You are on page 1of 46

ANALISIS PENGARUH DANA SYIRKAH TEMPORER, FDR, DAN

BOPO TERHADAP RISIKO PEMBIAYAAN SERTA


IMPLIKASINYA PADA PROFITABILITAS
BPRS DI INDONESIA
(2016-2020)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

Muhammad Habibi Harahap

NIM. 0503206216

PROGRAM STUDI

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2022 M/ 1443 H
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi :

ANALISIS PENGARUH DANA SYIRKAH TEMPORER, FDR, DAN


BOPO TERHADAP RISIKO PEMBIAYAAN SERTA
IMPLIKASINYA PADA PROFITABILITAS
BPRS DI INDONESIA
(2016-2020)

Oleh :

Muhammad Habibi Harahap

NIM. 0503206216

Dapat disetujui sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Seminar Proposal
Pada Program Studi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Medan, Februari 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Fauzi Arif Lubis, MA Muhammad Syahbudi, MA


NIDN. 2024.128.401 NIDN. 2013048403
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ............................................................... 4
C. Batasan Masalah..................................................................... 5
D. Rumusan Masalah .................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ......................................... 8


B. Profitabilitas ........................................................................... 10
C. Risiko Pembiayaan ................................................................. 11
1. Pembiayaan ...................................................................... 11
2. Risiko Pembiayaan ........................................................... 12
3. Risiko Kredit .................................................................... 14
4. Sebab-sebab Terjadinya Risiko Pembiayaan ................... 17
D. Dana Syirkah Temporer ......................................................... 19
E. Financing To Deposit Ratio ................................................... 20
F. Biaya Operasional Pendapatan ............................................... 23
G. Penelitian Terdahulu .............................................................. 23
H. Kerangka Pemikiran ............................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian ...................................................... 31


B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 32

i
C. Populasi dan Sampel ............................................................. 33
D. Teknik Analisis Data ............................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ................................................................... 28

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...................................................... 25

Tabel 2.1 Waktu Penelitian .............................................................................. 32

Tabel 3.1 Uji Durbin Watson ........................................................................... 35

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia dari tahun ke tahun
tergolong cepat. Hal ini bisa dilihat dari Statistik Perbankan Syariah di situs resmi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tercatat per Februari 2017, Bank Umum
Syariah (BUS) memiliki total asset Rp 250.589.000.000 dari 13 BUS, total aset Rp
95.920.000.000 dari 21 Unit Usaha Syariah (UUS), dan total aset Rp 9.374.688.000
dari 166 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Tumbuh kembangnya aset
bank syariah ini dikarenakan semakin baiknya kepastian di sisi regulasi serta
berkembangnya pemikiran masyarakat tentang keberadaan bank syariah.
Bank syariah diharapkan dapat menjembatani antara para pemilik modal
atau pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.
Fungsi yang dijalankan oleh bank syariah ini diharapkan dapat menutup kegagalan
fungsi sebagai lembaga intermediasi yang gagal dilaksanakan oleh bank
konvensional. Salah satu jenis bank syariah di Indonesia yang pola operasionalnya
mengikuti prinsip–prinsip syariah ataupun muamalah islam adalah Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berada dibawah
naungan Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. BPRS adalah bank
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembiayaan.
Tujuan didirikannya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam, terutama masyarakat golongan
ekonomi lemah yang pada umumnya di daerah pedesaan, menambah lapangan kerja
terutama di tingkat kecamatan sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi dan
membina semangat ukhuwah islamiah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai
(Salman, 2012). Namun demikian, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah harus
meningkatkan kinerjanya agar semakin tumbuh dengan baik. Kinerja bank sendiri

1
2

dapat diukur dari berbagai aspek, yaitu aspek likuiditas untuk mengukur
kemampuan bank dalam menanggulangi kewajiban jangka pendeknya, aspek
solvabilitas untuk mengukur kemampuan permodalan bank dibanding dengan
volume usaha/kewajibannya, aspek stabilitas untuk mengukur kemampuan bank
dalam mempertahankan stabilitas usahanya baik menyangkut risiko usaha, risiko
bagi hasil, risiko pembiayaan dan risiko dari luar (Ihsan, 2016). Serta aspek
profitabilitas untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba, melalui
semua kemampuan, dan sumber daya yang ada (Harahap, 2010). Aspek
profitabilitas merupakan salah satu indikator untuk mengukur kinerja suatu bank.
Tingkat profitabilitas di penelitian ini diukur dengan menggunakan Return on
Assets (ROA).
Rasio ROA Bank Pembiayaan Rakyat Syariah selama tahun 2016-Desember
2020 mengalami fluktuasi. Rasio ROA mengalami peningkatan yang cukup
signifikan pada tahun 2017 sebesar 0.29% yang mengindikasikan bahwa terjadi
peningkatan kemampuan BPRS dalam menghasilkan keuntungan walaupun
menduduki peringkat 1 dan masih tergolong sangat sehat yaitu >1.5% sesuai
dengan peraturan Bank Indonesia.
Rasio NPF BPRS setiap tahunnya selalu melewati batas 5%. Kenaikan
rasio NPF yang cukup signifikan sebesar 2.16% pada Desember 2017. Namun,
kenaikan rasio NPF ini tidak berpengaruh terhadap rasio ROA yang mengalami
kenaikan sebesar 0.29% pada Desember 2017. Fakta ini tidak sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa rasio NPF yang tinggi dapat menyebabkan rasio ROA
menurun, dan menyebabkan keuntungan BPRS berkurang. Tingkat Non
Performing Finance yang tinggi tidak baik untuk kinerja bank dan bisa
menyebabkan bank mengalami kerugian.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Non Performing Finance adalah
Dana Syirkah Temporer seperti yang dikatakan oleh Muhamad Rizal Rois (2016),
dana syirkah temporer berpengaruh positif signifikan terhadap risiko pembiayaan.
Dana syirkah temporer merupakan dana yang diterima oleh bank. Bank mempunyai
hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana, baik sesuai dengan kebijakan
3

bank atau kebijakan pembatasan dari pemilik dana, dengan keuntungan dibagikan
sesuai dengan kesepakatan (Melita Lindasari, 2016)
Selain dana syirkah temporer, menurut Nur Abidah Mukti (2016) NPF juga
dipengaruhi oleh Financing to Deposit Ratio (FDR), karena apabila Financing to
Deposit Ratio meningkat berarti penyaluran dana pembiayaan ke pihak ketiga akan
semakin besar sehingga meningkatkan profitabilitas bank. Namun penyaluran dana
pembiayaan yang besar menyebabkan risiko pembiayaan bermasalah pun tinggi,
begitu pula sebaliknya. Teori ini sesuai dengan fakta yang terjadi pada tahun 2016
saat rasio FDR meningkat sebesar 5.66% dan meningkatkan rasio ROA sebesar
0.07%, namun rasio NPF pun mengalami kenaikan sebesar 0.43%. Berbeda dengan
penelitian sebelumnya, penelitian Dandy Gustian Alissanda (2015) justru
menunjukkan jika FDR tidak berpengaruh terhadap NPF.
Selain dipengaruhi oleh Financing to Deposit Ratio (FDR), Mia Maraya
Auliani dan Syaichu mengatakan Biaya Operasional per Pendapatan Operasional
(BOPO) berpengaruh positif signifikan terhadap NPF. Semakin besar BOPO akan
berpengaruh pada peningkatan NPF bank syariah. Pendapatan bank syariah yang
tinggi dengan biaya operasional yang rendah dapat menekan rasio BOPO sehingga
bank syariah berada pada posisi sehat, yang artinya kecenderungan terjadinya
pembiayaan bermasalah pun akan rendah. Begitu juga dengan penelitian Erna
Setiawati, Dimas Ilham Nur Rois, dan Indah Nur Aini (Syaichu, 2016)
menunjukkan nilai rasio BOPO pada masing-masing bank menunjukkan angka
negatif, yang berarti semakin rendahnya rasio BOPO maka akan meningkatkan nilai
ROA pada bank. Teori ini sesuai dengan fakta yang terjadi pada tahun 2014 saat
rasio BOPO mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 7.04% dan
mengakibatkan rasio ROA mengalami penurunan sebesar 0.53%, namun
sebaliknya rasio NPF mengalami peningkatan sebesar 1.39%. Rasio BOPO yang
mengalami peningkatan menunjukkan kondisi BPRS yang tidak sehat dan
mengindikasikan penurunan laba BPRS.

