You are on page 1of 10

JURNAL PANCASILA

HUKUM YANG DEMOKRATIS

Dosen Pembimbing : M. Dedi Putra, S.Pd, S.H, M.H

Ditulis Oleh : Abdur Rahman (2202020047)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG 2022

1
ABSTRAK
Demokrasi adalah proses adaptasi, pembelajaran dan apresiasi yang panjang.
Dukungan sosial dan lingkungan yang demokratis sangat penting untuk ini. Keberhasilan
demokrasi ditunjukkan dengan langkah dimana demokrasi dilaksanakan dan dianut sebagai
asas dan acuan hidup berdampingan. Demokrasi adalah instrumen politik dan etika yang
berkembang secara dinamis. Pada dasarnya demokrasi adalah sekelompok orang yang
negarawan, yaitu para penjaga dan penyelenggara negara harus benar-benar orang yang
berjiwa negarawan dalam arti sangat mendukung demokrasi yang menjadi dasar dari
mengambil keputusan di Indonesia. Bagi rakyat demokrasi, berbeda dengan situasi
demokrasi di Indonesia saat ini, dimana para pemilik dan pemimpin negara sibuk dengan
urusannya masing-masing, mereka berpolitik berdasarkan kepentingannya masing-masing,
tanpa kepekaan melihat situasi negara saat ini. Mobokrasi memang terjadi di Indonesia
dengan maraknya orang-orang koruptor, suap undang-undang, suap jabatan, sehingga
demokrasi di Indonesia benar-benar mati ketika tidak ada lagi pemerintahan yang benar-
benar menjaga demokrasi dan sensitif terhadap apa yang diinginkan orang. Jadi apa yang
dikatakan Aristoteles itu benar bahwa jika bangsa ini masih "mafia" maka jangan paksakan
"demokrasi" di negeri ini.
Kata Kunci : Demokrasi, Mobokrasi.

Abstract : Democracy is a long process of adaptation, learning and appreciation. Social


support and a democratic environment are essential for this. The success of democracy is
shown by the steps in which democracy is implemented and adhered to as a principle and
reference for coexistence. Democracy is a dynamically developing political and ethical
instrument. Basically democracy is a group of people who are statesmen, that is, the
guardians and administrators of the state must really be people with a statesman's spirit in
the sense that they strongly support democracy which is the basis for making decisions in
Indonesia. For the people of democracy, it is different from the current democratic situation
in Indonesia, where the owners and leaders of the state are busy with their own affairs, they
engage in politics based on their own interests, without sensitivity to the current situation of
the country. Mobocracy is indeed happening in Indonesia with the rise of corrupt people,
bribery of laws, bribery of positions, so that democracy in Indonesia really dies when there is
no longer a government that truly protects democracy and is sensitive to what people want.
So what Aristotle said is true that if this nation is still "mafia" then don't force "democracy"
in this country.
Keywords: Democracy, Mobocracy.

2
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang merupakan
konstitusi tertulis Indonesia dan juga mencerminkan cita-cita hukum bangsa Indonesia, secara
tegas menyatakan dasar prinsip, termasuk prinsip demokrasi dan prinsip negara hukum. .
Kedua asas tersebut tercantum dalam Pasal 1 Ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pada pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945 dijelaskan bahwa:
“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Dari
pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia (UUD 1945) secara khusus merupakan dasar pemerintahan yang demokratis,
karena pemerintahan itu dalam pelaksanaannya didasarkan atas kedaulatan rakyat. Prinsip
negara hukum terkandung dalam Pasal 1 ayat 3 UUD NRI Tahun 1945, yang menyatakan
bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Demokrasi dan negara hukum adalah dua konsep mekanisme kekuasaan roda
pemerintahan negara. Kedua konsep ini saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, karena di satu sisi demokrasi memberikan dasar dan mekanisme kekuasaan berdasarkan
prinsip persamaan dan persamaan manusia, di sisi lain, negara hukum memberikan standar
bahwa dasar dalam berlaku di negara bukanlah manusia, tetapi hukum.
Oleh karena itu, peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak dapat
diberlakukan secara sepihak oleh otoritas atau semata-mata untuk kepentingan otoritas. Hal
ini bertentangan dengan prinsip demokrasi, karena tujuan hukum bukan untuk menjamin
kepentingan segelintir orang yang berkuasa, tetapi untuk menjamin kepentingan keadilan
bagi semua, sehingga negara hukum yang berkembang bukan absolute rechtsstaat, tetapi
democratische rechtsstaat.

