You are on page 1of 8

Bab 9 Kerangka Konseptual Akuntansi Hijau

1. Hakikat akuntansi hijau


 Secara umum, Akuntansi Hijau sama hakikatnya dengan Akuntansi Berkelanjutan.
Akuntansi Berkelanjutan mengintegrasikan akuntansi keuangan, akuntansi sosial, dan
akuntansi lingkungan secara terpadu dalam proses akuntansi untuk menghasilkan
informasi akuntansi yang lengkap, relevan, dan reliable, serta bermanfaat bagi para
pihak dalam pengambilan keputusan dan penilaian terhadap keberlanjutan suatu entitas
korporasi
 Secara khusus, Akuntansi Hijau adalah akuntansi yang menghijaukan, menyejukkan, dan
melestarikan bisnis dan laba korporasi karena memperhitungkan semua aspek
lingkungan dan aspek masyarakat dalam proses akuntansi.
 Dari perspektif religiusitas, Akuntansi Hijau juga bermakna akuntansi yang mengasihi
dan menyejukkan lingkungan-semesta alam dan sesame manusia, disebut sebagai
Akuntansi Kasih, yang berupaya mengasihi bisnis-ekonomi,masyarakat dan lingkungan
alam secara terpadu, tulus, dan berkelanjutan.
2. Kerangka konseptual akuntansi hijau
 Merupakan seperangkat konsep, teori, atau sistem akuntansi yang fundamental dan
saling berkaitan satu sama lain
 Berfungsi sebagai pedoman bagi penyusun standar akuntansi dan sebagai acuan dalam
pemecahan masalah praktik akuntansi
 Berperan sebagai basis pertimbangan penyusunan laporan akuntansi dan pelaporan
pengungkapan informasi akuntansi serta pendidikan akuntansi
 3 level kerangka konseptual Akuntansi Hijau
a) Level teoritis, berisi definisi, ruang lingkup, dan tujuan Akuntansi Hijau dan
Pelaporan Informasi Akuntansi Hijau
b) Level konseptual fundamental, mengidentifikasi dan menguraikan karakterisik
kualitatif dari informasi Akuntansi Hijau dan komponen-komponen dasar dari
Laporan Akuntansi Hijau
c) Level operasional, berisi kerangka konseptual yang berhubungan dengan prinsip
dan aturan tentang pengakuan dan pengukuran nilai dari komponen-komponen
mendasar laporan Akuntansi Hijau dan tipe informasi yang disajikan dalam
pelaporan Akuntansi Hijau
3. Definisi, tujuan, dan sasaran akuntansi hijau
 Definisi proses pengakuan, pengukuran nilai, pencatatan, peringkasan, pelaporan, dan
pengungkapan informasi terhadap objek,transaksi, peristiwa, atau dampak dari aktivitas
ekonomi, sosial, dan lingkungan korporasi terhadap masyarakat dan lingkungan,serta
korporasi itu sendiri dalam satu paket pelaporan informasi akuntansi yang terintegrasi
agar dapat bermanfaat bagi para pemakai dalam penilaian dan pengambilan keputusan
ekonomi dan nonekonomi.
 Tujuan, menyajikan informasi akuntansi agar dapat digunakan para pihak yang
berkepentingan dalam penilaian dan pengambilan keputusan
 Sasarannya, para pemakai dapat mengevaluasi dan menilai secara utuh terkait posisi
keuangan dan kinerja bisnis, risiko korporasi, prospek pertumbuhan bisnis dan kinerja
laba korporasi, serta keberlanjutan korporasi sebelum mengambil suatu keputusan
ekonomi dan nonekonomi yang bersifat final
4. Model akuntansi hijau