TAHUN NPF FDR ROA ST BOPO


2016 8,63% 114,40% 2,27% 60,89 87,09%
2017 9,68% 111,12% 2,55% 65,92 85,34%
4

2018 9,30% 111,67% 1,87% 66,93 87,66%


2019 7,05% 113,59% 2,61% 64,60 84,12%
2020 8,23% 112,33% 2,30% 65,75 88,33%

Tabel 1.1 Perkembangan NPF, FDR, ROA, ROE dan BOPO BPRS
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat dalam beberapa tahun terakhir NPF,
FDR, ROA, ROE dan BOPO yang mengalami ketidakstabilan dalam 5 tahun
terakhir. Nilai yang berfluktuatif, salah satu yang menjadi penyebab terjadinya
masalah terhadap risiko pembiayaan dan profitabilitas BPRS. Menurut ketentuan
Bank Indonesia, tingkat rasio BOPO yang normal dibawah 94%. Semakin rendah
tingkat BOPO maka semakin efisien bank tersebut dalam mengelola biaya
operasionalnya sehingga semakin tinggi tingkat keuntungannya.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, memunculkan
ketertarikan penulis untuk meneliti kembali topik tentang faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang
berpengaruh langsung atau tidak langsung dan penulis mengambil judul “Analisis
Pengaruh Dana Syirkah Temporer, FDR, dan BOPO terhadap Risiko
Pembiayaan serta Implikasinya pada Profitabilitas BPRS di Indonesia (2016-
2020)”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, oleh sebab itu
identifikasi Masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pengurangan pencapaian kinerja keuangan dari perbankan syariah di
Indonesia.
2. Sektor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia masih
dalam masa pertumbuhan
3. Adanya perbedaan hasil penelitian dari peneliti-peneliti sebelumnya
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.
5

4. Terjadinya fluktuasi tingkat profitabilitas dari tahun ke tahun dilihat dari


rasio Return On Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
di Indonesia.

C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian sehingga penelitian ini
lebih fokus dan objektif :
1. Objek penelitian yang digunakan adalah seluruh Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah di Indonesia
2. Periode penelitian dari data bulanan Januari 2016- Desember 2020
3. Data variabel dana syirkah temporer, Financing to Deposit Ratio (FDR),
Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO), data untuk
menghitung Risiko Pembiayaan dan Return On Assets (ROA) diperoleh
dari Statistik Perbankan Syariah dan laporan keuangan pada situs resmi
www.ojk.go.id
4. Data variabel dana syirkah temporer hanya meliputi tabungan
mudharabah, deposito mudharabah 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan,
dan >12 bulan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Apakah Dana Syirkah Temporer berpengaruh terhadao risiko
Pembiayaan?
2. Apakah Financing To Deposit Ratio berpengaruh terhadap risiko
pembiayaan?
3. Apakah biaya operasional per pendapatan operasional berpengaruh
terhadap risiko pembiayaan ?
4. Apakah Resiko Pembiayaan terhadap Profitabilitas BPRS yang
diproksikan dengan Return On Asset
6

5. Bagaimana pengaruh Dana syirkah Temporer, Financing to Deposit Ratio


(FDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
resiko pembiayaan di proksikan dengan Return On Asset?
6. Apakah Dana Syirkah Temporer, Financing Deposit Ratio (FDR), Biaya
Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap
risiko pembiayaan secara simultan?
7. Bagaimana implikasi Dana Syirkah Temporer, Financing Deposit Ratio
(FDR), Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) pada
profitabilitas BPRS di Indonesia baik secara langsung maupun tidak
langsung?

E. Tujuan Penelitian
Berikut ini adalah tujuan penelitian berdasarkan uraian rumusan masalah
yang telah dikemukakan :
1. Untuk mengetahui pengaruh dari Dana Syirkah Temporer terhadap Risiko
Pembiayaan
2. Untuk mengetahui pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Risiko
Pembiayaan
3. Untuk mengetahui pengaruh biaya operasional per pendapatan operasional
terhadap risiko pembiayaan
4. Untuk mengetahui pengaruh resiko pembiayaan terhadap profitabilitas
BPRS yang diproksikan dengan Return On Asset
5. Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh Dana Syirkah Temporer,
Financing Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional per Pendapatan
Operasional (BOPO) terhadap risiko pembiayaan serta implikasinya pada
profitabilitas BPRS di Indonesia baik secara langsung maupun tidak
langsung.
7

F. Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan
pemahaman situasi yang lebih lengkap mengenai Pengaruh Dana Syirkah
Temporer, Financing To Deposit Ratio, Dan BOPO Terhadap Resiko Pembiayaan
Serta Implikasinya Pada Profitabilitas BPRS Di Indonesia dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Bagi pihak Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai tambahan literatur atau
referensi dan pengetahuan khususnya bagi mahasiswa program studi
perbankan syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara
2. Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Temuan penelitian ini dapat digunakan oleh manajemen sebagai informasi
tambahan dalam melaksanakan tugas operasional sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam dan dapat meningkatkan kinerja keuangan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah melalui FDR (Financing to Deposit Ratio).
3. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam
menerapkan kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan kinerja
keuangan bank pembiayaan rakyat syariah dan dapat mendorong bank
pembiayaan rakyat syariah di Indonesia untuk lebih berkembang lagi.
4. Manfaat Praktis Bagi kalangan akademis
Temuan penelitian ini dimaksudkan agar bermanfaat sebagai bahan
penelitian dan penulisan dalam domain yang relevan, terutama yang terkait
dengan Dana Syirkah Temporer, Financing To Deposit Ratio, Dan BOPO
Terhadap Resiko Pembiayaan Serta Implikasinya Pada Profitabilitas Bprs
Di Indonesia.
5. Calon Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data kinerja Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan investasi.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah


Bank Perkreditan Rakyat yang status hukumnya disahkan dalam Paket
Kebijaksanaan Keuangan Moneter dan Perbankan melalui PAKTO tanggal 27
Oktober 1988, pada hakikatnya merupakan penjelmaan model baru dari lumbung
desa dan Bank Desa dengan beraneka ragam namanya yang ada khususnya di pulau
Jawa sejak akhir 1890-an hingga tahun 1967 sejak dikeluarkannya UU Pokok
Perbankan, status hukumnya diperjelas dengan izin dari menteri keuangan. Dengan
adanya keharusan izin tersebut, diikuti dengan upaya-upaya pembenahan terhadap
badan-badan kredit desa yang berproses menjadi lembaga keuangan bank.
Dalam kenyataannya, masyarakat petani di desa yang pada umumnya
beragama Islam belum memanfaatkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada
secara optimal. Mereka masih beranggapan bahwa bunga pada BPR tersebut
ternasuk riba yang diharamkan. Keinginan masyarakat terhadap adanya BPR tanpa
bunga tersebut mendapatkan angin segar dengan adanya deregulasi di sektor
perbankan sejak 1 Juni 1983 yang memberikan kebebasan kepada bank-bank
termasuk BPR untuk menetapkan sendiri tingkat bunganya. Bahkan bank-bank
tidak dilarang untuk menerapkan bunga 0%. Penjelasan pemerintah dalam Rapat
Kerja dengan Komisi VII DPR RI tanggal 5 Juli 1990, bahwa tidak ada halangan
untuk mendirikan atau mengoperasionalkan bank termasuk BPR yang sesuai
dengan prinsip syariah Islam sepanjang pengoperasian bank tersebut memenuhi
kriteria kesehatan bank sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Kemudian pada
bulan Agustus 1990 para ulama, cendekiawan muslim dan praktisi perbankan
muslim menyusun suatu program pendirian BPR Syariah. Program tersebut
terealisir dengan menetapkan 3 BPR Syariah di Bandung yang telah mendapatkan
izin prinsip Menteri Keuangan RI pada 8 Oktober 1990.
Menurut UU Perbankan No. 7 Tahun 1992, BPR adalah lembaga keuangan
bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana

8
9

sebagai usaha BPR. Sedangkan pada UU Perbankan No. 10 tahun 1998, disebutkan
bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.

