Vol 6 No. 2: 138-146, Juli 2006
TUMOR CEREBELLOPONTINE ANGLE
(Bebcrapa Penyulit Diagnosa Dini)
LAPORAN KASUS
“Thi Wahyuliat
Bagian Itmu Penyakit Saraf - Fak. Kedolieran - Univ, Muhammadiyah
Yogyakarta
Abstact
For about 85% of tumors in the region of the cerebeltopontine angle is avoustic
neuroma, 10% are meningiomas and 5% are epidermoid tumor. An acoustic neuroma is a
benign tumour that develops in the acoustic or auditory nerve. The acoustic neuroma starts
from schwann cells which cover the acoustic nerve and is sometimes therefore called a
‘schwannoma
Hearing loss is the most frequent symptom. Vertigo or spinning: occurs in about 20
percent of persons with acoustic neuroma, Early diagnose by signs and symptoms detection is
very important in acoustic neuroma treatment. Unfortunately, misdiagnose becomes the
problem in this step. The optimal test for excluding an acoustic neuroma is MRI. If'an MRI
eannot be done, CT sean should be obtained.
About mare than a half of all acoustic nouromas are presently treated with
The recurrence rate of the tumor is about 3% afier surgery. Overall, the risk of death from
‘acoustic neuroma surgery is about 0.5 to 2 percent. Unexpected post-operative complications
occur in roughly 20 percent with more complications occurrivig in elderly and infirm individuais
and those with large tunors, Surgical treatment where the brain is exposed is nearly always
performed by a team of surgeons, usually including a neurologist, a neurosurgeon and an
anesthesiolgist. Pathology anatomist is needed to make definitif diagnose.
Abstrak
Sekitar85% tumor yang tumibuh di daerah sudut serebelo pontin adalah neuroma akustile,
sekitar 10% adalah meningioma dan sekitar 5% adalsh tumor epidermoid. Neuroma aknstik adalah
tumor jinak yang tumbuh pada nervus akustikus, yang berasal dari se! schwann yang meliputi nerve
akusiikus schingga disebut juga schwanoma.
‘Gangguan pendengaran merupakan gejala yang paling scring ditemmukan. Vertigo ataurasa
berputar dirasakan pada sekitar 20% penderita. Diagnosa dini melalui pengenalan tanda dan gojala
sangat penting dalam penstalaksenaan neuroma akustik. Sayangnye, hal ini seringkali terabailcan
‘atau terjadi misdiagnosis. Pemerikssaan yang optimal adalah menggunakan MRE, namun jika hal itu
tidak biso dilakukan make CT scan sebaiknya dilalcukcan,
Sckitar lebih dari setengah kasus neuroma akustik diterapi melalui pembedahan. Angka
kekambuban setclah pembedahan sekitar 3%, Risiko kematian seat operasi sekitar 0,5 2%,
Komplikasi setelah operasi muncul pada setcitar 20% penderita, yang paling banyak pada penderita.
usia dewasa serta pada tumor yang besar. Terapi pembedahan pada otak melibatkan tim yang
terdiri dari dokter ahli saraf, bedah sarafdan ahli anestesi. Ali patologi anatomi berperan dalam
‘menentukn diagnosa pasti
138Ti Watyulatl, Tumor Cerebeliopontine Angle
PENDAHULUAN
Tumor cerebellopantine angle
Tumor yang berasal dari luar
serebolum juga dapat menimbulkan tanda
serebelaris, Tumor tersebut paling sering
ditamukan di sudut sedelo-pontin. Tumor
sudut seredele-pontin meliputi neurinoma
akustik, meningioma dan epidermoid *
Neurinoma akustik juga dikenal sebagai
Neurolemmoma atau schwannoma dari
nervus akustikus (Nervus Vitl). Ini
merupakan tumer non maligna yang berasal
dari sel schwann pars vestibularis nervus Vill
dan mengisi sudut pontoserebelaris. Tumar
initumbuh lambat, kemudian dapat menekan
pons, medulla eblongata, serebelum, dan
ssarat kranialis yang berdekatan. Tumor Int
tumbuh kedalam kanalis auditorus interna
seperti suatu sumbat, secara bertahap
memperieber kanalis itu dengan hebat,
sehingga distensi tersebut dapat terlinat
pada pemeriksaan rontgenografi =
Neurinoma akustik banyak diderita
golongan usia 40-50 tahun. Tidak ada
perbedaan jumlah laki-laki dan perempuan.
