Professional Documents
Culture Documents
Tugas Khusus - Endah Wulandari
Tugas Khusus - Endah Wulandari
DISUSUN
OLEH:
ENDAH WULANDARI
(2230122322)
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PUSKESMAS LAPAI
Periode:
02 Januari – 28 Januari 2023
Disetujui Oleh:
Pembimbing
Puskesmas Lapai
Disahkan Oleh:
Ketua
Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Perintis Indonesia
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan yang berjudul "Menanam Tanaman Obat
di Rumah" dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karenanya, diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih
baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan kegiatan ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 3
iv
3.4 Antihistamin ...................................................................................................... 14
3.4.2 Cetirizine..................................................................................................... 15
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 20
BAB IV ....................................................................................................................... 27
PENUTUP ................................................................................................................... 27
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan karakteristik agen. Kebersihan perorangan yang buruk dapat menimbulkan infeksi
jamur, bakteri dan virus serta gangguan kulit lainnya. Lingkungan kerja yang kotor dan
lembab juga dapat memicu terjadinya perkembangan penyakit kulit.
1.3 Tujuan
1. Memberikan informasi tentang penyakit dermatitis dan penyebab penyakit
dermatitis serta penggunaan obat dermatitis topikal yang tepat terhadap penderita
dermatitis di Puskesmas Lapai Kota Padang.
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Dermatitis
Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di daerah
lahan basah yang diakibatkan oleh pemanfaatan air yang kurang bersih dan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) yang masih rendah. Penyakit kulit dapat digolongkan
ke dalam penyakit ringan yang dapat diatasi dengan swamedikasi. Dermatitis adalah
salah satu penyakit kulit yang menyebabkan peradangan pada lapisan kulit (epidermis
dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen,
menyebabkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul,
vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. (Chusniah, 2017)
3
dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya
dapat bersifat akut maupun kronis. Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal
langsung dari bahan iritan baik fisika maupun kimia, yang bersifat tidak spesifik, pada
sel- sel epidermis dengan respon peradangan pada dermis dalam waktu dan konsentrasi
yang cukup. Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas tipe lambat terhadap bahan-bahan kimia yang kontak dengan kulit dan
dapat mengaktivasi reaksi alergi (National Occupational Health and Safety
Commision, 2006).
a. Epidemiologi
Jumlah orang yang mengalami dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup
banyak, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan (dermatits akibat kerja), namun
angka kejadian dermatitis secara cepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara lain
karena banyak pasien dengan kelainan ringan tidak datang berobat, atau bahkan tidak
mengeluh.
b. Etiologi
Dermatitis kontak iritan terjadi karena kulit berkontak dengan bahan iritan,
bahan iritan adalah bahan yang pada kebanyakan orangmengakibatkan kerusakan sel
bila dioleskan pada kulit pada waktu tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.1,2
Faktor yang mempengaruhi penyebab dermatitis kontak yaitu : lama kontak, kekerapan
(terus menerus atau berselang), oklusi yang menyebabkan kulit lebih permeabel,
demikian pula gesekan atau trauma fisik.
c. Patogenesis
Dermatitis kontak iritan terjadi karena kulit berkontak dengan bahan iritan.
Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin tanduk dan mengubah daya
ikat kulit terhadap air, sehingga mengakibatkan menurunnya kemampuan kulit untuk
menahan air. Kebanyakan bahan iritan (toksin) merusak membran lemak (lipid
membrane) keratinosit, namun sebagiandapat menembus membran sel dan merusak
lisosom, mitokondria atau komponen inti. Kerusakan membran mengaktifkan
fosfolipase dan melepaskan arakidonat, diasilgliserida, platelet activating factor, dan
inositida, asam arakidonat yang diubah menjadi prostaglandin dan leukotrien.
