You are on page 1of 5

A.

PENDAHULUAN
a) Latar Belakang
Perbincangan tentang paradigma selalu memunculkan
definisi yang beragam dari para ahli terutama dalam bidang
filsafat, banyak pakar yang menjelaskan tentang paradigma dalam
berbagai macam diskursusnya masing-masing, sehingga lahir
berbagai macam pendapat ahli yang menerangkan tentang
paradigma dalam filsafat
Paradigma dapat didefinisikan bermacam-macam tergantung
pada sudut pandang yang menggunakannya. Jika dari sudut
pandang penulis, maka paradigma adalah cara pandang seseorang
mengenai suatu pokok permasalahan yang bersifat fundamental
untuk memahami suatu ilmu maupun keyakinan dasar yang
menuntun seorang untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam artikel yang ditulis oleh Erlina Diamastuti dengan judul
“paradigma ilmu pengetahuan sebuah telaah kritis menguti dari
Capra dalam bukunya Tao of Physics menyatakan bahwa
paradigma adalah asumsi dasar yang membutuhkan bukti
pendukung untuk asumsi-asumsi yang ditegakkannya, dalam
menggambarkan dan mewarnai interpretasinya terhadap realita
sejarah sains1
Sehingga dalam perkembangannya paradigma dalam ilmu
pengetahuan menjadi kajian penting untuk menemukan jawaban
dari sebuah permasalahan yang akan dikaji oleh penulis atau
penekun bidang ilmu tertentu
Dalam perkembangannya Paradigma berkisar pada dua
masalah penting yakni positivisme dan Fenomenologi, yang juga
cabang dari paradigma atau pandangan dalam sebuah ilmu
pengetahuan dengan memahami kedua hal tersebut diharapkan
1
Erlina Diamastuti, Paradigma Ilmu Pengetahuan Sebuah Telaah Kritis,
artikel.

1
para pencari Ilmu dapat menemukan konsep yang benar dan
analisa yang akurat dalam menelaah substansi dari sebuah ilmu
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis
sebutkan diatas, dalam makalah ini penulis akan mencoba
membahas dan menerangkan pembahasan dengan Judul
“paradigma Ilmu, positivisme dan fenomenologi.

b) Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian Paradigma Ilmu, Positivisme dan
juga Fenomenologi?
2. Bagaimana keterkaitan paradigma Ilmu, positivisme dan
fenomenologi dalam pembahasan Filsafat Ilmu
3. Apa urgensi dari Paradigma ilmu terhadap sebuah
Pengetahuan?

c) Tujuan Pembahasan
Adapun Tujuan pembahasan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Paradigma Ilmu,
Positivisme dan juga Fenomenologi.
2. Untuk mengetahui keterkaitan paradigma Ilmu,
positivisme dan fenomenologi dalam pembahasan Filsafat
Ilmu
3. Untuk mengetahui urgensi dari Paradigma ilmu terhadap
sebuah Pengetahuan?

B. PEMBAHASAN
a) Pengertian Paradigma Ilmu, Positivisme, dan fenomenologi
1. Paradigma Ilmu

2
Sebagaimana yang telah penulis singgung pada latar
belakang masalah diatas bahwa terdapat beberapa pendapat para
ahli dalam mendefinisikan paradigma Ilmu. Penulis mengambil
referensi dalam beberapa jurnal ataupun internet yang penulis
rangkum sebagai berikut:
Menurut Kuhn (1962) dalam bukunya The Structure of
Scientific Revolution menyatakan bahwa paradigma adalah
gabungan hasil kajian yang terdiri dari seperangkat konsep, nilai,
teknik dll yang digunakan secara bersama dalam suatu komunitas
untuk menentukan keabsahan suatu masalah berserta solusinya.2
Hal ini diperlukan agar hasil kajian tersebut menjadi
sebuah pandangan dalam menentukan apakah ilmu ini benar-
benar teruji kebenarannya atau tidak.

2. Positivisme
Positivisme bila dikaitkan dengan filsafat akan menjadi

dasar seluruh bidang ilmu pengetahuan. Positivisme mendebatkan


masalah objek yang mudah diteliti dengan obyek yang tidak
mudah diteliti, antara pengetahuan dan pengalaman sebagai
dasar. Pemahaman umum dari positivisme diformulasikan oleh
filosuf Kolakowski dan Giddens. Kolakowski menyatakan bahwa
positivisme sebagai kumpulan peraturan yang berkaitan dengan
pengetahuan manusia. Positivisme bukan tempat untuk
metaphisis (hal-hal yang gaib dan tak nampak)Giddens
menjelaskan bahwa dalam positivisme, pengalaman empiris
sebagai dasar pokok pengetahuan manusia. Objeknya adalah hal-

hal yang nyata dari pengetahuan manusia.3 Positivitis merupakan


kerangka berpikir yang berdasarkan logika dan yang paling

2
Ibid,....
3

3
penting adalah objeknya dapat diobservasi. Prinsip dari
positivisme yang fundamental adalah pengalaman terhadap
fakta dan verifikasi langsung. Selain itu juga dasar dari filosifis
positivisme adalah pengetahuan empirik; berdasarkan data; yang
aktual atau benar-benar terjadi; objek penelitian dalam bentuk

fisik.2 Positivisme dalam ilmu sosial merupakan studi tentang


realitas sosial dengan ukuran dan dihubungkan dengan variabel-

variabel seperti, statistik, model.3


Dalam tradisi Perancis, terdapat 12 (dua belas) prinsip

dari positivisme,4 yang menurut penulis cukup penting untuk


diperhatikan, yaitu: (1), hanya ada satu dunia dan dunia
mempunyai eksistensi obyektif. Oleh karena bersifat obyektif,
maka tidak dipengaruhi oleh unsur subyektif. Kenyataan obyektif
baik ada pada fenomena dunia atau alam maupun fenomena
sosial. Durkheim dalam karyanya The Rule of Sociological Method
menyatakan bahwa fakta sosial sebagai things atau sesuatu. (2),
Dunia ini memiliki unsur-unsur dan memiliki hukum yang
mengatur pergerakan. Hukum-hukum ditemukan melalui ilmu
pengetahuan. Pengetahuan adalah ilmu. Tahyul bukan termasuk
ilmu pengetahuan. Positivisme menyatakan bahwa hukum alam
ditemukan melalui ilmu pengetahun. Dunia nyata merupakan
objek ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan bentuk
pengetahuan. Dalam penelitian sejarah belum mampu
menemukan hukum-hukum sejarah, hanya mampu menemukan
generalisasi terhadap fakta yang telah ditemukan. (3), Ilmu
pengetahuan dibangun atas dasar nalar dan observasi. Nalar
menjadi pembimbing dalam melakukan observasi. Comte
menyebutkan bahwa teori tanpa observasi adalah mistis dan

4
observasi tanpa teori adalah empiris. Menurut Bryant, apa
yang
disampaikan oleh Comte perlu diuji lagi. Fakta-fakta atau
data berasar dari dunia

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid II, .Jakarta:


Lentera Abadi, 2010.

Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. Tafsir Al-


Maraghi, Bahrun Abubakar, dkk, Semarang: Karya Toha
Putra Semarang, 1993.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan


Keserasian Al-Qur’an, Jilid 2, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

You might also like