You are on page 1of 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini dapat kita ketahui bahwa banyak sekali obat dengan

kandungan zat aktif yang sama khususnya gel dengan berbagai macam merk

yang ada di pasaran dan dengan adanya perbedaan pendapat dari pengguna

tentang berbagai merk dagang sediaan gel didalam masyarakat.

Obat ialah sesuatu bahan yang di maksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, serta

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah

dan rohaniah pada manusia atau hewan. Obat dalam istilah dapat

dikelompokan kedalam beberapa macam diantaranya adalah obat jadi, obat

generik berlogo dan obat bermerk (Anief, Moh. 2003).

Obat jadi ialah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam

bentuk kapsul, serbuk, cairan, salep, tablet, pil, dan suppositoria. Obat

generik menurut Permenkes nomor 85/menkes/Per/1989 tentang Kewajiban

Menuliskan Resep dan Menggunakan Obat Generik dalam fasilitas Pelayanan

Kesehatan Pemerintah adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan

oleh Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat

generik berlogo yakni obat generik yang diproduksi oleh produsen yang telah

memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan yang

telah diberikan logo khusus. Sedangkan obat bermerk adalah obat jadi dengan

nama dagang yang terdaftar atas nama sipembuatnya atau yang

1
2

dikuasakannya dan dijual dalam bentuk asli sesuai pabrik yang

memproduksinya (Anief, Moh. 2003).

Seiring dengan kemajuan zaman dan pengembangan teknologi yang

semakin cepat maka industri farmasi juga dituntut untuk membuat dan

menciptakan suatu sediaan yang stabil, aman, berkhasiat dan mudah

digunakan. Mutu obat yang dihasilkan tersebut sangat dipengaruhi oleh

proses pembuatannya. Untuk menjamin mutu pembuatan obat, haruslah

berpedoman pada Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Menurut

Keputusan Menteri Kesehatan R.I.nomor 43/menkes/SK/II/1988 tentang Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) menyatakan bahwa langkah utama untuk

menjamin mutu obat jadi adalah penerapan dan pelaksanaan Cara Pembuatan

Obat yang Baik dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi,

sehingga obat jadi yang dihasilkan memenuhi pesyaratan mutu yang

ditemtukan sesuai dengan penggunaaanya (Anief, Moh. 2003).

Jenis sediaan obat yang ada sediaan semi padat yang pada dasarnya

dibagi berdasarkan konsistensi dari sediaan yaitu diantaranya gel. Gel

(gelones) terkadang disebut jelly yang merupakan system semi padat (masa

lembek) (Syamsuni, H. 2006).

Gel mengandung komponen utama yaitu bahan pembentuk gel /

gelling agent / basis gel. Basis gel terdiri atas beberapa jenis yang meliputi

golongan protein, polisakarida, polimer semi sintetik (derivat selulosa),

polimer sintetik, bahan organik, dan surfaktan (Sulaiman dkk, 2008).


3

Berdasarkan latar belakang diatas mendasari penulis untuk

mengetahui produk dengan uji sifat fisik kita dapat mengkaji sediaan gel

dengan melakukan uji evaluasi gel diantaranya adalah organoleptis, uji pH,

uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji proteksi.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana perbandingan uji sifat fisik beberapa merk dagang gel natrium

diklofenak yang ada dipasaran?

2. Bagaimanakah perbandingan merk dagang gel natrium diklofenak yang

ada dipasaran?

1.3 Batasan masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka diberi batasan

masalah yaitu :

1. Sampel yang digunakan gel natrium diklofenak.

2. Pengujian hasil dari uji sifat fisik gel natrium diklofenak dipasaran yang

meliputi : uji organoleptis, uji pengukuran pH, uji homogenitas, uji daya

sebar, uji daya lekat, uji proteksi.

1.4 Tujuan penelitian

Tujuan khusus :

Memperoleh gambaran dan memberikan informasi mengenai uji evaluasi gel

yang merupakan salah satu dari uji sifat fisik.

