You are on page 1of 12

KLIPING ARTIKEL ARTIKEL ANTI KORUPSI

TUGAS MATA KULIAH PBAK

OLEH
1. Abednego Dimas A.S (P27242022001)
2. Ainun Nindia Rizky A.(P27242022005)
3. Cindy Egy Meylani P (P27242022016)
4. Vina Eka Febrianti (P27242022056)
5. Yuke Evitasari (P27242022060)
KORUPSI DI INDONESIA
(Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya Pemberantasan, Serta Regulasi)
https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/234/pdf
Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak lama dengan menggunakan
berbagai cara, sanksi terhadap pelaku korupsi sudah diperberat, namun hampir setiap hari
kita masih membaca atau mendengar adanya berita mengenai korupsi. Berita mengenai
operasi tangkap tangan (OTT) terhadap pelaku korupsi masih sering terjadi. Yang cukup
menggemparkan adalah tertangkap tangannya 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang oleh
KPK. Kemudian, tidak kalah menggemparkannya adalah berita mengenai tertangkap
tangannya anggota DPRD Kota Mataram yang melakukan pemerasan terkait dengan dana
bantuan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang terdampak bencana gempa bumi Lombok,
NTB. Di bawah ini akan diuraikan mengenai penyebab, hambatan, solusi dan regulasi
korupsi di Indonesia. Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam bahasa
Inggris adalah corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis disebut corruption dan dalam
bahasa Belanda disebut dengan coruptie. Agaknya dari bahasa Belanda itulah lahir kata
korupsi dalam bahasa Indonesia. Korup berarti busuk, buruk; suka menerima uang sogok
(memakai kekuasaannya untuk kepentingan sendiri dan sebagainya}. Korupsi adalah
perbuatan yang buruk (seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan
sebagainya).Korupsi berakibat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik aspek
kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Bahaya korupsi bagi kehidupan
diibaratkan bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam darah, sehingga si empunya badan
harus selalu melakukan “cuci darah” terus menerus jika ia menginginkan dapat hidup
terus.Bahaya Korupsi terhadap Masyarakat dan IndividuJika korupsi dalam suatu
masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan masyarakat setiap hari, maka akibatnya
akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai masyarakat yang kacau, tidak ada sistem
sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap individu dalam masyarakat hanya akan
mementingkan diri sendiri (self interest), bahkan selfishness. Tidak akan ada kerja sama dan
persaudaraan yang tulus. Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan dukungan
teoritik oleh para saintis sosial menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap
rasa keadilan sosial dan kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam di
antara kelompok sosial dan individu baik dalam hal pendapatan, prestis, kekuasaan dan lain-
lain.Korupsi juga membahayakan terhadap standar moral dan intelektual masyarakat. Ketika
korupsi merajalela, maka tidak ada nilai utama atau kemulyaan dalam masyarakat. Theobald
menyatakan bahwa korupsi menimbulkan iklim ketamakan, selfishness, dan sinisism.
Chandra Muzaffar menyatakan bahwa korupsi menyebabkan sikap individu menempatkan
kepentingan diri sendiri di atas segala sesuatu yang lain dan hanya akan berpikir tentang
dirinya sendiri semata-mata. Jika suasana iklim masyarakat telah tercipta demikian itu, maka
keinginan publik untuk berkorban demi kebaikan dan perkembangan masyarakat akan terus
menurun dan mungkin akan hilang.Bahaya Korupsi terhadap Generasi Muda Salah satu efek
negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka panjang adalah rusaknya generasi
muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah menjadi makanan sehari-hari, anak tumbuh
dengan pribadi antisosial, selanjutnya generasi muda akan menganggap bahwa korupsi
sebagai hal biasa (atau bahkan budaya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi
terbiasa dengan sifat tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Jika generasi muda suatu
bangsa keadaannya seperti itu, bisa dibayangkan betapa suramnya masa depan bangsa
tersebut.Bahaya Korupsi terhadap Politik Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi
akan menghasilkan pemerintahan dan pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata
publik. Jika demikian keadaannya, maka masyarakat tidak akan percaya terhadap
pemerintah dan pemimpin tersebut, akibatnya mereka tidak akan patuh dan tunduk pada
otoritas mereka. Praktik korupsi yang meluas dalam politik seperti pemilu yang curang,
kekerasan dalam pemilu, money politics dan lain-lain juga dapat menyebabkan rusaknya
demokrasi, karena untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa korup itu akan
menggunakan kekerasan (otoriter) atau menyebarkan korupsi lebih luas lagi di
masyarakat.Di samping itu, keadaan yang demikian itu akan memicu terjadinya instabilitas
sosial politik dan integrasi sosial, karena terjadi pertentangan antara penguasa dan rakyat.
