You are on page 1of 17

Makalah

TAKSONOMI HEWAN

“PENGANTAR TAKSONOMI HEWAN DAN TAKSONOMI FAUNA

INDONESIA, SEJARAH TAKSONOMI, ASAS TAKSONOMI DAN

HUBUNGAN ILMU TAKSONOMI HEWAN DENGAN ILMU LAIN”

OLEH:

NAMA : NURFADILA
STAMBUK : A 221 17 035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang...........................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengantar taksonomi hewan.....................................................................3


B. Pengantar taksonomi fauna......................................................................4
C. Sejarah taksonomi....................................................................................5
D. Asas taksonomi........................................................................................8
E. Hubungan ilmu taksonomi hewan dengan ilmu lain...............................17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA
Hewan, binatang, fauna, margasatwa, atau satwa adalah
organisme eukariotik multiseluler yang membentuk kerajaan biologi Animalia.
Dengan sedikit pengecualian, hewan mengkonsumsi bahan organik, menghirup
oksigen, dapat bergerak,bereproduksi secara seksual, dan tumbuh dari bola sel yang
berongga, blastula, selama perkembangan embrio. Lebih dari 1,5
juta spesies hewan yang masih hidup telah dideskripsikan—sekitar 1 juta
adalah serangga—tetapi diperkirakan ada lebih dari 7 juta spesies hewan secara
total. Hewan memiliki panjang dari 8,5 mikrometer sampai 33,6 meter dan
memilikiinteraksi yang rumit dengan satu sama lain dan lingkungannya,
membentuk jaring-jaring makanan yang rumit. Studi tentang hewan disebut zoologi.

Sebagian besar spesies hewan yang hidup diklasifikasikan dalam Bilateria, klad yang
anggotanya memiliki bangun tubuhsimetris bilateral. Bilateria mencakup protostoma
—di dalamnya terdapat banyak kelompok invertebrata, seperti nematoda,artropoda,
dan moluska—dan deuterostoma, yang
mencakup echinodermata dan chordata (termasuk vertebrata). Bentuk kehidupan
yang ditafsirkan sebagai binatang purba ada dalam biota
Ediakara dari Prakambrium akhir. Filum hewan modern menjadi jelas dalam catatan
fosil sebagai spesies laut selama ledakan Kambrium sekitar 542 juta tahun yang lalu.
6,331 kelompok gen yang dimiliki semua hewan hidup telah diidentifikasi; ini mungkin
muncul dari satu nenek moyang yang sama yang hidup 650 juta tahun yang lalu.

Aristoteles membagi hewan menjadi hewan yang memiliki darah dan hewan yang
tidak. Carolus Linnaeus menciptakanklasifikasi biologi hierarkis pertama untuk
hewan pada tahun 1758 dengan Systema Naturae-nya, yang dikembangkan
olehJean-Baptiste Lamarck menjadi 14 filum pada tahun 1809. Pada akhir 1800-
an, Ernst Haeckel membagi kerajaan hewan menjadi Metazoa multiseluler (sekarang
merupakan sinonim dari Animalia) dan Protozoa, organisme bersel tunggal yang
tidak lagi dianggap sebagai hewan. Pada zaman modern, klasifikasi hewan
mengandalkan teknik-teknik canggih, sepertifilogenetik molekuler, yang efektif dalam
menunjukkan hubungan evolusi antara taksa binatang.

Manusia memanfaatkan banyak spesies hewan lain untuk makanan,


termasuk daging, susu, dan telur; untuk material, seperti kulit dan wol;
sebagai peliharaan; dan sebagai hewan pekerja untuk tenaga dan transportasi.
Anjing digunakandalam berburu, sementara banyak hewan darat dan air diburu
untuk olahraga. Hewan telah muncul dalam seni sejak zaman paling awal dan
menjadi bagian dari mitologi dan agama.
Makalah
FISIOLOGI HEWAN

“ALAT INDRA PENCIUMAN, PENGECAP, DAN KULIT”

OLEH:

KELOMPOK 10

1. ARMAN A 221 17 023


2. NURFADILA A 221 17 035
3. ALMAUHIZA A 221 13 055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITA TADULAKO

2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan, taufiq serta hidayahnya kepada kami semua, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mata Fisiologi Hewan yang membahas “alat
indra penciuman, pengecap dan kulit”, Insya Allah dengan baik dan tepat
waktu.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
telaah kurikulum dan agar kami juga dapat memahami lebih jelas tentang hakikat
kurikulum.