Tujuan umum :

Memberikan informasi mengenai uji sifat fisik sediaan gel natrium diklofenak

dipasaran.
4

1.5 Manfaat penelitiaan

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam hal

pemilihan obat-obatan dengan membandingkan uji evaluasi gel.

2. Peneliti dapat membandingkan karakter fisik gel natrium diklofenak.

3. Memberikan informasi ilmiah kepada pembaca tentang hasil uji sifat fisik

dari sediaan gel natrium diklofenak dipasaran yang baik berdasarkan dari

uji evaluasinya.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gel (Jeli)

2.1.1 Definisi

Kata “gel” diturunkan dari bahasa “gelatin”, dan bila dilacak dari

bahasa latin berarti “beku” dan gelare berarti “pembekuan” atau

“pengentalan”. Dari asal kata ini mengindikasikan suatu keadaan

berbentuk cairan seperti padatan yang tidak mengalir, namun elastik dan

memiliki beberapa sifat seperti suatu cairan (Sulaiman dkk, 2008).

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari

partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli.

(DepKes, 1995)

Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat

dari zarah kecil senyawa organik atau makromolekul senyawa organik,

masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan.

(DepKes, 1978)

Gel (gelones) terkadang disebut jelly yang merupakan sistem semi

padat (masa lembek) (Syamsuni, H. 2006).

Sediaan gel ini umumnya merupakan sediaan semi padat yang jernih

dan tembus cahaya yang mengandung zat aktif dalam keadaan terlarut.

Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi kosmetik yaitu inert,

aman, dan tidak bereaksi dengan komponen lain (Lachman, 1994).

5
6

Penggolongan gel

Gel dapat dibedakan menjadi beberapa golongan sebagai berikut :

1. Berdasarkan jumlah fasenya

Gel dibedakan menjadi gel fase tunggal dan gel fase ganda.

2. Berdasarkan karakteristik cairan yang ada dalam gel.

Gel dapat dibedakan menjadi gel hidrofobik (oleo gel) dan gel

hidrofilik (hidrogel). Basis gel hidrofobik (oleogel) umumya mengandung

paraffin cair dan polietilen atau minyak lemak dengan bahan pembentuk

gel koloidal silica atau aluminium atau zinc sabun. Basis gel hidrofilik

(hidrogel) umumnya terdiri dari air, gliserol, atau propilenglikol dengan

bahan pembentuk gel seperti tragakan, starch, turunan selulosa, polimer

karboksivinil dan magnesium-aluminium silikat (sulaiman dkk, 2008).

Oleo gel merupakan sediaan yang dapat dioleskan mengandung kadar

air yang rendah. Hidrogel merupakan sediaan yang dapat dioleskan, yang

terbentuk melalui bembentukan terbatas bahan makromolekuler organik

atau senyawa anorganik. Hidrogel sangat cocok pemakaian di kulit,

setelah kering akan meninggalkan lapisan tipis tembus pandang, elastis

dengan daya lekat tinggi. Pelepasan obatnya dinilai sangat bagus. Bahan

obatnya dilepas dalam waktu yang singkat dan nyaris sempurna dari

pembawanya (Voight, 1971).

3. Berdasarkan bahan pembentuk gel

Gel dibedakan menjadi gel anorganik dan gel organik. Gel anorganik

biasanya berupa gel fase ganda, misalnya gel aluminium hidroksida dan
7

bentonit magma. Gel organik biasanya berupa gel fase tunggal dan

mengandung polimer sintetik maupun alami sebagai bahan pembentuk

gel, misalnya karbopol dan tragakan (sulaiman dkk, 2008).