4
Prostaglandin dan leukotrien menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan
permeabilitas vaskuler sehingga mempermudah transudasi mengeluarkan komplemen
dan kinin. Prostaglandin dan leukotrien juga bertindak sebagai kemoaktraktan kuat
untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mast untuk melepaskan histamin,
leukotrien dan prostaglandin lain dan platelet activating factor, sehingga terjadi
perubahan vaskuler (Muchid dkk,2008)
2.1.2 Dermatitis Kontak Alergik
Dermatitis kontak alergi (DKA) merupakan penyakit kulit yang disebabkan
oleh agen eksternal yang bertindak sebagai antigen atau alergen tertentu, dan
menghasilkan reaksi imunologi tipe IV yang merupakan reaksi hipersensitivitas tipe
lambat. Reaksi ini cenderung 10 melibatkan kulit di sekitar paparan berada dan bahkan
dapat menyebar didaerah lain pada permukaan kulit.
A. Etiologi
Penyebab munculnya Dermatitis Kontak Iritan adalah bahan yang bersifat
iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu,
bahan abrasif, enxim, minyak, larutan garam konsentrat, plastik dengan berat molekul
rendah atau bahan kimia higroskopis (Djuanda, 2003).
Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada setiap orang jika
terpapar pada kulit dengan konsentrasi yang cukup, pada waktu yang sufisien, dan
dengan frekuensi yang sufisien. Masing-masing individu memiliki predisposisi yang
berbeda terhadap mencegah kecenderungan untuk menginduksi dermatitis. Efek dari
iritan merupakan concetrationdependent, sehingga hanya mengenai tempat primer
kontak (Beltrani et al, 2006).
Faktor lingkungan juga berpengaruh pada munculnya dermatitis iritan,
misalnya perbedaan ketebalan di kulit diberbagai tempat menyebabkan perbedaan
permeabilitas; usia (usia < 8 tahun akan mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan
daripada kulit putih); jenis kelamin (wanita risiko dermatitis lebih tinggi); serta
penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (Beltrani et al, 2006).
Sistem imun juga berpengaruh pada terjadinya dermatitis ini. Pada orang-orang
yang immunocompromised, baik yang diakibatkan oleh penyakit yang sedang diderita,
5
penggunaan obat-obatan, maupun karena kemoterapi, akan lebih mudah untuk
mengalami dermatitis kontak (Hogan, 2015).
B. Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui
kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air kulit. Kebanyak bahan iritan
(toksin) merusak membran lemak keratinosit tetapi sebagian dapat menembus membran sel
dan merusak lisosom, mitokondria atau komplemen inti (Streit, 2004).
Ada dua jenis bahan iritan, yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang dan
menimbulkan gejala berupa eritema, edema, panas, dan nyeri (Kamphf, 2007).
Sedangkan iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak
berulang−ulang, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi
yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawar, sehingga mempermudah
kerusakan sel dibawahnya oleh iritan. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara,
tekanan, gesekan, dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut
(Graham, 2005).
Ketika terkena paparan iritan, kulit menjadi radang, bengkak, kemerahan dan
dapat berkembang menjadi vesikel atau papul dan mengeluarkan cairan bila terkelupas,
gatal, perih, dan rasa terbakar terjadi pada bintik merah−merah itu. Reaksi inflamasi
bermacam−macam mulai dari gejala awal seperti ini hingga pembentukan luka dan area
nekrosis pada kulit. Dalam beberapa hari, penurunan dermatitis dapat terjadi bila iritan
dihentikan. Pada pasien yang terpapar iritan secara kronik, area kulit tersebut akan
mengalami radang, dan mulai mengkerut, membesar bahkan terjadi hiper atau
hipopigmentasi dan penebalan (Verayati, 2011).
6
C. Gejala Klinis
Pasien mengeluh gatal Kelainan kulit bergantung pada tingkat keparahan dan
lokasi dermatitisnya.
1. Tangan
Merupakan anggota tubuh yang paling sering digunakan dalam kegiatan sehari-
hari sehingga sepertiga atau lebih penyakit kulit akibat kerja mengenai tangan.
Penyebab terjadinya dermatitis di tangan ialah bahan-bahan kimia misalnya deterjen,
antiseptik, getah sayuran, semen dan pestisida.
2. Lengan
Pada umumnya alergen yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis pada
daerah lengan sama dengan pada tangan, misalnya jam tangan yang terbuat dari nikel,
sarung tangan karet, debu semen dan tanaman.
