You are on page 1of 46
UJI EFEKTIVITAS SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN TAPAK DARA (Catharantus roseus (L) G. Don) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT (Mus musculus) JANTAN ABSTRAK Daun Tapak Dara (Catharantus roseus (L) G. Don) memiliki kandungan flavonoid dan alkaloid yang dapat berpotensi sebagai penyembub luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas salep ekstrak etanol daun tapak dara (Catharantus roseus (L) G. Don) terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan, Ekstrak dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Metode penelitian yang dilakukan yaitu eksperimental terhadap hewan uji. Jumlah mencit yang digunakan 24 ekor, terdiri dari beberapa kelompok perlakuan. Kontrol positif yang digunakan yaitu salep povidone iodine, kontrol negatif formula 0, konsentrasi 7,5%, konsentrasi 15%, dan konsentrasi 30%. Analisis data dilakukan dengan uji One-Way ANOVA dan Post Hoc Test. Pada uji ANOVA didapat hasil p < 0,05 schingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan efek yang signifikan antara kontrol perlakuan dengan kontrol positif, negatif dan normal, Hasil penelitian menunjukan salep ekstrak etanol daun tapak dara konsentrasi 30% merupakan konsentrasi yang paling efektif terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit jantan yaitu selama 5,5 hari Kata kunci: Daun tapak dara (Catharantus roseus (L) G. Don), Mencit (Mus musculus) jantan, luka sayat. Dipindai dengan CamScanner KATA PENGANTAR Assalamu ‘alatkum Warahmatullaht Wabarakatuh, Puji dan syukur penutis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah “Nya, schingga penulis dapat menyclesaikanKarya memberikan rahmat dan karuni Tulis Imiah yang berjudul “Uji Efektivitas Salep Ekstrak Etanol Daun Tapak Dara (Catharanthus roseus(L) G. DON) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Mencit (Mus musculus) Jantan”. Karya Tulis Imiah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam rangka menyelesaikan program Diploma III di Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon. Terwujudnya karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan, saran serta motivasi baik dalam bentuk moral maupun materil. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat : Bapak Drs. H. Arsyad Bachtiar, M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon. Bapak Didin Ahidin, S.Si., M.Farm., Apt., selaku Dosen Pembimbing 1. Ibu Yayan Rizikiyan, S.Farm., M.Farm., Apt selaku Dosen Pembimbing II. Kedua Orang Tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015/2016, atas kebersamaan dan kerjasamanya selama menempuh pendidikan bersama di Sekolah Tingyi Farmasi Muhammadiyah Cirebon. " Dipindai dengan CamScamer 6. Seluruh dosen dan staf Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon. 7. Semua pihak yang telah membantu tersclesaikannya Karya Tulis Imiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis SImiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki Karya Tulis IImiah ini. Dengan segala kerendahan hati diharapkan, semoga Karya Tulis Imiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya dalam menjalankan profesinya. Wassalamu‘alaikum Wr. Wb Cirebon, Juli 2018 Penulis Dipindai dengan CamScanner A. BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pengobatan yang aman, sclektif dan ekonomis, masyarakat mulai beralih kepada pengobatan herbal. Pengobatan herbal kini menjadi salah satu pilihan terapi kesehatan yang populer ditengah Kemajuan pengobatan modem. Tanaman tapak dara (Catharanthus roseus (L) G. Don) merupakan salah satu sumber obat herbal yang mempunyai khasiat penyembuhan luka. Secara empiris tanaman ini telah banyak digunakan sebagai obat luka dibeberapa negara seperti India (Putra, 2016). Menurut Dalimartha dalam Dewi (2013) Daun tapak dara telah dibuktikan berkhasiat sebagai diuretik, hipotensif, sedatif, hemostatis, yang diketahui mengandung alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin, Tapak dara kaya kandungan kimia seperti alkaloid. Terdapat lebih dari 70 macam alkaloid pada akar, batang, daun, biji, antara lain 28 bi-indole. Alkaloid anti kanker yang dikandungnya adalah vinblastine (VLB), vincristine (VCR), leurosine (VLR), vincadioline, leurosidine, catharanthine, dan lochnerine. Sementara itu, alkaloid berefek hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) adalah leurosine, catharanthine, lochnerine, tetrahydroalstonine, Vindoline, dan vindolinine. Anggota famili Apocynaceae itu bersifat sedikit pahit, sejuk, dan toksik. Khasiatnya sebagai antineoplastik (anti kanker), sitostatiska, hipotensif, dan menghentikan pendarahan (Hariana, 2015). Dipindai dengan CamScanner Tanaman tapak dara bisa digunakan sebagai salah satu obat luka karena terdapat kandungan alkaloid dan flavonoid dalam tanaman tersebut. Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun cksternal dan mengenai organ tertentu (Maharani, 2015). Salah satu pengobatan luka secara alternatif bisa menggunakan salep. Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat Iuar. Salah satu keuntungan salep diantaranya lebih mudah digunakan, sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, sebagai bahan pelumas pada kulit, sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsangan kulit (Anief, 2007). Menurut penelitian Dewi dkk (2013) telah dilakukan penelitian bioaktivitas ekstrak daun tapak dara (Catharanthus roseus (L) G. Don) tethadap periode epitelisasi dalam proses penyembuhan luka pada tikus wistar dengan konsentrasi 15%. Hasil penelitian menunjukan pemakaian secara topikal ekstrak pada kelompok uji dapat mempercepat proses penyembuhan luka dibandingkan dengan tikus kontrol atau yang tidak diobati (dilihat dari perubahan luas luka dan periode epitelisasi). Hasil penelitian tersebut memperlihatkan kandungan alkaloid dari ekstrak daun tapak dara mempunyai Khasiat dalam mempercepat proses penyembuhan luka di kulit, Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Uji Efektivitas Salep Ekstrak Etanol Daun Tapak Dara (Catharanthus roseus (L) G. Don) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Mencit (Mus musculus) Jantan.” Dipindai dengan CamScarner B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1 v Apakah salep ekstrak etanol daun tapak dara (Catharanthus roseus (1.) G. Don) konsentrasi 7,5%, 15% dan 30% efektif terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan? Berapakah konsentrasi salep ckstrak etanol daun tapak dara (Catharanthus roseus (L) G. Don) yang paling efektif untuk memberikan efek penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan? Berapa lama waktu yang dibutuhkan salep ekstrak etanol daun tapak dara (Catharanthus roseus (L) G. Don) terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan? C. Tujuan Penelitian 1. 2. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas salep ekstrak etanol daun tapak dara (Chataranthus roseus (L) G. Don) terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui apakah salep ekstrak etanol daun tapak dara (Chataranthus roseus (L) G. Don) konsentrasi 7,5%, 15% dan 30% dapat memberikan efek penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan. Dipindai dengan CamScanner b. Untuk mengetahui berapakah konsentrasi salep ekstrak etanol daun tapak dara (Catharanthus roseus (L) G. Don) yang paling efektif untuk memberikan efek penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan. Untuk mengetahui berapa lamakah waktu penyembuhan luka sayat setelah diberikan salep ekstrak etanol daun tapak dara (Chataranthus roseus (L) G. Don). D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Peneliti Sebagai pembuktian bahwa salep ekstrak etanol daun tapak dara (Chataranthus roseus (L) G. Don) dapat memberikan efek penyembuhan terhadap luka sayat pada mencit. 2. Untuk Pembaca Sebagai informasi bahwa salep ekstrak etanol daun tapak dara dapat memberikan efek penyembuhan luka sayat. Dapat menjadikan salep ekstak etanol daun tapak dara sebagai alternatif pengobatan untuk luka sayat. Dipindai dengan CamScanner EF, Ruang Lingkup Penelitinn Penelitian ini menggunakan simplisia daun tapak dara yang diperoleh dari Desa Sindanghaji Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka. Metode yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak adalah metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% selama 3 hari yang dibuat di Laboratorium Farmakognosi Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon. Selanjutnya dibuat sediaan salep dengan menggunakan basis salep yaitu vaselin album. Untuk mengetahui efektivitas penyembuhan luka sayat, penelitian ini menggunakan konsentrasi ekstrak dalam sediaan yaitu 7,5%, 15% dan 30%. Pengujian ini menggunakan hewan uji mencit (Mus musculus) jantan sejumlah 24 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok, menggunakan rumus Federer. kontrol positif, kontrol negatif, kontrol normal, dan kelompok uji. Kelompok uji menggunakan konsentrasi 7,5% 15% dan 30% dari salep ekstrak etanol daun tapak dara. Kontrol negatif menggunakan vaselin album ditambahkan metilparaben, kontrol normal hanya berupa perlakuan sayat saja, dan kontrol positif menggunakan salep betadin, Data yang diperoleh diolah menggunakan statistik ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Post hoc test. Lama pengamatan luka sayat pada mencit maksimal sampai hari ke 15. sejak diberikan perlakuan. Parameter kesembuhan luka dintandai dengan penutupan permukaan luka, dan mempercepat periode epitelisasi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Farmakologi Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon pada bulan Desember 2017 sampai Juni 2018. Dipindai dengan CamScanner BABII TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Tapak Dara 1. Klasifikasi Tanaman Daun Tapak Dara (Catharanthus roseus (L) G. Don) Gambar 2.1 Daun Tapak Dara Kingdom: Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Dinisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas: Asteridae Ordo : Gentianales Famili + Apocynaceae 6 Dipindai dengan CamScanner Genus + Catharanthus: Spesies + Catharanthus roseus (1.) G. Don (Hariana, 2015). 2. Morfologi Tanaman Tapak dara merupakan jenis tumbuhan perdu keeil tahunan, berasal dari Amerika Tengah, Tinggi tanaman tanaman bisa mencapai 0,2-1 meter. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tersusun menyirip berselingan. Panjang daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 em, dan tangkai daunnya sangat pendek. Batang dan daunnya mengandung lateks berwama putih. Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, ujungnya melebar, berwama putih, iru, merah jambu atau ungutergantung kultivamya. Buahnya berbentuk gilig (silinder), ujung lancip, berambut, panjang sekitar 1,5-2,5 em, dan memiliki banyak biji (Putra, 2016). . Kandungan Kimia Tapak dara kaya kandungan kimia seperti alkaloid. Terdapat lebih dari 70 macam alkaloid pada akar, batang, daun, biji, antara lain 28 bi- indole, Alkaloid anti kanker yang dikandungnya adalah vinblastine (VLB), vineristine (VCR), leurosine (VLR), vincadioline, leurosidine, catharanthine, dan lochnerine. Sementara itu, alkaloid _ berefek Dipindai dengan CamScanner Npoglikemik (menurunkan kadar ula darah) adalah leurosine, ‘atharanthine,lochnerin, tetrahydroalstonine, vindotine, dan vindolinine. uk, dan toksik. Anggota famili Apocynaceae itu bersifat sedikit pahit Khasiatnya sebagai antineoplastik (anti kanker), sitostatiska, hipotensif (Penenang), menyejukan darah, dan menghentikan pendarahan (Hariana, 2015). Vinblastine dan vincristine merupakan komponen aktif yang ‘mempunyai efek menghambat sel kanker pada leukimia dan kanker Jainnya. Kedua komponen tersebut juga dapat menghentikan pembelahan sel kanker pada tingkat metafase (mitosis), menghambat sintesis purin, DNA dan RNA pada sel kanker sehingga perkembangan sel kanker dapat dihambat (Hariana, 201 5). B. Kulit Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh, luasnya sckitar 2m?. Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang lentur dan lembut. Kulit ini penting dan merupakan permukaan luar organisme untuk membatasi Jingkungan dalam tubuh dengan lingkungan Iuar. Kulit merupakan benteng Periahanan pertama dari berbagai ancaman yang datang dari luar seperti kuman, virus dan bakteri. Kulit adalah lapisan-lapisan jaringan yang terdapat di seluruh bagian permukaan tubuh, Pada permukaan kulit terdapat kelenjar Keringat yang mengekskresi zat-zat sisa yang dikeluarkan melalui pori-pori kaulit berupa keringat, Kulit juga merupakan salah satu alat indra yaitu indra Dipindai dengan CamScanner peraba Karena di seluruh permukaan kulit tubuh banyak terdapat syaraf Peraba (Maharani, 2015), 1. Anatomi kulit Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar seperti Jaringan tubuh lainnya, Kulit juga bernafas, menyerap oksigen yang di ambil lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah dan membuang Karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah. Kecepatan dalam penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti; temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, ketersediaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit (Maharani, 2015). Kulit manusia terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis (kulit ari), dermis (kulit jangat), dan hipodermis (jaringan ikat bawah kulit/subkutan) (Maharani, 2015). a. Epidermis (Kulit Ari) Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 jm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 yum untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Epidermis yang paling tipis yaitu di kelopak mata dan yang paling tebal adalah pada Dipindai dengan CamScanner = bagian yang paling banyak digunakan (telapak kaki dan tangan). Epidermis mendapat pasokan makanan dari korium yang berhubungan dengannya melalui papil berbentuk bulat dan melalui kelenjar dan folikel rambut. Epidermis scbagian besar terdiri atas keratinosit, dimana terdapat melanosit yang menghasilkan melanin, sel-sel Jangerhans yang mempresentasikan antigen. Epidermis merupakan bagian kulit yang menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian epidermis. Bagian-bagian dari epidermis diantaranya: 1). Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis. 2). Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan mempresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit. 3). Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendoktrin difus. 4). Keratinosit, yaitu dibentuk dalam stratum basale berjalan menuju permukaan dengan meningkatnya diferensiasi menjadi sel pipih dan bertanduk. Dermis (Kulit Jangat) Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai Dipindai dengan CamScanner maksimum 4 mm di daerah punggung. Lapisan ini menjadi ujung saraf perasa. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing- masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita, Apabila kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut akan mengerut, menjadikan bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yang menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit. c. Hipodermis Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan hipodermis atau subkutan dan mengandung sel Jemak yang bervariasi. Lapisan subkutan adalah lapisan paling dalam pada struktur kulit. Pada lapisan kulit ini terdapat syaraf, pembuluh darah dan limfe. Fungsi lapisan ini adalah membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Di lapisan ini juga terdapat banyak sel liposit yang memproduksi jaringan Jemak yang menjadi pelapis antara kulit dan organ dalam seperti tulang dan otot. Selain itu, lemak yang terdapat pada lapisan ini Dipindai dengan CamScanner berfiangsi sebagai stok energi tubuh yang. siap dibakar pada saat ipertukan, Lapisan lemak ini juga membentuk postur tubuh sescorang dan memberikan kehangatan pada tubuh, Jaringan ini disebut juga fasia superficial, ntau panikulus adiposus, Jaringan ini ‘mengandung jalinan yang kaya okan pembuluh darah dan pembuluh limfe. Arteri yang ada membentuk dua plexus, satu di antara stratum Papilare dan retikulare, satu lagi diantara dermis dan jaringan subtikulus, Cabang-cabang plexus tersebut mendarahi papila dermis. Sedangkan vena membentuk tiga plexus, dua berlokasi seperti arteri, satu lagi di pertengahan dermis. Adapun pembuluh lime memiliki lokasi sama dengan pembuluh arteri, jologi kulit Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh sehingga berperan Sebagai pelindung tubub dari Kerusakan atau pengaruh lingkungan yang buruk. Ada beberapa fungsi kulit lainnya diantaranya: a. Kulit sebagai pelindung Kulit akan melindungi tubuh bagian dalam dari kerusakan akibat gesekan, tekanan, tarikan saat melakukan berbagai aktivitas, ulit juga menjaga dari berbagai gangguan mikrobiologi seperti jamur dan Kuman, melindungi tubuh dari serangan zat-zat kimia dari Hingkungan yang polusif. Selain itu kulit juga melindungi jaringan tethadap kerusakan kimia dan fisika, terutama kerusakan mekanik dan Dipindai dengan CamScanner = = tethadap masuknya mikroorganisme Epidermis. Lapisan tanduk pada kulit berguna untuk melindungi jaringan-jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-pengaruh Iuar seperti luka dan serangan kuman, Lapisan kulit paling luar diselubungi dengan lapisan tipis lemak, sehingga kulit tahan tethadap air (Maharani, 2015), Fungsi absorpsi Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan vehikulum, Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis dari pada yang melalui muara kelenjar. Kulit sebagai fungsi ckskresi Kulit mempunyai fungsi sebagai tempat pembuangan suatu cairan yang keluar dari dalam tubuh berupa keringan dengan perantara dua kelenjar keringat yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Fungsi persepsi Kulit mengandung ujung-ujung syaraf sensorik di dermis dan subkutilis, Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan dingin diperankan oleh badan-badan krause yang terletak di dermis, Badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di Dipindai dengan CamScanner 14 epideemis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah erotik. ¢. Kulit sebagai pengatur suhu tubuh (termoregulasi) Kulit bertindak sebagai pengatur suhu tubuh dengan melakukan konstriksi atau dilatasi pembuluh darah kulit serta Pengeluaran keringat. £. Kulit sebagai pembentuk vitamin D Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 hidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi_ prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. . Kulit sebagi tempat penyimpanan © Kulit dapat menyimpan di dalam kelenjar lemak. Fungsi kulit dan jaringan bagian bawah bekerja sebagai tempat menyimpan air. Jaringan adipose di bawah kulit sebagai tempat penyimpanan lemak. h. Kulit untuk penunjang penampilan Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan. Fungsi lain dari kulit yaitu dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun kontraksi otot penegak rambut. Dipindai dengan CamScanner C. Luka ‘Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat Proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai orean fertentu (Maharani, 2015), Luka sayat adalah luka akibat benda tajam, biasanya tepi tukanya turus/teratur (Sudjatmiko, 2009). 