1.2. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif, sehingga informasi yang
diperlukan termasuk data sekunder, dilakukan melalui penelitian kepustakaan atau
“penelitian kepustakaan”. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis
normatif kualitatif. Penelitian ini bersifat kualitatif karena didasarkan pada kedalaman
pengetahuan metode deskriptif-analitik

1.3. RUMUSAN MASALAH


1. Mengetahui konsep negara hukum dan demokrasi
2. Mengetahui hukum yang demokratis
1.4. TUJUAN PENYAJIAN
1. Menjelaskan konsep negara hukum dan demokrasi
2. Menjelaskan hukum yang demokratis

3
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI
A. Konsep Negara Hukum
Istilah negara hukum dalam kepustakaan Indonesia merupakan terjemahan langsung
dari kata rechtsstaat. Notohamidjojo juga mengklaim bahwa dengan munculnya ide-ide dasar
yang dirumuskan dalam UUD abad ke-9, muncul pula ungkapan rule of law atau
rechtsstaat.1 Di negara-negara Eropa Barat, di Inggris sebutan bagi negara hukum
(rechtsstaat) adalah the rule of law, di Amerika Serikat diucapkan sebagai government of law.
Secara formal konsep negara hukum dapat diidentikkan dengan rechtsstaat atau rule
of law atau negara hukum, karena ketiga konsep ini memiliki arah yang sama, yaitu
penghindaran kekuasaan mutlak untuk mengakui dan melindungi hak asasi manusia. 2
Perbedaannya terletak pada makna material atau isi dari ketiga istilah tersebut, yang berasal
dari latar belakang sejarah dan pandangan suatu bangsa tersebut. menurut rechtsstaat dan rule
of law, yang juga merujuk pada nomokrasi, yang berasal dari nomos dan cratos. Nomos
artinya standar sedangkan Kratos artinya kekuatan. Yang dianggap sebagai faktor penentu
dalam pelaksanaan kekuasaan adalah norma atau hukum. Oleh karena itu, istilah nomokrasi
mengacu pada gagasan negara hukum atau asas hukum sebagai kekuasaan tertinggi.
Sebagai negara hukum, Indonesia mengakui asas kepastian hukum rechtsstaat dan
asas keadilan dalam negara hukum dan nilai spiritual hukum agama. Hukum tertulis dan
semua prosedurnya semuanya harus ditempatkan dalam konteks melindungi hak. Oleh karena
itu, ketentuan-ketentuan tertulis yang dapat menghalangi pelaksanaan keadilan dapat
dikesampingkan. Profesor Utrecht membedakan antara negara hukum formal atau hukum
klasik, dengan negara hukum material atau hukum modern. Negara hukum formal atau
hukum klasik mengacu pada konsep hukum formal dan sempit. Dengan kata lain, UU hanya
muncul dalam ketentuan undang-undang tertulis. Sementara itu, negara berdasarkan hukum
substantif atau negara berdasarkan hukum modern, yaitu adalah negara berdasarkan hukum
substantif, yang lebih baru, yang juga mencakup konsep keadilan. Friedman membedakan
antara negara hukum dalam arti formal yaitu “otoritas publik yang terorganisir”, dan negara
hukum dalam arti substantif yaitu “negara hukum yang adil”. Maksud dari pembedaan ini
adalah untuk menegaskan bahwa keadilan tidak mungkin terwujud secara material dalam
konsep negara hukum, karena pemahaman masyarakat tentang hukum itu sendiri dapat
dipengaruhi oleh aliran pemahaman peradilan formal dan dapat juga dipengaruhi oleh konsep
keadilan formal.

