REVAYARevaya
“Representing from Indonesia, Karina Putri
Wijaya!”
“Karina! Karina! Karina! Semangat!”, suara
tersebut berasal dari layar kaca yang sedang Revaya
tonton saat itu.
Mimpiku dimulai ketika aku melihat seorang
olahragawan seluncur indah di layar kaca. Olahragawan
tersebut sedang melakukan gerakan freestyle lompatan,
dengan sikap anggun di atas permukaan es. Dirinya
memakai gaun dengan bertemakan white
casual, dilengkapi dengan sepatu bot berpisau pada
bagian sol. Tentunya penampilan gadis tersebut sangat
memukau dan memanjakan para mata yang tertuju
menatapnya, sepanjang acara berlangsung. Hal tersebut
membuat diriku termotivasi untuk menjadi seorang atlet
ice skating.
Revaya Noera Putri, ialah seorang dara penyuka
hujan sesuai dengan arti namanya yaitu hujan. Selain itu,
Revaya atau bisa juga dipanggil Aya, merupakan pribadi
1yang gigih, berani, dan rajin. la setiap hari menghabiskan
waktunya untuk belajar, belajar, dan belajar. Menurutnya,
dengan belajar dapat membuat dirinya memiliki banyak
wawasan dan ilmu pengetahuan. Dan dengan belajar ia
juga dapat mengalihkan dirinya dari sendu dan persoalan
yang dimilikinya.
“Ayal Ayal Bangun!", ucap Jonathan sambil
membuka gorden kamar adik perempuannya.
“Moming", tutur Aya sebagai sambutan selamat
pagi dan ucapan terima kasih untuk kakaknya.
"Morning juga, cepet mandi sana siap-siap ke
sekolah, biar nggak telat", balas Jonathan.
Revaya dengan sigap langsung melakukan apa
yang dikatakan oleh kakaknya kepadanya. Baginya,
Jonathan ialah harta berharga yang dimilikinya.
Hubungan keduanya sangatlah akrab, bisa dibilang
mereka jarang bertengkar. Bila ada pun, mereka
langsung mencari solusi untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi di antara mereka berdua. Hal
yang pasti dalam mencari solusi dari permasalahan yang
terjadi di antara mereka berdua adalah dengan
mengkomunikasikan semua hal yang memicu
2kesalahpahaman atau kericuhan yang terjadi, sehingga
inti permasalahan yang mereka berdua miliki dapat
ditemukan solusinya untuk masalah mereka tersebut.
Komunikasi memang menjadi suatu hal yang
Penting dalam setiap hubungan baik itu hanya dalam
lingkup keluarga, pertemanan, hubungan pertemanan
yang spesial (singkatnya adalah pacar) maupun dalam
kehidupan sosial di tengah masyarakat sekitar, dan lain
sebagainya. Menurut Revaya dan Jonathan, selain
komunikasi ada satu hal lainnya lagi yang juga penting
keberadaannya yakni ego. Ego mereka ketika ada suatu
masalah, mereka memilih untuk tidak membiarkan ego
yang menang, agar jalan keluar dari masalah yang
mereka miliki dapat ditemukan. Kakak dan adik tersebut
memiliki sikap dewasa, bijaksana, dan peduli satu
dengan yang lainnya. Walau ayah dan ibunya gagal
menjadi sepasang suami istri, namun mereka berhasil
menjadi orangtua yang dapat mendidik kedua anaknya
dengan benar.“Moming sayang’, ibunya menyambut ketike
melihat kedua anaknya sedang berjalan menuruni anak
tangga.
Mereka berdua menyambutnya dengan senyuman.
Jonathan langsung menuju ke meja makan untuk
sarapan, namun tidak dengan Aya. Aya malah mendekati
Milo. Milo ialah anjing kesayangannya. Sudah dapat
ditebak bukan? Bahwa Aya bukan tipe orang yang suka
sarapan di pagi hari. Sedari kecil, ia tidak bisa atau enish
tidak mau sarapan sebelum pergi ke sekolah. Maka dari
itu, untuk menunggu kakaknya sarapan, waktunya ia
pakai untuk bermain-main sejenak dengan Milo.
“Makasih ayah", tutur Jonathan dan Revaya
sembari turun dari mobil.
