Professional Documents
Culture Documents
2
ISSN 021-969X
ABSTRACT
The aim of national development is in order to achieve the level of prosperity, therefore the
economic system that is used, of course, the economic system that can guide and support
the realization of development objectives in question. One is an Syari’ah economic system
that starts from Islamic study, but the law norms arranging it sources from Islamic study
relating to muamalat, where according to its principles, the rules are open, and they are
different from Islamic study in a matter of praying which rules are closed, it can
accommodate the new norms as far as it is not against the Syari’ah principles.
1 2
M.Arief Amrullah, 2003, Politik Hukum Pidana Dalam Jimly Asshiddiqy, 2005, Implikasi Perubahan UUD 1945
Rangka Perlindungan Korban Kejahatan Ekonomi di Terhadap Pembangunan Hukum Nasional, Mahkamah
Bidang Perbankan, Bayumedia Publishing, Malang, Konstitusi, Jakarta, hlm.19.
3
hlm.108 Ibid, hlm.20.
84 Syaugi Mubarak Seff Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul
maka sistem ekonomi Indonesia yang hukum sistem ekonomi Indonesia.14 Menurut
dibangun harus selaras dengan Pancasila.9 Teguh Sulistia15, di dalam kedua pasal tersebut
Berbicara tentang sistem ekonomi tersirat lima asas yang bersentuhan dengan
Indonesia, maka sistem ekonomi Indonesia hukum dan ekonomi, yaitu:pertama: asas
adalah sistem ekonomi Pancasila10 yang persamaan di depan hukum; kedua: asas
identik dengan demokrasi ekonomi. Demokrasi kemanusiaan; ketiga: asas kekeluargaan;
ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi keempat: asas manfaat; kelima: asas
Pancasila yang menurut Mubyarto11 keseimbangan.
mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut: Kelima asas tersebut yang merupakan
pertama: perekonomian Pancasila digerakkan prinsip ekonomi Indonesia disusun oleh the
oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial founding father adalah dalam rangka untuk
dan yang paling penting adalah moral, kedua: mampu menuju masyarakat adil dan makmur.
perekonomian Pancasila ada hubungannya Oleh karenanya pembangunan nasional
dengan Tuhan YME sehinga dalam Pancasila bangsa Indonesia adalah pembangunan
terdapat solidaritas sosial, ketiga: manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh
perekonomian Pancasila berkaitan dengan rakyat Indonesia, dalam arti selain bidang-
persatuan Indonesia, yang berarti bidang kebutuhan manusia yang hendak
nasionalisme menjiwai kebijakan ekonomi, dibangun itu harus seimbang materiil dan
keempat: sistem perekonomian Pancasila sprituil juga pembangunan tersebut harus
tegas dan jelas adanya keseimbangan antara merata.16
perencanaan sentral (nasional) dengan Untuk mencapai itu, maka strategi
tekanan pada desentralisasi di dalam pembangunan harus diarahkan pada
pelaksanaan kegiatan ekonomi. pemberdayaan ekonomi rakyat,17 di mana
Rumusan yang ada dalam Pasal 33 UUD merupakan pelaksanaan dari demokrasi
1945 menurut Dawam Rahardjo12 ekonomi. Arahnya adalah produksi dikerjakan
menggambarkan visi tentang sistem ekonomi oleh semua untuk semua dan di bawah
Indonesia yang dicita-citakan. Ia merupakan pimpinan dan kepemilikan anggota-anggota
gambaran ideal dari suatu sistem alternatif masyarakat. Kemakmuran masyarakat lebih
terhadap kapitalisme maupun komunisme. diutamakan ketimbang kemakmuran orang
Sistem ekonomi Indonesia berlandaskan pada seorang.18
Pasal 33 UUD 1945 yang dilatarbelakangi oleh Sistem pembangunan yang
jiwa Pembukaan UUD 1945 dan didukung oleh memberdayakan ekonomi rakyat merupakan
Pasal 18, 23, 27 Ayat (2), dan Pasal 34 UUD strategi melaksanakan demokrasi ekonomi.
1945. Sistem ekonomi Pancasila adalah sistem Dengan kata lain pembangunan bidang
ekonomi yang berorientasi atau berwawasan ekonomi juga menghendaki adanya ciri
pada sila-sila Pancasila.13 kerakyatan yang jelas. GBHN 1993
Keberadaan Pasal 27 dan pasal 33
UUD 1945 merupakan panduan landasan 14
Ismail Shlmeh, Hubungan Antara Hukum dan Ekonomi,
dalam Solator Sopater, dkk, 1998, Perekonomian
Indonesia Menyongsong Abad XXI, Penebar
Swadaya,Jakarta, hlm.201.
