Professional Documents
Culture Documents
Proposal Pelatihan USG
Proposal Pelatihan USG
Hasil Kongres Bidan di Solo 2012 menyatakan bahwa Bidan di perbolehkan mengunakan
USG sesuai dengan batas-batas kompetensinya. Hasil pemeriksaan USG tidak diperbolehkan untuk
mendiagnosa. Hal ini bidan sangat dianjurkan untuk mengikuti Pelatihan USG, Kursus USG, Training
USG agar sesuai dengan standar kompetensi.
Konsep standar kompetensi bidan yang disusun berdasarkan pada kesepakatan bersama dari
berbagai pihak terkait yaitu IBI, AIPKIND, Kolegium Bidan Indonesia, Praktisi bidan, Kementrian
Kesehatan, Kementrian Pendidikan Nasional, pihak penyelenggara pendidikan dan perempuan
sebagai penerima Layanan. Kesepakatan ini selanjutnya akan disahkan oleh PP-IBI bersama
Kolegium Bidan Indonesia. Standar Kompetensi disusun melalui pengorganisasian kompetensi
berdasarkan pendekatan yang bersifat umum ke yang bersifat khusus/spesifik yaitu profil, kompetensi
utama, kompetensi penunjang dan Kriteria Kinerja (Performance Criteria). Pernyataan kompetensi
(competency statement) menggambarkan tingkat pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan
sikap (attitude) yang harus dimiliki oleh lulusan bidan.
Salah satu Standar Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang bidan adalah mampu
mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terkini, serta menyadari
keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kebidanan serta menjunjung tinggi komitmen terhadap
profesi bidan. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kebidanan sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Contohnya adalah Pengenalan USG kepada bidan saat ini sangat penting, sebagaimana yang
terdapat dalam standar kompetensi yang berlandaskan hukum pada :
TUJUAN UMUM
Pelatihan ini merupakan sekelumit gambaran Standar Profesi Bidan yang diajukan oleh
perusahaan kami sebagai proposal penawaran untuk dapat menjadi peserta dalam pelatihan
keterampilan penggunaan Ultrasonografi Antenatal Care. Melalui proposal ini diharapkan Para
Praktisi Bidan, akan memperoleh gambaran yang cukup memadai mengenai manfaat penggunaan
ultrasonografi yang sangat terkait langsung dengan Standar Kompetensi Bidan Indonesia, Standar
Pendidikan, Standar Pelayanan Kesehatan dan Standar Kode Etik Profesi. Selanjutnya, apabila
penawaran ini dapat diterima oleh para praktisi kebidanan, maka diharapkan peningkatan
keterampilan dan pelayanan yang optimal dan berkualitas dapat dicapai oleh para peserta pelatihan
ini.
Dengan makin meningkatnya kebutuhan untuk melakukan diagnosa melalui teknik diagnostic
Imaging, maka pada tahun 1985, WHO melalui Chief Radiation Medicine, WHO cq, WHO scientific
Grouf, cq., WHO radiological System, Switzerland, telah mengambil kesimpulan bahwa: Pemeriksaan
Imaging merupakan pemeriksaan yang penting terutama dalam bidang obstetri, karena tidak terdapat
resiko radiasi yang menimbukan ionisasi, maka pemeriksaan USG harus menjadi metode pemeriksaan
imaging yang terpilih kapan saja pemeriksaan tersebut dapat memberikan pemeriksaan klinis yang
bermanfaat. Pada tahun 1985, WHO telah menerbitkan beberapa manual untuk memberikan panduan
dalam penggunaan diagnostic imaging untuk dokter umum.
Penggunaan manual ini tidak hanya terbatas pada dokter umum tetapi juga bagi para
mahasiswa kedokteran, bidan serta residen yang sedang mengikuti pendidikan untuk menjadi spesialis
dalam bidang imaging diagnostic. WHO berpendapat bahwa pemeriksaan USG sangat bergantung
pada operatornya, karena itu diperlukan fasilitas pelatihan bagi operator sebelum yang bersangkutan
melakukan pelayana kesehatan yang baik dengan menggunakan USG untuk pemeriksaan imaging.
Dalam pembuatan buku manual tersebut, WHO didukung oleh pejabat medis, ilmu kedokteran
Radiasi WHO Geneva, kepala publikasi Teknis WHO dan dukungan dari The World Federation of
Ultrasound in Medicine and Biology (WFUMB).
Dua puluh tahun setelah ketetapan WHO di atas, unit USG yang dipergunakan untuk
melakukan imaging diagnostic sudah mengalami perbaikan-perbaikan yang mutakhir, sehingga setiap
profesi yang bersangkutan dengan penentuan diagnosa, dapat menggunakannya oleh karena non
infasif, aman, praktis, hasil cukup akurat, kualitas resolusi cukup baik, bentuknya kompak dan ringan,
cara pengoperasianya praktis, harga cukup terjangkau sesuai dengan profesi di bidang kesehatan yang
terkait dengan penentuan diagnosa.
Sesuai dengan PPRI nomor 32 tahun 1996, tenaga kesehatan di Indonesia yang dapat
menetapkan suatu diagnosa adalah profesi Dokter, Dokter Gigi dan Bidan melalui proses anamese,
inspeksi, palpasi, auskultasi dan apabila dibutuhkan penetapan diagnosa dapat ditambah dengan alat
bantu diagnostik.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka baik Dokter, Bidan dan Dokter Gigi sesuai
dengan profesinya, melalui suatu pelatihan yang dapat dipertanggung jawabkan, akan dapat
menetapkan diagnosa sesuai profesinya dengan menggunakan alat USG yang sesuai. Dalam hal ini
bidan sebagai seorang profesi untuk bidang kebidanan yang fisiologis, setelah mendapat pendidikan
dan pelatihan yang sesuai dapat menetapkan diagnosa dalam antenatal care, dengan menggunakan alat
USG.
Materi Pelatihan USG Antenatal Care untuk bidan dan dokter umum yang akan diberikan adalah
sebagai berikut :