You are on page 1of 6

Hal : Permohonan Judul Skripsi

Kepada Yth : Ibu Dra. Fatma Tresno Ingtyas, M.Si


Jurusan Pendidikan Seni Tari
FT UNIMED
Di
Medan

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Risma Maulizar Azzanna
NIM : 5193343042
Jurusan : Pendidikan Tata Busana
Prodi : Fakultas Teknik

Dengan ini memohon kepada Ibu, agar sudi kiranya menyetujui judul skripsi yang saya ajukan
dibawah ini:

No Judul Skripsi Tanda Tangan Persetujuan Keterangan


Analisa kemampuan dalam pembuatan
lampion kaarakter pada siswa kelas XI

1. di SMA PAB 8 Seantis


Dr. Nining Tristantie, S.Pd., M.Ds
NIP. 197506201999032001

Penerapan Metode Peer Teaching


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

2. Sulaman Fantasi Kelas Xi Tata Busana


Di Smk swasta hidayatul insani abadi
Dr. Nining Tristantie, S.Pd., M.Ds
NIP. 197506201999032001

Demikianlah Permohonan ini saya ajukan dan atas perhatian Ibu, saya Ucapkan terima kasih.

Medan, 26 Oktober 2023


Permohonan

Risma Maulizar Azzanna


NIM. 5193343042
Judul Skripsi : Analisa kemampuan dalam pembuatan lampion kaarakter pada siswa kelas XI di SMA PAB
8 Seantis

A. Latar Belakang Masalah


Lembaga pendidikan memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM). Adapun lembaga pendidikan yang mengusung sumber daya manusia agar berkualitas dapat
diperoleh melalui peran lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Lembaga pendidikan formal yang
bertujuan menghasilkan lulusan siap kerja adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah vokasi berjenjang SMA/MA sederajat yang
menunjang siswanya untuk mendapatkan keterampilan dalam berbagai bidang keahlian yang ditawarkan.
Tujuannya yaitu mengedepankan pendidikan dalam memperbaiki dan mengembangkan kualitas sumber daya
manusia agar para siswa menjadi lulusan yang siap menghadapi dunia kerja.
Seni Kerajinan atau Seni Kriya berarti sesuatu yang erat hubungannya dengan keterampilan tangan,
atau kerajinan yang membutuhkan ketelitian untuk setiap detail karya seni yang akan dihasilkan. Pada
umumnya sebuah karya yang dihasilkan oleh seni kriya adalah seni pakai. Seni kriya ini adalah yang akan
menjadi cikal bakal lainnya seni rupa di Indonesia. Contoh sederhana dari seni kriya adalah, batik, relief atau
ukir, keramik, grafis, sulam, anyaman, cinderamata, hiasan dinding, patung, furniture, tenun, wadah, dan
sebagainya. Kerajinan lampu hias bukan hal baru di Indonesia, banyak pengrajin menekuni usaha pembuatan
kerajinan lampu hias. Dari sisi fungsinya, lampu tidur seperti lampu hias dinding lampu gantung untuk ruang
tamu, lampu hias ruang tamu, lampu hias taman. Lampu hias tidak hanya semata dijadikan sebagai salah satu
bagian dari penghias interior dan penerangan saja.
Pada program keahlian Tata Busana di SMA PAB 8 Seantis , terdapat mata pelajaran wajib yaitu
Pembuatan Hiasan/ prakarya yang diberikan di kelas XI. Salah satu materi yang dipelajari adalah pembuatan
lampion dengan Teknik keropi. Materi pembelajaran tersebut disajikan dalam bentuk teori dan praktik,
Tujuannya agar siswa dapat belajar langsung membuat suatu seni kriya yang menjadi point of interest (pusat
perhatian) pada sebuah produk.
Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dengan guru pengampu pelajaran pembuatan seni
kriya lampion di kelas XI Tata Busana, menunjukkan hasil belajar siswa yang masih tergolong rendah.
Selain itu, hasil observasi peneliti pada saat pembelajaran seni kriya lampion diperoleh suasana pembelajaran
belum berjalan dengan maksimal. Hal tersebut dilihat dari adanya hambatan-hambatan yang mereka alami
pada saat pembelajaran
kesulitan dalam menentukan kombinasi warna yang akan digunakan, bingung dalam meletakkan
motif desain dan kurangnya kemampuan siswa dalam pembuatan lampion. Adapun dibalik hambatan
tersebut, nampak siswa masih banyak yang pasif, sibuk dengan urusan lain serta canggung dan malu untuk
bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan. Kenyataan tentang adanya hambatan tersebut saat
pembelajaran memiliki dampak pada hasil belajar siswa yang belum maksimal atau rendah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan
menerapkan metode yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, berani bertanya, mandiri serta memiliki
rasa setia kawan yang tinggi pada pembelajaran pembuatan
B. Identifikasi Masalah
1. Kurangnya ketertarikan siswa dalam mengikuti mata Pelajaran prakarya
2. Kemmampuan siswa dalam pembuatan lampion masih kurang
3. Kerapihan siswa masih kurang dalam pembentukan lampion dan karakter lampion

C. Batasan Masalah
1. Pembuatan lampion benang dengan karakter keropi
2. Siswa kelas XI SMA PAB Saentis

D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masaah, identifikasi masalah dan Batasan masalah yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kemampuan belajar siswa dalam pembuatan
kerajinan lampion karakter pada mata pelajaran prakarya?”

