You are on page 1of 11

UPEJ 8 (2) (2019)

Unnes Physics Education Journal


Terakreditasi SINTA 3

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

Bahan Ajar Berbasis Problem Based Learning pada Materi Gerak Lurus untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Kolaborasi Siswa
Dyah Isna Nurhayati, Dwi Yulianti , Budi Naini Mindyarto
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berbasis Problem Based Learning untuk
Diterima Juli 209 meningkatkan kemampuan komunikasi dan kolaborasi. Penelitian ini menggunakan metode Research
Disetujui Juli 2019 and Development (R&D) dengan prosedur penelitian meliputi: pendahuluan, rancangan,
Dipublikasikan Agustus pengembangan produk. Desain uji coba dengan bentuk One-Group Pretest-Posttest Design, subjek
2019 penelitian adalah siswa kelas X MIPA 4 SMA N 1 Juwana. Penelitian ini bertujuan untuk
Keywords: mendeskripsikan karakteristik bahan ajar berbasis PBL, menguji tingkat kelayakan, peningkatan
collaboration, kemampuan komunikasi tertulis, lisan dan kolaborasi, serta respon siswa terhadap bahan ajar.
communication, problem Tingkat kelayakan dan keterbacaan bahan ajar diuji menggunakan angket dan tes rumpang. Data
based learning, teaching peningkatan kemampuan komunikasi tertulis diperoleh melalui hasil pretest dan posttest, sedangkan
material kemampuan komunikasi lisan dan kolaborasi diperoleh melalui hasil observasi. Respon siswa
diperoleh dari angket setelah pembelajaran dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bahan ajar berbasis Problem Based Learning memiliki tingkat kelayakan dan tingkat keterbacaan yang
baik serta dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan kolaborasi siswa.

Abstract
This research aims to produce teaching materials based Problem Based Learning to improve students’ ability
of communication and collaboration. This research used R&D method with the procedure of: introduction, plan
program, product development. Trial design with one-Group pretest-posttest design, the subjects research class X
MIPA 4 of SMA N 1 Juwana. This study aims to describe the characteristics of PBL-based teaching materials,
test the level of feasibility, increase the ability of written communication, oral and collaboration, and student
responses to teaching materials. The level of advisability and legibility in teaching material examine by the
questionnaire and fill in the blank test. The data of ability improvement in written communication taken through
the result of pretest and posttest, while the ability in spoken communication and collaboration taken through the
result of observation. Students’ response was taken through questionnaire after learning process. The results
showed that the teaching materials based Problem Based Learning has a level of feasibility and good readability
level and can improve students’ ability of communication and collaboration.

© 2019 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6935
E-mail: dyahisnanurhayati@gmail.com
Dyah Isna Nurhayati / Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

