You are on page 1of 13

Risalah HUKUM Fakultas Hukum Unmul, Desember 2010, Hal. 83 - 95 Vol. 6, No.

2
ISSN 021-969X

Demokrasi Ekonomi Dalam Hukum Ekonomi Syari’ah

(Economic Democracy in Economic Syari’ah Law)

Syaugi Mubarak Seff


Fakultas Syari’ah IAIN Antasari Banjarmasin
Jl.A.Yani KM 4,5 Banjarmasin-Kalimantan Selatan
e-mail: syaugimubarakseff@yahoo.com

ABSTRACT

The aim of national development is in order to achieve the level of prosperity, therefore the
economic system that is used, of course, the economic system that can guide and support
the realization of development objectives in question. One is an Syari’ah economic system
that starts from Islamic study, but the law norms arranging it sources from Islamic study
relating to muamalat, where according to its principles, the rules are open, and they are
different from Islamic study in a matter of praying which rules are closed, it can
accommodate the new norms as far as it is not against the Syari’ah principles.

Key words: demokrasi ekonomi (economic democration), hukum ekonomi syari’ah


(economic Syari’ah Law)

PENDAHULUAN 1945 disamping sebagai konstitusi politik dan


sosial, ia juga merupakan konstitusi ekonomi
Pembangunan di bidang ekonomi pada yang harus menjadi acuan dan landasan
dasarnya merupakan subsistem dari sistem secara ekonomi, baik oleh negara (state),
pembangunan nasional secara keseluruhan. masyarakat (civil society), ataupun pasar
Tujuan pembangunan nasional adalah dalam (market).2
rangka untuk mencapai taraf kemakmuran Sebagai konstitusi ekonomi, UUD NRI
rakyat sebagaimana yang diamanatkan dalam 1945 mengatur bagaimana sistem
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara perekonomian nasional seharusnya disusun
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI dan dikembangkan. Ketentuan utama UUD
1945) alenia ke-4.1 Untuk mencapai tujuan itu, NRI 1945 tentang sistem perekonomian
maka sistem ekonomi yang dipakai tentu saja nasional dimuat dalam Bab XIV Pasal 33.
sistem ekonomi yang dapat mengarahkan dan Ketentuan tentang sistem perekonomian
mendukung terwujudnya tujuan pembangunan nasional memang hanya dalam satu pasal
dimaksud. yang terdiri dari lima ayat. Namun ketentuan
Untuk mencapai cita-cita tersebut, UUD ini harus dielaborasi secara konsisten dengan
NRI 1945 telah memberikan kerangka susunan cita-cita dan dasar negara berdasarkan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. konsep-konsep dasar yang dikehendaki oleh
Norma-norma dalam UUD NRI 1945 tidak pendiri bangsa. Selain itu, sistem
hanya mengatur kehidupan politik, tetapi juga perekonomian nasional harus dikembangkan
kehidupan ekonomi dan sosial. Hal ini karena terkait dengan hak-hak asasi manusia yang
para pendiri bangsa menghendaki agar rakyat juga mencakup hak-hak ekonomi, serta
Indonesia berdaulat secara penuh, bukan dengan ketentuan kesejahteraan rakyat.3
hanya kedaulatan politik. Karenanya UUD NRI

1 2
M.Arief Amrullah, 2003, Politik Hukum Pidana Dalam Jimly Asshiddiqy, 2005, Implikasi Perubahan UUD 1945
Rangka Perlindungan Korban Kejahatan Ekonomi di Terhadap Pembangunan Hukum Nasional, Mahkamah
Bidang Perbankan, Bayumedia Publishing, Malang, Konstitusi, Jakarta, hlm.19.
3
hlm.108 Ibid, hlm.20.
84 Syaugi Mubarak Seff Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

Secara filosofis, cita-cita hukum ekonomi sebagai sistem ekonomi Indonesia,


ekonomi Indonesia adalah menggagas dan dan melihat demokrasi ekonomi dalam hukum
menyiapkan konsep hukum tentang kehidupan ekonomi syari’ah.
ekonomi. Kehidupan ekonomi yang diinginkan
adalah kehidupan berbangsa dan bernegara Demokrasi Ekonomi Sebagai Sistem
yang rakyatnya memiliki kesejahteraan dan Ekonomi Indonesia
keadilan sosial, sebagaimana yang dicita- Manakala berbicara tentang sistem
citakan Pancasila. Bertolak dari cita-cita ekonomi, sama artinya berbicara tentang
tersebut, di sini hukum ekonomi ke depan segala aspek yang berkaitan dengan prilaku
harus menunjukkan sifat yang akomodatif hidup dan kehidupan masyarakat. Dengan
terhadap : 1) perwujudan masyarakat yang kata lain berbicara tentang sistem ekonomi,
adil dan makmur; 2) keadilan yang maka pada umumnya didasarkan atas tiga hal,
proporsional dalam masyarakat; 3) tidak yaitu: (1) filsafat yang mendasarinya, (2)
adanya deskriminatif terhadap pelaku sistem kepemilikan sumberdaya dan aset
ekonomi, 4) persaingan yang tidak sehat.4 nasional, dan (3) mekanisme alokasi
Cita-cita hukum ekonomi ini searah sumberdaya dan mekanisme penyelenggaraan
dengan cita hukum Islam yang tertuang dalam proses produksi dan distribusi nasional.6
maqᾱṣid asy-syari’ah dengan berintikan pada Karena suatu sistem merupakan keseluruhan
membangun dan menciptakan kemaslahatan lembaga (pranata) yang hidup dalam suatu
dunia dan akhirat bagi umat manusia. Cita masyarakat yang dijadikan tuntutan oleh
hukum Islam dalam bidang ekonomi terlihat masyarakat tersebut dalam mencapai tujuan
dalam konsepnya tentang aktivitas ekonomi yang ditetapkan, maka suatu sistem akan
dipandang sebagi wahana bagi masyarakat memengaruhi pola berpikir dan pola bertindak
untuk membawa kepada, paling tidak masyarakat yang berada dalam sistem
pelaksanaan dua ajaran al-Qur’an, yaitu tersebut dan akan menjadi suatu norma atau
prinsip saling at-ta’awwun (membantu dan value judgement bagi masyarakatnya.7
Sistem ekonomi adalah konsepsi
saling bekerja sama antara anggota
ekonomi suatu negara untuk mengatasi
masyarakat untuk kebaikan) dan prinsip
berbagai persoalan, seperti barang yang
menghindari garar (transaksi bisnis di mana di
seharusnya dihasilkan, bagaimana cara
dalamnya terjadi unsur penipuan yang menghasilkan barang itu, dan untuk siapa
akhirnya merugikan salah satu pihak). barang tersebut dihasilkan atau bagaimana
Masuknya unsur Islam (ekonomi barang tersebut didistribusikan kepada
syariah) dalam cita hukum ekonomi Indonesia, masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya untuk
bukan berarti mengarahkan ekonomi nasional menentukan sistem ekonomi sebuah negara.8
ke arah idiologi ekonomi agama tertentu, Jika hendak mengembangkan suatu sistem
tetapi dikarenakan ekonomi syari’ah sudah ekonomi nasional, maka mau tidak mau sistem
lama hidup dan berkembang tidak hanya di itu harus sejalan dengan idiologi yang dianut,
Indonesia, tetapi juga di dunia. Sistem karena antara sistem ekonomi dengan faham
ekonomi syari’ah adalah salah satu dari idiologi dari negara yang menganut suatu
sistem-sistem ekonomi lainnya seperti sistem ekonomi saling berkaitan. Karena
kapitalisme dan sosialisme. Menurut Jimly idiologi bangsa Indonesia adalah Pancasila,
Asshiddiqie,5 dalam perspektif konstitusi
ekonomi, kita tidak perlu terjebak dalam
6
diskusi mengenai idiologi ekonomi. Bahtiar Fitanto, “Ekonomi Kerakyatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Lokal”, dalam, Iwan
Berdasarkan uraian di atas, tulisan ini
Triyuwono dan Ahmad Erani Yustika, 2003, Emansipasi
mencoba mengupas tentang demokrasi Nilai Lokal: Ekonomi dan Bisnis Pasca Sentralisasi
Pembangunan, Bayumedia Publishing, Malang, hlm.56.
7
Edy Suandi Hamid, 2004, Sistem Ekonomi, Utang Luar
4
Sri Redjeki Hartono, 2007, Hukum Ekonomi Indonesia, Negeri, dan Isu-isu Ekonomi Politik Indonesia, UII
Bayumedia Publishing Malang, hlm.31 Press, Yogyakarta, hlm.36.
5 8
Jimly Asshiddiqie, 2010, Konstitusi Ekonomi, Kompas, Badan Legislasi DPR RI, 2009, Naskah Akademis RUU
Jakarta, hlm. 71. tentang Sistem Ekonomi, Jakarta, hlm.24.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 2 85