3. Wajah
Dermatitis pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, spons yang
terbuat dari karet, obat topikal, alergen di udara, nikel pada tangkai kacamata, semua
alergen yang kontak dengan tangan yang dapat mengenai wajah, kelopak mata dan
leher pada waktu menyeka keringat. Bila di bibir atau sekitarnya mungkin disebabkan
oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan, dermatitis di sekitar kelopak mata dapat
disebabkan oleh cat rambut, cat kuku, eye shadow, maskara, obat mata baik berupa
tetes maupun salep.
4. Telinga
Penyebab dermatitis pada daerah telinga biasanya disebabkan oleh anting atau
jepit telinga yang terbuat dari nikel. Penyebab lain yang mungkin dapat menyebabkan
dermatitis misalnya obat topikal, tangkai kacamata, cat rambut dan gagang telepon.
5. Badan.
Dermatitis di badan dapat disebabkan oleh tekstil, zat warna, kancing logam,
karet, plastik, deterjen, bahan pelembut atau pewangi pakaian.
7
6. Paha dan tungkai bawah
Dermatitis dilokasi ini dapat disebabkan oleh tekstil, dompet, kunci yang
terbuat dari nikel, kaos kaki nilon, obat topikal, semen, sepatu dan sandal. Pada kaki
dapat disebabkan oleh deterjen dan bahan pembersih lantai.
-Usia
8
2.3 Pencegahan
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dermatitis kontak, antara lain:
Menghindari paparan zat yang menjadi penyebab iritasi atau alergi di kulit.
Berhenti menggunakan produk yang mengandung zat pemicu iritasi atau alergi.
Menggunakan pelembab kulit.
Mengompres area dermatitis kontak dengan kompres dingin.
Menghindari garukan pada area kulit yang mengalami dermatitis kontak.
Melindungi tangan dengan menggunakan sarung tangan jika diperlukan.
Mengkonsumsi obat-obatan kortikosteroid, baik dalam bentuk salep maupun
tablet.
Terapi imunosupresan, yaitu pemberian obat-obatan yang menekan sistem
kekebalan tubuh, untuk mengurangi peradangan.
Oleskan krim atau gel pelindung kulit. Produk-produk ini dapat melindungi
kulit sensitif.
Gunakan pelembab. Mengoleskan losion atau pelembab secara teratur dapat
membantu memulihkan lapisan terluar kulit dan menjaga kulit tetap halus.
Waspada saat di sekitar hewan peliharaan. Alergen dari tanaman, dapat
menempel pada hewan peliharaan dan kemudian menyebar ke manusia.
9
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1 Terapi Farmakologi
Ada beragam obat dermatitis yang dapat meredakan gejala serta mencegah
terjadinya komplikasi. Meski demikian, penggunaan obat dermatisis tidak boleh
sembarangan dan harus disesuaikan dengan kondisi serta gejala yang terjadi.
Dermatitis adalah peradangan kulit yang menyebabkan kulit menjadi beruam, gatal,
terkelupas, bersisik, hingga bengkak. Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan
dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan
alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.
Dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau
vesikel, serta eksudatif (madidans), kelainan kulit dikompres beberapa kali sehari
selama 15- 20 menit, Pada beberapa kasus yang lebih berat, diperlukan kortikosteroid
topical dari potensi sedang hingga potensi tinggi, Pada keadaan subakut, penggunaan
krim kortikosteroid potensi sedang hingga potensi tinggi merupakan pilihan utama.
Sedang kompres terbuka tidak diindikasikan.
10
Berdasarkan teori, salah satu metode untuk melakukan assessment adalah melalui
pertanyaan 3 Prime Question dan WWHAM.
A (Action) : Tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut?
Assessment yang dilakukan pada kasus ini yaitu melalui beberapa pertanyaan berikut:
11
3.3 Salep Kortikosteroid
12
Dewasa: Dioleskan 1–2 kali sehari.
hydrocortisone salep, krim, atau lotion, oleskan obat secukupnya sampai merata
dengan kulit. Jangan lupa untuk selalu mencuci tangan dengan air dan sabun
sebelum dan sesudah menggunakan obat ini.