PENDAHULUAN seperti tanya jawab, mencari sumber belajar,


diskusi, dan merancang solusi. Siswa
Pada abad ke-21 ini, pengetahuan diberikan kesempatan untuk belajar
memiliki peranan penting dalam peradaban mengembangkan potensi melalui suatu
manusia. Kemendikbud merumuskan bahwa aktivitas untuk mencari, memecahkan dan
paradigma pembelajaran abad 21 menemukan suatu konsep atau gagasan
menekankan pada kemampuan siswa dalam sementara.
mencari solusi dari berbagai sumber, Pembelajaran berbasis masalah (PBL)
merumuskan permasalahan, berpikir dapat diintegrasikan dalam bentuk bahan
analitis dan kerjasama serta berkolaborasi ajar, yang isinya menyangkut permasalahan
dalam menyelesaikan masalah. Kemampuan – permasalahan yang nyata yang berkaitan
yang diperlukan pada abad 21 salah satunya dengan materi fisika. Penggunaan bahan ajar
yaitu berkomunikasi dan berkolaborasi berbasis PBL dapat menambah minat siswa
(Kemendikbud, 2017). melalui aktivitas yang berkaitan dengan
Berdasarkan hasil wawancara dengan permasalahan sehingga siswa tidak merasa
guru fisika SMA Negeri 1 Juwana, didapatkan bosan dengan materi yang disajikan
bahwa dalam proses pembelajaran dikelas (Wahyudi, 2014). Bahan ajar berbasis PBL
kurang melibatkan siswa dan cenderung menuntut keterampilan siswa berpartisipasi
berpusat pada guru (teacher centered), dalam kelompok agar siswa lebih memahami
sehingga kesempatan siswa untuk konsep atau materi pelajaran yang dipelajari
mengembangkan kemampuan komunikasi karena mereka dilibatkan langsung dalam
dan kolaborasi menjadi berkurang. Kegiatan kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
belajar mengajar fisika juga belum Pemanfaatan bahan ajar dalam proses
menggunakan bahan ajar yang bervariasi. pembelajaran menjadi alternatif guru agar
Hal ini kurang sesuai dengan karakteristik lebih mudah dalam mengajarkan materi
kurikulum 2013 yang seharusnya kepada siswa.
penyampaikan materi dalam pembelajaran Kemampuan komunikasi adalah
menggunakan pendekatan dan metode yang kemampuan berkomunikasi tentang ide
bervariasi serta sumber belajar bukan hanya maupun gagasan yang berhubungan dengan
dari guru, tetapi sumber belajar yang lain. pemecahan masalah, sehingga mereka
Metode dan model pembelajaran yang mampu untuk menulis tentang solusi yang
diharapkan mampu untuk mengembangkan ada, dan melakukan komunikasi dalam suatu
kemampuan siswa, dan sesuai dengan diskusi yang dapat membantu meningkatkan
penerapan kurikulum 2013 adalah aktivitas belajar dalam kelas (Saputra,
pembelajaran berdasarkan permasalahan 2013). Kemampuan komunikasi siswa yang
atau Problem Based Learning. Pembelajaran rendah, berdampak pada kemampuan
berdasarkan permasalahan mampu menyelesaikan masalah, dengan
merangsang siswa dalam menganalisis suatu pemanfaatan penggunaan pembelajaran
persoalan yang dihadapi dalam proses berbasis PBL yang dimulai dengan
belajar dan dapat mengembangkan menyajikan permasalahan yang nyata
kemampuan komunikasi dan kolaborasi kepada siswa dapat menstimulus siswa
siswa (Fatimah, 2012). Menurut Khanafiyah dalam berpikir sehingga siswa mampu
(2012) pembelajaran berdasarkan menyajikan solusi yang ada (Alamiah, 2017).
permasalahan menekankan keterlibatkan Menurut Jannah (2016) kemampuan
siswa dalam seluruh proses pembelajaran, komunikasi yang kurang dalam proses

209
Dyah Isna Nurhayati / Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

pembelajaran berdampak pada tidak yaitu define atau studi pendahuluan, design
terbiasanya siswa untuk berkomunikasi atau rancangan, development atau
terutama di depan kelas. Biasanya guru pengembangan dan dissemination atau
hanya terpaku pada buku pelajaran yang memperluas (Sugiyono, 2015:37). Dalam
tidak mengaktifkan kemampuan komunikasi penelitian ini hanya sampai pada tahap
dan kolaborasi siswa dan dalam proses development atau pengembangan.
pembelajaran guru yang masih Metode yang digunakan dalam
menggunakan metode konvensional yang penelitian ini terdiri dari tes tertulis, angket,
membuat siswa menjadi bosan dalam dan observasi. Tes tertulis terdiri dari tes
mengikuti pembelajaran. rumpang untuk menguji keterbacaan bahan
Fisika merupakan pengetahuan yang ajar, serta tes uraian untuk menguji
dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan komunikasi tertulis yang telah
salah satunya materi fisika yaitu gerak lurus. melalui uji validitas, reliabilitas, tingkat
Gerak lurus merupakan salah satu materi kesukaran dan daya beda. Peningkatan
fisika yang terdapat dalam bidang mekanika, kemampuan komunikasi tertulis dilihat dari
dan dalam pengaplikasiannya dapat hasil nilai pretest–posttest yang diuji dengan
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. menggunakan uji gain. Angket yang
Penggunaan bahan ajar berbasis PBL yang digunakan berupa angket uji kelayakan dan
merupakan model pembelajaran yang sesuai angket respon siswa. Observasi untuk
dengan kurikulum 2013, diharapkan dengan mengetahui kemampuan komunikasi lisan
adanya bahan ajar berbasis PBL, siswa dapat dan kolaborasi. Kemampuan komunikasi
melakukan penyelidikan secara langsung lisan dan kolaborasi menggunakan nilai
dan memahami konsep materi gerak lurus presentase dan peningkatan kemampuan
serta mengembangkan kemampuan dilihat dari perubahan nilai pada tiap
komunikasi dan kolaborasi. pertemuannya.
Tujuan penelitian ini adalah
menentukan tingkat kelayakan bahan ajar HASIL DAN PEMBAHASAN
fisika berbasis PBL dalam proses
pembelajaran, mendeskripsikan Susunan Bahan Ajar
pembelajaran berbantuan bahan ajar Bahan ajar yang dikembangkan dalam
berbasis PBL dapat meningkatkan penelitian ini merupakan salah satu panduan
kemampuan komunikasi tertulis, belajar yang disajikan dalam bentuk cetak
komunikasi lisan dan kolaborasi siswa, serta yang mencakup materi gerak lurus. Bahan
mendeskripsikan respon siswa terhadap ajar disusun berdasarkan kompetensi inti
pembelajaran dengan menggunakan bahan dan kompetensi dasar pada kurikulum 2013.
ajar berbasis PBL. Bahan ajar terdiri dari tiga bagian yaitu
pendahuluan, isi, dan penutup yang berisi 33
METODE halaman.
Bagian pendahuluan, terdiri atas
Subjek penelitian adalah siswa kelas X halaman depan, kata pengantar, daftar isi,
MIPA 4 SMA Negeri 1 Juwana. Metode petunjuk penggunaan bahan ajar, peta
penelitian yang digunakan adalah metode konsep, kompetensi dasar dan indikator.
penelitian dan pengembangan (Research and Bagian isi berisi tujuan pembelajaran,
Development). Penelitian ini menggunakan apersepsi materi yang berkaitan dengan
desain yang dikemukakan oleh Thiagarajan kegiatan sehari-hari dan simulasi untuk
dengan langkah – langkah yang disingkat 4D,
210
Dyah Isna Nurhayati / Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

