You are on page 1of 2

KENALI EFEK KETAMIN

Dr. Cynthia Dewi Sinardja, Sp.An, MARS, FCC


Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah

Ketamin merupakan salah satu jenis obat anestesi yang biasanya digunakan bagi
pasien yang akan menjalani suatu prosedur medis, misalnya pembedahan. Ketamin
hidroklorida merupakan “rapid acting non barbiturate general anesthetic’’. Obat ini memiliki
nama dagang yang popular yaitu Ketalar yang diperkenalkan oleh Domino dan Carsen pada
taun 1965. Obat ini hanya dapat digunakan di rumah sakit dan saat penggunaannya diawasi
penuh oleh dokter. Ketamin memiliki banyak efek di sepanjang sistem saraf pusat, dan cara
kerja ketamin yaitu menginhibisi kanal N-metil-D-aspartat (NMDA) dan kanal neuronal
hyperpolarization activated cationic (HCN1).

Ketamin merupakan larutan tidak berwarna, bersifat agak asam dan sensitif
terhadap cahaya dan udara. Ketamin dikemas dalam vial (botol) berwarna coklat agar
terhindar dari pengaruh langsung sinar matahari. Terdapat dua kemasan vial dengan
konsentrasi 50 mg/ml dan 100 mg/ml yang masing-masing kemasan vial berisi 10 ml.
Ketamin digunakan dengan cara diinjeksikan ke dalam otot atau melalui vena. Dosis
induksi ketamin secara intravena 1-2mg/kgbb kemudian dosis maintenance
10-20mcg/kgbb/menit, sedangkan dosis intramuscular 3-5mg/kgbb. Ketamin apabila
diberikan secara tunggal dapat memicu hipertensi yang cukup bermakna. Namun, ketamin
hampir tidak pernah digunakan sebagai agen tunggal. Apabila diberikan dengan dosis kecil
bersama agen-agen lainnya, seperti benzodiazepin atau propofol, sifat stimulasi simpatis
dari ketamin dapat ditumpulkan atau dieliminasi.

Efek ketamin terhadap susunan saraf pusat antara lain mempunyai efek analgesia
yang sangat kuat, akan tetapi efek hipnotiknya kurang dan disertai dengan efek disosiasi,
artinya pasien mengalami perubahan persepsi terhadap rangsang dan lingkungannya. Efek
dari ketamin dapat menyebabkan pasien mimpi buruk, halusinasi dan kadang-kadang terjadi
gaduh gelisah dan “banjir” kata-kata. Pasien mengalami perubahan tingkat kesadaran yang
disertai tanda khas pada mata kelopak mata akan terbuka spontan dan nystagmus. Selain
itu kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari, seperti gerakan mengunyah, menelan,
tremor dan kejang.
Efek ketamin pada jantung bersifat simpatomimetik karena efek inotropik positif dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer yang menyebabkan tekanan darah dan denyut
jantung meningkat. Efek ketamin pada saluran napas bisa menimbulkan dilatasi (pelebaran)
bronkus sehingga merupakan obat pilihan pada pasien asma. Efek ketamin terhadap otot
rangka dapat menyebabkan rigiditas atau kaku otot dan sendi namun efek ini dapat
dikurangi dengan pemberian diazepam terlebihi dahulu. Efek Ketamin pada sistem
metabolisme antara lain dapat merangsang sekresi hormon-hormon katabolic seperti
katekolamin, kortisol, glucagon sehingga laju katabolisme tubuh meningkat serta dapat
menyebabkan kadar gula darah meningkat sehingga perlu perhatian khusus pemberian
ketamin pada pasien dengan Riwayat diabetes melitus.

Absorbsi ketamin pada anak-anak jauh lebih cepat dibandingkan dewasa. Fenomena
ini mungkin terkait dengan lemahnya otot anak-anak. Waktu paruh juga lebih cepat pada
anak-anak (100 menit dibandingkan 2-3 jam pada dewasa) Ketamin sangat larut dalam
lemak sehingga dapat dengan mudah menembus blood brain barrier yang kemudian
berefek peningkatan aliran darah ke otak. Ketamin di metabolisme di dalam sistem
microsomal P450 hati. Di sini mengalami demetilasi menjadi nor ketamin. Zat ini kemudian
mengalami dehidrasi atau hidroksilasi. Selain itu ketamin juga dapat mengalami hidroksilasi.
Semua hasil metabolisme ini kemudian mengalami konjungasi dan dieksresikan melalui urin
dan faces.

Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks, maka penggunaannya


terbatas pada pasien yang normal saja. Pada pasien yang menderita penyakit sistemik,
penggunaannya harus mempertimbangkan untung rugi. Kontraindikasi penggunaan ketamin
adalah:
 Hipertensi yang tak terkontrol.
 Hipertiroid.
 Eklampsi/Pre eklampsi.
 Gagal jantung.
 Unstable angina, infark myokard.
 Aneurisma intra kranial, thoraks dan abdomen.
 Tekanan intrakranial tinggi dan perdarahan cerebral.
 Tekanan intra okuler yang tinggi.
 Trauma mata terbuka.

Sumber:
1. Pribish A, Wood N, Kalava A. A Review of Nonanesthetic Uses of
Ketamine. Anesthesiol Res Pract. 2020;2020:5798285. Published 2020 Apr 1.
doi:10.1155/2020/5798285
2. Morgan GE., Mikhail MS., 2022. Intravenous Anesthetics. In: Clinical Anesthesiology.
7th ed McGraw Hill, USA. p.310-15.
3. Mangku, Gde, Senapathi Tjokorda GA. 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan
Reanimasi. Jakarta Barat; Permata Puri Media.

You might also like