Hindari menutup area yang sudah diolesi hydrocortisone dengan kain, plester,
atau kain kasa, kecuali atas saran dari dokter.
13
3.3.4.1 Penggunaan Salep Kortikosteroid yang Tepat
Salep kortikosteroid biasanya hanya perlu dioleskan sebanyak 1–2 kali sehari
selama 1–2 minggu. Gunakan salep hanya seujung jari tangan dan oleskan secara
merata ke atas permukaan kulit yang bermasalah hingga terserap seluruhnya.
3.4 Antihistamin
Antihistamin adalah obat yang bekerja sebagai antagonis reseptor histamin
yang ada, seperti reseptor histamin H1, H2, H3. Antagonis Reseptor H1 (AH1)
menghambat efek histamin di pembuluh darah, bronkus dan otot polos, selain itu AH1
juga dapat mengobati reaksi hipersensitivitas (Gan, 2007).
14
Anti histamin pada sediaan ini berguna untuk kondisi batuk yang disebabkan
oleh alergi atau pilek sediaan ini juga merangsang reseptor opioid, sehingga
memperkuat efek penekanan batuk, analgesik dan efek lainnya jika diberikan dalam
dosis tertentu. Klorfenamin adalah antihistamin yang ampuh. Klorfenamin terutama
bekerja sebagai inverse agonist dari H1 reseptor histamin . Obat ini juga disebutkan
mempunyai aktivitas anti kolinergis melalui efek antagonis dari reseptor asetilkolin
muskarinis. Senyawa dextrorotatorystereoisomer, yaitu deksklorfenamin, dilaporkan
memiliki nilai Kd sebesar 15 nM untuk reseptor H1 dan 1,300 nM untuk reseptor
asetilkolion muskarinis pada jaringan otak manusia. Selain merupakan
sebuah antagonis reseptor histamin H1, klorfenamin juga ditemukan mempunyai
efek serotonin reuptake inhibitor yang ampuh (Gray, 2015).
3.4.2 Cetirizine
Cetirizine merupakan obat golongan antihistamin yang digunakan untuk
mengurangi alergi seperti gatal-gatal pada tubuh, Obat ini bekerja dengan cara
memblokir histamin, yaitu senyawa yang meningkat jumlahnya dan menimbulkan
gejala alergi saat tubuh terpapar alergen (zat pemicu alergi). Cetirizine bekerja
dengan menghalangi zat alami tertentu (histamin) yang dibuat tubuh selama reaksi
alergi. Cetirizine bekerja melawan produksi histamin, sehingga termasuk dalam kelas
obat yang disebut antihistamin. Cetirizine merupakan antihistamin selektif reseptor H1
dengan efek sedative yang rendah pada dosis aktif farmakologi dan mempunyai sifat
tambahan sebagai anti alergi. Cetirizine menghambat pelepasan histamin pada fase
awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi. Indikasi utama Cetirizine adalah alergi.
Karena gejala gatal dan kemerahan biasanya disebabkan oleh reaksi histamin pada
reseptior H1, gejala akan hilang jika reseptor tersebut dihambat.
15
Cetirizine bekerja sebagai antagonis selektif dari H1 reseptor histamin,
Cetirizine mempunyai selectivity 600 kali lipat atau lebih untuk reseptor H1 jika
dibandingkan dengan lokasi lain. Obat ini mempunyai selektivitas untuk reseptor
H1 20.000 kali atau lebih jika dbandingkan dengan lima macam reseptor muscarinic
acetylcholine, karenanya obat ini tidak mempunyai efek antikolinergis. Obat ini
menunjukan sifat inhibisi ringan pada kanal hERG (IC50 > 30 μM) dan tidak
menunjukkan efek kardiotoksisitas sampai dengan dosis 60 mg/hari, yaitu enam kali
dosis yang direkomendasikan dan dosis cetirizine tertinggi yang pernah dipelajari
penggunaannya pada subjek yang sehat
16
cetirizine tidak mengalami proses metabolisme yang besar oleh cytochrome P450,
cetirizine tetap mengalami proses metabolisme dengan cara lain, antara
lain oxidation dan conjugation. Pemeriksaan cetirizine yang belum termetabolisme
menggunakan Plasma radioactivity menunjukkan nilai sebesar lebih dari 90% pada
2 jam, 80% pada10 jam, dan 70% pada 24 jam, hasil ini menunjukkan metabolisme
yang lambat dan terbatas (Cheen,2008)
Penggunaan obat antihistamin sesuai dengan resep dokter dan petunjuk pada
kemasan obat. Jangan mengurangi atau menambah dosis yang dikonsumsi tanpa
petunjuk dokter. Cetirizine atau CTM bisa dikonsumsi bersama atau tanpa makanan.
