Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN
KOMITE MUTU TRIWULAN III
(JULI S/D SEPTEMBER 2022)
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ............................................................................ 1
SAMBUTAN KETUA KOMITE MUTU ............................................... 3
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang........................................................................ 4
B. Tujuan..................................................................................... 5
BAB II KEGIATAN KOMITE MUTU
A. Kegiatan Pokok………………………………………………… 6
B. Kegiatan Lainya ……………………………………………….. 8
C. Pencatatan Dan Pelaporan…………………………………… 8
BAB III HASIL KEGIATAN
A. Kegiatan Pokok Pemantauan Indikator Mutu
1. Indikator Mutu Nasional ............................................ 9
2. Indikator Area Klinis .................................................. 29
3. Indikator Area Manajemen ........................................ 33
4. Indikator Mutu Sasaran Keselamatan Pasien............. 34
B. Kegiatan Insiden Keselamatan Pasien……………………….. 35
C. Kegiatan Manajemen Resiko …………………………………. 37
D. BABIV PEMBAHASAN ..................................................................... 38
BAB V PENUTUP ............................................................................. 39
LAMPIRAN ........................................................................................ 40
SAMBUTAN
KETUA KOMITE MUTU
Akhir kata, kami dari Komite Mutu dan RSUD Dr H Chasan Boesoerie
Ternate mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
terlaksananya seluruh program dari Komite Mutu dan Keselamatan Pasien RSUD
Dr H Chasan Boesoerie Ternate sehingga tersusunnya laporan Peningkatan Mutu
dan Keselamatan pasien RSUD Dr H Chasan Boesoerie Ternate Triwulan III Tahun
2022. Semoga dengan adanya laporan ini kita dapat meningkatkan mutu layanan
RSUD Dr H Chasan Boesoerie Ternate.
Ketua
Komite Mutu
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
RSUD Dr.H.Chasan Boesoirie Ternate telah mencanangkan untuk menjadi rumah sakit
yang terakreditasi berdasarkan Standar Akreditasi Rumah Sakit Kementerian Kesehatan
(STARKES). Untuk mencapai tujuan tersebut, RSUD Dr. H.Chasan Boesoirie Ternate
melakukan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang sesuai dengan Standar
Akreditasi. Kegiatan ini dilakukan di setiap unit kerja/instalasi terkait untuk mengukur kinerja
pelayanan RS dan sebagai manajemen kontrol untuk mendukung pengambilan keputusan.
Untuk program peningkatan mutu dan keselamatan pasien, RSUD Dr. H.Chasan Boesoirie
Ternate menetapkan indikator rumah sakit yang sesuai dengan standar Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien (PMKP).Berdasarkan standar PMKP 3, dapat diklasifikasikannya indikator
rumah sakit sebagai berikut: (1) 9 indikator area klinik, (2) 7 indikator area manajemen, (3) 3
Indikator Area Sasaran Keselamatan Pasien, dan (4) 13 indikator mutu Nasional .
Selain pemantauan yang dilakukan oleh instalasi/unit kerja masing masing, pemantauan
juga dilakukan melalui program validasi data. Validasi data merupakan alat penting untuk
memahami mutu dari data mutu dan untuk mencapai tingkat di mana data tersebut cukup
meyakinkan bagi para pembuat keputusan. Hitungan keakuratan dilakukan dengan
membandingkan hasil data orang pertama dengan orang kedua. Hasil data orang kedua harus ≥
90% dari hasil data orang pertama untuk dikatakan sebagai data valid.
Dalam pemaparan ini juga akan dilakukan benchmark hasil pemantauan indikator RSUD
Dr.H.Chasan Boesoirie Ternate dengan standar nasional (yang sebagian besar ditetapkan
dalam SPM). Laporan ini dibuat dengan perkembangan antara data hasil pemantauan indikator
mutu yang diambil oleh instalasi/unit kerja dari Triwulan III Tahun 2022 yang nanti akan
dibandingkan (benchmarking) dengan data Triwulan II bulan April s/d Juni 2022. Indikator yang
dilihat perkembangannya berjumlah 32 indikator. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan data
yang akurat sejak Bulan Januari Tahun 2022 dalam melihat perkembangan kualitas pelayanan
rumah sakit secara umum sesuai indikator yang ditetapkan.