menemukan konsep. Bagian penutup bahan alternatif penyelesaian (aplikasi), dan


ajar terdiri dari rangkuman, evaluasi, serta menyebutkan bahwa penggunaan bahan ajar
daftar pustaka. berbasis PBL sangat efektif digunakan dalam
Penyusunan bahan ajar kelas X SMA, pembelajaran.
materi gerak lurus ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi dan Hasil Uji Kelayakan
kolaborasi. Oleh karena itu, di setiap Angket uji kelayakan bahan ajar
penyajian sub bab materi gerak lurus disisipi berbasis Problem Based Learning terdiri dari
dengan aspek-aspek komunikasi dan tiga komponen, yaitu isi, penyajian, dan
kolaborasi. kebahasaan. Hal ini sama dengan penelitian
Penyajian materi pada bahan ajar yang dilakukan oleh Aji et al. (2017) yang
sesuai dengan strategi pembelajaran mengembangkan bahan ajar dinilai dari
Problem Based Learning (PBL) yaitu siswa kelayakan isi, penyajian dan bahasa.
diberikan pertanyaan permasalahan- Menurut Kusumam et al. (2016) indikator-
permasalahan yang bersifat autentik indikator kualitas pengembangan bahan ajar
sehingga dalam penyelesaiannya dilakukan dari aspek isi bahan ajar terdiri dari
secara berkelompok dan dapat relevansi materi, bobot materi dan tata
mengembangkan kemampuan kolaborasi bahasa, dan desain bahan ajar terdiri dari
siswa. Sesuai pendapat Nuswowati (2017) tata letak dan tulisan atau bahasa,
menyebutkan penggunaan PBL dapat kelengkapan penyajian, kelengkapan unsur
mengembangkan kemampuan kerja tata letak, perpaduan warna serta ilustrasi
kelompok dan komunikasi siswa. Sejalan dan gambar.
dengan pemikiran Rokhim et al. (2018) Berdasarkan analisis data, diperoleh
menyebutkan bahwa bahan ajar berbasis kelayakan bahan ajar berbasis Problem
PBL harus menyajikan langkah-langkah PBL Based Learning sebesar 83.64%, yang berada
antara lain merumuskan masalah, pada kriteria sangat layak. Hasil uji
merumuskan hipotesis, mengumpulkan kelayakan bahan ajar berbasis Problem
data, menguji hipotesis, dan menentukan Based learning disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Kelayakan Bahan Ajar Berbasis Problem Based Learning
No Aspek Skor (%) Kriteria
1 Isi 84,64 Sangat layak
2 Penyajian 87,50 Sangat layak
3 Kebahasaan 77,86 Sangat layak
Rata-rata skor 83,64 Sangat layak