Bahkan dalam banyak kasus, hal ini menyebabkan jatuhnya kekuasaan pemerintahan secara
tidak terhormat, seperti yang terjadi di Indonesia.Bahaya Korupsi Bagi Ekonomi Bangsa
Korupsi merusak perkembangan ekonomi suatu bangsa.Jika suatu projek ekonomi
dijalankan sarat dengan unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan projek,
nepotisme).dalam penunjukan pelaksana projek, penggelepan dalam pelaksanaannya dan
lain-lain bentuk korupsi dalam projek), maka pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari
projek tersebut tidak akan tercapai.Penelitian empirik oleh Transparency International
menunjukkan bahwa korupsi juga mengakibatkan berkurangnya investasi dari modal dalam
negeri maupun luar negeri, karena para investor akan berpikir dua kali untuk membayar
biaya yang lebih tinggi dari semestinya dalam berinvestasi (seperti untuk penyuapan pejabat
agar dapat izin, biaya keamanan kepada pihak keamanan agar investasinya aman dan lain-
lain biaya yang tidak perlu). Sejak tahun 1997, investor dari negara-negera maju (Amerika,
Inggris dan lain-lain) cenderung lebih suka menginvestasikan dananya dalam bentuk Foreign
Direct Investment (FDI) kepada negara yang tingkat korupsinya kecil.Bahaya Korupsi Bagi
Birokrasi Korupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan meningkatnya biaya
administrasi dalam birokrasi. Jika birokrasi telah dikungkungi oleh korupsi dengan berbagai
bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi yang rasional, efisien, dan berkualitas akan tidak
pernah terlaksana. Kualitas layanan pasti sangat jelek dan mengecewakan publik. Hanya
orang yang berpunya saja yang akan dapat layanan baik karena mampu menyuap. Keadaan
ini dapat menyebabkan meluasnya keresahan sosial, ketidaksetaraan sosial dan selanjutnya
mungkin kemarahan sosial yang menyebabkan jatuhnya para birokrat.
Langkah Pemberantasan Korupsi
- Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-bidang yang berhubungan
langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-hari. Tujuannya
adalah untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan publik yang
profesional, berkualitas, tepat waktu dan tanpa dibebani biaya ekstra/pungutan liar.
Langkah-langkah prioritas ditujukan pada
a) Penyempurnaan Sistem Pelayanan Publik
b) Peningkatan Kinerja Aparat Pelayanan Publik
c) Peningkatan Kinerja Lembaga Pelayanan Publik; dan
d) Peningkatan Pengawasan terhadap Pelayanan Publik, dengan kegiatan
kegiatan prioritas sebagaimana terlampir dalam matriks.
- Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan
pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan akuntabilitas Pemerintah dalam pengelolaan
sumber daya negara dan sumber daya manusia serta memberikan akses terhadap
informasi dan berbagai hal yang lebih memberikan kesempatan masyarakat luas
untuk berpartisipasi di bidang ekonomi.
Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
a) Penyempurnaan Sistem Manajemen Keuangan Negara
b) Penyempurnaan Sistem Procurement/ Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah; dan
c) Penyempurnaan Sistem Manajemen SDM Aparatur Negara, dengan kegiatan-
kegiatan prioritas.
- Meningkatkan pemberdayaan perangkat-perangkat pendukung dalam pencegahan
korupsi. Tujuannya adalah untuk menegakan prinsip “rule of law,” memperkuat
budaya hukum dan memberdayakan masyarakat dalam proses pemberantasan
korupsi. Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
a) Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat
b) Penyempurnaan Materi Hukum Pendukung
- Tampaknya memasukan ke lembaga pemasyarakatan (penjara) bagi koruptor bukan
merupakan cara yang menjerakan atau cara yang paling efektif untuk memberantas
korupsi. Apalagi dalam praktik lembaga pemasyarakatan justru menjadi tempat yang
tidak ada bedanya dengan tempat di luar lembaga pemasyarakatan asal nara pidan
korupsi bisa membayar sejumlah uang untuk mendapatkan pelayanan dan fasilitas
yang tidak beda dengan pelayanan dan fasilitas di luar lembaga pemasyarakatan.