B. TUJUAN
a) Tujuan Umum
Diketahuinya mutu pelayanan dan penerapan keselamatan pasien di RSUD
Dr.H.Chasan Boesoirie Ternate.
b) Tujuan Khusus
a. Dievaluasinya peningkatan mutu RSUD Dr.H.Chasan Boesrie Ternate melalui
pemantauan indikator mutu yang diambil oleh instalasi/unit kerja dari bulan Juli
sampai dengan September 2022 yang nantinya akan dibandingkan (benchmarking)
dengan data triwulan terakhir dan berlanjut dengan evaluasi triwulanan sampai
pertengahan 2022 di tiap-tiap unit kerja terkait referensi dari Standar Pelayanan
Minimal (SPM ) Kemenkes RI.
b. Dievaluasinya program keselamatan pasien dengan pemantauan insiden keselamatan
pasien (IKP-RS) dan manejemen resiko.
c. Didapatkannya rekomendasi dari governing body (Dewan Pengawas) mengenai
program mutu pelayanan dan penerapan keselamatan pasien di RSUD Dr.H.Chasan
Boesoirien Ternate.
BAB II
KEGIATAN PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU
RUMAH SAKIT TRIWULAN III (JULI S/D SEPTEMBER)
TAHUN 2022
A. KEGIATAN POKOK
Seperti telah dijelaskan di atas, kegiatan persiapan pemantauan indikator mutu dimulai
pada bulan Juli sampai dengan September 2022, selanjutnya dilakukan kegiatan pemantauan
indikator mutu dan dilanjutkan secara berkesinambungan selama tiga bulan sekali. Dalam
kegiatan pokok Komite Mutu selama Triwulan III Tahun 2022 tidak mengalami kendala yang
berarti. Kegiatan pengumpulan data, monitoring dan validasi dapat berjalan sesuai
perencanaan. Sasaran dalam pengumpulan data meliputi seluruh staf diunit pelayanan dan juga
peserta didik yang melaksanakan prakltik klinik di RSUD dr H Chasan Boesoirie Ternate.
Berikut kami sampaikan laporan Triwulan I (Juli s/d September 2022), adapun indikator mutu
yang dipantau adalah sebagai berikut:
B. KEGIATAN LAINNYA
1. Melakukan pemantauan dan pengukuran insiden keselamatan pasien
2. Melakukan pamantauan terhadap manajemen resiko
3. Melaksanakan Sosialisasi kamus mutu ke PIC (Person In Charge) dalam Melakukan
pemantauan indikator mutu secara berkesinambungan, sosialisasi IKP kepada seluruh
staf
4. Melakukan breafing kepada PIC terkait kamus mutu & penginputan data dlam aplikasi
SISMADAK
5. Melakukan pengumpulan data indikator mutu, melakukan validasi data serta menyajikan
data indikator mutu
6. Melaksanakan monitor dan evaluasi PIC dalam penginputan data pada aplikasi
SISMADAK.
7. Melakukan rapat kordinasi dengan unit / komite terkait data indikator mutu
8. Menyusun laporan hasil pemantauan indikator mutu.
9. Melakukan sosialisasi peningkatan mutu dan keselamatan pasien bagi peserta didik
yang melaksanakan praktek klinis di Rumah Sakit.
Hasil analisa data dituangkan dalam bentuk laporan yang kemudian akan dilaporkan kepada
Direktur dalam bentuk Laporan Semester.
BAB III
HASIL KEGIATAN
Interprestasi :
Identifikasi pasien merupakan hal utama dalam sebuah rumah sakit untuk
menjamin keselamatan pasien. Identifikasi pasien yang benar akan
menghindarkan pasien terhadap resiko kesalahan prosedur tindakan, kesalahan
pemberian obat dan lainnya. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa
kepatuhan identifikasi pasien mencapai nilai 100% sesuai standart. Survey
terhadap identifikasi pasien melalui identitas gelang dengan tujuan agar tidak
terjadi kesalahan mengidentifikasi pasien, pemberian obat , pemberian nutrisi,
kesalahan tranfusi dan kesalahan periksaan diagnostic.