211
Dyah Isna Nurhayati / Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

Aspek kelayakan isi terdiri dari sesuai dengan kemampuan bahasa siswa
kesesuaian materi, keakuratan materi, sasaran dan istilah yang digunakan
kemutakhiran materi, dan karakteristik mendukung konsep secara akurat, sehingga
Problem Based Learning. Sejalan dengan dapat memotivasi belajar siswa dan
pemikiran Sugiyono (2014), isi bahan ajar memudahkan siswa dalam memahami
harus sesuai dengan kurikulum. Bahan ajar materi pembelajaran.
memuat judul, mata pelajaran, SK, KD,
indikator, pentujuk belajar, tujuan yang Hasil Uji Keterbacaan
akan dicapai dan materi. Hasil analisis data diperoleh skor
Aspek kelayakan penyajian terdiri dari keterbacaan sebesar 89,56%. Berdasarkan
unsur teknik penyajian, penyajian skor keterbacaan, bahan ajar yang
pembelajaran, dan kelengkapan penyajian. dikembangkan dalam penelitian ini
Penyajian bahan ajar yang berwarna termasuk dalam bahan ajar yang memiliki
bertujuan agar bahan ajar mempunyai daya tingkat keterbacaan yang tinggi. Tingginya
tarik untuk dibaca, gambar tidak hanya tingkat keterbacaan tersebut menunjukkan
dimaksudkan untuk memperjelas materi bahwa bahan ajar berbasis Problem Based
saja, melainkan agar siswa merasa senang Learning kelas X SMA materi gerak lurus
dan mudah ketika mempelajari bahan ajar. mudah untuk dipahami pembaca. Hal
Sesuai dengan pernyataan Lestari (2017) tersebut sesuai dengan pendapat El-Masri
yang menyatakan bahwa materi (2010), yang menyatakan bahwa tingkat
pembelajaran harus disajikan dan kemahiran bahasa siswa mempengaruhi
diorganisasikan menjadi urutan yang tingkat pemahaman siswa dan mendorong
bermakna mulai dari kedalaman materi siswa lebih aktif dalam mengembangkan
serta tingkat kesulitannya, dan ilustrasi kemampuannya.
maupun gambar sangat penting dalam
memudahkan pemahaman materi Hasil Uji Gain
pembelajaran. Peningkatan kemampuan komunikasi
Aspek kebahasaan meliputi lugas, tertulis diperoleh melalui soal uraian yang
komunikatif, kesesuaian siswa, keruntutan diujikan sebelum (pretest) dan sesudah
dan kesatuan gagasan. Hal ini dikarenakan (posttest) diberikan perlakuan yaitu
bahasa yang digunakan pada bahan ajar pembelajaran menggunakan bahan ajar
berbasis Problem Based Learning sesuai berbasis Problem Based Learning. Hasil
dengan tingkat kemampuan siswa SMA, analisis uji gain untuk peningkatan
kalimat yang tidak berbelit-belit, dan kemampuan komunikasi tertulis dalam
langsung pada informasi yang ingin kategori sedang. Peningkatan kemampuan
disampaikan sehingga mudah dipahami. komunikasi tertulis tiap aspek pada kelas X
Seperti penjelasan Mustafa (2016) MIPA 4 yang terdapat pada Tabel 2.
menyebut- kan bahasa yang digunakan

Tabel 2. Uji Gain Peningkatan Kemampuan Komunikasi Tertulis


Peningkatan tiap
Indikator Pretest (%) Postest (%) Katergori
aspek (n-gain)
Indikator 1 22,92 32,64 0,13 Rendah
Indikator 2 67,01 76,74 0,29 Rendah