E. Jurnal Penelitian
1. Goetz, J.P dan Le Comte, MD, Ethnography and Qualitative Design in Educational Research.New
York: Academic Press, Inc, 1984.
2. Akbar, S. 2015. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
3. Budiyono, et al. 2008. Kriya Tekstil Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid 2. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
4. Ernawati, et al. 2008. Tata Busana Jilid 3 Untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
5. Hafnur, Y. 2007. Sulam Benang, Pita dan Payet. Jakarta: Kriya Pustaka
6. Uno, H. B. & Koni, S. 2014. Assessment Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
7. Umrah, ST. 2015. ” Pembuatan Lampu Hias dengan Media Pemanfaatan Bambu pada siswa kelas
VIII Mts Fardillah Moncongloe Kbupaten Maros”. Proposal : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
8. Subiantoro, Benny. 2014. Mudahnya Belajar Menggambar Media Pembelajaran Seni Budaya Bagi
Guru Sekolah Taman Kanak-Kanak dan Guru Sekolah Dasar (PGMI). Makassar
Judul Skripsi : Penerapan Metode Peer Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sulaman Fantasi
Kelas Xi Tata Busana Di SMK Swasta Hidayatul Insani Abadi

A. Latar Belakang Masalah


Era pasar global dewasa ini membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten. Seseorang
yang memiliki kompetensi tinggi akan dapat survive dalam hidupnya dengan memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilan yang dimilikinya. Pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh melalui pendidikan baik
formal maupun non formal. Salah satu lembaga pendidikan formal yang dapat memberikan pengetahuan dan
keterampilan adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bagian dari Pendidikan Menengah dalam
sistem Pendidikan Nasional memounya tujuan utama, yaitu : menyiapkan siswa untuk memasuki
lapangan kerja, mengembangkan sikap professional, mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan
dunia usaha dan industry serta menjadi warga yang produktif, adaftif dan kreatif (Dpdikbud,1993).
Produktif dalam arti mampu menghasilkan sesuatu sesuai dengan bidang keahliaanya, adaptif
maksudnya dapat menyesuaikan diri dengan keadaan atau perkembangan jaman, dan kreatif
maksudnya memiki kemampuan untuk mengembangkan ide, desain dan produk yang memenuhi
standar mutu.
Menurut Wina Sanjaya (2006: 19), peran guru adalah sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola,
demonstrator, pembimbing, dan evaluator. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam pembelajaran Membuat Hiasan Busana guru harus
mampu membangkitkan ide-ide inovatif siswa, terlebih dalam pembelajaran mencipta desain motif sulaman
fantasi.
Proses belajar yang baik tentunya akan berpengaruh pada pemahaman terhadap materi yang
disampaikan oleh guru. Sasaran utama dari proses pembelajaran yaitu terletak pada proses belajar siswa.
Pembelajaran adalah suatu proses atau upaya guru untuk mengorganisir kondisi yang kondusif bagi belajar
siswa. Dalam kegiatan belajar siswa dituntut untuk memiliki gagasan yang inovatif dalam pembelajaran.
Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan ide-ide baru untuk menghasilkan sesuatu yang baru
dan tidak monoton. Didalam Sekolah Menengah Kejuruan siswa harus mempunyai ide-ide baru untuk
menunjuang keterampilan sesuai bidang keahliannya.
Oleh sebab itu, dalam menciptakan ide-ide baru merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan
pembelajaran untuk menghasilkan suatu karya yang bermakna untuk memperkaya pemikiran dalam
membuat desain motif sulaman fantasi. Persoalan ini tentu tidak mudah karena guru harus bisa memilih
metode dan srategi yang tepat dalam proses pembelajaran. Guru merupakan komponan dalam mengajar yang
berinteraksi langsung dengan siswa. Guru mempunyai peranan sangat penting terhadap terciptanya proses
pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa ketujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Selama ini
dalam pelaksanaan pembelajaran disekolah masih banyak guru yang mendesain siswa untuk memilih gambar
motif sulaman fantasi tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuangkan ide-ide beru mereka
dalam mendesain motif sulaman fantasi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dengan guru pengampu pelajaran pembuatan
sulaman fantasi di kelas XI Tata Busana, menunjukkan hasil belajar siswa yang masih tergolong rendah.
Selain itu, hasil observasi peneliti pada saat pembelajaran sulaman fantasi diperoleh suasana pembelajaran
belum berjalan dengan maksimal.
Hal tersebut dilihat dari adanya hambatan-hambatan yang mereka alami pada saat pembelajaran,
seperti: sulaman fantasi merupakan praktik menghias pertama kali yang dilakukan siswa pada sebuah produk