Oleh karena itu, muncul istilah lembaga pemasyarakatan dengan fasiltas dan
pelayanan mewah. Melihat pada kondisi seperti ini, maka perlu dipikirkan cara lain
agar orang merasa malu dan berpikir panjang untuk melakukan korupsi.Cara yang
dapat dilakukan antara lain adanya ketentuan untuk mengumumkan putusan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap atas kasus korupsi melalui media masa.
Ketentuan ini selain untuk memberikan informasi kepada publik juga sekaligus
sebagai sanksi moral kepada pelaku tindak pidana korupsi. Selain itu, perlu juga
ditambah sanksi pencabutan hak kepada terdakwa kasus korupsi. Hal ini sangat
penting untuk memberikan pembelajaran bahwa pengemban jabatan publik adalah
pribadi yang bermoral dan berintegritas tinggi.
- Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan secara
terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas korupsi. SDM
penegak hukum harus berasal dari orang-orang pilihan dan mempunyai integritas
tinggi. Sudah saatnya diakhiri terjadinya ego sektoral atau ego institusional di antara
lembaga penegak hukum. Negara juga perlu memikirkan bagaimana agar tingkat
kesejahteraan bagi para penegak hukum itu baik, tidak berkekurangan dan menjadi
penegak hukum yang bersih. Bagaimana bisa bersih, kalau sapu yang digunakan
untuk membersihkan adalah sapu kotor.
KLASIFIKASI PERBUATAN KORUPSI DALAM UNDANG-UNDANG KORUPSI
Bentuk-bentuk perbuatan korupsi menurut UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas UUNo. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Merugikan Keuangan Negara
- Pasal 2 ayat (1)
- Pasal 3
2. Suap menyuap
- Pasal 5 ayat (1) huruf a
- Pasal 5 ayat (1) huruf b
- Pasal 5 ayat (2)
- Pasal 6 ayat (1) huruf a
- Pasal 6 ayat (1) huruf b
- Pasal 6 ayat (2)
3. Penggelapan dalam Jabatan
- Pasal 8
- Pasal 9
- Pasal 10 huruf a
- Pasal 10 hurut b
- Pasal 10 hurut c
Meningkatkan Kesadaran Untuk Berperilaku Anti Koruptif Berlandaskan
Sembilan Nilai Anti Korupsi
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-malang/baca-artikel/13948/Meningkatkan-
Kesadaran-Untuk-Berperilaku-Anti-Koruptif-Berlandaskan-Sembilan-Nilai-Anti-Korupsi.html
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam bahasa Inggris adalah
corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis disebut corruption dan dalam bahasa
Belanda disebut dengan coruptie. Dan dari bahasa Belanda itulah lahir dan diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia dengan kata korupsi.1 Korup berarti busuk, buruk; suka menerima
uang sogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan sendiri dan sebagainya).2 Korupsi
adalah perbuatan yang buruk (seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan
sebagainya.
Pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini didasarkan pada Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Tindak Pidana Korupsi. Dengan demikian pada prinsipnya pencegahan dan pemberantasan
korupsi telah menjadi komitmen bangsa Indonesia. Komitmen ini ditunjukkan dengan
penyelenggaraan pemberantasan tindak pidana korupsi secara represif dengan menegakkan
Undang Undang Tindak Pidana Korupsi serta dengan membentuk suatu lembaga yang
secara khusus diadakan untuk mencegah dan memberantas korupsi yaitu Komisi
Pemberantasan Korupsi atau KPK. Upaya pemberantasan korupsi pun sudah dilakukan sejak
lama dengan menggunakan berbagai cara. Sanksi terhadap pelaku korupsi sudah diperberat,
namun kita masih membaca atau mendengar adanya berita mengenai korupsi.
Sebenarnya apa penyebab terjadinya korupsi? Ada beberapa teori penyebab terjadinya
korupsi yang pada intinya terbagi atas faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal
merupakan penyebab orang melakukan korupsi atas dorongan (pengaruh) pihak luar atau
lingkungan. Faktor internal penyebab korupsi datangnya dari diri pribadi atau individu.
Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam dalam
diri setiap individu. Oleh karena itu, perlu adanya penanaman dan implementasi nilai-nilai
anti korupsi sebagai upaya pembentengan diri dari perilaku korupsi.
Ada Sembilan nilai anti korupsi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam kehidupan berkeluarga, bekerja, maupun bersosialisasi dalam masyarakat.