َ‫ي َد َا ًاَب فَ َما َح َصدْ َُّْت فَ َذ لر ْولَه فَْ لسنْْۢ لب ِهَل ا ََّّل قَل ْي ً َل ِّم َّما تَأْ ل لُك ْو َن‬
ََ ْ ‫قَا ََل تَ ْز َرع ْلو ََن َس ْب ََع س ن‬
Artinya :
“Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut)
sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di
tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.”
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS tidak dapat melaksanakan
transaksi lalu lintas pembayaran atau transaksi dalam lalu lintas giral (Ismail, 2011).
BPRS tidak dapat dikonversi menjadi BPR. Berbeda dengan BUS, BPRS tidak
diizinkan untuk membuka kantor cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor
lainnya di luar negeri. Adapun tujuan yang dikehendaki dengan berdirinya BPR
Syariah adalah:
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
b. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
c. Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam
rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang
memadai.

Untuk mencapai tujuan operasionalisasi BPR Syariah tersebut diperlukan


strategi operasional sebagai berikut:
a. BPR Syariah tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan
fasilitas, melainkan bersifat aktif dengan melakukan
sosialisasi/penelitian kepada usaha-usaha yang berskala kecil yang perlu
dibantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.
b. BPR Syariah memiliki jenis usaha yang perputaran uangnya jangka
10

pendek dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil.


c. BPR Syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat
kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.
Kegiatan usaha BPR/BPRS sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 13
UU NO. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dnegan UU no 10
Tahun 1998 meliputi kegiatan sebagai berikut (Sudarsono, 2015):
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit/pembiayaan.
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI.
d. Menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito berjangka,
sertifikat deposito, dan atau tabungan pada Bank lain.
Penyaluran dana kepada masyarakat dalam pembiayaan bagi hasil
berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah; pembiayaan berdasarkan akad
mudharabah, salam atau istishna; pembiayaan berdasarkan akad qardh,
pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah
berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
dan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah (Dendawijaya, 2005).

B. Profitabilitas
Analisis profitabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan
ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh
laba. Profitabilitas memiliki hubungan kausalitas terhadap nilai perusahaan.
Hubungan ini menunjukkan bahwa apabila kinerja manajemen perusahaan yang
diukur menggunakan profitabilitas maka akan memberikan dampak positif terhadap
keputusan investor untuk menanamkan modalnya.
Rasio profitabilitas sendiri adalah sekelompok rasio yang menunjukkan
kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi.
11

Atau bisa dikatakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen
suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan
pendapatan nasional. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi
perusahaan (Muhammad, 2014).
Rasio profitabilitas dalam penelitian ini dihitung menggunakan ROA atau
yang biasa dikenal juga dengan istilah Return on Assets. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut
dari segi penggunaan aset. Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis
atas seluruh investasi yang telah dilakukan.
ROA adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam
mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan
keuntungan. ROA adalah gambaran produktivitas bank dalam mengelola dana
sehingga menghasilkan keuntungan.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROA = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 x 100%

C. Resiko Pembiayaan
1. Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil.
َ‫ل َبَّنَّ ل َْم قَالل ْوْٓا ان َّ َما الْ َب ْي لَع مثْ لَل ِّالربٰوا‬ َّ ‫َا ََّّل ْي ََن يَأْ ل لُك ْو ََن ِّالربٰوا ََّل ي َ لق ْو لم ْو ََن ا ََّّل َ َََك ي َ لق ْولَم َّاَّل َْي يَتَ َخ َّب لط لَه‬
َ ِّ ‫الش ْي ٰط لَن م ََن الْ َم‬
ََ ‫س ٰذ‬
ََ ‫ف َو َا ْم لرَهه ا َ َل ٰ ِّاللََ َو َم َْن عَا ََد فَ لاولٰٰۤى‬
‫ك‬ َ َ َ‫الل الْ َب ْي ََع َو َح َّرََم ِّالربٰواَ فَ َم َْن َج ٰۤا َءهَ َم َْوع َظةَ ِّم َْن َّرب ِّ َِه فَانَْتَ ٰى فَ ََل َما َسل‬ َ‫َو َا َح ََّل ٰ ِّ ل‬
ِٕ
َ‫ب النَّارََا لَْه فْيْ َا خ لِٰل ْو َن‬ َ‫ْص ل‬ ٰ ْ ‫َا‬
12

Artinya :

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti


berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena
mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat
peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”(Q.S
Al-Baqarah 275)

Jenis-jenis pembiayaan meliputi :


a. Berdasarkan Penggunaannya
1) Pembiayaan modal kerja, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk
memberikan modal usaha seperti antara lain pembelian bahan baku
atau barang yang akan diperdagangkan.
2) Pembiayaan investasi, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk
modal usaha pembelian sarana alat produksi dan atau pembelian
barang modal berupa aktiva tetap/inventaris.
3) Pembiayaan konsumtif, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk
pembelian suatu barang yang digunakan untuk kepentingan
perseorangan (pribadi).

b. Berdasarkan Jangka Waktu Pemberiannya


1) Pembiayaan dengan jangka waktu pendek umumnya dibawah
1 tahun
2) Pembiayaan dengan jangka waktu menengah umumnya sama
dengan 1 tahun
3) Pembiayaan dengan jangka waktu di atas 3 tahun dalam kasus
tertentu seperti untuk pembiayaan investasi perumahan, atau
penyelamatan pembiayaan
13

2. Risiko Pembiayaan
Bank Indonesia mendefinisikan risiko sebagai potensi terjadinya suatu
peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian bank. George J. Benston
mendefinisikan risiko sebagai “the probability that any event, or set of events, might
occur. It usually denotes a negative or undesired event –one that will cause a
financial institution (hereafter generally called a bank) to fail rather than to be very
successful.” Secara implisit, definisi Benston mengandung kemungkinan
tercapainya suatu sukses atau keberhasilan namun peluang gagalnya jauh lebih
besar. Atau secara ringkasnya, risiko bank adalah kombinasi dari tingkat
kemungkinan sebuah peristiwa terjadi disertai konsekuensi (dampak) dari peristiwa
tersebut pada bank.
Jenis-jenis risiko yang biasa diterima oleh bank antar lain:
a. Risiko kredit

b. Risiko pasar (eksposur yang timbul karena adanya pergerakan


variabel pasar (suku bunga dan nilai tukar) dari portofolio yang
dimiliki oleh bank, yang berbalik arah dari yang diharapkan, dapat
menimbulkan kerugian bagi bank)

c. Risiko likuiditas (eksposur yang timbul antara lain karena bank


tidak mampu memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo)

d. Risiko operasional (eksposur yang timbul antara lain karena


adanya ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal,
juga adanya kesalahan atau kecurangan manusia, kegagalan sistem
dalam mencatat, membukukan dan melaporkan transaksi secara
lengkap, benar dan tepat waktu)

e. Risiko hukum (eksposur yang timbul karena adanya kelemahan


aspek yuridis, antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum,
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung, atau
kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu
kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna)
14

f. Risiko reputasi (eksposur yang disebabkan adanya publikasi


negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi
negatif terhadap bank)

