Professional Documents
Culture Documents
Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi
MADZHAB HANAFI
Disusun Oleh:
(2221508008)
FAKULTAS SYARIAH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada
Ibu Hj. Ratu Haika, M.Ag yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Tarikh Tasyri‟ khususnya dalam Madzhab
Hanafi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Madzhab Hanafi adalah salah satu dari empat madzhab utama dalam
hukum Islam Sunni. Madzhab ini dinamakan setelah Imam Abu Hanifah
(699-767 M), seorang ulama dan tokoh fikih terkemuka dari Kufah, Irak.
Imam Abu Hanifah dikenal karena pendekatannya yang fleksibel dan
rasional dalam memahami hukum Islam. Beliau mengembangkan metode
ijtihad yang memungkinkan interpretasi dan penyesuaian hukum Islam sesuai
dengan perubahan kondisi sosial dan kehidupan masyarakat.
Prinsip dasar madzhab Hanafi adalah menggunakan ra'yu (penalaran
pribadi) dan qiyas (analogi) untuk mencapai keputusan hukum. Madzhab
Hanafi memberikan perhatian khusus pada dalil-dalil al-Qur'an dan Sunnah,
tetapi juga memperhitungkan maslahah (kemaslahatan) dan mafsadah
(kerusakan) dalam mengeluarkan fatwa. Madzhab ini menghargai pemikiran
independen dan memungkinkan perbedaan pendapat di antara para ulama,
asalkan argumen yang kuat dan relevan dapat diajukan. Madzhab Hanafi
dikenal dengan ketelitian dan kehati-hatiannya dalam mempertimbangkan
dalil-dalil hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi latar belakang dari kehidupan Imam Abu
Hanifah selaku pelopor dari Madzhab Hanafiah?.
2. Bagaimana pola pemikiran yang diterapkan oleh Imam Abu Hanifah?.
3. Apa saja yang menjadi landasan Imam Abu Hanifah dalam berijtihad?.
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Imam Abu Hanifah lahir di Kufah Irak tahun 80 H/ 659 M, nama asli
beliau adalah An-Nu‟man bin Tsabit bin Zuwatha.
Imam Abu Hanifah merupakan seorang mujtahid dalam bidang fiqih sekaligus
salah satu dari 4 Imam madzhab yaitu madzhab Hanafi, berdasarkan catatan
sejarah beliau lahir pada masa kekuasaan Khalifah ke empat bani Umayyah
yaitu Abdul Malik bin Marwan, dan selama hidupnya Imam Abu Hanifah
mengalami dua masa dinasti kekhalifahan yaitu bani Umayyah dan bani
Abbasiyah.
Adapun nama panggilan "Abu Hanifah" memiliki sejumlah perbedaan
pendapat dikalangan pop arah ahli sejarah terkait asal usul nama tersebut,
setidaknya ada tiga pendapat yang menjelaskan terkait asal usul nama tersebut
diantaranya:
1. Pendapat pertama mengatakan karena beliau memiliki anak
yang bernama Hanifah, sehingga sangat lazim beliau dipanggil
"Abu Hanifah" yang artinya ayah Hanifah.
2. Pendapat kedua mengatakan bahwa arti dari kata Hanifah yang
berasal dari kata "hanif" yang artinya orang yang lurus dan
sholih, tentu arti tersebut sangat merepresentasikan sosok dari
An-Nu‟man bin Tsabit itu sendiri.
3. Pendapat ketiga mengatakan bahwa karena keluarga beliau
berasal dari Persia, dimana dalam bahasa persia Hanifah berarti
"Tinta" dimana kata tinta tersebut menggambarkan sosok
Imam Hanafi yang identik dengan tinta, sebab beliau adalah
3
orang yang gemar menulis, serta memiliki banyak murid yang
diajarnya.
1
Wildan Jauhari, Biografi Imam Abu Hanifah (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2018).
4
rasional. Dalam perkembangannya, beliau mendapat sebutan sebagai ahlul
ra'yu, hal ini didasarkan pada kecenderungan beliau yang menggunakan akal
dalam mengistinbatkan suatu hukum. Dalam fiqih ada satu metodenya yang
terkenal yaitu istihsan.