Tablet, kaplet, atau kapsul perlu ditelan secara utuh bersama segelas air. Jangan
mengunyah atau menghancurkan obat. Jika lupa mengonsumsi cetirizine, segera
konsumsi begitu teringat. Namun, bila jeda waktu dengan dosis selanjutnya sudah
dekat, abaikan dosis tersebut dan jangan menggandakan dosis selanjutnya. Simpan
cetirizine di tempat kering dan sejuk yang terhindar dari sinar matahari langsung.
Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
17
3.5 Oral kortikosteroid
3.5.1 Dexamethasone
Dexamethasone merupakan golongan obat kortikosteroid yang berkerja dengan
cara menurunkan peradangan dan menurunkan sistem kekebalan tubuh. Sama seperti
steroid yang dihasilkan oleh tubuh secara alami. roses inflamasi.2 Kortikostreoid
merupakan anti-inflamasi yang bekerja dengan mekanisme menghambat enzim
fosfolipase A2 sehingga akan mencegah pelepasan asam arakidonat yang memproduksi
enzim cyclooxygenase (COX). Enzim COX inilah yang bertanggung jawab atas
pembentukan prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi dan nyeri.2
Deksametason merupakan kortikosteroid dari golongan glukokortikoid yang
mempunyai efek anti-inflamasi yang adekuat. Pemberian deksametason akan menekan
pembentukan bradikinin dan juga pelepasan neuropeptida dari ujung-ujung saraf, hal
tersebut dapat menimbulkan rangsangan nyeri pada jaringan yang mengalami proses
inflamasi. Penekanan produksi prostaglandin oleh deksametason akan menghasilkan
efek analgesia melalui penghambatan sintesis enzim cyclooksigenase di jaringan
perifer tubuh. Deksametason juga menekan mediator inflamasi seperti tumor necrosis
factor-α (TNF-α), interleukin 1-β (IL-1 β), dan interleukin-6 (IL-6). Berbagai merek
dagang yg dikenal selain merek generik ini adalah Cortidex, Dexamethasone, Dextaco,
Dextamine, Etadexta, Licodexon, Lorson, Omedeson, Pycameth, Trodex.
18
3.6 Terapi Non Farmakologi
Cara terbaik untuk mencegah dermatitis kontak adalah dengan menghindari
bersentuhan atau kontak langsung dengan zat penyebab alergi dan iritasi. Jika tidak
bisa menghindarinya, ada beberapa cara untuk mengurangi risiko terkena dermatitis
kontak, yaitu:
5. Gunakan pelembap.
6. Mengubah program diet. Dermatitis kontak bisa muncul karena alergi terhadap
zat nikel yang terdapat dalam beberapa jenis makanan
19
BAB III
PEMBAHASAN
Telah diketahui pada tanggal 16 januari 2023 di Puskesmas Lapai Kota Padang,
Seorang Pasien 34 Tahun Inisial Ny. R diduga mengalami Dermatitis Kontak, dan
pasien menerima resep dari dokter Salep Hydrocortisone 2,5% dan Cetirizine Hcl 10
mg.
PUSKESMAS LAPAI
KOTA PADANG
Nama Ny. R
Umur 34 th
Berat Badan 52 kg
Tanggal 16 Januari 2023
Dokter -
Resep -Hydrocortison 2,5%
-Cetirizine
Keluhan -Ruam pada kulit bagian kaki
-Ada terasa gatal
Pemberian Informasi Obat Obat yang diresepkan dokter adalah Hydrocortisone 2,5%
dan Cetirizine Hcl 10 mg. Obat Salep Kortikosteroid da
Antihistamin ini dapat membantu meringankan keluhan
gatal dan ruam pada pasien.