Dengan dibuatnya makalah ini, semoga dapat menambah wawasan kita


semua, bagi pembaca pada umumnya dan kami sebagai penyusun pada
khususnya. Makalah yang kami buat memang jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam pembuatan makalah
selanjutnya.

Palu, 20 Februari 2019

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang...........................................................................................
2. Rumusan masalah......................................................................................
3. Tujuan........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

F. Anatomi Hidung..........................................................................
G. Persyarafan Pada Hidung...........................................................
H. Fisiologi Hidung.........................................................................
I. Mekanisme kerja pada penciuman/pembau.................................
J. Gangguan pada penciuman/pembau............................................

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Alat indera dalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan
tertentu. Semua organisme memiliki reseptor sebagi alat penerima informasi,
informasi tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau datang dari luar. Reseptor
diberi nama berdasarkan jenis rangsangan yang di terimanya, seperti
kemoreseptor (penerima rangsang zat kimia), fotoreseptor (penerima rangsang
cahaya), aodioreseptor (penerima rangsang suara), dan mekanoreseptor (penerima
rangsang fisik, seperti tekanan, sentuhan, dan getaran). Selain itu dikenal pula
beberapa reseptor yang berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar yang
dikelompokkan sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang
berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor.
Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh manusia. Eksoreseptor yang kita kenal ada
lima macam, yaitu indera penglihatan (mata), pendengaran (telinga), peraba
(kulit), pengecap (lidah), dan pembau/penciuman (hidung). Untuk lebih
memahami kelima eksoreseptor tersebut, maka kami akan membahasnya dalam
sistem indera. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas lebih dalam
mengenai sistem indera penciuman(hidung), pengecap (lidah), dan peraba (kulit).

B. Rumusan masalah

1. Apa saja sistem anatomi luar dan dalam pada hidung ?


2. Apa saja persyarafan pada hidung ?
3. Apa saja fisiologi pada hidung ?
4. Apa saja mekanisme penciuman/pembau ?
5. Apa saja gangguan pada hidung ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sitem anatomi luar dan dalam pada hidung


2. Untuk mengetahui persyarafan pada hidung
3. Untuk mengetahui fisiologi pada hidung
4. Untuk mengetahui mekanisme penciuman/pembau
5. Untuk mengetahui apa saja gangguan pada hidung

BAB II

PEMBAHASAN
A. Anatomi Hidung
Hidung adalah reseptor atau penerima rangsangan yang memiliki
kemampuan untuk mendeteksi dan juga merespon berbagai macam bau dari luar
tubuh. Indra penciuman atau bagian-bagian hidung ini merupakan indra yang
sangat sensitif karena mempunyai struktur sel yang langsung berhubungan dengan
sistem pernapasan dan saluran tenggorokan yang terdiri dari lubang hidung dan
rongga hidung dimana rongga hidung tersebut tersusun atas tulang dan tengkorak.
Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol pada
garis tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan
atas tiga bagian yaitu: paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan,
dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang
paling bawah adalah lobolus hidung yang mudah digerakkan

 Hidung Luar

Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan belakang dari
apeks disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut sampai kepangkal
hidung dan menyatu dengan dahi. Bridge (pangkal hidung), yaitu yang dibentuk
oleh os nasal kiri dan kanan. Yang disebut kolumela membranosa mulai dari
apeks, yaitu diposterior bagian tengah pinggir dan terletak sebelah distal dari
kartilago septum. Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai
dasar hidung. Disini bagian bibir atas membentuk cekungan dangkal memanjang
dari atas kebawah yang disebut filtrum. Yang bersebelahan dengan kolumela
adalah nares anterior atau nostril (Lubang hidung) kanan dan kiri, sebelah latero-
superior dibatasi oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung. Cavum nasi
(rongga hidung) adalah suatu rongga berbentuk terowongan tempat lewatnya
udara pernapasan, yang dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi
cavum nasi kanan dan kiri. Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang
rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang
berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.
 Hidung Dalam

Pada hidung dalam terdapat bagian-bagian sebagai berikut:


 Nares anterior adalah bagian luar dari lubang hidung, nares anterior
terbuka ke dalam rongga hidung dan memungkinkan inhalasi dan
pernapasan udara.
 Vestibule (ruang depan) adalah ruang kecil/ lorong kecil yang dilewati
udara dan menuju kearah ruang yang lebih besar
 Inferior turbinate adalah yang terbesar dari tiga turbinat dipasangkan,
dan berjalan di sepanjang dinding lateral hidung, berdekatan dengan
lantai hidung.
 Middle turbinate (turbin tengah) adalah bagian tengah konka, yang
menghubungkan bagian-bagian vertikal horizontal, dan dengan demikian
terhubung baik di depan dasar tenggorokan dan dinding samping hidung
belakang.
 Turbinate superior (turbinate unggul) adalah yang terkecil dari turbinat.
Ini berada tapat di atas dan di belakang konka. Sel-sel sinus dan
posterior ethmoid sinus sphenoid mengslir ke daerah antara septum
hidung dan turbinate superior disebut reses sphenoethmoid.
 Sinus frontal adalah peradangan atau infeksi pada sinus yang terletak
tepat di belakang mata dan dahi. Dan secara terus menerus menghasilkan
lendir yang dialirkan ke hidung.
 Sinus ethmoid atau sel udara ethmoidal dari tulang ethmoid adalah salah
satu dari empat sinus paranasal berpasangan. Sel-sel bervariasi dalam
ukuran dan jumlah dalam massa lateral dari masing-masing tulang
ethmoid dan tidak dapat diraba selama pemeriksaan ekstraoral.
 Sinus sphenoid adalah suatu jenis sinus paranasal (ruang kosong di
tulang-tulang di sekitar hidung). Ada dua sinus sphenoid, yang berada di
belakang hidung di antara mata, sinus sphenoid dilapisi dengan sel-sel
yang membuat lendir agar hidung tidang mengering.
 Sella turcica adalah struktur di tengkorak yang dirancang untuk
mendukung kelenjar pituitari. Kelenjar penting ini di pangkal otak
melepaskan sejumlah hormon yang berbeda dari tempatnya yang terletak
di sella turcica.
 Choana adalah satu lubang berbentuk corong pada rongga hidung
belakang yang menuju pangkal kerongkongan.
 Pharyngeal tonsil (amandel faring) adalah kondisi tonsil atau amandel
bengkak akibat meradang karena kuman penyakit.
 Pembukaan tabung pendengaran (eustachius) adalah tabung yang
menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah.
 Uvula adalah benda yang berdaging kecil yang menggantung di langit-
langit lunak mulut dan berfungsi untuk menghentikan makanan naik ke
hidung ketika sedang menelan. Pada proses itu, uvula bersama langit-
langit lunak di mulut menghasilkan air liur agar saluran tetap licin.
 Soft palate (langit-langit lunak) adalah jaringan lunak yang membentuk
bagian belakang atap mulut.
 Hard palate (langit-langit keras) adalah atap tulang mulut yang
memisahkan mulut dari rongga hidung, yang memungkinkan hewan
untuk bernapas dan mengunyah pada saat yang sama.

Hidung terdiri atas bagian-bagian berikut: lubang hidung dan rongga hidung.
Rongga hidung memiliki permukaan yang selalu basah yang disebut selaput
lendir, selaput lendir di dalam hidung adalah bagian yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus. Pada selaput lendir rongga hidung sebelah atas terdapat
serabut saraf pembau. Serabut saraf pembau pada setiap ujungnya memiliki
rambut-rambut halus (silia) untuk menerima rangsang bau-bauan yang biasanya
berupa gas atau uap. Apabila bau dari suatu zat masuk melalui lubang hidung
kemudian mengenai indera pembau, maka akan menimbulkan rangsangan yang
kemudian diteruskan ke serabut saraf otak yang dimana berfungsi untuk
mengirimkan sinyal yang diterima oleh reseptor/ serabut saraf pembau lalu
meneruskannya ke saraf pembau lalu ke otak untuk diterjemahkan. Dalam hal
tertentu indera pembau bekerjasama dengan indera pengecap untuk menimbulkan
kesan tertentu. Pada saat sakit flu (pilek atau selesma), selaput lendir tertutupi
oleh lendir tebal sehingga kepekaan indera menjadi berkurang akibatnya kurang
nafsu makan.