212
Dyah Isna Nurhayati / Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

Indikator 3 52,08 78,47 0,55 Sedang


Indikator 4 89,58 80,51 0,40 Sedang

Catatan: langsung, (3) bagian pertanyaan yang


Indikator 1 : menggambarkan situasi mengarah pada penyelesaian hasil dari
masalah dan menyatakan solusi percobaan yang telah dilakukan dapat
masalah menggunakan gambar, melatih siswa untuk menganalisis data
bagan, tabel dan secara aljabar. secara tepat dan menarik kesimpulan dari
Indikator 2 : menjelaskan ide, situasi dan sebuah materi, (4) bagian contoh soal pilihan
relasi fisika secara tulisan. ganda dan uraian yang dapat mengevaluasi
Indikator 3 : menggunakan bahasa fisika, berdasarkan fakta dan menentukan jalan
simbol dan skema berpikir keluar saat diberikan permasalahan. Pada
secara tepat. pembelajaran menggunakan bahan ajar
Indikator 4 : dapat mengungkapkan kembali berbasis PBL dapat mendorong siswa untuk
atau membuat kesimpulan memecahkan suatu masalah melalui proses
secara tertulis menggunakan diskusi yang membuat siswa lebih
bahasa sendiri. memahami konsep secara benar sehingga
Berdasarkan uji gain pada Tabel 2, dapat meningkatkan hasil belajar
maka dapat dijelaskan bahwa peningkatan pengetahuan dan mengaktifkan siswa dalam
kemampuan komunikasi tertulis proses pembelajaran (Pratiwi, 2017).
menunjukkan gain sebesar 0,4. Hasil analisis
uji gain untuk peningkatan komunikasi Uji Beda Rata-rata Peningkatan
tertulis dalam kategori sedang. Sama hal Kemampuan Komunikasi Tertulis
dengan penelitian yang dilakukan Anggraeni Uji beda rata-rata peningkatan
(2013) menyatakan bahwa siswa kemampuan komunikasi tertulis dilakukan
memerlukan waktu belajar yang lebih lama untuk mengetahui adanya perbedaan
untuk memahami konsep. kemampuan komunikasi tertulis sebelum
Pada bahan ajar berbasis Problem Based dan sesudah menggunakan bahan ajar
Learning terdapat bagian-bagian yang dapat berbasis PBL. Dalam penelitian ini,
melatih kemampuan komunikasi tertulis, peningkatan kemampuan komunikasi
antara lain: (1) bagian menggambarkan tertulis dihitung berdasarkan nilai gain
masalah menggunakan gambar, bagan, tabel kemampuan komunikasi tertulis siswa. Uji
tentang materi yang berhubungan dengan beda rata-rata peningkatan kemampuan
gerak lurus seperti hubungan waktu dengan komunikasi tertulis menggunakan uji t yaitu
jarak dan kecepatan dengan waktu, (2) uji paired sample t-test dengan bantuan
menjelaskan ide dan dapat mengungkapkan program SPSS. Hipotesis yang digunakan
kembali dengan bahasa sendiri yang untuk uji rata-rata peningkatan kemampuan
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari komunikasi tertulis adalah sebagai berikut:
yang mendorong rasa ingin tahu dan Ho: 𝜇1 = 𝜇2 : tidak ada perbedaan kemampuan
menyampaikan argumen, bagian dari lembar komunikasi tertulis siswa sebelum dan
diskusi dan simulasi dilakukan sebelum sesudah menggunakan bahan ajar
siswa mengetahui konsep fisika dari materi berbasis PBL.
yang dapat memberikan kesempatan pada Ha: 𝜇1 ≠ 𝜇2 : ada perbedaan kemampuan
siswa untuk mencari tahu sendiri sehingga komunikasi tertulis siswa sebelum dan
mengoptimalkan keikutsertaan siswa secara

213
Dyah Isna Nurhayati / Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

sesudah menggunakan bahan ajar tertulis adalah Sig.≥ 0,05, Ho diterima. Hasil
berbasis PBL. uji beda rata-rata kemapuan komunikasi
Kriteria dalam uji beda rata-rata tertulis kelas X MIPA 4 dapat dilihat pada
peningkatan kemampuan komunikasi Tabel 3.

Tabel 3. Output Uji Beda Rata-rata Peningkatan Kemampuan Komunikasi


Paired Differences
Pair 1 95% Confidence
Std.
Nilai Std. Interval of the Sig. (2-
Mean Error t df
Posttest- Deviation Difference tailed)
Mean
Pretest Lower Upper
17,36111 11,63154 1,93859 13,42557 21,29666 8,956 35 0,000

Berdasarkan perhitungan dengan Kemampuan Komunikasi Lisan


menggunakan program SPSS diperoleh Sig.< Kemampuan komunikasi lisan
0,05 sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak. diperoleh melalui observasi saat proses
Artinya, ada perbedaan kemampuan pembelajaran berlangsung. Observasi
komunikasi tertulis siswa sebelum dan dilakukan pada saat siswa melakukan
sesudah menggunakan bahan ajar berbasis presentasi, dan tanya jawab. Peningkatan
PBL. Dengan kata lain, rata- rata kemampuan kemampuan komunikasi lisan dilihat dari
komunikasi tertulis siswa kelas X MIPA 4 perubahan nilai observasi pada pertemuan
sesudah dan setelah menggunakan bahan pertama dan kedua pada saat proses
ajar berbasis PBL berbeda secara signifikan. presentasi di depan kelas. Hasil observasi
kemampuan komunikasi lisan disajikan pada
Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi Lisan


Kelas X MIPA 4
Indikator
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Ketepatan pengucapan 64,44% 76,67%
Penempatan tekanan, nada suara, dan penggunaan
63,33% 73,33%
kalimat yang sesuai
Kelancaran dan penguasaan topik pembicaraan 68,33% 79,44%
Rata-rata 65,37% 76,48%

Berdasarkan hasil analisis kemampuan untuk meningkatkan kemampuan


komunikasi lisan, terlihat bahwa bahan ajar komunikasi lisan sehingga siswa dapat
berbasis Problem based Learning kelas X menggunakan kata-kata yang efektif,
SMA materi gerak lurus termasuk dalam membentuk kalimat yang dapat dipahami
kategori yang baik. Sesuai dengan pendapat secara tata bahasa dan penggunaan suara
Sugito (2017) menyatakan pembelajaran dan intonasi yang tepat saat mendengarkan
dengan melakukan diskusi lebih efektif dan berbicara.