Dalam Thaha Jabir Fayadi Al-Ulwani, menguraikan tentang cara
ijtihad Imam Abu Hanifah yang terbagi menjadi dua yaitu:
1. Ijtihad pokok, yaitu merupakan cara istinbath yang dilakukan
dengan cara menetapkan Al-Qur'an sebagai sumber rujukan
utama dalam menetapkan permasalahan hukum. Apabila tidak
terdapat pada Al-Qur'an maka merujuknya pada Hadist Nabi
yang diriwayatkan oleh orang-orang yang tsiqah, dan apabila
tidak ditemukan jalan keluar pada kedua sumber hukum ini,
maka mencarinya pada qaul sahabat.
2. . Ijtihad tambahan, merupakan metode yang mengkritisi
beberapa substansi seperti; Bahwa dilalah lafad umum („am)
adalah qath‟i, seperti lafad khash, Bahwa pendapat sahabat
yang tidak sejalan dengan pendapat umum adalah bersifat
khusus, Bahwa banyaknya yang meriwayatkan tidak berarti
lebih kuat (rajih), Adanya penolakan terhadap mafhum (makna
tersirat) syarat dan shifat, Bahwa apabila perbuatan rawi
menyalahi riwayatnya, yang dijadikan dalil adalah
perbuatannya bukan riwayatnya, Mendahulukan qiyas jali atas
khabar ahad yang dipertentangkan, Menggunakan istihsan dan
meninggalkan qiyas apabila diperlukan.2
2
Muhammad Rijal Fadli, “Tinjauan Historis: Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Tabi‟in,” Tamaddun
8, no. 1 (2020): 1–20.
5
C. Metode Ijtihad Imam Hanafi.
6
3. Penggunaan Ijma' Sahabat sebagai sumber hukum ketiga.
7
hukum yang lain, karena adanya suatu yang lebih kuat yang membutuhkan
keadilan.3
Urf merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang sudah dilakukan atau
dikenal oleh masyarakat yang dijadikan sebagai sumber hukum. Dalam hal ini
Imam Abu Hanifah menetapkan Urf sebagai sumber hukum, beberapa alasan
dibalik kehujjahan Urf adalah adanya beberapa hukum Islam yang dinilai
sama dengan kebiasaan masyarakat Arab pra Islam seperti membayar diyat
kepada ahli waris yang terbunuh, dan juga adanya aqad jual beli salam. Imam
Hanafi sendiri menerapkan urf apabila sudah tidak ada lagi penyelesaian
hukum dari nash nash yang terdapat pada kelima sumber hukum diatas.4
3
Islam Al Mawaddah Warrahmah Kolaka et al., “Institut Agama METODE IJTIHAD IMAM
HANAFI DAN IMAM MALIK,” Jurnal Syariah Hukum Islam 1, no. 1 (2018): 16–37,
https://doi.org/10.5281/zenodo.1242561.
4
Sulfan Wandi, “Eksistensi ‟Urf Dan Adat Kebiasaan Sebagai Dalil Fiqh,” SAMARAH: Jurnal Hukum
Keluarga Dan Hukum Islam 2, no. 1 (2018): 181, https://doi.org/10.22373/sjhk.v2i1.3111.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
B. Saran.
9
DAFTAR PUSTAKA
Fadli, Muhammad Rijal. “Tinjauan Historis: Pemikiran Hukum Islam Pada Masa
Tabi‟in.” Tamaddun 8, no. 1 (2020): 1–20.
Jauhari, Wildan. Biografi Imam Abu Hanifah. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2018.
Mawaddah Warrahmah Kolaka, Islam Al, Askar Saputra, Khabar Ahad, Qoul
Shohabi, Amal Ahli Medina, Sadd AdDzarìah, and Istishaab andSyarù Man
Qoblanaa. “Institut Agama METODE IJTIHAD IMAM HANAFI DAN IMAM
MALIK.” Jurnal Syariah Hukum Islam 1, no. 1 (2018): 16–37.
https://doi.org/10.5281/zenodo.1242561.
Wandi, Sulfan. “Eksistensi ‟Urf Dan Adat Kebiasaan Sebagai Dalil Fiqh.”
SAMARAH: Jurnal Hukum Keluarga Dan Hukum Islam 2, no. 1 (2018): 181.
https://doi.org/10.22373/sjhk.v2i1.3111.
10