Rekomendasi :
Mempertahankan capaian indikator dengan selalu melaksanakan
pelayanan sesuai SPO ( Gelang identitas diberikan sejak pasien dari
pintu pertama perawatan )
Instalasi rawat inap menambah indikator mutu lain dalam Standar
Pelayanan Minimal untuk meningkatkan mutu pelayanan.
RSUD Dr.H.CHASAN Boesoirie Ternate 10
Laporan Komite Mutu Triwulan I 2022
Interprestasi :
Sesuai target kepatuhan cuci adalah ≥ 85%. Capaian pada bulan Juli –
September belum mencapai standar yang ditentukan, dimana berdasarkan
kurva terlihat jelas bahwa kepatuhan mencuci tangan bulan Juli 78,15%
menurun di bulan Agustus yaitu 62,75% dan pada bulan September menjadi
65,66%. Capaian yang dibawah standart ini di pengaruhi oleh kurangnya
kesadaran manfaat mencuci tangan, tergesa –gesa dalam tindakan, tidak
tersedianya sarana westafel, sabun, tisu yang sesuai standar
Kepatuhan
Hand Hygiene
Rekomendasi :
a. Sarana
Pemeliharaan dan perbaikan wastafel secara berkala sehingga
dapat berfungsi baik.
Penyediaaan hand rub secara berkala oleh Instalasi Farmasi
sehingga hand rub terjamin kecukupannya.
Penyediaan tissue disetiap wastafel.
Penyediaan banner dan poster cuci tangan yang lebih menarik
untuk meningkatkan kepatuhan cuci tangan.
b. Sumber daya manusia
Peningkatan pemahaman, kepedulian dan kesadaran pentingnya
cuci tangan
Peningkatan kepedulian individu di setiap unit kerja untuk segera
mengganti botol handrub yang kosong dengan yang terisi
c. Prosedur
Sosialisasi dan momitoring pelaksanaan SPO hand hygiene
Audit kepatuhan pelaksanaan SPO hand hygiene oleh IPCN dan
IPCLN
3. Kepatuhan Penggunaan APD
Penilaian Periode Juli s.d September 2022
81,00% 81,00%
80,50%
80,15%
80,00%
79,70%
79,50%
79,00%
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Interprestasi :
Penilaian kepatuhan menggunakan APD merupakan penilaian terhadap petugas
dalam menggunakan APD sesuai indikasi dengan tepat saat memberikan
pelayanan dengan standart 100%. Dari hasil capaian pada bulan Juli s/d
September didapatkan hasil yang masih dibawah standart. Hal ini dikarenakan
masih kurangnya pemahaman terkait APD dan ketersediaan APD diunit
terbatas.
Rekomendasi :
a. Sarana
RSUD Dr.H.CHASAN Boesoirie Ternate 13
Laporan Komite Mutu Triwulan I 2022
70,00%
65,62% 66,66%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
40,00% 40,19%
35,00% 34,94%
30,00%
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Interpretasi :
Indikator mutu Waktu Tunggu Rawat Jalan (WTRJ) bertujuan untuk mengetahui
waktu tunggu pelayanan pasien di rawat jalan sehingga terselenggaranya pelayanan
poliklinik pada hari kerja yang mudah dan cepat diakses oleh pasien. WTRJ ini
penting karena berakitan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI 129/Menkes/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, waktu tunggu rawat jalan adalah ≤ 60 menit.
Berdasarkan grafik diatas didapatkan bahwa waktu tunggu rawat jalan sudah sesuai
standar.