1
A Salman Manggalatung, Indonesia Negara Hukum Demokratis Bukan Negara Kekuasaan Otoriter, volume 3.
2
Fauzi Iswari, Aplikasi Konsep Negara Hukum Dan Demokrasi Dalam Pembentukan Undang-Undang Di
Indonesia, halaman 130.

4
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menetapkan bahwa pada
prinsip penegakan hukum di Indonesia harus mengikuti konsep rechtsstaat dan sekaligus the
rule of law yang baik dari negara hukum, yaitu menjamin kepastian hukum dan keadilan
substansial. Selain itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menekankan
asas kemanfaatan, yaitu asas bahwa penegakan hukum harus berguna dan tidak boleh
merugikan masyarakat, bangsa, dan negara.
Sebagai negara hukum yang demokratis di Indonesia, kekuasaan seluruh organ
negara dan/atau lembaga negara di republik ini harus berdasarkan konstitusi. Perlu dicatat
bahwa UUD dirancang sedemikian rupa agar penyelenggara negara tidak partisan dan
memiliki pedoman dan tujuan yang jelas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.
Keberadaan konstitusi atau UUD Negara RI Tahun 1945 merupakan hukum dasar tertinggi
dan dinobatkan sebagai negara hukum yang demokratis. Dalam kaitan ini, negara
menempatkan hukum itu sebagai dasar kekuasaan negara dan penyelenggaraan kekuasaan
tersebut dalam segala bentuknya dilakukan di bawah kekuasaan hukum tidak boleh ada
kekuasaan yang lain. Hukum sebagai urat nadi dalam segala aspek kehidupan.
B. Konsep Demokrasi
Secara etimologis, "demokrasi" terdiri dari dua kata Yunani, yaitu "Demos" yang
berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan "kratein" atau "cratos" yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan. Perpaduan dua kata ini berarti negara dimana kedaulatan berada
di tangan rakyat dalam sistem pemerintahan, kekuasaan tertinggi ada pada keputusan
kolektif rakyat, rakyat memerintah, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh
rakyat.3
Adapun secara terminologi, demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana
semua warga negara memiliki hak yang sama untuk membuat keputusan yang dapat
mengubah hidup mereka. Demokrasi memberi warga negara kesempatan untuk berpartisipasi
- baik secara langsung atau melalui perwakilan - dalam perancangan, pengembangan, dan
pemberlakuan undang-undang.
Dari segi politik, gagasan demokrasi memiliki lima kriteria menurut Robert A. Dahl, 4
yaitu:
1. Persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat.
2. Partisipasi efektif, yaitu kesempatan yang sama bagi semua warga negara dalam
proses pembuatan keputusan secara kolektif.
3. Pembeberan kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang untuk
memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan secara
logis.
4. Kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu adanya keputusan eksklusif bagi
masyarakat untuk menentukan agenda mana yang harus dan tidak harus diputuskan
melalui proses pemerintahan, termasuk mendelegasikan kekuasaan itu pada orang
lain atau lembaga yang mewakili masyarakat.
5. Pencakupan, yaitu terliputnya masyarakat mencakup semua orang dewasa dalam
kaitannya dengan hukum.
Dalam pandangan lain, demokrasi sebagai suatu gagasan politik merupakan paham
yang universal sehingga di dalamnya terkandung beberapa elemen sebagai berikut:

3
Riski Febria Nurita, Kajian Filsafat Hukum Tentang Demokrasi Di Indonesia, halaman 91.
4
Muntoha, Demokrasi Dan Negara Hukum, halaman 381.