B. Persyarafan pada Hidung


Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari
nervus etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, yang
berasal dari nervus oftalmikus. Saraf sensoris untuk hidung terutama berasal dari
cabang oftalmikus dan cabang maksilaris nervus trigeminus. Cabang pertama
nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus memberikan cabang nervus nasosiliaris
yang kemudian bercabang lagi menjadi nervus etmoidalis anterior dan etmoidalis
posterior dan nervus infratroklearis. Nervus etmoidalis anterior berjalan melewati
lamina kribrosa bagian anterior dan memasuki hidung bersama arteri etmoidalis
anterior melalui foramen etmoidalis anterior, dan disini terbagi lagi menjadi
cabang nasalis internus medial dan lateral. Rongga hidung lainnya, sebagian besar
mendapat persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion
sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatina, selain memberi persarafan sensoris, juga
memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion
ini menerima serabut serabut sensorid dari nervus maksila.Serabut parasimpatis
dari nervus petrosus profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak dibelakang dan
sedikit diatas ujung posterior konkha media
Nervus Olfaktorius turun melalui lamina kribosa dari permukaan bawah
bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada
mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

C. Fisiologi Hidung
Hidung berfungsi sebagai indra penghidu , menyiapkan udara inhalasi agar
dapat digunakan paru serta fungsi filtrasi. Sebagai fungsi penghidu, hidung
memiliki epitel olfaktorius berlapis semu yang berwarna kecoklatan yang
mempunyai tiga macam sel-sel syaraf yaitu sel penunjang, sel basal dan sel
olfaktorius. Fungsi filtrasi, memanaskan dan melembabkan udara inspirasi akan
melindungi saluran napas dibawahnya dari kerusakan. Partikel yang besarnya 5-6
mikrometer atau lebih, 85 % -90% disaring didalam hidung dengan bantuan TMS
Hidung dapat mencium berbagai macam bau karena di dalam rongga hidung
terdapat serabut saraf pembau yang terdiri dari jutaan sel-sel pembau. Setiap sel-
sel pembau tersebut mempunyai rambut-rambut di ujungnya serta diliputi oleh
selaput lendir yang berfungsi untuk melembabkan rongga hidung.
Saat kita bernapas, yaitu menghirup udara dari luar, molekul-molekul bau
yang melayang di udara akan ikut masuk ke dalam rongga hidung dan bertemu
dengan sel-sel pembau. Sel-sel pembau tersebut akan terangsang dan merubah
rangsangan tersebut menjadi Sinyal yang kemudian mengirimkannya ke Otak
melalui Saraf Pembau. Dengan demikian kita dapat mencium berbagai macam bau
dari udara luar.
Fungsi hidung terbagi atas beberapa fungsi utama yaitu :
1. Sebagai jalan nafas,
Udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka
media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, dan
seterusnya. Pada ekspirasi terjadi hal sebaliknya.
2. Alat pengatur kondisi udara,
Mukus pada hidung berfungsi untuk mengatur kondisi udara
3. Penyaring udara,
Mukus pada hidung berfungsi sebagai penyaring dan pelindung udara
inspirasi dari debu dan bakteri bersama rambut hidung, dan silia.
4. Sebagai indra penghidu,
Fungsi utama hidung adalah sebagai organ penghidu, dilakukan oleh saraf
olfaktorius.
5. Untuk resonansi suara,
Fungsi sinus paranasal antara lain sebagai pengatur kondisi udara,
sebgai penahan suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu
resonansi suara, sebagai peredam perubahan tekanan udara, membantu
produksi mukus dan sebagainya.
6. Turut membantu proses bicara,
7. Reflek nasal.
Apabila ada gangguan pada indera pembau, maka kita tidak dapat mengecap
dengan baik. Ketika seseorang menderita sakit pilek, maka makanan terasa
hambar rasanya dan kita tidak dapat mencermati bau dengan baik. Inilah bukti
bahwa antara organ pembau dengan pencium saling bekerja dengan baik. Aroma
makanan yang berada di rongga dalam hidung tidak dapat tercium karena serabut
saraf di situ tertutup oleh lendir pilek. Kita merasakan bau buah apel berbeda
dengan jeruk dan pepaya karena adanya organ pembau.

