You are on page 1of 9

Prof. Dr.

SoedirmanKartohadiprodjo“Pancasila sebagai
PandanganHidupKekeluargaan”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Mata Kuliah: Pancasila

Dosen Pengampu:
M. Alifudin Ikhsan, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh,

Cychie Lestary 225100601111005


Khansa Laila Zahra 225100601111002
Mahdanaa Salma Yaktiani 225100601111015
Shafina Aprilia Eka P. 225100600111003
Annisa Syahdina 225100600111010
Ade Sastia Trio Efeni 225100600111012
Rahiel Zalfa Putri P. 225100601111003
Azhar Azizah Rahmani 225100600111020

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOPROSES


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
1.3. Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5
2.1. Pengertia Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Kekeluargaan .................................... 5
2.2. Konsep Pancasila Sebagai System Filsafat dengan Pandangan Hidup Kekeluargaan 5
2.3. Hubungan antara kekeluargaan dengan sila kelima pancasila yang berisi tentang .. 6
keadilan sosial ..................................................................................................................... 6
2.4. Penerapan filosofi Pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan menurut
prof.Dr. ....................................................................................................................................... 7
2.5. Hubungan antara inti pancasila dengan filosofi Pancasila sebagai pandangan hidup
kekeluargaan.............................................................................................................................. 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAM ..................................................................................... 8
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................................... 8
3.2. Saran.................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 9
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar negara yang berfungsi sebagai penyokong negara


Indonesia agar dapat berdiri secara kokoh, teguh, dan tidak terombang-ambing dari segala
masalah yang muncul pada masa kini, begitu pula seterusnya. Pancasila juga sebagai cita-cita
bangsa dan pandangan hidup yang berupa satu kesatuan yang masing-masing silanya tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Pancasila menguraikan nilai-nilai dan karakteristik sebagai ideologi
negara. Pancasila merupakan dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang tercantum pada
Pembukaan UUD 1945.

Sedangkan pengertian dari filsafat sendiri yaitu usaha berpikir secara rasional,
sistematik, radikal, komperhensif, dan universal. Filsafat memiliki tujuan untuk menemukan
landasan metafisik dan secara singkat, filsafat memiliki sifat mengajak untuk selalu berpikir
secara kritis serta mendalam mengenai segala sesuatu. Pada masa kini, Pancasila telah
memperoleh pengertian atau makna yang dapat dikatakan jauh lebih luas terkait landasan bagi
satu tatakenegaraan Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila yang merupakan dasar negara
Indonesia memilki beberapa penafsiran sepanjang tahun 1945 sampai sekarang. Pada tahap
pengusulan oleh BPUPKI sampai pada tahap pengesahan oleh PPKI Pancasila memiliki makna
yang diusulkan oleh tokoh-tokoh negara serta pandangan yang menyatakan bahwa Pancasila
memenuhi syarat dikatakan sebagai sebuah filsafat, terpatnya filsafat negara. Dari tokoh-tokoh
negara yang mengungkapkan pandangannya tersebut, salah satunya adalah Soediman
Kartohadiprodjo.