Berdasarkan data pada bulan Juli s/d September 2022 pada indikator Waktu tunggu
rawat jalan didapatkan hasil pada bulan Juli yaitu 34,94% pada bulan Agustus
meningkat menjadi 46,59% dan pada bulan September menurun 49,19%. Capaian
waktu tunggu rawat jalan yang belum sesuai standart ini disebabkan oleh karena
selalu menunggu DPJP yang melakukan visite di ruang perawatan dan DPJP yang
melakukan operasi terlebih dahulu sebelum ke poliklinik. Untuk analisa lebih lanjut
dilakukan analisa tulang ikan sbb :
Rekomendasi :
a. Mempertahankan capaian indikator dengan selalu melaksanakan pelayanan
pendaftaran pasien rawat jalan sesuia SPO
b. Melakukan asuhan pasien rawat jalan sesuai SPO
c. Melakukan inovasi prosedur pendaftaran menggunakan tehnologi informasi
terkini
d. Mengatur jadwal termasuk pergantian DPJP bila berhalangan hadir
e. Melakukan monev berkala oleh bidang terkait dalam pelayanan rawat jalan
5%
4% 4%
3%
2% 2%
1%
0%
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Interpretasi :
Berdasarkan hasil survei “Pelayanan pasien operasi elektif tertunda operasi < 1 jam
dari yang dijadwalkan” sejak bulan Juli s/d September 2022 terlihat penundaan
operasi elektif bulan Juli mengalami peningkatan diatas standart (≤5%) yaitu 7%
selanjutnya capaian bulan Agustus mengalami penurunan sesuai standart yaitu 2%
dan bulan September capaianya 4%. Pada bulan Juli penundaan operasi elektif
sebesar 7% ini terjadi oleh karena waktu operasi pasien sebelumnya yang terlalu
panjang oleh karena kondisi tertentu (kondisi medis pasien), jumlah ruangan operasi
terbatas sehingga menunggu ruangan tersedia dan masalah admnistrasi terkait
pasien. Kondisi ini dapat di jelaskan dalam analisa fish bone sbb ;
Rekomendasi :
Berdasarkan diagram tulang ikan yang telah dibuat maka agar angka penundaan
operasi elektif sesuai standar maka perlu dilakukan upaya :
1) Pemenuhan sarana :
Memonitor kelayakan alat dikamar operasi secara berkala
Berkoordinasi dengan pihak terkait apabila ada kerusakan dikamar
operasi
Melakukan pemeriksaan/inspeksi secara berkala
ketersedian/penampungan air
2) Sumber Daya Manusia
Berkoordinasi dengan semua pihak dan terkait untuk kelancaran
jalanya operasi.
meningkatkan SDM yang ada di rumah sakit khususnya untuk
ruangan kamar operasi
3) Prosedur:
Sosialisasi SPO Penundaan waktu operasi elektif. Penjadwalan
operasi terintegrasi dari ruang rawat inap
81,00%
80,00%
79,00%
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Interpretasi :
Indikator mutu Kepatuhan Jam Visite Dokter Spesialis bertujuan untuk mendapatkan
gambaran kepedulian tenaga medis terhadap ketepatan waktu memberikan
pelayanan medis kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya, dengan standar
capaian adalah 100%.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa indikator pada bulan Juli s/d September
2022 belum mencapai standart. Beberapa hal yang diduga menyebabkan indikator
ini belum tercapai adalah DPJP melakukan visite setelah melakukan operasi atau
poliklinik dan hari libur tidak dilaksanakan visite. Analisa fish bone dapat ditampilkan
sbb :
Rekomendasi :
a. Melakukan sosialisasi tentang ketetuan jam visite kepada para DPJP
b. Mengupayakan formasi penambahan dokter sub spesiaalis sehingga mampu
melayani sesuai kasus yang ada
c. Membahas kembali terkait visite dokter dihari libur
80%
60%
40%
20%
0%
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Interpretasi :
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa capaian bulan Juli s/d September 2022
diperoleh hasil bahwa angka ketepatan waktu pelaporan hasil kritis pemeriksaan
laboratorium sudah mencapai standar yang di tetapkan yaitu 100%.
Rekomendasi
Indikator mutu waktu lapor hasil test kritis laboratorium sesuai standar maka perlu
dilakukan upaya perbaikan-perbaikan sarana, sumber daya manusia dan prosedur
yaitu :
a. Sarana
Penyediaan kelengkapan alat laboratorium.
Penyediaan buku register untuk mencatat hasil test kritis
laboratorium.
b. Sumber Daya Manusia :
Review jumlah tenaga laboratorium patologi klinik sesuai beban kerja
c. Prosedur :
Review SPO pelaporan hasil test kritis laboratorium oleh analis
kesehatan ke dokter penanggung jawab laboratorium
Review SPO pelaporan hasil test kritis laboratorium ke DPJP
Review regulasi tentang pelaporan hasil test kritis laboratorium
Ada bukti tindak lanjut pelaporan hasil test kritis laboratorium secara
kolaboratif
Penetapan standar waktu pelaporan nilai kritis hasil pemeriksaan
laboratorium maksimal 15 mnt.
