You are on page 1of 14

MAKALAH

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN


ISU-ISU MENGENAI PENDIDIKAN FORMAL, INFORMAL DAN NONFORMAL DARI
BERBAGAI ASPEK (E-LEARNING DAN HOME SCHOOLING)
DOSEN PENGAMPU: ADE IRMA, S.Pd., M.Pd.

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 11
SITI ZAHRATUL HASANAH (12110621733)
TIARA PUTRI (12110621411)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1444 H / 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR
ISI.............................................................................................................................................
KATA
PENGANTAR......................................................................................................................................2

BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3

A. LATARBELAKANG................................................................................................................................
.3
B. TUJUAN................................................................................................................................................4
C. RUMUSAN
MASLAH.............................................................................................................................4

BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................................................................5

A. KAJIAN TENTANG
PENDIDIKAN............................................................................................................5
1. PENGERTIAN
PENDIDIKAN.............................................................................................................5
B. PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA ATAU ISU-ISU
PENDIDIKAN..........................................5
1. HOMESCHOOLING.........................................................................................................................
5
2. E-
LEARNING...................................................................................................................................8
3. Keprofesionalan dan kesejahteraan guru...........................................................................9
4. Sarana dan Prasarana yang Kurang Mendukung...........................................................................9
5. Efisiensi Pengajaran......................................................................................................................10

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN.......................................................................................................................................1
1
B. Daftar Pustaka.....................................................................................................................................12
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami sampaikan kepada khadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya. Kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Isu-Isu Mengenai Pendidikan
Formal, Informal, dan Non formal dari Berbagai Aspek“. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah kapita Selekta

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan sesuai dengan tepat waktu.Kami mohon maaf jika makalah ini kurang
sempurna. Oleh karena itu , Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi seluruh masyarakat dan dapat jugabermanfaat
untuk menambah wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan tentang ilmu kewirausahaan
bagi kita semua seluruh masyarakat umum dan juga untuk mahasiswa .

Pekanbaru, 13 Maret 2023

Kelompok 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai pengalaman pahit yang dialami sebagai kegagalan dalam menjalankan


pendidikan di sekolah pada beberapa orangtua yang memiliki beragam kasus pada anaknya, tidak
dapat dipungkiri telah melahirkan penilaian negatif dan ketidakpercayaan terhadap sekolah.
Sekolah dinilai menjadi lembaga pendidikan yang tidak adil dalam melayani kebutuhan belajar
anak, tidak memahami keunikan anak, bahkan sampai pada pandangan bahwa sekolah telah
gagal dalam menjalankan peran sebagai lembaga pendidikan. Pandangan masyarakat terhadap
pendidikan formal dan homeschooling sebagai pendidikan alternatif, memberikan gambaran
bahwa terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan mengapa homeschooling menjadi
pendidikan alternatif pada sebagian masyarakat:

Pendidikan adalah hal yang utama didalam kehidupan era skarang ini.pendidikan dapat
diperoleh melalui jalur pendidikan formal, informal dan nonformal. Taman pendidikn al-quran
merupakan lembaga pendidikan nonformal yang ikut serta dalam memajukan dan mencerdaskan
anak bangsa terutama remaja,baik pendidikan moral maupun agama.penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui i) Perilaku sosial remaja ditaman pendidikan al-quran ii) Pengaruh dan faktor
penyebab perilaku sosial remaja dalam masyarakat Pendidikan adalah hal mutlak yang wajib
dimiliki oleh semua individu, di dalam setiap ajaran agama menganjurkan agar setiap individu
wajib berusaha untuk mendapatkan pendidikan. 1Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur
formal, non formal dan informal. Pendidikan dalam lingkungan keluarga (In formal) memiliki
peranan yang sangat penting. Ini karena setiap individu mendapatkan pendidikan yang pertama
berasal dari lingkungan keluarga.Di dalam keluarga individu dididik untuk menjadi seorang anak
yang baik, yang tahu sopan santun dan etika serta mempunyai moral sifat yang terpuji. Selain
dari keluarga pendidikan dapat diperoleh pula dari lingkungan formal, dalam hal ini sekolah atau
lembaga formal lainnya yang berkompeten dalam bidang

