Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1 Universitas Sriwijaya
2
Universitas Sriwijaya
3
Desa (hingga akhir 2013). Kecamatan penghasil karet terbesar di kabupaten Ogan
Komering Ulu (OKU) Timur adalah kecamatan Belitang II meliputi 22 desa salah
satunya adalah desa Karang Manik yang terdiri dari 9 RT. Para petani penyadap
pohon karet di kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur terutama di desa
Karang Manik saat ini menggunakan pekerjaan yang dilakukan secara manual
yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Beban kerja yang
tinggi dan luasnya lahan yang harus dikerjakan menyebabkan para petani
penyadap karet banyak melakukan gerakan berulang pada pergelangan tangan
dalam setiap menitnya dan penekanan pergelangan tangan yang kuat (ekstrem)
(Pemkab OKU Timur, 2015).
Aktivitas yang dilakukan dengan frekuensi tinggi seperti gerakan berulang
dapat menjadi faktor resiko timbulnya Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dan faktor
risiko timbulnya kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) antara lain usia,
getaran setempat, gerakan tangan dengan kekuatan, gerakan berulang, dan sikap
kerja yang salah. (Wichaksana, 2002). Menurut Silverstein (1987) dalam
Pangestuti (2014) menjelaskan bahwa gerakan berulang pada pergelangan atau
jari tangan, tendon berkontraksi dengan kuat, pergelangan tangan menekuk ke atas
atau ke bawah dengan ekstrem, gerakan tangan menjepit saat bekerja, adanya
tekanan mekanik pada saraf medianus, paparan getaran dan penggunaan APD
tidak sesuai merupakan faktor utama yang dapat menimbulkan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS).
Menurut beberapa penelitian tentang kejadian Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) yang salah satunya diteliti di India, menyatakan bahwa ada sekitar 80%
pekerja manual menderita nyeri dan cedera pada daerah pergelangan tangan dan
hal itu disebabkan aktivitas berulang saat bekerja dan pada studi epidemiologi
yang dilakukan di India, didapatkan prevalensi kejadian Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) ini adalah sebesar 5570 dari 100.000 jiwa (Bharucha, 1991 dalam Tana
dkk, 2004).
Penelitian yang melibatkan 72 orang dari sektor informal menunjukkan hasil
bahwa kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada pekerja pemetik melati di
Desa Karangcengis, Purbalingga, sebesar 47,2% dan diderita sebanyak 34 orang
pemetik melati, dan menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara frekuensi
Universitas Sriwijaya
4
Universitas Sriwijaya
5
melakukan gerakan berulang lebih dari 35 kali permenit. Saat menyadap pohon
karet selama 6-8 jam dengan waktu istirahat selama 15 menit. Selain itu para
petani penyadap pohon karet melakukan gerakan fleksi, ekstensi, deviasi ulnar
dan deviasi radial secara berulang yang merupakan faktor resiko terjadinya
Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Sebanyak 27 responden petani penyadap pohon
karet mengeluhkan adanya sakit atau rasa nyeri dan kesemutan di pergelangan
tangan dan lengan atas, juga mati rasa pada telapak tangan. Dengan demikian,
rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Analisis determinan kejadian Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) pada petani penyadap pohon karet di desa Karang Manik
kecamatan Belitang II kabupaten OKU Timur tahun 2016?”.
Universitas Sriwijaya
6
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8 Universitas Sriwijaya
9
ibu jari juga berjalan melalui terowongan karpal, tendon ini disebut tendon flexor
(American Academy Of Orthopedic Surgeons, 2009).
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
Luthy’s Sign Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya
(Bottle’s Test) pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan
mendukung diagnosa Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Pemeriksaan Sesibilitas Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two point
discrimination) pada jarak lebih dari 6mm di daerah nervus
medianus, tes dianggap positif dan mendukung diagnosa
Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Universitas Sriwijaya
13
3. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan sinar-x pada pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakah ada penyebab lain, seperti fraktur atau arthritis. USG, CT scan dan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi (Rambe, 2004).
