You are on page 1of 39

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PERUBAHAN SUHU

TUBUH BAYI BARU LAHIR DALAM PENCEGAHAN HIPOTERMIA DI


PMB MUNTIK KOTA PALU SULAWESI TENGAH

PROPOSAL

Oleh:

SULISTIAWATI
PO7124320062

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


PALU JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA
TERAPAN KEBIDANAN
2023
DAFTAR ISI

BAB I.............................................................................................................................5

PENDAHULUAN.........................................................................................................5

A. Latar Belakang....................................................................................................5

B. Rumusan Masalah.............................................................................................10

C. Tujuan Penelitian..............................................................................................10

D. Manfaat Penelitian............................................................................................10

BAB II...........................................................................................................................9

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................9

Konsep IMD...........................................................................................................9

1. Inisiasi menyusui dini.........................................................................................9

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Bagi Ibu dan Bayi...............................10

3. Menurunkan kejadian hipotermi.......................................................................10

4. Menurunkan kejadian asfiksia..........................................................................10

5. Faktor Pendukung Inisiai Menyusu Dini (IMD)..............................................12

6. Lima Tahapan perilaku (Pre-FeedingBehaviour).............................................12

Hipotermi.....................................................................................................................14

1. Mekanisme Kehilangan Panas..........................................................................14

2 Tanda Dan Gejala.............................................................................................16

3. Kerangka Konsep.............................................................................................19

4. Hipotesis Penelitian..........................................................................................19

BAB III........................................................................................................................21
METODE PENELITIAN............................................................................................21

A. Jenis dan Desain Penelitian...........................................................................21

B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................22

C. Populasi dan Sampel.........................................................................................22

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..................................................24

F. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................26

E. Alur penelitian..................................................................................................27

H. Pengolahan Data...............................................................................................28

I. Analisa data......................................................................................................28

J. Penyajian data...................................................................................................29

K. Etikan penelitian...............................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................32
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 kerangka kongsep………………………………………….. ………….19

Gambar 3.1 Desain Dan Cara Penelitian…………………………………………….20


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses menyusu yang

dimulai segera setelah lahir dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi

dengan ibunya dan berlangsung minimal 1 (satu) jam. Beberapa manfaat IMD

di antaranya, mengurangi angka kematian bayi, membantu pernafasan dan

detak jantung bayi lebih stabil, bayi mendapatkan zat kekebalan tubuh dan zat

penting lainnya, dan merangsang pengaliran ASI dari payudara. Inisiasi

Menyusu Dini juga akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian

ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. ( Kementrian Ri 2021)

ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir,

yang mana ASI ini bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi

berusia 0 bulan sampai 6 bulan. Dalam fase ini harus diperhatikan dengan

benar mengenai pemberian dan kualitas ASI, supaya tak mengganggu tahap

perkembangan si kecil selama enam bulan pertama semenjak hari pertama

lahir (HPL), mengingat periode tersebut merupakan masa periode emas

perkembangan anak sampai menginjak usia 2 tahun. ( Kementrian Ri 2021)


Prevalensi pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di dunia

menurut perkiraan global WHO adalah kurang dari setengah (42%) dari

semua bayi baru lahir (Shrimpton, 2017). Selain itu, terdapat penelitian

yang menyatakan bahwa prevalensi praktik IMD di dunia beragam di setiap

negaranya. Prevalensi tersebut berkisar di angka 17.7% -98.4% dengan

rata-rata 57.6%. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti ada atau

tidaknya komplikasi kehamilan, persalinan sesar, dan ketersediaan

pedoman perawatan postnatal / neonatal di rumah sakit (pusat data dan

informasi kementrian keseharan RI 2017).

Dari 68 negara berpenghasilan menengah rendah yang terdapat

datanya, 49% melaporkan lebih dari setengah bayi mendapatkan IMD

dan hanya satu negara yaitu Republik Kirgizstan yang mencapai angka

80%. Namun di negara berpenghasilan tinggi, hanya tersedia 6 data

dari 27 negara yang diperiksa terdapat data terkait IMD dengan tingkat

tertinggi dilaporkan terdapat di Italia (94%) dan terendah di Arab

Saudi (23%) (Victoria et al., 2016).

