Professional Documents
Culture Documents
Bab II Biokim
Bab II Biokim
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3 dan 4
KELAS FARMASI F
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
laporan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan Laporan akhir ini dari awal sampai akhir.
Malang,Maret 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
A.TUJUAN PRAKTIKUM.......................................................................................1
B. DASAR TEORI.....................................................................................................1
E. PROSEDUR KERJA.............................................................................................8
F. BAGAN ALIR.....................................................................................................10
G. HASIL..................................................................................................................12
H. PEMBAHASAN..................................................................................................17
ii
PENGARUH SUHU TERHADAP REAKSI ENZIMATIK
A.TUJUAN PRAKTIKUM
B.DASAR TEORI
1
diperoleh tidak mendukung fungsi katalis dari protein enzim. Dikatakan, pada pH
dan suhu yang tidak sesuai tersebut, protein, dalam hal ini enzim, kehilangan sifat
dan kemampuan alamiahnya. Dalam istilah biokimia protein, enzim tersebut
dikatakan mengalami denaturasi (Sadikin, 2002).
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim
tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja
sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu
ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena
2
Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai +/- 60C.
pulih, hal ini disebabkan oleh karena proses denaturasi yang masih reversible. pH
dan zat – zat pelindung dapat mempengaruhi denaturasi pada pemanasan ini
Hubungan antara aktivitas enzim dan suhu dapat dilihat pada gambar
berikut :
100
Suhu Optimum
% Maksimum
Aktivitas Enzim
Suhu 70
Jika kontak antara kedua jenis molekul itu tidak terjadi, kompleks enzim – substrat
substrat menjadi protein. Oleh karena itu, makin rendah suhu, gerak termodinamik
tersebut akan makin kurang. Pada daerah suhu yang lebih itnggi ( sisi B pada
3
molekul niscaya akan lebih sering. Akan tetapi, alih – alih meningkat laju reaksi
malahan manurun dengan cara yang kurang sebanding dengan nilai suhu dan nilai
Laju Rekasi
A B
t
Suhu Optimum
Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh suhu untuk enzim. Suhu optimal antara
0 0
35 C dan 40 C yaitu suhu tubuh pada suhu diatas dan dibawah optimalnya aktivitas
merupakan polisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa yang saling
4
berikatan membentuk rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi dengan iodine
memberikan warna biru yang khas (Fox, 1991). Pada manusia, α amilase pada
ludah dan pankreas berguna dalam hidrolisis pati yang terkandung dalam
makanan ke dalam bentuk aligosakarida, di mana dalam perubahan tersebut dapat
dihidrolisis oleh disakar ida atau trisakarida dalam jumlah kecil. Contohnya, α
amilase pada mamalia memiliki pH optimum 6-7, bergantung pada ada atau
tidaknya ion halogen (Whittaker, 1994).
5
C. PRINSIP REAKSI BIOKIMIA
Ptialin
6
D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Bejana erlenmeyer
2. Pipet
volumetric 3.
Buret
4. Tabung reaksi ( 5 buah )
5. Stop watch
Bahan :
suling
2. Larutan NaCl 0,9 %
7
E. PROSEDUR KERJA
percobaan pada satu suhu tertemntu ( 0 0, 270, 400, dan 700 ) sesuai
dengan yang ditentukan oleh pemimpin praktikum.
2. Siapkan 5 tabung reaksi bersih, beri masing-masing tanda 0’, 5’, 10’,
15’, 20’.
3. Siapkan Erlenmeyer dan pipet volumetric
8
10. Kira-kira setengah menit menjelang menit ke 5 ambillah dengan pipet
Jadi : presentase substrat yang dicerna pada menit t = 100%
- x
100%
15. Runutlah nilai presentase substrat yang dicerna pada ordinat grafik
yang menghubungkannya dengan lama berlangsungnya reaksi (T) pada
absisnya. Kurva yang terbentuk disebut progress curve.