214
Dyah Isna Nurhayati / Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

Hasil Respon Siswa terhadap Bahan Ajar sehari-hari untuk diterapkan dalam
Respon siswa setelah menggunakan pembelajaran di kelas.
bahan ajar diketahui dengan angket yang
diisi siswa setelah pembelajaran berakhir. Kemampuan Kolaborasi
Respon siswa meliputi aspek bahasa, materi Kemampuan kolaborasi diperoleh
dan ketertarikan. Hasil respon siswa dapat melalui observasi saat proses pembelajaran
dilihat pada Tabel 5. berlangsung pada kegiatan diskusi. Sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Wulandari
Tabel 5. Analisis Aspek Respon Siswa et al. (2015) pelaksanaan kegiatan observasi
terhadap Bahan Ajar dilakukan pada saat siswa melakukan
Indikator aktivitas kerja kelompok, dengan mencatat
Skor (%) Kriteria
Respon Siswa dan mengamati proses pembelajaran yang
Bahasa 75,69 Baik berlangsung sesuai poin-poin yang telah
Materi 78,36 Baik tersedia dalam lembar observasi. Tujuannya
Ketertarikan 78,06 Baik untuk melihat jelasnya kemampuan siswa
Rata-rata 77,37 Baik dalam melakukan kerjasama didalam
kelompok yang telah ditentukan untuk
Indikator bahasa, materi dan mencapai tujuan bersama. Hasil observasi
ketertarikan termasuk dalam kategori baik. kemampuan kolaborasi disajikan pada Tabel
Indikator bahasa menunjukkan 6.
penggunaaan bahasa dalam bahan ajar
Problem Based Learning mudah dipahami, Tabel 6. Hasil Observasi Kemampuan
Kolaborasi
dengan bahasa dan huruf yang digunakan
Kelas X MIPA 4
sederhana dan mudah dibaca. Indikator
Pertemuan Pertemuan
Pada indikator materi, kebutuhan siswa
Indikator 1 71,11% 77,78%
ditunjukkan oleh penyajian materi yang
Indikator 2 86,67% 84,44%
mudah dipahami siswa. Siswa lebih mudah
Indikator 3 68,89% 73,33%
mengambil ide-ide, dan dapat Rata-rata 75,56% 78,52%
menghubungkan isi pembelajaran dengan
hal-hal yang mereka lihat dalam kehidupan Catatan:
sehari-hari sehingga dapat mengembangkan Indikator 1: Setiap anggota kelompok
kemampuan komunikasi dan kolaborasi. bekerja secara efektif dan
Dengan adanya bahan ajar berbasis PBL menghormati setiap anggota
dapat melatih siswa untuk belajar menjadi kelompoknya.
rekan kerja yang baik, meningkatkan rasa Indikator 2: Setiap anggota kelompok dapat
tanggungjawab, dan dapat menyelesaikan menyesuaikan diri dengan
masalah dengan baik (Sunardi, 2018). mudah dan saling membantu
Sesuai dengan penelitian yang sesama anggota kelompok untuk
dilakukan Sulardi et al. (2017), mencapai tujuan bersama.
pembelajaran menggunakan bahan ajar Indikator 3: Setiap anggota kelompok
berbasis PBL dapat mendorong, berbagi tugas dan mengerjakan
menginspirasi, dan membiasakan siswa tugas yang
menggunakan permasalahan atau terbiasa
menanggapi serta menyelesaikan masalah Kegiatan pembelajaran dilakukan
secara berkelompok, dengan tujuan
215
Dyah Isna Nurhayati / Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