1. Klasitikasi luka (Ekaputra, 2013) a. Berdasarkan kedalaman jaringan 1), Partial Thickness Luka mengenai lapisan epidermis dan dermis 2), Full Thickness Luka mengenai lapisan epidermis, dermis dan subcutaneous. Dan termasuk mengenai otot, tendom dan tulang. b. Berdasarkan waktu dan lamanya 1). Akut Menurut Moreau dalam Ekaputra (2013), luka baru, terjadi mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang di perkirakan. Luka akut merupakan luka trauma yang biasanya Segera mendapat penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila terjadi komplikasi. 2). Kronik Menurut Moreau dalam Ekaputra (2013), pada luka kronik ‘uka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali, c. Luka Operasi Dipindai dengan CamScanner 1), Luka Operasi Bersih Pembuatan lukwoperasi pada daerah kulit yang pada Kondisi pra bedah tanpa peradangan dan tidak membuka traktus espiratorius, takus gastrointestinal, taktus orofaring, traktus Urinarius atau traktus bilier. Pembuatan luka/operasi berencana dengan penutupan kulit primer dengan atau tanpa pemakaian drain tertutup, misalnya: luka pada dacrah wajah, kepala, ekstermitas atas/bawah. 2), Luka Bersih Terkontaminasi Pembuatan luka/operasi dengan membuka traktus digestive, taktus bilier, tratus urinarius, traktus respiratorius sampai dengan orofaring, traktus reproduksi kecuali ovarium. Pembuatan luka/operasi tanpa pencemaran nyata (gross spilage), contoh: operasi pada traktus bilier, apendiks, vagina/orovaring, Japaratomi, trakeostomi, neoprostomi. 3). Luka Kotor/kronik Pada perforasi traktus digestivus, dehiscein Melewati daerah puluren, inflamasi memanjang. Luka bersih/akut terbuka lebih dari 6 jam. Hiasil Klinis atau swab menunjukkan adanya infeksi. D. Penyembuhan Luka 1. Fase Inflamasi Dipindai dengan CamScanner Merupakan wal dari proses penyembuhan Juka sampai hari kelima, Proses peradangan akut terjadi dalam 24-48 jam pertama setclah cedera proves epitelisasi mulai terbentuk pada fase ini beberapa jam setelah terjadi Juka, Terjadi reproduksi dan migrasi sel dari tepi luka menuju ke tengah luka, Fase ini mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostatis yang melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang berperan untuk terjadinya kemotaksis retrofil, makrofag, mast sel, sel endoteleal dan fibroblas. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit dan mengeluarkan mediator inflamasi TGF Beta 1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen. 2. Fase Proliferasi Menurut Perry dan Potter dalam Ekaputra (2013), fase ini mengikuti fase inflamasi dan berlangsung selama 2 sampai 3 minggu Pada fase ini terjadi neoangiogencsis membentuk kapiler baru, Fase ini disebut juga fibroblasi_menonjol perannya, Fibroblas mengalami proliferasi dan berfungsi dengan bantuan Vitamin B dan Vitamin C serta oksigen dalam mensintesis kolagen, Serat kolagen kekuatan untuk bertautnya tepi Luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, Kontraksi luka pada epitelisasi. Fase Remodeling atau Maturasi Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan Juka, Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi Juka dan pematangan parut, Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun, Akhir dari penyembuhan ini di dapatkan parut Juka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal. Dipindai dengan CamScanner Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka: 1, Faktor umum: a. Perfusi dan oksigenasi jaringan Proses penyembuhan luka tergantung suplai oksigen. Oksigen merupakan kritikal untuk leukosit dalam menghancurkan bakteri dan untuk fibroblast dalam menstimulasi sintesis kolagen. Selain itu kekurangan oksigen dapat menghambat aktifitas fagositosis. Dalam keadaan anemia dimana terjadi penurunan oksigen jaringan maka akan menghambat proses penyembuhan Tuka, - Status nutrisi Kadar serum albumin rendah akan menurunkan difusi (Penyebaran) dan membatasi kemampuan neutrofil untuk membunuh bakteri. Oksigen rendah pada tingkat kapiler membatasi Profilerasi jaringan granulasi yang sehat, Defisiensi zat besi dapat melambatkan kecepatan epitelisasi dan menurunkan kekuatan luka dan Kolagen. Jumlah vitamin A dan C zat besi dan tembaga yang memadai diperlukan untuk pembentukan kolagen yang efektif Sintesis kolagen juga tergantung pada asupan protein, karbohidrat dan lemak yang tepat. Penyembuhan luka membutuhkan dua kali Nipat kebutuhan protein dan karbohidrat dari biasanya untuk segala usia, c. Penyakit, misalnya: 1). Diabetes Mellitus Dipindai dengan CamScanner 19 Tidak terkontroinya kadar gula darah akan memberikan fek tidak baik, Jumlah makrophage selama fase inflamatory berkurang. Penyembuhan tuka pada pasien diabetic sering tethambat karena dapat _menimbulkan/berhubungan dengan neuropati, ischaemia dan infeksi. Jika kadar glukosa darah Secara menetap berada di atas 200 me/dl, luka tidak akan mengikuti fase-fase penyembuhan biasa. 2). Anemia Anemia merupakan berkurangnya suplai sirkulasi sel darah merah sehingga mempengaruhi jumlah darah pada luka. 3). Keganasan / malignan Keganasan akan mempengaruhi proses penyembuhan. Efek lokal dapat di timbulkan selama mengalami proses pertumbuhan progestive dan degenerative dari tumor. Suplai darah juga mengalami gangguan sehingga mempercepat terjadinya proses infeksi. Juga pasien dengan keganasan sering tidak bisa mempertahankan intake nutrisi secara adequat. 4). Rheumatoid Arthritis Gangguan artritis dalam hubungannya dengan peradangan, bengkak dan kurangnya mobilisasi akan menghambat proses penyembuhan. Sehingga diperlukan obat anti inflamasi. 