Pada tahun 2021, secara nasional persentase bayi baru lahir yang

mendapat IMD yaitu sebesar 82,7%. Provinsi dengan persentase tertinggi bayi

baru lahir mendapat IMD adalah DKI Jakarta (98,5%) sedangkan provinsi

dengan persentase terendah adalah Bali (59,8%). Target nasional IMD tahun
2021 sebesar 58%, sehingga seluruh provinsi telah melewati target.

( Kementrian ri 2021)

Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2021

yaitu sebesar 56,9%. Angka tersebut sudah melampaui target program tahun

2021 yaitu 40%. Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif

terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (82,4%), sedangkan persentase

terendah terdapat di Provinsi Maluku (13,0%). Terdapat lima provinsi yang

belum mencapai target program tahun 2021, yaitu Maluku, Papua, Gorontalo,

Papua Barat, dan Sulawesi Utara. Cakupan bayi mendapat ASI eksklusif

( Kementrian Ri 2021 )

Berdasarkan survai awal yang dilakukan di wilayah kerja Rumah Sakit

Umum Islam Harapan Anda Tegal di bulan september sampai Oktober tahun

2021 diketahui jumlah kelahiran 996 bayi baru lahir di lakukan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) prosiding seminar nasional kebidanan unimus 2023

(volume 1, 2023) program studi kebidanan fikkes unimus seminar nasional

optimalisasi hasil penelitian dan pengabdian masyarakat 13 e-issn berjumlah

519 Bayi Baru Lahir, dengan suhu rata-rata 36,5° C- 37°C, tidak mengalami

hipotermi, sedangkan yang mengalami hipotermi sedang dengan suhu rata-

rata 34,5°C -36,5° C berjumlah 10 Bayi Baru Lahir, kelahiran dengan sectio

caesaria berjumlah 374 bayi, kelahiran dengan Vakum ( VE) berjumlah 40

bayi, Bayi Baru Lahir yang lain sisa dirawat di Ruang NICU berjumlah 53
dengan berbagai indikasi (usia kehamilan preterm, BBLR, Asfiksia Berat,

RDS (Respiratory Distress Syndrom) ), bahwa hal ini yang menyebabkan ibu-

ibu tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini menyatakan beberapa hal yaitu

kurangnya pengalaman, tidak percaya diri saat menyusui, kurangnya

pengetahuan yang cukup, masalah pada ukuran putting serta tidak keluarnya

ASI pasca melahirkan sehingga ibu merasa bayinya tidak cukup mendapatkan

ASI dan melakukan pemakaian susu formula yang akan menghambat

pelaksanaan skin to skin contct antara ibu dan bayi yang dapat menyebabkan

penurunan suhu tubuh pada bayi baru lahir. (Eka retno ulandari 2023)

Terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi baru lahir

dikarenakan Kehilangan panasyang dialami oleh bayi baru

lahir yaituempat kali lebih besar dari yang dialami orang dewasa.

Penurunan suhu pada 30 menit pertama bayibaru lahir sekitar 3-4°C.

Suhu kulit bayi dapat turun sekitar 0,3°C per menit pada ruangan

dengan suhu 20-25°C. Hal tersebut disebabkan karena bayi belum

memiliki kemampuan dalam memproduksi panas dengan

sempurnasehingga rentan sekali mengalami penurunan suhu hingga

menjadi hipotermi. Proses metabolik dan fisiologi bayi akan

melambat jika suhu badan bayi rendah kemudian dapat menyebabkan

perlambatan kecepatan pernafasan dan denyut jantung,

hilangnya tekanan darah rendah dan kesadaran. Keadaan tersebut harus


segera menerima penanganan karena jika tidak maka kematian bayi baru

lahir dapat terjadi(Hutagaol HS, Darwin E 2021)

Suhu tubuh bayi baru lahir setelah pelaksanaan IMD berada

dalam keadaan stabil dikarenakan ibu dan bayi tampak lebih

tenang dan bahagia. Kulit tubuh ibumampu mengontrol kehangatan

dadanya sesuai kebutuhan bayinya, hal ni akan membuat bayi akan

berada pada suhu tubuh yang optimal sehingga bayi merasa lebih

tenang dan nyaman, tidak hanya untuk memberikan keuntungan

mencegah hipotermi saja, keadaan emisional ibu dan bayi dengan kata

lain ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan bayi terjalin dengan baik,

hal ini akan memberikan dampak yang besar untuk perkembangan

bayi, karena ikatan kasih sayang telah terjalin dengan baik (Ernawati

2019)

Suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dilakukan IMD ini

mengalami kehilangan panas tetapi suhu tidak menjadi turun begitu

drastis, masih diangka normal, karena suhu bayi di dalam rahim dan di

dalam ruangan berbeda, akibat penguapan cairan ketuban pada

permukaan tubuh bayi atau terjadinya mekanisme kehilangan panas dengan

cara konveksi (perpindahan aliran panas dari permukaan tubuh

kelingkungan yang lebih dingin dengan temperature lingkungan dalam

kamar lebih dingin). Untuk mempertahan suhu tubuh bayi agar tetap hangat
dan tidak kedinginanya itu setelah dikeringkan bayi tetap diselimuti

dan jangan langsung memandikan bayi, sebaiknya ditunda setidaknya 6

jam setelah lahir ( Yunura 2023)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah

apakah ada “pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap perubahan suhu tubuh

bayi baru lahir dalam pencegahan hipotermia di pmb munti kota palu sulawesi

tengah. ?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah diketahui pengaruh inisiasi menyusu dini

terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir dalam pencegahan hipotermia

di pmb munti kota palu sulawesi tengah

4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Poltekkes Kemenkkes Palu

Penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi yang bermanfaat

dalam bidang ilmu kebidanan yang berkaitan pengaruh inisiasi menyusu

dini terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir dalam pencegahan

hipotermia

2. Bagi Prodi Serjana Terapan Kebidanan


Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi mahasiswa kebidanan

poltekkes kemenkes palu mengenai pengaruh inisiasi menyusu dini

terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir dalam pencegahan

hipotermia

3. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman

dalam pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap perubahan suhu tubuh bayi

baru lahir dalam pencegahan hipotermia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep IMD

1. Inisiasi menyusui dini

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi menyusu dini atau early

inisiation breastfreeding adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir

untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. Inisiasi

menyusu dini dilakukan tepat setelah persalinan sampai satu jam setelah

persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap setelah

dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, dan memastikan bayi

mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu dan

mendapatkan kolostrom atau Air Susu Ibu (ASI) yang pertama kali keluar.

Jadi, Inisiasi menyusu dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana segera

setelah bayi lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan

aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu

kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran (Roesli, 2018)

Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami

bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Seperti obat

kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan dapat sampai ke janin yang

mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Sebelum


melakukan tindakan IMD ini sangat dianjurkan untuk menciptakan suasana

yang tenang, nyaman, dan penuh kesabaran untuk memberikan kesempatan

bayi untuk merangkak mencari payudara ibu (Sukrita, 2017)

a. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Bagi Ibu dan Bayi

1) Membuat ibu dan Bayi jadi rileks

2) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi

3) mengatur suhu tubuh dan detak jantung bayi

4) Untuk mencegah perdarahan

5) Menurunkan kejadian hipotermi, hipoglikemi dan asfiksia

b. Menurunkan kejadian hipotermi

Luas permukaan tubuh bayi ± 3 kali luas permukaan tubuh orang

dewasa. Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, kecepatan

kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir ± 4 kali pada orang dewasa. Pada

ruang bersalin dengan suhu 20-25°C, suhu kulit bayi akan turun 0,3°Celsius,

suhu tubuh bagian dalam turun 0,1°C menit. Selama periode dini setelah bayi

lahir, biasanya berakibat kehilangan panas komulatif 2-3°Celsius. Kehilangan

panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi, evavorasi (Nelson,

2015).

c. Menurunkan kejadian asfiksia

Dengan inisiasi menyusu dini, ibu dan bayi menjadi lebih tenang.

Hal ini akan membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil.
3) Menurunkan kejadian hipogklemia Inisiasi menyusu dini membuat bayi

menjadi tenang dan frekuwensi menangis kurang sehingga mengurangi

pemakaian energi. Penelitian membuktikan bahwa bayi yang melakukan IMD

memiliki tingkat gula darah yang lebih baik dari pada bayi yang baru lahir

yang dipisahkan dari (Roesli, 2016).