pendidikan.Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa


rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku misalnya SD, SMP, SMA dan PT (Perguruan
Tinggi). Pendidikan formal lebih difokuskan pada emberian keahlian atau skill guna terjun ke
masyarakatDalam lingkungan formal ini setiap individu akan mendapatkan pendidikan yang
lebih luas mengenai pedoman dan etika moral kemanusiaan untuk bekalnya dalam menghadapi
pergaulan di masyarakat. Lingkungan ketiga yang menjadi penentu sukses tidaknya pendidikan
iindividu adalah lingkungan masyarakat ( Nonformal), lingkungan ini menuntut pengaplikasian
pendidikan yang telah didapat oleh seorang individu baik dari lingkungan keluarga maupun dari
lingkungan formal.

1
Jamaluddin Arifin, Implikasi Pendidikan Nonformal Pada Remaja, Hal. 2

3
Pendidikan non formal merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap
orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup.
Pendidikan nonformal adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan
terarah di luar sekolah. Dalam pergaulannya di masyarakat, individu harus mempunyai etika dan
sopan santun. Dari ketiga penjelasan diatas jelas bahwa ketiganya sangat berkaitan erat dengan
kehidupan remaja, Coobs (1973) dalam D Sudjana (2003) membedakan ketiga jenis pendidikan
itu sebaga berikut: pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat,
berjengjang dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setara
dengannya.

B. TUJUAN

Dapat dilihat dari latar belakang sehingga menghasilkan rumusan masalah sebagai berikut :

 Untuk mengetahui Isu-Isu apa saja yang yang terjadi mengenai dunia pendidikan dalam
berbagai aspek
 Untuk mempelajari apa itu pendidikan formal, informal dan nonformal.
 Untuk menemukan masalah dan solusi mengenai isu-isu tersebut
C. RUMUSAN MASALAH

Dari rumusan masalah diatas maka dapat diambil tujuannya sebagai berikut :

1. Mengetahui apa penyebab terjadinya isu mengenai dunia pendidikan diberbagai aspek
2. Mengetahui bagaimana solusi mengatasi isu-isu tersebut

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Tentang Pendidikan


1. Pengertian pendidikan

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan yang dilakukan harus secara
sadar agar dapat mengembangkan potensi mereka dengan baik.

Menurut Suroso Prawiroharjo (Dwi siswoyo, dkk. 2008: 15), salah satu konsep tentang
pendidikan yang banyak diajarkan dilembaga pendidikan, guru adalah yang menggambarkan
pendidikan sebagai bantuan pendidik untuk membuat peserta didik dewasa, artinya kegiatan
pendidik berhenti tidak diperlukan lagi apabila kedewasaan yang dimaksud yaitu kemampuan
untuk menetapkan pilihan atau keputusan serta mempertanggungjawabkan perbuatan dan
perilaku secara mandiri telah tercapai. Menurut Poerbakawatja dan Harapan (Sugihartono, dkk.
2007: 3), pendidikan merupakan usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk meningkatkan
kedewasaan yang selalu diartikan sebagai kemampuan

B. Permasalahan Pendidikan di Indonesia atau isu-isu pendidikan


1. Home Schooling

Munculnya fenomena baru dalam dunia pendidikan yaitu methode alternative


Homeschooling, yang merupakan salah satu pendidikan non formal. Homeschooling juga
dapat memunculkan problem-problem bagi anak, yang melibatkan kognisi dan psikososial.
Apabila kondisi yang anak-anak alami tidak dapat teratasi maka akan berdampak pada proses
perkembangan dan perubahan-perubahan terjadi akibat dari proses belajar salah yang di
tunjang oleh faktor lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggetahui
bagaimana problematika yang dihadapi anak Homeschooling.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, dimana peneliti mencoba menggambarkan
fenomena atau kenyataan yang tampak. Peneliti menggunakan tujuh subyek yang menggikuti
Homeschooling, tiga subyek laki-laki dan empat subyek perempuan dan berusia 6-12 tahun.
Lokasi penelitian bertempat di Homeschooling Berkemas, yang dilakukan pada bulan
November hingga bulan Desember. Teknik penggumpulan data yang digunakan adalah
wawancara dan obsevasi, dan data pendukung dari informan yang berasal dari keluarga
terdekat dan tutor subyek. Hasil penelitian secara garis besar menggambarkan bahwa anak-
anak yang mengikuti Homeschooling menghadapi problem-problem yang berkaitan dengan
kognisi atau belajar dan permasalahan psikososial yang sangat penting untuk diperhatikan.