2.1.2 Keuntungan gel

Untuk hidrogel :

a. Efek pendinginan pada kulit saat digunakan

b. Penampilan sediaan yang jernih dan elegan

c. Pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus

pandang

d. Elastis

e. Daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga

pernapasan pori tidak terganggu

f. Mudah dicuci dengan air

g. Pelepasan obatnya baik

h. Kemampuan penyebarannya pada kulit baik (voight, 1995)

2.1.3 Kekurangan sediaan gel :

a. Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam

air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti

surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan

temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang

ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat

menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.


8

b. Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau

dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi.

c. Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang

tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata,

penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya

matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan

film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area

tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

2.1.4 Sifat / Karakteristik Gel

a. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik

ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain

b. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk

padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera

ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh

pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama

penggunaan topikal.

c. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan

sediaan yang diharapkan.

d. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat

tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk

dikeluarkan atau digunakan.

e. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga

pembentukan gel terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu.


9

Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air

yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada

peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.

f. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan

oleh pemanasan disebut thermogelation (lachman, 1994).

2.1.5 Macam – macam Bahan Pembentuk Gel

Sediaan gel penting adanya bahan pembentukan gel / gelling

agent. Jenis bahan pembentuk gel ini terdiri atas macam golongan

yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Sulaiman dkk, 2008).

Tabel 1. Macam-macam Bahan Pembentuk Gel

Bahan Pembentuk Gel (Gelling agent) Kadar (%)

1. Protein

Kolagen 0.2-0,4

Gelatin 2-15

2. Polisakarida

Agar 0,1-1

Tragakan 2-5

Starch 6

3. Polimer semi sintetik (derivate selulosa)

Na-CMC 4-6

Hidroksipropil selulosa 8-10

Hidroksipropilmetil selulosa 2-10


10

4. Polimersintetik

Carbomer 0,5-2

Polaxomer 15-50

Polyacrylamide 4

Polyvinyl alcohol 10-20

5. Bahan anorganic

Aluminium hidroksida 3-5

Bentonit 5

6. Surfaktan

Cetostearyl alcohol 10

Brij 96 40-60

(Sulaiman dkk, 2008).

2.1.6 Uraian Bahan Pembentuk Gel

2.1.6.1 Protein

Bahan pembentuk gel yang termasuk golongan protein

misalnya seperti kolagen dan gelatin. Gel jernih terbuat dari

kolagen.

Gelatin merupakan kolagen yang terdenaturasi pada

kondisi asam atau basa untuk memperoleh gelatin tipe A atau

B. Karakter gel yang terbentuk tergantung pada kadar protein,

rata-rata BM, suhu, pH dan bahan tambahan. Gel dibuat

dengan mendispersikan gelatin ke dalam air panas kemudian

didinginkan. Cara lain dengan menambahkan 3-5 bagian


11

pelarut organik seperti etil alkohol atau propilen glikol

sehingga polimer tidak mengembang kemudian ditambah air

panas dan didinginkan (sulaiman dkk, 2008).

2.1.6.2 Polisakarida

Starch (amilum)

Amilum merupakan polisakarida utama pada berbagai

tanaman tingkat tinggi termasuk jagung, gandum dan kentang.

Jenis gel yang terbentuk tergantung amilum yang digunakan;

amilum jagung gel membentuk gel yang rigid dan opaque,

sedangkan amilum kentang membentuk gel jernih dan non

rigid.

Tragakan

Tragakan dalam NF disebutkan diperoleh dari eksudasi

Astragalus gummifer Labillardiere atau spesies yang lain dari

Astragalus (Famili Leguminose).

Gom tragakan sering digunakan sebagai pembentuk gel

dan stabil pada pH 4-8. Asam benzoat 0,1%, atau kombinasi

0,17% metil paraben dan 0,03% propil paraben digunakan

sebagai pengawet pada gel ini. Gom tragakan cenderung untuk

menggumpal ketika ditambah air sehingga dispersi dalam air

dilakukan dengan penambahan tragakan ke dalam air dengan

pengadukan kuat. Penggunaan etanol, gliserin atau

propilenglikol untuk membasahi tragakan juga merupakan


12

cara efektif membantu proses dispersi. Jika dalam formula gel

terdapat bahan serbuk lain maka serbuk dapat dicampur

terlebih dahulu dengan tragakan dalam keadaan kering

(sulaiman dkk, 2008).