Penentuan hasil test kritis laboratorium oleh Instalasi Laboratorium
Patologi Klinik melalui kesepakatan atau diskusi bersama klinisi
Monitoring kepatuhan pelaporan hasil test kritis laboratorium melalui
audit rekam medis.
81,4%
81,2%
81,0% 81,0%
80,8%
80,6%
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Interprestasi :
Indikator mutu Kepatuhan terhadap penggunaan formularium nasional
menggambarkan efisiensi pelayanan obat kepada pasien JKN sehingga
terwujudnya penyelenggaraan system pelayanan kefarmasian berbasis mutu
dan keselamatan pasien. Capaian kepatuhan penggunaan FORNAS bulan Juli
s/d September 2022 sudah sesuai dengan standar yaitu ≥ 80%. Kondisi ini
diharapkan dapat dipertahankan
Rekomendasi :
a. Mempertahankan capaian indikator dengan selalu melaksanakan
pelayanan sesuai SPO.
b. Instalasi Farmasi menambah indikator mutu dalam Standar Pelayanan
Minimal yang belum tercapai
78,00% 78,26%
76,00%
75,00%
74,00%
72,00%
70,00% 70,37%
68,00%
66,00%
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Interprestasi :
Kepatuhan terhadap clincal pathway menggambarkan terselenggaranya
standarisasi proses asuhan klinis, mengurangi resiko proses asuhan klinis,
mengurangi adanya variasi asuhan klinis dan memberikan asuhan klinis yang
tepat waktu serta penggunaan sumber daya yang efisien dan konsisten sehingga
menghasilkan mutu pelayanan yang tinggi dengan menggunakan praktek klinik
yang berbasis bukti. Berdasarkan grafik diatas menunjukkan kepatuhan terhadap
clincal pathway secara garis besar diatas 100%. Namun dalam peningkatan
kepatuhan terhadap clinical pathaway perlu di analisa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan CP melalui analisa fish bone sbb :
Rekomendasi :
a) Mempertahankan capaian indikator dengan selalu melaksanakan asuhan
pasien sesuai dengan clincal pathway yang ditetapkan rumah sakit.
b) Kordinasi dengan Komite medik, Kepala SMF & Bidangan Pelayanan
medik terkait kepatuhan DPJP terhadap CP
c) Monev kepatuhan CP di SMF yang telah ditentukan
11. Kepatuhan Upaya Pencegahan Resiko Cedera Akibat Pasien Jatuh Pada
Pasien Rawat Inap
Penilaian Periode Juli s.d September 2022
Interprestasi :
Kepatuhan upaya pencegahan risiko cedera akibat pasien jatuh di rawat inap
merupakan indikator keselamatan pasien, belum mencapai standar 100%. Untuk
menganalisa penyebab belum tercapainya standar indikator mutu kepatuhan
upaya pencegahan risiko cedera akibat pasien jatuh di rawat inap
Rekomendasi :
Berdasarkan hasil survey indikator mutu kepatuhan upaya pencegahan risiko
cedera akibat pasien jatuh di rawat inap sesuai standar maka perlu dilakukan
upaya perbaikan-perbaikan sarana, sumber daya manusia dan prosedur yaitu :
a. Sarana :
Pemberian gelang identitas risiko jatuh pada pasien dengan risiko
jatuh
Perbaikan tempat tidur terutama pagar yang telah rusak
penempatan gambar gambar / tanda risiko pada ruangan
pemberian tanda / kode berupa gelang pada pasien lama tunggu
di polik khususnya lansia
Perbaikan roda tempat tidur/brankar yang sudah aus/lepas
bantalan karetnya
pemberian tanda risiko jatuh pada tempat tidur
pemasangan pagar pada daerah daerah yang berisiko pasien
jatuh
pemasangan lampu/ penerangan pada daerah daerah yang
berisiko jatuh ( kamar mandi )
penyediaaan kursi roda terutama pada pasien rawat jalan dengan
risiko jatuh
b. Sumber daya manusia:
Pemberian sosialisasi tentang bahaya pasien jatuh .