9 15
Edy Suandi Hamid, Op.Cit., hlm.38 Tegus Sulistia, 2006, Aspek Hukum Usaha Kecil Dalam
10
Istilah sistem ekonomi Pancasila muncul di akhir masa Ekonomi Kerakyatan, Andalas University Press, Padang,
Demokrasi Terpimpin (1959-1965) lewat tulisan Emil hlm.114-115.
16
Salim pada tahun 1965. Istilah sistem ekonomi Mubyarto, Op.Cit., hlm.3.
17
pancasila menjadi terkenal lewat gagasan-gagasan Ekonomi rakyat adalah sistem yang berbasis pada
provokatif dari Mubyarto pada tahun 1979. (Lihat kekuatan ekonomi rakyat sesuai Pasal 33 ayat 1 UUD
dalam Dawam Rahardjo, 1997, Agenda Aksi NRI 1945 dan Sila keempat. Artinya rakyat harus
Leberalisasi Ekonomi Dan Politik di Indonesia, Tiara berpartisipasi penuh secara demokratis dalam
Wacana,Yogyakarta, hlm.245. menentukan kebijakan ekonomi dan tidak
11
Mubyarto, 1998, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia, menyerahkan begitu saja keputusan ekonomi pada
LP3ES, Jakarta, hlm.45 kekuatan atau mekanisme pasar. Lihat Julius Bobo,
12
Dawam Rahardjo, Op.Cit., hlm.246. 2003, Transformasi Ekonomi Rakyat, Cidesindo,
13
Sukarmi, 2008, Hand Out Bahan Ajar Hukum Ekonomi Jakarta, hlm.48.
18
Program Doktor Ilmu Hukum Unversitas Brawijaya Naskah Akademis RUU Tentang Sistem
Malang. Ekonomi,Op.Cit., hlm.45-46
86 Syaugi Mubarak Seff Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul
32
Jusmaliani dan Muhammad Soekarmi (ed.), 2005,
Kebijakan Ekonomi Dalam Islam, Kreasi Wacana,
29
Mubyarto, Tanggung...,Op.Cit., hlm.4 Yogyakarta, hlm.107
30 33
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Abdul Basith, 2008, Islam dan Manajemen Koperasi
Program Pembangunan Nasional 2000-2004, hlm.47- Prinsip dan Strategi Pengembangan Koperasi di
48. Indonesia, UIN Malang Press, Malang, hlm.29-30.
31 34
Adi Sulistiyono, 2007, Reformasi Hukum Ekonomi Syahril Sabirin, 2003, Perjuangan Keluar Dari Krisis,
Indonesia, LPP UNS, Surakarta, hlm.15. BPEF, Yogyakarta, hlm.393.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 2 89
bagaimana substansi hukum tersebut selaras pada fiskal akan lebih mendorong
dengan nilai-nilai hukum yang berkembang berkembangnya sektor riil dan pemerataan.36
dalam masyarakat. Pembentukan hukum harus Apabila mengaitkan perkembangan
dimaknai sebagai upaya untuk mengangkat konsep serta asas-asas hukum yang
nilai-nilai hukum baru yang hidup di memberikan dasar atas petunjuk arah dalam
masyatakat, baik dalam konteks nasional dan pembentukan hukum positif dan kaidah-kaidah
internasional. hukum tentang bagaimana seharusnya
Perbankan syari’ah sebagai sebuah implementasi demokrasi ekonomi dalam
lembaga baru yang kegiatannya berlandaskan sistem ekonomi syari’ah, ini berarti sudah
pada bangunan sistem ekonomi syari’ah mengarah pada wacana politik hukum
dapat dikatakan sebagai sebuah ekonomi. Landasan politik hukum ekonomi
pembangunan ide-ide baru dalam sistem Indonesia ada dalam pasal 33 UUD NRI 1945,
ekonomi Indonesia ketika lembaga-lembaga Pancasila, GBHN dan propenas yang secara
keuangan konvensional tidak mampu luas merupakan penjabaran demokrasi
membendung krisis ekonomi yang terjadi. ekonomi.