g. Risiko strategik (eksposur yang disebabkan adanya penetapan dan


pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan
bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap
perubahan eksternal). Risiko kepatuhan (eksposur yang disebabkan
bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku) (Kashmir,
2015).
3. Resiko Kredit
Resiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian yang dikaitkan
dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana
debitur tidak dapat melunasi hutangnya. Sehubungan dengan fungsi bank syariah
sebagai lembaga intermediary dalam kaitannya dengan penyaluran dana
masyarakat atau fasilitas pembiayaan berdasarkan prinsip syariah tersebut, bank
syariah menanggung risiko kredit atau resiko pembiayaan (Hejazziey, 2014). Hal
tersebut dijelaskan kembali dalam Pasal 37 ayat (1) UU Perbankan Syariah yang
menyatakan bahwa penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah oleh bank syariah
dan UUS mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam perlunasannya
sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank syariah. Risiko bagi bank
syariah dalam pemberian fasilitas pembiayaan adalah tidak kembalinya pokok
pembiayaan dan tidak mendapat imbalan, ujrah atau bagi hasil. Disamping itu, juga
terdapat risiko bertambah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh bank dan
bertambahnya waktu untuk penyelesaian NPF serta turunnya kesehatan
pembiayaan bank (kolektabilitas pembiayaan menurun). Pembiayaan bermasalah
yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.
Risiko pembiayaan dalam penelitian ini dihitung dengan metode Value
at Risk. Value at Risk adalah suatu metode penilaian risiko untuk megukur potensi
kerugian yang dapat terjadi selama periode waktu tertentu dengan tingkat
keyakinan tertentu pada kondisi pasar yang normal. VaR juga digunakan untuk
15

mengukur unexpected loss dari suatu portofolio guna menentukan kebutuhan modal
untuk menutupi risiko pasar Value at Risk measures the worst expected loss over a
given horizon under normal market conditions at a given confidence level
(Tampubolon, 2004). Jadi VaR dapat diartikan ukuran kerugian terburuk yang
diharapkan akan terjadi pada horison waktu tertentu pada kondisi pasar yang normal
dengan tingkat kepercayaan tertentu. Dibandingkan dengan ukuran risiko
tradisional, VaR memberikan nilai agregat dari risiko portofolio yang meliputi
leverage, korelasi dan posisi saat ini. Jadi VaR lebih melihat kedepan (looking
forward).
Sebenarnya metodologi di belakang VaR tidaklah baru dan dapat
ditelusur kembali pada kerangka Mean-Variance yang dikembangkan oleh
Markowtz pada tahun 1952. VaR dapat ditelusur kemballi akarnya pada saat
terjadinya banyak skandal keuangan pada awal tahun 1990an yang menimpa
Orange County, Baring, Daiwa dan banyak perusahaan lainnya
Hilangnya jutaan dolar pada perusahaan-perusahaan tersebut sebagai
kerugian karena lemahnya pengawasan dan manajemen resiko VaR memiliki tiga
metode untuk melakukan perhitungan, yaitu Variance- covariance Method,
Historical Simulation Method, dan Monte Carlo Simulation Method. Ketiga metode
tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, antara lain (Ghozali,
2007) :

a. Variance-covariance Method atau disebut juga Delta Normal


Method memiliki keunggulan dari sisi kemudahan komputasi dan
implementasi. Model ini diperkenalkan oleh JP. Morgan pada awal
1990-an. Asumsi yang digunakan dalam Variance-covariance
Method adalah:
1. Portofolio disusun atas aset-aset yang linier. Lebih tepatnya,
perubahan nilai dari suatu portofolio bersifat linier dependen
pada semua perubahan yang terjadi pada nilai asset. Jadi,
return portofolio juga bersifat linier dependen pada return
asset.
16

2. Return asset berdistribusi normal


Selain memiliki keunggulan dalam hal kemudahan komputasi dan
implementasi, metode ini memiliki kelemahan dalam akurasi (lebih
lemah) dibandingkan dua metode lainnya.

b. Historical Simulation Method merupakan metode yang paling


simple dan paling transparan dalam perhitungan. Termasuk dalam
perhitungan nilai portofolionya. Kelemahan metode ini tidak
menggunakan distribusi normal pada return assetnya.

c. Monte Carlo Simulation Method juga merupakan metode


pengukuran yang relatif simple dibandingkan dengan Variance-
covariance model. Monte Carlo Simulation Method memiliki
keunggulan dalam akurasi.

Metode pengukuran tingkat risiko dengan pendekatan VaR merupakan


sebuah metode pengukuran tingkat risiko menggunakan pendekatan waktu dan
tingkat kepercayaan dalam menghitungnya. Bentuk perhitungan VaR secara umum
untuk aset tunggal menurut Jorion menggunakan persamaan sebagai berikut :

VaR = α * σ * W

Dimana :
α = Tingkat kepercayaan (Confidence
Level) σ = Standar Deviasi
W = Nilai posisi aset / nilai yang diinvestasikan
Metode pengukuran bobot bersih risiko dihitung dengan melakukan
estimasi persentase kerugian potensial melalui VaR nilai absolut dan nilai relatif.
Nilai VaR absolut adalah kerugian terhadap nol (zero) dan nilai VaR relatif adalah
kerugian yang dibandingkan dengan rata-rata nilai pengembalian hasil yang
diharapkan / expected return (µ). Estimasi pendekatan VaR tersebut dapat dilihat
dengan formulasi sebagai berikut :
17

VaR (mean) = A0 * σ * α * √t

atau

VaR (zero) = A0 (σ * α * √t - µ*t)

Dimana:
A0 : nilai eksposur (yang dibiayai)
σ : standar deviasi
α : alpha (distribusi standar normal)
√t : waktu (dalam hari) atau holding period
µ : pengembalian hasil yang diharapkan (expected return)

Nilai VaR (zero) menggambarkan adanya selisih antara VaR (mean) dengan rata-
rata nilai gross expected return, dimana jika VaR (zero) positif dan signifikan
terdapat potensi kerugian pembiayaan, jika nilai VaR (zero) negatif berarti terdapat
potensi profitabilitas pembiayaan. Penghitungan risiko menggunakan metode VaR
terlebih dahulu diperlukan menghitung return atau pengembalian hasil dengan
menggunakan data equivalent rate pembiayaan mudharabah dari Januari 2016
sampai Desember 2020. Berikut persamaan untuk menghitung return :

𝑃𝑡
𝑅𝑡 = 𝑙𝑛
𝑃𝑡 − 1

Keterangan:
Rt : return periode ke -i
Pt : harga pada waktu t
Pt-1: harga pada waktu t-1

4. Sebab-sebab terjadinya Resiko Pembiayaan


Menurut Siswanto Sutojo faktor yang menyebabkan timbulnya
kredit/pembiayaan bermasalah ada 3 faktor, sebagai berikut :

a. Faktor intern
18

1) Rendahnya kemampuan atau ketajaman Bank melakukan analisis


kelayakan kredit, yang disebabkan oleh faktor-faktor

a) Rendahnya pengetahuan dan pengalaman Acoount Officer.

b) Pimpinan bank mendapat tekanan dana pihak ketiga untuk


meluluskan permintaan kreditnya.

c) Strategi pemberian kredit yang terlalu ekspansif sehingga


mengabaikan prinsip kehati-hatian. Penerapan strategi ini
biasanya berawal dari penghimpunan dana masyrakat dalam
jumlah besar-besaran. Oleh sebab itu, sejak diberikan kredit
telah membawa bibit masalah .

d) Lemahnya sistem informsi kredit serta sistem pengawasan


dan administrasi kredit.

e) Campur tangan yang berlebihan dari para pemegang saham


dalam keputusan pemberian.

f) Pengikatan jaminan kredit yang kurang sempurna.