akan tetapi siswa kurang memahami atau menguasai macam-macam tusuk hias, kesulitan dalam
menentukan kombinasi warna yang akan digunakan, bingung dalam meletakkan motif desain pada bahan
hingga teknik pengerjaan sulaman fantasi sesuai kriterianya. Adapun dibalik hambatan tersebut, nampak
siswa masih banyak yang pasif, sibuk dengan urusan lain serta canggung dan malu untuk bertanya kepada
guru apabila mengalami kesulitan. Kenyataan tentang adanya hambatan tersebut saat pembelajaran memiliki
dampak pada hasil belajar siswa yang belum maksimal atau rendah. Kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan sekolah adalah 75, sedangkan siswa yang tuntas hanya 4 siswa dari 34 siswa. Hal tersebut
membuktikan hasil belajar siswa belum mencapai rata-rata maksimal. Selain itu, faktor lain yang membuat
pembelajaran belum maksimal adalah guru. Berkaitan dengan proses belajar mengajar, guru memiliki peran
utama berhasil tidaknya pembelajaran yang dilaksanakan. Hal tersebut dikarenakan guru berperan sebagai
perancang sekaligus pengelola sehingga hasil pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Adapun
keterkaitan dengan materi pelajaran sulaman fantasi, guru memiliki kemampuan untuk menguasai materi dan
menyampaikan materi pelajaran kepada siswanya. Kemampuan tersebut dapat disajikan dengan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran merupakan cara penyajian
pembelajaran yang dapat mempengaruhi kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode pembelajaran
ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan mengajar guru, suasana kelas, dan materi yang akan diajarkan.
Metode pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan semangat belajar siswa (motivasi) di dalam kelas,
menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif
.
B. Identifikasi Masalah
1. Pembelajaran sulaman fantasi merupakan praktik menghias pertama kali yang dilakukan oleh siswa,
akan tetapi siswa kurang memperhatikan dan kurang memahami materi pembelajaran sehingga
merasa kesulitan ketika mengerjakan tugasnya
2. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru terkesan monoton dan kurang bervariasi
menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan mengerjakan urusan yang lain
3. Metode peer teaching dapat membantu guru meningkatkan hasil belajar siswa akan tetapi di SMK
Tata Busana di Aceh metode tersebut belum pernah digunakan sebelumnya
4. Terdapat perbedaan pemahaman pada siswa terkait materi yang disampaikan guru, sehingga siswa
yang memiliki kemampuan tinggi harus terhambat dalam menerima materi lanjutan karena guru
sibuk menjelaskan ke siswa yang kurang paham
5. Hasil belajar siswa yang masih rendah dilihat dari nilai siswa sebanyak 4 siswa atau 11,7% saja
yang mendapatkan nilai di atas KKM 75
C. Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode
peer teaching pada pembelajaran sulaman fantasi. Metode pembelajaran ini dilaksanakan dengan
melatih siswa yang memiliki kemampuan lebih untuk menjadi pengajar bagi teman kelasnya yang
pemahamannya masih rendah

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penerapan metode peer teaching pada pembuatan sulaman fantasi di kelas XI Tata
Busana SMK Swasta Hidayatul Insani Abadi
2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar pembuatan sulaman fantasi dengan menerapkan metode
peer teaching di kelas XI Tata Busana SMK Swasta Hidayatul Insani Abadi

E. Jurnal Penelitian
1. Agus Suprijono (2010). Hasil Belajar Siswa. Yogyakarta: Pustaka Belajar
2. Anas Sudijono. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
3. Daryanto (2011). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta :Gava
Media
4. Dina Indriana (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran.Yogyakarta : Diva Press
5. Jamal Ma’mur Asmani. (2011). Tips Pintar PTK: Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Laksana
Karwono. (2007). Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Dan Hasil
Pembelajaran. http://karwonowordpress.com/2008/04/15/ pada tanggal 15 April 2008
6. Paraswati Hesti Lilia. (2005). Hubungan Antara Kreativitas dengan Prestasi Belajar Karya
Kerajinan Tangan Pada Siswa Kelas 1 Sd Negeri Bulu Lor 01-03 Semarang. Universitas Negeri
Semarang
7. Sayekti, Triyana Catur. 2010. Penggunaan Metode Copy The Master dalam Peningkatan Kreativitas
Penulisan Cerpen pada Siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Nguter Sukoharjo. Skripsi S1. Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY
8. Suprijadi, D. 2010. Pengaruh Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII
SMP Daarussalaam Jakarta. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta, Vol. 3, No. 2, Juni

You might also like