You are on page 1of 3

Nama : Aldo Andrian Pangestu

NIM : 23103040166

Kelas : Ilmu Hukum D

Polemik Putusan MK terkait Ambang Batas Usia Capres-Cawapres Langgengkan


Politik Dinasti?

Baru-baru ini Mahkamah Konstitusi mengeluarkan keputusan terkait ambang batas usia
presiden dan wakil presiden 2024. Hal tersebut kemudian menjadi polemik dan
menimbulkan pro-kontra di masyarakat pasalnya isi dari putusan tersebut dianggap
melanggengkan dinasti politik rezim pemerintahan saat ini.

Sebelumnya seorang mahasiswa UNSA bernama Almas Tsaqibbirru Re A mengajukan


judicial review atas UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu kepada Mahkamah
Konstitusi, bunyi dari pasal yang digugat sebagai berikut.
"(Persyaratan menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden adalah) berusia paling
rendah 40 (empat puluh) tahun."

Melalui gugatan yang dilayangkan Almas dengan perkara Nomor 90/PUU-XXI/2023, ia


meminta agar Mahkamah Konstitusi menguji pasal tersebut sehingga bunyinya pun
menjadi.

"Berusia paling rendah 40 tahun atau berpengalaman sebagai kepala daerah baik di
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota."

Oleh Mahkamah Konstitusi gugatan tersebutpun dikabulkan sebagian.

Almas mengaku pengajuan gugatan ini murni keinginan dari dirinya sendiri dan tidak
mendapat intervensi dari pihak manapun. Ia merasa prihatin dengan kondisi politik saat
ini dimana banyak generasi muda yang memiliki potensi untuk menjadi capres dan
cawapres namun terkendala ambang batas usia pencalonan.

"Murni dari saya yang ingin mengaplikasikan ilmu yang saya dapat,"ujar Almas.

"Saya ini mengajukan karena ini keprihatinan saya sendiri terhadap generasi muda yang
saya rasa potensi untuk melangkah menjadi RI 1 nggak cuma di 2024 nanti, mungkin di
tahun akan datang selama NKRI masih berdiri," imbuhnya.

Pengabulan gugatan tersebut menimbulkan pro-kontra di masyarakat karena dianggap


sebagai upaya pelanggengan dinasti politik di Indonesia, pasalmya setelah gugatan
tersebut dikabulkan terbuka peluang bagi Wali Kota Solo yakni Gibran Rakabuming Raka
untuk ikut maju dalam kontestasi pemilu 2024.

Yang menjadi polemik ialah Gibran notabene memiliki hubungan kekeluargaan dengan
Presiden Reublik Indonesia saat ini Joko Widodo. Ia merupakan anak sulung Presiden
Republik Indonesia ke-7 tersebut.

Belakangan juga diketahui bahwa salah satu Hakim Mahkamah Konstitusi yang ikut serta
mengambil peran dalam putusan gugatan tersebut tak lain merupakan paman dari Gibran
dan adik ipar Presiden Joko Widodo, tak pelak hal tersebut memperkuat stigma di
masyarakat tentang adanya dugaan pelanggengan kekuasaan rezim pemerintahan saat
ini.
Menurut Mahfud MD mengenai batas usia capres dan cawapres yang tengah digugat di
MK merupakan kebijakan hukum terbuka yang menjadi kewenangan legislator yakni DPR
dan pemerintah, kalaupun batas usia capres dan cawapres dipersoalkan yang berhak
menetapkan adalah DPR bukan MK, tugas MK hanyalah memutuskan aturan yang
bertentangan dengan konstitusi.

"Itu open legal policy, yang menentukan itu adalah positive legislator, positive legislator
itu DPR dan pemerintah, kalau Mahkamah Konstitusi itu kerjanya negative legislator
artinya hanya membatalkan kalau sesuatu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar,
tapi kalau hanya orang tidak suka dan sebagainya tapi tidak dilarang oleh konstitusi MK
tidak boleh membatalkan sesuatu yang tidak dilarang oleh konstitusi".ujarnya.

You might also like