Namun American Academy of Neurology telah menggambarkan kriteria
diagnostik yang mengandalkan pada kombinasi gejala dan temuan pemeriksaan
fisik, serta kriteria diagnostik lainnya termasuk hasil dari penelitian
elektrofisiologi. Sedangkan diagnosa kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
sebagai akibat pekerjaan menurut National Institute for Ocupational Safety and
Health (NIOSH) pada tahun 1989 berupa (Barcenilla, 2012) :
a) Terdapatnya salah satu atau lebih gejala parastesia, hipoanastesia, sakit atau
mati rasa pada tangan yang berlangsung sedikitnya 1 minggu atau bila tidak
terjadi secara terus menerus, sering terjadi pada berbagai kesempatan.
b) Secara objektif dijumpai hasil tes Tinel’s atau tes phalen positif atau
berkurang sampai hilangnya rasa sakit pada kulit telapak dan jari tangan.
Diagnosa dapat pula ditegakkan melalui pemeriksaan elektrodiagnosis antara
lain dengan pemeriksaan elektromiografi.
c) Adanya riwayat pekerjaan seperti melakukan pekerjaan berulang atau
repetitive, pekerjaan yang disertai kekuatan tangan, fleksi, ekstensi, dan
deviasi gerakan pergelangan dan jari tangan, menggunakan alat dengan
getaran tinggi serta terjadi tekanan pada pergelangan tangan atau telapak
tangan.
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
Tunnel Syndrome (CTS) sering dialami oleh wanita berusia 29-62 tahun, beberapa
studi juga mengungkapkan bahwa CTS umumnya dialami oleh wanita berusia
30an (Kurniawan dkk, 2008).
b) Jenis Kelamin
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) lebih mempengaruhi perempuan dari laki-
laki, yaitu 3,6 kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki (Mattioli dkk, 2008).
Berdasarkan Rasio antara perempuan dan laki-laki untuk Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) memiliki perbedaan yang cukup tinggi yaitu 3-10:1.
Laki-laki menunjukkan peningkatan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
secara bertahap dengan meningkat sampai usia lanjut, sedangkan wanita
memuncak setelah menopause, hal tersebut secara umum konsisten dengan
konsep bahwa pada wanita mungkin ada komponen hormonal dalam penyebab
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) (Ashworth, 2009).
Sheila (2010), menjelaskan bahwa adanya perbedaan hormonal pada wanita,
terutama saat wanita hamil dan menopause. Saat hamil disebabkan oleh retensi
cairan yang sering terjadi selama kehamilan, yang menempatkan tekanan
tambahan pada terowongan karpal dan menyebabkan gejala. Namun beberapa
wanita tidak mengalami gejala sampai setelah melahirkan dan awal menyusui.
Menyusui sementara menurunkan kadar hormon steroid alami, yang
mempertinggi potensi peradangan selain itu juga disebabkan oleh perbedaan
anatomi tulang karpal, dimana tulang pergelangan tangan pada wanita secara
alami lebih kecil sehingga menciptakan ruang yang lebih ketat di mana saraf dan
tendon harus lulus. Sedangkan perubahan hormon menopause dapat menempatkan
perempuan pada risiko lebih besar untuk mendapatkan Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) karena struktur pergelangan tangan membesar dan dapat menekan pada
saraf pergelangan tangan (Haque, 2009).
c) Lama Kerja
Lamanya seorang bekerja sehari menurut UU No.13/2003 Pasal 77 ayat 1
pada umumnya 6-8 jam. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan
tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat
Universitas Sriwijaya
16
d) Masa Kerja
Dengan peningkatan masa kerja pada tangan menunjukkan adanya
pekerjaan berulang yang dilakukan oleh tangan dalam jangka waktu yang lama,
dengan peningkatan jumlah tahun kerja menunjukkan risiko lebih tinggi untuk
terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS) (Ali, 2006). Fung dkk (2007)
mengidentifikasi bahwa semakin sering fleksi atau ekstensi yang berkelanjutan
dari pergelangan tangan dapat meningkatkan risiko Carpal Tunnel Syndrome
(CTS).Hal tersebut juga diperkuat dengan adanya studi yang menyatakan bahwa
pengulangan dan eksposur gabungan dari kedua kekuatan dan pengulangan dapat
menimbulkan risiko dua kali lipat terhadap terjadinya Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) (Barcenilla dkk, 2012). Wieslander dalam studi case-control membagi
masa kerja dengan paparan gerakan tangan berulang menjadi 3 kategori yaitu <1
tahun, 1-20 tahun, dan lebih >20 tahun. Namun, diperoleh bahwa gerakan repetitif
merupakan faktor resiko yang signifikan hanya setelah masa kerja 20 Tahun
(Bernard dkk, 1997).
