You are on page 1of 15

MAKALAH

PENGERTIAN OBYEK PENDIDIKAN ANAK DIDIK/MURID


Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah TAFSIR TARBAWI
Dosen Pengampu: Arif Budi Setiawan S.T

Disusun oleh :
KELOMPOK 4
Alya Suro
Badriyah Munawaroh
Siti Sopiyah
Iltsa Sofhiyatul Latifah
Syifa Uswatun
Ilma Muhamad Faqih

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM TASIKMALAYA
TASIKMALAYA-JAWA BARAT
TAHUN 2023
Jl. Nonoeng Tinasaputra No.16, Dusun Kahuripan Kecamatan Tawang Kabupaten
Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat 46115
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas makalah Tafsir Tarbawi. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Tafsir Tarbawi.

Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas
ini, dan salah satunya ada dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yaitu Pak Arif Budi
Setiawan S.T dan juga kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam membantu
menyelesaikan tugas makalah ini.

Terakhir penulis berharap makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan
pengetahuan bagi semua pembaca. Penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam
makalah ini, Penulis sangat mengharapkan tanggapan, kritik, dan saran dari pembaca.

Taikmalaya, 21 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................
BAB I.............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................................................3
A. Pengertian Objek Pendidikan.........................................................................................................3
B. Objek Pendidikan dalam Al-Qur’an Surah At-tahrim Ayat 6....................................................4
C. Objek Pendidikan dalam Al-Qur’an Surah Al-Syu’ara Ayat 214..............................................6
D. Objek Pendidikan dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah Ayat 122..............................................7
E. Objek Pendidikan dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa Ayat 170...................................................9
BAB III........................................................................................................................................................11
PENUTUP...................................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................................................12
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an diyakini oleh umat islam sebagai kalamullah (firman Allah) yang mutlak
benar, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran serta petunjuk tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti. Ajaran dan petunjuk
Al-Qur’an tersebut berkaitan dengan berbagai konsep yang amat dibutuhkan oleh umat manusia
dalam mengarungi kehidupannya di dunia dan di akhirat kelak nantinya.

Al-Qur’an berbicara tentang berbagai hal, seperti aqidah, ibadah, mu’amalah berbicara
pula tentang pendidikan. Namun demikian, Al-Qur’an bukanlah kitab suci yang siap pakai,
dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan Al-Qur’an tersebut tidak langsung dapat
dihubungkan dengan berbagai masalah tersebut. Ajaran Al-Qur’an tampil dalam sifatnya yang
global, ringkas dan general. Untuk dapat memahami ajaran Al-Qur’an tentang berbagai masalah
tersebut mau atau tidak mau seseorang harus melewati jalur tafsir sebagaimana telah dilakukan
para ulama.

Berbicara tentang masalah pendidikan, tentunya tidak lepas dari ilmu pengetahuan,
adanya tujuan pendidikan, subjek pendidikan, metode pengajaran, dan tentunya terdapat objek
pendidikan pula. Didalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan masalah-masalah
pendidikan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, pada makalah ini akan dibahas tentang objek
pendidikan berdasarkan Al-Qur’an yang terkandung dalam QS. At-Tahrim ayat 6, QS. At-
Taubah ayat 122 dan QS. An-Nisa’ ayat 170.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini ialah:

1. Apa Pengerti Objek Pendidikan?


2. Apa Objek Pendidikan di dalam Qs. At-Tahrim Ayat 6?
3. Apa Objek Pendidikan dalam Qs. Al-Syu’ara Ayat 214?
4. Apa Objek Pendidikan di dalam Qs. At-Taubah Ayat 122?
5. Apa Objek Pendidikan di dalam Q.s An-Nisa Ayat 170?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan:

1. Untuk mengetahui pengertian Objek Pendidikan


2. Untuk mengetahui Objek Pendidikan dalam Qs. At-Tahrim Ayat 6
3. Untuk mengetahui Objek Pendidikan dalam Qs. Al-Syu’ara Ayat 214
4. Untuk mengetahui Objek Pendidikan dalam Qs. At-Taubah Ayat 122
5. Untuk mengetahui Objek Pendidikan dalam Qs. An-Nisa Ayat 170