5. Karakteristik kualitatif informasi akuntansi hijau


Informasi Akuntansi Hijau harus memenuhi karakteristik kualitatif berikut ini:
 Para pengguna informasi akuntansi adalah para pemangku kepentingan
 Kendala informasi akuntansi hijau adalah perbandingan keterukuran antara biaya dan
manfaatnya, upaya dan hasilnya, materialitas informasi yang disajikan, dan
pengungkapan informasi akuntansi kuantitatif dan kualitatif secara terintegrasi
 Syarat khusus dan pervasif yang dibutuhkan para pemakai informasi akuntansi
 kriteria atau syarat utama penyajian informasi akuntansi hijau: terintegrasi dan
akuntabel, relevan, reliabel, transparan, keterbandingan
 3 Karakteristik kualitatif khusus informasi akuntansi hijai
Pertama, akuntabilitas (accountability) yaitu informasi akuntansi yang disajikan
memperhitungkan semua aspek informasi entitas, terutama infomasi yang berkaitan
dengan tanggung jawab ekonomi, sosial dan lingkungan entitas dan biaya-manfaat
(costs-benefits) dari dampak (impacts) yang ditimbulkan.
Kedua, terintegrasi dan komprehensif yaitu informasi akuntansi yang disajikan
merupakan hasil integrasi antara informasi akuntansi keuangan dengan informasi
akuntansi sosial dan lingkungan yang disajikan secara komprehensif dalam satu
paket pelaporan akuntansi.
Ketiga, transparan (transparency) yaitu informasi akuntansi terintegrasi harus
disajikan secara jujur, akuntabel dan transparan agar tidak menyesatkan para pihak
dalam evaluasi, penilaian dan pengambilan keputusan ekonomi dan nonekonomi.
6. Komponen-komponen laporan akuntansi hijau
 Struktur aset perusahaan dalam konstruksi akuntansi hijau meliputi aset lancar,investasi
finansial,aset tetap,aset sumber daya alam,investasi sosial dan lingkungan,aset tak
berwujud, dan aset lainnya.
 Struktur akun liabilitas dalam konstruksi akuntansi hijau meliputi liabilitas sosial dan
liabilitas lingkungan yang bersifat kontijen. Melakukan TJSLP harus bertanggung jawab atas
kerugian ekonomi yang dialami masyarakat dan negara akibat kerusakan lingkungan
 Struktur akun-akun ekuitas dan entitas korporasi, akun tersebut yaitu akun donasi CSR. Akun
donasi bersifat amal-kasih maka informasi donasi CSR tidak ditawarkan kepada para
stakeholder dan masyarakat luas. Akun ini diambil dari laba bersih setelah pajak ( net
income ) atau darai saldo laba ( retained earnings )
 Struktur akun-akun biaya produksi yaitu biaya sosial dan biaya lingkungan,atau biaya
penghijauan perusahaan (greening cost ) yang bersifat periodik. Misalnya,bantuan sosial
bencana alam, biaya pengolahan limbah, biaya daur ulang, biaya audit lingkungan dan
lainnya.

7. Prinsip-prinsip akuntansi hijau


 Pertama, prinsip sustainabilitas atau kelestarian (sustainability principle). Akuntansi
yang mengakui dan mengukur nilai, mencatat, meringkas dan melaporkan informasi
terkait obyek-obyek, dampak-dampak, peristiwa-peristiwa dan atau transaksi-transaksi
keuangan, sosial dan lingkungan secara terpadu dan sistematis dalam satu paket
pelaporan akuntansi untuk mendukung keberlanjutan pertumbuhan laba korporasi,
kesejahteraan sosial dan kelestarian ekologi.
 Kedua, prinsip pengakuan aset (asset recognition). Pengorbanan sumberdaya ekonomi
entitas korporasi (costs) untuk melaksanakan green business dan green corporation,
melaksanakan tanggung jawab sosial korporasi (CSR) yang bersifat sukarela maupun
tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan (TJSLP) yang bersifat wajib dapat diakui
sebagai pengorbanan investasi (aset) apabila pengorbanan tersebut dinilai dapat
memberikan manfaat ekonomi (tangible benefits) dan nonekonomi (intangible
benefits) yang cukup pasti di masa sekarang maupun di masa datang.
 Ketiga, prinsip pengakuan kewajiban (liability recognition). Suatu kewajiban lingkungan
(environment liability) atau kewajiban sosial (social liability) harus segera diakui ketika
entitas korporasi diwajibkan oleh pemerintah atau pihak lain untuk menanggung
kerugian atau mengganti biaya kerusakan lingkungan dan kerugian masyarakat yang
diakibatkan oleh aktivitas operasi korporasi.
 Keempat, prinsip matching dalam pengukuran nilai costs-benefits dan efforts-
accomplishments (measurement principle) dari tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Pengukuran nilai dan perbandingan hasil terhadap costs-benefits dan upaya-pencapaian
(efforts-accomplishments) tanggung jawab sosial dan lingkungan korporasi tidak hanya
diberlakukan dalam periode akuntansi yang sama, tapi juga untuk periode-periode yang
berbeda di waktu-waktu selanjutnya apabila pengorbanan sumberdaya ekonomi (costs) dan
daya-upaya (efforts) tersebut memiliki potensi manfaat ekonomi dan nonekonomi yang
cukup pasti di masa datang.
 Kelima, prinsip proses akuntansi terintegrasi (integrated accounting process principle).
Proses akuntansi, yaitu pengakuan, pengukuran nilai, pencatatan, peringkasan dan
pelaporan informasi akuntansi harus memadukan obyek-obyek, transaksi-transaksi dan
peristiwa-peristiwa keuangan/ekonomi, sosial dan lingkungan secara sistematis dan
terintegrasi dalam satu paket pelaporan
 Keenam, prinsip pelaporan dan pengungkapan informasi akuntansi yang terintegrasi
(integrated reporting principle). Dalam pelaporan dan pengungkapan informasi
akuntansi, entitas korporasi harus melaporkan dan mengungkapkan semua informasi
akuntansi keuangan, sosial dan lingkungan, baik yang kuantitatif maupun yang bersifat
kuantitatif, secara terpadu agar para pemakai internal dan eksternal dapat memperoleh
informasi yang lengkap, relevan dan handal tentang posisi keuangan dan kinerja
keuangan, risiko dan prospek, serta komitmen tanggung jawab sosial dan lingkungan
dan keberlanjutan suatu entitas sebelum melakukan evaluasi, penilaian dan mengambil
suatu keputusan.