Universitas Sriwijaya
17
e) Riwayat Penyakit
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yang berhubungan dengan kondisi penyakit
seperti Rhematoid Arthritis, Diabetes Melitus. Kondisi ini lebih sering terjadi pada
wanita yang berusia 26-62 tahun karena pada wanita terjadi perubahan hormon
yang menyebabkan penyerapan cairan dan pembengkakan jaringan lebih sering
terjadi pada saat pregnancy (Verina, 2006).
Kelainan tyroid pada pasien yang menderita Carpal Tunnel Syndrome
biasanya pengobatan akan difokuskan ke penyakit yang mendasarinya terlebih
dahulu, baru Carpal Tunnel Syndrome (CTS)-nya (Bernard dkk, 1997).
1) Pregnancy (kehamilan)
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) banyak diterima oleh ibu hamil karena
perubahan hormonal dan peningkatan volume darah sehingga menyebabkan
peningkatan volume cairan ekstraseluler dalam tubuh. Peningkatan cairan
ekstraseluler tersebut dapat meningkatkan tekanan pada carpal tunnel dan
menimbulkan berbagai gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Carpal tunnel
syndrome yang terjadi selama kehamilan biasanya hilang seiring dengan
lahirnya bayi (Verina, 2006).
2) Diabetes melitus
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) ini juga sering terjadi berkaitan dengan
kelainan yang menimbulkan demielinasi atau kelainan saraf iskemik seperti
diabetes melitus (Ronald, 2007). Timbulnya neuropati pada penderita
diabetes tidak tergantung pada kadar gula darah, tetapi pada lamanya
penderita mengidap diabetes. Semakin lama menderita diabetes maka
semakin tinggi pula rasa kesemutan itu muncul (UU No13, 2003).
3) Arthritis rheumatoid
Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit dimana persendian secara
sistematis mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan dan nyeri
yang mengakibatkan kerusakan pada bagian dalam sendi. Dalam hal ini, saraf
terjepit bukan akibat pembesaran otot melainkan sendi di pergelangan tangan
berubah bentuk. Reumatik juga menimbulkan kesemutan, biasanya gejala
terjadi pada pagi hari dan menghilang pada siang hari. Gejala kesemutan
karena reumatik hilang sendiri bila reumatiknya sembuh (Wibisono, 2012).
Universitas Sriwijaya
18
Gejala yang ditimbulkan antara lain kaku pada persendian dan sekitarnya
pada pagi hari yang berlangsung lebih dari 1 jam, pembengkakan pada sendi
(minimal 3 sendi secara bersamaan) misalnya pada sendi jari tangan atau
kaki, sendi pergelangan tangan atau kaki, sendi siku, sendi pinggul, atau sendi
lutut (Verina, 2006).
4) Obesitas
Berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan obesitas telah
diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial terjadinya muskuloskeletal
terutama Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Obesitas dapat menjadi penyebab
pembengkakan dan penebalan tenosynovium. Ini akan mempersempit ruangan
pada syaraf median dalam terowongan karpal (Verina, 2006).
a) Postur Tangan
Posisi kerja statis dan postur tangan tidak ergonomis pada bahu, lengan, dan
pergelangan tangan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
peradangan pada jaringan otot, syaraf, maupun keduanya. Pembengkakan tersebut
akan menekan saraf medianus tangan sehingga bisa menimbulkan CTS. Fleksi
dan ekstensi, fleksi yaitu posisi pergelangan tangan yang menekuk ke arah dalam
dan membentuk sudut ≥45o (Wichaksana dkk, 2002).