Yuliarti (2016) menyatakan bahwa ketika proses melahirkan, ibu

disarankan untuk mengurangi/tidak menggunakan obat kimiawi, karena

dikhawatirkan dapat terbawa ASI ke bayi pada saat proses menyusu. Setelah

proses kelahiran, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tetapi vernix (kulit

putih) bayi tidak dihilangkan, karena vernix berfungsi untuk membuat kulit

bayi tetap nyaman. Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu,

dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan,

kepala bayi dapat dipakaikan topi, jika diperlukan bayi dan ibu diselimuti.

Letak dagu bayi menempel di payudara atau pada dada ibu yang berada di

dasar payudara. Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan

bayi.

Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk

mencari sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu),

karena pada dasarnya bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting

susu ibunya. Sebagian besar areola tidak tampak selanjutnya bayi akan

menghisap secara perlahan. Ibu perlu didukung dan dibantu untuk mengenali

perilaku bayi sebelum menyusu (Kristiyanasari, 2017).


Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit

ibu sampai proses menyusu pertama selesai. Setelah selesai IMD, bayi baru

dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.

Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung dapat

memungkinkan ibu untuk menyusu bayinya setiap saat diperlukan (pada

dasarnya kegiatan menyusu tidak boleh dijadwal). Rawat-gabung juga

meningkatkan ikatan batin ibu dengan bayinya, bayi akan jarang menangis

karena selalu dekat dengan ibu, juga lebih memudahkan ibu untuk beristirahat

dan menyusu (Yuliarti, 2016).

d. Faktor Pendukung Inisiai Menyusu Dini (IMD)

Kesiapan fisik dan psikologi ibu yang di persiapkan sejak awal kehamilan:

(Maryati, 2017)

1) Informasi yang diperoleh ibu mengenai Inisiasi Menyusu Dini

2) Tempat bersalin dan tenaga kesehatan

e. Lima Tahapan perilaku (Pre-FeedingBehaviour)


Sebelum Bayi Menyusu Bayi baru lahir yang mendapat kontak kulit ke

kulit segera setelah lahir, akan melalui lima tahapan perilaku sebelum ia

berhasil menyusu. Lima tahapan tersebut yaitu : (Maryunani, 2012)

1) Dalam 30-45 Menit Pertama

a) Bayi akan diam dalam keadaan siaga.

b) Sesekali matanya membuka lebar dan melihat ke ibunya.

c) Masa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam

kandungan keluar kandungan dan merupakan dasar pertumbuhan

rasa aman bayi terhadap lingkungannya.

d) Hal ini juga meningkatkan rasa percaya diri ibu akan

kemampuannya menyusu dan mendidik anaknya. 12

2) Antara 45-60 Menit Pertama

a) Bayi aka menggerakkan mulutnya seperti mau minum,mencium

kadang mengeluarkan suara, dan menjilat tangannya.

b) Bayi akan mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di

tangannya.

c) Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu

dan bau serta rasa ini yang akan membimbing bayi untuk

menemukan payudara dan puting susu ibu.

e) Itulah sebabnya tidak di anjurkan mengerinkan ke-2 tangan bayi

pada saat bayi baru lahir.


3) Mengeluarkan Air Liur Saat bayi siap dan menyadari ada makanan di

sekitarnya, bayi mengeluarkan air liur.

4) Bayi Mulai Bergerak Ke Arah Payudara

a) Aerolapayudara akan menjadi sasarannya dengan kaki bergerak

menekan perut ibu.

b) Bayi akan menjilat kulit ibu, menghentakkan kepala ke dada ibu,

menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah

puting susu dan sekitarnya dengan tangannya.

c) Menyusu Akhirnya bayi menemukan, menjilat, membuka mulut

lebar-lebar, dan melekat dengan baik serta mulai menyusu

B. Hipotermi

Hipotermi pada bayi baru lahir mengacu pada suhu tubuh yang rendah,

yang biasanya terjadi akibat paparan kulit pada udara atau larutan dingin.