Peningkatan kesadaran perawat terhadap skrining pasien resiko
jatuh
Peranan Kepala unit kerja / ruangan untuk memonitoring
pelaksanaan skrining pasien resiko jatuh
Pengisian lembaran risiko jatuh
c. Prosedur :
Melakukan koordinasi unit kerja dengan Instalasi Pemeliharaan
Sarana Rumah Sakit untuk perbaikan pagar pengaman dan roda
tempat tidur/brankar Peningkatan koordinasi unit kerja dengan
dengan Instalasi Kesehatan dan keselamatan Kerja Rumah Sakit
untuk manajemen faktor-faktor resiko di lingkungan rumah sakit.
Memantau kepatuhan pelaksanaan skrining pasien resiko jatuh
di semua unit pelayanan
Memberikan edukasi kepada petugas dan keluarga pasien di
setiap unit kerja tentang pencegahan pasien resiko jatuh
Edukasi petugas kepada keluarga pasien untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran keluarga untuk berperan serta dalam
pencegahan cedera pada pasien resiko jatuh
Monitor kualitas pagar pengaman/roda tempat tidur/brankar
80%
60%
40%
20%
0%
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Interprestasi :
Berdasarkan grafik indikator Kecepatan Respon Terhadap Komplain diatas
terlihat tidak ada laporan ke unit pengaduan rumah sakit pada bulan Januari –
April 2021. Hal ini disebabkan karena komplain dari pelanggan telah diselesaikan
pada unit masing-masing misalnya di unit perawatan pasien oleh kepala ruangan
atau oleh case manager. Namun Untuk menganalisa faktor – faktor penyebab
belum tercapainya standar kecepatan respon terhadap komplain, dibuat diagram
tulang ikan sebagai berikut :
Rekomendasi :
Berdasarkan diagram tulang ikan yang telah dibuat maka agar angka kecepaan
respon terhadap komplain sesuai standar maka perlu dilakukan upaya perbaikan-
perbaikan sarana, sumber daya manusia dan prosedur yaitu :
a. Sarana
Peningkatan sarana Instalasi Pengaduan Masyarakat berupa
penyediaan buku atau formulir komplain
Peningkatan saranan untuk meningkatkan kenyaman pasien di ruang
pengaduan masyarakt.
100,00% 99,86%
99,00%
98,00% 97,94%
97,00%
96,00%
95,42%
95,00%
94,00%
93,00%
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Rekomendasi.
Rekomendasi yang diusulkan oleh Komite Mutu dan Keselamatan Pasien antara
lain adalah mempertahankan dan meningkatkan sikap dan perilaku yang sudah
baik dan memperbaiki hal-hal yang masih kurang dalam proses pelayanan yang
diberikan untuk mencapai kenyamanan dan kepuasan pasien.
Interpretasi :
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa indikator pada bulan Januari sampai
dengan bulan Maret 2021 belum mencapai target 100%. Beberapa hal yang
diduga menyebabkan indikator ini belum tercapai adalah beban kerja DPJP yang
berlebih dan belum optimalnya komitmen DPJP dalam melengkapi asesmen
selanjutnya kegiatan visite tidak dilaksanakan pada hari libur sehingga bila pasien
masuk pada hari libur maka assesmet medic tidak dapat dilengkapi. Untuk
selanjutnya, indikator ini terus dipantau secara rutin setiap bulan, dengan terus
melaksanakan kegiatan peningkatan dengan metoda PDSA.
