You are on page 1of 9

PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT TANJONGE
Jl. Poros Bulu Dua – Makassar Desa Marioriaja Kec. Marioriwawo Kab. Soppeng 90862Website: Email :
puskesmastanjonge@gmail.com. Website : https://pkm-tanjonge.soppengkab

KERANGKA ACUAN
KEGIATAN-KEGIATAN DALAM PELAYANAN TBC
( PROGRAM TBC )

I. PENDAHULUAN

Tuberkulosia paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

mycobacterium tuberculosis. Sebagai kuman yang menyerang paru dan dapat

menyerang organ tubuh lainnya. Oleh karena itu perlu di upayakan program

penanggulangan dan pemberantasan penyakit TBC. TBC disebarkan melalui

droplet pernafasan transmisi timbul akibat kontak erat dengan individu

yang terinfeksi.Kontak dengan pasien yang telah terbukt imemiliki TB dalam

sputumnya memiliki resiko 25% untuk tertular TB. Sekali batuk dapat

dapat menyebarkan sekitar 3.500 kuman dan ketika bersin menyebarkan

4.500-1.000.000 kuman yang terkandung dalam percikan dahaknya.

Penularan terjadi melalui dahak yang dapat bertahan selama beberapa jam

dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan lembab .

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah

kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan

mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis.

Pengobatan TB Paru membutuhkan waktu 6-8 bulan sehingga

dimungkinkan pasien tidak patuh dalam menelan obat. Untuk

menanggulangi masalah tersebut peran masyarakat sebagai

Pengawas Menelan Obat sangatlah penting. Diharapkan dengan peran aktif

Pengawas Menelan Obat dalam pendampingan di Masyarakat akan

menurunkan angka droup out/Default dan meningkatkan kesembuhan.


out/default.Peran PMO adalah memastikan penderita menelan obat sesuai

aturan, mendampingi dan memberikan dukungan moral, mengingatkan

pasien, menemukan dan mengenali gejala efek samping obat, mengisi kartu

kontrol, serta memberikan penyuluhan. PMO diperlukan untuk menjamin

keteraturan pengobatan sehingga Penderita TB Paru sembuh, pengobatan

lengkap, tidak droup out/default, dan tidak gagal.Kegagalan pengobatan TB

Paru mengakibatkan Penderita mengalami TB MDR yaitu Penderita menjadi

resisten dengan OAT.Pengobatan TB MDR membutuhkan waktu yang lebih

lama dan biaya yang cukup besar.Untuk mencegah terjadinya kegagalan

pengobatan Penderita memerlukan pengawasan langsung dalam menelan

Obat yang dilakukan oleh PMO.

Sejak tahun 1995,program penyakit tuberculosis paru telah

dilaksanakan dengan strategi DOTS (Directhy Observed Treatment Short

Course) yang direkomendasikan oleh WHO. Penanggulangan TB dengan

strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi ,dan

merupakan strategi kesehatan yang paling efektif.

II. LATAR BELAKANG

TB saat ini masih merupakan masih merupakan salah satu maslah

kesehatan masyarakat walaupun upaya pengendalian telah diterapkan

dibanyak Negara sejak tahun 1995. Penyakit TB Paru dapat diderita oleh

siapa saja,orang dewasa,anak-anak dan dapat mengenai seluruh organ

tubuh kita manapun. Walaupun yang terbanyak adalah organ paru. TB

paru adalah salah satu penyakit infeksi yang menular dan merupakan

salah satu

penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di dunia hingga saat

ini,tidak hanya dinegara berkembang tetapi juga dinegara maju.

Penyakit TB merupakan merupakan penyebab kematian nomor 3

dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi.

Penyebab utama meningkatnya masalah TB paru adalah:


1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat.

2. Kurangnya kerjasama dengan lintas sektor.

3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC.

4. Puskesmas Jauh dari jangkauan.

5. Mitos masyarakat tentang penyakit TBC.

Pada tahun 2022, jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Tanjonge adalah 14754 dari jumlah tersebut diperkirakan

suspek sebanyak 372 orang dan TB BTA Positif 80 orang. Target

pencapaian program TBC paru di UPTD Puskesmas Tanjonge. Penemuan

BTA Positif dari bulan Januari sampai dengan Desember 2022

ditemukan BTA Positif 28 orang dan suspek 178.

Dalam pemberantasan penyakit TB Paru di UPTD Puskesmas Tanjonge

melakukan langkah – langkah sebagai acuan pemegang program:

1. Penjaringan pasien yang batuk lebih dari 3 minggu dengan

koordinasi BP agar diperiksa dahaknya atau 10 % dari kunjungan

diperiksa dahaknya.

2. Pemeriksaan dahak dengan sisten SP ( Sewaktu,Pagi)

3. Pengiriman dahak ke Puskesmas PRM.

4. Pengobatan dengan FDC.

5. Pelacakan pasien TB mangkir minum obat.

6. Investigasi kontak serta penyuluhan di masyarakat

III. TUJUAN

1. Tujuan Umum :

Menurunkan angka kesakitan,angka kematian akibat TB Paru

memutuskan rantai penularan,serta mencegah terjadinya MDR dalam

rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan kegiatan penjaringan TB Paru di poli,

PUSTU/POSKESDES,di masyarakat maupun lintas sector.

b. Meningkatkan pencapaian program TB yang bertujuan mencegah

terjadinya kekambuhan dan TB MDR.

c. Tercapainya angka kesembuhan minimal 90% dari semua

penderita baru BTA Positif yang ditemukan.

d. Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap.

e. Mengurangi pasien TB mangkir.