maka sistem ekonomi Indonesia yang hukum sistem ekonomi Indonesia.14 Menurut
dibangun harus selaras dengan Pancasila.9 Teguh Sulistia15, di dalam kedua pasal tersebut
Berbicara tentang sistem ekonomi tersirat lima asas yang bersentuhan dengan
Indonesia, maka sistem ekonomi Indonesia hukum dan ekonomi, yaitu:pertama: asas
adalah sistem ekonomi Pancasila10 yang persamaan di depan hukum; kedua: asas
identik dengan demokrasi ekonomi. Demokrasi kemanusiaan; ketiga: asas kekeluargaan;
ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi keempat: asas manfaat; kelima: asas
Pancasila yang menurut Mubyarto11 keseimbangan.
mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut: Kelima asas tersebut yang merupakan
pertama: perekonomian Pancasila digerakkan prinsip ekonomi Indonesia disusun oleh the
oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial founding father adalah dalam rangka untuk
dan yang paling penting adalah moral, kedua: mampu menuju masyarakat adil dan makmur.
perekonomian Pancasila ada hubungannya Oleh karenanya pembangunan nasional
dengan Tuhan YME sehinga dalam Pancasila bangsa Indonesia adalah pembangunan
terdapat solidaritas sosial, ketiga: manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh
perekonomian Pancasila berkaitan dengan rakyat Indonesia, dalam arti selain bidang-
persatuan Indonesia, yang berarti bidang kebutuhan manusia yang hendak
nasionalisme menjiwai kebijakan ekonomi, dibangun itu harus seimbang materiil dan
keempat: sistem perekonomian Pancasila sprituil juga pembangunan tersebut harus
tegas dan jelas adanya keseimbangan antara merata.16
perencanaan sentral (nasional) dengan Untuk mencapai itu, maka strategi
tekanan pada desentralisasi di dalam pembangunan harus diarahkan pada
pelaksanaan kegiatan ekonomi. pemberdayaan ekonomi rakyat,17 di mana
Rumusan yang ada dalam Pasal 33 UUD merupakan pelaksanaan dari demokrasi
1945 menurut Dawam Rahardjo12 ekonomi. Arahnya adalah produksi dikerjakan
menggambarkan visi tentang sistem ekonomi oleh semua untuk semua dan di bawah
Indonesia yang dicita-citakan. Ia merupakan pimpinan dan kepemilikan anggota-anggota
gambaran ideal dari suatu sistem alternatif masyarakat. Kemakmuran masyarakat lebih
terhadap kapitalisme maupun komunisme. diutamakan ketimbang kemakmuran orang
Sistem ekonomi Indonesia berlandaskan pada seorang.18
Pasal 33 UUD 1945 yang dilatarbelakangi oleh Sistem pembangunan yang
jiwa Pembukaan UUD 1945 dan didukung oleh memberdayakan ekonomi rakyat merupakan
Pasal 18, 23, 27 Ayat (2), dan Pasal 34 UUD strategi melaksanakan demokrasi ekonomi.
1945. Sistem ekonomi Pancasila adalah sistem Dengan kata lain pembangunan bidang
ekonomi yang berorientasi atau berwawasan ekonomi juga menghendaki adanya ciri
pada sila-sila Pancasila.13 kerakyatan yang jelas. GBHN 1993
Keberadaan Pasal 27 dan pasal 33
UUD 1945 merupakan panduan landasan 14
Ismail Shlmeh, Hubungan Antara Hukum dan Ekonomi,
dalam Solator Sopater, dkk, 1998, Perekonomian
Indonesia Menyongsong Abad XXI, Penebar
Swadaya,Jakarta, hlm.201.
9 15
Edy Suandi Hamid, Op.Cit., hlm.38 Tegus Sulistia, 2006, Aspek Hukum Usaha Kecil Dalam
10
Istilah sistem ekonomi Pancasila muncul di akhir masa Ekonomi Kerakyatan, Andalas University Press, Padang,
Demokrasi Terpimpin (1959-1965) lewat tulisan Emil hlm.114-115.
16
Salim pada tahun 1965. Istilah sistem ekonomi Mubyarto, Op.Cit., hlm.3.
17
pancasila menjadi terkenal lewat gagasan-gagasan Ekonomi rakyat adalah sistem yang berbasis pada
provokatif dari Mubyarto pada tahun 1979. (Lihat kekuatan ekonomi rakyat sesuai Pasal 33 ayat 1 UUD
dalam Dawam Rahardjo, 1997, Agenda Aksi NRI 1945 dan Sila keempat. Artinya rakyat harus
Leberalisasi Ekonomi Dan Politik di Indonesia, Tiara berpartisipasi penuh secara demokratis dalam
Wacana,Yogyakarta, hlm.245. menentukan kebijakan ekonomi dan tidak
11
Mubyarto, 1998, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia, menyerahkan begitu saja keputusan ekonomi pada
LP3ES, Jakarta, hlm.45 kekuatan atau mekanisme pasar. Lihat Julius Bobo,
12
Dawam Rahardjo, Op.Cit., hlm.246. 2003, Transformasi Ekonomi Rakyat, Cidesindo,
13
Sukarmi, 2008, Hand Out Bahan Ajar Hukum Ekonomi Jakarta, hlm.48.
18
Program Doktor Ilmu Hukum Unversitas Brawijaya Naskah Akademis RUU Tentang Sistem
Malang. Ekonomi,Op.Cit., hlm.45-46
86 Syaugi Mubarak Seff Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

menyatakan bahwa pembangunan ekonomi terkandung dalam Pasal 33 sebelumnya.