2.1.6.3 Polimer Semi Sintetik (Turunan Selulosa)

Turunan selulosa yang banyak digunakan sebagai bahan

pembentuk gel misalnya seperti karboksimetil selulosa,

hidroksipropil selulosa, dan metil selulosa.

Karboksimetil selulosa merupakan polimer anionik. Proses

pembentukan gelnya memerlukan penambahan suatu kation.

CMC-Na larut dalam air dan campuran air-gliserin. Gel

dengan medium air stabil pada pH 2-10, tetapi rentan terhadap

pertumbuhan mikroba.

Hidroksipropil selulosa (HPC) dan hidoksipropil

metilselulosa (HPMC). HPC membentuk gel pada pemanasan.

Gel dengan medium air stabil pada pH 6-8 dam kompatibel

dengan alkohol. HPMC membentuk gel pada suhu 50-900C

dan stabil pada pH 3-11.

Larutan metilselulosa membentuk gel dengan pemanasan.

Kekuatan gel dan temperatur pembentukan gel tergantung

pada kadar, derajat subsitusidan BM. Temperatur

pembentukan gel dapat diturunkan dengan penambahan gula

atau elektrolit (sulaiman dkk, 2008).


13

2.1.6.4 Polimer Sintetik

Polimer sintetik sebagai pembentuk gel antara lain

polaxommer, polyacrylamid, polyvinyl alcohol dan carbomer.

Polaxomer atau sering disebut pluronic.Larutan polaxomer

relatif stabil dengan adanya asam, basa, dan ion logam.

Penggunaanya dalam gel harus ditambah suatu preservatif.

Polaxomer yang biasa digunakan adalah polaxomer 124 (L-44

grade), 188(F-68 grade), 237(F-87 grade), 338 (F-108 grade)

dan 407 (F-127 grade).

Polivinil alkohol (PVA) kurang larut dalam air dingin.

Untuk hasil lebih baik biasanya PVA didispersikan dalam air

dingin kemudian ditambah air panas.

Karbopol 934, merupakan polimer cross-limked kelompok

acrilis dengan polialkenil ether. Nama lain karbopol adalah

acitamer, acryclic acid, polimer, karbomer, carboxyvinyl

polimer. Karbopol sebagian digunakan sebagai suspending

agent. Pada formulasi krim, gel dan salep kemungkinan topical

lain. Pemerian serbuk putih, higroskopik, bersifat asam, dan

mempunyai bau khas. Dapat larut dalam air, etanol (95%) dan

gliserin (Depkes, 1995).


14

2.1.6.5 Bahan anorganik

Aluminium Hidroksida

Aluminium hidroksida membentuk gel fase ganda. Gel ini

larut dalam lingkuungan asam dan dalam lingkungan sangat

alkali; kompatibel dengan berbagai bahan tambahan termasuk

gliserin, sakarin dan beberapa preservatif. Gel ini terutama

digunakan dalam sediaan antasida oral.

Bentonit

Bentonit dapat digunakan sebagai gelling agent dengan

meneteskan bentonit ke dalam air panas dan dibiarkan selama

24 jam dengan sekali-kali diaduk. Suatu bahan pembasah

seperti gliserin dapat digunakan untuk membasahi bentonit

sebelum dicampur air. Suspensi bentonit dalam air stabil pada

pH diatas 6, dan dengan adanya asam akan mengendap.

Pembentukan gel meningkat dengan penambahan bahan

alkalis seperti magnesium oksid. Bentonit mempunyai sifat

tiksotropi; berupa gel semirigid yang akan menjadi sol ketika

diaduk dan kemudian akan membentuk gel kembali ketika

didiamkan (sulaiman dkk, 2008).