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Objek Pendidikan
Objek adalah hal perkara atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Pendidikan
dalam bahasa Inggris berarti education. Kata (education) berasal dari bahasa Latin, yaitu ducare,
yang berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin”. Dengan menambahkan e, berarti
“keluar”. Maka, dasar kata pendidikan berarti “menuntun, mengarahkan dan memimpin keluar.
Dalam buku Tim Pengembangan Pendidikan FIP-UPI, melihat pengertian pendidikan dari
bahasa Yunani, yaitu Paedagogi, terdiri dari dua kata “paid” artinya anak dan “agogos” yang
artinya membimbing. Sehingga pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak
(the art and science of teaching children)”1
Menurut John Dewey “Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental,
secara intelektual dan fundamental ke arah alam sesama manusia” Frederick J. Mc Donald
berpendapat bahwa “Pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah
tabiat”. Tokoh pendidikan lain yang juga sangat berpengaruh di dunia pendidikan nasional
adalah Ki Hajar Dewantara (1889 – 1959), mengatakan bahwa “Pendidikan adalah segala daya
upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup yaitu hidup danmenghidupkan anak yang selaras dengan alam
dan masyarakatnya”.2

Pengertian objek pendidikan terbagi dua bagian, yaitu objek dan pendidikan. Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) bahwa pengertian objek adalah hal, perkara, atau orang
yang menjadi pokok pembicaraan, sasaran.3 Kemudian pengertian pendidikan dikutip dari
GBHN tahun 1973 disebutkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung
seumur hidup.

Jadi, objek pendidikan adalah murid atau orang yang menerima dan menjalani proses
pendidikan yang dilangsungkan oleh subjek pendidikan atau pun yang dialami langsung oleh
objek melalui pengalaman sehari-hari dan relasi objek dengan subjek dan objek lain serta relasi
dengan alam (lingkungan).4

1
Tim Pengembangan Ilmu Pendiidkan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan 1, (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama
(IMTAM), 2007).
2
Mohammad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional, Bandung: Imperial Bhakti Utama), hlm 130
3
Purwardaminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007).
4
Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), cet. Ke-2, hlm. 33-35.

3
B. Objek Pendidikan dalam Al-Quran Surah At-tahrim Ayat 6

‫ٌ۬ظ‬
‫َيٰٓـَأُّيَہا ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُقٓو ْا َأنُفَس ُك ۡم َو َأۡه ِليُك ۡم َناً۬ر ا َو ُقوُدَها ٱلَّناُس َو ٱۡل ِحَج اَر ُة َع َلۡي َہا َم َلٰٓـِٕٮَك ٌة ِغ اَل ِش َداٌ۬د اَّل َيۡع ُصوَن ٱَهَّلل َم ٓا‬
‫َأَم َر ُهۡم َو َيۡف َع ُلوَن َم ا ُيۡؤ َم ُروَن‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahannya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan
keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Tafsir Qs. At-Tahrim Ayat 6 yaitu:

 Tafsir Ibnu Katsir

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka,” yaitu kamu perintahkan dirimu dan keluarganya yang terdiri dari
istri, anak, saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki-laki untuk taat kepada Allah.
Dan, kamu larang dirimu beserta semua orang yang berada dibawah tanggung jawabmu untuk
tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah. Kamu ajari dan didik mereka serta pimpin
mereka dengan perintah Allah. Kamu perintahkan mereka untuk melaksanakannya dan
kamu bantu mereka dalam merealisasikannya. Bila kamu melihat ada yang berbuat maksiat
kepada Allah maka cegah dan larang mereka. Ini merupakan kewajiban setiap muslim,
yaitu mengajarkan kepada orang yang berada dibawah tanggung jawabnya segala yang
telah diwajibkan dan dilarang oleh Allah SWT kepada mereka.5

 Tafsir Misbah

Dalam suasana peristiwa yang terjadi di rumah tangga Nabi. sebagaimana diuraikan oleh
ayat-ayat sebelumnya, ayat di atas memberikan petunjuk kepada orang-orang percaya bahwa:
Hai orang yang beriman, jaga dirimu di antara yang lain dengan meniru Nabi. dan jagalah
keluargamu yaitu istri, anak-anak dan semua yang berada di bawah tanggung jawabmu dengan
membimbing dan mendidik mereka sehingga kamu semua terhindar dari api neraka yang bahan

5
Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani, 1999), Jilid 4, hlm, 751