"Sama-sama", balas sang ayah kepada kedua
buah hatinya itu. Ya, sang ayah masih suka mengantar
kedua anaknya untuk pergi ke sekolah meskipun tidak
terlalu sering. Ayah mereka berdua sudah tidak lagi
tinggal serumah dengan mereka, singkatnya Revaya dan
Jonathan sekarang adalah anak broken home dan
ayahnya sudah putus hubungan pemikahan dengan
ibunya, karena sudah tidak ada lagi rasa dan keinginan
5antara ibu dan ayah dari Jonathan dan Revaya untuk
dapat mempertahankan pernikahan mereka,
Sang Ayah adalah seorang pengusaha yang
sukses, ia memiliki 3 perusahaan besar diantaranya
adalah induk perusahaan yang memegang saham
terbesar dari suatu rumah sakit, bernama RS Keluarga
Sehat. Sedangkan ibunya adalah seorang dokter anak.
Banyak orang lain melihat dan menganggap, singkatnya
adalah berekspetasi bahwa kedua pasangan ini adalah
pasangan yang serasi. Namun, eskpetasi tidak sesuai
dengan realitanya. Mereka berdua menikah karena
terikat oleh perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang
tua mereka. Setelah menjalani pernikahan mereka yang
berjalan selama hampir 4 tahun yang dikaruniai 2 anak
bernama Jonathan dan Revaya. Akhirnya, mereka
sepakat untuk berpisah karena sebenarnya sudah dari
awal mereka memulai dan menjalani pernikahan mereka
tersebut, mereka tidak mempunyai rasa dan kemauan
untuk bisa memiliki antar sesama dan mempertahankan
pernikahan mereka tersebut. Hanya karena adanya janji
perjodohan itu mereka terikat dalam suatu pernikahan.Jarum jam menunjukkan pukul 15.00, itu berartl
waktunya murid Kelas 11 untuk pulang sekolah,
“Rev, kemarin aku uda diskus! sama Nabila buat
minggu nanti rencananya kita bertiga mau hangout
bareng, kamu bisa Ikut kan?", Nabila bertanya. Nabila
lalah sahabat Revaya, Sedari mereka kecil kira-kira umur
1 tahun, mereka sudah mengenal satu dengan yang
lainnya hingga sekarang mereka sudah menginjak kelas
2 SMA,
"Bisa, kapan? Terus kita mau pergi ke mana?",
Aya bertanya.
"Ke Western Town Mall aja, baru buka lho", jawab
Sheila yang baru saja datang dari kelas sebelah. Ya,
Sheila juga merupakan salah satu dari sahabat Revaya
selain Nabila| Sama seperti halnya Nabila, mereka
bertiga sudah menjalin hubungan persahabatan selama
15 tahun. Walau terhalang jurusan yang berbeda yakni,
Nabila dan Revaya di kelas 11 IPS dan Sheila kelas 11
IPA, mereka bertiga tetap berteman baik, dekat, dan
akrab.
“Eh, ya ampun, bikin kaget aja deh kamu Sheill",
seru Aya dan Nabila secara bersamaan.
7“Hehe, sengaja biar gak serius-serius amat
Ngobrolnya kita. Jadi, oke nggak nih kita ke Western
Town Mall?"
“Okei, setuju!", balas Revaya dan Nabila dengan
semangat.Tibalah hari Minggu, hari yang Nabila tunggu-
tunggu, Nabila adalah sosok yang paling bersemangat
dan riweuh kalau soal jalan. la bahkan bisa menentukan
outfitnya selama 5 jam lebih. Menurutnya outfit adalah
salah satu hal terpenting dalam hidupnya. Tetapi kalau
soal belajar, beuhhh dia akan membuat 1 juta alasan
untuk menghindari yang namanya belajar.
Revaya meminta Jonathan, kakaknya untuk
mengantarkan dirinya untuk pergi hangout bersama
teman-temannya. Jonathan Menyetujuinya, ia pun
langsung menuju ke garasi mobil. Dirinya mendapatkan
sebuah mobil bermerek Mercedes Benz sebagai kado
ulang tahun yang ke-17 dari sang ayah. Revaya setelah
selesai bersiap, ia langsung menuju ke depan pagar
tumah, dan masuk ke dalam mobil.
Sesampainya ia ke Westem Town Mall, ia turun
dari mobil sambil mengucapkan selamat tinggal dan
terima kasih kepada Jonathan. Tidak lama setelah ia
masuk ke dalam mall, Aya langsung menemui kedua
sahabatnya. Sheila dan Nabila sudah lebih dahulu
datang ke mail dan menunggu Aya di lantai 1. Kegiatan
pertama yang mereka lakukan setelah bertemu adalah
10makan. Setelah makan, mereka memasuki salah satu
toko baju untuk berbelanja.