2.1.7 Evaluasi Sediaan

Evaluasi sediaan gel ini meliputi:


15

2.1.7.1 Uji Organoleptis

Pengamatan organoleptis bertujuan untuk mengamati

bentuk, warna, dan bau dari sediaan gel yang dihasilkan.

2.1.7.2 Uji Pengukuran pH

Tujuan penetapan pH yaitu untuk mengetahui apakah

sediaan gel bersifat asam, basa, atau netral. Ukuran pH

berhubungan dengan stabilitas zat aktif, efektifitas pengawet,

dan keadaan kulit (Depkes, 1995).

2.1.7.3 Uji Homogenitas

Uji homgenitas jika dioleskan pada sekeping kaca atau

bahan transparan lain yang cocok harus menunjukan susunan

yang homogen (DepKes, 1979).

2.1.7.4 Uji Daya Sebar

Penyebaran gel diartikan sebagai kemampuan

penyebarannya pada kulit. Semakin luas daya sebar suatu

formula semakin cepat pula melepaskan efek terapinya.

Sebuah sampel gel volume tertentu diletakan dipusat

antara 2 lempeng gelas, dimana lempeng sebelah atas dalam

interval waktu tertentu dibebani dengan meletakan anak

timbangan diatasnya. Permukaan penyebaran yang dihasilkan

dengan meningkatnya beban, merupakan karakteristik daya

sebar (Voight, 1995).


16

2.1.7.5 Uji Daya Lekat

Uji daya lekat sangat penting untuk mengevaluasi sediaan

gel. Dengan uji ini dapat diketahui lamanya gel dapat melekat

pada kulit, sehingga efek terapi yang diharapkan bisa tercapai.

Sediaan gel tidak menghambat fungsi fisiologis kulit tidak

dilapisi secara kedap dan tidak menyumbat pori-pori. Sediaan

gel dikatakan baik apa bila daya lekatnya besar pada tempat

yang diobati, sehingga zat aktif tidak mudah lepas sehingga

efek yang diharapkan akan tercapai (Voight, 1995).

2.1.7.6 Uji Daya Proteksi

Tujuan uji daya proteksi yaitu untuk mengetahui kekuatan

salep melindungi kulit dari pengaruh luar pada waktu

pengobatan. Uji daya proteksi penting untuk mengevaluasi

sediaan gel yang dibuat. Dengan uji ini dapat diketahui sejauh

mana sediaan dapat memberikan proteksi terhadap iritasi,

panas, dan kimia (Ansel, 1989).

2.2 Profil natrium diklofenak

2.2.1 Nama Obat dan Sinonim

Natrium diklofenak mempunyai sinonim diclofenacum natricum,

diclofenak sodium.

Nama kimia natrium diklofenak adalah Natrium [o-(2,6-

dikloroanilino) fenil] asetat (Martindale, 1992).


17

Rumus bangun natrium diklofenak :

(Depkes, 1995)

2.2.2 Indikasi

Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala


gejala rematik atau peradangan

sendi, penyakit kerusakan tulang rawan sendi dan peradangan kronis

di tulang belakang dan sendi tulang (ISO, 2010).

2.2.3 Kontra indikasi

a. Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak atau yang

menderita asthma, urtikaria, atau alergi


alergi pada pemberian aspirin

atau NSAID lain.

b. Penderita tukak lambung (ISO, 2010).

2.2.4 Efek samping

Iritasi lokal, eritema (kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh

kongesti pembuluh kapiler),


kapiler) pruritus (merupakan sensasi kulit yang

tidak nyaman) atau dermatitis, fotosensitivitas (alergi matahari) pada

kulit, deskuamasi (kulit


kulit yang bersisik atau mengelupas
mengelupas) dan atropi
18

(pengecilan atau penyusutan jaringan obat, jaringan syaraf) (ISO,

2010).

