You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diketahui melambat sejak lima tahun
terakhir. Laju pertumbuhan pada tahun 2011 dan 2012 diketahui sebesar 6,17 persen
dan 6,03 persen (Badan Pusat Statistik, 2015). Sedangkan pada tahun 2013 laju
pertumbuhan ekonomi melambat secara signifikan menjadi sebesar 5.56 persen. Laju
pertumbuhan tahun 2014 dan 2015 terus melambat menjadi sebesar 5,02 persen dan
4,79 persen sebagaimana ditunjukkan pada tabel I.1 (Badan Pusat Statistik, 2016).
Tabel I.1. Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDB Menurut Lapangan Usaha

Sumber : Berita resmi statistik nomor 16/02/Th.XIX, 5 Februari 2016

1
2

Selain kondisi perekonomian yang terus menurun, Indonesia juga dihadapkan


pada target penerimaan pajak yang tidak pernah tercapai dalam beberapa tahun
terakhir. Berdasarkan data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2011 sampai
2015 sebagaimana tersaji pada gambar I.1, persentase realisasi penerimaan pajak
tahun 2011 dan 2012 diketahui sebesar 97.26 persen dan 96.49 persen dari target yang
ditetapkan dalam APBN-P. Pada tahun 2013 dan 2014, persentase realisasi
penerimaan pajak sebesar 93,81 persen dan 92.04 persen. Puncaknya pada tahun
2015, persentase realisasi penerimaan pajak hanya mencapai sebesar 83.29 persen dari
target yang telah ditetapkan dalam APBN-P. Penerimaan pajak tersebut berasal dari
pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.
Gambar I.1 Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun 2011-2015

1600
1400
1200
1000
800 target
600 realisasi
400
200
0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: Diolah dari data LKPP tahun 2011-2015


Dari realisasi penerimaan tersebut diketahui bahwa industri pengolahan atau
manufaktur memiliki peranan yang besar dibanding industri lainnya. Pada tahun 2011,
industri tersebut memiliki peranan sebesar 29.49 persen. Pada tahun 2012 dan 2013
memiliki peranan sebesar 30.99 persen dan 30.83 persen. Pada tahun 2014 dan 2015
memiliki peranan sebesar 29.67 persen dan 26.98% yang dapat dilihat pada tabel I.2.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada
perusahaan manufaktur agar ketika dilakukan pengawasan akan menghasilkan
kontribusi yang besar pada penerimaan pajak.
3

Tabel I.2. Peranan realisasi penerimaan pajak per sektor

Sumber: Diolah dari Data Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan.


Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Brondolo (2009),
kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang sedang berjalan.
Bukti empiris yang telah ditemukan mengindikasikan bahwa kepatuhan wajib pajak
dapat menurun selama krisis keuangan berlangsung. Wajib Pajak cenderung
melakukan tindakan penghindaran pajak sebagai mekanisme untuk membiayai
kegiatan operasionalnya.
Berdasarkan fakta dan penelitian sebelumnya tersebut, dapat diduga bahwa
ada kemungkinan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress)
baik dari faktor internal maupun eksternal akan melakukan aktivitas penghindaran
pajak (tax avoidance) demi tercapainya tujuan perusahaan. Penelitian ini berusaha
memberikan bukti empiris baru mengenai pengaruh financial distress terhadap tax
avoidance dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel
pemoderasinya.
Penelitian serupa pertama kali dilakukan oleh Richardson, Taylor, & Lanis,
(2015) terhadap perusahaan publik di Australia. Dalam mengukur financial distress,
4

model prediksi kebangkrutan yang digunakan yaitu model Merton. Pengukuran


aktivitas penghindaran pajak menggunakan proxy CashETR. Penelitian tersebut
menghasilkan kesimpulan bahwa financial distress berpengaruh positif terhadap
aktivitas penghindaran pajak (corporate tax avoidance) dan diperkuat oleh krisis
ekonomi global yang melanda perusahaan publik yang ada di Australia.
Di Indonesia, penelitian mengenai financial distress sendiri sebenarnya telah
banyak dilakukan. Namun penelitian tersebut hanya sebatas menghitung atau mencari
model prediksi kebangkrutan terbaik yang dilakukan pada beberapa perusahaan
publik yang listing di Bursa Efek di Indonesia. Pada penelitian ini, penulis
menggunakan pertumbuhan ekonomi yang melambat (growth slowdown) sebagai
variabel pemoderasinya. Hal ini yang menjadi perbedaan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Richardson et al (2015) dimana pada penelitian tersebut variabel
pemoderasi diwakili oleh krisis ekonomi global yang melanda pada tahun 2008.
Penelitian yang menghubungkan antara financial distress dengan aktivitas
penghindaran pajak (corporate tax avoidance) dan juga pengaruh melambatnya
pertumbuhan ekonomi terhadap hubungan tersebut pada perusahaan di Indonesia
masih belum dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana pengaruh financial distress terhadap corporate tax avoidance dimoderasi
oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi?
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini antara lain adalah :
1. Bagaimana pengaruh financial distress terhadap corporate tax avoidance?
2. Bagaimana pengaruh financial distress terhadap corporate tax avoidance
dimoderasi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya menggunakan data-data laporan keuangan pada
perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
Penelitian pada perusahaan yang non-listed di BEI tidak dimungkinkan karena data
laporan keuangan perusahaan tersebut bersifat rahasia.
5

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh financial distress terhadap corporate tax avoidance
di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh financial distress terhadap corporate tax avoidance
dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel pemoderasi.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan bukti empiris mengenai apakah perusahaan di Indonesia lebih
cenderung melakukan penghindaran pajak pada saat kondisi keuangan sedang
sulit baik dari faktor internal maupun eksternal perusahaan.
2. Sebagai salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan
penelitian untuk memeriksa pengaruh financial distress terhadap corporate tax
avoidance khususnya di Indonesia.
3. Sebagai informasi yang bermanfaat bagi pemangku kepentingan, investor,
maupun pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas untuk
menghimpun penerimaan negara berupa pajak untuk lebih waspada terhadap
perusahaan-perusahaan yang berusaha menghindari pajaknya terutama
perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan baik dari faktor internal
maupun eksternal perusahaan.
F. Sistematika Pembahasan
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang penelitian,
masalah penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan dari masing-masing bab.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini akan menguraikan teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya yang
diambil dari literatur yang relevan. Bab ini juga akan menguraikan kerangka
pemikiran dan hipotesis yang akan dikembangkan.
6

BAB III: METODE PENELITIAN


Pada bab ini diuraikan tentang gambaran umum objek penelitian, model
penelitian, populasi dan sampling, jenis data yang diambil, variabel penelitian dan
cara mengukurnya. Bab ini juga akan membahas tentang cara pengujian instrumen
penelitian, dan cara menguji hipotesis.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang data hasil penelitian yang disajikan secara deskriptif dan
kuantitatif, yang kemudian dianalisa dan dibahas secara mendalam.
BAB V: SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Bab ini berisi tentang simpulan yang ditarik dari hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan serta saran bagi penelitian selanjutnya. Bab ini juga
akan memberikan informasi terkait implikasi dari hasil penelitian.

You might also like