D. Mekanisme Kerja Penciuman / Pembau


Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul –
molekul larutan dalam cairan hidung. Reseptor pembau merupakan reseptor jauh
(tele reseptor) karena lintasan pembauan tidak memiliki hubungan dalam thalamus
dan tidak terdapat di daerah proyeksi pada neocortex penciuman
Membrana offactoria terletak pada bagian superior rongga hidung. Di
bagian medical ia melipat keatas concana superior dan bahkan ada yang berada di
concha media. Pada setiap rongga hidung membrana olfactoria mempunyai luas
permukaan 2,4 cm. Organon olfacus terdapat di dataran medical concha nasalis
superior dan pada dataran septumasi yang berhadapan dengan concha masalis
superior. Saat seseorang menarik nafas maka sesibilirasa pembanya akan lebih
kuat karena letak organon olfacus disebelah atasnya. Sensai pembauan tergantung
pada konsentrasi penguapan, misalnya skatol (bau busuk pada facces) karena
konsentrasinya pekat maka baunya busuk
Impuls – impuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis
dengan cabang – cabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit
sel mitral meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis
dan berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada di uneus. Neurit – beurit sel
mitral mempunyai cabang – cabang yang menuju ke sel glanuta akan mengadakan
sinopso di sinopsi axomatis. Sebagian dari neurit – neurit sel mitral berjalan
dalam strialate ralis dan berakhir dalam incus, sebagian dari neurit tersebut
berjalan di dalam stria medialis dan berakg\hir di dalam area septialis
Jalannya impuls pembauan adalah sebagai berikut : Impuls – impuls bau
dihantarkan oleh filum olfactorium yang bersinopsi dengan cabang – cabang dari
dendrit sel mitral dan disebut siniopsis glomerulus. Neurit sel mitral
meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan
berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada di incus. Neurit – neurit sel mitral
berjalan dalam strialate ralis dan berakhir dalam incus

E. Gangguan Pada Penciuman / Pembau


1. Salesma (Cold) dan Influenza (Flu)
Influenza adalah kondisi alat pernafasan yang terinfeksi virus. Umumnya
menyebabkan batuk, pilekm sakit leher, dan terkadang panas atau sakit persendian
yang disertai dengan pusing. Pada anak kecil, biasanya disertai dengan gejala
mencret ringan. Sebaiknya hindarilah penggunaan penicillin, tetracyline, atau
antibiotik lainnya, karena obat jenis ini tidak dapat menyembuhkan penyakit
influenza, san justru akan menimbulkan bahaya. Penyakit Influenza ini hampir
selalu sembuh dengan sendirinya tanpa obat, anda hanya perlu melakukan
beberapa hal sederhana berikut ini ketika sedang mengalami penyakit influenza:
 Hindari minuman dingin dan selalu konsumsi air hangat
 Istirahatlah yang cukup
 Jika mengalami panas dan skit kepala, cukup konsumsi aspirin atau
acetaminophen
 Untuk penyaki influenza ini tdiak ada pantangan khusus, dan bagi
penderitanya sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin C.
 Jika mengalami sakit tenggorokan atau sakit leher, berkumurlah dengan air
hangat.

Jika penyakit influenza ini berlangsung lebih dari 1 minggu atau


menimbulkan panas, batuk, lendir, sampai sakit dada, maka kemungkinan
penderita tersebut mengalami radang cabang tenggorokan (bronchitis) atau radang
paru-paru (penumonia).

2. Hidung tersumbat dan pilek


Alergi atau salesma bisa menjadi penyebab hidung tersumbat atau pilek. Pada
anak-anak, banyaknya lendir dalam hidung bisa menyebabkan infeksi telinga.
Sedangkan pada orang dewasa, lendir berlebihan dapat mengakibatkan gangguan
sinus atau peradangan dan berlangsung lama di dalam rongga tulang yang
berhubungan dengan hidung.
Cara mengatasi:
 Menaruh uap air panas di dekat badan dan menghirupnya, dengan cara
demikian maka akan dapat melegakan hidung yang tersumbat
 Jangan menghembuskan ingus kuat-kuat karena bisa menimbulkan sakit
telinga bahkan sampai infeksi sinus.
 Jika sering mengalami sakit telinga atau gangguan sinus kita dpat
mencegahnya dengan memakai tetes hidung decongestan seperti
phenylprine.

3. Gangguan Sinus ( Penyakit sinusitis)


Sinusitis atau peradangan sinus terjadi pada rongga-rongga dalam tulang
yang berhubungan dengan rongga hidung. Adapun tanda-tanda atau gejala
penyakit sinusitis adalah sebagai berikut:
 Terasa sakit di wajah, khususnya sekitar mata, terlebih lagi ketika anda
mengetuk tulang atau menundukkan kepala.
 Hidung sering tersumbat karena adanya nanah atau ingus yang kental.
 Terkadang gejala yang timbul tersebut disertai dengan panas.