Tumor ini terrasuk 6% dari selurun tumor
intrakranial, 30% dari tumor brainstem, 85%
tumer didaerah serebelopontin angle dan
10% nyaadalah meningioma. Hanya sekitar
40 kasus yang terdiagnosa per 1 juta
penduduk Setiap tahunnya di USA’.
‘Tanda pertama {umor ini bissanya
tuli yang tidak disadari. Hilangnya
pendengaran luput dari perhatian karena
timbulnya bertahap, seiring pertumbuhan
lumor. Perkembangan yang lambat ini juga
menyebabkan tanda serebelar, seperti
vertigo jarang ditemut pada awalnya. Bila
tumor sudah berekspansi, tumor dapat
merusak saraf kranialis V sampai XI.
selanjuinya ditemukan kelemahan fesial
periferal ipsilateral, parestesia atau
anesthesia separuh wajah, hilang
pengecapan dan gangguan menelan. Tanda
serebelar timbul terlambat, Gaya jalan
menjadi tidak mantap dan tersentak-sentak
dan genggaman tangan menjadi lemah.
Kompresi akuaduktus atau ventrikel
keempat menimbuikan kenaikan intrekranial
akibat hidrosefalus non-komunikan. Jika ini
terjadi akan timbul sakit kepala, mual,
muntah?.
Investigasi diagnostik awal yang
ideal mencakuppemeriksaan auditory evake
response dan sken komputer tomografi otak
(ekurasi 99%), yang dapat menampilkan
neurinoma akustik dengan ukuran 1,5 em
atau lebih, Gambaran berupa massa
homogen hipodens padat, bulat atau oval di
daerah meatus akustikus internus dan
kadang meluas ke kanelis auditorius*,
Gambaran Klinik
Neurinoma akustik merupakan
tumor yang sering terdapat pada
ellopontin angle dengan gejala Klinik
tinistus, berkurangnya pendengaran
progresive, episodik vertigo. Tumor bersifat
jinak, pertumbuhan lambat dan muncul dari
bagian vestibuler N VIII pada
cofebellopontin angle, yaitu daerah yang
dibentuk dari tulang petrosa, pons dan
cerebellum’?
Perkembangan tumor tahap awal
‘akan timbul gangguan nervus cranialis,
dimylai dari N Vil dan V menimbulkan
penurunan reflek komea, kelumpuhan NVI,
‘dan unilateral hypageisia, Penekanan pada
cerebellum menimbulkan ipsilateral
cerebeller ataxia, pada ventral medulla
menimbulkan gangguan N IX dan X.
Penekanan pada ventrikel ke IV
menimbulken hidrochepalus dengan gejala
nyerl kepala, muniah dan tanda atau gejala
peningkatan tekanan intra kranial lainnya®
(Gambaran klinik peningkatan TIK
adalah sebagai berikut : (1) Sakit kepala
terutama pada pagi hel, (2) Muniah proyextil
‘umuminya tanpa mual, (3) Papil udem akibat
gangguan absorbs! LCS, (4) Trias Cushing
yaitu tekanan sistolik meningkal, bradikardi,
dan peningkatan tekanan nedi, (5) Tanda
herniasi. Manifestasi Klinik herniasi
dikelompokan sebagai berikut + (1)
Penurunan kesadaran, (2) Gangguan
nervus kranialis yaitu refiek pupil dan refiek
eahaya, (3) Gangguan motorik atau
hemiparesis, (4) Gangguan fungs! kontrol
pusat atau respirasi,
Pemantauan TIK
Penderita dengan resiko terjadinya
peniggian TIK, dengan aiat pemantauan TIK
dapat diperoleh data akurat selain
pemeriksaan neurologi semata. Indikasi
139monitoring TIk yaitu jika : (1) Pasien dengan
GCS <8, (2) Dugaan adanya peningkatan
TIK secara empiris selama 6 jam tidak ada
perubahan, (3) Pasien penurunan
kesadaran dengan tanda-tanda lateralisasi,
(4) Setelan tindakan operasi pengangkatan
tumor. Jenis monitoring TIK dibedakan
menjadi 2 yaitu : (1) Kaleter dimasukkan
dalam ventrikel, disambung dg manometer
dan sistem drainase (2) Kateter fibreoptik
dengan transducar*.