4
bakarnya adalah manusia kafir dan juga batu-batu di antara yang lainnya yang dijadikan berhala .
Dialah yang berurusan dengan neraka dan ditugasi menyiksa para penghuni malaikat-malaikat
keji dan tindakan-tindakan mereka, yang diperlakukan dengan ketat dalam melaksanakan tugas
penyiksaan, yang tidak menaati Allah tentang apa yang telah Dia perintahkan kepada mereka
sehingga Hukuman mereka Jatuhkan - bahkan jika mereka kasar - tidak kurang atau kurang dari
apa yang diperintahkan Tuhan, sesuai dengan dosa dan kesalahan penghuni neraka dan mereka
juga selalu dan dari waktu ke waktu bekerja dengan mudah apa yang Tuhan perintahkan kepada
mereka. Dalam penyiksaan, para malaikat selalu berkata: Wahai orang-orang tidak percaya yang
menolak untuk mengakui bimbingan Allah dan Rasul-Nya, jangan meminta demi meminta dalih
untuk memperbaiki kesalahan dan penyiksaan Anda hari ini. Karena sudah tidak ada waktu lagi
untuk meminta maaf atau pertengkaran, ini adalah saat jatuhnya sanksi, memang Anda saat ini
hanya dihargai sesuai dengan apa yang Anda dulu ketika Anda hidup di dunia selalu lakukan.
Ayat 6 di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus dimulai dari rumah. Ayat-
ayat di atas adalah redaksional pada pria (ayah), tetapi itu tidak hanya berarti bagi mereka. Ayat
ini berhubungan dengan wanita dan pria (ayah dan ibu) sebagai ayat yang sama (seperti mereka
yang memesan puasa) yang juga dimaksudkan untuk pria dan wanita. Ini berarti kedua orang tua
bertanggung jawab atas anak-anak dan pasangannya masingmasing karena masing-masing
bertanggung jawab atas perilaku mereka. Ayah atau ibu saja tidak cukup untuk menciptakan
rumah tangga yang ditutupi oleh nilai-nilai agama dan dibayangi oleh hubungan yang harmonis.
Malaikat yang dituduh ‫غالظ‬kasar tidak kasar dari sifat fisik mereka seperti dalam beberapa 20
interpretasi, karena malaikat adalah makhluk halus yang diciptakan dari cahaya. Atas dasar ini,
kata harus dipahami dengan cara kasar dari pidatonya. Mereka telah menciptakan Tuhan yang
khusus untuk menghadapi neraka. "Hati" mereka tidak tidak wajar atau tersentuh oleh erangan,
tangisan atau belas kasih, mereka diciptakan oleh Allah dengan sifat sadis, dan itu mereka ‫شداد‬
syidad / keras, makhluk yang keras hati dan kerja keras.6

Dalam ayat ini yang merupakan objek pendidikan di dalam keluarga yaitu: Keluarga
‫ َأنُفَس ُك ۡم‬Dirimu sendiri dan

‫ َو َأۡه ِليُك ۡم‬Keluargamu yaitu: suami, istri, kakek, nenek, anak, saudara, kerabat, sahaya wanita
dan sahaya laki-laki.

6
Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, 14:178

5
Dalam ayat ini juga menyebutkan etika pembelajaran yaitu dalam usaha menyelamatkan
keluarga dari api neraka hendaknya dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Artinya setiap orang
tua dituntut untuk memberikan contoh dan teladan yang baik kepada anaknya. Karena anak
selalu dan akan meniru apa yang diperbuat oleh orang tuanya.

Keluarga yaitu istri, anak, saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki-laki
merupakan tanggung jawab yang wajib memperoleh pendidikan yang membawa mereka
kejalan yang diperintahkan oleh Allah SWT. Kemudian etika pendidikan tersebut adalah
bahwa anggota keluarga harus taat apa yang diperintahkan pemimpin keluarga dalam
mendidiknya.

C. Objek Pendidikan dalam Al-Qur’an Surah Al-Syu’ara Ayat 214


‫َو َأنِذ ۡر َع ِش يَر َتَك ٱَأۡلۡق َر ِبيَن‬

Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Al-Syu’ara:
214).