Bab 10 Konstruksi Aplikasi Akuntansi Hijau

0. Green Accounting

 Sesuai makna kata "green" itu, maka hakikatnya Akuntansi Hijau adalah akuntansi yang
mengijaukan,menyejukkan,mengasihi,menghidupi dan melestarikan bisnis dan laba (profit)
korporasi karena memperhitungkan semua aspek lingkungkan (planet), sosial (people) dan
finansial (profit) atau 3P dalam proses akuntansi.
 Sasaran :
1. Menciptakan partnership,peace,prosperity dari 3P
2. Mewujudkan Sustainbility dari 3P

1. Perlakuan Akuntansi terhadap Biaya -Manfaat TJSLP/CSR dan Korporasi Hijau 💩


2. Green Accounting 💩

• Paradigma baru Akuntansi yang menganjurkan bahwa fokus dari proses Akuntansi tidak hanya pada
transaksi-transaksi atau peristiwa keuangan (financial/profit), tapi juga pada transaksi-transaksi atau
peristiwa sosial (people) dan lingkungan (planet)
• Laporan
akuntansi
tidak hanya
menyajikan
informasi
keuangan,
tapi juga
informasi
sosial dan
pelaporan
lingkungan
secara
terintegrasi

3. Contoh
Kasus PT A

4. Problem
TJLSP di
Indonesia

• Respon
profesi
akuntansi
terhadap
Akuntansi
TJSL/CSR
masih konservatif. Pengorbanan untuk CSR umumnya diperlakukan sebagai beban periodik (expense).
Dampak negatifnya adalah: CSR dinilai sebagai:
 Beban periodik yang menguras likuiditas atau sumberdaya ekonomi, menaikkan biaya dan
menurunkan laba dan ekuitas pemilik.
 Menaikkan risiko keuangan perusahaanProblema TJSL/CSR di Indonesia

Banyak perusahaan enggan melaksanakan CSR/TJSL dan green business karena dinilai merugikan
5. Konsepsi TJSLP (CSR) yang ada dalam UUPT 2007 berbeda dengan konsepsi CSR yang dipahami secara
umum/internasional

 Konsepsi CSR menurut UUPT

Merupakan komitmen berkelanjutan perseroan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan


Diwajibkan bagi Perseroan yang kegiatan usahanya di bidang/terkait SDA.
Dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan
Ada sanksi hukum
Informasi pelaksanaannya disajikan dalam Laporan Tahunan Direksi kepada RUPS
Diatur dalam UU dan peraturan pemerintah