Soediman Kartohadiprodjo merupakan seorang ilmuwan hukum yang berpengaruh di


dalam era perjuangan kemerdekaan samapi pada masa pemerintahan orde lama. Terdapat
banyak sekali yang telah ditulisnya dengan tema besar yang selalu diangkat yaitu tentang
Pancasila. Soediman Kartohadiprodjo meyakini bahwa Pancasila adalah karya agung bangsa
Indonesia. Konsep pemikirian para pendiri negara dituangkan pada Pancasila merupakan
norma dasar bagi sistem hukum Indonesia yang sangat khas dan merupakan ‘local jenius”
bangsa Indonesia. Dan melihat kembari ke belakang, atas perlakuan penjajah di bumi
Indonesia, Soediman Kartohadiprodjo Bersama dengan Notonagoro termasuk ke dalam sedikit
orang dianatara para sarjana hukum Indonesia generasi pertama yang memberikan perhatian
khusus paada Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari Pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan menurut prof.Dr.
soedirman kartohadiprodjo
2. Bagaimana perbandingan konsep Pancasila sebagai system filsafat dengan pandangan
hidup kekeluargaan ?
3. bagaimana hubungan antara kekeluargaan dengan sila kelima pancasila yang berisi
tentang keadilan sosial?
4. Bagaimana penerapan filosofi Pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan
menurut prof.Dr. soedirman kartohadiprodjo di era sekarang?
5. Apakah filosofi Pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan menurut prof.Dr.
soedirman kartohadiprodjo berhubungan erat dengan landasan inti Pancasila?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui maksud dari Pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan menurut
prof.Dr. soedirman kartohadiprodjo.
2. Untuk mengetahui perbandingan konsep Pancasila sebagai sistem filsafat dengan
pandangan hidup kekeluargaan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kekeluargaan dengan sila kelima pancasila yang
berisi tentang keadilan sosial.
4. Untuk mengetahui penerapan filosofi Pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan
menurut prof.Dr. soedirman kartohadiprodjo di era sekarang.
5. Untuk mengetahui filosofi Pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan menurut
prof. Dr. soedirman kartohadiprodjo berhubungan erat dengan landasan inti Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertia Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Kekeluargaan


Pengertian dan makna dari pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan memiliki
artianya dengan kutipan bahwa adanya perbedaan tiap individu dengan kepribadianya secara
terikat dalam satu kesatuan yang dikuti sebagaimana Soediman Kartohadiprodjo menulis
pandangannya dengan kutipan ‘’Menurut Panca Sila, yang berintikan pada kekeluargaan, yang
maknanya ialah, mengakui adanya perbedaan kepribadian individu, tetapi tidak kepribadian yang
bebas, yang tidak menghiraukan adanya yang lain, melainkan yang terikat dalam satu kesatuan --
- “kesatuan dalam perbedaan; perbedaan dalam kesatuan” ---maka diakuilah adanya perbedaan
antara kelompok-kelompok pergaulan hidup manusia yang satu dan lainnya’’(Fathun, 2018).
dalam kutipan beliau, digambarkan bahwa terdapat keingin soediman untuk mempersatukan
bangsa layaknya keluarga. Kekeluargaan yang berasal dari akta kelarga yang memili mana paham
kekeluargaan dengan menjiwa pancasila dan mempunyai tolak pangkal kesatuab dalam
perbedaan (Shidarta, 2015).

2.2. Konsep Pancasila Sebagai System Filsafat dengan Pandangan Hidup Kekeluargaan

menjadi panduan bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan. Konsep ini terdiri dari prinsip
keagamaan, moral, serta sosial. Tujuan konsep filsafat Pancasila ini yaitu dapat mensejahterakan
kehidupan masyarakat dengan menerapkan hal membangun persatuan dan kesatuan. Dalam
mewujudkan tujuan tersebut muncul pandangan hidup kekeluargaan yang sudah ada pada filsafat
pancasila. Arti kekeluargaan sendiri menurut Soediman Kartohadiprodjo ialah pengakuan terhadap
masing-masing kepribadian individu yang berbeda-beda namun terikat pada satu kesatuan.
Pengakuan terhadap kelompok hidup di indonesia seperti berdasarkan suku batak, sunda,
minangkabau, jawa, dan lain sebagainya, serta pengakuan pada kelompok yang bukan berasal dari
indonesia misalnya ialah suku Indian, Arab, serta suku Tiong Hoa. (Shidarta, 2015).

Adanya perbedaan tiap kelompoknya maka dibutuhkan suatu tatanan hukum untuk seluruh
rakyat mendapatkan keadilan yang tidak memandang asal serta latar belakang kelompoknya.
Pelaksanaan keadilan ini terikat oleh pengayoman terhadap tata hukum serta semangat
kekeluargaan seluruh bangsa Indonesia. Sehingga Soediman menyatakan pendapatnya tentang hal
demokrasi yang memberikan ciri khas Indonesia yaitu dengan membentuk pemerintahan
pancasila. Beliau juga memberikan pendapat tentang pengakuan hak asasi manusia yaitu tiap
individu harus patuh pada yang bertugas untuk mengatur pergaulan hidup, namun tetap memiliki
kekuasaan terhadap hak-hak asasi manusia (Shidarta, 2015).