“Makan udah, shopping juga udah, kita ngapain
lagi ya?", tanya Nabila.
"Main ice skating, yuk!", seru Sheila.
Revaya dengan spontan menyetujui ajakan Sheila.
Bermain ice skating?! Itu adalah keinginan Revaya
beberapa hari terakhir ini. Revaya menjadi sangat
bersemangat setelah mendengar ide cemerlang
sahabatnya itu. Melihat reaksi Revaya yang sangat
antusias untuk bermain ice skating, Nabila pun ikut
semangat dan menyetujui ide Sheila. Mereka bertiga pun
langsung menuju ke arena bermain ice skating di mall
tersebut. Setelah memasuki arena, ia tidak tahu
mengapa tetapi seakan dirinya sudah jago bermain ice
skating. Dirinya bahkan tidak merasa kesusahan untuk
berjalan di atas permukaan es yang licin. Kedua
temannya pula merasa terheran-heran, karena mereka
berdua sudah berkali-kali jatuh di hamparan es yang licin
nan dingin.
“Eh, kok kamu bisa langsung stabil gitu si?" Sheila
menginterogasi Revaya.
11“lya nih, dari tadi kita berdua jatuh-jatuh terus, tapi
kamu enggak, kok bisa?”, tanya Nabila.
“Ajarin aku dong, cara bisa seimbang.”
“Sheila juga maul”
“Th, ngikut-ngikut terus aja ya kamu!”
“Oh iya dong, biar nggak kalah jago sama kalian
berdua.”
“Hahaha, iya nanti ku ajarin ya teman-teman’,
Revaya menyanggupi permintaan dari kedua sahabatnya
tersebut.
“Tapi, sejujurnya aku belum Pernah main ice
skating sebelumnya’, tutur Revaya
“Eh, masa sih? Tapi beneran deh, kamu tuh udah
keliatan jago banget.”
“lya, aku setuju sama Nabilal”
“Kamu nggak ada rencana buat ambil kursus les
ice skating kah, Rev?”
“Sahabat aku yang satu ini memang pinter banget
ya. Aku setuju banget sama Sheila,”
12“Ya kan! Coba-coba aja dulu, Rev. Siapa tahu
kamu bisa jadi atlet ice skating.”
"Kalo boleh jujur, aku pengen banget jadi atlet ice
Skating”, jawab Revaya.
Kini, kedua sahabatnya mengerti mengapa
Revaya sangat bersemangat ketika diajak untuk bermain
ice skating.
"Nah, memang direstuin tuh Rev, buat jadi atlet ice
skating. Baru pertama kali main aja udah langsung jago
gitu’, sahut Nabila
"Ya kan! KBL, KBL, KBL! Keren Banget Lho!",
Sheila memuji Revaya dengan sangat ekspresif, dan hal
tersebut membuat Nabila dan Revaya_tertawa terbahak-
bahak.
13Mulai dari hari itu, setiap kali Revaya memiliki
waktu luang selain ia pergunakan untuk belajar, ia juga
pakai untuk pergi bermain ice skating sebagai latihan
sambil mencati kursus les ice Skating. Hal tersebut
dilakukannya berkali-kali. Sampai pada suatu hari, ketika
ia sedang asik belajar, ibunya mengetuk kamar miliknya.
“Tok-tok-tok", bunyi suara pintu sebagai bentuk
kesopanan terhadap pemilik kamar tersebut.
“Boleh ibu masuk, nak?"
“Boleh bu, masuk aja."
Setelah mendapat izin dari sang pemilik kamar
yakni anak perempuannya tersebut, ibunya masuk ke
dalam kamar.
“Kenapa bu?"
"Jadi gini..... belakangan ini ibu sering melihat
kamu pergi untuk latihan main ice skating. Nah, kira-kira
kamu mau nggak kalau coba pake coach aja buat
latihannya?"
Tunggu sebentar....
15“Apa? Coach? Coach ice skating? Ini aku nggak
salah denger kan? Coach ice skating? Beneran
diseriusin ini, jadinya?’, sebut Revaya berulang kali
dalam hati.
Perasaan Revaya pada hari itu campur aduk,
mulai dari rasa senang, terharu, semangat dan khawatir.