Oleh karenanya lahirnya lahirnya lembaga- Politik hukum ekonomi37 harus menjadi
lembaga keuangan yang berbasis pada sistem instrumen kebijakan yang memiliki élan dalam
pembangunan nasional dan untuk mendukung
ekonomi syari’ah seperti perbankan syari’ah,
semua itu dibutuhkan para pembuat kebijakan
menunjukkan bahwa arah dan sasaran politik
yang memiliki komitmen tinggi terhadap nilai-
hukum ekonomi difokuskan pada terciptanya
nilai moral dan ketulusan dalam
sistem hukum yang mampu memberikan memperjuangkan kepentingan rakyat
keadilan ekonomi pada masyarakat, kebanyakan.
mengarahkan perhatian pada ekonomi Membangun sebuah karakter demokrasi
kerakyatan, terciptanya nasionalisme ekonomi, ekonomi yang bertumpu pada mekanisme
dan menggunakan tolak ukur pemerataan pasar yang berkeadilan dengan mengarahkan
ekonomi, dan mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi yang berpihak pada
pembangunan ekonomi. 35 ekonomi kerakyatan, merata, mandiri, handal,
Penguatan terhadap ekonomi yang dan berkeadilan, maka diperlukan penggalian
berkarakter kerakyatan dengan produk terhadap sistem ekonomi yang mempunyai
transaksi mudharabah dan transaksi jual beli feature unique dalam mendukung terwujudnya
yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga demokrasi ekonomi. Salah satunya adalah
keuangan syari’ah memastikan keterkaitan pengembangan sistem ekonomi yang
sektor moneter dan sektor riil. Hal ini sangat berdasarkan nilai-nilai Islam. Pentingnya
berlainan dengan sistem ekonomi pengkajian ini didasarkan pada adanya
konvensional yang perkembangan sektor perkembangan baru yang cukup berarti dan
positif dalam khazanah hukum ekonomi di
moneternya tidak terkait dengan sektor riil.
Indonesia. Perkembangan baru yang
Bagaimanapun sektor financial tidak akan
dimaksudkan adalah mulai diperkenalkannya
pernah lepas kaitan dengan sektor riil. Jika
dan diaplikasikannya sistem ekonomi syari’ah,
dalam kenyataannya kedua sektor ini telah yang mau tidak mau memengaruhi
mengalami lepas kaitan, maka umat manusia perkembangan hukum ekonomi Indonesia.
tinggal menunggu kehancuran peradaban. Sistem ekonomi Indonesia yang
Konsep hukum ekonomi syari’ah bertumpu pada sistem ekonomi campuran,
menjaga keseimbangan sektor riil dan sektor belum mendukung secara kondusif
moneter. Bahkan studi-studi tentang sistem
36
ekonomi syari’ah menggarisbawahi bahwa Jusmaliani dan Muhammad Soekarmi (ed.), Op.Cit.,
masalah fiskal merupakan yang utama dan hlm.37.
37
Politik hukum ekonomi adalah kebijakan dasar yang
mendapatkan penekanan lebih di banding dibuat berkaitan dengan perekonomian, karena tujuan
masalah moneter. Penekanan sistem ekonomi dari pembuatan peraturan perundang-undangan
(selanjutnya disebut dengan Undang-undang (UU)
adalah untuk melengkapi regulasi dalam kegiatan
35
Adi Sulistiyono, Op.Cit., hlm.72. perekonomian di suatu negara.