Universitas Sriwijaya
19
Sumber : Kilbom, A: Repetitif Work of the Upper Extremity Part II : The Scientific Basic for the
Guide. 1994 dalam Salvatore R Dinardi 1997
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
dimana curah hujan optimal antara 2.500 hingga 4.000 mm/thn, yang terbagi
dalam 100 hingga 150 hari hujan. Pembagian waktu hujan dan waktu jatuhnya
rata-rata hujan setahun mempengaruhi produksi. Karet tumbuh optimal di dataran
rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut
(Setyamidjaja, 2012).
Kabupaten OKU Timur memiliki potensi besar pada sektor pertanian dan
perkebunan, di sektor perkebunan, komoditi andalan dari Kabupaten OKU Timur
adalah tanaman karet dan kelapa sawit. jumlah produksi perkebunan karet terus
meningkat setiap tahunnya. Kecamatan penghasil karet terbesar di kabupaten
Ogan Komering Ulu (OKU) adalah kecamatan Belitang II. Desa Karang Manik
terletak di kecamatan belitang II kabupaten OKU, mayoritas penduduk desa
bekerja di sektor perkebunan tanaman karet. Desa Karang Manik memiliki banyak
potensi, salah satunya adalah petani penyadap pohon karet.
Dalam proses menyadap pohon karet, hal pertama yang dilakukan petani
adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam menyadap pohon karet
yaitu mangkok, talang, pisau deres dan kawat. Kemudian melakukan teknik
penyadapan pohon karet harus dilakukan dengan metode yang benar supaya tidak
merusak kulit batang pada pohon karet antara lain (Ritonga, 2016):
a) Tangkai pisau sadap dipegang dengan tangan kanan.
b) Tangan kiri menekan pada punggung pisau sadap untuk membantu
mengendalikan pisau baik untuk mengatur kadalaman irisan.
c) Sebelum melakukan penyadapan pada bidang sadapanan, bagian ujung sadap
dengan mata pisau bagian atas untuk memudahkan duduk pisau pada bidang
sadapan dan selanjutnya penyadapan dilakukan dari kiri atas ke kanan bawah
dengan menggerakkan pisau.
d) Gerakkan kaki mundur saat menarik pisau.
e) Menempatkan letak talang 10 cm di bawah alur sadap terendah.
f) Memasang mangkok pada kawat cicin dengan jarak ideal 10 cm di bawah
talang.
Universitas Sriwijaya
22
Faktor Individu
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Masa kerja
4) Lama kerja
Peradangan pada bagian
5) Riwayat Penyakit
sendi pergelangan tangan
yang menekan nervus
Faktor Pekerja medianus
1) Postur Tangan
2) Gerakan Berulang
(repatitive motion) Tanda dan gejala
1) Nyeri di pergelangan tangan
2) Kesemutan
3) Mati rasa
4) Rasa terbakar pada jari
telunjuk, tengah dan manis
Universitas Sriwijaya
23
Tabel 2.3
Penelitian Sebelumnya
Nama
Desain
No Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Studi
(Tahun)
1. Darno Hubungan Karakteristik 1. Variabel bebas Cross Hasil penelitian menun-
(2011) Pekerja dan Gerakan dalam penelitian sectional jukkan bahwa kejadian
Berulang dengan Keja- ini adalah karak- CTS sebesar 79,55 % dan
dian Carpal Tunnel teristik pekerja diderita sebanyak 35
Syndrome Pada Pemetik (usia, lama kerja, orang pemetik daun teh.
Daun Teh (Studi Kasus : masa kerja) dan berhubungan dengan
PT. Rumpun Sari frekuensi gerakan umur (p=0,038), lama
Kemuning). berulang. kerja (p=0,006), masa
2. Variabel terikat kerja (p=0,002), dan
dalam penelitian Frekuensi gerakan ber-
ini adalah Carpal ulang (p=0,006).
Tunnel
Syndrome.