2) Ketidaklayakan Debitur
a) Terganggunya penerimaan debitur.
b) Terganggunya pribadi debitur (kecelakaan, sakit, meninggal,
cerai dsb)
c) Kurangnya pengetahuan dan pengalaman pengusaha
d) Salah urus perusahaan.
e) Penipuan dan lainnya

b. Faktor Ekstern
1) Perkembangan perekonomian
2) Bencana alam
3) Peraturan pemerintah
19

D. Dana Syirkah Temporer


Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan
jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lain dimana bank mempunyai hak
untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil
investasi berdasarkan kesepakatan (Prabowo, 2014).
Menurut PSAK No. 101, dana syirkah temporer adalah dana yang
diterimah oleh entitas Syariah dimana entitas syariah mempunyai hak untuk
mengelolah dan menginvestasikan dana, baik sesuai dengan kebijakan entitas
syariah atau kebijakan pembatasan dari pemilik dana, dengan keuntungan dibagi
sesuai dengan kesepakatan. Entitas syariah tidak berkewajiban mengembalikan atau
menutup kerugian normal yang bukan akibat dari unsur kesalahan yang disengaja,
kelalaian, atau pelanggaran.
Dana syirkah temporer tidak termasuk kedalam aset meskipun suatu
entitas syariah dapat mengelola dana tersebut, karena dana tersebut masih menjadi
milik dari pemiliknya. Dana Syirkah temporer juga tidak termasuk kedalam
golongan kewajiban, karena pada dana syirkah temporer pengembalian hutang
tidak sekaligus, hal ini dipengaruhi karena adanya keuntungan maupun kerugian
usaha yang dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati diawal akad. Sehingga
hal tersebut akan menambah atau mengurangi besarnya dana yang harus
dikembalikan..
ََ ِّ ٰ ‫ُّيُ َا َّاَّل ْي ََن ٰا َمنلوا ات َّ لقوا‬
َ‫الل َو َذ لر ْوا َما بَق ََي م ََن ِّالربٰ ْٓوا ا َْن لك ْن لَْت ُم ْؤَمن ْ َي‬

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman” (Q.S Al-Baqarah 278)

Kelalaian atau kesalahan bank sebagai pengelola dana, antara lain,


ditunjukkan oleh:
a. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad;
b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim
dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad; atau
20

c. Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan

Contoh dari dana syirkah temporer adalah penerimaan dana dari investasi
mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, musyarakah, dan akun lain
yang sejenis. Jenis produk penghimpunan dana mudharabah, antara lain :
a. Tabungan mudharabah adalah dana mudharabah pada bank
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati.
b. Deposito mudharabah adalah dana mudharabah pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
dengan pembagian hasil sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati di muka antara nasabah dengan bank yang
bersangkutan
Hubungan antara bank dan pemilik dana merupakan hubungan kemitraan.
Bank mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana yang diterima
dengan atau tanpa batasan seperti mengenai tempat, cara, atau obyek investasi.
Pemilik dana memperoleh bagian atas keuntungan sesuai kesepakatan dan
menerima kerugian berdasarkan jumlah dana dari masing-masing pihak.
Pembagian hasil dana syirkah temporer dapat dilakukan dengan:
a. Konsep bagi laba (profit sharing), atau
b. Konsep bagi hasil (gross profit margin atau dalam fatwa disebut net
revenue sharing).

E. Financing to Deposit Ratio


Financing..to..deposit ratio (FDR) yaitu suatu sebutan yang
diperuntukkan kepada perbankan syariah yang berfungsi sebagai intermediasi bank
syariah. Istilah FDR digunakan’ karena dalam perbankan syariah tidak dikenal
istilah utang (loan). Bank syariah hanya mengenal financing atau pembiayaan.
‘Financing..to..Deposit..Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan
untuk menhitung likuiditas atas bank dalam membayarkan Kembali. Deposan
menarik uang tunai dengan menggunakan pembiayaan bank sebagai sumber
21

likuiditas, terutama dengan membagi pembiayaan bank menjadi Dana Pihak Ketiga
(DPK).
‘Semakin banyak ‘dana yang diterima bank, maka semakin tinggi pula
resiko yang ditanggung’ oleh pihak ‘bank. Resiko seperti ‘non ‘performing
finance dan credit risk adalah salah duanya yang dapat membuat bank mengalami
suatu. Dana yang disetorkan pelanggan tidak mungkin dikembalikan. Kredit gagal
atau kredit bermasalah adalah beberapa penyebabnya.
Nilai FDR yang tinggi, di sisi lain, menunjukkan bahwa bank itu likuid.
Terlepas dari kenyataan bahwa ini menunjukkan bahwa bank memiliki sejumlah
besar kas menganggur. Jika dana ini tidak digunakan, bank mungkin kehilangan
sejumlah besar uang dari bunga pinjaman. Jika ini tidak dilakukan, bank tidak akan
beroperasi peran sebagai ‘financial intermediary’.
‘Rasio Financing..to..Deposit...Ratio (FDR) adalah metrik lain yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi strategi bank. Manajemen bank konservatif
umumnya memiliki FDR yang rendah. Sebaliknya, jika FDR melampaui batas
toleransi, manajemen bank dianggap sangat ekspansif atau agresif. Persentase ini
juga digunakan untuk menentukan apakah pinjaman memiliki ruang untuk ekspansi
atau dibatasi. Jika FDR bank syariah terlalu rendah, akan sulit bagi bank untuk
menutupi simpanan nasabah dengan jumlah dana yang ada. Jika FDR bank sangat
tinggi, ia menghadapi kemungkinan besar pinjaman yang tidak dapat ditagih, dan
bank pada akhirnya akan menderita kerugian.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 2 mei
1993, besarnya FDR ini ditetapkan oleh Bank Indonesia, dimana tidak boleh
melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun, yaitu tidak melebihi
110%. untuk Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%.
Jika rasio FDR suatu bank kurang dari 80% (misalnya 60%), dapat
diasumsikan bahwa bank hanya dapat menyalurkan sebesar rasio FDR-nya. Karena
tugas utama bank adalah bertindak sebagai perantara antara mereka yang memiliki
kelebihan keuangan dan mereka yang tidak, rasio FDR 60% menunjukkan bahwa
40% dari uang yang terkumpul tidak ditujukan kepada mereka yang membutuhkan,
menyiratkan bahwa bank tidak menjalankan fungsinya dengan benar. Jika
22

Financing to Deposit Ratio (FDR) bank melebihi 110 persen, itu menandakan
bahwa pembiayaan bank secara keseluruhan melebihi uang yang dikumpulkan, dan
bank dianggap gagal menjalankan fungsinya secara memadai. Semakin besar FDR
maka semakin berisiko keadaan likuiditas bank tersebut, sedangkan semakin rendah
FDR maka semakin kurang berhasil bank dalam menyalurkan pembiayaan.
Pendapatan bank akan tumbuh jika rasio FDR-nya memenuhi kriteria BI (dengan
asumsi bank mampu menyalurkan pembiayaan secara efektif) (Suryani, 2012).
Adapun dana pihak ketiga dalam bank syariah adalah sebagai berikut :
1) Titipan (wadiah) simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya
tapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.
2) Partisipasi modal berbagi hasil dari berbagai risiko untuk investasi umum.
3) Investasi khusus dimana bank hanya berlaku sebagai manajer investasi
untuk memperoleh fee dan investor sepenuhnva mengambil risiko atas
investasi tersebut.

Semakin tinggi rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) tersebut


memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk
pembiayaan menjadi semakin besar. Semakin besar kredit maka pendapatan yang
diperoleh naik. karena pendapatan naik secara otomatis laba juga akan mengalami
kenaikan.

Faktor yang mempengaruhi naik turunnya Financing to Deposit Ratio


(LDR) diprediksi berasal dari kondisi internal maupun eksternal perbankan.
Kondisi internal dapat tercermin dari rasio keuangan suatu bank. Sedangkan kondisi
eksternal dapat tercermin dari keadaan makro ekonomi suatu negara. Dalam
menghadapi tingkat inflasi, perbankan syariah menghadapi dua masalah utama
yaitu, pertama, dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). Kenaikan tingkat
inflasi akan meningkatkan suku bunga deposito. Sehingga suku bunga deposito di
perbankan konvensional lebih tinggi dan menarik daripada return dari perbankan
syariah. Return yang lebih tinggi di perbankan konvensional akan meningkatkan
23

displacement atau pengalihan dana yang besar dari perbankan syariah ke perbankan
konvensional.