Penatalaksanaan TIK
4. Non operatif
1a. Kortikosteroid
Mekanismenya dengan
mempengaruhi transport ion sel epitel
dan menurunkan permeabilitas kapilor
serta BBB terutama untuk mereduks!
edema yang berkaitan dengan tumor
olak Direkomendasikan pemberian
kortikosteroid preoperalif bila diduga
kuat akan terjadi brain sweling pasca
operasi.
1b, Plasma - ekspander
Manitol memiliki mekanisme
menurunkan’ viscositas darah dan
meningkatkan deformitas eritrosit dan
menurunkan hematokrit sekunder
terhadap hemodilusi. Keadaan ini akan
meningkatkan CBF dan apabila
autoregulasi baik akan menyebabkan
refigk vasokonstriksi serebral dengan
akibat penuninan ICP. Manitol 20 %
diberikan dengan dosis 0,25 - 0,5 gn/
kg BB dalam 40 = 60 menit akan
meningkatkan osmolaritas 10 mOsm
itdan memindahkan air sekitar 100 —
150 mi dari jaringan otak. Kombinast
manitol dengan furosemid sangat
efektif pada penderita overhidrasi dan
hipernatremi
1e. Acstazolamide (Diamox)
Merupakan inhibitor enzim karbonik
anhidrase sehingga sekresi natrium
akan dihambal sehingga produksi LCS
akan menurun. Permberian secara
sisiemik akan menurunkan produksi
LCS hingga 50 %. Karena bersifat
diuretik maka tidak dianjurkan pada
hematokrit kurang dari 40%.
140
Mutiers Medika
Vol. 6 No, 2: 198-146, Juil 2006
1d. Kontrol respirasi
Bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi
caitan deri parenchym otak yang
mengalami edema dengan
memperbaiki cksigenasi dan ventilas!
Modalitas ini ditorapkan pada penderita
dengan gangguan ventilasi dan
oksigenasi, tetapi pada umumnya
dipakai pada penderita dengan
hemodinamik yang tidak stabil untuk
menurunkan TIK dan memperbaiki
CBF.
4e. Posisi tubuh
Posisikepala elevasi kira-kira 30° untuke
melancarkan aliran pengosangnan
‘vena oak, menurunkan TiKdan udem
‘otek. Hal ini akan menurunkan TIK
sebesar7 mmHg.
44, Cairan dan elektrolit
Manajemen cairan dan elektrolit
merupakan aspek esensial dan
‘complicated pada penderita TIK yang
meningkat. Pemberian ventilasi
™mekanik, nutrisi parenteral dan diuretik
dapat mempengaruhl Keseimbangan
cairan dan elektroiit,
1g. Terapi panunjang
‘Nichotin sebagai prekursor biosintesa
lesitin yang penting untuk stablisasi
membran sel.
2. Operatif
‘Terapi operatif diindikasikan untuk
semua tumor otak, kecuali tumor dengan
letak dalam atau berada pada daerah vital.
VP shunt harus dilakukan bila terdapat efek
massa dan menyebabkan hidrosefalus.