2. Dimar Faktor-faktor yang ber- 1. Variabel bebas: Cross Ada hubungan masa
Siswi hubungan dengan keja- Umur, masa sectional kerja, gerakan berulang,
Utami dian Carpal Tunnel kerja, gerakkan sikap kerja yang tidak
(2006) Syndrome (CTS) pada berulang atau ergonomi, kekuatan otot
pengrajin tali enceng repetitif, sikap pada pergelangan tangan
gondok di Desa Beri kerja yang tidak dengan kejadian CTS.
Kecamatan Mijen Kabu- ergonomis,
paten Demak. pekerjaan yang
memerlukan otot
pada pergelangan
tangan.
2. Variabel terikat:
kejadian CTS.
3. Airin Beberapa faktor yang 1. Variabel bebas: Cross Ada hubungan yang
Wahyunin berhubungan dengan Usia, masa kerja, sectional signifikan antara usia
grum kejadian Carpal Tunnel lama kerja, dan dengan kejadian CTS (p=
(2013) Syndrome (CTS) pada frekuensi gerakan 0,057). Tidak ada hub
wanita pelinting jenang. repetitif Perge- antara masa kerja dengan
(Studi di Home Industri langan tangan. kejadian CTS (p=0,484).
Jenang Desa Kaliputu 2. Variabel terikat: Tidak ada hubungan yang
Kecamatan Kota Kabu- Kejadian CTS. signifikan antara lama
paten Kudus) kerja dengan kejadian
CTS (p=0,372). Tidak ada
hubungan yang signifikan
antara fre-kuensi gerakan
repetitif dengan kejadian
CTS (p=0,112). Ada
hubungan antara usia
dengan kejadian CTS.
Universitas Sriwijaya
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
Veriabel Independen
Faktor Individu
1) Usia Variabel Dependen
2) Jenis kelamin
3) Masa kerja Kejadian Carpal
Faktor Pekerja Tunnel Syndrome (CTS)
1) Lama kerja
2) Postur Tangan
3) Gerakan Berulang
(repatitive motion)
24 Universitas Sriwijaya
25
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Variabel Dependen
1. Kejadian Sindroma klinik Observasi Kuesioner 1. Tidak, bila tidak Ordinal
Carpal yang ditandai dan merasakan 2 dari 3
Tunnel dengan gejala Wawancara keluhan CTS pada
Syndrome utama nyeri, Phalen’s tes, dinyatakan
(CTS) kesemutan hasil pemeriksaan (-) dan
(parestesia), rasa skor ≤ 20.
tebal (numbness) 2. Ya, bila merasakan 2 dari
dan rasa seperti 3 keluhan CTS pada
terkena aliran Phalen’s tes, dinyatakan
listrik (tingling) hasil pemeriksaan (+).
pada daerah yang (Robert H dkk, 2009).
dipersarafi oleh
n.medianus.
Variabel Independen
1. Usia Jumlah tahun Wawancara Kuesioner 1. < 30 tahun Ordinal
lahir petani 2. ≥ 30 tahun
penyadap karet (Ali, 2006 ; Kurniawan,
yang beresiko 2008).
menderita Carpal
Tunnel Syndrome
(CTS). Usia
terjadinya
penyakit ini
terutama antara
30-60 tahun.
2. Jenis Kondisi fisik Wawancara Kuesioner 1. Perempuan Nominal
Kelamin petani penyadap 2. Laki-laki
karet berdasarkan (Harahap, 2003).
perbedaan
anatomi dan
fisiologi.
3. Masa Kerja Waktu yang Wawancara Kuesioner 1. < 20 tahun Ordinal
dilalui oleh petani 2. ≥ 20 tahun
penyadap karet (Bernard, 1997).
sejak pertama kali
menggeluti
pekerjaan tersebut
sampai sekarang,
diukur dalam
satuan tahun.
4. Lama Kerja Waktu yang Wawancara Kuesioner 1. < 8 jam Ordinal
digunakan petani 2. ≥ 8 jam
penyadap karet (Ronald, 2005).
Universitas Sriwijaya
26
untuk melakukan
pekerjaan
menyadap karet
dalam satu hari
yang diukur
dalam satuan jam.