Kesembilan nilai anti korupsi dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu inti (jujur, disiplin, dan
tanggung jawab) yang dapat menumbuhkan sikap (adil, berani, dan peduli) sehingga mampu
menciptakan etos kerja (kerja keras, mandiri, sederhana).
Penjabaran singkat arti nilai-nilai tersebut penting dilakukan oleh kita semua dalam setiap
perilaku di kesehariannya dalam interaksi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Arti
nilai jujur adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan,
perkataan, dan perbuatan. Jujur berarti mengetahui apa yang benar, mengatakan dan
melakukan apa yang benar. Orang yang jujur adalah orang yang dapat dipercaya, lurus hati,
tidak berbohong, dan tidak melakukan kecurangan.
Disiplin adalah kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan
atau tata tertib yang berlaku. Disiplin berarti patuh pada aturan. Tanggung jawab adalah
sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang
berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupun agama. Adil
berarti tidak berat sebelah, tidak memihak pada salah satu. Adil juga berarti perlakuan yang
sama untuk semua tanpa membeda-bedakan berdasarkan golongan atau kelas tertentu.
Berani adalah hati yang mantap, rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi ancaman
atau hal yang dianggap sebagai bahaya dan kesulitan. Berani berarti tidak takut atau gentar.
Peduli adalah sikap dan tindakan memperhatikan dan menghiraukan orang lain, masyarakat
yang membutuhkan, dan lingkungan sekitar. Arti nilai kerja keras yaitu sungguh-sungguh
berusaha ketika menyelesaikan berbagai tugas atau amanah dan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Kerja keras berarti pantang menyerah dan terus berjuang. Mandiri adalah
dapat berdiri sendiri. Mandiri berarti tidak bergantung pada orang lain, juga berarti mampu
menyelesaikan, mencari, dan menemukan solusi atas masalah yang dihadapi. Sederhana
adalah bersahaja. Sederhana berarti menggunakan sesuatu secukupnya dan tidak
berlebihan.
Di masa pandemi Covid 19 yang melanda di seluruh pelosok negeri, termasuk Indonesia,
sangat merubah seluruh tatanan kehidupan sosial ekonomi dan berbagai sektor kehidupan.
Ekonomi harus dijaga kestabilannya sebagai antisipasi keterpurukan dan inflasi. Terjadinya
korupsi menjadi Kewaspadaan. Hal tersebut bisa terjadi jika kita tidak lagi memiliki nilai anti
korupsi.
Sebagai pribadi dan sebagai ASN, kita harus mempunyai sembilan nilai anti korupsi dan
mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita turut ambil
peranan dan andil dalam menegakkan anti korupsi. Sekecil apapun yang dapat kita lakukan,
lakukankan yang terbaik untuk negeri kita tercinta Indonesia.
Konsolidasi Gerakan Antikorupsi Berbasis Akademisi Dan Kampus Di
Indonesia
https://acch.kpk.go.id/id/artikel/paper/289-konsolidasi-gerakan-antikorupsi-berbasis-
akademisi-dan-kampus-di-indonesia
Korupsi yang telah terjadi secara meluas, sistemik, dan kolutif telah merugikan
keuangan Negara, perekonomian nasional, dan menghambat pembangunan nasional,
sehingga dalam upaya pemberantasan korupsi yang efektif dan efisien diperlukan kerja
sama erat antara seluruh elemen masyarakat.
KPK sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 30 Tahun
2002 dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK sangat
membutuhkan kerja sama dan bantuan institusi lain maupun bantuan dari berbagai pihak.
Sesuai UU No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi:
"Bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi dapat menyusun jaringan kerja (networking) yang
kuat dan memperlakukan institusi yang telah ada sebagai "counterpartner" yang kondusif
sehingga pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif, khususnya
pada penyelenggara lembaga nasional."
Peran lembaga pendidikan atau dunia universitas sangat strategis dalam upaya percepatan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Sejak berdirinya 11 tahun yang lalu, KPK telah
melakukan kerja sama dalam bentuk Nota Kesepahaman/ Memorandum of Understanding
(MoU) dengan 82 (delapan puluh dua) Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia.
Sebagai salah satu implementasi kerjasama, diantaranya melalui peran aktif 34 Perguruan
Tinggi dalam kegiatan perekaman persidangan tipikor dalam rangka pengawasan dan
mendorong transparansi peradilan di 33 Propinsi di Indonesia. Selain itu, beberapa Fakultas
Hukum di Indonesia telah melakukan kajian terkait tindak pidana korupsi maupun
eksaminasi/bedah kasus terhadap putusan peradilan dan secara mandiri membangun Pusat
Studi yang mengusung isu fokus anti Korupsi.