Hipotermia biasanya menyebabkan peningkatan frekuensi jantung dan

pernafasan serta penurunan kadar glukosa (Pratiwi, 2017).

Penyebab bayi baru lahir mudah menjadi hipotermia adalah karena

luas permukaan tubuh relatif lebih luas. Lemak sub kutan lebih tipis.

Kurangnya lemak atau verniks pada bayi (Kamila, 2017).

A. Mekanisme Kehilangan Panas


BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang

berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara

produksi panas dan kehilangan panas. (pratiwi,2017)

a. Penurunan produksi panas

Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi

penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan

produksi panas.

b. Peningkatan panas yang hilang

Terjadi bila panas tubuh berjalan ke lingkungan sekitar, dan tubuh

kehilangan panas.

Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara

1) Konduksi Konduksi

adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh

bayi dengan permukaan yang dingin. Panas di hantarkan dari tubuh bayi

ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi

(pemindahan panas dari tubuh bayi ke obyek). Mencegah kehilangan

panas : hangatkan seluruh barang-barang untuk perawatan (stetoskop,

timbangan, baju dan sprei).

2) Konveksi

Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara

sekitar yang lebih dingin. Panas hilang dari tubuh bayi ke udara

sekitar yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung


pada kecepatan dan suhu udara). 15 Mencegah kehilangan panas :

hindari aliran udara/pendingin udara, kipas angin, lubang angin

yang terbuka).

3) Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di

dekat bendabenda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu

tubuh bayi. Mencegah kehilangan panas :

a) Kurangi benda-benda yang menyerap panas (logam)

b) Tempatkan tempat tidur bayi jauh dari tembok.

4) Evaporasi Kehilangan dapat terjadi karena penguapan cairan

ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena

setelah lahir tubuh bayi tidak segera di keringkan. Mencegah

kehilangan panas :

a) Saat mandi, siapkan lingkungan yang hangat

b) Basuh dan keringkan bayi pada setiap bagian untuk

mengurangi evaporasi

c) Batasi untuk kontak langsung dengan pakian basah/selimut

basah (Pratiwi, 2017).

B. Tanda Dan Gejala


Jika terus-menerus mengalami hipotermia, bayi menjadi kurang aktif,

sulit menyusu, tampak lesu dan mengantuk, dan memiliki tangisan yang

lemah.

a.Tanda-tanda awal hipotermia sedang atau stres dingin : (Kamila, 2017).

1) Kaki teraba dingin

2) Kemampuan menghisap lemah

3) Gerakan kurang aktif

4) Tangisan lemah

5) Kulit berwarna tidak merata

b. Tanda-tanda hipotermia berat :

1) Sama dengan hipotermia sedang

2) Bibir dan kuku kebiruan

3) Pernafasan lambat dan tidak teratur

1. Pencegahan Hipotermi Pada Bayi Saat Lahir

a. Pastikan ruangan untuk melahirkan adalah ruangan yang hangat.

b. Jangan langsung memandikan bayi saat segera setelah lahir.

c. Segera keringkan bayi dengan handuk bersih dan hangat.

d. Pakaikan bayi dengan pakaian yang hangat dan pastikan menutup

kepala bayi.

e. Dekatkan bayi dengan ibu (Kamila, 2017).

2. Faktor Resiko
a. Perawatan kurang tepat setelah lahir misalnya bayi dipisahkan

segera dengan ibunya setelah lahir, dan bayi tidak segera

dikeringkan setelah lahir.

b. b. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

c. Bayi prematur.

d. Ruangan bersalin terlalu dingin.

e. Paparan dinding selama dimandikan

3. Tindakan Pencegahan Hipotermi

a. Siapkan lingkungan yang hangat, lingkungan netral.

b. Segera lahirkan bayi setela lahir.

c. Jangan mandikan bayi setelah lahir, lebih baik tunda

untuk memandikan bayi.

d. Jangan hilangkan verniks.

e. Tutup kepala bayi dengan topi.

f. Berikan bayi ke dada ibu dan selimuti bayi (Pratiwi,

2017).

Pengukuran Suhu Pada Bayi Baru Lahir

a. Temperatur aksila diukur selama 3 menit untuk pengawasan

rutin pada bayi. b. Jangan mengujurtempetarur di bagian rektal

pada semua bayi sebagai protokol standart. c. Pengukuran

temperatur rektal hanya dilakukan untuk bayi dengan

hipotermi (Kamila, 2017).