Metode
Monitor
ketersediaan
Rekomendasi yang diusulkanMonitoring
oleh Komite
& Mutu dan Keselamatan Pasien antara
format CP disetiap
lain adalah sbb : Evaluasi unit pelayanan
pelaksanaan CP
a. Sarana
Menyiapakan form analisa kuantitatif untuk penilaian assesment
Tersedia form assessment di unit Ranap
b. Sumber Daya Manusia
Peningkatan kapasitas SDM medik di Ranap dalam kepatuhan
pengisian assessment medik
Komitmen staf medic dalam pengisian assessment medic sesuai SOP
c. Prosedur
Kepatuhan pelaksanaan SOP pengisian assessment medic
Sosialisasi SOP pengisian assessment medic
Pertemuan komite medic membahas terkait pengisiaan assessment
medic dihari libur dan evaluasi kelengkapanya
Monitor dan evaluasi pengisian assessment medic
Interprestasi :
Berdasarkan hasil data bulan Januari 2021 s/d April 2021 pada indicator Insiden
ketidak tepatan insersi vena dan arteri pada pasien hemodialisa terjadi
peningktan kearah yang tidak diharapkan pada bulan Januari 2021 0,6 % dan
bulan Maret 2021 0,8 % namun pada bulan februari 2021 terjadi penurunan ke
arah yang diharapkan yaitu 0,0 % dari standard 0,0 %. Peningkatan yg terjadi
pada bulan januari dan Maret disebabkan oleh akses pada pada pasien baru
dengan kondisi vena yg kolaps dan pada pasien yang belum menggunakan Av
shunt (cimino)
Rekomendasi :
Dari hasil analisa data dapat direkomendasikan untuk ditindak lanjuti sbb :
a. Sarana
Peningkatan sarana (alat dan bahan) dalam melaksanakan tindakan
hemodialisa
b. Sumber Daya Manusia
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di unit hemodialisa
melalui pendiikan dan pelatihan terkait tindakan hemodialisa
c. Prosedur
Kepatuhan pelaksanaan SOP tindakan hemodialisa
Sosialisasi SOP tindakan hemodialisa
Monitor dan evaluasi pelaksanaan SOP tindakan hemodialisa
CAPAIAN
NO INDIKATOR STANDART
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Kejadian tidak dilakukan IMD pada
3
bayi baru lahir 0,00% 0,00% 0,00% 0%
4 Waktu tunggu hasil foto rawat jalan 0,00% 0,00% 0,00% 0%
Kehilangan dokumen rekam medik
5
pasien rawat jalan 0,00% 0,00% 0,00% 0%
Pasien kembali ke ICU dengan kasus
6
yang sama < 72 jam 0,00% 0,00% 0,00% 0%
Ketidaklengkapan assessment pra
7
anastesi
0,00% 0,00% 0,00% 0%
Keterlambatan waktu tindakan
8
hemodialisa 0,00% 0,00% 0,00% ≤10%
9 Infeksi Luka Operasi 0,00% 0,00% 0,00% 0%
Sumber Data: Komite Mutu
2,50%
2,00%
1,50%
1,00%
0,50%
Interpretasi :
Berdasarkan grafik indikator Keterlambatan Waktu Penanganan Kerusakan Hardware /
Jaringan diatas terlihat belum mencapai standar. Hal ini disebabkan karena Instalasi
Sistem Informasi Manajemen Rumah sakit (SIMRS) belum memiliki SDM yang cukup
untuk penanganan kerusakan Hardware / Jaringan. Untuk menganalisa penyebab belum
tercapainya standar Keterlambatan Waktu Penanganan Kerusakan Hardware / Jaringan,
dibuat analisa dan rekomendasi sebagai berikut :
a) Sarana
Peningkatan sarana Instalasi Sistem Informasi Manajemen Rumah sakit
(SIMRS) berupa penyediaan buku atau formulir kerusakan hardware/
jaringan
Peningkatan sarana (alat dan bahan) dalam melaksanakan perbaikan
hardware/ jaringan
b) Sumber Daya Manusia
Penambahan SDM khusus perbaikan hardware /jaringan di instalasi
Sistem Informasi Manajemen Rumah sakit (SIMRS) sesuai dengan beban
kerja.
CAPAIAN
NO INDIKATOR STANDART
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Keterlambatan waktu menangani
2
kerusakan alat 0,00% 0,00% 0,00% 0%
3 Keterlambatan respon time genset 0,00% 0,00% 0,00% 0%
Keterlambatan pelayanan ambulance
4
di Rumah Sakit
0,00% 0,00% 0,00% 0%
5 Linen hilang 0,00% 0,00% 0,00% 0%
Ketidaksesuaian surat pesanan (SP)
6
dengan fisik barang / bahan 0,00% 0,00% 0,00% 0%
Ketidaklengkapan dokumen
7
pendukung penagihan
0% 0% 0% 0%
Sumber Data: Komite Mutu
6
5 5
5
4
3 3
3
JULI
2 2 2 2 2
2 AGUSTUS
1 SEPTEMBER
1
0 0 0 0 0
0
KTD KNC KTC KPC SENTINEL
JULI 3 3 2 2 0
AGUSTUS 2 2 2 0 0
SEPTEMBER 5 5 0 0 1
Interpretasi :
Insiden keselamatan pasien adalah bentuk kejadian yang berpotensi
mengakibatkan cidera yang dapat dicegah pada pasien ketika system pemberian
asuhan yang aman tidak dikelola dengan baik oleh suatu rumah sakit. Insiden
keselamatan pasien dapat berupa kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris
cidera (KNC), kondisi potensi cidera (KPC), kejadian tidak cidera (KTC), dan sentinel.