5
Dari ketujuh subyek hanya dua subyek yang termotivasi melihat saudaranya yang lebih
dulu mengikuti Homeschooling dan ikut bergabung, sedangkan kelima subyek memiliki
alasan sikap teman-teman disekolah dan sikap guru yang kurang bisa menghargai murid-
murid serta tekanan prestasi di sekolah. Selain hal yang dirasakan anak-anak di sekolah
adanya peran orang tua dalam menggambil keputusan menggalihkan anak-anak ke
Homeschooling. Anak-anak yang mengikuti Homeschooling tunggal dan majemuk merasa
kesepian karena belajar tanpa ada teman-teman, sedangkan untuk jenis komunitas merasa
bosan dan jenuh karena hanya bertemu dengan beberapa teman-teman. Hasil kegiatan belajar
di Homeschooling akan di laporkan dalam bentuk port folio. Problem kognisi yang berkaitan
dengan belajar mereka alami pada pelajaran non eksak yang kurang diminati oleh kelima
subyek karena menurut mereka pelajaran tersebut sangat sulit di pahami dan di ingat karena
membutuhkan konsentrasi dan perhatian khusus, sedangkan ke dua subyek merasa tidak ada
kendala dalam hal pelajaran, dan menurut kedua subyek seluruh pelajaran memiliki tingkat
kesulitan yang berbeda dan harus dipelajari.

Hubungan dengan lingkungan sosial menjadi lebih terbatas karena kegiatan belajar yang
berbeda dengan teman-teman di lingkungan rumah. Rasa iri pada teman-teman yang
bersekolah memunculkan Keinginan untuk bisa bersekolah lagi bukan untuk belajar
melainkan untuk bertemu dan berkumpul bersama dengan teman-teman. Anak-anak
Homeschooling merasa takut dan malu bila harus berhadapan dengan orang baru maupun
lingkungan baru serta memiliki kecenderungan untuk menghindari masalah. Dengan
mengikuti Homeschooling orang tua dapat lebih dekat dengan anak serta pihak orang tua
dapat memantau segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak.

Arti belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan
tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan,
keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya. Belajar
merupakan sesuatu yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam masing-
masing tingkatan pendidikan.2 Pada saat ini, di Indonesia Menurut Undang-undang No.20
tahun 2003 pada Bab VI membahas mengenai Jalur pendidikan yakni jalur pendidikan
Formal, pendidikan Nonformal, dan pendidikan Informal.

Jalur pendidikan merupakan cara yang dilalui oleh peserta didik untuk mengembangkan
potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan
berbagai macam jalur pendidikan yang tersedia, semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu
memberikan pengetahuan bagi peserta didiknya. Jalur pendidikan formal merupakan
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya dan mempunyai jenjang
pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pendidikan
tinggi. Pendidikan nonformal merupajkan jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang

2
Dr. Ahdar Djamaluddin, S.Ag., S.Sos., M.Pd.i. BELAJAT DAN PEMBELAJARAN.CV.KAAFFAH
LEARNING CENTER.HAL.7,2019

6
Dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah,dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat, Sedangkan jalur pendidikan informal merupakan
jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Sebutan
sekolah rumah untuk Homeschooling merupakan model pendidikan alternative yang
fenomenal yang ramai diperbincangkan oleh kalangan masyarakat, orang tua, dan praktisi
pendidikan, diantaranya berkaitan dengan sosialisasi anak jika belajar di rumah, peran orang
tua akan bisa secara total dalam mengawasi dan mendampingi anak, baik dalam cara
belajarnya, materi pelajaran, proses evaluasinya.

Menurut Sumardiono (2007) yang merupakan salah seorang praktisi homeschooling,


prinsip dalam pendidikan homeschooling adalah sebuah keluarga bertanggung jawab sendiri
atas pendidikan anak-anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya.
Orang tua Bertanggung jawab dan terlibat secara langsung dalam proses penyelenggaraan
pendidikan dan PDCA (Plan, Do, Check and Actions) yakni mulai dari penentuan arah dan
tujuan dari pendidikan, nilai yang ingin dicapai, keterampilan dan kemampuan yang ingin
dicapai, kurikulum pembelajaran hingga cara belajar keseharian anak. salah satu hal
kelemahan dalam homeschooling yaitu sosialisasi dengan teman sebaya (horizontal
socialization) relatif lebih rendah.