5). Gangguan Auto-imun Dipindai dengan CamScanrer 20 Menghambat penyembuhan pada fase peradangan dan berkurangnya Leukosit sehingga berdampak terjadinya infeksi, 6). Gangguan Hepatik Lebih rendahnya sistim sirkulasi_ haemoglobin dan menurunnya proses eliminasi pengobatan. 7). Uraemia ‘Timbulnya darah urea menghambat granulasi luka. 8), Inflammatory Bowel Disease Sering dihubungkan dengan sindrom malabsorbsi dan menurunnya status nutrisi sebagai hasil menurunya resistensi infeksi dan menurunya energi sel untuk berkembang dan sembuh. d. Terapi obat 1), Obat anti-inflamasi non steroid 2). Obat sitotoksik 3). Steroid 4). Obat Immunosupressive 5). Penicillamine dan Penicilline ce. Kemoterapi dan Radiasi Dapat menghancurkan sel kanker adanya kerusakan pertumbuhan sel schat dan reproduksi. Efek samping pengobatan, diare dan muntah yang kemungkinan berdampak pada malabsorbsi nutrisi yang di perlukan untuk proses penyembuhan, Dipindai dengan CamScanner 21 f. Usia Meningkatnya usiasecara biologi akan_mempengaruhi fungsi tubuh Seseorang. Proses Penyembuhan pada usia tua terhambat karena terjadinya penyakit misalnya artritis atau Keganasan dan pemakaian terapi obat-obatan. Menurunya aktifitas dan sumber Keuangan akan menyebabkan menurunnya. status nutrisi. ® . Stres fisik dan psikologi Menurut Morison dan Pediane dalam Eka Putra (2013), stres, cemas, dan depresi telah di buktikan dapat mengurangi efisiensi sistem imun sehingga dapat mempengaruhi proses penyembuhan. Suatu sikap _positif untuk ~~ memberikan penyembuhan oleh tiap pasien dan perawat dapat mempengruhi dalam meningkatkan penyembuhan luka, bh. Immunosupresi Bahan-bahan immunosupresi seperti steroid, non steroid, mengalami lebih banyak kesulitan penyembuhan luka karena fase inflamasi terganggu. i, Obesitas Jaringan adiposa_ merupakan sangat sedikit proses vaskularisasi. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah dalam penyembuhan luka pada fase first intention karena adanya penarikan kuat (fenfion) pada jahitan luka, Sehingga dapat menimbulkan gangguan _suplai Yang menyehabhan Dipindai dengan CamScanner terlambatn; ¥4 penyembuhan ‘tau terjadinya dehise inggi a ' terjadinya dehiscene pada pinggir Gangguan Sensasi atay Gerakan Gangguan atin darah yang dsebabkan oleh tekanan dan Besckan benda asing pada Pembuluh darah kapiller dapat Menyebabkan jaringan mati pada tingkat lokal, Gerakan / ‘mobilisasi di perlukan untuk membantu sistem sirkulasi, khususnya Pembuluh darah balik (Vena) pada ektremitas bawah, E. Salep Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: . Dasar salep hidrokarbon Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. 2. Dasar salep serap Dipindai dengan CamScanner Dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok: kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat, dan kelompok kedua terdiri dari atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanolin). Dasar salep scrap juga bermanfaat sebagai emolicn. . _Dasar salep yang dapat dicuci dengan air Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim”, Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif' menggunakan dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik. . Dasar salep larutan dalam air Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari konstituen larut air, Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak Jarut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat, atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel”. Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti Khasiat yang diinginkan, sifat’ bahan obat yang dicampurkan, Ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam Dipindai dengan CamScanner beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam Dasar salep hidrokarbon dari pada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mengandung air. F. Ekstraksi Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa dari matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Peran ekstraksi dalam analisis fitokimia sangat penting karena scjak tahap awal hingga akhir menggunakan proses ekstraksi, termasuk fraksinasi dan pemumian, Ada beberapa istilah yang banyak digunakan dalam ekstraksi antara lain ekstraktan (yakni, pelarut yang digunakan untuk ekstraksi), fafinar (yakni, larutan senyawa atau bahan yang akan dickstraksi). Metode ekstraksi yang digunakan tergantung pada jenis, sifat fisik, dan sifat kimia kandungan senyawa yang akan diekstraksi. Pelarut yang akan digunakan tergantung pada polaritas senyawa yang akan disari, mulai dari yang bersifat nonpolar hingga polar, sering disebut sebagai ekstraksi bertingkat. Pelarut yang digunakan dimulai dengan heksana, petroleum eter, lalu selanjutnya kloroform atau diklomentana, diikuti dengan alkohol, metanol, dan terakhir, apabila diperlukan, digunakan air. Simplisia dikumpulkan dan dibersihkan dari pengotor dengan cara pemilihan (pemisahan simplisia lain yang tidak digunakan) atau pencucian (Hanani, 2016). Dipindai dengan CamScanner 25 Dalam melakukan ckstraksi terhadap simplisia scbaiknya digunakan simplisia yang Scar, tetapi karena berbagai keterbatasan umumnya dilakukan terhadap bahan yang telah dikeringkan. Kerja berbagai enzim yang terdapat dalam simlpisia separ akan dihambat pada proses ekstraksi. Pengeringan simplisia dilakukan Setelah kerja enzim dihambat dengan cara mencelupkan. dalam metanol mendidih selama beberapa detik schingga perubahan senyawa secara enzimatis dapat dicegah atau dikurangi. Cara pengeringan dipilih yang tidak mengakibatkan terjadinya perubahan metabolit baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. Pengeringan dilakukan secepat-cepatnya, selain pengaruh Sinar matahari dengan suhu yang tidak terlaha tinggi. Salah satu contoh Pengeringan yaitu sering dilakukan adalah dengan aliran udara, Sebelum simplisa diekstraksi, simplisia kering dapat disimpan dalam wadah tertutup dan tidak terlalu lama untuk mencegah timbulnya hama / kutu yang dapat merusak kandungan kimia, Pengecilan ukuran diperlukan agar proses ekstraksi berjalan cepat (Hanani, 2016), Tujuan ckstraksi adalah menarik atau _memisahkan senyawa dari campurannya atau simplisia ada berbagai cara ekstraksi yang telah diketahui, Masing-masing cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya. Pemilihan