Penggunaan salep Hydrocortisone 2,5% yang pertama
dengan mencuci tangan terlebih dahulu, pastikan keadaan
ruam pada kulit pasien tidak dalam keadaan kotor,
(sebaiknya setelah mandi) dan dalam keadaan tidak ada air
pada kulit, lalu oleskan obat secara tipis dan merata pada
20
bagian yang sakit, digunakan 3 x sehari. Dan hindari kulit
yang ruam dari kotoran seperti debu.
Obat Oral seperti Cetirizine Hcl 10 mg adalah obat
Antihistamin untuk meredakan rasa gatal yang dialami
pasien, Obat ini dikonsumsi 1 x sehari 1 tab dan 15 menit
setelah makan. Ada efek seperti mengantuk jika
mengkonsumsi obat ini, maka hindari menyetir dalam
jangka jauh
Untuk meningkatkan Efektivitas Terapi, hindarilah zat
atau penyebab dermatitis terjadi. Seperti Deterjen dan lain
nya. Hal yg dapat dilakukan:
Gunakan pelembap.
21
Rawatlah kulit dengan cara banyak meminum air
putih, mengonsumsi buahbuahan, olahraga teratur,
dan tidur yang cukup.
Analisa kasus
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (inflamasi pada kulit) yang disertai
dengan pengelupasan kulit. Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis
sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel,
skuama, dan keluhan gatal). Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan
timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat
menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak
berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun
demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan
gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun
yang terdapat pada berbeda. Penyakit dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis
22
dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen maupun faktor endogen
yang menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik dimana sifatnya
cenderung residif dan menjadi kronis. Faktor eksogen yang menyebabkan dermatitis
disebut dermatitis kontak.
PIO (Pemberian Informasi Obat)
Pada kasus pengobatan Pasien di dari resep yang diterima oleh Apotek
puskesmas lapai kota padang, pengobatan dermatitis ini banyak diberikan
Kortikosteroid oral maupun salep seperti Dexamethasone, hydrocortison, dan obat
Antihistamin Cetirizine, Klorfeniramin maleat. Rata-rata resep yang didapatkan dari
pasien yang memiliki keluhan pada kaki seperti ruam dan gatal sehingga menganggu
aktifitas pasien.
Terdapat efek jangka panjang penggunaan salep kulit atrofi dan penipisan kulit,
menyebabkan kulit tampak lebih tipis dan berkeriput, serta lebih mudah terluka dan
berdarah. munculnya stretch mark, memar, perubahan warna, serta penampakan
pembuluh darah di bawah kulit (telangiektasis). Salep kortikosteroid biasanya hanya
perlu dioleskan sebanyak 1–2 kali sehari selama 1–2 minggu. Gunakan salep hanya
23
seujung jari tangan dan oleskan secara merata ke atas permukaan kulit yang bermasalah
hingga terserap seluruhnya.
Histamin merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kelainan akut dan
kronis, sehingga perlu diteliti lebih lanjut mekanisme antihistamin pada pengobatan
penyakit alergi. Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin. Antihistamin
adalah salah satu obat yang sering diresepkan pada anak-anak hingga orang tua.
Dengan demikian penerapan terapi dalam pengobatan diperlukan untuk memastikan
penggunaan obat yang tepat untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat
sehingga tujuan efektivitas terapi dapat tercapai.
24
melewati membran sel dan berikatan dengan reseptor glukokortikoid di sitoplasma.
Kompleks antara dexamethasone dan reseptor glukokortikoid ini dapat berikatan
dengan DNA sehingga terjadi modifikasi transkripsi dan sintesis protein. Akibatnya,
infiltrasi leukosit terhambat, mediator inflamasi menurun, dan edema jaringan
berkurang.