Bagaikan debur ombak yang mengaum adalah ilustrasi
yang tepat untuk menggambarkan perasaan Revaya
pada hari itu. Walaupun ada sedikit rasa khawatir, namun
bukan Revaya namanya apabila takut untuk mencoba hal
yang baru. Revaya yang merupakan anak yang ambis,
membuai dirinya berani untuk mencoba hal yang baru
untuk bisa menambah potensi dalam dirinya.
"Mau! Aku mau banget, bul", Revaya menjawab
tawaran dari ibunya dengan penuh semangat dan
senyuman yang lebar. Malam itu, Revaya dan ibunya
berbincang-bincang sampai larut malam — untuk
membahas mengenai ice skating. Serta menjadi atlet ice
skating yang merupakan mimpi Revaya. Rasanya lega
dan senang, akhimya Revaya dapat memberi tahu
kepada orang-orang terdekatnya bahwa ia memiliki
impian untuk menjadi seorang atlet olahraga ice skating.
16Juga, ia merasa senang sekali karena mendapatkan
dukungan penuh dari orang terdekat untuk meraih
mimpinya... kecuali ayahnya.
Sejak hari itu hingga 3 tahun setelahnya, Revaya
masih mendalami_ teknik-teknik dalam bermain ice
skating. Agar dirinya bisa menjadi. skater profesional
yang siap membanggakan orang-orang terdekatnya dan
negara.
“Revayal", panggil Coach Hans. Hans adalah
pelatih les ice skating privat yang waktu itu sudah
dirundingkan oleh Revaya dan ibunya. Revaya pun
menghampiri pelatihnya.
"Kamu mau ikut lomba ice skating nggak? Dari
yang sudah saya lihat mulai dari latinan hari pertama
sampai sekarang, penampilan kamu tuh udah bagus
banget!", Coach Hans memuji dan bertanya.
"Wah, boleh banget coach. Aku mau ikut!"
“Kerenn! Ini nih yang coach suka dari kamu,
orangnya berani untuk mencoba hal yang baru", puji
Coach Hans.
“Thank you, coach", tutur Revaya
WHari perlombaan sudah semakin dekat, kedua
sahabatnya, ibu, dan kakaknya banyak memberi
dukungan kepada Revaya. Setiap harinya, selain fokus
dalam sekolahnya, ia juga fokus untuk latihan bermain
ice skating, demi Memenangkan perlombaan yang akan
ia ikuti. Serta, untuk tidak Mmempermalukan dirinya
di ajang perlombaan olahraga yang bergengsi ini.
“Semangat Rev, kamu pasti bisa!”, suara hatinya
menyemangati dirinya sendiri.
Selain melatih dirinya sendiri untuk
Menyempurnakan gerakan-gerakan yang akan ia
tampilkan, ia juga melatih kepercayaan diri, agar tidak
terlinat gugup pada saat ia tampil nanti. Karena dalam
perlombaan ice skating, penilaian dibagi menjadi 2 aspek
yaitu TES (Technical Element Score) dan PCS (Program
Components Score). Pada TES yang dinilai adalah
teknik skater dalam menampilkan penampilannya yang
berupa iompatan, putaran, dan kerumitan gerak kaki.
Pada PCS yang dinilai adalah aspek penampilan seni
atlet/skater secara keseluruhan. Contohnya seperti,
ekspresi skater, penjiwaan terhadap musik, dan
sebagainya.
19Satu bulan kemudian...
Tibalah Saatnya, Revaya akan menampilkan
kemampuannya dan @pa yang telah dirinya persiapkan
selama 2 bulan penuh dan juga untuk bertanding dengan
peserta lomba ice Skating lainnya.
“Calling our next Skater, Revaya Noera Putril”
Revaya memasuki arena kompetisi. la melihat
kakaknya duduk di kursi penonton. Ya, hanya Jonathan.
Ibunya tidak dapat hadir dikarenakan ada urusan yang
mendadak. Teman-temannya juga tidak dapat hadir kali
ini karena mereka harus Menghadiri rapat OSIS yang
digeiar pada hari yang sama dan jam yang sama di saat
Revaya juga akan berkompetisi. Revaya memaklumi
teman-temannya dan juga ibunya. Walaupun_ ibunya
selalu memberikan dukungan bagi Revaya, namun sisi
menyebalkan dari ibunya yang selalu tidak bisa hadir di
acara/kegiatan yang penting bagi Revaya, membuat
dirinya kesal dan (sedikit) sedih akan sikap ibunya itu.