 Konsepsi CSR secara umum

Bukan merupakan suatu komitmen berkelanjuatan perseroan utk mewujudkan pembangunan


berkelanjutan
Bersifat sukarela dan bisa untuk semua perusahaan.
Tergantung pada komitmen dan kemampuan finansial perusahaan
Tidak ada saksi hukum bagi yang tidak melaksanakannya
Informasinya bisa disajikan dalam Laporan Tahunan Direksi
Tidak diatur khusus dalam UU, tapi bersifat himbauan
6. Lako (2011) mengusulkan agar perlu segera dilakukan reformasi akuntansi konvensional menuju:
AKUNTANSI BERKELANJUTAN (SUSTAINABILITY ACCOUNTING) untuk mendukung PELAPORAN
BERKELANJUTAN (SUSTAINABILITY REPORTING)
Akuntansi Berkelanjutan lebih mudah diterima dan dipahami publik karena memiliki penalaran logis dan
basis teoritis yang kuat, relevan dengan realitas akuntansi dan terintegrasi perspektifnya.
 Teori corporate governance
 Teori corporate sustainability
 teori triple bottom-line of business
 teori corporate stakeholder
 Teori sustainability profit

7. Sustainbility Accounting

Suatu paradigma baru dalam bidang akuntansi yang menyatakan bahwa fokus dari pengakuan,
pengukuran, pencatatan, peringkasan, pelaporan, pengungkapan, akuntabilitas dan transparansi
akuntansi tidak hanya tertuju pada transaksi-transaksi atau informasi keuangan, tapi juga pada
transaksi-transaksi atau peristiwa sosial (people) dan lingkungan (planet) yang mendasari informasi
keuangan.
8. Fokus Akuntansi Berkelanjutan

fokus dari proses Akuntansi Berkelanjutan adalah pada transaksi-transaksi atau peristiwa keuangan,
sosial dan lingkungan sehingga output pelaporannya berisi informasi keuangan, sosial dan lingkungan.
9. Tujuan Akt Berkelanjutan
Tujuan umum:
Agar para pemangku kepentingan dapat mengetahui secara utuh informasi tentang kualitas manajemen
dan perusahaan dalam pengelolaan bisnis yang ramah lingkungan.
Tujuan khusus:
Agar para stakeholder bisa mengetahui dan menilai kinerja dan nilai korporasi serta risiko dan prospek
suatu korporasi secara utuh sebelum mengambil suatu keputusan.
Untuk keberlanjutan bisnis dan laba, keberlanjutan sosial dan kelestarian lingkungan sebagai suatu
ekosistem

10. Tantangan Implementasi Akt Berkelanjutan

Paradigma akuntansi masih konvesional dan masih adanya resistensi dari para akuntan sendiri:
(1) Akuntansi hanya memfokuskan pada kebutuhan informasi dari stakeholder dominan yang memberi
kontribusi dalam penciptaan nilai perusahaan.
(2) Akuntansi hanya memeroses dan melaporkan informasi yang“materiality” dan “measurability”.

(3) Akuntansi mengadopsi asumsi “entity” sehingga perusahaan diperlakukan sebagai entitas yang
terpisah dari pemilik dan stakeholder lainnya. Jika suatu transaksi tidak secara langsung berdampak
pada nilai entitas maka diabaikan dalam pelaporan akuntansi
(4) Masyarakat dan lingkungan adalah sumberdaya yang tidak berada dalam “area kendali” dan tidak
terikat dalam “executory contract” dengan perusahaan sehingga diproses akuntansi.

11. Reformasi Paradigma Akuntansi

Ada 3 aspek yang perlu direformasi:


1. Reformasi conceptual framework akuntansi dan GAAP akuntansi konvensional ke arah yang progresif
yaitu menuju Akuntansi Berkelanjutan.
2. Reformasi format pelaporan akuntansi menuju format Pelaporan Berkelanjutan (integrasi pelaporan
keuangan, sosial, lingkungan dan tatakelola) atau Pelaporan Terintegrasi (Integrated Reporting).
3. Reformasi Standar Akuntansi Keuangan menuju Standar Akuntansi Berkelanjutan