F. Biaya Operasional
Menurut BI melalui SE BI No.6/73/Intern/2004 Efisiensi operasi
diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan
operasi atau sering menggunakan istilah BOPO. Rasio ini bertujuan untuk
mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya
operasional serta tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya.
Bank Indonesia menetapkan besarnya rasio BOPO tidak melebihi
90% apabila melebihi 90%, maka bank tersebut dikategorikan tidak efisien
dalam menjalankan operasinya dalam hal ini biaya tidak terkontrol yang pada
akhirnya menyebabkan pendapatan menurun hingga berujung pada
menurunnya kualitas pembiayaan karena kurangnya pendapatn untuk
menutupi kegiatan operasional penyaluran pembiayaan. Secara sistematis,
menurut peraturan pemerintah SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004.
BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:

Total Biaya Operasional


BOPO = Total Pendapatan Operasional 𝑥 100%

G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan kumpulan hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneiti-peneliti terdahulu dan mempunyai kaitan dengan penelitian
yang akan dilakukan. Dalam penelitian terdahulu penulis menjadikannya sebagai
acuan untuk melengkapi dan memperbanyak teori yang dipakai. Penelitian-
penelitian mengenai Pengaruh Dana Syirkah Temporer, Financing to Deposit Ratio
dan BOPO Terhadap Risiko Pembiayaan pada Profitabilitas BPRS. Penelitian yang
24

dilakukan oleh Zahrotun Nikmah (2018) yang berjudul “Analisis Pengaruh Dana
Syirkah Temporer, Financing to Deposit Ratio dan BOPO Terhadap Risiko
Pembiayaan serta Implikasinya pada Profitabilitas BPRS di Indonesia (2012-
2017)” menunjukkan bahwa Variabel Dana Syirkah Temporer (DST), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
variabel Risiko Pembiayaan (RP) yang dihitung menggunakan Value at Risk (VaR).
Variabel Dana Syirkah Temporer (DST) berpengaruh langsung sebesar 54.17%.
Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) terdapat pengaruh langsung sebesar
1.32%. Variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terdapat
pengaruh langsung sebesar 7.02%. Penelitian yang dilakukan oleh Lisna Wahyu
Pudyastuti (2018) yang berjudul “Pengaruh Islamicity Performance Index Dan
Financing To Deposit Ratio (FDR) Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
Di Indonesia” menunjukkan bahwa Profit Sharing Ratio dan Financing to Deposit
Ratio berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah yang
diproksikan dengan ROA periode 2011-2016. Penelitian yang dilakukan oleh
Pramuka (2010) yang berjudul “Faktor- Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah” menunjukkan bahwa secara simultan
FDR mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA)
bank umum syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Adyani (2011) yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang memengaruhi Profitabilitas (ROA)” menyatakan
bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
profitabilitas (ROA) bank, dan variabel NPF dan BOPO berpengaruh negatif
signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank. Penelitian yang dilakukan oleh Nur
Mawaddah (2015) yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas
Bank Syariah” menyatakan bahwa Pembiayaan, NIM dan NPF berpengaruh
langsung terhadap ROA. Pembiayaan , NIM berpengaruh tidak langsung terhadap
NPF. Yang paling berpengaruh terhadap ROA adalah pembiayaan dan NIM
.Berikut adalah beberapa jurnal dan tesis yang berkaitan dengan penelitian.
Tabel 1.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
25

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian Perbedaan


Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian
1 Zahrotun Analisis Asosiatif Variabel Dana Perbedaan
Nikmah Pengaruh Kausal Syirkah Temporer penelitian ini
(2018) Dana Syirkah (DST) dengan
Temporer, berpengaruh penelitian
Financing to langsung sebesar terdahulu yaitu
Deposit Ratio 54.17%. Variabel rentang waktu
dan BOPO Financing to penelitian
Terhadap Deposit Ratio
Risiko (FDR) terdapat
Pembiayaan pengaruh
serta langsung sebesar
Implikasinya 1.32%. Variabel
pada Biaya Operasional
Profitabilitas Pendapatan
BPRS di Operasional
Indonesia (BOPO) terdapat
(2012-2017)” pengaruh
langsung sebesar
7.02%.
2 Pramuka Artikel Jurnal: Asosiatif secara simultan Pada penelitian
(2010) Faktor- Faktor kausal FDR mempunyai yang dilakukan
yang pengaruh positif pramuka
Berpengaruh dan signifikan membahas
Terhadap terhadap tentang faktor
Tingkat profitabilitas yang
Profitabilitas (ROA) bank berpengaruh
Bank Umum umum Syariah terhadap tingkat
Syariah profitabilitas
bank umum
syariah
sedangkan pada
penelitian ini
lebih membahas
pengaruh dari
Islamicity
Performance
Index dan
Financing to
Deposit Ratio
terhadap kinerja
keuangan
Perbankan
Syariah yang
26

terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
3 Adyani Skripsi: Asosiatif variabel CAR dan Pada penelitian
(2011) Analisis kausal FDR tidak yang dilakukan
Faktor-faktor berpengaruh Adyani hanya
yang signifikan positif membahas
memengaruhi terhadap variabel CAR
Profitabilitas profitabilitas dan FDR,
(ROA) (ROA) bank, dan perbedaan nya
variabel NPF dan dengan
BOPO penelitian ini
berpengaruh membahas
negatif signifikan tentang
terhadap Islamicity
profitabilitas Performance
(ROA) bank. Index dan
Financing to
Deposit Ratio
4 Lisna Wahyu Skripsi: Asosiatif Profit Sharing Pada penelitian
Pudyastuti Pengaruh kausal Ratio berpengaruh Lisna
(2018) Islamicity positif terhadap membahas
Performance Kinerja Keuangan kinerja
Index Dan Bank Syariah keuangan
Financing To yang diproksikan Perbankan
Deposit Ratio dengan ROA Syariah di
(FDR) Indonesia
Terhadap sedangkan
Kinerja penelitian yang
Keuangan saya lakukan
Perbankan yaitu membahas
Syariah Di Perbankan
Indonesia Syariah yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia.
5 Nur “Faktor-faktor Kuantitatif Pembiayaan, NIM Perbedaan
Mawaddah yang dan NPF penelitian ini
(2015) Mempengaruhi berpengaruh dengan
Profitabilitas langsung terhadap penelitian
Bank Syariah ROA. Pembiayaan terdahulu yaitu
, NIM pada penelitian
berpengaruh tidak ini membahas
langsung terhadap tentang Bank
NPF. Yang paling Pembiayaan
berpengaruh Rakyat Syariah
27

terhadap ROA dan Dana


adalah Syirkah
pembiayaan dan Temporer
NIM

H. Kerangka Pemikiran
Kerangka teoritis memuat pokok-pokok pemikiran yang akan
menggambarkan dari sudut mana suatu masalah akan disoroti peneliti yang
dihasilkan dari penelitian-penelitian teori relevan yang digunakan dalam
penelitiannya (Rahmani, 2019)
Berdasarkan penjabaran landasan teori dan penelitian terdahulu maka
dapat disusun suatu kerangka penelitian yaitu variable bebas ( Independent
Variabel) yang meliputi Dana Syirkah Temporer (X₁), Financing to distribution
ratio (FDR) (X₂), Biaya Operasional Pendapatan (BOPO) (X₃). Sedangkan untuk
variabel terkait (dependent variabel) yaitu Risiko Pembiayaan (Y).