Hal itu memang sebenarnya bukan lagi menjadi hal
Pertama yang terjadi dan dirasakan oleh Revaya,
memang menyakitkan namun Revaya sudah terbiasa
2dengan hal tersebut,
Entah harus berapa kali lagi
memakluminya,
Pada akhirnya, Waktu mampu membiasakan
segalanya.
Revaya menyelesaikan penampilannya dengan
sangat baik. Respon dari Juri juga sangat positif dan
membangun. Tibalah Pengumuman pemenang. Disaat
yang lain berharap semoga mereka dapat membawa
pulang medali emas, Revaya hanyalah berharap bahwa
ia dapat pulang membawa medali perunggu. Namun,
siapa sangka Revaya bahkan tidak mendapat medali
apapun. Penampilannya yang sudah masuk ke kategori
sangat baik, tidak cukup untuk membawa salah satu
medali yang ada. Revaya sangat kecewa pada dirinya
sendiri. la pulang dengan tangan kosong dan luka di hati,
Selama di perjalanan pulang, Jonathan berkali-kali
menghibur Revaya bahwa tidak apa tidak membawa
pulang medali. Medali bukanlah harga mati. Dalam
sedihnya, Revaya sangat kecewa terhadap dirinya
sendiri. la telah gagal.
“Gapapa Aya, you already did your best, jangan
sedih”, hibur Jonathan.
22Tidak ji
lak ada jawaban dari Revaya, dirinya terlarut
dalam kekecewaan dan kesedihan,
Saat tiba di rumahnya, Revaya melihat mobil milik
ayahnya di depan pagar fumahnya. Kini, dia hanya harus
mempersiapkan pertahanan mental yang kuat untuk bisa
menghadapi ayahnya itu, karena hal itu pasti akan terjadi
kembali.
Throwback...
“Dasar anak tidak berguna! Masa cuman dapet
nilai segini, sih?”, sang ayah bangkit amarahnya setelah
melihat hasil ujian Revaya.
“Kalau seperti ini terus, gimana kamu mau bisa
dapet peringkat 1 di kelas? Liat tuh anak Pak Dodo,
sangat membanggakan sekali dia.”
“Gimana sih, kamu ini? Lomba kalah terus, ujian
jelek terus, memang gak ada harapan ya kamu ini,
Sang ayah selalu menuntut kesempumaan dari
anaknya. Sebagai contohnya, ja menuntut_nilai
gus bahkan sempuma, agar Revaya dan
bisa mendapatkan peringkat pertama di kelas
23occoeremmennn
mereka berdua,
oksistensi dari eh Ayah sangat mementingkan
i" publik dan keberhasilan, buk
in, bukan
lengenai_kese,
ari kedi
dari Wa anaknya tersepyt Selain Revaya dan
Jonathan yang menjadi korban dari
ibunya juga dituntut untuk bisa me:
yan
keinginan naifnya itu,
jadi sempuma. Inilah
1g membuat kedua orang tua Revaya dan Jonathan
pisah rumah. Sebab ibunya sudah tidak tahan dengan
sikap ayahnya yang selalu menuntut kesempumaan dari
dirinya. Manusia bukanlah makhluk hidup yang
sempurna, agar dari ketidaksempurnaannya itu
manusia mau terus belajar dan rendah hatinya bukan
dirinya.
“Kalah lagi ya?”, itulah kalimat pertama yang
diucapkan oleh ayahnya sesaat Revaya membuka pintu
rumah.
“Makanya, gimana mau ayah support kalau
kamunya aja kalah terus lombanya!”
Revaya tidak menghiraukan perkataan ayahnya
tersebut. la langsung naik ke lantai 2 dan masuk ke
dalam kamarnya.
24Benarlah a
segue Pa yang terjadi Pada malam itu, sesuai
Pa yang Revaya Pikirkan
Dirinya kembali benar-benar terjadi.
di i
memang bukan h Marahi oleh ayahnya, Sekali lagi
erin: al pertama yang terjadi pada hidupnya,
‘ap merasa sedih dan kecewa karena berkali-
Hi fi :
kali lipatnya rasa sakit yang harus dihadapi oleh dirinya
sendiri.
Sometimes home doesn't feel like home.
Kisah sedih yang terjadi berulang kali, akan
berkali-kali lipat pula rasa sakit dan sedih yang harus
dihadapi.