kerakyatan yang dimaksud menginginkan Dalam ayat (4) Pasal 33 UUD 1945 (pasca
adanya partisipasi yang luas dari seluruh amandemen keempat), kata demokrasi
masyarakat baik dalam hal ikut serta di dalam ekonomi memang muncul kembali, tetapi
proses pembangunan ekonomi itu sendiri kedudukan dan pengertiannya berubah,
maupun dalam hal ikut serta di dalam karena diletakkannya kata demokrasi ekonomi
menikmati hasil-hasil pembangunan ekonomi sebagai salah satu ayat saja dalam Pasal 33
terebut. Ini artinya rakyat punya kedaulatan UUD 1945.22
dalam bidang ekonomi, yang menurut Jimly Pasal 33 UUD NRI 1945 merupakan
Asshiddiqy19 merupakan makna dari demokrasi cerminan kedaulatan rakyat di bidang
ekonomi. Tuntutan idiologis dari politik ekonomi. Menurut Jimly Asshiddiqie,23 Pasal 33
ekonomi nasional, kini dirasakan perlu ayat (4) sangat jelas mengembangkan
memperkuat ekonomi rakyat. pengertian demokrasi yang tidak hanya
Demokrasi ekonomi merupakan mengandung pengertian politik, tetapi juga
kedaulatan rakyat atas perekonomian nasional ekonomi. Artinya, rakyat Indonsia di samping
dan landasan penyelenggaraan perekonomian berdaulat di bidang politik juga harus
nasional dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berdaulat di bidang ekonomi. Itulah makna
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan hakiki dari konsep demokrasi ekonomi, yaitu
lingkungan, kemandirian, serta menjaga kedaulatan rakyat di bidang ekonomi. Hal ini
keseimbangan kemajuan dan kesatuan sejalan juga dengan pandangan Ginanjar
ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan Kartasasmita,24 bahwa politik Indonesia
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan menganut paham demokrasi harus
Indonesia. disertai pula dengan demokrasi ekonomi.
Istilah demokrasi ekonomi terdapat Dengan demokrasi ekonomi ingin dijamin
dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945. Sebelum bahwa negara ingin mewujudkan keadilan
amandemen UUD 1945, istilah demokrasi sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
ekonomi terdapat dalam penjelasan UUD Menurut Sri-Edi Swasono, bahwa Pasal
1945. Istilah ini juga terdapat dalam TAP 33 UUD 1945 adalah suatu ”raksasa”.
MPRS RI N0.XXIII/MPRS/1966 tentang Ditetapkannya Pasal 33 UUD 1945 merupakan
Pembaharuan Kebijakan Ekonomi, Keuangan tekad kemerdekaan untuk mengganti asas
dan Pembangunan, dan TAP MPR RI kolonial, yaitu kebersamaan dengan asas
N0.II/MPR/19988 tentang GBHN.20 kekeluargaan (mutualisme and brotherhood
Beberapa peraturan perundang- atau ukhuwah). Menolak pasar bebas,
undangan yang terkait di bidang ekonomi liberalisme dan invicible hand Adam Smith, Sri-
seperti UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Edi menginginkan campur tangan aktif negara
Perumahan dan Pemukiman, UU Nomor 7 untuk menjaga dan menjamin bahwa ekonomi
Tahun 1992 tentang Perbankan dan UU Nomor Indonesia itu benar-benar untuk sebesar-
10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU besarnya kemakmuran rakyat.25
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, UU Perdebatan tentang bentuk dan
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan mekanisme pelaksanaan sistem ekonomi
Syari’ah, UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang nasional yang didasarkan pada idiologi dan
Koperasi, UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang sistem nilai Pancasila sebenarnya telah dimulai
BUMN, dan UU Nomor 20 Tahun 2008 sejak jaman persiapan kemerdekaan.
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.21
Sejak diamandemenkannya Pasal 33
UUD 1945, terjadi pergeseran makna yang 22
Ibid., hlm. 23.
23
Jimmly Asshiddiqie, Pokok...,Op.Cit., hlm.151.
24
Ginandjar Kartasasmita, 2007, Mewujudkan Demokrasi
19
Jimmly Asshiddiqie, 2007, Pokok-Pokok Hukum Tata Ekonomi Dengan Koperasi, makalah pada diskusi
Negara Indonesia Pasca Reformasi, PT.Buana Ilmu nasional ICMI, Bapenas, Jakarta.
25
Populer, Jakarta, hlm.151. Sri-Edi Swasono, 2007, Indonesia is not for Sale:
20
Tegus Sulistia, Op.Cit., hlm.100-101. Sistem Ekonomi Nasional untuk Sebesar-besar
21
Naskah Akademis RUU Tentang Sistem Kemakmuran Rakyat, Badan Perencanaan
Ekonomi,Op.Cit., hlm.47 Pembangunan Nasional, Jakarta, hlm.141.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 2 87

Perdebatan tersebut akhirnya teraktualisasi menjembatani hak-hak pribadi masyarakat


dalam beberapa Pasal dalam UUD 1945. Pasal- dengan kepentingan masyarakat secara
pasal inilah yang akhirnya menjadi dasar keseluruhan.
konsensus nasional tentang bangunan dan
mekanisme penyelenggaraan sistem ekonomi Demokrasi Ekonomi Dalam Hukum
nasional yang biasa disebut dengan sistem Ekonomi Syari’ah
ekonomi kerakyatan. Di dalam GBHN 1993 Adanya krisis ekonomi dan kebijakan
dinyatakan bahwa pembangunan ekonomi pemerintah di bidang ekonomi yang tidak
kerakyatan yang dimaksud menginginkan berpihak pada kepentingan rakyat banyak, ikut
adanya partisipasi yang luas dari seluruh memikul sektor perekonomian nasional.
masyarakat baik dalam hal ikut serta di dalam Menurut Mubyarto,26 meledaknya ”bom waktu”
krisis moneter yang nyaris menghancurkan
proses pembangunan ekonomi itu sendiri
ekonomi Indonesia, disebabkan kekeliruan
maupun dalam hal ikut serta di dalam
kebijakan dan strategi pembangunan
menikmati hasil-hasil pembangunan ekonomi
Indonesia yang bersifat ”konservatif” dan
terebut. cenderung ke-Barat-barat-an”, dan menutup
Istilah ekonomi kerakyatan dapat diri dari perkembangan pemikiran-pemikiran
dirujuk dalam GBHN 1999-2004, dan terdapat yang bersifat kerakyatan.
juga di dalam Propenas 2000-2004, di mana Lebih lanjut menurut Mubyarto27,
memberikan arah kebijaksanaan pelaksanaan ekonom Indonesia perlu menyadari kelemahan
sistem ekonomi kerakyatan, yakni mendasar dari ilmu ekonomi konvensional.
mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan Agar bermanfaat bagi bangsa Indonesia ilmu
yang bertumpu pada mekanisme pasar yang ekonomi harus mempertimbangkan sistem
berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat nilai atau idiologi Indonesia dan harus
dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, menyangkut kehidupan nyata (real life)
nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas masyarakat Indonesia.
hidup, pembangunan berwawasan lingkungan Pembangunan selalu terpusat dan tidak
dan berkelanjutan sehingga terjamin merata serta dilaksanakan hanya
kesempatan yang sama dalam berusaha dan mengutamakan pertumbuhan ekonomi namun
bekerja, perlindungan hak-hak konsumen, tidak diimbangi kehidupan sosial, politik,
ekonomi yang demokratis, dan berkeadilan.
serta perlakuan yang adil bagi seluruh
Menurut I.S.Soesanto,28 pembangunan
masyarakat.
ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan
Sistem ekonomi kerakyatan didasarkan
nilai – di mana yang cenderung diperlakukan
atas premises khusus tentang prilaku manusia, sebagai sarana untuk menciptakan
yaitu prilaku yang sejalan dengan Pancasila, pertumbuhan dan bukannya menjadi tujuan
tentunya prilaku manusia yang menjadi utama – telah menghasilkan lingkungan yang
keyakinan kapitalis dan sosialis menjadi tidak nyaman seperti terkurasnya sumber-
kurang memadai dalam mengartikulasikan sumber alam dan kerusakan lingkungan
sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi sebagai akibat perburuan pertumbuhan
kerakyatan dibangun di atas asumsi bahwa ekonomi telah menimbulkan tuntutan manusia
manusia merupakan suatu entity bebas yang atas ekosistem yang jauh melampaui
hak dan kewajibanya diletakkan dalam suatu dukungan planet bumi ini. Hal tersebut
kepentingan bersama masyarakat. Secara kemudian menjadi penyebab timbulnya krisis
umum artinya adalah manusia Indonesia akan ekonomi yang berkepanjangan, yang pada
lebih bermakna apabila dia berbuat sesuatu
untuk masyarakat. Dengan demikian 26
Mubyarto, 2004, Tanggung Jawab Sosial Teknokrat
mekanisme yang yang diambil oleh sistem dalam Mewujudkan Ekonomi Pancasila, Aditya Media,
ekonomi kerakyatan tidak didasarkan pada Yogyakarta, hlm.4
27
kepemilikan pribadi secara murni, tetapi juga Ibid.
28
I.S. Susanto, “Menciptakan Limgkungan Hidup yang
tidak menganut kepemilikan negara, tetapi Aman” Pidato Dies Natalis UNDIP ke-40, 15 Oktober
merupakan bentuk khusus yang mampu 1997
88 Syaugi Mubarak Seff Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