menumbuhkan sikap kerjasama antar siswa aspek kelayakan, (3) aspek kelayakan
dalam memecahkan suatu permasalahan. kebahasaan. Tingkat kelayakan bahan ajar
Bekerja dalam kelompok sangat berada dalam kategori sangat layak sebesar
menguntungkan karena siswa dapat 83,64%. Tingkat keterbacaan bahan ajar
berinteraksi dengan siswa lainnya serta berbasis PBL kelas X SMA pada materi gerak
dapat bertukar pendapat untuk memperoleh lurus termasuk dalam kategori mudah
solusi permasalahan dalam diskusi. Selain dipahami siswa dengan skor keterbacaan
itu, siswa juga dapat membandingkan hasil sebesar 89,56%.
kerjanya dengan anggota yang lain. Penggunaan bahan ajar berbasis PBL di
Pembiasaan sikap kerjasama inilah yang dalam proses pembelajaran dapat
membawa perubahan sikap ke arah yang meningkatkan kemampuan komunikasi
lebih baik. Siswa yang belajar kelompok akan tertulis, komunikasi lisan dan kolaborasi
belajar mengingat apa yang telah dipelajari siswa. Peningkatan kemampuan komunikasi
secara lebih baik dibandingkan dengan tertulis siswa berada dalam kategori sedang
belajar sendiri. Hal ini sesuai dengan sebesar 0,44, untuk kemampuan komunikasi
pendapat Maasawet (2011) menyatakan lisan siswa berada dalam kategori baik, dan
dalam bekerjasama dapat mengembangkan kemampuan kolaborasi siswa berada dalam
tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan kriteria tinggi. Respon siswa setelah
komunikasi yang baik, meningkatkan minat, menggunakan bahan ajar berbasis PBL
percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap termasuk dalam kategori baik. Respon baik
toleransi terhadap pebedaan individu. ini ditinjau dari aspek bahasa, materi, dan
Menurut Van Leeuwen (2015) menyatakan ketertarikan siswa.
dengan cara kolaborasi atau kerja kelompok Berdasarkan hasil penelitian, saran
menyelesaikan tugas, siswa ditantang untuk yang dapat disampaikan adalah pada lembar
berbagi ide, mengekspresikan pemikiran kegiatan diskusi dalam bahan ajar
mereka, dan terlibat dalam diskusi. hendaknya lebih memberikan keterangan
yang jelas kepada siswa sehingga waktu
SIMPULAN pembelajaran lebih efektif dan tidak
digunakan untuk banyak bertanya kepada
Dari penelitian yang sudah guru. Pada penggunaan contoh
dilaksanakan dapat diambil kesimpulan permasalahan dalam bahan ajar dibuat lebih
sebagai berikut: Bahan ajar berbasis Problem riil sehingga lebih menarik perhatian siswa.
Based Learning (PBL) pada materi gerak Peningkatan kemampuan komunikasi
lurus termasuk dalam kriteria sangat layak tertulis dalam penelitian ini masih dalam
digunakan sebagai media pembelajaran kategori sedang, sehingga diperlukan
siswa. Aspek kelayakan bahan ajar berbasis penelitian lebih lanjut pada pembahasan
PBL terdiri dari: (1) aspek kelayakan isi, (2) materi yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Aji, S., Hudha, M.N., & Rismawati, A. 2017. Alamiah, U.S., & Afriansyah, E. A.
Pengembangan modul pembelajaran 2017.Perbandingan Kemampuan
fisika berbasis problem based learning Komunikasi matematis Siswa Antara
untuk meningkatkan kemampuan Yang mendapat Model pembelajaran
pemecahan masalah fisika. Science Problem Based Learning Dengan
Education Journal, 1(1): 36-51. Pendekatan Realistic Mathematics
Education Dan Open-Ended. Jurnal
216
Dyah Isna Nurhayati / Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