Edem cerebri merupakan masalah yang
hampir selalu timbul pasea operasi tumor
otak
Jenis tindaken secara umum adalah
(1) Kraniotomi untuk ekstirpasi ataureseksi
lesi supra tentorial, (2) Trepanasi untuk
ekstirpasi atau reseksilesiinfratentorial, (3)
Trans-sfenoid untuk tumor intrasella yang
belum meluas ke paraselia, (4) Dekompresi
intemal dan eksternal ¢Hi Wottyutal, Tumor Cerebellopontine Angle
LAPORAN KASUS
Searang penderita laki—takiusia 45
tahun, pekerjaan salesman datang ke RS:
Sardjito dengan keluhan utama pusing
berputar.
Kurang lebih 6 bulan sebelummasuk
rumah sakit (SMRS) penderita merasa
pusing berputar yang dirasakan terus
menerus dan tidak membaik dengan
perubahan posisi, Hal itu tidak disertal
pandangan kabur atau dobel, nyeri kepala,
kelemahan anggota gerak, mual dan
muniah. Pendarita sudah berobat ke
puskesmas sekilar empat kali, Pada
awalnya obat memberikan respon membaik,
namun keluhan kembal muncul. Selanjutnya
penderita berobat ke beberapa dokter
umum berpindah — pindah namun tidak
memberikan hesil yang memuaskan.
Sekitar 3 bulan SMRS, alas inisiatif
sendiri penderita berobat ke bagian Sarat
RS. Kodya. Dokter menyarankan untuk
dilakukan CT-Scan dan hasilnya
menunjukkan adanya tumor dan
pengumpulan cairan di otak. Penderita
disarankan mondok dan dilakukan VP-
shunt. Penderita merasa membaik dan
pulang dengan pesan agar kontrol rutin
untuk memanitau perkembangan penyakit
Kurang lebih 1 bulan SMRS
penderita kembali merasakan pusing
berpuiar, dan pandangan dirasakan menjadi
dobel. Penderita juga merasakan nyeri
kepala terutama pada bagian belakang
bawah dan tengkuk, dirasaken terutama
pada pag! hari, nyeri kepala terasa
memberat dengan batuk alaupun bersin,
Penderita juga mulai mengalami kesulitan
bila berjalan, karena pusing berputar
sehingga bila berjalan sempoyongan,
Keluhan ini fidakdisertai dengan kelemahan
‘anggala gerak, mual dan muntah, Penderita
Kembali ke bagian Saraf RS Kodya dan
disarankan operasi namun menotak.
Kurang tebih S hari SMRS keluhan
dirasakan semakin memberal, sehingga
penderila tidak bisa berjalan karena pusing
berputar dan juga tidak bisa melakukan
aklivitas sepertiblasa. Nyeri kepala semakin
berat dan pandangan dabel masih
dirasakan. Selanjutnya penderita datang ke
RS. Sardjito. Selama sakit penderita
mengalami penurunan berat badan kurang
lebih 5 kg, tidak disertal demam, kejang
maupun penurunan kesadaran.
Riwayat Penyakit Dahulu :
= merokak (+)
= riwayat terapi penyinaran, tumor
atau penyakit keganasan lain
cdisangkal
- _ kejang berulang disangkal
- riwayat batuk lama disangkal,
iwayat sakit gigi dan telinga
disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Tumor payudara (+): kakak dan adik
kandung
= Tumor di leher (+): Kakak kandung
- Tumordi kaki (+) : bapak kandung
Anamnesis Sistem :
‘Sistem cerebrospinal : pusing berputar, jalan
sempoyengan, pandangan dobel
Sistem kardiovasculer, respiratorius,
gastrointestinal, urogenital, musculoskeletal,
dan integumentum : tak ada keluhan
Pemeriksaan Fisik di UGD
Pasien datang ke bagian Sarat dengan
keluhan utama pusing berputar dan
membawa hasil Head CT scan adanya
tumor Cerebelopontinangle sinistra.
Keadaan umum : Sedang, Kesadaran
‘Compos mentis GCS : E4 V5 M6
Berat badan : 60 kg, Tinggi badan : 162
‘om, Tens! 130/80 mmHg, Nadi 80 x / menit
A: clear , lendir (-), darah (~ )
B: spontan, simetis, RR 20 x/ meni, ronkhi
wheezing ( - ), retraksi (- )
C:suara jantung muri, reguler, bising (-),
pulsasi cukup, akral hangat.