akhirnya dapat membahayakan persatuan dan adalah penyebab dari ketidakstabilan


kesatuan, mengancam kelangsungan moneter.32
kehidupan bangsa dan negara.29 Krisis yang terjadi pada pertengahan
Oleh karena itu, dalam Program tahun 1997 yang menghantam seluruh sendi-
Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun sendi perekonomian bangsa telah
2000-2004 dinyatakan:30 pengalaman meluluhlantahkan komponen fundamental
membangun pada masa yang lalu dan ekonomi, menyiratkan ada sesuatu yang perlu
timbulnya krisis yang berkepanjangan dapat diperbaiki dalam sistem ekonomi Indonesia,
digunakan sebagai pelajaran, bahwa di karena sistem ekonomi Indonesia masih
samping keberhasilan mencapai tujuan memegang prinsip-prinsip kapitalis di mana
pembangunan, proses dan cara mewujudkan bunga adalah ”nyawa” dari sistem ini yang
tujuan pembangunan ekonomi tersebut tidak berakibat pada stagnannya sektor riil.33 Krisis
kalah pentingnya. Secara normatif, untuk ekonomi yang terjadi di Indonesia, termasuk
membangun perekonomian yang kuat, sehat krisis perbankan yang menyebabkan
dan berkeadilan, pembangunan ekonomi harus kepercayaan nasabah turun secara drastis,
dilaksanakan berlandasan aturan main yang menjadikan pemerintah mulai melirik pada
jelas, etika dan moral yang baik, serta nilai- sistem yang berangkat dari sistem ekonomi
nilai yang menjunjung tinggi hak asasi syari’ah lewat pengembangan perbankan
manusia. syari’ah di Indonesia, karena lembaga
Pelaksanaan pembangunan ekonomi keuangan syari’ah berperan penting dalam
perlu memperhatikan keserasian dan pemulihan perekonomian Indonesia.34
keseimbangan aspek-aspek pemerataan, Peningkatan efisiensi secara terus
berdasarkan asas kekeluargaan sebagaimana menerus memang merupakan salah satu
dimaksud dalam pasal 33 ayat (1) UUD NRI perhatian sistem ekonomi. Oleh karena itu
1945. Asas kekeluargaan adalah merupakan sistem hukum harus senantiasa diusahakan
unsur pokok dalam perekonomian yang agar dapat menampung idea-idea baru serta
beradasarkan demokrasi. Asas ini tidak searah disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang
dengan paham individualisme, juga tidak berubah apabila ia hendak memperoleh
sepaham dengan paham kolektivisme yang tingkat efisiensi yang setinggi-tingginya. Guna
diajarkan oleh marxisme. Substansi usaha menampung kebutuhan-kebutuhan ini maka
bersama memiliki makna perekonomian tidak lembaga-lembaga ekonomi itu memainkan
dikuasai dan dieksplorasi oleh orang-perorang peranannya yang penting di dalam usaha
akan tetapi dilakukan bersama-sama. penyesuaian kepada idea-idea dan kondisi-
Sistem yang ada sekarang ini nyata- kondisi yang baru itu. Dalam hubungan ini
nyata mendorong prilaku konsumtif dan hukum dapat membantu dengan menarik
bermewahan serta menyeret perekonomian lembaga-lembaga yang tidak sesuai lagi itu
untuk tumbuh secara artifisial. Sistem ini serta menciptakan lembaga-lembaga baru
menyuburkan praktek rekayasa finansial untuk yang dikehendaki.
menghasilkan kelimpahan dana. Akibat gejolak Dikembangkan sistem ekonomi yang
kurs dan tinginya tingkat bunga mereka tidak berlandaskan pada nilai keadilan,
bisa menikmati hasil yang layak dari produk- kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan
produk riil (barang) yang dihasilkan karena yang sesuai dengan prinsip syari’ah adalah
nilai uang riil yang diperoleh telah tersedot.31 merupakan upaya pembentukan hukum yang
Sistem pasar uang dan modal yang dibangun tidak hanya sekedar membentuk substansi
dengan berbasis pada sistem bunga (riba) hukumnya semata, tetapi lebih dari itu adalah

32
Jusmaliani dan Muhammad Soekarmi (ed.), 2005,
Kebijakan Ekonomi Dalam Islam, Kreasi Wacana,
29
Mubyarto, Tanggung...,Op.Cit., hlm.4 Yogyakarta, hlm.107
30 33
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Abdul Basith, 2008, Islam dan Manajemen Koperasi
Program Pembangunan Nasional 2000-2004, hlm.47- Prinsip dan Strategi Pengembangan Koperasi di
48. Indonesia, UIN Malang Press, Malang, hlm.29-30.
31 34
Adi Sulistiyono, 2007, Reformasi Hukum Ekonomi Syahril Sabirin, 2003, Perjuangan Keluar Dari Krisis,
Indonesia, LPP UNS, Surakarta, hlm.15. BPEF, Yogyakarta, hlm.393.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 2 89