16. Bandingkan kinerja enzim pada berbagai suhu di atas dan buatlah
9
F. BAGAN ALIR
Ambil dengan pipet 1,0 ml campuran larutan dari Erlenmeyer dan masukkan
Dari Erlenmeyer. Pada menit ke-5 masukan cairan dari dalam pipet ke
10
Setelah semua selesai tambahkan 1 ml larutan KI-I2 ke masing-masing
Periksa di spektrofotometer
11
G. HASIL
Rumus = Persentase substrat yang dicerna pada menit t = 100% -
[ ×100%]
Pada Suhu 0 C
2.55
Waktu 0 100% [2.55 ×100%] = 0 %
2.55
Waktu 5 100% [2.55 ×100%] = 0 %
Waktu 10 100% 2.55 [2.45 ×100%] = 2.54 %
Waktu 15 100% 2.55 [2.45 ×100%] = 2.54 %
Waktu 20 100% 2.55 [2.422 ×100%] = 3.70
%
Pada Suhu 27 C
Waktu 0 100%
[.922 ×100%] = 0 %
Waktu 5 100% [.563
.922 ×100%] = 18.68
%
.472
Waktu 10 100% [.922 ×100%] = 75.44
.922
% Waktu 15 100% [.3 ×100%] =
94.64 % Waktu .922
20 100% [.7
12
×100%] = 99.64 %
13
Pada Suhu 40 C
.862
Waktu 0 100% [.862 ×100%] = 0 %
.585
Waktu 5 100% [.862 ×100%] = 12.25 %
Waktu 10 100% .862 [.473 ×100%] = 73.81
% Waktu 15 100%.862
[.343 ×100%] =
81.16 % Waktu 20 .862
100% [.3293
×100%] = 81.77%
Pada Suhu 70 C
2.29
Waktu 0 100%
[2.29 ×100%]
=0%
2.29
% Waktu 15 100% [2.345 ×100%] =
2.41 % Waktu 2.29
20 100% [2.3693
×100%] = 3.46 %
14
Grafik pada Suhu 0°C , 27°C , 40°C, dan 70 C
Waktu
Waktu
A
0% WAKTU
0%
N
R 0' 5' 10' 15' 20'
E
C -2.41%
R
E
T -3.46%
T
A -5% -4.58%
R
T
S
B
U
S
E
S
A
T
N
E
S
R-10% Grafik Persentase Substrat Tercerna
E
P
Pada Suhu 40° C
Grafik pada Suhu Campuran
a 95%
n
r 85%
e
c
r 75%
e
T
t 65%
rart 55%
s
b 45%
u
S 35%
e
s 25%
a
t
n 15%
e
s 5%
r
e
P -5%
0' 5' 10' 15' 20'
Suhu 0° C 0% 0% 2.54% 2.54% 3.70%
Suhu 27° C 0% 18.68% 75.44% 94.64% 99.64%
Suhu 40° C 0% 12.25% 73.81% 81.16% 81.77%
Suhu 70° C 0% -4.58% -4.58% -2.41% -3.46%
Waktu
H. PEMBAHASAN
lingkungan. Pada umumnya, semakin tinggi suhu, maka kecepatan reaksi semakin
meningkat. Enzim adalah senyawa yang tersusun atas protein. Protein akan
mengalami perubahan bentuk atau denaturasi pada suhu yang tinggi, sehingga
pada suhu yang tinggi reaksi enzimatik tidak dapat berjalan dengan baik.
enzimatik yang terbagi atas beberapa kelompok dengan suhu yang berbeda –
beda. Pada suhu 0º C, dilakukan oleh kelompok I (gabungan dari kelompok 1 dan
2). Pada suhu ruang / 27º C, dilakukan oleh kelompok II (gabungan kelompok 3
dan 4). Pada suhu 40ºC, dilakukan oleh kelompok III (gabungan kelompok 5 dan
6). Pada suhu 70ºC, dilakukan oleh kelompok IV (gabungan dari kelompok 7 dan
8).
Setelah suhu dibagi kepada setiap kelompok, siapkan lima buah tabung
reaksi bersih dan beri tanda pada setiap tabung dengan tanda 0’, 5’, 10’, 15’dan
larutan substrat “S” (amilum solani 2%) dan 6 ml laruan NaCl 0.9%, lalu labu
mendapatkan suhu ruang (27ºC), labu erlenmeyer didiamkan saja diatas meja
Sambil menunggu, ke lima tabung reaksi diisi dengan 10 ml larutan HCl 0.05 N.