IV. RENCANA KEGIATAN

Upaya untuk mensukseskan Program DOTS di UPTD Puskesmas

Tanjonge, direncanakan akan diadakan kegiatan sebagai berikut ;

1. Pemeriksaan kontak serumah/investigasi kontak TB.

Dapat dilakukan untuk mencegah kekambuhan dan reinfeksi pada

penderitakeluarga dan masyarakat. Mencari resiko penularan pada

orang dewasa maupun anak sehingga pada pemeriksaan dalam hal ini

petugas dapat mengetahui tanda dan gejalanya serta mencari sumber

penularan. Pemeriksaan dilakukan baik pada penderita,keluarga dan

tetangganya.

2. Skrining TB

Dalam program TB diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan dahak

TCM. Dari setiap suspek yang diambil dahaknya harus selalu dicatat

oleh petugas program TB. Agar petugas program mengetahui jumlah

suspek yang diperiksa,mengetahui proporsi penderita BTA positif

diantara suspek yang diperiksa,serta memudahkan pelacakan bila hasil

pemeriksaan dahak positif dan penderita tersebut tidak kembali. Serta

Penjaringan suspek di wilayah jauh/terrpencil

Dapat dilakukan pada puskel di wilayah jauh dengan mengambil dahak

secara langsung untuk dilakukan pemeriksaan TCM. Pada masyarakat


yang mempunyai keluhan batuk lebih dari 2 minggu atau yang memiliki

tanda dan gejala.

3. Pelacakan penderita TB yang mangkir.

Supaya semua kuman dpat dibunuh,pengobatan yang diberikan

dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis,dalam jumlah cukup dan

dosis tepat selama 6-8 bulan.pengamatan dan pelacakan penderita TB

harus ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah

terjadinya kekebalan obat.serta mencegah terjadinya kekambuhan.

Untuk menjamin kepatuhan penderita pengobatan perlu dilakukan

dengan pengawasan langsung.

4. Penyuluhan kepada masyarakat melalui posyandu dan terapi

pencegahan.

Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari promosi

kesehatan adalah rangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip

belajar ntuk mencapai suatu keadaan dimana individu,kelompok,atau

masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara

memelihara, melindungi dan

meningkatkan kesehatannya.penyuluhan TB perlu dilakukan karena

masalah TB banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan

perilaku masyarakat. Tujuan dari penyuluhat tersebut adalah untuk

meningkatkat kesadaran,kemauan,dan peran serta masyarakat dalam

penanggulangan TB. Serta menambah pengetahuan masyarakat tentang

pemberian terapi pengobatan pencegahan penyakit TBC pada kontak TB

V. SASARAN

Pasien dan keluarga pasien,serta kontak dan masyarakat lainnya.

VI. LOKASI

1. Kegiatan dilaksanakan di Puskesmas, PUSTU/POSKESDES,

Posyandu, Posbindu
2. Dirumah penderita dan tetangga penderita

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

NO KEGIATAN JA FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
N

1. Pemeriksaa v v v v v v v v v v v v
n kontak
serumah/In
vestigasi
Kontak

2. Skrening v v v v v v v v v v v v
TB

3. Pelancakan v v v v v v v v v v v v
penderita
TB yang
mangkir

4. Penyuluhan v v v v v v v v v v v v

5. Pelaporan v v v v v v v v v v v V

VIII. SUSUNAN TIM PROGRAM TB PARU

Pelindung/penasehat :Kepala Puskesmas ( Hj. Karmila Hippe,


S,Kep.Ns. )
Koordinator : dr. hasrianti, S.Ked
Pemegang Program TB : Suhaedi, Amd.Kep
Petugas laboratorium : Hj. Musdalifah, AMAK

IX. EVALUASI PELAKSANAAN

Evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai


keberhasilan pelaksanaan program , pemantauan dilakukan secara
berkala dan terus menerus,untuk dapat segera mendeteksi bila ada
masalah dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan supaya
dapat dilakukan tindakan perbaikan.
Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perencanaan
program,pemantauan dengan mengolah laporan,pengamatan dan
wawancara dengan petugas pelaksana maupun dengan masyarakat.
Evaluasi berguna untuk menilai sejauh mana tujuan dan target
yang telah ditetapkan evaluasi dilakukan satu priode waktu tertentu dan
biasanya setiap 6 bulan hingga 1 tahun.

X. PENCATATAN DAN PELAPORAN

Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika


evaluasi kemajuan pasien dan hasil pengobatan.

Sistem pencatatan dan pelaporan terdiri dari :


 Laporan hasil laboratorium yang berisi catatan pasien TCM positif
 Kartu pengobatan pasien
 Pencatatan dilakukan setiap melakukan kegiatan
 Pelaporan dilakukan setiap bulan/triwulan/dan dengan cara
aplikasi STTB
XI. PENUTUP

Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana dan


penanganan pelaksanaan kegiatan penjaringan TB paru Tahun 2023 UPTD
Puskesmas Tanjonge, Atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima
kasih.

Mengetahui :
Tanjonge, 02 Januari 2023

Kepala UPTD Puskesmas


Tanjonge

Hj. KARMILA HIPPE, S.Kep.Ns


NIP. 19660211 198803 2 005
KERANGKA ACUAN PROGRAM TBC
UPTD PUSKESMAS TANJONGE

OLEH
PETUGAS P2P TB
SUHAEDI, Amd.Kep
TAHUN 2023

You might also like