bagaimana substansi hukum tersebut selaras pada fiskal akan lebih mendorong
dengan nilai-nilai hukum yang berkembang berkembangnya sektor riil dan pemerataan.36
dalam masyarakat. Pembentukan hukum harus Apabila mengaitkan perkembangan
dimaknai sebagai upaya untuk mengangkat konsep serta asas-asas hukum yang
nilai-nilai hukum baru yang hidup di memberikan dasar atas petunjuk arah dalam
masyatakat, baik dalam konteks nasional dan pembentukan hukum positif dan kaidah-kaidah
internasional. hukum tentang bagaimana seharusnya
Perbankan syari’ah sebagai sebuah implementasi demokrasi ekonomi dalam
lembaga baru yang kegiatannya berlandaskan sistem ekonomi syari’ah, ini berarti sudah
pada bangunan sistem ekonomi syari’ah mengarah pada wacana politik hukum
dapat dikatakan sebagai sebuah ekonomi. Landasan politik hukum ekonomi
pembangunan ide-ide baru dalam sistem Indonesia ada dalam pasal 33 UUD NRI 1945,
ekonomi Indonesia ketika lembaga-lembaga Pancasila, GBHN dan propenas yang secara
keuangan konvensional tidak mampu luas merupakan penjabaran demokrasi
membendung krisis ekonomi yang terjadi. ekonomi.
Oleh karenanya lahirnya lahirnya lembaga- Politik hukum ekonomi37 harus menjadi
lembaga keuangan yang berbasis pada sistem instrumen kebijakan yang memiliki élan dalam
pembangunan nasional dan untuk mendukung
ekonomi syari’ah seperti perbankan syari’ah,
semua itu dibutuhkan para pembuat kebijakan
menunjukkan bahwa arah dan sasaran politik
yang memiliki komitmen tinggi terhadap nilai-
hukum ekonomi difokuskan pada terciptanya
nilai moral dan ketulusan dalam
sistem hukum yang mampu memberikan memperjuangkan kepentingan rakyat
keadilan ekonomi pada masyarakat, kebanyakan.
mengarahkan perhatian pada ekonomi Membangun sebuah karakter demokrasi
kerakyatan, terciptanya nasionalisme ekonomi, ekonomi yang bertumpu pada mekanisme
dan menggunakan tolak ukur pemerataan pasar yang berkeadilan dengan mengarahkan
ekonomi, dan mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi yang berpihak pada
pembangunan ekonomi. 35 ekonomi kerakyatan, merata, mandiri, handal,
Penguatan terhadap ekonomi yang dan berkeadilan, maka diperlukan penggalian
berkarakter kerakyatan dengan produk terhadap sistem ekonomi yang mempunyai
transaksi mudharabah dan transaksi jual beli feature unique dalam mendukung terwujudnya
yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga demokrasi ekonomi. Salah satunya adalah
keuangan syari’ah memastikan keterkaitan pengembangan sistem ekonomi yang
sektor moneter dan sektor riil. Hal ini sangat berdasarkan nilai-nilai Islam. Pentingnya
berlainan dengan sistem ekonomi pengkajian ini didasarkan pada adanya
konvensional yang perkembangan sektor perkembangan baru yang cukup berarti dan
positif dalam khazanah hukum ekonomi di
moneternya tidak terkait dengan sektor riil.
Indonesia. Perkembangan baru yang
Bagaimanapun sektor financial tidak akan
dimaksudkan adalah mulai diperkenalkannya
pernah lepas kaitan dengan sektor riil. Jika
dan diaplikasikannya sistem ekonomi syari’ah,
dalam kenyataannya kedua sektor ini telah yang mau tidak mau memengaruhi
mengalami lepas kaitan, maka umat manusia perkembangan hukum ekonomi Indonesia.
tinggal menunggu kehancuran peradaban. Sistem ekonomi Indonesia yang
Konsep hukum ekonomi syari’ah bertumpu pada sistem ekonomi campuran,
menjaga keseimbangan sektor riil dan sektor belum mendukung secara kondusif
moneter. Bahkan studi-studi tentang sistem
36
ekonomi syari’ah menggarisbawahi bahwa Jusmaliani dan Muhammad Soekarmi (ed.), Op.Cit.,
masalah fiskal merupakan yang utama dan hlm.37.
37
Politik hukum ekonomi adalah kebijakan dasar yang
mendapatkan penekanan lebih di banding dibuat berkaitan dengan perekonomian, karena tujuan
masalah moneter. Penekanan sistem ekonomi dari pembuatan peraturan perundang-undangan
(selanjutnya disebut dengan Undang-undang (UU)
adalah untuk melengkapi regulasi dalam kegiatan
35
Adi Sulistiyono, Op.Cit., hlm.72. perekonomian di suatu negara.
90 Syaugi Mubarak Seff Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

terwujudnya demokrasi ekonomi. Undang- rangka melihat bagaimana implementasi


undang bidang ekonomi yang dibuat masih demokrasi ekonomi terwujud dalam sistem
berkaca pada hukum barat yang itu sebagai ekonomi syari’ah, sehingga dari sisni
bahan pembentukan hukum terbukti gagal diharapkan akan dapat diperoleh sebuah
dalam mewujudkan demokrasi ekonomi. Hal pemahaman tentang terbukanya peluang bagi
ini dikarenakan konsep hukum nasional dalam sistem ekonomi syari’ah sebagai sebuah
bidang ekonomi selama ini belum memiliki sistem ekonomi yang mampu
feature unique bagi pencapaian masyarakat mengartikulasikan sistem ekonomi Pancasila.
adil dan makmur, ekonomi kekeluargaan dan Oleh karenanya menjadi penting ”pembacaan”
ekonomi kerakyatan. Padahal hukum ekonomi terhadap Pasal 33 UUD NRI 1945 dibaringi
sebagai suatu sistem hukum nasional kerangka berpikir bahwa penormaan yang ada
berorientasi pada kesejahteraan rakyat. dalam pasal tersebut selaras dengan norma-
Belum sepenuhnya demokrasi ekonomi norma hukum yang ada dalam sistem ekonomi
dilakukan, menjadikan pelaksanaan demokrasi Syari’ah.
ekonomi perlu senantiasa mengalami Sistem ekonomi syari’ah menyediakan
pembaruan dan penyempurnaan dari waktu ke seperangkat kaedah dan norma untuk
waktu, sesuai dengan dinamika yang mendukung terwujudnya demokrasi ekonomi,
berkembang dalam kehidupan masyarakat. yaitu pertama: prinsip kemitraan (partnership),
Upaya terus menerus untuk mencapai tingkat kedua: adanya rangsangan-rangsangan moral,
demokrasi yang paling optimal dalam ketiga: adanya fungsi sosial.
pembangunan ekonomi, menuntut adanya Pertama: Kegiatan ekonomi syari’ah
koreksi yang berkelanjutan secara obyektif dijalankan dengan aspek kemitraan yang
dalam prakek dan pelaksanaan demokrasi sejalan dengan semangat kekeluargaan. UUD
ekonomi itu sendiri. Hal tersebut terutama NRI 1945 Pasal 33 Ayat (1) menyebutkan
dalam proses pembangunan ekonomi bangsa. bahwa perekonomian disusun sebagai usaha
Apakah praktek dan pelaksanaan bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Asas
pembangunan ekonomi selama ini sudah kekeluargaan adalah merupakan unsur pokok
sesuai dan mencapai bentuk yang dalam perekonomian yang berdasarkan
mencerminkan pelaksanaan nilai-nilai demokrasi. Asas ini tidak searah dengan
demokrasi di dalamnya atau belum? paham individualisme, juga tidak sepaham
Sistem ekonomi syari’ah memberikan dengan paham kolektivisme yang diajarkan
kepentingan utama pada nilai-nilai moral, oleh marxisme.
persaudaraan manusia, dan keadilan sosial Kekeluargaan bermakna adanya
ekonomi. Tidak seperti konsep Marxisme dan kebersamaan dalam melakukan kegiatan
kapitalisme yang tidak menggantungkan diri ekonomi dalam arti positif untuk membangun
kepada negara ataupun pasar dalam demi kepentingan bersama.39 Widjoyo
40
merealisasikan visinya. Sistem ekonomi Nitisasro menjelaskan bahwa sifat
syari’ah lebih mengarah kepada peran kekeluargaan yang perlu diambil adalah
mengintegrasikan nilai-nilai dan institusi- semangatnya, yaitu usaha bersama dari
institusi, pasar, keluarga, masyarakat dan seluruh anggota keluarga.
negara untuk menjamin terealisasinya falah Kekeluargaan dalam kegiatan ekonomi
atau kesejahteraan untuk semua. Ini mempunyai dua aspek, di antaranya aspek ke
menekankan pentingnya perubahan sosial dalam berupa kemitraan (partnership). Prinsip
melalui perbaikan individu dan masyarakat, kemitraan (partnership) yang menjadi dasar
tanpa menimbulkan ketidakadilan di dalam dilakukannya transaksi berdasarkan sistem
pasar dan negara.38 syari’ah pada hakekatnya sejalan dengan
Pengkajian terhadap demokrasi ekonomi prinsip gotong-royong yang dianut oleh
dalam sistem ekonomi syari’ah adalah dalam