Disinilah Revaya berada. Di kamarnya, tempat
yang nyaman untuk dirinya dapat jujur dengan
perasaannya sendiri dan mengeluarkan segala emosi
dalam bentuk air mata. Suara menggelegar disertai
dengan rintik hujan terdengar di luar jendela. Nabastala
serasa mengerti apa yang Revaya rasakan. Bagaikan
awan yang berwarna gelap karena menjadi lebih tebal
banyaknya tetesan air yang
dan padat akibat
rsebut akan turun membasahi
ditampungnya. Lalu, air tel
bumi, Hal tersebut memiliki kesamaan terhadap apa
yang terjadi pada diri Revaya. la harus membangun
25tembOK Y@Ng KOKOh yakni gen
yum yang ceria untuk
menutup! Kesedihannya qj depan banyak orang dan
menangis dalam kesepian,
Luka dalam diri seorang anak yang disebabkan
oleh keluarganya sendirj akan menjadi luka dan
trauma, dan akan tetap ada sampai kapanpun seiring
berjalannya waktu, tidak bisa terobati,
2627y
setelah menghabiskan berjam-jam menangis.
prinya mencoba untuk bangkit dalam kesedihannya.
peroaya bahwa dengan semangat untuk bangkit,
giany? pasti akan bisa meraih apa yang ia mimpikan.
ia ug pelajar bahwa tidak apa untuk kalah, tidak apa
untuk gagal. Kalah itu adalah suatu hal yang wajar,
just dengan adanya kekalahan kita dapat
venta letak kekurangan kita dan mengubah diri
gita untuk bisa menjadi lebih baik lagi. la pun ingin
segera memberi tahu Coach Hans yakni_pelatihnya,
untuk mendaftarkan dirinya kembali ke dalam suatu
baan ice skating. la mau membuktikan bahwa
perlom!
dirinya mampu dan berkompeten. la juga akan
membuktikan bahwa dalam dirinya ada harapan, ada
masa depan yang cerah di masa yang akan
mendatang.
Keesokan harinya, setelah kejadian itu, Revaya
datang ke tempat kursus les ice skatingnya, dan
menghampiri Coach Hans.
“Coach Hans!”
“Ya, ada apa Revaya?”
28“coach, boleh tolong infoin fone
a-|
, lomba ji
ating lainnya ke aku? Aku may ra a ice
lomba lagi
goalnya-
“wih, mantap. Oke deh, Nanti coach cob:
a
vten ¥2 lomba yang cocok untuk kamu. Semangat
ya latinannya Revaya, pasti bisa!”
“Thank you, coach.”
At your lowest point, you may feel hopeless
and desperate. But remember, a true winner will try
hundreds of times to win and learn from their
mistakes.
tee
Kini, kedua orangtuanya, teman-temannya, dan
tentunya kakaknya datang untuk melihat Revaya
berkompetisi.
“Mari kita sambut, our next skater, Revaya Noera
Putri!”
Revaya muncul diiringi dengan intro lagu berjudul
“Slay The Same" milik Joey Mycintyre, ke hadapan para
Penonton dan juri. Revaya memilih lagu tersebut bukan
29tanpa alasan, Lirlk dari lagu tersebut_memiliki_ makna
yang dalam dan seperti menggambarkan_ situasi_ dan
kKondisi dari dirinya sendiri,
Sepanjang —penampilannya, Revaya _mampu
Menampilkan gorakan-gerakan dengan sangat baik dan
teknik yang sesuai, la belajar dari masukan yang
diberikan oleh coach Hans dan kesalahan yang ia
lakukan pada perlombaan sebelumnya.
Setelah Revaya tampil, kedua sahabatnya_ itu
menghampiri Revaya di luar rink ico skating.
“Wow! Keren banget kamu Rev! Bener-bener udah
kayak atlet profesional banget ini, mah", Sheila memuji
Revaya.
“Aku merasakan hawa-hawa kemenangan ini”,
tambah Nabila.
“Amin, semoga beneran menang, aku engga
banyak berharap si. Terima kasih banyak ya, teman-
teman atas dukungannya”, Revaya memeluk teman-
temannya yang sudah datang.
Tibalah waktunya = untuk = mengumumkan
pemenang lomba ice skating tersebut.