Dana Syirkah
Temporer (X1)

H1

Profitabilitas diproksikan
Financing to Risiko Pembiayaan
H2 H4 dengan ROA
Deposit Ratio (X2)
(Y)
(Z)

H3
Biaya Operasional
Pendapatan (X3)
28

H5
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Keterangan :

Y : Risiko Pembiayaan

X₁ : Dana Syirkah Temporer

X₂ : Financing To Deposit Ratio

X₃ : Biaya Operasional Pendapatan

H₁ : Pengaruh Dana Syirkah Temporer terhadap Risiko Pembiayaan (Y)

H₂ : Pengaruh Financing To Deposit Ratio terhadap Risiko Pembiayaan (Y)

H₃ : Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan terhadap Risiko Pembiayaan (Y)

H₄ : Pengaruh Dana Syirkah Temporer, Financing to Deposit Ratio dan Biaya


Operasional Pendapatan secara simultan terhadap Risiko Pembiayaan

Hipotesis akan penelitian digunakan sebagai dasar atas pengambilan


kesimpulan pada penelitian. Hipotesis adalah solusi jangka pendek untuk rumusan
masalah yang telah dinyatakan sebagai pernyataan. Selain itu, hipotesis harus
diverifikasi agar temuan penelitian dapat diterima atau ditolak. Hipotesis ditentukan
sendiri dengan menggunakan studi teoritis, penelitian yang berlaku, dan kerangka
kerja, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

H₀₁ : Dana Syirkah Temporer tidak berpengaruh signifikan terhadap Risiko


Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia

Hₐ₁ : Dana Syirkah Temporer berpengaruh signifikan terhadap Risiko


Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
29

H₀₂ : Financing to Deposit Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap


Risiko Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
Indonesia

Hₐ₂ : Financing to Deposit Ratio berpengaruh signifikan terhadap Risiko


Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia

H₀₃ : Biaya Operasional Pendapatan tidak berpengaruh signifikan terhadap


Risiko Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia

Hₐ₃ : Biaya Operasional Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap


Risiko Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia

H₀₄ : Resiko Pembiayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap


profitabilitas BPRS yang diproksikan dengan ROA

Hₐ₄ : Resiko Pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas


BPRS yang diproksikan dengan ROA

H₀₅ : Dana Syirkah Temporer, Financing to Deposit Ratio dan Biaya


Operasional Pendapatan tidak berpengaruh secara simultan terhadap
Risiko Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.

Hₐ₅ : Profit Sharing Ratio, Equitable Distribution Ratio, Islamic Income


vs Non Islamic Income, dan Financing to Deposit Ratio berpengaruh
secara simultan terhadap Risiko Pembiayaan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di Indonesia.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini dikenal sebagai penelitian asosiatif kausal. Penelitian
kausal asosiatif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk mengungkap
30

hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melihat bagaimana variabel independen mempengaruhi variabel dependen yang
dimana variabel independent yaitu (Dana Syirkah Temporer, Financing To Deposit
Ratio dan Biaya Operasional Pendapatan) dalam kaitannya dengan variabel terikat
(Risiko Pembiayaan). Metode analisis data statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang menggunakan data berupa angka-
angka.
Kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Pendekatan kuantitatif
memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang mempunyai karakteristik tertentu
didalam kehidupan manusia yang dinamakan dengan variabel. Dalam pendekatan
kuantitatif hakikat hubungan antara variabel-variabel dianalisis dengan
menggunakan teori yang objektif (Sujarweni, 2015).
Menurut Azhari Akmal Tarigan Penelitian kuantitatif adalah penyelidikan
ilmiah yang menganalisis bagian-bagian, fenomena, dan hubungan mereka secara
sistematis. Penelitian kuantitatif berkaitan dengan pengembangan dan penerapan
model matematika, ide, dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
Bentuknya sangat banyak seperti survei, eksperimen, korelasi, dan regresi.
Penelitian ini digunakan terutama dalam ilmu sosial seperti ekonomi. (Tarigan,
2015)
Karena kesulitan yang penulis ambil dari penelitian ini berkaitan dengan
data berupa angka atau bilangan, maka penulis menggunakan metodologi
kuantitatif. Data kuantitatif dapat ditangani atau diperiksa menggunakan teknik
komputasi matematika atau statistik tergantung pada formatnya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian ini maka waktu penelitian yang dilakukan
dari bulan Januari tahun 2022 sampai Februari 2022
Tabel 2.1
Waktu Penelitian
No Kegiatan 2021 2022
31

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul


1 ACC Judul
Penyusunan
3
Proposal
Bimbingan
4
Proposal
Seminar
4
Proposal

Penelitian ini dilakukan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)


di seluruh Indonesia. Adapun periode yang diambil dalam penelitian ini adalah
Januari 2016-Desember 2020. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data statistik perbankan syariah yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keungan
(www.ojk.go.id) dan Bank Indonesia (www.bi.go.id).

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2012), Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari objek/subyek dengan jumlah dan kualitas tertentu yang digunakan
peneliti untuk mempelajari dan mengambil kesimpulan. Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia merupakan
populasi penelitian.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
suatu populasi (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini sampel diambil dengan
menggunakan metode purposive sampling.
32

Purposive sampling menurut Sugiyono adalah teknik penentuan sampel


dengan pertimbangan tertentu. Kriteria yang digunakan untuk mengambil sampel
dalam penelitian ini adalah:

a. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa


Keuangan dan Bank Indonesia yang mempublikasikan laporan
keuangan di website Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia.
b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dengan kelengkapan data variabel
yang akan diteliti dan tercatat di Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan, yaitu Dana Syirkah Temporer, Financing to Deposit Ratio
dan Biaya Operasional Pendapatan.
c. Memiliki data yang lengkap yang sesuai dengan kebutuhan penelitian

D. Teknik Analisis Data


1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistika deskriptif merupakan salah satu jenis statistika. yang
menggunakan data sampel atau populasi untuk menggambarkan atau
menjelaskan gambaran tentang hal yang diteliti tanpa menganalisis atau
menarik penilaian yang luas tentang objek yang diteliti. Minimum, maksimum,
rata-rata (mean), dan standar deviasi dihitung sebagai pendekatan statistik
deskriptif dalam penyelidikan ini..

2. Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas
Menurut Husein (Ahmad, 2016) Uji normalitas digunakan untuk
melihat apakah suatu variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian
ini berdistribusi normal, mendekati normal, atau tidak. Jika hasil pengujian
33

menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, analisis parametrik


(statistik inferensial) dengan analisis regresi dapat digunakan. Menurut
Yamin, dkk (Yamin Sofyan, 2016) uji normalitas dapat dideteksi dengan
menggunakan Kolmogorov Smirnov Test. Data berdistribusi normal jika
ditemukan nilai asymptotic significance > 0,05. Jika variable penelitian
memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel penelitian tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah
variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi berkorelasi.
Multikolinearitas menurut Ghozali (Ghozali, 2007) menyebabkan variabel
independen menjadi non-orthogonal atau nilai korelasi antar variabel
independen lebih dari nol. Nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF) dijadikan sebagai tolak ukur dari penelitian untuk mendeteksi
adanya multikolinearitas. Jika ditemukan nilai tolerance lebih atau sama
dengan 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10, Dapat disimpulkan bahwa
terdapat multikolinearitas dalam penelitian ini (Yamin Sofyan, 2016).

c. Uji-Autokorelasi
Uji autokorelasi menguji hubungan antara. kumpulan
pengamatan-yang sama dari waktu ke waktu. Uji ini digunakan untuk
menghindari-autokorelasi dalam suatu penelitian, menurut Sunyoto
(Danang, 2016). Ada masalah autokorelasi jika ada korelasi. Persamaan
regresi yang baik-adalah-persamaan yang-tidak memiliki masalah-
autokorelasi; jika persamaan memiliki autokorelasi, itu tidak ideal untuk
prediksi. Metode pengujian autokorelasi diuji dengan menggunakan-uji-
Durbin-Watson.-