metode dilakukan dengan memerhatikan antara lain sifat senyawa, larut yang digunakan, dan alat tersedia. Struktur untuk setiap senyawa, suhu dan tekanan merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan. ekstraksi. Alkohol merupakan salah satu pelarut yang paling banyak dipakai untuk menyari secara total beberapa metode ekstraksi yang umum digunakan antara lain maserasi, perkolasi, refluks, soxhletasi, infusa, dekok, destilasi, Dipindai dengan CamScanner 26 Tawan arah (c¢ ; (Coumtercurrent), ultrasonik, gelombang mikro (microwave assisted extracti “ction, MAE), dan ekstraksi gas superkritis (supercritical gas extraction, SGE) (Hanani, 2016), G. Maserasi Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam dalam pelarut pada suhu kamar schingga kerusakan atau degradasi metabolit dapat diminimalisasi.pada maserasi, terjadi proses keseimbangan konsentrasi antara Jarutan diluar dan didalam sel schingga diperlukan penggantian pelarut secara berulang. Kinetik adalah cara ekstraksi, seperti maserasi yang dilakukan dengan pengadukan sedangkan digesti adalah cara maserasi yang dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu 40-60° C (Hanani, 2016). Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995) cara maserasi bahan obat dengan 750 ml pelarut atau campuran pelarut tertentu dalam wadah yang dapat ditutup, dan letakkan ditempat hangat. Diamkan selama 3 hari, sambil sering dikocok atau hingga terlarut. Pindahkan campuran ke dalam penyaring, dan jika sebagian besar dari cairan telah mengalir keluar, cuci residu pada penyaring dengan sejumlah pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya, kumpulkan filtrat, hingga diperoleh 1000 ml tingtur. Tingtur harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya, jauhkan dari cahaya matahari langsung dan panas yang berlebihan. Dipindai dengan CamScanner 27 Klasifikasi mengjt Mus musculus us) phylum * Chordata Sub Phylum: Vertebrata Class ‘Mammalia Ordo : Rodentia Family : Murdae Genus : Mus Spesies Mus musculus (Akbar, 2010) akan dihasilkan Strain-strain murni dari mencit (Akbar,2010), Mencit (Mus musculus) memiliki. ciri-cir, berupa bentuk tubuh kecil, berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari, Kondisi Tuang untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus) harus senantiasa bersih, kering dan jauh dari kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga harus dijaga kisarannya antara 18-19°C serta kelembaban udara antara 30-70%, Mencit betina dewasa dengan umur 35-60 hari memiliki berat badan 18-35 ont 25-40 . Lama hidupnya &ram, sedangkan bobot mencit jantan dewasa i fee ‘lengan CamSenrver 28 1-2 tahun, dapat mencapai 3 tahun. Masa reproduksi mencit betina berlangsung 1,5 tahun. Mencit betina ataupun jantan dapat dikawinkan pada umur 8 minggu. Lama kebuntingan 19-20 hari. Jumlah anak mencit rata-rata 6-15 ekor dengan berat lahir antara 0,5-1,5 gram (Akbar, 2010). Dipindai dengan CamScanner A. BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Pada penelitian ini merupakan jenis cksperimental yaitu melakukan percobaan dan pengamatan pada objek yang sedang diteliti untuk mengetahui efektifitas salep ekstrak etanol daun tapak dara terhadap luka sayat pada mencit jantan. . Populasi dan Sampel Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah salep ekstrak etanol daun tapak dara yang dibuat di Laboratorium Farmasetika Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai Juni 2018 di Laboratorium Farmakognosi dan Farmakologi Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon. Dipindai dengan CamScanner 30 D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas. Konsentrasi Pemberian salep ekstrak etanol daun tapak dara (Catharanthus roseus (1) G, Don) pada mencit (Mus musculus) jantan sebanyak 7,5%, 15% dan 30%, 2. Variabel Terikat Lama penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan sesudah diberikan salep ckstrak etanol daun tapak dara (Catharanthus roseus (L) G. Don). E. Hipotesis Hy: Ekstrak etanol daun tapak dara dengan konsentrasi 7,5%, 15% dan (0% tidak dapat memberikan efek penyembuhan terhadap luka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan. Hy : Ekstrak etanol daun tapak dara dengan konsentrasi 7.5%, 15% dan 30% dapat memberikan efek penyembuhan terhadap luka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan. F. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan 2 data, yaitu diantaranya: Dipindai dengan CamScanner 31 1, Data Primer Pengumpulan data ini dilakukan dengan melakukan percobaan atau penelitian schingga diperoleh data penelitian berupa grafik data penyembuhan dan perhitungan statistik. 2, Data Sekunder Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengumpulkan dan rmempelajari buku-buku dan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan, G. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat-alat yang digunakan Pada peneltian ni membutuhkan beberapa alat yang. akan digunakan saat pengujan berlangsung, diantaranya; Beaker glass 100 ml dan $00 mi (Pyrex); gelas ukur ukuran 100 ml dan 00 ml (Pyrex): batang pengaduk; blender ukuran kecil (Miyako); mortirsstampers kertas perkamen; Kain flanel; timbangan anal; timbangan gram halus; jangka sorong (Krisbow); Rotary evaporator (IKA® RV 10 basic) dan pisau bedah steril ukuran 22 (Braun). 2, ‘Bahan-bahan yang digunakan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa bahan diantaranya adalah daun tapak dara sebanyak 1 Kes etanol 96% (PT. ratacem); povidone iodine (Betadine); vaselin album (CV. Mustika); Metilparaben (PT. Bratacem) dan menct jantan sebanyak 24 ekor bobot 25-40 gram. Dipindai dengan CamScanner 32 H. Prosedur Penelitian 1, Pembuatan Simplisia Daun tapak Pak dara. yang telah dipetik Kemudian dikumpulkan, dicuci dengan air me, ir, ditiri Jara kemudian gan air mengalir, ditiriskan, daun tapak d ms lara. kemudic dikeringkan di bawah si tam. lgkan di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hit |. Daun yang sudah i i yang h kering kemudian dibuat menjadi serbuk menggunakan blender, 2. Uji Makroskopik Dan Mikroskopik Uji makroskopikdilakukan dengan cara mengamati bentuk daunnya dengan menggunakan mata langsung, sedangkan ji mikroskopik dengan menggunakan alat mikroskop. (hasil uji terlampir) 3. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Tapak Dara Daun tapak dara yang telah dikeringkan, kemudian dibuat ekstrak dengan menggunakan metode maserasi. Timbang daun tapak dara kering yang telah dibuat menjadi serbuk sebanyak 500 gram, ambil etanol 96% sebanyak 3750 ml kemudian dicampurkan ke dalam serbuk daun tapak dara, Diamkan selama 3 hari, kemudian disaring. Bilas dengan etanol 96% sebanyak 1250 ml. Maserat yang didapat divapkan menggunakan jengan menguapkan pelarut etanol untuk vaccum rotary evaporator de mendapatkan ekstrak pekat (muri), selanjutnya uapkan di atas water bath, sampai ekstrak Kental diperoleh. Timbane ekstrak yang diperoleh dan dihitung rendemen. Dipindai dengan CamScanner 33 4, Pembuatan Salep Ekstrak Etano! Daun Tapak Dara 3.1 Tabel Formula Salep Ekstrak Etanol Daun Tapak Dara Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 0 Ekstrak etanol | Ekstrak etanol | Ekstrak etanol daun tapak dara | daun tapak dara | daun tapak dara 1,5% 15% 30% Metilparaben Metilparaben Metilparaben Metilparaben 0,3% 0,3% 0,3% 03% Vaselin album | Vaselin album | Vaselin album | Vaselin album ad20gram | ad20gram =| ad 20gram ~—| ad 20 gram Menurut Handbook of Pharmaceutical Excipients penggunaan Metilparaben dalam sediaan topikal sebesar 0,02-0,3% Pengujian Salep Ekstrak Etanol Daun Tapak Dara a. Organoleptis Sediaan diamati apakah ada perubahan warna, perubahan bau dan perubahan konsistensi salep selama penyimpanan. (Hasil Uji Terlampir) s . Uji homogenitas Salep sebanyak 500 mg diletakan diatas object glass kemudian ratakan dan amati secara visual. Uji homogen ini dilakukan untuk melihat apakah bahan dalam formula salep sudah tercampur rata atau belum, Salep dikatakan homogen bila tidak ada partikel-partikel yang menggumpal serta. memiliki warma yang merata, Hasil uji homogenitas yang didapat adalah tidak ada partikel-partikel yang ‘menggumpal serta memiliki wama yang merata. ¢. Persiapan hewan yji Dipindai dengan CamScanner 34 Pada penelitian ini menggunakan mencit jantan sebagai hewan ‘ji dengan jumlah mencit sebanyak 24 ekor mencit berdasarkan rumus Federer (n—1)(t=1)=15 (a1) (6-1)=15 @-)6) =15 a-1 =3 n=3+1 =4 Keterangan: t= Jumlah kelompok uji n= Besar sampel perkelompok Berdasarkan perhitungan di atas maka untuk 1 kelompok menggunakan sejumlah 4 ekor mencit, erdiri dari 6 kelompok maka 6 x 4= 24 ekor mencit. Diantaranya kelompok kontrol positif, kontrol negatif, Kontrol normal, Konsentrasi 7.5%, konsentrasi 15% dan konsentrasi 30%. Agar terciplanya kenyamanan bagi hewan uji, setiap hari dilakukan pengecekan terhadap tempat atau kandang dengan memeriksa kondisi tempat, kelembaban, dan sirkulasi udara. Mencit diberi asupan makanan dan minuman yang cukup agar kondisi hewan Uji tetap stabil. |. Perlakuan hewan uji Sebelum diberikan perlakuan pada hewan vji, mencit terlebih dahulu diberi esupan makanan dan minuman, Semua hewan uji, dipangkas / dicukur pada bagian punggung. Pada bagian ini akan diberi luka sayatan, Setelah dicukur, mencit diberikan perlakuan luka sayat dengan menggunakan pisau bedah steril. Untuk memudahkan proses penelitian, sayatan diberikan dengan ukuran 1 em dan Dipindai dengan CamScanner dengan konsentrasi 1,5%, 15% dan 30% Pengolesan salep tersebut dilakukan 3 kali scharj Menggunakan cut 0 Pembert eee emberian salep povidone iodine dilakukan 3 kali schari pada waktu yang sama dengan kontro} Ui. Untuk kontrol normal mencit hanya diberikan luka sayatan saja, Untuk Kontrol negatif diberikan vaselin album ditambahkan metilparaben. Lama Pengamatan luka sayat pada mencit maksimal sampai hati ke 15 sejak diberikan perlakuan, Kontrol perlakuan 2 1) Kontrol positif Kontrol positif penelitian ini menggunakan salep povidone iodine. 2 Kontrol negatif Pada penelitian ini kontrol negatif berupa hewan uji yang hanya diberikan Formula 0 (tanpa ekstrak). 3) Kontrol normal Kontrol ini berupa hewan uji yang diberi perlakuan sayat saja. 4) Kontrol uji Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 3 konsentrasi ekstrak pada salep, diantaranya adalah Konsentrasi 7,5%, konsentrasi 15% dan konsentrasi 30%. f. Hasil pengamatan Dipindai dengan CamScanner Z Hasil pengamatan dapat dilakukan setelah media uji diberi perlakuan luka sayat dan pemberian salep ekstrak etanol daun tapak dara. Hasil yang didapat berupa lama penyembuhan (hari). ], Analisis Data Penelitian Data yang diperoleh dari penelitian ini setelah diamati, dikumpulkan dan diolah secara statistik dengan diawali uji homogenitas, uji normalitas kemudian dihitung dengan menggunakan metode uji ANOVA untuk membandingkan 6 kelompok perlakuan kemudian dilanjutkan dengan uji post hoc test, diantaranya adalah kelompok perlakuan konsentrasi 7,5%, 15% dan 30%, kontrol positif, kontrol normal dan kontrol negatif. Dipindai dengan CamScanner BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah melakukan proses ekstraksi diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.1 Data hasil rendemen Bobot daun kering Bobot ekstrak kental Rendemen ‘| (g) (g) (%) 500 g 148,3 g 29,66% 1. Hasil pengamatan Parameter kesembuhan luka ditandai dengan penutupan permukaan luka, dan mempercepat periode epitelisasi (Nayak, 2006). Dipindai dengan CamScanner a abel 4.1 Hasil pengamatan pemberian salep ckstrak etano! daun tapak dara (Catharanthus roseus (L) G, Don) terhadap penyembuhan Iuka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan ELOMPOK MENCIT LAMA RATA- KE PENYEMBUHAN | RATA Mencit 1 7 Hari oad Mencit 2 7 Hari trol Positif i on Mencit 3 8 Hari EER Mencit 4 9 Hari Mencit 1 11 Hari 5 Mencit 2 11 Hari Negatif i Kontrol Negati Mencit3 13 Han 11,75 Hari Mencit 4 12 Hari Mencit 1 12 Hari Mencit 2 11 Hari r 1 1 i Kontrol Normal Mencit 3 13 Han 2,25 Hari Mencit 4 13 Hari Mencit 1 8 Hari Mencit 2 9 Hari 1 7,5Y 8,5 Hari Konsentrasi 7,5% Mencit 3 9 Hari lari Mencit 4 8 Hari Mencit 1 7 Hari Mencit 2 8 Hari : Konsentrasi 15% = 7,75 Hari nsentrasi 15% Mencit 3 8 Hari Mencit 4 8 Hari Mencit 1 5 Hari Mencit 2 5 Hari A Konsentrasi 30% a 5,5 Hari meee el Mencit 3 6 Hari Mencit 4 6 Hari - Dipindai dengan CamScanner 39 GRAFIK PENYEMBUHAN LUKA SAYAT gu eis Kontrol Positif aa = Kontrol Negatif 