38 39
M. Umer Chapra,2001, The Future of Economics, An Tegus Sulistia, Op.Cit., hlm.112.
40
Islamic Perspektive, Landasan Baru Perekonomian Wilopo dan Widjojo Nitisasro, 1995, The Socio-
Masa Depan, Shari’ah Economics and Banking Institute, Economic Basis of the Indonesia State, Modern
Jakarta, hlm. 59. Indonesia Project, Cornell University, Ithaca, hlm.20.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 2 91

masyarakat Indonesia. Ini berarti bahwa Adanya unsur moral atau etika, yang
prinsip kemitraan adalah bersumber dari nilai- merupakan bagian terpenting dari landasan
nilai sosial yang hidup dalam masyarakat semua agama, adalah merupakan unsur
Indonesia.41 Dalam perspektif Islam, terpenting dan mempunyai pengaruh yang
kerjasama kemitraan (partnership) merupakan besar dalam menciptakan kesejahteraan yang
karakter dalam masyarakat ekonomi Syari’ah. merata berdasarkan keadilan dan
Konsep kemitraan ini tampak dalam kemakmuran.47
operasionalisasi lembaga keuangan syari’ah, Nilai-nilai etika atau moral48 dalam
seperti perbankan syari’ah, di mana lebih kegiatan ekonomi syari’ah ditandai dengan
menampilkan profil kebersamaan dalam adanya larangan untuk melakukan kegiatan
menanggung resiko usaha dan bagi hasil ekonomi yang bertentangan dengan prinsip
melalui deposito mudharabah dan tabungan syari’ah. Di dalam penjelasan Pasal 2 UU
mudharabah serta pembiayaan mudharabah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
dan pembiayaan musyarakah dengan sistem Syari’ah disebutkan bahwa perbankan syari’ah
bagi hasil. 42 Dalam sistem, kerja sama dalam melakukan kegiatan usahanya tidak
ekonomi dibangun dengan sikap bahu boleh mengandung unsur riba,49 maisir,50
membahu (sharing) dalam menghadapi gharar51, haram,52 dan zhalim.53 Nilai-nilai
ketidakpastian dalam dunia usaha. Konsep moral dalam sistem perbankan syari’ah yang
kebersamaan (ta’awun) dalam menghadapi dikedepankan adalah shiidiq,54 tabligh,55
ketidakpastian merupakan salah satu prinsip amanah,56 dan fathanah.57
yang sangat mendasar dalam yang dianggap
dapat mendukung aspek keadilan.43 47
Zainuddin Ali, 2008, Hukum Ekonomi Syari’ah, Sinar
Kedua, sistem ekonomi syari’ah Grafika, Jakarta, hlm.146.
48
dipenuhi oleh rangsangan-rangsangan moral Di sini istilah ‘etika’ dan ‘moral’ diangap sama saja,
sebab kata asalnya, yakini ethos (Yunani) dan mores
yang didasarkan pada nilai-nilai agama. Sistem (latin), maknanya sama. Ethos dan mores sama-sama
ekonomi syari’ah tampak memberi penekanan berarti adat kebiasaan. Lihat Liek Wilardjo, 1996, Ilmu
terhadap etika bisnis. Hal ini dikarenakan etika dan Teknologi, Bunga Rampai, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta, hlm.159.
merupakan satu bagian yang tidak bisa 49
Kaidah pelarangan riba, menganjurkan pembiayaan
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, bersifat bagi hasil (equity based financing) dan
khususnya dunia bisnis.44 Konsep etika bisnis, melarang riba. Diharapkan produk-produk non riba ini
akan mendorong terbentuknya kecendrungan
yang di dalamnya mengandung prinsip
masyarakat untuk tidak bersikap memastikan dan
otonomi, prinsip kejujuran, prinsip tidak bergeser kearah sikap untuk berani menghadapi resiko.
berbuat jahat, prinsip keadilan dan prinsip 50
Kaidah pelarangan maisir atau judi tercermin dari
hormat pada diri sendiri,45 jelas merupakan kegiatan bank yang melarang investasi yang tidak
memiliki kaitan dengan sektor riil. Kondisi ini akan
suatu konsep yang sifatnya universal bagi membentuk kecendrungan masyarakat untuk
manusia sebagai pemandu dalam kegiatan menghindari spekulasi di dalam aktivitas investasinya.
ekonomi sehari-hari.46
51
Kaidah pelarangan gharar, mengutamakan
transparansi dalam bertransaksi dan kegiatan operasi
Pentingnya etika atau moral ini juga
lainnya dan menghindari ketidakjelasan
diakui oleh tokoh-tokoh ekonomi konvensional. 52
Kaidah pelarangan haram, adalah untuk menghindari
transaksi yang obyeknya dilarang dalam syari’ah.
53
Kaidah pelarangan zhlmim adalah untuk menghindari
41
Syahril Syabirin, Op.Cit., hlm.402. segala transaksi yang bisa menimbulkan ketidakadilan
42
Wirdyaningsih, 2005, Bank dan Asuransi Islam di bagi pihak lainnya.
54
Indonesia, Kencana, Jakarta, hlm.198. Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank Syari’ah
43
Hirsanuddin, 2008, Hukum Perbankan Syari’ah di dilakukan dengan moralitas yang menjunjung tinggi
Indonesia Pembiayaan Bisnis Dengan Prinsip nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan dana
Kemitraan, Genta Press, Yogyakarta, hlm.117-118. masyarakat akan dilakukan dengan mengedepankan
44
Iwan Triyuwono, 2006, Perspektif, Metodologi, dan cara-cara yang diperkenankan (hlmal) serta menjauhi
Teori Akuntansi Syari’ah, RajaGrafindo Persada, cara-cara yang meragukan (subhat) terlebih lagi yang
Jakarta, hlm.73 bersifat dilarang (haram).
45 55
Lihat dalam Sony Keraf, 1993, Etika Bisnis, Kanisius, Tabligh, secara berkesinambungan melakukan
Yogyakarta, hlm.70-75. sosialisasi dan mengedukasi masyarakat mengenai
46
Adi Sulistiyono, Op.Cit., hlm.78. prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan Syari’ah.
92 Syaugi Mubarak Seff Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