Tafsir Qs. Al-Syu’ara ayat 214 yaitu:

Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad s.a.w. untuk memberi peringatan
kepada kaum kerabatnya yang terdekat dan agar bergaul dengan orang-orang mukmin dengan
lemah lembut. Imam Bukhari dan Imam Muslim menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas
r.a., bahwa ketika Allah menurunkan ayat di atas, Nabi s.a.w. naik ke bukit Shafa lalu berseru,
“Wahai orang-orang, sudah pagi.” Lalu orang-orang berkumpul kepadanya, ada yang datang
sendiri dan ada yang mengutus utusannya. Kemudian Rasulullah s.a.w. berpidato, “Wahai Bani
Abdul Muththalib, wahai Bani Fihr, wahai Bani Lu’ay, apa pendapat kalian jika aku
memberitahu kalian bahwa di kaki bukit ini ada seekor kuda yang hendak menyerang kalian,
apakah kalian mempercayai aku?” Mereka menjawab, “Ya, kami mempercayai anda.” Beliau
bersabda, “Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan azab yang sangat keras.” Abu Lahab
berkata, “Celakalah kamu untuk selama-lamanya! Apakah hanya untuk ini kamu memanggil
kami?”7 Maka Allah ta’ala menurunkan surat Al-Lahab, di antaranya sebagai berikut: “Binasalah
kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.” (QS. Al-Lahab: 1) Menurut Al-
7
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Kairo: Syirkah Maktabah Mathba’ah Mushthafa Al-Baby Al-
Halaby wa auladuhu bi Mishra, 1966), juz 19, hlm, 109.

6
Maraghi, pemberian peringatan dalam surat Asy-Syu’ara’: 214 di atas, sifatnya adalah pemberian
peringatan secara khusus, dan ini merupakan bagian dari peringatan yang bersifat umum, yang
untuk itulah Rasulullah s.a.w. diutus. Sebagaimana firman Allah SWT.

“Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan
Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada
(penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya....” (QS. Al-
An’am: 92).

Al-Maraghi juga menambahkan, bahwa kedekatan nasab atau keturunan tidak memberi
manfaat sama sekali seandainya jalan keimanan yang ditempuh berbeda. Dalam kisah ayat di
atas terdapat dalil pembolehan interaksi antara mukmin dan kafir, serta memberinya petunjuk
dan nasihat.

Dalam ayat ini yang merupakan objek pendidikan adalah: Kerabat Dekat

Kerabat dekat merupakan objek pendidikan karena ia adalah orang terdekat setelah keluarga.

D. Objek Pendidikan dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah Ayat 122


‌ۚ
‫َو َم ا َك اَن ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُنوَن ِلَينِفُروْا َڪ ٓاَّفً۬ة َفَلۡو اَل َنَفَر ِم ن ُك ِّل ِفۡر َقٍ۬ة ِّم ۡن ُہۡم َطٓإِٮَفٌ۬ة ِّلَيَتَفَّقُهوْا ِفى ٱلِّديِن َو ِلُينِذ ُروْا َقۡو َم ُهۡم ِإَذ ا‬
‫َر َج ُع ٓو ْا ِإَلۡي ِہۡم َلَع َّلُهۡم َيۡح َذ ُروَن‬

Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang).
Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya jika mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya”. (QS. At-
Taubah: 122)

Tafsir Qs. At-Taubah ayat 122 yaitu:

Ayat ini merupakan penjelasan dari Allah SWT bagi berbagai golongan penduduk Arab
yang hendak berangkat bersama Rasulullah SAW. Kemedan perang Tabuk. Sesungguhnya ada
segolongan ulama salaf yang berpendapat bahwa setiap muslim wajib berangkat untuk
berperang, apabila Rasulullah pun berangkat. oleh karena itu, Allah SWT berfirman: “maka
pergilah kamu semua dengan ringan maupun berat” (At- Taubah:41). Surat AT-Taubah telah