C. Kerangka Konsep

konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel yang

mempengaruhi yaitu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (X) dan yang di pengaruhi

yaitu pencegahan hipotermi (YBerdasarkan tujuan dan rumusan masalah,

maka peneliti menggambarkan kerangka konsep sebagai berikut :

Inisiasi Menyusui Dini Pencegahan hipoetermi

kerangka kongsep 2.1

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan pernyataan sementara mengenai kemungkinan

hasil dari suatu penelitian. Hipotesis Penelitian ini adalah:


Ha : Ada pengaruh Inisiasi menyusu Dini (IMD) terhadap pencegahan

hipotermi pada bayi baru lahir di di pmb munti kota palu silawesi tengah

Ho : Tidak ada pengaruh Inisiasi menyusu Dini (IMD) terhadap pencegahan

hipotermi pada bayi baru lahir di di di pmb munti kota palu silawesi tengah
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Rancangan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan eksperimen semu (quasy

experiment) dengan menggunakan one group pretest-postes design. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inisiasi menyusui dini terhadap

perubahan suhu tubuh bayi baru lahir dalam pencegahan hipotermia

O1 X O2

Gambar 3.1 Desain Dan Cara Penelitian

Keterangan :

O1 : nilai pretest (sebelum perlakuan)

X : intervensi inisiasi menyusui dini

O2 : nilai postest (setelah diberikan perlakuan)


B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan di pmb muntik kota palu sulawesi

tengah

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan pada Bulan Desember-Januari 2024

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu bersalin di pmb muntik kota

palu

2. Sampel

Besar sampel adalah jumlah anggota sampel yang diharapkan 100%

mewakili populasi (Sugiyono, 2017). Adapun rumus digunakan untuk

menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus Lemeshow (1998)

dalam (Sugiyono, 2017) yang estimasi populasinya belum diketahui. Sebagai

berikut :

2
z 1−a (p . q)
n=
d² ❑

Keteranangan :

n : Besar sampel
2
z 1−a : Nilai baku standar bias ditentukan (1,96).

p: Proporsi suatu kasus tersebut terhadap populasi tidak diketahui

proporsinya, ditetapkan 50% (0,50).

q : 1 – p (1-0,05)

d : Derajat penyimpangan terhadap populasi yang digunakan 25%

(0,25).

1 , 96. 1, 96. 0 , 5(1−0 ,5)


n=
(0 , 25)² ❑

3,8416. 0 , 5. 0 ,5
n=
0,0625 ❑

9,604
n=
0,625 ❑

¿ n=15,366 atau 15 Responden❑

n₁ = n₂ atau 15 = 15

n = 30 Responden

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Lemeshow(1998), dalam

buku (Sugiyono, 2017), maka ditentukan besar sampel dalam penelitian ini
adalah 30 responden yang dibagi menjadi dua yaitu 15 responden kelompok

intervensi dan 15 responden.

1. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel adalah teknik sampling untuk menentukan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan

sampling purposive yaitu sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2017). Kriteria ini berlaku pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan

kelompok intervensi.

Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Telah bersedia menjadi responden.

2) Ibu nifas

3) Ibu yang selesai persalinan

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variable Penelitian

Variable dalam penelitian ini adalah inisiasi menyusui dini sebagai

variable independent (bebas) dan pencegahan hiportermia sebagai variable

dependent (terikat).

2. Definisi Oprasional
Definisi oprasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran

variable atau pengumpulan data (variable) ini konsistan antara sumber

data (responden) yang satu dengan responden lain. (Notoatmodjo, 2014).

a. Inisiasi menyusui dini

Inisiasi menyusu dini merupakan proses menyusu segera setelah

dilahirkan selama 1 jam, IMD merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi involusi uterus karena saat menyusui terjadinya

rangsangan kontraksi otot-otot polos payudara , juga menyebabkan

terjadinya kontraksi otot uterus.