Demokrasi ekonomi sebagai sebuah sistem ekonomi syari’ah bukan sekedar sebuah
corak sistem ekonomi Indonesia dalam sistem hukum, tetapi sistem yang lengkap
perspektif ekonomi syari’ah sesungguhnya yang mencakup hukum dan moralitas (etika).61
mencerminkan adanya nilai-nilai moral di Standar moral dalam sistem ekonomi
dalamnya. Demokrasi ekonomi sesungguhnya syari’ah yang prinsipnya didasarkan atas asas
mengandung kaedah hukum58 (juridische keadilan dan kemanfaatan bagi seluruh umat,
wetten) dan kaidah moral59 (morele wetten) sejalan dengan pandangan Mubyarto yang
yang harus dapat digandeng bersama-sama. mengetengahkan konsep ”ekonomi moral”
Keberadaan nilai-nilai moral dalam demokrasi yang bertumpu pada efisiensi dan keadilan.62
ekonomi sebagai sebuah sistem ekonomi Keadilan adalah merupakan satu dari nilai-nilai
kerakyatan atau kekeluargaan, menunjukkan dasar yang menjadi sistem hukum ekonomi
bahwa perlunya sistem hukum yang mengacu syari’ah yang didasarkan pada asas-asas
pada nilai-nilai Pancasila, yaitu sistem hukum pokok filsafat hukum Islam. Nilai dasar lainnya
yang tidak mengandalkan pada rule of law, adalah pemilikan dan keseimbangan.63
tetapi lebih menaruh perhatian pada rule of Ketiga, dalam rangka penggalian sumber
moral atau rule of justice. Sistem hukum yang daya nasional, maka dalam ekonomi syari’ah
demikian mengacu pada nilai-nilai spritual. Di diperkenalkan instrumen zakat. Zakat adalah
sinilah pentingnya memahami demokrasi jembatan penghubung antara aktivitas
ekonomi dalam sistem hukum ekonomi manusia yang profan (dunia) dan suci
syari’ah, karena ”syari’ah”60 sebagai tolak ukur (ukhrowi), dimana ia merefleksikan kesadaran
diri manusia bahwa segala bentuk kegiatan
profan selalu terkait erat dengan kedudukan
Dalam melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya
mengedepankan pemenuhan prinsip syari’ah semata, manusia dihadapan Tuhan kelak di akherat.64
tetapi juga harus mampumengedukasi masyarakat Dalam sistem ekonomi syari’ah, zakat
mengenai manfaat bagi pengguna jasa perbankan tidak mempunyai pengaruh terhadap
Syari’ah. penawaran. Ini berbeda dengan pajak, di
56
Amanah, menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian
dan kejujuran dalam mengelola dana yang diperoleh
mana pajak mengakibatkan biaya komponen
dari pemilik dana (shahibul mal) sehingga timbul rasa meningkat. Penggunaan zakat (perniagaan)
saling percaya antara pihak pemilik dan pihak membuat prilaku memaksimalkan keuntungan
pengelola dana investasi (mudharib). berjalan seiring dengan memaksimalkan zakat.
57
Fathanah,memastikan bahwa pengelolaan bank Jika dikaitkan dengan sisi pemanfaatan zakat
dilakukan secara professional dan kompetitif sehingga
menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat untuk kegiatan produktik dari mustahik (yang
resiko yang ditetapkan oleh bank. Lihat dalam Cetak berhak menerima zakat), dapat diduga bahwa
Biru Pengembangan Perbankan Syari’ah Indonesia, zakat yang diberikan itu akan membuka
hlm.9. peluang untuk dapat memproduksi sesuatu.
58
Kaidah hukum lazimnya diartikan sebagai peraturan
hidup yang menentukan bagaimana manusia itu
Karena zakat yang disalurkan biasanya
seyogyanya berprilaku, bersikap dan bertindak di berbentuk qardhun hasana (dipraktikkan
tengah-tengah masyarakat agar kepentingan dalam perbankan syari’ah), maka tidak ada
hukumnya dan kepentingan hukum orang lain itu
terlindungi. Kaidah hukum pada hakekatnya
merupakan perumusan suatu pandangan obyekif yang atau hasil pemahaman atas dasar ketentuan tersebut,
berlaku menyeluruh mengenai penilaian atau sikap untuk dijadikan pegangan oleh umat manusia lainnya,
yang seyogyanya dilakukan atau tidak dilakukan, yang orang Islam dan non-Muslim, dengan alam, maupun
dilarang atau yang dianjurkan untuk dijalankan. Lihat dalam menata kehidupan ini. Dalam arti sempit,
Ahmad Kamil dan M.Fauzan dalam Kaidah-Kaidah syari’ah adalah merupakan norma-norma hukum yang
Hukum Yurisprudensi, (Jakarta:Kencana,2008), hlm.3. mengatur tingkah laku manusia dimana menyangkut
59
Kaidah atau norma moral meliput norma susila, norma kewajiban, hak, perintah dan larangan. Syari’ah dalam
agama dan norma kesopanan, yang lahir dari dalam arti sempit ini lazimnya diidentikkan dan diterjemahkan
diri manusia sendiri, yaitu berupa hasrat untuk hidup sebagai hukum Islam. Lihat dalam Mahmud Syalthout,
pantas, untuk hidup sepatutnya. 1966, al-Islam Aqidah wa al-Syari’ah, Dar al-Qalam,
60
Sebagai suatu istilah, syari’ah digunakan dalam arti hlm. 12.
61
yang luas dan sempit. Syari’ah dalam arti luas adalah Iwan Triyuwono, Op.Cit, hlm.80.
62
“segala ketentuan Allah yang disyari’atkan bagi hamba- Mubyarto,1998, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia,
hamba-Nya baik menyangkut aqidah, ibadah, akhlaq LP3ES, Jakarta, hlm.13
63
dan muamalah. Menurut Mahmud Syalthut, syari’ah Zainuddin Ali, Op.Cit., hlm.4.
64
adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah, Iwan Triyuwono, Op.Cit, hlm.194.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 2 93

biaya atas penggunaan zakat sebagai faktor hukum dapat memberikan keadilan, kepastian
produksi. Dengan demikian, mustahik yang dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
menjadi produsen dengan dana zakat pelaku ekonomi pada umumnya. Hukum
produktif dapat menawarkan barang/jasa ekonomi tidak hanya bersumber dari dari asas-
dengan biaya yang lebih kompetitif, akibatnya asas hukum publik dan asas-asas hukum
akan meningkatkan penawaran.65 perdata tetapi juga dapat mengakomodasi
Pemahaman tentang demokrasi kebutuhan hukum yang ada yang diambil dari
ekonomi dalam sistem ekonomi syari’ah asas-asas yang ada dalam hukum ekonomi
sesungguhnya dimaknai pada aspek adanya syari’ah.
relevansi antara aspek spritualitas dengan
gejala-gejala materi. Atau dengan perkataan KESIMPULAN DAN SARAN
lain bahwa demokrasi ekonomi dalam sistem
ekonomi syari’ah menggabungkan dimensi A. Kesimpulan
duniawi (material) dan dimensi ukhrowi Sistem ekonomi Indonesia adalah
(duniawi). Sehingga hukum nasional yang sistem ekonomi Pancasila yang identik dengan
ditampilkan dalam mengatur bidang ekonomi demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi yang
tidaklah diperlakukan sebagai ”hukum dunia” dimaksud adalah demokrasi Pancasila yang
yang hadir dalam kehidupan yang fana dan mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
eksistensinya harus dipisahkan dari ”hukum pertama, perekonomian Pancasila digerakkan
akherat”. Hal ini diperlukan setidaknya oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial
membantah adanya doktrin yang mengajarkan dan yang paling penting adalah moral, kedua,
perlunya perlakuan terhadap hukum nasional perekonomian Pancasila ada hubungannya
sebagai ”hukum dunia” yang dipisahkan dengan Tuhan YME sehinga dalam Pancasila
dengan ”hukum akherat”.66 Demokrasi terdapat solidaritas sosial, ketiga:
ekonomi difungsikan sebagai kekayaan ruhani perekonomian Pancasila berkaitan dengan
masyarakat, di mana ia tidak berawal dan persatuan Indonesia, yang berarti
berasal dari ranah manusiawi, tetapi dari nasionalisme menjiwai kebijakan ekonomi,
ranah kodrati, ilahi. keempat: sistem perekonomian Pancasila
Sistem ekonomi syari’ah menekankan tegas dan jelas adanya keseimbangan antara
konsep manfaat pada setiap kegiatan perencanaan sentral (nasional) dengan
ekonomi, yang setiap kegiatan termasuk tekanan pada desentralisasi di dalam
proses transaksi harus mengacu pada konsep pelaksanaan kegiatan ekonomi.
maslahat dan menjunjung tinggi asas keadilan. Sistem ekonomi syari’ah memberikan
Sebagai realisasi dari konsep syari’ah, pada kepentingan utama pada nilai-nilai moral,
dasarnya sistem ekonomi/perbankan syari’ah persaudaraan manusia, dan keadilan sosial
memiliki tiga ciri yang mendasar yaitu prinsip ekonomi. Sistem ekonomi syari’ah lebih
keadilan, menghindari kegiatan yang dilarang mengarah kepada peran mengintegrasikan
dan memperhatikan aspek kemanfaatan. nilai-nilai dan institusi-institusi, pasar,
Ciri-ciri inilah yang diangkat dalam keluarga, masyarakat dan negara untuk
peraturan di bidang ekonomi syari’ah. menjamin terealisasinya falah atau
Perangkat peraturan yang diturunkan atau kesejahteraan untuk semua. Ini menekankan
dihasilkan dalam asas-asas hukum ekonomi pentingnya perubahan sosial melalui perbaikan
merupakan perangkat hukum yang ideal individu dan masyarakat, tanpa menimbulkan
secara filosofis, yuridis, dan sosiologis karena ketidakadilan di dalam pasar dan negara.
memberikan keadilan, kepastian dan Sistem ekonomi syari’ah menyediakan
pengaturan yang berlaku baik bagi produsen seperangkat kaedah dan norma untuk
maupun kepada konsumen sebagai unsur mendukung terwujudnya demokrasi ekonomi,
pelaku ekonomi. Dengan demikian, perangkat yaitu: pertama; prinsip kemitraan
(partnership), kedua; adanya rangsangan-
65
Mustafa Edwin Nasution, dkk, 2007, Pengenalan rangsangan moral, ketiga; adanya fungsi
Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana, Jakarta, hlm.96 sosial.
66
Soetandyo Wignjosoebroto, 2007, Hukum Dalam
Masyarakat, Rajawali Press, Jakarta, hlm. 52.
94 Syaugi Mubarak Seff Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

