMARY SURVEY
C-spine protection:
Semirigid cervical collar
AIRWAY + C-SPINE PROTECTION
OBSTRUKSI JALAN NAPAS