Tabel 3.1
Kriteria-Durbin-Watson’
34

Hipotesis Nol Keputusan Jika d berada pada


rentang
Tidak ada-autokorelasi-positif Menolak H₀ 0 < d < dl
Tidak ada-autokorelasi-positif Tidak ada dl < d < du
keputusan
Tidak ada autokorelasi positif Tidak du < d < 4- du
dan-negative menolak
Tidak=ada-autokorelasi Tidak ada 4-du ≤ d ≤ 4- dl
negative keputusan
Tidak ada_autokorelasi Menolak-H₀ 4- dl ≤ d ≤ 4
negative

d. Uji--Heteroskedastisitas
Menurut Husein (Ahmad, 2016), uji-heteroskedastisitas
menentukan ada tidaknya ketidaksamaan varians dan residual dari satu
pengamatan ke \pengamatan berikutnya dalam model regresi. Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk melihat apakah model regresi bersifat
homoskedastis atau heteroskedastis. Homoskedastisitas-didefinisikan
sebagai situasi di mana varians-dan-residual dari satu pengamatan-ke-
pengamatan berikutnya adalah konstan. Model dikatakan heteroskedastis
jika varians dan residualnya berbeda. Tidak adanya gejala
heteroskedastisitas menjadi salah satu syarat untuk menguji model regresi
ini. Asumsi tradisional heteroskedastisitas adalah bahwa residual-pada-
semua data dalam model regresi memiliki varians yang sama. Jika tidak-
terjadi-heteroskedastisitas maka persamaan regresi ini dapat diterima.
Uji Glejser merupakan salah satu metode untuk menentukan ada
tidaknya heteroskedastisitas. Untuk meregresi nilai absolut residual pada
variabel bebas digunakan uji Glejser. Tidak ada masalah
heteroskedastisitas jika signifikansi variabel independen lebih dari 0,05
atau 5%, menurut kriteria pengambilan keputusan.
35

3. Uji Hipotesis
a. Uji Path Analysis
Uji regresi dengan variabel intervening bertujuan untuk melihat
pengaruh tidak langsung antara satu variabel terhadap variabel yang
lainnya. Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode
analisis jalur (Path Analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari
analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan
analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model
causal atau sebab akibat) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
teori.
Analisis jalur bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung
maupun tidak langsung variabel independen terhadap variabel dependen.
Perhitungan pengaruh secara langsung dan tidak langsung dihitung dari
nilai unstandardized coefficients regresi masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah gambaran
analisis jalur dari penelitian ini :

Y = α + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β₅ + e₁

Z = α + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β₅ + e₂

Keterangan :
Y = Resiko Pembiayaan
Z = Profitabilitas BPRS diproksikan dengan ROA
α = Konstanta
β 1 = Koefisien Dana Syirkah Temporer
β 2 = Koefisien Financing to Deposit Ratio
β 3 = Koefisien Biaya Operasional Pendapatan
X1 = Dana Syirkah Temporer
X2 = Financing to Deposit Ratio
X3 = Biaya Operasional Pendapatan
e = Error
36

b. Uji Parsial
Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.
Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan tingkat
signifikansi sebesar 0,05 (5%) atau tingkat keyakinan sebesar 0,95
Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
1. Pengaruh Dana Syirkah Temporer terhadap Risiko Pembiayaan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
H0₁ : β₁ ≤ 0, artinya Dana Syirkah Temporer tidak terhadap Risiko
Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Ha₁ : β₁ > 0, artinya Dana Syirkah Temporer terhadap Risiko
Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Risiko
Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
H0₂ : β₂ ≤ 0, artinya Financing to Deposit Ratio tidak terhadap
Risiko Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah .
Ha₂: β₂ > 0, artinya Financing to Deposit Ratio terhadap Risiko
Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
3. Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan terhadap Risiko
Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
H0₃ : β₃ ≤ 0, artinya Biaya Operasional Pendapatan tidak
berpengaruh signifikan terhadap Risiko Pembiayaan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
Ha₃ : β₃ > 0, artinya Biaya Operasional Pendapatan berpengaruh
signifikan terhadap Risiko Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
4. Pengaruh Resiko Pembiayaan terhadap Profitabilitas BPRS yang
diproksikan dengan ROA
H0₃ : β₃ ≤ 0, artinya Risiko Pembiayaan tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas BPRS yang diproksikan dengan ROA.
37

Ha₃ : β₃ > 0 artinya Risiko Pembiayaan berpengaruh terhadap


profitabilitas BPRS yang diproksikan dengan ROA
5. Pengaruh Dana Syirkah Temporer, Financing to Deposit Ratio
dan Biaya Operasional Pendapatan secara simultan Biaya
Operasional Pendapatan Secara Simultan terhadap Risiko
Pembiayaan.
H0₅ : β₄ ≤ 0, artinya Dana Syirkah Temporer, Financing to
Deposit Ratio dan Biaya Operasional Pendapatan secara simultan
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Hₐ₅ : β₄ > 0, artinya Dana Syirkah Temporer, Financing to Deposit
Ratio dan Biaya Operasional Pendapatan secara simultan
berpengaruh terhadap Risiko Pembiayaan

Ketentuan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut (Rahmani, 2019):


1. Jika tingkat signifikansinya < 5%, maka H0 ditolak dan Ha
diterima
2. Jika tingkat signifikansinya > 5%, maka H0 diterima dan Ha
ditolak

c. Uji Simultan
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variable
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Pada pengujian ini
menggunakan tingkat signifikansi F pada tingkat α yang digunakan
sebesar 5% atau 0,05. Analisis ini didasarkan pada perbandingan antara
nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi 0,05 dengan syarat-syarat
sebagai berikut (Rahmani, 2019):
1. Jika signifikansi F < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti variable-
variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap
variable dependen.
38

2. Jika signifikansi F > 0,05 maka Ho disetujui, menyiratkan bahwa


variabel independen tidak memiliki pengaruh pada variabel
dependen pada saat yang sama.

d. Uji Koefisien Determinasi


Kapasitas garis regresi untuk menjelaskan variasi variabel
terikat (proporsi (persen)) variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan
oleh variabel bebas) ditunjukkan oleh koefisien determinasi ini. Nilai R2
atau (Adjusted--R2) berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1 maka
akan semakin baik. Ketika menilai model regresi yang optimal, nilai
Adjusted R² digunakan dalam penelitian ini. Ketika satu variabel
independen ditambahkan ke model, nilai Adjusted R₂ mungkin naik atau
turun, tidak seperti R₂.
DAFTAR PUSTAKA

Ajija, Shochrul Rohmatul, dkk (2011). Cara Cerdas Menguasai Eviews”. Jakarta:
Salemba Empat
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2014.
Bank Indonesia. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI 2013).
Endra, Febri, Pedoman Metodologi Penelitian. Jakarta: Zifatama Jawara, 2017
Ghozali, Imam (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Jakarta: Bank Indonesia. 2013.


Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi 5. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 2004
Mawaddah, Nur, “Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank syariah”,
Jurnal Etikonomi :2015
Muhamad. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2014.
Muhamad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 2008
Nasution, M. L. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Medan: FEBI UIN-SU
PRESS, 2018

Nur Ahmadi Bi Rahmani, Metodologi Penelitian Ekonomi, (Medan: FEBI UIN-SU


Press), 2016
Otoritas Jasa Keuangan (2021). Dari http://www.ojk.go.id
Pramuka, Bambang Agus (2010). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Jurnal Akuntansi,
Manajemen, dan Sektor Publik. Universitas Jendral Soedirman
Purwokerto.
Salman, Kautsar Riza. Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah.
Jakarta: Akademia. 2012.
Sodiq, Ahmad. Implementasi Good Governance Business Syariah. The
International Jorunal of Aplied Business Tijab, Vol. 1 No. 2, 2017
Sugiono, Metopen Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011
Sujarweni, V. Wiratna, Metode Penelitian Bisnis & Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka
Baru Pers, 2015
Tarigan, Azhari Akmal. 2016. Tafsir Ayat-ayat Ekonomi : Tela’ah atas Simpul-
simpul Ekonomi dan Bisnis dalam Al-Qur’an. Medan: Febi UIN-SU
Press.
Tarigan. Azhari Akmal. Buku Panduan Penulisan Skripsi. Medan: Febi Press. 2015
Umar, Husein (2001). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis bisnis. Jakarta:
Rajawali Pers
.

You might also like