30‘Dan, juara pertama dirajp oleh
‘Selamat kepada Revaya Noora uth, de
i, dengan
Fe yolehan skor tertinggi yakni 85,45)"
Revaya terkejut mendengar Namanya dipanggil
menjadi juara pertama. Dirinya berhasil. Revaya berhasil
nembawa pulang medali emas. la berhasil bangkit dan
meraih mimpinya dalam dunia olahraga ice skating.
31Teman-
. man-temannya, keluarganya, dan coach Hans
e a
" nghampiri Revaya dan memberikan ucapan selamat
jan memeluk Revaya atas keberhasilannya yang telah ia
raih.
“Wohooo! Congrats yaa, Rev! Bangga banget!”,
ucap Sheila dengan bangga terhadap Revaya.
“Tuh kan, bener kan perasaan aku, kamu beneran
menang! Hebat juga aku, bisa baca masa depan”, Nabila
ikut_ memamerkan kemampuannya yang baru pertama
kali, akhirnya benar dan nyata dengan yang ia ucapkan,
setelah berkali-kali gagal “membaca masa depan”.
asa depan’, Sheila
“lya deh, si paling bisa baca mi
dah lelah dengan
menyetujui ucapan Nabila karena su
tingkah laku sahabatnya itu.
banyak, teman-teman atas doanya
“Terima kasin
da kalian, aku
a! Mungkin kalau engga a!
dan dukunganny:
ucap Revaya sambil
juga ga bisa ada di posisi ini’,
memeluk teman-temannya.
32slamat ya
ibunya itu me ya, Nak! Ibu bangga sama kamu’, suara
i embuat Revaya menengok mengarah ke
tempat ibunya berdiri, menunggu agar Revaya
menyambut sahabat-sahabatnya terlebih dahulu.
“Terima kasih banyak, ibu.”
“Maafin ibu ya, Rev. Ibu sering sibuk dengan
yrusan ibu sendiri, sampai ibu tidak pernah datang buat
support kamu setiap kali kamu lomba.”
“Gapapa bu, aku paham bu’, Revaya memeluk
ibunya. Dirinya ingin menangis, karena terharu akan
perkataan ibunya itu. Namun, ia tal
di depan keluarganya itu.
k! Jangan lupa ajak kal
nathan dengan bercanda untuk
han, agar terlihat kuat
“Congrats de kak makan-
makan’, ucaP Joi
mencairkan suasana
a kakak yang N
yang sedih.
Harusny gerayain aku dong”, balas
“Hal
Revaya.
34“Maunya kamu itu, mah!”
“Ehm’, ayahnya berdeham sebagai kode ingin
juga memberikan selamat kepada putrinya itu.
“Selamat ya, Revayal”
“lya, makasih ya ayah,”
Revaya kira, ayahnya hanya akan mengucapkan
selamat saja yang mungkin juga ucapan tersebut
diucapkannya dengan tidak tulus. Tetapi, tak disangka
kata-kata ini keluar dari mulut ayahnya.
“Ayah juga mau minta maaf, Rev. Maafin ayah
yang selalu menuntut hasil yang sempurna dari kamu.
Mulai hari ini dan seterusnya ayah akan menerima
apapun hasilnya dari kamu, kakakmu, dan ibumu.”
la salah. Ayahnya datang untuk meminta maaf
kepadanya dan kepada kakaknya serta ibunya.
Revaya tidak lagi sanggup menahan air matanya
yang sudah ia coba tahan dari tadi. la merasa sangat
bahagia dan menjadi terharu karena ayahnya meminta
maaf kepadanya dan berjanji akan berubah. la sadar
selain berhasil meraih mimpinya, ia juga berhasil
35,embuat avahnya tersadar bahwa tidak h
i jar
yemnasi dalam mengakhiri suatu hal Kar Us. selalu
- Karena dengan
yekalahan, Kita dapat belajar menggant
I
fa k
tersebut menjadi kata berhasil, ||
la menangis bahagia dalam pelukan hangat yang
diberikan oleh keluarganya itu.
Kini ayahnya tidak lagi meremehkan kemampuan
Revaya, pola pikimya sudah terbuka, ia lebih menghargai
usaha yang telah dilakukan oleh kedua anaknya tersebut.
Ayah dan ibunya memang tetap tidak bersama setelah
kejadian itu. Namun, yang terpenting adalah Revaya
dapat membuktikan bahwa dirinya bisa membuat kedua
orang tuanya dan orang-orang terdekatnya bangga, dan
juga mampu mengubah pandangan dari ayahnya itu.
36