a) Alat ukur : Lembar Kuesioner

b) Cara ukur : mengisi lembar konsioner

c) Skala ukur : Nominal

d) Hasil ukur :

b. Pencegahan hipotermi

Hipotermia adalah kondisi darurat medis yang terjadi ketika tubuh

lebih cepat kehilangan panas dibandingkan panas yang dihasilkan. Kondisi

ini menyebabkan suhu tubuh menjadi sangat rendah. Suhu tubuh normal

adalah 37 derajat Celcius, sementara ketika kamu mengalami hipotermia,

suhu tubuh akan berada di bawah 35 derajat celcius.

e) Alat ukur : Lembar Kuesioner

f) Cara ukur : Mengisi lembar kuesioner


g) Skala ukur : Nominal

h) Hasil ukur :

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat langsung dari sumber utama

individu, atau persorangan. Biasanya data primer didapatkan melalui

angket, wawancara, pendapat dan lain-lain.(Nazir, 2017). Data primer

yang dikumpulkan dari sampel penelitian adalah data yang didapat dari

sampel yang diteliti mengunakan lembar observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung

baik dari buku literature, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang dimiliki

oleh institusi yang bersangkutan. Data sekunder di gunakan untuk

memberikan gambaran tambahan, pelengkap, atau diproses lebih lanjut

(Nazir, 2017). Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal

Penelitian, dan data-data yang lain sesui dengan apa yang tercantum di

dalam daftar pustaka.


F. Alur penelitian

1. Langkah Awal

a. Alur penelitian ini diawali dengan pengajuan judul. Setelah judul

disetujui dilanjutkan dengan penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah

yang diseminarkan.

b. Meminta surat izin pengambilan data awal di Prodi S.Tr Kebidanan

c.Mengambil data penelitian di Pmb muntik

d. Memasukan surat izin kebagian pmb muntik untuk menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian serta meminta izin dalam melaksanakan

studi pendahuluan dan pengambilan data.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Meminta surat izin pelaksanaan penelitian di Prodi S.Tr Kebidanan

b. Memasukkan surat izin pelaksanaan penelitian ke Bagian PMB

MUNTIK

c. Menghadap ke Kepala Ruangan Kamar Bersalin untuk menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian serta meminta izin dalam pelaksanaan

penelitian dan pengambilan data.

d. Mencatat data yang dibutuhkan pada format pengumpulan data dengan

melihat buku register yaitu: nama ibu, umur, usia kehamilan, imd,

tanggal persalinan, jenis kelamin bayi, dan suhu tubuh bayi baru lahir.

G. Pengolahan Data
Beberapa tahap yang dilakukan dalam pengolahan data, yaitu : .

(Notoatmodjo, 2014)

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan data keseragaman data

2. Coding, yaitu memberi kode pada data atau memberi symbol tertentu

untuk setiap jawaban.

3. Tabulating, yaitu pengelompokan data ke dalam suatu tabel tertentu

menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Entry, yaitu memasukan data secara manual.

5. Claerning data, yaitu merupakan tahap akhir dari pengolahan data yaitu

membersihkan data yang telah masuk dalam computer

6. Describing data, mengambarkan atau memperjelas data yang di

kumpulkan.

H. Analisa data

1. Analisa Univariat

Analisa univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variable penelitian. Bentuk analisa univariate

tergantung dari ensis datanya. Untuk data numeric di gunakan nilai mean

atau rata-rata, median dan standar devinisi. Pada umumnya dalam analisa
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap

variable (Notoatmodjo, 2014).

2. Analisa bivariate

Analisa bivariate yaitu dilakukan untuk melihat ada hubungan antara

variable independen dan dependen (Notoatmodjo, 2014). Untuk

mengetahui apakah data berdistribusi normal maka di gunakan uji

Kolmogorov Smirnov, bila hasil signifikan (p value > 0,05) maka ditribusi

normal. Namun uji Kolmogorov sangat sensitive dengan jumlah sampel.

Maksudnya; kalua sempelnya besar uji kolmogrov cenderung distribusinya

tidak normal (Dr.K.M. Agus Riyanto. SKM., 2022). Analisa yang

digunakan dalam penelitian ini jika memenuhi syarat uji yaitu apabila

berdistribusi normal mengunakan uji paired T test, namun bila hasil

datanya tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji Wilcoxon.