Pendidikan Matematika, 6(2): 207- Lestari, P. B., & Hartati, T. W. 2018.Analisis


216. Pengembangan Bahan Ajar
Mikrobiologi Berbasis Inkuiry Di IKIP
Anggraeni, D. 2013. Meningkatkan kemampuan Budi Utomo Malang. Jurnal Pendidikan
pemahaman dan komunikasi Biologi, 10(2): 1-6.
matematik siswa SMK melalui
pendekatan Kontekstual dan strategi Maasawet, E. T. 2011. Meningkatkan Kemampuan
Formulate-Share-Listen-Create Kerjasama Belajar Biologi Melalui
(FSLC). Infinity Journal, 2(1): 1-12. Penerapan Strategi Inkuiri Terbimbing
Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri VI
El-Masri,Y&Vlaardingerbroek,B.2010.Science Kota Samarinda Tahun Pelajaran
Textbook Readability in Lebanon: A 2010/2011. Jurnal Pendidikan Biologi,
Comparison Between Anglophone and 2(1).
Francophone Learning Milieux.
Mediterranean Journal of Educational Mustafa, D. A. I. 2016. Pengembangan bahan ajar
Studies, 15(1): 109-124. pembelajaran menulis cerita berbasis
pendekatan proses bagi siswa SMP.
Fatimah, F. 2012. Kemampuan Komunikasi Prosiding Seminar Nasional Inovasi
Matematis dalam Pembelajaran Pendidikan.
Statistika Elementer melalui Problem
Based-Learning. Cakrawala Nuswowati, M., Susilaningsih, E., Ramlawati, R., &
Pendidikan, (2). Kadarwati, S. (2017). Implementation
of Problem-Based Learning with Green
Jannah,W.N. 2016. Pembelajaran Kontekstual Chemistry Vision to Improve Creative
Untuk Meningkatkan Kemampuan Thinking Skill and Students’ Creative
Pemecahan Masalah (Aspek Actions. Jurnal Pendidikan IPA
Metakognitif) Dan Kemampuan Indonesia, 6(2): 221-228.
Komunikasi Matematik Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, Pratiwi, I., Yulianti, D., & Dwijananti, P. (2017).
14(1). Membangun Karakter Siswa melalui
Mode Pembelajaran Problem Based
Kemendikbud. 2017. Silabus Mata Pelajaran Instruction Berbantuan LKS
Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Berpendekatan Scientific Materi Kalor
Aliyah (SMA/MA) : Mata Pelajaran dan Perubahan Wujud. UPEJ, Unnes
Fisika. Jakarta: Kementrian Physics Education Journal, 6(2), 64-73.
Pendidikan Dan Kebudayaan.
Rokhim, A. R., Suparmi, S., & Prayitno, B. A. 2018.
Khanafiyah, S., &Yulianti, D. 2013. Model Problem Pengembangan Modul IPA Berbasis
Based Instruction Pada Perkuliahan Problem Based Learning pada Materi
Fisika Lingkungan untuk Kalor dan Perpindahan untuk
Mengembangkan Sikap Kepedulian Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika Kritis Siswa SMP Kelas VII. INKUIRI:
Indonesia, 9(1). Jurnal Pendidikan IPA, 7(1): 143-150.

Kusumam, A., Mukhidin, M., & Hasan, B. 2016. Saputra, H. 2013. Studi Tentang Kemampuan
Pengembangan Bahan Ajar Mata Berkomunikasi Guru Dalam
Pelajaran Dasar dan Pengukuran Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Listrik untuk Sekolah Menengah Pada Kegiatan Belajar Mengajar Di
Kejuruan. Jurnal Pendidikan Teknologi SDN 017 Kota Samarinda. E- Journal
dan Kejuruan, 23(1): 28-39. Ilmu Komunikasi, tahun, 1(1): 290-300.

217
Dyah Isna Nurhayati / Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

Sugito, S., Susilowati, S. M. E., Hartono, H., & International Journal of Active
Supartono, S. 2017. Enhancing Learning, 3(2).
Students’ Communication Skills
through Problem Posing and Van Leeuwen, A., Janssen, J., Erkens, G., &
Presentation. International Journal of Brekelmans, M. 2015. Teacher
Evaluation and Research in Education, regulation of cognitive activities
6(1): 17-22. during student collaboration: Effects
of learning analytics. Science Direct,
Sugiyono, E. I. 2014. Pengembangan Bahan Ajar 90: 80-94.
Menyimak Berbasis Multimedia
Interaktif Dalam Model Belajar Wahyudi, B. S., Hariyadi, S., & Hariani, S. A.
Mandiri Untuk Sekolah Menengah 2014.Pengembangan Bahan Ajr
Pertama. Jurnal Pendidikan Bahasa Berbasis Model Probelm Based
dan Sastra Indonesia, 3(2). Learning Pada Pokok Bahasan
Pencemaran Lingkungan Untuk
Sugiyono.2015. Metode Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Penelitian&Pengembangan R&D. Kelas X Di SMA Negeri
Bandung: Alfabeta. Grujuganbondowoso. Pancaran
Pendidikan, 3(3): 83-92.
Sulardi, S., Nur, M., & Widodo, W. 2017.
Pengembangan Perangkat Wulandari, B., Arifin, F., & Irmawati, D. (2015).
Pembelajaran Fisika Model Problem Peningkatan kemampuan kerjasama
Based Learning (PBL) Untuk Melatih dalam tim melalui pembelajaran
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. berbasis lesson study. Elinvo (Journal
Jurnal Penelitian Pendidikan Sains, Electronics, Informatics, and Vocational
5(1): 802-810. Education), 1(1), 9-16.

Sunardi, S., & Gunarhadi, G. (2018). The Yulianti, D. (2017). Problem-Based Learning
Implementatyion Off Problem Based Model Used to Scientific Approach
Learning Model (PBL) on Teachers and Based Worksheet for Physics to
Students Grade Five Elementary Develop Senior High School Students
Schools in Surakarta City. Characters. Journal of Physics:
Conference Series, 824(1): 09-12.

218

You might also like