Selain itu, kerjasama KPK - Perguruan Tinggi dalam bidang pencegahan korupsi antara lain
melalui Pendidikan Anti-korupsi/kurikulum anti-korupsi, penelitian, sosialisasi dan partner
kampanye antikorupsi. Sedangkan dalam bidang Penindakan, kerjasama dengan perguruan
tinggi dalam hal pemberian keterangan ahli di persidangan dan narasumber dalam hal
pelatihan Penyelidik/Penyidik/Penuntut Umum.
Berbagai kegiatan pencegahan korupsi juga secara aktif dilakukan oleh Perguruan Tinggi,
misalnya kampanye, sosialisasi, pendidikan anti korupsi dan kegiatan lainnnya yang terus
menerus menginisiasi, mendorong, meningkatkan gerakan anti Korupsi yang lebih masif.
Perguruan Tinggi sebagai mitra strategis dalam pemberantasan korupsi juga melaksanakan
kegiatan mengkonsolidasikan berbagai pihak yang memiliki kepedulian yang sama untuk
bersama memerangi Korupsi. Pada tahun 2005, Badan Kerjasama (BKS) Fakultas Hukum
Perguruan Tinggi Negeri Se-Indonesia menyelenggarakan Anti-Corruption Summit (ACS) di
Universitas Gajah Mada yang didedikasikan sebagai sarana inisiasi peran kampus dalam
agenda pemberantasan korupsi. Salah satu rekomendasi penting sebagai hasil dari forum ini
adalah mendorong kampus untuk mendirikan pusat kajian yang berfokus pada isu anti
Korupsi dan mengembangkan model-model pendidikan anti korupsi di Perguruan Tinggi.

Dalam rentang waktu 2005 hingga sekarang, telah berdiri beberapa pusat Kajian di berbagai
Universitas baik di tingkatan Universitas maupun Fakultas hukum, namun sampai saat ini
belum ada pertemuan lanjutan dari ACS tahun 2005. Pertemuan ini sangat dibutuhkan
untuk mengidentifikasi peran yang sudah dilakukan kampus peserta ACS maupun kampus-
kampus lain di Indonesia, sekaligus menjajaki sinergitas dan peningkatan potensi kerjasama
antar pusat Kajian tersebut. Dengan diadakannya pertemuan tesebut, maka diharapkan
terjadinya konsolidasi upaya pemberantasan Korupsi berbasis kampus.
Berbagai fakta menunjukkan betapa signifikan kontribusi yang diberikan kampus dalam
mengawal amanat reformasi selama ini. Dan dengan sumber daya manusia yang dimiliki,
diyakini kampus tidak hanya mampu merumuskan problem korupsi yang menjadi masalah
bangsa selama ini, namun juga mampu memberikan alternatif solusi guna percepatan
pemberantasan beserta strategi intervensinya.
Dengan bekal besarnya antusiasme peserta ACS 2005, untuk tahun 2016 ini KPK dan Pusat
Kajian Anti Korupsi UGM (PUKAT UGM) berkomitmen untuk melaksanakan konsolidasi
lanjutan dari hasil yang sudah dicapai di tahun 2005 tersebut. Adapun tujuan dari kegiatan
ini yaitu:
Memperkuat peran perguruan tinggi dalam pemberantasan korupsi sekaligus meningkatkan
sinergi antara Perguruan Tinggi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Memperkuat peranan perguruan tinggi dalam menciptakan lingkungan kampus yang bebas
dari korupsi
Berbagi pengalaman inisiasi, pembentukan dan pengembangan pusat Kajian anti Korupsi di
masing-masing perguruan tinggi
Merumuskan rencana kerjasama pencegahan korupsi antar Pusat Kajian anti korupsi lintas
Perguruan Tinggi
Pentingnya Kejujuran untuk Menciptakan Generasi Anti Korupsi Melalui
Bentuk Permainan Mini Drama
https://www.kompasiana.com/salsabilaraz/62f8af74a1aeea0dfa00b802/pentingnya-
kejujuran-untuk-menciptakan-generasi-anti-korupsi-melalui-bentuk-permainan-mini-drama-
kepada-anak-anak-sdn-bintoro-9-kelurahan-bintoro
Komisi Pemberantasan Korupsi merilis sembilan nilai integritas yang dapat
mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Kesembilan nilai itu terdiri dari jujur, peduli,
mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani dan adil.