campur ad homogen, dan sisihkan. Fungsi dari larutan HCl adalah sebagai
inaktivator enzim, karena HCl dapat menghentikan proses reaksi biokimia,
ad homogen dan diamkan. Waktu dihitung saat enzim sudah mengenai larutan
tanda yang ada pada tabung, yaitu 5’, 10’, 15’, dan 20’, tambahkan 1 ml larutan
campuran baru dan goyang ad homogen. Setelah semua tabung sudah selesai
sebagai indikator adanya amilum dengan memberikan perubahan warna biru pekat
/ ungu. Larutan reaksi selesai dibuat, hal selanjutnya yang dilakukan adalah
larutan dapar dengan Ph 6.5, 10 ml HCl 0.05 N dan 6 ml larutan NaCl 0.9%. NaCl
berfungsi sebagai aktivator. Jika aktivator melekat dengan enzim, maka sisi
Tetapi, jika inhibitor yang melekat dengan enzim, maka sisi aktif tidak dapat
yang dicerna pada menit ke 0’ ; 5’ ; 10’ ; 15’ ; 20’. Pada suhu 0ºC, didapatkan
hasil pada menit ke-0 adalah sebesar 0%. Pada menit ke-5 sebesar 0%. Pada menit
ke-10 sebesar 2.54%. pada menit ke-15 adlah 2.54% dan pada menit ke-20
didapatkan hasil sebesar 3.70%. Kadar persen substrat tercerna yang tertinggi
hanyalah 3.70%. dikarenakan pada suhu rendah, aktivitas enzim menurun karena
substrat dan enzim saling diam, karena tidak memiliki energi sehingga tidak
terjadi reaksi kinetik. Pada suhu yang lebih rendah. penyebab kurangnya laju
kurangnya tumbukan antara molekul enzim dengan substrat. Jika kontak antara
kedua jenis molekul itu tidak terjadi, kompleks enzim – substrat tidak terbentuk.
Padahal kompleks ini sangat perlu untuk mengolah substrat menjadi protein. Oleh
karena itu, makin rendah suhu, gerak termodinamik tersebut akan makin kurang
(Sadikin, 2002).
Pada kelompok kami, dengan suhu 27ºC, yaitu suhu ruang, didapatkan
hasil pada menit ke-0 adalah 0%. Pada menit ke-5 sebesar 18.68%. Pada menit ke-
10 didapatkan sebesar 75.44%. Pada menit ke-15 sebesar 94.64%. Pada menit ke-
20 adalah 99.64%. Dapat dilihat bahwa persentase kadar substrat yang tercerna
hampir mendekati 100%, yaitu sebesar 99.64%. Hal ini berarti enzim sudah
Pada suhu 40ºC, didapatkan hasil pada menit ke-0 sebesar 0%. Pada menit
ke-5 didapat sebesar 12.25%. pada menit ke-10 sebesar 73.81 %. Pada menit ke-
15 sebesar 81.16% dan pada menit ke-20 didapatkan hasil sebesar 81.77%. Dapat
dilihat bahwa persentase kadar substrat yang tercerna hanya 81.77%. Rentang
persentase yang didapatkan dengan persentase suhu 27ºC tidak terlalu jauh. )
karena pada suhu optimum rekasi berlangsung paling cepat. Bila suhu dinaikkan
terus, maka jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami
denaturasi.
Pada suhu terakhir yaitu suhu 70ºC, didapatkan hasil pada menit ke-0
sebesar 0%. Pada menit ke-5 sebesar -4.58%. Pada menit ke-10 sebesar 4.58%.
Pada menit ke-15 didapatkan hasil sebesar -2.41% dan pada suhu ke-20,
didapatkan hasil – 3.46%. Dapat dilihat bahwa kadar yang didapatkan justru
mendekati dengan dasar teori, yaitu Suhu rendah yang mendekati titik beku
biasanya tidak merusak enzim. Pada suhu dimana enzim masih aktif, kenaikan suhu
sebanyak 10C, menyebabkan keaktifan menjadi dua kali lebih besar (Q10 = 2).
Pada suhu optimum (27ºC), persentasi reaksi berlangsung palng cepat sebesar
(99.64%). Bila suhu dinaikkan terus, maka jumlah enzim yang aktif akan
Suhu tinggi Energi kinetik dari substrat dan enzim semakin banyak
(semakin baik). Tetapi, karena enzim terusun atas molekul protein, jiki suhu
terlalu tinggi, maka enzim akan mengalami denaturasi dan dapat menyebabkan
enzim rusak.
I. KESIMPULAN
bahwa enzim mencapai suhu optimalnya pada suhu ruang (27ºC). Pada suhu
rendah (0ºC), enzim tidak bekerja atau aktivitas enzim menurun dikarenakan
enzim tidak memiliki energi, Substrat dan enzim saling diam, tidak bertumbukan,
sehingga tidak terjadi energi kinetik. Pada suhu tinggi (70ºC), enzim mengalami
1. Gaman, P.M & K.B. Sherrington. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan,
Utara.
Yogyakarta.
Medika.
7. Whittaker, J.R. 1994. Principles of Enzymology for The Food Sciences. Second