B. Saran Julius Bobo, 2003, Transformasi Ekonomi


Sejalan dengan dibahasnya rancangan Rakyat, Cidesindo, Jakarta.
undang-undang tentang Demokrasi Ekonomi, Jimmly Asshiddiqie, 2007, Pokok-Pokok
maka tidak salah untuk juga mengambil bahan Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
hukum Islam (Islamic law) yang di dalamnya Reformasi, PT.Buana Ilmu Populer,
memuat tentang ekonomi syari’ah sebagai Jakarta.
bahan pembentukan hukum positif di ______________, 2005 Implikasi
Indonesia. Perubahan UUD 1945 Terhadap
Pembangunan Hukum Nasional,
DAFTAR PUSTAKA Mahkamah Konstitusi, Jakarta.
_____________, 2010, Konstitusi Ekonomi,
Literatur Kompas, Jakarta.
Adi Sulistiyono, 2007, Reformasi Hukum Jusmaliani dan Muhammad Soekarmi
Ekonomi Indonesia, LPP UNS, (ed.), 2005, Kebijakan Ekonomi Dalam
Surakarta. Islam, Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Abdul Basith, 2008, Islam Dan Manajemen Liek Wilardjo, 1996, Ilmu dan Teknologi,
Koperasi Prinsip dan Strategi Bunga Rampai, Universitas Sanata
Pengembangan Koperasi di Indonesia, Dharma, Yogyakarta.
UIN_Malang Press, Malang. Mahmud Syalthout, 1966, al-Islam Aqidah
Badan Legislasi DPR RI, 2009, Naskah wa al-Syari’ah, Dar al-Qalam.
Akademis RUU Tentang Sistem M.Arief Amrullah, 2003, Politik Hukum
Ekonomi, Jakarta,. Pidana Dalam Rangka Perlindungan
Bank Indonesia, Cetak Biru Penegembangan Korban Kejahatan Ekonomi di Bidang
Perbankan Syari’ah Indonesia. Perbankan, Bayumedia Publishing,
Dawam Rahardjo, Agenda aksi leberalisasi Malang.
ekonomi dan politik di Indonesia, 1997, Moh. Mahfud MD, 2007, Perdebatan Hukum
Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya. Tata Negara Pasca Amandemen
Edy Suandi Hamid, 2004, Sistem Ekonomi, Konstitusi, LP3ES Jakarta.
Utang Luar Negeri, dan Isu-isu M. Umer Chapra, 2001, The Future of
Ekonomi Politik Indonesia, UII Press, Economics, an Islamic Perspektive,
Yogyakarta. Landasan Baru Perekonomian Masa
Ginandjar Kartasasmita, 2007, Depan, Shari’ah Economics and
Mewujudkan Demokrasi Ekonomi Banking Institute, Jakarta.
Dengan Koperasi, makalah pada diskusi Mubyarto, 1998, Sistem dan Moral Ekonomi
nasional ICMI, Bapenas, Jakarta. Indonesia, LP3ES, Jakarta.
Hirsanuddin, 2008, Hukum Perbankan ________, 2004, Tanggung Jawab Sosial
Syari’ah di Indonesia Pembiayaan Teknokrat dalam Mewujudkan Ekonomi
Bisnis Dengan Prinsip Kemitraan, Genta Pancasila, Aditya Media, Yogyakarta.
Press, Yogyakarta. Mustafa Edwin Nasution dkk, 2007,
I.S.Susanto, “Menciptakan Lingkungan Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,
Hidup yang Aman” Pidato Dies Natalis Kencana, Jakarta.
UNDIP ke-40, 15 Oktober 1997. R. Otje Salman Soemadiningrat dan
Iwan Triyuwono dan Ahmad Erani Anthon F.Susanto, 2004, Menyikapi
Yustika, 2003, Emansipasi Nilai Lokal: dan Memaknai Syari’at Islam Secara
Ekonomi dan Bisnis Pasca Sentralisasi Global dan Nasional Dinamika
Pembangunan, Bayumedia Publishing, Peradaban,Gagasan dan Sketsa
Malang. Tematis, Refika Aditama, Bandung.
Iwan Triyuwono, 2006, Perspektif, Satjipto Rahardjo, 1985, Hukum dan
Metodologi, dan Teori Akuntansi Masyarakat, UI Press, Jakarta.
Syari’ah, RajaGrafindo Persada, Soetandyo Wignjosoebroto, 2007, Hukum
Jakarta. dalam Masyarakat, Rajawali Press,
Jakarta.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 2 95

Solator Sopater dkk, 1998, Perekonomian Tegus Sulistia, 2006, Aspek Hukum Usaha
Indonesia Menyongsong Abad XXI, Kecil Dalam Ekonomi Kerakyatan,
Penebar Swadaya, Jakarta. Andalas University Press, Padang.
Sony Keraf, 1993, Etika Bisnis, Kanisius, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000
Yogyakarta. tentang Program Pembangunan
Sri-Edi Swasono, 2007, Indonesia is not for Nasional 2000-2004.
Sale: Sistem Ekonomi Nasional Untuk Wirdyaningsih, 2005, Bank dan Asuransi
Sebesar-besar Kemakmuran Rakyat, Islam di Indonesia, Kencana, Jakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Wilopo dan Widjojo Nitisasro, 1995, The
Nasional, Jakarta. Socio-Economic Basis of the Indonesia
Sri Redjeki Hartono, 2007, Hukum Ekonomi State, Modern Indonesia Project,
Indonesia, Bayumedia Publishing, Cornell University, Ithaca.
Malang. Zainuddin Ali, 2008, Hukum Ekonomi
Syahril Sabirin, 2003, Perjuangan Keluar Syari’ah, Sinar Grafika, Jakarta.
Dari Krisis, BPEF, Yogyakarta.
Sukarmi, 2008, Hand Out Bahan Ajar Hukum
Peraturan Perundang-undangan
Ekonomi Program Doktor Ilmu Hukum
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008
Unversitas Brawijaya Malang.
tentang Perbankan Syari’ah.

You might also like