7
dinaskh oleh firman Allah,”tidak sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab
Badui yang berdiam di sekitar mereka tidak turut menyertai Rasulullah” (At-Taubah:120).
Pendapat lain mengatakan: semua golongan dari penduduk Arab yang muslim wajib berangkat
perang. Kemudian dari sekian golongan itu harus ada orang-orang yang meyertai Rasulullah
saw. Guna memahami agama lewat wahyu yang diturunkan kepadanya, kemudian mereka
mendapat memperingatkan kaumnya apabila mereka telah kembali, yaitu ihwal peroalan musuh.
Jadi, dalam pasukan itu ada dua kelompok: kelompok yang berjihad dan kelompok yang
memperdalam agama melalui Rasulullah. Sehubungan dengan ayat ini, al-Aufi meriwayatkan
dari Ibnu Abba, dia berkata: dari setiap penduduk Arab ada sekelompok orang yang menemui
Nabi SAW. Mereka menanyakan kepada beliau berbagai persoalan agama yang mereka
kehendaki dan mendalaminya. Mereka berkata: “wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan
kepada kami yang harus kami lakukan dan beritahukan kepada keluarga kami bila kami
kembali yang harus kami lakukan dan beritahukan kepada keluarga kami bila kami kembali?”
Ibnu Abbas berkata: maka Nabi menyuruh mereka menaati Allah, menaati Rasulullah,
menyampaikan berita kepada kaumnya ihwal kewajiban mendirikan shalat, dan Zakat. Jika
golongan ini telah sampai kepada kaumnya, mereka berkata:”barang siapa yang masuk Islam,
maka dia termasuk kelompok kami.” Mereka member peringatan sehingga ada seseorang yang
berpisah dengan ayah dan ibunya. Nabi saw memberitahukan kepada setiap delegasi agar
memperingatkan kaumnya jika mereka telah kembali ke kampung hal nya: memperingatkan
dengan neraka dan menggembirakan dengan sirga.8

Dalam ayat ini yang merupakan objek pendidikan di dalam yaitu: Masyarakat (Bangsa)

‫ ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُنوَن ِلَينِفُروا‬Orang-orang mukmin yang pergi kemedan perang.

‫ ِّلَيَتَفَّقُهوْا ِفى ٱلِّديِن‬Memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.


Yang merupakan objek pendidikan dalam ayat tersebut yaitu ada dua golongan yang
pertama adalah kaum muslimin yang beriman yang pergi kemedan perang dan yang kedua
adalah golongan kaum muslimin yang beriman yang memperdalam pengetahuan tentang agama.
Etika pembelajaran yaitu Yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. Upaya mencari
ilmu pengetahuan merupakan tugas atau kewajiban bagi setiap muslim, laki-laki maupun
perempuan. Menurut Nabi tinta para pelajar setara dengan darah para syuhada di hari
8
Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. (Jakarta: Gema Insani, 1999), Jilid 2. hlm, 684

8
pembalasan nanti. Dengan demikian, para actor dalam proses belajar mengajar, yaitu guru dan
murid, di pandang sebagai ”orang-orang yang terpilih” dalam masyarakat dan telah termotivasi
secara kuat oleh agama untuk mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan mereka.

E. Objek Pendidikan dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa Ayat 170


‌ۚ ‫َيٰٓـَأُّيَہا ٱلَّناُس َقۡد َج ٓاَء ُك ُم ٱلَّرُسوُل ِبٱۡل َح ِّق ِم ن َّرِّبُك ۡم َفَٔـاِم ُنوْا َخ ۡي ً۬ر ا َّلُك ۡمۚ‌ َو ِإن َتۡك ُفُروْا َفِإَّن ِهَّلِل َم ا ِفى ٱلَّس َم ٰـ َو ٲِت َو ٱَأۡلۡر‬
‫ِض‬
‫َو َك اَن ٱُهَّلل َع ِليًم ا َح ِكيً۬م ا‬

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, telah datang Rasul (Muhammad) kepadamu dengan
(membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah (kepada-Nya), itu lebih baik
bagimu. Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena
sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui,
Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 170)

Tafsir Qs. An-Nisa’ ayat 170 yaitu:

Allah SWT berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul
dengan membawa kebenaran dari Tuhanmu. Berimanlah, maka hal itu lebih baik bagimu. “yakni.
Sesungguhnya telah datang kepadamu Muhammad SAW. Membawa petunjuk dan agama yang
hak dari Allah SWT. Maka berimanlah kamu kepada apa yang dibawanya kepadamu dan
ikutilah dia, maka hal itu lebih baik bagimu. Kemudian Allah Ta’ala berfirman, “ dan jika kamu
kafir, maka sesungguhya kepunyaan Allahlah apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi.”
Maksudnya, dia tidak membutuhkan dan keimanannya serta dia pun tidak menjadi mudarat
karena kekafiranmu. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “dan Musa berkata”, “jika kamu
dan orang-orang yang ada dimuka bumi semuanya kafir, maka sesungguhnya Allah Maha
kaya lagi Maha Terpuji. ”Dari sana, Allah berfirman:”adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana” siapa diantara kamu yang berhak mendapat hidayah lalu ditunjukan-Nya dan siapa
diantara kamu yang berhak mendapat hidayah lalu ditunjukkan-Nya dan siapa yang berhak
mendapat kesesatan lalu disesatkan-Nya. “lagi mahabijaksana” dalam perbuatan, perkataan,
syariat, dan ketetapan-Nya.9