Paham kekeluargaan ini melekat pada jiwa pancasila yang menggantikan paham akan
individualisme karena adanya perbedaan tiap individu. Beliau berpendirian pada pemikirannya
yaitu adanya perbedaan dalam kesatuan maupun sebaliknya yaitu kesatuaan dalam perbedaan.
Hidup kekeluargaan yang artinya menerima semua perbedaan yang ada menurut soediman dapat
tercapai tujuan hidup manusia yaitu kesejahteraan sosial seperti pada konsep pancasila.
2.3. Hubungan antara kekeluargaan dengan sila kelima pancasila yang berisi tentang
keadilan sosial
Dalam ketertarikannya mendalami Pancasila sebagai ideologi, Soediman Kartohadiprodjo
memiliki satu sisi pemikiran tentang keyakinan konsep “Keadilan Sosial” tepatnya dalam sila
kelima dari Pancasila yakni “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” , sebagai konsep inti
yang sesuai dengan “kekeluargaan” sebagaimana terdapat dalam prinsip konstitusi. Konsep ini
menjadi suatu yang perlu adanya perhatian karena telah tertuang melalui kata kerja “mewujudkan
keadilan sosial” dalam Pembukaan UUD 1945 yang menjadikan bagian ini menjadi aspek
aksiologis negara.

Dalam pandangannya, ia memaknai keadilan sosial harusnya menyeluruh “kebahagiaan”


yang didapat, menyebar “kesejahteraan” didalamnya, sehingga dapat sesuai dengan prinsip
“kekeluargaan”. Soediman menulis pandangannya tentang keadilan pada Sila ke-5 yang berintikan
pada kekeluargaan memiliki makna bahwa mengakui adanya perbedaan kepribadian individu,
tetapi tidak memiliki kepribadian yang bebas dan tidak menghiraukan yang lain melainkan terikat
satu kesatuan (kesatuan dalam perbedaan; perbedaan dalam kesatuan). Maka diakuilah adanya
perbedaan antara kelompok kelompok pergaulan manusia yang satu dengan lainnya. Kelompok
kelompok ini dilihatnya tidak terpisah secara tajam seperti halnya pada masa penjajahan, namun
tentang pengakuan antar kelompok bahwasanya terdapat pergaulan hidup beragam didalamnya.

Dari pandangan Soediman tersebut, besar harapannya dalam menghadirkan konsepsi


keadilan bagi seluruh rakyat indonesia dengan tidak memandang latar belakang kondisi suatu
golongan. Adanya segala perbedaan tersebut dapat diikat dengan satu semangat kekeluargaan dan
struktural tata hukum yang berevolusi. Dalam tulisannya, Soediman juga berpegang teguh
terhadap penolakan paham Individualisme Barat pada demokrasi terpimpin Soekarno. Ia
berasumsi bahwa sistemnya terlalu dekat dengan individualisme dan sistem demokrasi barat pada
saat itu dinilai bisa menjadi patokan yang tidak selalu sesuai dengan sistem di Indonesia.
Dalam suatu demokrasi terpimpin, adanya kecenderungan keputusan berada ditangan penguasa.
Soediman menyatakan adanya “Kesejahteraan sosial” dari sebuah “Keadilan Sosial” ada karena
Hak Asasi Manusia didalamnya. Sebab, konseptual penolakan Soediman terhadap Individualisme
Barat tidak membuatnya menolak perlindungan terhadap Individu. Menurut Soediman, baik
demokrasi maupun Hak Asasi Manusia, jiwanya terdapat pada pengakuan dan perlindungan
terhadap individu bukan pada sekedar penguasa. Paham individualismenya mengarah pada
penyerahan kekuasaan kepada yang bertugas menertibkan dan juga masing masing individu
dengan adanya peran Hak Asasi Manusia didalamnya (Shidarta, 2015).