Berdasarkan laporan insiden di RSUD Dr.H. Chasan Boesoirie Ternate periode Juli
sampai dengan September 2022 yang dilaporkan ke tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit sejumlah 27 insiden dengan 1 kasus sentinel, 10 KNC, 4KTC, 10KTD dan KPC 2
insiden .
Berdasarkan hasil laporan insiden ke Komite Mutu selama bulan Juli s/d
September 2022, didominasi KTD dan KNC diantara berupa kasus pasien jatuh,
plebitis,pelaporan lab kritis, tidak pendampingan pasien saat di pindahkan, terjadi
pembengkakan di daerah pemasangan infus untuk memasukan zat kontras, reaksi
tranfusi, alergi obat, pasien jatuh di kamar mandi, tidak ada etiket obat pulvus dari
apotik, salah pemberian obat dari apotik, obat yang tidak sesuai dengan resep yang di
berikan, penulisan resep tidak lengkap dan dokter tidak menulis “ddt” pada resep, salah
penulisan nama pada etiket, kesalahan dalam menata susunan obat, salah cara
pemberian injeksi,salah pemberian terapi dan salah penanganan sampel darah ke
laboratorium, lampu mati pada saat melakukan X-Ray , alat rusak saat melakukan foto
X-Ray, pembatalan operasi karna kurangnya alat dan insiden pasien meninggal setelah
jatuh dari brangkar.
Rumah sakit mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan kejadian
yang dialami dengan mengidentifikasi semua laporan berupa monitoring dan evaluasi
SPO pelayanan resep,mengkaji assessment pasien, risiko jatuh, memasang gelang
kuning, memasang bed site rell,memasang segitiga kuning. Proses pelaporan adalah
bagian dari program mutu dan keselamatan pasien rumah sakit yang memusatkan pada
pencegahan dan kesalahan dalam pelayanan resep serta kejadian pasien jatuh.
Perbaikan dalam manajemen standar keselamatan pasien secara terpadu digunakan
untuk mencegah kesalahan di kemudian hari.
Rekomendasi :
Rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mengeliminasi angka kejadian dengan
selalu melakukan monitoring evaluasi terkait pelayanan dan risiko pasien jatuh kepada
pasien serta adanya SPO tentang pelayanan pasien , Triase, pengkajian pasien jatuh di
semua unit.
Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kejaidian
berulang kedepan dengan menjalankan semua sesuai SPO yang ada ,perlu adanya
koordinasi dengan pihak Komite Mutu yang dapat dilakukan dengan monitoring ruangan
setiap minggu.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
Kegiatan pemantauan indikator mutu yang sesuai Standar Akreditasi sejak awal Januari
sampai Septemebr 2022 sampai saat laporan ini dibuat secara garis besar sudah mengalami
perbaikan dari tahun 2021 ke tahun 2022 walaupun belum optimal dengan berbagai
kekurangan. Upaya perbaikan akan senantiasa dilakukan dari waktu ke waktu. Diharapkan
dengan adanya upaya tindak lanjut dari unit kerja terkait, upaya perbaikan dapat berjalan
dengan maksimal.
Pemantauan indikator mutu setiap triwulan akan dilaksanakan evaluasi tentang indikator
mutu yang akan diganti atau direvisi Meskipun demikian terdapat sejumlah perbaikan terhadap
kertas kerja, alat ukur indikator, dan kalimat indikator sehingga diharapkan data yang diperoleh
bisa lebih valid. Selain itu juga ketiadaan sumber data pada beberapa indikator mutu yang
dipantau dapat dihindari.
LAMPIRAN DOKUMENTASI