'D : Neurologi - Kepala : pupil Isokar 3/3
mm, Reflek cahaya +/+, Reflek kornea +/+
nistagmus (-}, Nn Granialis : parese n. Ill,
1, VI (UMN)
= Thorax dan leher: normal, dengan bekas
luka VP shunt pada hemithorax sinistra
~ Abdomen : dalam batas normal dengan
bekas luka VP shunt
atutara Media
Vol 6 No. 2: 138-146, Ju 2008
~ Exstremas: Gerakan BB Kekutan 85 Reflek Fisiolois 11+ Reflek potologis
BIB 55
Trefi dan tonus otot : don, Sensibilitas : dbn, Vegetatif : dbn, tes fe
Pemeriksaan Penunjang :
Tab; Normal Pasien AGD: Normal Pasien_
Ca 2.4-2.55 2.07 PH 735-745 7-448,
“Sodium 137-145 138 POOR 364542
Potasium —3.6-5.0 38 Po2 80-95 289.9
Ghioride Se se-ior tor 07 a a ae 2225 18.
+2.
Hb ie ie 4 a Best S 811.81
AL at 13 36-87 99.556
AT 150-450 187
AE S565, 4.35
‘Hen 40-54 358.
To.Prot 63-82 48
Albumin 3.5-5.0 23
Ureum 7-20 7
Greatinin _G.7-20 oF
EKG : Nonmal sinus rhytm * sis topik : cerebellopontin angle
RoThorexPA. Corder pulmodelambetas na OP a
nonmal - Diagnosis etiologik : tumor primer
Head GT sean : Tampak lesi isodens di See
eerebellopontin angle sinisira yang Penatalaksanaan
Mmemberikan gambaran slightenhancement, 1. Perawetan Umum : Pengawasan
sangat — mungkin neurinoma. KU dan Vital sign
\Ventriculemegali dengan ujung distal VP 2. Konsul bedah saref:pro craniotomy
‘shunt di cavurn verge, dibanding CT scan 3. Konsul anastesi : pro craniotomy
sebelumnya ventriculomegali berkurang. 4. Persiapan operasi. motivasi
Diagnosa sementara: penderita
= Diagnosis klinis : pusing berputar,
pandangan dobel, jalan sempoyongan7 Wahyuliotl, Tumor Garepaliopontine Angie
Kronologi porawatan ;
“Uraian = Hake? cAS Hanke! posicraniotomi Hari ke2
—dilakukan posteraniotam| ~
craniotomi Keluar ICU ke bangsal ~— membaik
sara
KU, sadang balk balk
WS.Tenst 110770 Toro 72080
RAxmnt 24 24 20
Nadiximnt 78 78 76
Suhu"C 37 36.5 367
SEN 456 4 a5
Pupil: diameter 9/9 ran mir yamm
Reflex fe +e oe
vahaya. He ait +e
Feflek - +
Anomiaiktorik
Nistagrmus
Nerv cranialis Parese N Parese NTLIV,Vi ——Farese NILIV.M
WINML
Den Dba Dar
Sensorik Dan bn Dbo
Otonom Din bn ‘Dba
“Thorax ‘bn ‘aon ‘abn
bokas VPshnt + _bekas VPshnt + ‘bekas VPshnt +
“Abdomen abn ‘aon on
lbokas VPshnt-+ _bekas VPshnt + bokas VPsint +
Madicameniosa:
Cottiaxon Bet or ext or Bel gr
Kainox '3x250 mg 3x250 ma :
Toradcl 8x30 mg ax30.mg 3x30 mg
Manito} 3x125 mg Gx125 mg :
Neuratropile txt amp ixtamp Ixtamp & fisioterapi‘Mutiara Medica
Vol 6 No. 2: 136-146, Jul 2008
Diagnosa Pasti - Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi :
Q
Gambar 1. Preparat dengan pewamaan hematoxylin eosin pada pembesaran 50x. Tampak
‘sekumpulan sel tumor tersusun nodular (1) dengan stroma myxomatous fibrous (2).