2.2.5 Kelarutan

Mudah larut dalam methanol (1-10 bagian pelarut yang diperlukan

untuk melarutkan), larut dalam etanol (10-30 bagian pelarut yang

diperlukan untuk melarutkan), agak sukar larut dalam air (10-100

bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan), praktis larut dalam

kloroform dan dalam eter (lebih dari 10.000 bagian pelarut yang

diperlukan untuk melarutkan) (DepKes, 1995).

2.2.6 Pemerian

Serbuk hablur putih hingga hampir putih, higroskopik. Melebur

pada suhu 2480 C (DepKes, 1995).

2.3 Aspek – aspek biofarmasi

Absorpsi obat terutama tergantung pada keadaan fisiologi kulit dan sifat

fisika – kimia dari obat dan sedikit sekali tergantung pada dasar salep dimana

obat berada. Absorpsi melalui kulit dapat terjadi menembus daerah anatomi

seperti :

a. Menembus langsung epidermis utuh

b. Masuk di antara atau menembus sel stratum korneum atau

c. Menembus kulit tambahan seperti kelenjar keringat, kelenjar lemak dan

gelembung rambut.

Faktor yang mempengaruhi absorpsi oleh kulit faktor utamanya ialah :

a. Penetrasi dan cara pemakaian.


19

b. Temperatur dari kulit.

c. Sifat – sifat dari obatnya.

d. Pengaruh dari sifat dasar salep.

e. Lama pemakaian.

f. Kondisi atau keadaan kulit (Anief, Moh. 2005).

2.4 Hipotesis

Diduga tidak ada perbedaan perbandingan uji sifat fisik beberapa merk

dagang gel natrium diklofenak dipasaran.


20

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Obyek penelitian

Obyek penelitian ini adalah dengan berbagai merk dagang gel natrium

diklofenak diantaranya: Voltadex gel, Valto gel, Flamar yang populasinya

didapatkan dari apotek sekitar Kota Tegal.

3.2 Jenis penelitian

Penelitian uji sifat fisik gel natrium diklofenak dipasaran ini dilakukan oleh

penulis menggunakan metode penelitian eksperimen yaitu dengan melakukan

penelitian yang dihasilkan dari percobaan di laboratorium. Data primer diambil

dari hasil percobaan yang dilakukan di laboratorium dan data sekunder diambil

dari literatur – literatur yang ada di perpustakaan.

3.3 Populasi dan sampel

Penelitian ini menggunakan populasi berupa gel natrium diklofenak yang

beredar dipasaran apotek daerah Kota Tegal dan sampelnya adalah tiga merk

dagang sediaan gel natrium diklofenak dari beberapa yang ada dan beredar

dipasaran apotek daerah Kota Tegal.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel diklasifikasikan ke dalam berbagai variabel yang meliputi variabel

bebas, variabel terkendali dan variabel tergantung.

3.4.1 Variabel Bebas : Sifat fisik gel natrium diklofenak

3.4.2 Variabel Terikat : Hasil uji sifat fisik gel natrium diklofenak

3.4.3 Variabel terkendali: Pengujian sifat fisik gel

20
21

3.4 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah :

3.4.1 Alat :

1. Anak timbang 50 g, 100 g

2. Kaca arloji

3. Stopwatch

4. Pipet tetes

5. Alat penguji daya lekat

3.4.2 Bahan :

1. 3 macam gel merk dagang sediaan gel :

a. Voltadex gel (PT. Dexa Medica)

b. Valto gel (PT. Nufarindo)

c. Flamar (PT. Sanbe Farma)

2. KOH

3. Parafin padat

4. Indikator PP

3.5 Cara kerja :

3.5.1 Uji organoleptis

Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, dan bau

sediaan gel yang dihasilkan.

3.5.2 Uji pengukuran pH

Uji pH dilakukan dengan cara menempelkan ketas pH kedalam sediaan

kemudian diukur dengan menggunakan pH meter.


