You are on page 1of 3

TUGAS 2 ETIKA BISNIS & PROFESI

NAMA : SITI NURASYAH


NIM : 202130075

Kasus Penyelewengan Dana CSR Oleh Mantan Direktur Utama


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Kejaksaan Negeri Pidie Jaya, Aceh, menetapkan mantan Direktur Perusahaan


Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Krueng Meureudu Syamsul Bahri sebagai
tersangka kasus korupsi. Syamsul sudah ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) kelas
II B Sigli Pidie sejak Selasa (29/11/2022).

Kepala Kejaksaan Negeri Pidie Jaya Oktario Hartawan Achmad mengatakan,


Syamsul diduga menyelewengkan penerimaan tagihan rekening air sejak 2016
hingga 2020.

"Dugaan penyimpangan pengelolaan penerimaan tagihan rekening air pelanggan


PDAM Tirta Krueng Meureudu tahun anggaran 2016 sampai dengan 2020 lalu
untuk membuat terang tindak pidana dan guna menemukan tersangkanya," kata
Oktario, Rabu (30/11/2022).

Menurut Oktario, dari 2016 hingga 2022, PDAM Tirta Krueng Meureudu sudah
mengumpulkan uang tagihan sebesar Rp 12.018.320.560. Namun, hanya Rp
11.228.355.465 yang disetorkan.

“Sehingga Penerimaan PDAM seharusnya menjadi penerimaan dalam RKAP


(Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan). Namun, karena tidak disetorkan
sehingga 2016 sampai dengan 2020 PDAM mengalami kerugian negara sebesar Rp
712.283.169," jelas Oktario.

Adanya selisih pengumpulan uang tagihan dan jumlah disetor, kata Oktario,
diketahui Syamsul sebagai direktur. Syamsul dianggap tidak menjalankan tugas
dan tanggungjawabnya secara profesional sebagaimana disyaratkan dalam
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Peendagri) Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organisasi dan
Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum Dan Qanun Nomor 5 Tahun 2010
Tentang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Penetapan tersangka ini juga berdasarkan Laporan Hasil Audit Penghitungan
(LHAP) kerugian negara oleh Tim Perhitungan Kerugian Keuangan Negara
(PKKN) oleh Inspektorat Aceh terhadap dugaan Tindak pidana korupsi
Penyimpangan/Penyelewengan dalam pengelolaan penerimaan tagihan rekening
pelanggan PDAM Tirta Krueng Meureudu sejak 2016 hingga 2020 lalu.

“Dengan alat bukti yang cukup sesuai ketentuan Pasal 183 dan Pasal 184 Ayat (1)
KUHAP, penyidik menetapkan S B (Syamsul Bahri) selaku Direktur PDAM Tirta
Krueng Meureudu sebagai Tersangka dalam Perkara Dugaan Tindak Pidana
Korupsi ini," ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diduga Selewengkan Uang
Tagihan Rp 712 Juta, Eks Direktur PDAM Pidie Jaya Jadi Tersangka", Klik untuk
baca: https://regional.kompas.com/read/2022/11/30/163414778/diduga-
selewengkan-uang-tagihan-rp-712-juta-eks-direktur-pdam-pidie-jaya?
page=all#page3.

Analisis Kasus :
CSR merupakan kewajiban asasi perusahaan yang tidak boleh dihindari. Dasar
argumentasinya adalah teori akuntabilitas korporasi. Dimana perusahaan harus
mempertanggungjawabkan semua konsekuensi yang ditimbulkan baik sengaja
meupun tidak sengaja kepada para pemangku kepentingan (stekholder). Dalam
kasus ini, Mantan Direktur Utama PDAM tidak menerapkan prinsip dasar
pelaksanaan CSR yaitu Akuntanbilitas yang dimana ialah mempertanggung
jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi atau
perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Solusi:
1. Penyelidikan dan Penuntutan: Kasus penyelewengan harus diselidiki secara
cermat oleh pihak berwenang seperti KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) atau
kepolisian. Jika ditemukan bukti yang cukup, pelaku harus dituntut sesuai hukum.

2. Transparansi dan Akuntabilitas: Yayasan atau organisasi harus meningkatkan


transparansi dalam penggunaan dana CSR. Mereka dapat membuat laporan
keuangan yang mudah diakses oleh publik dan mengadakan audit independen
secara rutin.
3. Penguatan Tata Kelola: Yayasan atau organisasi harus memperkuat tata kelola
dan pengawasan internal mereka. Ini termasuk pembentukan komite etika atau
pengawas internal yang independen.

4. Keterlibatan Stakeholder: Melibatkan pihak-pihak terkait, seperti pemegang


saham, masyarakat setempat, dan penerima manfaat dalam pengambilan keputusan
mengenai penggunaan dana CSR.

5. Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan pelatihan etika dan integritas kepada


karyawan dan pengurus yayasan atau organisasi.

6. Perbaikan Hukum: Memperkuat peraturan hukum yang mengatur penggunaan


dana CSR dan memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku penyelewengan.

7. Restitusi dan Ganti Rugi: Jika penyelewengan terbukti, pelaku harus


mengembalikan dana yang telah disalahgunakan dan memberikan ganti rugi
kepada pihak yang dirugikan

You might also like