5
1. Penyelenggara kekuasaan berasal dari rakyat;
2. Setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat
mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya;
3. Diwujudkan secara langsung maupun tidak langsung;
4. Rotasi kekuasaan dari seseorang atau kelompok ke orang atau kelompok yang
lainnya, dalam demokrasi peluang akan terjadinya rotasi kekuasaan harus ada, dan
dilakukan secara teratur dan damai;
5. Adanya proses pemilu, dalam negara demokratis pemilu dilakukan secara teratur
dalam menjamin hak politik rakyat untuk memilih dan dipilih.
6. Adanya kebebasan sebagai HAM, menikmati hak-hak dasar, dalam demokrasi
setiap warga masyarakat dapat menikmati hak-hak dasarnya secara bebas, seperti
hak untuk menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat dan lain-lain.
Untuk melaksanakan semua kriteria, prinsip, nilai, dan unsur demokrasi tersebut di atas,
perlu diurus lembaga-lembaga sebagai berikut:5
1. Pemerintah yang bertanggung jawab.
2. Dewan Perwakilan Rakyat yang mewakili golongan dan kepentingan masyarakat
dipilih dalam pemilihan yang bebas dan rahasia, di mana sekurang-kurangnya dua
calon mengajukan diri untuk setiap kursi. Dewan/perwakilan ini melakukan
supervisi (pengawasan), yang memungkinkan oposisi konstruktif dan
memungkinkan evaluasi terus menerus terhadap kebijakan pemerintah.
3. Organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik. Partai menjaga
hubungan yang berkelanjutan antara publik dan pemimpin mereka.
4. Pers dan media massa dapat mengeluarkan pendapat.
5. Sistem hukum yang mandiri untuk menjamin hak asasi manusia dan melindungi
keadilan.
Dengan demikian, kekuasaan yang diperoleh melalui mekanisme demokrasi, karena
konsepsi demokrasi menempatkan manusia sebagai pemilik kedaulatan yang kemudian
dikenal dengan prinsip kedaulatan rakyat, maka bisa dipastikan akan menjadi kekuasaan yang
demokratis karena kehendak rakyatlah sebagai landasan legitimasinya.
C. Demokrasi Pancasila
Secara umum, konsep demokrasi pancasila merupakan pemahaman demokrasi
berbasis nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila. Konsep untuk memahami
demokrasi jelas bersumber dari falsafah hidup bangsa Indonesia, Pancasila. Hal ini karena
Pancasila merepresentasikan kepribadian bangsa Indonesia dari dulu hingga sekarang..
Menurut Darmiharjo, demokrasi pancasila adalah demokrasi yang bersumber pada
kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang perwujudannya tertuang dalam alinea
pembukaan UUD 1945. Lebih lanjut Yudi Latif mengatakan bahwa dalam demokrasi
Pancasila, kebebasan individu tidak mutlak dan harus diimbangi dengan tanggung jawab
sosial.
Rancangan TAP MPR RI tentang Demokrasi Pancasila menyatakan bahwa demokrasi
Pancasila adalah norma yang mengatur kedaulatan rakyat dan penyelenggaraan
ketatanegaraan dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan

5
Muntoha, Demokrasi Dan Negara Hukum, halaman 383.

6
bagi setiap warga negara Indonesia.6 Dalam demokrasi pancasila yang berdasarkan Ketetapan
MPRS No. XXXVII/MPRS/1968 ketika terjadi kebuntuan dalam suatu masalah akibat tidak
tercapainya musyawarah untuk mufakat, maka jalan satu – satnya untuk mengatasi kebuntuan
tersebut adalah dengan melakukan pemungutan suara (voting). Hal tersebut sesuai dengan
tata cara yang diatur dalam Pasal 2 Ayat 3 dan Pasal 6 Ayat 2 UUD 1945.7
Prinsip demokrasi yang paling mendasar adalah liberté (kebebasan), egalite atau
eglitalisme (kesetaraan) dan fraternite (kebersamaan). 8 Prinsip kebebasan memperbolehkan
kebebasan beragama, berkumpul dan berekspresi (termasuk pers), prinsip kesetaraan
menyerukan persamaan di depan hukum (derajat dan hak yang sama di depan hukum), dan
prinsip kebersamaan yang menyerukan penghormatan terhadap hak asasi manusia, yang
berarti bahwa dalam prinsip kebersamaan, orang bebas melakukan apa saja yang
diinginkannya, sepanjang tidak mengganggu kebebasan dan hak orang lain. Oleh karena itu,
mayoritas harus bisa menghormati minoritas, karena minoritas adalah bagian dari negara
secara keseluruhan. Jika minoritas diperlakukan tidak adil di negara yang bercirikan
demokrasi, maka negara tersebut dapat dikatakan tidak demokratis, kurang demokratis atau
belum demokratis.
Dalam demokrasi pancasila, terdapat prisip – prinsip yang berasal dari pancasila.
Prinsip – prinsip demokrasi pancasila tersebut adalah sebagai berikut :9
1. Kebebasan atau kesetaraan (freedom/equality)
Kebebasan dan kesetaraan adalah landasan demokrasi. Kebebasan dipandang
sebagai sarana untuk mencapai kemajuan dan memperoleh hasil maksimal dari
usaha rakyat tanpa hambatan penguasa. Prinsip kesetaraan memastikan bahwa
semua orang diperlakukan sama tanpa diskriminasi dan memiliki akses bersama dan
kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensinya. Kebebasan yang tersirat
dalam demokrasi Pancasila bukan berarti liberalisme pejuang kemerdekaan yang
berkembang di Barat, melainkan kebebasan untuk tidak melanggar hak dan
kebebasan orang lain.
2. Kedaulatan Rakyat (people’s sovereignity)
Esensi politik yang dibuat dengan konsep kedaulatan rakyat adalah kehendak rakyat
dan kepentingan rakyat. Mekanisme seperti itu akan mencapai dua hal. Pertama,
kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan semakin kecil dan kedua, kepentingan
rakyat terlindungi dalam tugas-tugas pemerintahan. Wujud lain dari konsep
kedaulatan adalah kontrol atau pengendalian oleh rakyat. Pengendalian tersebut
dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai penguasa.
3. Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab
Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab adalah pemerintah yang tidak
merahasiakan informasi terhadap rakyat serta mampu menyelesaikan tugas – tugas
yang diembankan pemerintahan. Pemerintah juga melakukan musyawarah terbuka
dan hasilnya akan dimumkan terhadap rakyat. Pemerintahan yang seperti ini akan
menimbulkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
2.2. Hukum Yang Demokratis
Terdapat relevansi yang jelas antara hukum yang bertumpu pada konstitusi dan
demokrasi yang bertumpu pada rakyat. Relevansi tersebut akan menimbulkan korelasi yang
6
Apiek Gandamana, Memaknai Demokrasi Pancasila, halaman 3.
7
Ajat Sudrajat, Demokrasi Pancasila Dalam Perspektif Sejarah, halaman 14.
8
Dany Try Hutama Hutabarat, Makna Demokrasi Pancasila, halaman 61.
9
Apiek Gandamana, Memaknai Demokrasi Pancasila, halaman 4.