Peserta didik homeschooling relatif tidak terekspos dengan pergaulan yang heterogen dan
majemuk baik secara sosial dan memungkinkan untuk terisolasi dari lingkungan sosial,
khususnya pelaksana homeschooling tunggal dan majemuk. Disamping itu pula dikuatirkan
peserta didik dapat kehilangan kesempatan bergaul dengan lingkungan yang heterogen dan
majemuk, padahal dalam lingkungan tersebut peserta didik dapat mempelajari banyak hal.
Secara umum, Peserta Didik akan menjadi kurang memiliki pengalaman di bidang sosialnya,
serta dikhawatirkan bisa jadi kepekaan dan kompetensi sosialnya berkurang, serta menjadi
kurang bermasyarakat ketika dewasa nantinya. Berbeda dengan peserta didik yang mengikuti
sekolah pada umumnya.

Namun dalam perjalanannya sekolah alternative Homeschooling juga mendapatkan


kritik yang mendalam diantaranya seperti menurut Daoed Joesoef Mantan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Pembangunan III, 1978-1983 pada Kompas edisi 9 Juni
2007 yang berisi “Bila pendidikan privat jenis ini (homeschooling) memarak dan menjadi
pengganti (alternatif) pendidikan sekolah formal, dalam jangka panjang ia akan berakibat
fatal bagi pertumbuhan anak Indonesia menjadi manusia yang bermasyarakat (homo
socialis). Rachman, (2007: 160). Jenis sekolah rumah seperti inilah yang sebaiknya tidak
dibiasakan karena bisa merusak pertumbuhan anak menjadi manusia yang tidak
bermasyarakat

7
Permasalahan yang dirasakan oleh anak-anak Homeschooling berkaitan dengan kognisi atau
belajar, subjek yaitu pada pelajaran non eksak karena menurut mereka pelajaran tersebut
membutuhkan konsentrasi dan perhatian khusus. Permasalahan lain yang di hadapi oleh
anak-anak Homeschooling yaitu Beberapa anak masih merasa takut dan malu untuk
menyampaikan pendapat dan menyampaikan masalah kepada orang tua, namun anak-anak
lain bertanya sebagai peluang untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya.
Permasalahan sosial juga dirasakan oleh anak-anak Homeschooling, hubungan dengan
temanteman di sekitar menjadi terbatas karena kegiatan belajar.

selain kekecewaan terhadap guru maupun sikap teman-teman subjek, anak-anak


mengikuti Homeschooling juga merupakan keputusan dari orang tua yang kurang percaya
pada sistem sekolah dan tidak ingin di sibukan dengan permasalahan anak-anak disekolah.
Anak-anak Homeschooling mengangap bahwa sekolah merupakan tempat belajar yang
membosankan dengan rutinitas yang sama setiap harinya sehingga anak-anak menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk belajar di sekolah tanpa bisa menggembangkan bakat dan
minat yang lain, sedangkan Homeschooling merupakan tempat yang nyaman untuk belajar.

2. E-learning

Kemajuan teknologi tentu saja berimplikasi pada hal lain, pengajar yang dalam
penyampaian materinya tidak pernah memperbaharui materinya akan tertinggal dari
perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat. Seorang mahasiswa bisa saja akan tahu
lebih cepat dibandingkan dosennya, ketika mahasiswa itu selalu mengupdate berita dengan
mengakses internet dan mencari informasi secara kontinyu. Dari gambaran itu kita bisa
melihat bagaimana pentingnya peran informasi (internet) dalam proses pembelajaran.

Kehadiran internet telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat
manusia dalam berbagai aspek dan dimensi kehidupan. Internet merupakan salah satu
instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan
terhubung dengan sangan mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau
kebangsaaan. Dalam pembelajaran dengan metode itu juga akan menimbulkan isu atau
masalah yang terjadi didalam pembelajaran, karena pembelajaran yang dilakukan secara
online atau E-learning ini akan menghambat pengetahuan anak yang mana jika anak tersebut
tidak paham mengenai materi terebut maka dia tidak akan terlalu memaksakan atau
memikirkan matri pembelajaran tersebut sebab menurutnya tak ada guru yang akan tau
mengenai ketidak tahuannya tersebut. Dan masalah lainnya adalah mengenai jaringan
internet yang tidk memadai untuk digunakan dalam hal pemelajaran sehingga timbulnya
masalah-masalah yang baru.