Dari kesembilan nilai tersebut, diambil salah satu nilai yang masih menjadi permasalahan di
dunia akademik, yaitu nilai Jujur. Jujur merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan
kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan.
Sikap jujur berarti mengetahui apa yang benar, mengatakan dan melakukan yang benar.
Namun seiring berjalannya waktu, sikap kejujuran ini mulai pudar dan sering diabaikan oleh
masyarakat terkhususnya pada siswa sekolah dasar.
Berdasarkan hasil riset lapangan di wilayah Kelurahan Bintoro, ditemukan masih banyak
siswa sekolah dasar yang masih abai dengan sikap jujur, seperti menyontek saat ujian dan
tidak pernah mau mengakui kesalahan yang dilakukan.
Jika perilaku tersebut tidak dicegah, maka akan menimbukan generasi yang tidak jujur dan
melahirkan para generasi koruptor. Dalam rangka mencegah hal tersebut, Mahasiswa
UNDIP dari Kelompok 2 Kelurahan Bintoro melakukan program yang bernama Metode
Pembelajaran mengenai Pentingnya Kejujuran untuk Menciptakan Generasi Anti Korupsi
melalui Bentuk Permainan Mini Drama kepada Anak-Anak RW 03 Kelurahan Bintoro.
Metode pembelajaran diawali dengan menjelaskan mengenai 9 nilai integritas anti korupsi
dan pentingnya kejujuran di lingkungan sekolah. Selanjutnya, dilakukan pembelajaran
permainan mini drama (bermain peran) sebagai orang yang melakukan kejujuran baik di
lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga.
Antisipasi Perilaku Korupsi Mulai Dari Diri Sendiri
https://www.kompasiana.com/rism07a/62f238ec08a8b5560842b042/antisipasi-perilaku-
korupsi-mulai-dari-diri-sendiri
"Banyak anak muda yang tumbang karna korupsi, mereka lupakan visi dan hanyut
pada nikmat duniawi" -- Najwa Shihab Korupsi merupakan tindak kejahatan yang tak asing
lagi ditelinga kita. Tapi apakah makna sebenarnya dari korupsi itu sendiri? Menurut Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
korupsi adalah tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain
(perseorangan atau sebuah korporasi /perusahaan), yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan keuangan atau perekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan
itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan
masyarakat.Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Antisipasi Perilaku
Korupsi Mulai dari Diri Sendiri", Sebagaimana dalam kutipan "untuk merubah nasib bangsa
kita perlu mulai dari diri sendiri", untuk membrantas korupsi pun demikian. Ada beberapa
upaya yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya korupsi. Kita bisa memulainya
dengan membangun sikap-sikap positif sebagaimana yang telah dirumuskan oleh
KPK. Kesembilan nilai tersebut meliputi perilaku jujur,disiplin, bertanggung jawab, adil,
berani, peduli, etos kerja kerja keras, mandiri, dan sederhana. Nilai-nilai ini bisa kita jadikan
sebagai pedoman dalam menjalani rutinitas sehari-hari sekaligus menjadi bentuk partisipasi
aktif dalam upaya pemberantasan korupsi. Salah satu contoh implementasnya adalah jujur
dalam menyampaikan berita apa adanya sesuai fakta, disiplin untuk mematuhi aturan dan
tata tertib yang berlaku, bertanggungjawab terhadap tugas dan kepercayaan yang
diberikan, bersikap adil dalam memimpin dan mengambil keputusan, berani membela yang
benar, dan peduli terhadap sesama, bekerja keras, mandiri, dan sedarhana. Selain dengan
menjadikan nilai-nilai tersebut menjadi pedoman kita juga bisa turut 6 praktik korupsi
dengan menyadari dan menghindari praktik korupsi yang terjadi disekitar kita. Contoh
tindakan korupsi yang paling sering kita temui adalah praktik suap-menyuap jelang
pemilu. Suap-menyuap seolah menjadi sesuatu yang wajar dan dinormalisasi di masyarakat
padahal hal tersebut termasuk salah satu bentuk dari praktik korupsi yang sebagaimana
diatur dalam UU No 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasal 5 ayat (1) dengan pidana maksimal 5
tahun dan atau denda maksimal Rp2500.000.000. 0leh karena itu selain membentengi diri
dengan nilai-nilai positif hendaknya kita juga perlu memperluas pengetahuan kita dan
bersikap lebih peduli terhadap praktik korupsi yang terjadi di sekitar kita.

You might also like