Dalam ayat ini yang merupakan objek pendidikan di dalam yaitu:

9
Muhammad Nasib Ar-Rifai’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. (Jakarta: Gema Insani, 1999), Jilid 1. hlm, 856

9
‫ َيٰٓـَأُّيَہا ٱلَّناُس‬Wahai manusia

Dalam ayat ini yang merupakan objek pendidikan adalah seluruh manusia yang di beri
peringatan oleh Rasulullah SAW.

Dari bebrapa ayat yang telah di jelaskan diatas maka dapat diketahui bahwa terdapat dua
lembaga pendidikan yakni Informal dan nonformal. Adapun pengertian informal dan nonformal
akan dijelaskan dibawah ini:

a. Lembaga pendidikan informal


Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa
pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Lembaga
ppendidikan informal adalah pendidikan yang ruang lingkupnya lebih terarah pada
keluarga dan masyarakat. Pendidikan keluarga adalah pendidikan pertama dan utama.
Dikatakan pertama karena bayi atau anak itu pertama kali berkenalan dengan lingkungan
dan mendapatkan pembinaan dari sebuah anggota keluarga.
b. Lembaga nonformal
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa
lembaga pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Dengan begitu yang terdapat dalam beberapa ayat diatas adalah lembaga informal dan
nonformal karena sudah jelaskan bahwa mereka belajar dari keluarga dan lingkungannya.
Mereka tidak termasuk lembaga formal karena tidak ada ketentuan khusu yang mengatur dalam
pendidikan tersebut seperti struktur dan jenjang. Karena pada lembaga ini pendidikan itu
berlangsung sepanjang usia.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Objek pendidikan adalah murid atau orang yang menerima dan menjalani proses
pendidikan yang dilangsungkan oleh subjek pendidikan atau pun yang dialami

10
langsung oleh objek melalui pengalaman sehari-hari dan relasi objek dengan
subjek dan objek lain serta relasi dengan alam (lingkungan).
2. Dalam Qs. At-Tahrim ayat 6 ini yang merupakan objek pendidikan di dalam
keluarga yaitu: istri, anak, saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki-laki
merupakan tanggung jawab yang wajib memperoleh pendidikan yang
membawa mereka kejalan yang diperintahkan oleh Allah SWT.
3. Dalam Qs. Al-Syu’ara ayat 214 ini yang merupakan objek pendidikan di dalam
ayat tersebut ialah kerabat dekat. Hal ini dikarenakan setelah keluarga maka orang
yang dekat dengan kita itu ialah kerabat dekat.
4. Dalam Qs. At-Taubah ayat 122 ini yang merupakan objek pendidikan dalam ayat
tersebut yaitu ada dua golongan yang pertama adalah kaum muslimin yang
beriman yang pergi kemedan perang dan yang kedua adalah golongan kaum
muslimin yang beriman yang memperdalam pengetahuan tentang agama.
5. Dalam Q.s An-Nisa’ ayat 170 ini yang merupakan objek pendidikan adalah
seluruh manusia yang di beri peringatan oleh Rasulullah SAW.

Pada dasarnya manusia merupakan objek pendidikan, namun perlu prioritas untuk kedua hal
tersebut, yaitu dimulai dari diri sendiri, keluarga, kerabat dekat, orang islam dan akhirnya kepada
semua manusia (non muslim).

B. Saran
Penulis mohon maaf kepada semua pihak apabila dalam penyusunan makalah ini masih
ada kata atau kalimat yang tidak sesuai, kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis selaku penyusun akan menerima kritikan dan saran dari pembaca dengan lapang dada
dengan tujuan agar makalah ini bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

11
Tim Pengembangan Ilmu Pendiidkan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan 1, (Bandung: PT
Imperial Bhakti Utama (IMTAM), 2007)

Ali, Mohammad, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional, Bandung: Imperial Bhakti Utama)

Purwardaminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007).

Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008),
cet. Ke-2

Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani, 1999), Jilid 4

Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an

Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. (Jakarta: Gema Insani, 1999), Jilid 2

Muhammad Nasib Ar-Rifai’I,

12

You might also like