8
3. Keprofesionalan dan kesejahteraan guru

Sosok guru bisa dibilang ujung tombak dalam proses pendidikan. Berhasil atau tidaknya
suatu proses pendidikan serta tinggi rendahnya kualitas suatu pendidikan ditentukan salah satu
faktornya adalah guru. Pentingnya peranan seorang guru tentunya mengarah pada suatu
tanggung jawab untuk menjalankan profesi tersebut dengan suatu sikap profesionalisme yang
tinggi. Dan dalam menjalankan profesinya, seorang guru tidak hanya dituntut untuk mampu
memberikan pengetahuan kepada anak didiknya, akan tetapi juga harus mampu menanamkan
suatu nilai – nilai pendidikan dengan guru sebagai contohnya. Dalam menjalankan profesinya,
seorang guru harus melakukan dua fungsi sekaligus yaitu; fungsinya secara moral yang mana
ia diharuskan membimbing anak didiknya tidak hanya dengan kecerdasannya akan tetapi juga
dengan rasa cinta, dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Dan juga menjalankan fungsi
kedinasannya yaitu mendidik dan membimbing para anak didiknya agar menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas dan bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Oleh karena itu, Guru
harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

Faktor lain yang menjadi masalah dalam perkembangan Pendidikan adalah kesejahteraan
guru. Hal ini sangat berimplikasi terhadap rendahnya kinerja seorang Guru. Dalam menyikapi
masalah ini, banyak pro dan kontra terhadap masalah “kesejahteraan” yang selama ini telah
menjadi permasalahan dan belum diketahui ujung pangkalnya. Sebagian orang beranggapan
bahwa sangat kurangnya kompensasi dari pemerintah terhadap kinerja guru mengakibatkan
kurang profesionalnya para guru di negara kita selama ini. Akan tetapi, ada juga yang
beranggapan bahwa “kesejahteraan” itu tidak dapat sepenuhnya menjamin keprofesionalan
seorang Guru dalam bekerja. Kesejahteraan itu muncul apabila seorang Guru dapat bekerja
secara profesional dan bersungguh – sungguh menjalankan tugasnya dengan penuh keikhlasan
dan dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan.

4. Sarana dan Prasarana yang Kurang Mendukung

Terkait hal peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, juga harus ditunjang dengan
sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Tapi sayangnya hingga sekarang, sarana dan
prasarana pendidikan yang dimiliki sebagian besar sekolah di Indonesia masih kurang
memadai seperti fasilitas laboratorium dan sebagainya. Sarana dan prasarana ini padahal
sangat vital dalam kegiatan proses belajar dan mengajar. Sebagian besar alat peraga di
sekolah-sekolah masih kurang terkontrol baik dari segi mutu, harga dan sikap pribadi para
pengusaha sarana pendidikan. Padahal setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana
yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,
ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain,

9
tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Tanpa ada sarana dan prasarana yang
mendukung proses pendidikan, pendidikan di Indonesia akan sulit mengalami kemajuan.
Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana akan sangat menunjang atas tercapainya suatu
tujuan dari pendidikan, sebagai seorang personal pendidikan kita dituntut untuk menguasi dan
memahami administrasi sarana dan prasarana, untuk meningkatkan daya kerja yang efektif
dan efisien serta mampu menghargai etika kerja sesama personal pendidikan, sehingga akan
tercipta keserasian, kenyamanan yang dapat menimbulkan kebanggaan dan rasa memiliki,
baik dari warga sekolah maupun warga masyarakat sekitarnya. Lingkungan pendidikan akan
bersifat positif atau negatif itu tergantung pada pemeliharaan sarana dan prasarana itu sendiri.

5. Efisiensi Pengajaran

Efisiensi yaitu bagaimana agar menghasilkan efektivitas dari suatu tujuan dengan proses
yang lebih ‘mudah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita
memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula.
Hal itu jugalah yang kurang jika di lihat dari pendidikan yang ada di Indonesia. Kita kurang
mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah
disepakati. Beberapa masalah efisiensi pengajaran di Indonesia adalah mahalnya biaya
pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal
lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga
berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik. Jika
berbicara tentang biaya pendidikan, tidak hanya berbicara tentang biaya sekolah, training,
kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga
berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi
yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pendidikan yang kita pilih.

Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya
pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks
pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang dapat kita lihat hal itu diwajibkan
oleh pendidik yang bersangkutan. Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia,
masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dapat dilihat bahwa pendidikan tatap muka di
Indonesia relatif lebih lama jika dibandingkan negara lain.

Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal
pengajarannya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal
tersebut jelas tidak efisien, karena ketika di amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses
pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang
mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya.
Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena
peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal
yang dinilai kurang. Mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada

10
kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa,
namun ia mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut
benar-benar terjadi jika melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain
adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga
mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada zaman sekarang, dibutuhkan sebuah lembaga yang membantu pemerintah
untuk meningkatkan mutu pendidikan, menjalin kerjasama untuk memeroleh dana
pendidikan, dan menggalang dukungan untuk pendidikan agar menjadi lebih baik.
Lembaga tersebut tak hanya bekerjasama dengan pemerintah, namun juga pihak swasta
dan kelompok masyarakat untuk bersama-sama memberbaiki kualitas pendidikan di
Indonesia. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, lembaga tersebut melakukan
pendampingan kepada guru-guru di Indonesia dan pemberian apresiasi lebih kepada
guru-guru kreatif dan memunculkan inovasi dalam dunia pendidikan. Pendampingan
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan profesionalitas, kreativitas, dan kompetensi
guru, seperti pendampingan berupa seminar, lokakarya, konsultasi, pelatihan dan praktek.
Untuk lembaga tersebut, juga melakukan mediasi kepada masyarakat, pendidik, dan
pihak terkait lainnya untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dalam
memperbaiki pendidikan.
Diharapkan dengan adanya lembaga ini, ide-ide kreatif untuk memperbaiki
pendidikan dapat tertampung dan pemerintah dapat mempertimbangkan ide masyarakat
untuk kebijakan yang dibuat. Dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan guru,
kepala sekolah, dan pengelola sekolah, lembaga tersebut melakukan pendampingan demi
mewujudkan manajemen sekolah yang baik. Proses yang dilakukan berupa konsultasi,
lokakarya, dan pelatihan ditunjukan kepada guru, staf dan pimpinan sekolah.
Pihak manajemen sekolah diharapkan mampu untuk membawa sekolah yang
dipimpinnya menjadi berkembang dan meraih prestasi yang diharapkan. Lembaga
tersebut juga berperan membantu manajemen sekolah untuk mengembangkan kerjasama
dengan instansi-instansi terkait guna memeroleh dana pengembangan infrastruktur
sekolah. Tidak hanya itu, lembaga tersebut juga dapat menggalang dana dari sponsor
untuk perbaikan bangunan sekolah yang hampir rusak di wilayah terpencil.
Dukungan masyarakat, lembaga sosial, dan lembaga pers memiliki fungsi dalam
meningkatkan pemahaman pentingnya pendidikan melalui penyebaran informasi. Oleh
karena itu, lembaga tersebut mempunyai tugas untuk meningkatkan dukungan tersebut
dengan cara bekerja sama dengan pihak masyarakat, lembaga sosial, dan pers. Dengan
demikian informasi seputar perbaikan mutu pendidikan di Indonesia dapat tersalurkan
dengan mudah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Jamaluddin Arifin, 2020. “Implikasi Pendidikan Nonformal Pada Remaja. Jakarta: Balai pustaka
Djamaluddin, Ahdar 2019. “Belajar Dan Pembelajaran”. Jakarta: CV Kaaffah Learning Central

Annisatul Inayah. 2019. Permasalahan Pokok Pendidikan.


Academia.https://www.academia.edu/32008797/PERMASALAHAN_POKOK_PENDIDIKAN.
19 Desember 2019.

Giyats Shifa Nugraha. 2014. Artikel Permasalahan Pendidikan di Indonesia


https://www.kompasiana.com/giyatsshifa/54f9951da33311a13d8b582c/artikel-
permasalahanpendidikan-di-indonesia. 15 Desember 2019

13

You might also like