(Antoni B)
(stroma fifrousa)
Gambar 2. Preparat dengan pewarnaan hematoxylin eosin pada pembesaran 150x. Tampak
sel tumor terstusun palisade (Antoni type A patlem). Pada bagien lain tampak sel tumor
mikrositik (Antoni type B pattem) serta stroma fibrousa.
Simpulan : Jaringan tumor mesenchimal sebagian tersusun dalam berkas - berkas:
dengan sel- sel tumor palisade (Antoni A), pada bagian lain didapatkan bagian tumor dengan
-gamberan mikrositik (Antoni B). Tak didapatkan tanda ganas, Diagnosa : Tumor cerebellum —
‘Schwannoma.Tit Wanytiat, Tumor Cereballopontina Angie
DISKUS!
Pada pasien ini, setelah menjalani
Perawatan di bangsal perawatan bagian
‘saraf selama 2 hari, mengalami perbaikan.
Pasien telah menjatani kraniotomi untuk
extirpasi tumor. Hari ke 7 post operasi
penderita diijinkan pulang. Hasil
pemeriksaan patologi anatomi terhadap
jaringan yang diangkat menunjukkan adanya
schwannoma
Berbagal jumal menyebutkan, tumor
ini tumbuh sangat lambat yaitu sekitar 1.5
mm / tahun. Angka rekurensi rate setelah
dilakukan pengangkatan sekitar 3%.
Penalalaksanaan tumor in| adalah meliputi
imanagemen konservalif atau "wait and see"
‘dan managemen operatif untukcmengangkat
‘tumor. Algoritma yang dapat dipaksi sebagai
panduan adalah, jika tumor mengalami
protrusi kurang dari tem ke cerebellopontine
angle, lakukan CT scan atau MRI ulang
dalam salu tahun. Jika laju perlumbuhan
tumor< 2 mm tahun lakukan observasi dan
terapi konservalif, Jika laju pertumbuhannya
Jebih dari itu persiapkan operas?
Sumber yang lain menyebutkan,
kebanyakan penderita masuk rumah sakit
sehari sebelum operasi. Setelah dilakukan
operasi dilakukan monitering selama satu
malam, baru dikirim ke bangsal perawatan
biasa, Rata ~ rata penderita sudah boleh
pulang datam 4 - 6 hari setelah operasi.
Umumnya penderita akan dapat kemball
bekerja dalam 6 minggu setelah operasi.
Risiko kematian pada tindakan operasi
akustik neuroma sekitar 0.5 -2%. Demikian
pula pada penderita ini, masuk rumah sakit
sehari sebelum dilakukan operasi. Setelah
ditakukan operas penderita masih dirawat
di ICU guna monitoring selama satu hari,
Selanjuinya penderita dirawat diruang
perawatan bangsal saraf. Hari ke 2 post
operasi dibangsal saraf penderita telah
menunjukkan perbaikan yang progresif balk
keluhan maupun keadaan urumnya. Hari
ke 7 post operas! penderita telah
untuk pulang dengan pesan agar kembali
kontrol setelah 1 minggu dirumah atau
segera kantrol jika mengalami gejala
perburukan*
Tindakan eksiirpasi tumor sangat
beresiko terhadap tarjadinya hemorhage dan
udem serebri pasca operasi. Akibal ulama
dari kejadian inl adalah kenaikan intrakranial
(Tik) dengan segala manifestasi klinis.
