You are on page 1of 8

ARTIKEL

EKSISTENSI GERAKAN MUHAMMADIYAH DI ERA MODERANISASI

DI TINJAU DARI TUJUAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH

Tugas

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mata Kuliah


Al Islam Kemuhammadiyahan
Ujian Akhir Semester
Program Studi Magister Ilmu Hukum

Disusun oleh:
EKO SAKTIONO
NIM: 2021103802111019

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Lahir sebagai alternatif dari
berbagai masalah Pada abad ke-19, umat Islam Indonesia menghadapi dan awal
abad ke-20, masalah serupa Di bidang pendidikan sosial dan keagamaan, Bidat,
takhayul dan takhayul, dan Kuk pemerintahan kolonial Belanda. Masalah-
masalah ini telah Ciptakan kondisi sosial saat itu kehilangan tongkat kehidupan
Kemunduran Peradaban Islam di Indonesia. Muhammadiyah adalah hasil Logika
masalah sederhana muncul seorang muslim untuk dirinya sendiri dan bagaimana
masyarakat memahami dan mengamalkan kebenaran Islam Percaya karena itu
pesan global Islam adalah rahmatan lil 'alamien atau kemakmuran Semua
kehidupan bisa terjadi kehidupan manusia yang objektif.
Di Indonesia, hingga akhir abad ke-19 M, Pola pendidikan ganda masih
berkembang, sistem pendidikan kolonial dan Pendidikan Islam Tradisional 1. Dua
sistem ada banyak perbedaan mendasar dalam pendidikan, tidak hanya metode,
dan dalam hal kurikulum dan tujuan.dengan diadopsinya Kebijakan Moral
Politik,mendirikan lembaga pendidikan sekolah pemerintah kolonial Belanda
tidak hanya didedikasikan untuk rakyat atau rakyat Belanda Bahasa Indonesia
dari Priyai saja, tetapi juga untuk semua orang masyarakat Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, lahirlah Muhammadiyah adalah bagian dari
kekuatan Muslim Indonesia yang kreatif. jadi Jadi, sejarah Muhammad adalah
kekuatan pendorong dan mekanisme hubungan Kreativitas intelektualitas manusia
muslim dan Berbagai masalah dan norma dalam hidupnya ajaran Islam. Anda bisa
yakin Di luar kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah memiliki kerangka
Pemikiran rasional dan metodologis. sesuatu Kerangka pikiran adalah pola sikap
dan tindakan para pendukung organisasi Ini.2

1
Karel A. Steenbrink, Kawan dalam Pertikaian: Kaum Kolonial Belanda dan Islam di
Indonesia (1596-1942), (Terj), (Bandung: Mizan,1995), hal. 6-7.
2
Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Kyai HajiAhmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam
Perspektif Perubahan social, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hal. 1.
Sesuai dengan landasan politik yang dijalankan, maka sekolah-sekolah
tersebut juga mencerminkan arah politik pemerintah kolonial Belanda, yaitu
hanya sekedar memenuhi kebutuhan tenaga atau pegawai terdidik 3. Karena itu,
tidak aneh jika pendidikan yang dikelola pemerintah hanya memfokuskan pada
pengetahuan (knowledge). Bahkan Mukti Ali mengatakan bahwa sistem
pendidikan kolonial sangat bersifat individualistik dan kurang sekali
memperhatikan asa-asas moral.4
Kebijakan politik etis mengakibatkan bermunculan lembaga pendidikan
sekolah, mulai dari sekolah rendah hingga menengah.3 Pada tahun 1903,
Pemerintah kolonial Belanda mulai mendirikan sekolah rendah yang dinamakan
Volkschool (Sekolah Rakyat) dengan masa belajar selama 3 tahun yang kemudian
dilanjutkan dengan program Verlvolgshool (Sekolah Lanjutan) dengan masa
belajar selama 2 tahun.5
Muhammadiyah selalu berkomitmen untuk menciptakan manusia yang
utama, salah satunya adalah melalui bidang pendidikan. Semakin kedepan
tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan semakin besar
dan semakin beragam. Semakin besar Muhammadiyah, muncul berbagai kritikan
terkait apakah kualitas lulusan di lembaga pendidikan Muhammadiyah sudah
bagus sebanding dengan kualitas lembaga pendidikan yang ada dan mampu
mengikuti perubahan zaman. Serta sejauh mana pendidikan Muhammadiyah
mampu mengelola masyarakat dari dampak buruk perkembangan era modernisasi
saat ini pada khususnya bagi para pelajar.

Sebagaimana pemahaman penulis bahwa perkembangan era modernisasi


khususnya teknologi informasi dan komunikasi saat ini yang semakin canggih,
tentunya memiliki dampak positif yaitu transfer knowladge yang bertujuan untuk

3
Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta:LP3ES, tt), hal.19.
4
Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di Indonesia, (Jakarta: Nida, 1990), hal. 27
5
Karel A. Steenbrink,Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam dalam kurun Modern,
(Jakarta: LP3ES,1986), hal.40.
pemindahan informasi khususnya ilmu pengetahuan sehingga seseorang dapat
mengetahui dengan cara membaca, melihat maupun mendengar, serta
memahaminya dalam bentuk perbuatan bersifat positif. Dalam berselancar
didunia maya perlunya kita bermawas diri bukan hanya sebagai korban tetapi kita
bisa menjadi pelaku dalam menggunakannya ada pribahasa tanganmu harimau
mu dapat dijelaskan bahwa apa yang dilakukan dalam pengoprasian media social
ada batasan yang harus diperhatikan.
B. PEMBAHASAN
C. PENUTUP
D. REFERENSI

You might also like