Professional Documents
Culture Documents
Kerangka Konseptual Akuntansi Hijau PDF Free
Kerangka Konseptual Akuntansi Hijau PDF Free
0. Green Accounting
Sesuai makna kata "green" itu, maka hakikatnya Akuntansi Hijau adalah akuntansi yang
mengijaukan,menyejukkan,mengasihi,menghidupi dan melestarikan bisnis dan laba (profit)
korporasi karena memperhitungkan semua aspek lingkungkan (planet), sosial (people) dan
finansial (profit) atau 3P dalam proses akuntansi.
Sasaran :
1. Menciptakan partnership,peace,prosperity dari 3P
2. Mewujudkan Sustainbility dari 3P
• Paradigma baru Akuntansi yang menganjurkan bahwa fokus dari proses Akuntansi tidak hanya pada
transaksi-transaksi atau peristiwa keuangan (financial/profit), tapi juga pada transaksi-transaksi atau
peristiwa sosial (people) dan lingkungan (planet)
• Laporan
akuntansi
tidak hanya
menyajikan
informasi
keuangan,
tapi juga
informasi
sosial dan
pelaporan
lingkungan
secara
terintegrasi
3. Contoh
Kasus PT A
4. Problem
TJLSP di
Indonesia
• Respon
profesi
akuntansi
terhadap
Akuntansi
TJSL/CSR
masih konservatif. Pengorbanan untuk CSR umumnya diperlakukan sebagai beban periodik (expense).
Dampak negatifnya adalah: CSR dinilai sebagai:
Beban periodik yang menguras likuiditas atau sumberdaya ekonomi, menaikkan biaya dan
menurunkan laba dan ekuitas pemilik.
Menaikkan risiko keuangan perusahaanProblema TJSL/CSR di Indonesia
Banyak perusahaan enggan melaksanakan CSR/TJSL dan green business karena dinilai merugikan
5. Konsepsi TJSLP (CSR) yang ada dalam UUPT 2007 berbeda dengan konsepsi CSR yang dipahami secara
umum/internasional
7. Sustainbility Accounting
Suatu paradigma baru dalam bidang akuntansi yang menyatakan bahwa fokus dari pengakuan,
pengukuran, pencatatan, peringkasan, pelaporan, pengungkapan, akuntabilitas dan transparansi
akuntansi tidak hanya tertuju pada transaksi-transaksi atau informasi keuangan, tapi juga pada
transaksi-transaksi atau peristiwa sosial (people) dan lingkungan (planet) yang mendasari informasi
keuangan.
8. Fokus Akuntansi Berkelanjutan
fokus dari proses Akuntansi Berkelanjutan adalah pada transaksi-transaksi atau peristiwa keuangan,
sosial dan lingkungan sehingga output pelaporannya berisi informasi keuangan, sosial dan lingkungan.
9. Tujuan Akt Berkelanjutan
Tujuan umum:
Agar para pemangku kepentingan dapat mengetahui secara utuh informasi tentang kualitas manajemen
dan perusahaan dalam pengelolaan bisnis yang ramah lingkungan.
Tujuan khusus:
Agar para stakeholder bisa mengetahui dan menilai kinerja dan nilai korporasi serta risiko dan prospek
suatu korporasi secara utuh sebelum mengambil suatu keputusan.
Untuk keberlanjutan bisnis dan laba, keberlanjutan sosial dan kelestarian lingkungan sebagai suatu
ekosistem
Paradigma akuntansi masih konvesional dan masih adanya resistensi dari para akuntan sendiri:
(1) Akuntansi hanya memfokuskan pada kebutuhan informasi dari stakeholder dominan yang memberi
kontribusi dalam penciptaan nilai perusahaan.
(2) Akuntansi hanya memeroses dan melaporkan informasi yang“materiality” dan “measurability”.
(3) Akuntansi mengadopsi asumsi “entity” sehingga perusahaan diperlakukan sebagai entitas yang
terpisah dari pemilik dan stakeholder lainnya. Jika suatu transaksi tidak secara langsung berdampak
pada nilai entitas maka diabaikan dalam pelaporan akuntansi
(4) Masyarakat dan lingkungan adalah sumberdaya yang tidak berada dalam “area kendali” dan tidak
terikat dalam “executory contract” dengan perusahaan sehingga diproses akuntansi.
Biaya hijau : Biaya yang timbul karena entitas korporasi melaksanakan tanggung jawab
bisnis,tanggung jawab lingkungan, dan tanggung jawab sosial yang bersifat wajib maupun
sukarela dalam operasi usaha atau bisnis.
Biaya regulasi
- Perspektif Akuntansi Konvensional, semua pengeluaran diakui sebagai beban periodik dalam
laporan laba rugi perusahaan. Alasannya,pengorbanan sumber dana tersebut tidak memiliki
potensi manfaat ekonomi yang cukup pasti bagi perusahaan masa depan.
- Perspektif Akuntansi Hijau, semua pengeluaran diakui sebagai investasi strategis dalam
membangun relasi yang harmonis dan produktif dengan masyarakat dan pemerintah setempat.
Contoh: biaya untuk membuka akses jalan masuk,mengolah dan membuang limbah,serta
penghijauan lingkungan.
Biaya Korporasi Hijau
- Perspektif Akuntansi Konvensial, diakui sebagai beban periodik dan dilaporkan dalam laporan
laba rugi antara lain: 1) Biaya monitoring dan audit sosial-lingkungan yang melibatkan auditor
eksternal atau pihak independen, 2) biaya untuk pelaporan dan pengkupan informasi hijau
kepada para pemangku kepentingan dan masyarakat luas dalam laporan tahunan direksi, 3)
biaya riset dan pengembangan
- Perspektif Akuntansi Hijau, kebanyakan biaya tersebut memenuhi "kriteria pengakuan" sebagai
pengorbanan imvestasi (aset) untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan nonekonomi di masa
depan. Contoh : 1) biaya untuk studi kelayakan dan perencanaan , 2) biaya membuka lahan baru
dengan cara yang ramah yang ramah lingkungan, 3) investasi untuk bangunan hijau,pabrik
hijau,mesin hijau, dan peralatan pabrik
Biaya Relasional untuk Pembentukan Citra dan Penciptaan Nama Baik
- Perspektif Akuntansi konvensial, hampir semua biaya relasional diperlakukan sebagai beban
periodik dan dilaporkan dalam keuangan sebagai pengurang kas dalam laporan posisi keuangan
dan penambah beban periodik pada struktur biaya dalam laporan laba rugi.
- Perspektif Akuntansi Hijau, hampir semua biaya relasional diperlukan sebagai pengeluaran
investasi dan dilaporkan dalam laporan keuangan sebagai pengurang kas dalam struktur aset
lancar dalam laporan posisi keuangan dan penambah investasi sosial.
Biaya Kontinjen
- Perspektif Akuntansi konvensional, biaya-biaya komitmen diperlakukan sebagai biaya kontijen (
debit dalam laporan laba rugi ) dan sebagai liabilitas kontijen (kredit dalam laporan posisi
keuangan). Biaya kontijen akan dilaporkan dalam laporan laba rupa sehingga berdampak negatif
mengurangi nilai laba,pajak, dan nilai ekuitas pemilik.
- Perspektif Akuntansi Hijau, sebagian besar dari komitmen kotinjen akan diperlakukan sebagai
investasi kontinjen lingkungan dan sosial (debit) yang akan meningkatkan nilai aset dalam
laporan posisi keuangan, dan sebagai liabilitas kontinjen (kredit) yang akan meningkatkan
jumlah liabilitas perusahaan.