Care Plan dilakukan oleh apoteker untuk menjamin penggunaan obat pasien
tercapai tujuan terapi yang telah ditentukan. Terapi yang telah didapatkan diharapkan
dapat menimbulkan efek yang baik dan aman bagi pasien. Tujuan dari care plan adalah
untuk membantu mengendalikan kondisi medis pasien berdasarkan ilmu farmakoterapi
dan segala hal yang diperlukan untuk mencapai outcome yang diharapkan. Langkah
terpenting yang dilakukan dalam care plan oleh apoteker adalah menganalisis tujuan
terapi dan menganalisis DRP (Drug Related Problem) pada pengobatan pasien dapat
berupa indikasi yang tidak ditangani, pemilihan obat yang kurang tepat, penggunaan
obat tanpa indikasi, dosis terlalu kecil, dosis terlalu besar, efek samping, interaksi obat
dan ketidak patuhan pasien.
Pelaksanaan Care Plan dilakukan monitoring dan review untik memastikan
keberhasilan target terapi. Monitoring dan review adalah bagian dari pharmaceutical
care untuk mencapai tujuan akhir dalam meningkatkan pengobatan pasien. Tujuan
keseluruhan pengobatan dermatitis kontak iritan adalah pencegahan kontak kulit
dengan bahan-bahan penyebab iritasi dan mengatasi manifestasi klinik yang dialami
pasien. Monitoring dapat dilakukan dengan Home Pharmacy Care atau Telepharmacy
25
Care. Salah satu bentuk monitoring yang bisa dilakukan oleh apoteker adalah dengan
melakukan percakapan melalui telepon dengan pasien untuk menanyakan kondisi
pasien.
26
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dermatitis merupakan efek sitotoksik pada kulit berupa reaksi peradangan non
imunologik melalui jalur eksogen ataupun endogen yang berkontak langsung dengan
tubuh (Wolff, 2008). Tujuan terapi pada pasien dermatitis adalah pencegahan kontak
kulit dengan bahan-bahan penyebab iritasi dan mengatasi manifestasi klinik yang
dialami pasien . Pengobatan dapat diberikan dengan obat kortikosteroid oral dan
topical, Serta obat Antihistamin untuk membantu meredakan rasa gatal. Pemberian
obat dapat diberikan Hydrocortisone 2,5%, Cetirizine Hcl 10 mg, atau Dexamethasone
10 mg yang diberikan sesuai dengan resep dokter.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah adanya PIO (Pemberian Informasi Obat)
menejelaskan bagaimana cara penggunaan obat yang diberikan, dosis, rute pemaian
obat, waktu pemberian obat dan juga pemberian Informasi Non Farmakologi yang
dapat membantu mempercepat penyembuhan pasien.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ardhie AM. 2016. Dermatitis dan Peran Steroid dalam Penanganannya. Dexa Media,
Armando A, Taylor JS, Sood A.2008. Irritant Contact Dermatitis. Edisi ke-7. McGraw
Hill, USA.
Beltrani. 2006. Contact dermatitis A Pratice Parameter. Annals of allergy asthma and
immunology. 97(6):1–38.
Chusniah, I., & Muhtadi, A. (2017). Review artikel : Aktivitas jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) sebagai antibakteri, antivirus, antifungal, larvasida dan athelmintik.
Farmaka, 15(2), 9–22.
Djuanda, S., dan Sri A.S. 2003. Dermatitis. Dalam : Djuanda,A. et al., ed 3 Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Graham R, Brown. 2005. Lecture notes dermatology. 18th Ed. EMS. Jakarta.
Muchid Abdul dkk. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit 2008. 4. Purwanto
Setiyo.
Gray, Shelly L.; Anderson, Melissa L.; Dublin, Sascha; Hanlon, Joseph T.; Hubbard,
Rebecca; Walker, Rod; Yu, Onchee; Crane, Paul K.; Larson, Eric B. (January 26,
2015)
28
Sumantri MA, Febriani HT, Musa ST. 2010.Dermatitis Kontak. Pharma–C.
Yogyakarta.
Verayati D. 2011. Hubungan pemakaian alat pelindung diri (APD) dan personal
higiene terhadap kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada pemulung ditempat
pembuangan akhir (TPA) Bakung Bandar Lampung [skripsi]. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL. 2008. Fitzpatrick’s
Dermatology in general medicine. Edisi ke-7. McGrawHill, New York.
29