5 A = Kontrol Normal eG 1m Konsentrasi 7,5% e 4 1 Konsentrasi 15% Siz: m konsentrasi 30% o Kelompok Perlakuan Gambar 4.2 Grafik penyembuhan pemberian salep ekstrak etanol daun tapak dara (Catharantus roseus (L) G. Don) terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan. Berdasarkan grafik diatas terlihat konsentrasi 30% membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan konsentrasi 15% dan 7,5%. Pada kontrol normal terlihat bahwa lebih lama waktu penyembuhannya. Hal ini dikarenakan kontrol normal tidak diberikan perlakuan apapun, kecuali hanya luka sayatan. Tidak ada perbedaan yang signifikan dengan kontrol selin album saja, karena vaselin album negatif yang hanya diberi perlakuan va‘ hanya zat tambahan/basis salep yang tidak mengandung zat aktif, Bahan aktif yang berperan dalam penyembuhan luka ini adalah flavonoid dan alkaloid. Dipindai dengan CamScanner 40 Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji LSD Post Hoc Test Kelompok Perlakuan_| Kelompok Perlakuan | Sig Kontrol Positif 0,000 Kontrol Negatif. 0,378 Kontrol Normal | Konsentrasi 7,5% 0,000 Konsentrasi 15% 0,000 Konsentrasi 30% 0,000 Kontrol Normal 0,000 Kontrol Negatif 0,000 Kontrol Positif [ Konsentrasi 7.5% 0,192 Konsentrasi 15% 1,000 Konsentrasi 30% 0,001 Kontrol Normal 0,378 Kontrol Positif 0,000 Kontrol Negatif | Konsentrasi 7,5% 0,000 Konsentrasi 15% 0,000 Konsentrasi 30% 0,000 Dari hasil yang didapat pada kolom kontrol negatif dibandingkan dengan kontrol normal didapat nilai sig 0,378 artinya tidak ada perbedaan efek yang signifikan, kontrol positif didapat nilai sig 0,000 artinya ada perbedaan efek yang signifikan, konsentrasi 7,5% didapat nilai sig 0,000 artinya ada perbedaan efek yang signifikan, konsentrasi 15% didapat nilai sig 0,000 artinya ada perbedaan efek yang signifikan, konsentrasi 30% didapi nilai sig 0,000 artinya ada perbedaan yang signifikan. Sehingga dap disimpulkan salep konsentrasi 7,5%, 15% dan 30% mempunyai efek ya signifikan dalam penyembuhan luka sayat pada mencit jantan. Dipindai dengan CamScanner 41 , Pembahasan : : ada aval pembuafan tak, mulamula menyagkan bahan simplisia daun tapak dara. Daun tapak dara dipetik incre ae Kemudian disorir dengan memitih daun yang segar ae dikeringkan menggunakan sinar matahari yang ditutup menggunakan kain hitam. Hal ini ditujukan untuk menghilangkan kadar air yang ada pada daun tersebut, Setelah dikeringkan, dilakukan proses ekstraksi menggunakan metode maserasi, karena dikhawatirkan kandungan daun tapak dara tidak tahan pemanasan pada saat proses ekstraksi. Bahan simplisia kering dihaluskan menggunakan blender. Setelah, itu ditimbang sebanyak 500 gram menggunakan timbangan gram halus. Kemudian masukan bahan simplisia yang sudah ditimbang kedalam wadah yang sudah disiapkan, Masukan etanol 96% sebanyak 3750 ml kedalam wadah berisi bahan simplisia kering. Aduk secara perlahan agar semua bahan simplisia terendam secara merata, Diamkan selama 3 hari sesekali diaduk agar zat aktif yang terkandung dalam daun tapak dara tersari. Setelah direndam selama 3 hari, selanjutnya diperas menggunakan kain flanel untuk memisahkan pelarut etanol ampas simplisia. Bilas ampas dengan etanol sebanyak 1250 mil. Hasil penyaringan langsung dilakukan penguapan untuk memisahkan pelarut_ menggunakan rotary evaporator. Setelah itu, dilakukan penguapan kembali menggunakan cawan porselin diatas water batt sampai didapat ekstrak kental. Bkstrak kental yang didapat dengan berat total 148,3 gram. Untuk melengkapi data penelitian dilakukan penimbangan mencit sebelum dilakukan perlakuan Tuka sayat, untuk memudahkan proses dicukur bulunya terlebih dahulu, kemudian mencit disayat Dipindai dengan CamScanner menvavat. me 42. dengan menggunakan pisau bedah steril, ‘Untuk memudahkan Penelitian, semua sayatan disamakan ukuran Sayatan yaitu 1 cm dan kedalaman + 0,2 cm pada punggung mencit. Penelitian dilakukan sampai semua kelompok petlakuan sembuh. Waktu sembuh yang diperlukan rata-rata kelompok Konsentrasi 7,5% selama 8,5 hari, untuk konsentrasi 15% selama 7,75 hari, untuk konsentrasi 30% selama 5,5 hari. Pada kontrol positif diperlukan waktu sembuh selama 7,75 hari, kontrol negatif selama 11,75 hari, kontrol normal selama 12,25 hari, Dari hasil data tersebut, penyembuhan luka sayat kelompok perlakuan tidak lebih dari batasan yang telah peneliti tetapkan. Dari hasil penelitian yang didapat, dilakukan perhitungan statistik diawali dengan uji homogenitas dengan nilai signifikansi 0,358 > 0,05 artinya data tersebut homogen, kemudian dilanjutkan dengan uji normalitas dengan nilai signifikansi 0,392 > 0,05 maka data tersebut normal. Dari perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas, maka dilanjutkan dengan metode uji One- Way ANOVA dengan nilai signifikansi 0,000< 0,05 artinya salep ekstrak cetanol daun tapak dara mempunyai perbedaan yang signifikan.Untuk melihat kelompok mana saja yang memiliki perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan dengan dengan uji Post Hoc Test LSD. Pada uji LSD ini diperoleh nilai p < 0,05 yakni 0,000 pada kontrol positif, konsentrasi 7,5%, 15% dan 30% schingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif. Akan tetapi konsentrasi salep ekstrak etanol daun tapak dara yang paling efektif dalam penyembuhan tuka sayat pada mencit jantan adalah Konsentrasi 30%, karena memiliki efek penyembuhan luka sayat yang lebih cepat yaitu §.5 hari ‘pindai. dengan CamScanner BABV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Salep ekstrak etanol daun tapak dara dengan konsentrasi 7,5%, 15% dan 30% efektif terhadap penyembuhan Iuka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan. 2. Konsentrasi yang paling efektif untuk memberikan efek penyembuhan Tuka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan adalah konsentrasi 30%. 3. Waktu penyembuhan luka sayat yang dibutuhkan selama rata-rata 5,5 hari setelah diberikan salep ekstrak etanol daun tapak dara (Catharantus roseus). B. Saran Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian lebih Janjut terhadap salep ekstrak etanol daun tapak dara (Catharanthus roseus (L) G. Don) dengan konsentrasi yang lebih rendah dari 7,5%. Dipindai dengan CamScanner

You might also like