Soediman mengungkapkan jikalau ada penolakan pun, yang ditolaknya ialah dasar
pemikiran individualisme itu, bukan pada jiwanya. Ia mengatakan jika paham Individualisme ini
dapat digantikan dengan paham Kekeluargaan, yang lebih menjiwai terhadap Pancasila dengan
pedoman pemikiran dari nilai nilainya yakni ‘kesatuan dalam perbedaan; perbedaan dalam
kesatuan’.Dengan demikian, terdapat suatu hubungan diantara "Keadilan Sosial" pada Sila ke-5
dengan kesesuaiannya dan tujuannya terhadap konsep "Kekeluargaan" yang juga terdapat dalam
prinsip konstitusi. Adanya hubungan tersebut diyakinkan dengan buah pikir Soediman dalam
memaknai suatu Kekeluargaan sebagai wujud dari Keadilan Sosial terhadap beragam perbedaan
latar belakang kelompok-kelompok yang ada di Indonesia ini sehingga menjadikan mereka "satu"
dengan tetap memberdayakan Hak Asasi Manusianya dalam bernegara. Yang pada akhirnya
menjadikan hidup bernegara yang lebih sejahtera dan bahagia.

2.4. Penerapan filosofi Pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan menurut prof.Dr.
soedirman kartohadiprodjo di era sekarang
Di era yang semakin maju ini, kehidupan masyarakat cenderung lebih
kompleks dan bersifat individualis. Hal tersebut dapat menimbulkan adanya konfliks-konfliks
yang ada dimasyarakat. Dengan diterapkan filosofi dari pancasila sebagai pandangan hidup
kekeluargaan ini akan sangat berdampak besar ke kehidupan bermasyarakat yang lebih harmonis.
Di era sekarang ini penerapan dari filosofi pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan ini
dapat dilakukan dengan cara membangun kedekatan antar masyarakat. Membangun kedekatan
antar masyarakat ini dapat dilakukan mulai dari skala paling kecil yaitu anggota keluarga. Hal lain
yang diterapkan dari filosofi pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan ini yaitu dengan
menghargai perbedaan dan keragaman. Sesuai dengan konsep filosofi dari pancasila sebagai
pandangan hidup kekeluargaan adalah dengan tidak membeda-bedakan kelompok manusia yang
satu dan lainnya. (Shidarta, 2015).

2.5. Hubungan antara inti pancasila dengan filosofi Pancasila sebagai pandangan hidup
kekeluargaan

Filosofi pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan dapat diartikan bahwa jika salah
satu atau sebagian orang mengalami ketidakadilan maka menurut Soediman dapat dikatakan
bahwa ketidakadilan tersebut dialami oleh semua orang. Karena Soediman sendiri menganut kata
“Kesejahteraan” yang mana kata tersebut lebih mengacu kepada kesejahteraan bagi
semuanya.

Makna dari pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan dapat diartikan pula bahwa
mengakui adanya perbedaan yang terdapat di dalam negara Indonesia seperti perbedaan suku,
budaya, ras,dll tetapi tetap berpegang teguh pada kesatuan yang ada. Jika dikaitkan dengan sila
pancasila hal ini berhubungan dengan sila ke-3 yaitu persatuan indonesia. Dari pernyataan yang
ada menurut Soediman diperlukan adanya sebuah tatanan hukum yang dapat mengatur jalannya
negara yang mana tatanan hukum tersebut berlaku untuk seluruh masyarakat indonesia tanpa
memandang latar belakang yang mereka miliki.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan

Pancasila sebgai filsafat dapat dilihat dari makna yang terkadung dalam pancasila itu
sendiri, yaitu tentang pandangan, nilai, serta pemikiran yang bijaksana tentang dasar negara
dan budaya bangsa. Dimana, nilai – nilai dalam pancasila tersebutlah yang nantinya akan
mnjadi dasar negara dan pandangan dalam bernegara. Dalam pandangan Soediman, cara
berfikir filsafat pancasila dalam memaknaik keadilan sosial sebagai konsep inti, sesuai dengan
konsep kekeluargaan. Dimana, keadilan tidak memandang dari latar belakang kondisi.
Pengaturan keadilan yang berlandaskan kekeluargaan ini dapat tercapai bila adanya hukum
dan tata tertib yang bijak dan sesuai dengan nilai – nilai pancasila. Tujuan konsep filsafat
Pancasila ini yaitu dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat dengan menerapkan hal Yang
membangun persatuan dan kesatuan. Arti kekeluargaan menurut Soediman kartohadipjo
adalah pengakuan terhadap kepribadian individu yang berbeda akan tetapi terikat pada satu
kesatuan. Paham kekeluargaan melekat pada jiwa pancasila yang menggantikan paham akan
individualisme karena adanya perbedaan tiap individu. Menurut pemikiran Soediman
kartohadipjo 'keadilan sosial' pada sila kelima dari Pancasila merupakan konsep inti yang
sesuai dengan "kekeluargaan" sebagai mana terdapat dalam prinsip konstitusi.
Soediman juga menuliskan pendapatnya mengenai keadilan pada sila ke-5 yang berintikan
kekeluargaan memiliki makna mengakui adanya perbedaan kepribadian individu, tetapi tetap
terikat satu kesatuan, dalam arti lain memiliki kepribadian yang berbeda-beda tetapi tidak
memiliki kepribadian yang bebas dan tidak mengacuhkan yang lain.Soediman juga
menyatakan adanya "kesejahteraan sosial" dari sebuah "keadilan sosial" ada karena Hak asasi
manusia didalamnya. Paham individualisme dapat digantikan paham kekeluargaan yang lebih
menjiwai Pancasila dengan pedoman pemikiran 'kesatuan dalam perbedaan; perbedaan dalam
kesatuan'. Hubungan sila ke-5 dengan kekeluargaan diperkuat dengan buah pikir Soediman
dalam memaknai suatu kekeluargaan sebagai wujud dari keadilan sosial terhadap beragam
perbedaan latar belakang individu dan kelompok yang ada di Indonesia. Dengan diterapkan
filosofi dari pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan ini akan sangat berdampak besar
ke kehidupan bermasyarakat yang lebih harmonis.Saat ini penerapan dari filosofi Pancasila
sebagai pandangan hidup kekeluargaan dapat dilakukan dengan cara membangun kedekatan
antar masyarakat, menghargai perbedaan dan keragaman yang sesuai dengan konsep filosofi
Pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan, yang tidak membedakan kelompok manusia
satu dengan yang lainnya

3.2. Saran
Kita sebagai generasi penerus bangsa, sudah sepatutnya menjunjung persatuan dan
kesatuan dalam bentuk rasa kekeluargaan. Karena dengan begitu, bangsa dan negara Indonesia
akan tetap bersatu dan terjaga rasa persatuan dan kesatuannya. Dengan terjalinnya rasa
kekeluargaan ini maka akan menumbuhkan banyak hal baik dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara seperti meningkatkan rasa toleransi, rasa senasib sepenanggungan,
gotong royong, empati, dan hal baik yang lainnya. Dan untuk menjaga persatuan dan kesatuan
negara agar tetap utuh diperlukan tatanan hukum yang mengatur
DAFTAR PUSTAKA

Fathun, L. M. (2018). Resensi Buku. Jurnal Mandala Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, 3(1),
166–173. https://doi.org/10.33822/mjihi.v1i1.288
Shidarta, S. (2015). Membaca Ulang Pemaknaan Keadilan Sosial Dalam Gagasan Revolusi
Hukum Soediman Kartohadiprodjo. Veritas et Justitia, 1(1), 20–38.
https://doi.org/10.25123/vej.1415

You might also like