12. Esensi konsep Ekonomi Hijau

 Menghijaukan ( greening ) pembangunan ekonomi dan bisnis dengan pendekatan sistem


ekonomi hijau dan sistem bisnis hijau ( Green Bussiness )
 Menghijaukan korporasi dengan pendekatan Tatakelola Korporasi yang baik ( Green Corporate
Governance ) dan melakukan tanggung jawab sosial lingkungan (CSR) secarasengguh-sungguh
dan berkelanjutan
 Menghijaukan sistem & tatakelola keuangan dan akuntansi entitas korporasi dengan
pendekatan Green Finance & Green Accounting
 Menghijaukan sistem pelaporan dan pengungkapan informasi finansial dan nonfinansial secara
terintegrasi melalui media Finansial Reporting ,Annual Report,Sustainbility Reporting atau
Integrated Reporting
13. Identifikasi Biaya Hijau,Perlakuan Akuntansi, dan Valuasi Dampaknya

 Biaya hijau : Biaya yang timbul karena entitas korporasi melaksanakan tanggung jawab
bisnis,tanggung jawab lingkungan, dan tanggung jawab sosial yang bersifat wajib maupun
sukarela dalam operasi usaha atau bisnis.

14. Empat kategori biaya hiijau secara khusus

 Biaya regulasi
- Perspektif Akuntansi Konvensional, semua pengeluaran diakui sebagai beban periodik dalam
laporan laba rugi perusahaan. Alasannya,pengorbanan sumber dana tersebut tidak memiliki
potensi manfaat ekonomi yang cukup pasti bagi perusahaan masa depan.
- Perspektif Akuntansi Hijau, semua pengeluaran diakui sebagai investasi strategis dalam
membangun relasi yang harmonis dan produktif dengan masyarakat dan pemerintah setempat.
Contoh: biaya untuk membuka akses jalan masuk,mengolah dan membuang limbah,serta
penghijauan lingkungan.
 Biaya Korporasi Hijau
- Perspektif Akuntansi Konvensial, diakui sebagai beban periodik dan dilaporkan dalam laporan
laba rugi antara lain: 1) Biaya monitoring dan audit sosial-lingkungan yang melibatkan auditor
eksternal atau pihak independen, 2) biaya untuk pelaporan dan pengkupan informasi hijau
kepada para pemangku kepentingan dan masyarakat luas dalam laporan tahunan direksi, 3)
biaya riset dan pengembangan
- Perspektif Akuntansi Hijau, kebanyakan biaya tersebut memenuhi "kriteria pengakuan" sebagai
pengorbanan imvestasi (aset) untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan nonekonomi di masa
depan. Contoh : 1) biaya untuk studi kelayakan dan perencanaan , 2) biaya membuka lahan baru
dengan cara yang ramah yang ramah lingkungan, 3) investasi untuk bangunan hijau,pabrik
hijau,mesin hijau, dan peralatan pabrik
 Biaya Relasional untuk Pembentukan Citra dan Penciptaan Nama Baik
- Perspektif Akuntansi konvensial, hampir semua biaya relasional diperlakukan sebagai beban
periodik dan dilaporkan dalam keuangan sebagai pengurang kas dalam laporan posisi keuangan
dan penambah beban periodik pada struktur biaya dalam laporan laba rugi.
- Perspektif Akuntansi Hijau, hampir semua biaya relasional diperlukan sebagai pengeluaran
investasi dan dilaporkan dalam laporan keuangan sebagai pengurang kas dalam struktur aset
lancar dalam laporan posisi keuangan dan penambah investasi sosial.
 Biaya Kontinjen
- Perspektif Akuntansi konvensional, biaya-biaya komitmen diperlakukan sebagai biaya kontijen (
debit dalam laporan laba rugi ) dan sebagai liabilitas kontijen (kredit dalam laporan posisi
keuangan). Biaya kontijen akan dilaporkan dalam laporan laba rupa sehingga berdampak negatif
mengurangi nilai laba,pajak, dan nilai ekuitas pemilik.
- Perspektif Akuntansi Hijau, sebagian besar dari komitmen kotinjen akan diperlakukan sebagai
investasi kontinjen lingkungan dan sosial (debit) yang akan meningkatkan nilai aset dalam
laporan posisi keuangan, dan sebagai liabilitas kontinjen (kredit) yang akan meningkatkan
jumlah liabilitas perusahaan.

You might also like