Tujuan dari penatalaksanaan TIK pada
tumor otak adalah untuk mencegah adanya:
hemias! otak baik secara non operatif dan
operatif. Komplikasi yang bisa timbul pada
saat atau setelah operasi adalah :*
1. Stroke Garang)
2. Trauma cerebellum, pons atau lobus
temnporalis (jarang)
3. Kematian(sekitar0,6- 2 %, tergantung
lokasi tumor)
4, Bocomya cairan serebrospinal (5 — 15,
%)
5. Meningitis (2- 10 %)
6. Parese nervus facialis (4 15 %)
Penatalaksanaan pasce-operasi
dapat dilakukan dengan mengontrol
oksigenasi, menjaga stabiltas hemodinamik,
pengendalian -temperatur badan,
pengendalian rasa nyeri dan pengendalian
kejang. Pada penderita ini diberikan
ahalgetik (Toradol) dimaksudkan untuk
‘mengurangi rasa sakit yang apablla terjadl
dapat meningkatkan TIK, dan pada akhimya
momperburuk kondisi pasien.
‘Selain berbagai macam analgetik,
managemen post-operaiff untuk nyerikepala
dapat diberikan muscle relaksan,
antidepresan dan anticonvulsant serta terapi
abortif untuk migraine. Nyeri yang menetap
bisa timbu! karona adanya jebakan nervus
occipitalis atau terbentuknya neuroma
‘occipital. Massage, heating focal dan
anaigetik bisa memberikan manfaat jika
timbul kasus seperti ini. Occipital nerve
‘block juga bisa digunakan sebagai altematit
terapi, demikian pula obat Anti-inflamasi,
corticosteroid dan analgetik narkotik. Pada
penderita ini selain analgetikjuga diberikan
antibiotik ceftriaxon, neurotropk vitamindan
fisioterapi’.
Prognosis pada penderita ditentukan
berdasarkan data penderita masin muda,
‘tidak ada penyakit lain yang menysrtal serta
‘data penunjang dalam batas normal kecuali
tumor saja. Data patologi anatomni juga tidak
ditemukan sel ganas. Berdasarkan datatersebut serta perjalanan pos! operasi maka
prognosisnya dubia ad bonam. Setelah
dioperasi angka rekurensinya berdasarkan
sumber yang ada juga rendah yaitu 3%
‘Secara keseluruhan, derajat keberhasilan
managemen dan prognosis penyakit ini
cukup baik. Permasalahan justru seringkali
timbul dari penetapan diagnosa dini yang
tidak tercapai. Gejala awal yang tidak
spesifk, pemahaman dan pengenalan yang
Kurang dari dokter tentang tanda atau gejala
menyebabkan penderitaan berkepanjangan
dan penyakit berkembang ke stadiurn tanjut
‘SIMPULAN
Penatalaksanaan yang tepat dan
terpadu pada kasus tumor jinak di sudut
ssebelo-pontin akan menajamin keberhasilan
terapi. Penetapan diagnosa seora dini akan
memperpendek penderitaan serta lebih
meniamin keberhasilan terapi. Manajemen
terpadu yang melibatkan bagian saraf,
‘bagian bedah dan anestesi pada saat terapi
‘operalif dan monitoring gi bagian ICU serta
bagian patologi anatomi pada saat
penetapan diagnosis pasti akan sangat
membantu penderita,
Mutiara Medika
Vol. 6 No. 2: 138-146, Jul’ 2008
DARTARDUETAEA
1. Greenberg,MS. Handbook of
Neurosurgery, Filth ed., thieme medical
Publisher, Greenberg Graphics inc., new
‘York. 2001.
2, Duus P. Diagnosis Topik Neurologi:
analomi, fisiologi, tanda, gejala. Ed? ,
1996.
3. Grace F Kao. 2004, Neurilemoma.
Emedicine, Last Updated: January 20,
2004.
4, Satyanegara. limu bedah saraf;
editor,LDjoka Listiono.-Ed 3, 1998
5. Gilroy. Basic Neurology, 2nd ed.Mc
Graw Hil Inc. Pergamon Pres!
Singapore, 1992
6. Lindsay, K, Bone, I, Callander, R., 1997
Neurology and Neurosurgery
Mustrated, 3ihed. Churchill, Livingstone,
Tokyo
7. Pothula VB,Lesser T, Mallueci C, may
P, Foy P, Vestibular schwannomas in
children. Otol Neurotol 22: 903-907,
2001
8. Timothy €.Heen MD, Acoustic
Neuroma, April 2004
146