7
baik dalam segala kegiatan hukum. Korelasi tersebut dapat disebut dengan istilah demokrasi
konstitusi. Dalam penerapan sistem ini, prinsip – prinsip negara hukum dan demokrasi harus
diterapkan secara bersamaan. Sehingga hukum harus dibangun dan ditegakkan sesuai dengan
sistem demokrasi. Ketika hukum tidak ditopang atau berlandaskan demokrasi, maka hukum
tersebut tidak memiliki integritas yang jelas. Begitu juga sebaliknya, ketika sistem demokrasi
tidak berdasarkan hukum, maka hanyalah keributan yang muncul. Adanya hukum yang
demokrastis adalah untuk munculnya mobokrasi yang mengancam gagasan demokrasi.
Untuk dapat disebut sebagai negara hukum yang demokratis, menurut paham Eropa
Kontinental suatu negara harus :
1. Membagi atau memisahkan kekuasaan negara:
2. Menjamin dan melindungi HAM;
3. Mendasarkan tindakannya pada undang-undang;
4. Diselenggarakannya undang-undang itu;
5. Diselenggarakan suatu Peradilan Administrasi.
Terdapat juga prinsip – prinsip yang harus diterapkan dalam negara hukum yang
demokratis, yaitu:
1. Supremasi hukum. (Supremacy ofLaw)
2. Persamaan dalam hukum. (Equality before the Law)
3. Asas legalitas. (Due Process of Law)
4. Pembatasan Kekuasaan.
5. Organ-organ Penunjang yang Independen.
6. Peradilan bebas dan tidak memihak.
7. Peradilan Tata Usaha Negara.
8. Mahkamah Konstitusi. (Constitutional Court)
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia
10. Bersifat Demokratis (Democratishe Rechtsstaat)
11. Berfungsi sebagai sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat)
12. Transparansi dan Kontrol Sosial.

8
PENUTUP
Negara hukum itu harus ditopang dengan sistem demokrasi karena terdapat korelasi
yang jelas antara negara hukum yang bertumpu pada konstitusi, dengan kedaulatan rakyat
yang dijalankan melalui sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi partisipasi rakyat
merupakan esensi dari sistem ini. Akan tetapi, demokrasi tanpa pengaturan hukum akan
kehilangan bentuk dan arah, sementara hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna.
Negara hukum yang demokratis, hukum dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip
demokrasi. Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan, dan ditegakkan dengan
“tangan besi” berdasarkan kekuasaan semata (machtsstaat). Sebaliknya, demokrasi haruslah
diatur berdasar atas hukum (rechtsstaat) karena perwujudan gagasan demokrasi memerlukan
instrumen hukum untuk mencegah munculnya mobokrasi, yang mengancam pelaksanaan
demokrasi itu sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Zaini, Jurnal Negara Hukum, Demokrasi, Dan Ham, (Juni 2020).
Fauzi Iswari, Jurnal Aplikasi Konsep Negara Hukum Dan Demokrasi Dalam Pembentukan
Undang-Undang Di Indonesia, (28 September 2020).
Muntoha, Jurnal Demokrasi dan Negara Hukum, (16 Juli 2009).
Riski Febria Nurita, Jurnal Kajian Filsafat Hukum Tentang Demokrasi Di Indonesia, (1 Juni
2015).
Frankiano B. Randang, SH., MH, Jurnal Membangun Hukum Nasional Yang Demokratis
Dan Cerdas Hukum, (Januari 2009).
A Salman Maggalatung, Jurnal Indonesia Negara Hukum Demokratis Bukan Negara
Kekuasaan Otoriter.
Made Oka Cahyadi Wiguna, Jurnal Pentingnya Prinsip Kebijaksanaan Berdasarkan
Pancasila Dalam Kehidupan Hukum Dan Demokrasi Indonesia, (24-01-2021).
Bambang Sugiono, Ahmad Husni M.D., Jurnal Supremasi Hukum dan Demokrasi, (Agustus
2000).
Prof. Dr. M. Guntur Hamzah, S.H., M.H., Modul Pendidikan Negara Hukum Dan
Demokrasi, (2016).
Bobi Aswandi, Kholis Roisah, Jurnal Negara Hukum Dan Demokrasi Pancasila Dalam
Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia (Ham), (2019).
Apiek Gandamana, Jurnal Memaknai Demokrasi Pancasila.
Ajat Sudrajat, Jurnal Demokrasi Pancasila Dalam Perspektif Sejarah.
Dany Try Hutama Hutabarat, Jurnal Makna Demokrasi Pancasila, (2021).

10

You might also like