Interprestasi dari analisis bivariate yaitu jika p-value pada kolom sig (2-

tailed) ≤ nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak atau ada pengaruh yang

signifikan dari penelitian yang dilakukan. Jika p-value pada kolom sig (2-

tailed) ≥ nilai alpha (0,05) maka Ho gagal di tolak atau tidak ada pengaruh

inisiasi menyusu dini terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir dalam

pencegahan hipotermi.

I. Penyajian data

Penyajian data yang digunakan peneliti adalah dalam bentuk table dan

narasi tentang segala suatu yang berhubungan dengan penelitian.


J. Etikan penelitian

Penelitian menekankan masalah etika penelitian menurut (Notoatmodjo,

2014) antara lain:

1. Persetujuan (Inform consent)

Prinsip yang harus dilakukan sebelum mengambil data atau

wawancara kepada subjek adalah didahulukan meminta persetujuannya.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan lembar persetujuan

(inform consent) kepada responden yang diteliti, dan responden

menandatangani setelah membaca dan memahami isi dari lembar

persetujuan dan bersedia mengikuti kegiatan penelitian.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Etika penelitian yang harus dilakukan peneliti adalah prinsip

anonymity. Prinsip ini dilakukan dengan cara tidak mencantumkan nama

responden pada hasil penelitian, tetapi responden diminta untuk mengisi

inisial dri namanya dan semua kuesioner yang telah terisi hanya akan

diberi nomor kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi

identitas responden.

3. Kerahasiaan (Confidentiality).

Prinsip ini dilakukan untuk mengemukakan identitas dan seluruh data

atau informasi yang berkaitan dengan responden kepada siapapun. Peneliti

menyimpan data di tempat yang aman dan tidak terbaca oleh orang lain.
Setelah penelitian selesai dilakukan maka peneliti akan memusnahkan

seluruh informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Dr.K.M. Agus Riyanto. SKM., M. K. (2022). statistik inferensial (pertama). Nuha

Medika.

Ernawati, Nanik. 2019. ―Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan

Kestabilan Suhu Tubuh Pada Bayi Baru Lahir Di RS

Muhammadiyah Gresik Kabupaten Gresik.‖ jurnal kebidanan

Hutagaol HS, Darwin E, Y. E. 2021. ―Kesimpulan Dari Penelitian Ini Adalah

Adanya Pengaruh Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap

Suhu Dan Kehilangan Panas Pada Bayi Baru Lahir.‖

Roesli, U. (2017). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Pustaka Bunda: Jakarta

Sukrita, F. (2017). A To Z ASI dan Menyusui. Pustaka Bunda: Jakarta

Nelson, EW. (2015). Ilmu Kesehatan Anak Volume 1 Edisi 15: Jakarta

Kamila, (2017). Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Info Media:

Jakarta.

Pratiwi. (2017). Diari Pintar Ibu Menyusui dan MP-ASI. Gramedia: Jakarta
Kamila, (2017). Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Info Media:

Jakarta.

Kemenkes RI. (2023). Profil Kesehatan Indonesia 2021 Kemenkes RI. In

https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-

kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-2021.

Kristiyansari, Weni. (2017). ASI Menyusui dan SADARI. Nuha Medika: Yogyakarta.

Nazir, M. (2017). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia indonesia.

Notoatmodjo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta (tiga).

Rineka Cipta.

Maryati, D. Sujianti. (2017). Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. EGC:

Jakarata.

Maryunani, A. (2012). Inisisasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Menajemen

Laktasi. Tim: Jakarta.

Wulandari, Eka Retno, Dian Nintyasari Mustika, and Indri Astuti Purwanti.

"PENGARUH INISASI MENYUSU DINI TERHADAP PERUBAHAN

SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI RSU ISLAM HARAPAN ANDA

TEGAL." Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat. 2023.
Yunura, Izra, Pagdya Haninda NR, and Lisa Ernita. "Pengaruh Inisiasi Menyusui

Dini (Imd) Terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir Di Pmb Hj Hendriwati, S.

St Tahun 2022." Jurnal Ners 7.1 (2023): 599-604.

Yuliarti, N. (2016). Keajaiban ASI-Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan

dan Kelincahan si Kecil. Yogyakarta.

You might also like