22

3.5.3 Uji homogenitas

Mengoleskan gel pada objeck glass

Menutup dengan menggunakan deck glass

Mengamati apakah terdapat partikel kasar atau tidak

Skema 1. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan gel pada objek

glass, kemudian tutup dengan menggunakan deck glass. Amati, apakah

terdapat partikel kasar atau tidak.


23

3.5.4 Uji Daya sebar

Menimbang 0,5 gram sampel yang diletakkan diatas kaca arlogi

Menimbang dahulu kaca yang lainnya, kemudian meletakkan kaca


tersebut diatas massa gel

Diamkan selama satu menit

Mengukur berapa diameter gel yang menyebar

Menambahkan 50 gram beban tambahan diletakkan diatas kaca arloji

Diamkan selama satu menit

Mengukur berapa diameter gel yang menyebar

Menambahkan 100 gram beban tambahan lagi

Diamkan selama satu menit

Mengukur berapa diameter gel yang menyebar

Skema 2. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan dengan cara menimbang 0,5 gram sampel

yang diletakkan diatas kaca arlogi. Menimbang dahulu kaca yang lainnya,

kemudian meletakkan kaca tersebut diatas massa gel. Diamkan selama satu

menit. Mengukur berapa diameter gel yang menyebar. Menambahkan 50

gram beban tambahan diletakkan diatas kaca arloji. Diamkan selama satu

menit. Mengukur berapa diameter gel yang menyebar. Menambahkan 100


24

gram beban tambahan lagi. Diamkan selama satu menit. Mengukur berapa

diameter gel yang menyebar.

3.5.5 Uji Daya Lekat

Meletakkan sampel secukupnya diatas objeck glass

Meletakkan objeck glass lain diatas sampel tersebut

Memasangkan objeck glass pada alat tes

Menekan dengan anak timbang 1 kg selama 5 menit

Melepaskan beban dan catat waktu hingga kedua objeck glass terlepas

Skema 3. Uji Daya Lekat

Uji daya lekat dilakukan dengan cara meletakkan sampel secukupnya

diatas objeck glass. Meletakkan objeck glass lain diatas sampel tersebut.

Memasangkan objeck glass pada alat tes. Menekan dengan 1 kg selama 5

menit. Melepaskan beban dan catat waktu hingga kedua objeck glass

terlepas.
25

3.5.6 Uji Daya Proteksi

Mengambil sepotong kertas saring (10 x 10 cm)

Membasahi dengan larutan indikator fenolftalein, keringkan

Mengoleskan kertas dengan sample

Pada kertas saring yang lain, buat suatu area (2,5 x 2,5 cm)

Membasahi dengan paraffin padat yang telah dilelehkan, keringkan

Menempelkan kertas tersebut diatas kertas sebelumnya

Meneteskan area ini dengan larutan KOH 0,1 N

Mengamati dan mencatat waktu kertas saring menunjukkan noda


berwarna merah / kemerahan

Apabila tidak ada noda berarti sampel dapat memberikan proteksi


terhadap cairan (larutan KOH)

Skema 4. Uji Daya Proteksi

Uji daya proteksi dilakukan dengan mengambil sepotong kertas saring

(10 x 10 cm). Membasahi dengan larutan indikator fenolftalein, keringkan.

Mengoleskan kertas dengan sampel. Pada kertas saring yang lain, buat

suatu area (2,5 x 2,5 cm). Membasahi dengan paraffin padat yang telah

dilelehkan, keringkan. Menempelkan kertas tersebut diatas kertas

sebelumnya. Meneteskan area ini dengan larutan KOH 0,1 N. Mengamati


26

dan mencatat waktu kertas saring menunjukkan noda berwarna merah /

kemerahan. Apabila tidak ada noda berarti sampel dapat memberikan

proteksi terhadap cairan (larutan KOH).

3.6 Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 15 yaitu dengan

One-Way Anova dengan taraf kepercayaan 95% dan probability 5%.

You might also like