Penyakit sinusitis dapat kita obati dengan menggunakan metode


penyembuhan secara alami dengan mengunakan bahan dan alat sederhana.
Adapun cara mengatasi penyakti sinusitis secara alami adalah sebagai berikut:
 Menghirup sedikit air garam ke dalam hidung
 Guankan tetes hidung decongestan seperti phenyleprine
 Letakkan kompres hangat di wajah
 Tetracyline, ampicillin atau penicillin merupakan jenis antibiotik yang bisa
digunakan untuk meresakan sinusitis

4. Deviated Septum
Lubang hidung dipisahkan oleh sebuah sekat yang disebut septum.
Normalnya, sekat ini akanmembagi secara rata besar lubang hidung seseorang.
Tapi pada kasus abnormal, sekat ini membagi secara tidak rata dan menyebabkan
salah satu lubang hidung lebih besar. Pada kasus yang ringan gejala tidak akan
muncul, tapi pada tingkat yang lebih serius, ini dapat mengganggu pernafasan dan
diperlukannya tindakan operasi.

5. Rhinitis
Pembengkakan dan peradangan pada jaringan lendir inilah yang disebut
rhinitis. Rhinitis yang akut biasa disebabkan oleh virus sedangkan pada yang
ringan, ini bisa terjadi karena alergi. Gejalanya bisa berupa hidung tersumbat,
bersin, demam ringan, mata berair dan batuk. Penggunaan humidifier bisa
meringankan gejala rhinitis ini. Sedangkan pengobatan lainnya adalah untuk
mengatasi peradangan dan pemyumbatan.

6. Polip
Anda pasti sudah familiar dengan ini. Polip adalah jaringan berlebih yang
tumbuh di dalam hidung. Biasanya ada di hidung bagian atas dan dapat tumbuh
membesar. Semakin membesarnya polip dapat menyebabkan gangguan
pernafasan dan ditandai dengan semakin sering bernafas dengan mulut,
berkurangnya kemampuan membau, dan ingusan. Operasi diperlukan apabila
polip sampai menghalangi jalan udara saat Anda bernafas.
7. Anosmia
Penyakit ini menyebabkan penderitanya kehilangan rasa bau. Penyakit
ini disebabkan karena penyumbatan rongga hidung, misalnya tumor,
polyp, reseptor-reseptor pembauan rusak karena infeksi virus atau
atrophi, gangguan pada syaraf ke I, bulbus, tractus olfactoris ataupun
cortex otak karena benturan kepala ataupun tumor.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai indra
pembau. Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam
hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak
bergerombol seperti tunas pengecap.Epitelium pembau mengandung 20 juta sel-
sel olfaktori yang khusus dengan akson-akson yang tegak sebagai serabut-serabut
saraf pembau. Di akhir setiap sel pembau pada permukaan epitelium mengandung
beberapa rambut-rambut pembau yang bereaksi terhadap bahan kimia bau-bauan
di udara,
Hidung manusia di bagi menjadi dua bagian rongga yang sama besar yang
di sebut dengan nostril. Dinding pemisah di sebut dengan septum, septum terbuat
dari tulang yang sangat tipis. Rongga hidung di lapisi dengan rambut dan
membran yang mensekresi lendir lengket.
Cara kerja indera penciuman yaitu indera penciuman mendeteksi zat yang
melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory
epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada
bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell receptors). Receptor ini jumlahnya
sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor,
sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah
yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak bau apakah yang
telah tercium oleh hidung kita, apakah itu harumnya bau sate padang atau
menyengatnya bau selokan.
Fungsi hidung terbagi atas beberapa fungsi utama yaitu (1)Sebagai jalan
nafas, (2) Alat pengatur kondisi udara, (3) Penyaring udara, (4) Sebagai indra
penghidu, (5) Untuk resonansi suara, (6) Turut membantu proses bicara,(7) Reflek
nasa.
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F, 1983, Fisiologi Kedokteran, Jakarta : CV. EGC.


Guyton, A. C., 1983, Fisiologi Kedokteran 2, Jakarta : CV. EGC.
Radiopoetro, R., 1986, Psikologi Faal 1, Yogyakarta : Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM.
Seksi Laboratorium Psikologi Faal, 2001, Petunjuk Praktikum Psikologi Faal,
Yogyakarta : Laboratorium Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM.
Ethel,Slonane. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan
Edisi. Jakarta: EGC
http://www.slideshare.net/mobile/meutiasavitri2/indera-penciuman-25315525

You might also like