5. Postur Posisi kerja statis Mengamati Kamera 1. Normal, jika posisi Ordinal
Tangan dan postur tangan pergerakan digital pergelangan tangan
petani penyadap bagian (Foto) dan tidak menekuk kearah
karet yang tidak tubuh lembar bawah dan kearah atas
ergonomis pada seperti per- observasi. berbentuk sudut < 45o
bahu, lengan, dan gelangan 2. Janggal, jika posisi
pergelangan tangan dan pergelangan tangan
tangan dalam tekanan menekuk kearah bawah
jangka waktu pada dan kearah atas
yang lama, dilihat pergelanga berbentuk sudut ≥ 45o.
dari sudut posisi n tangan (Wichaksana dkk,
pergelangan oleh 2002).
tangan petani pekerja
penyadap karet pada saat
yang menekuk menyadap
kearah bawah dan pohon
kearah atas karet.
berbentuk sudut ≥
45o.
6. Gerakan Pengulangan Mengamati Kamera 1. Tidak berisiko, bila Ordinal
Berulang gerakan kerja frekuensi digital melakukan gerakan
(Repatitive petani penyadap aktivitas (Video & berulang < 30 kali
Motion) karet dengan pola menyadap Stopwatch dalam satu menit.
yang sama dalam pohon karet 2. Berisiko, bila
waktu tertentu yang di melakukan gerakan
dan dihitung lakukan berulang ≥ 30 kali
dalam 1 menit. petani. dalam satu menit.
(Kurniawan dkk,
2008).
3.3 Hipotesis
1) Ada hubungan antara usia dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) pada petani penyadap pohon karet di desa Karang Manik
Kabupaten OKU Timur.
2) Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) pada petani penyadap pohon karet di desa
Karang Manik Kabupaten OKU Timur.
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
BAB IV
METODE PENELITIAN
Kriteria inklusi :
1. Bersedia menjadi responden dalam penelitian.
2. Sering melakukan penyadapan pohon karet.
3. Tidak sedang dalam keadaan sakit.
28 Universitas Sriwijaya
29
Kriteria eksklusi :
1. Sakit (adanya cidera dibagian tangan dan memiliki riwayat penyakit
lainnya).
2. Wanita hamil.
3. Dibawah umur 18 tahun.
b) Besar Sampel
Menurut Notoatmodjo (2012), sampel merupakan sebagian dari populasi atau
objek yang akan diteliti dan dapat mewakili seluruh populasi pada penelitian.
Penelitian ini menentukan sampel yang dilakukan dengan membandingkan antara
dua proporsi berdasarkan penelitian terdahulu dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Lameshow, 1997) :
[ √ ( ) √ ( ) ( )]
( )
Keterangan :
n = Besar sampel
P1 = Proporsi kejadian yang berisiko
P2 = Proporsi kejadian yang tidak berisiko
P = Rata-rata P1 dan P2 (P1+P2)/2
= Nilai Z pada derajat kemaknaan 95% = 1,96
Universitas Sriwijaya
30
Jenis
2. 0,24 0,04 0,05 80% 46 Darno, 2011
Kelamin
Postur
5. 0,64 0,13 0,05 80% 13 Agustin, 2013
Tangan
Gerakan
6. 0,37 0,8 0,05 80% 19 Kurniawan, 2008
Berulang
[ √ ( ) √ ( ) ( )]
( )
P= = 0,14
√ ( ) √ ( ) ( )
( )
√ √
( )
( ) ( )
( )
responden.
Universitas Sriwijaya
31
Universitas Sriwijaya
32
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
Universitas Sriwijaya
33
Universitas Sriwijaya
34
Universitas Sriwijaya
35
d. Sel-sel dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari
total sel.
Jika syarat uji Chi Square diatas tidak terpenuhi, maka digunakan uji
alternatif sebagai berikut (Murti, 1996) :
a. Alternatif uji Chi Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher.
b. Alternatif uji Chi Square untuk tabel 2xk adalah uji Kolmogorov -
Smirnov.
c. Alternatif uji Chi Square untuk tabel 2x2 dan 2xk adalah dengan
melakukan penggabungan sel.
Universitas Sriwijaya