90 Syaugi Mubarak Seff Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul
38 39
M. Umer Chapra,2001, The Future of Economics, An Tegus Sulistia, Op.Cit., hlm.112.
40
Islamic Perspektive, Landasan Baru Perekonomian Wilopo dan Widjojo Nitisasro, 1995, The Socio-
Masa Depan, Shari’ah Economics and Banking Institute, Economic Basis of the Indonesia State, Modern
Jakarta, hlm. 59. Indonesia Project, Cornell University, Ithaca, hlm.20.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 2 91
masyarakat Indonesia. Ini berarti bahwa Adanya unsur moral atau etika, yang
prinsip kemitraan adalah bersumber dari nilai- merupakan bagian terpenting dari landasan
nilai sosial yang hidup dalam masyarakat semua agama, adalah merupakan unsur
Indonesia.41 Dalam perspektif Islam, terpenting dan mempunyai pengaruh yang
kerjasama kemitraan (partnership) merupakan besar dalam menciptakan kesejahteraan yang
karakter dalam masyarakat ekonomi Syari’ah. merata berdasarkan keadilan dan
Konsep kemitraan ini tampak dalam kemakmuran.47
operasionalisasi lembaga keuangan syari’ah, Nilai-nilai etika atau moral48 dalam
seperti perbankan syari’ah, di mana lebih kegiatan ekonomi syari’ah ditandai dengan
menampilkan profil kebersamaan dalam adanya larangan untuk melakukan kegiatan
menanggung resiko usaha dan bagi hasil ekonomi yang bertentangan dengan prinsip
melalui deposito mudharabah dan tabungan syari’ah. Di dalam penjelasan Pasal 2 UU
mudharabah serta pembiayaan mudharabah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
dan pembiayaan musyarakah dengan sistem Syari’ah disebutkan bahwa perbankan syari’ah
bagi hasil. 42 Dalam sistem, kerja sama dalam melakukan kegiatan usahanya tidak
ekonomi dibangun dengan sikap bahu boleh mengandung unsur riba,49 maisir,50
membahu (sharing) dalam menghadapi gharar51, haram,52 dan zhalim.53 Nilai-nilai
ketidakpastian dalam dunia usaha. Konsep moral dalam sistem perbankan syari’ah yang
kebersamaan (ta’awun) dalam menghadapi dikedepankan adalah shiidiq,54 tabligh,55
ketidakpastian merupakan salah satu prinsip amanah,56 dan fathanah.57
yang sangat mendasar dalam yang dianggap
dapat mendukung aspek keadilan.43 47
Zainuddin Ali, 2008, Hukum Ekonomi Syari’ah, Sinar
Kedua, sistem ekonomi syari’ah Grafika, Jakarta, hlm.146.
48
dipenuhi oleh rangsangan-rangsangan moral Di sini istilah ‘etika’ dan ‘moral’ diangap sama saja,
sebab kata asalnya, yakini ethos (Yunani) dan mores
yang didasarkan pada nilai-nilai agama. Sistem (latin), maknanya sama. Ethos dan mores sama-sama
ekonomi syari’ah tampak memberi penekanan berarti adat kebiasaan. Lihat Liek Wilardjo, 1996, Ilmu
terhadap etika bisnis. Hal ini dikarenakan etika dan Teknologi, Bunga Rampai, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta, hlm.159.
merupakan satu bagian yang tidak bisa 49
Kaidah pelarangan riba, menganjurkan pembiayaan
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, bersifat bagi hasil (equity based financing) dan
khususnya dunia bisnis.44 Konsep etika bisnis, melarang riba. Diharapkan produk-produk non riba ini
akan mendorong terbentuknya kecendrungan
yang di dalamnya mengandung prinsip
masyarakat untuk tidak bersikap memastikan dan
otonomi, prinsip kejujuran, prinsip tidak bergeser kearah sikap untuk berani menghadapi resiko.
berbuat jahat, prinsip keadilan dan prinsip 50
Kaidah pelarangan maisir atau judi tercermin dari
hormat pada diri sendiri,45 jelas merupakan kegiatan bank yang melarang investasi yang tidak
memiliki kaitan dengan sektor riil. Kondisi ini akan
suatu konsep yang sifatnya universal bagi membentuk kecendrungan masyarakat untuk
manusia sebagai pemandu dalam kegiatan menghindari spekulasi di dalam aktivitas investasinya.
ekonomi sehari-hari.46
51
Kaidah pelarangan gharar, mengutamakan
transparansi dalam bertransaksi dan kegiatan operasi
Pentingnya etika atau moral ini juga
lainnya dan menghindari ketidakjelasan
diakui oleh tokoh-tokoh ekonomi konvensional. 52
Kaidah pelarangan haram, adalah untuk menghindari
transaksi yang obyeknya dilarang dalam syari’ah.
53
Kaidah pelarangan zhlmim adalah untuk menghindari
41
Syahril Syabirin, Op.Cit., hlm.402. segala transaksi yang bisa menimbulkan ketidakadilan
42
Wirdyaningsih, 2005, Bank dan Asuransi Islam di bagi pihak lainnya.
54
Indonesia, Kencana, Jakarta, hlm.198. Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank Syari’ah
43
Hirsanuddin, 2008, Hukum Perbankan Syari’ah di dilakukan dengan moralitas yang menjunjung tinggi
Indonesia Pembiayaan Bisnis Dengan Prinsip nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan dana
Kemitraan, Genta Press, Yogyakarta, hlm.117-118. masyarakat akan dilakukan dengan mengedepankan
44
Iwan Triyuwono, 2006, Perspektif, Metodologi, dan cara-cara yang diperkenankan (hlmal) serta menjauhi
Teori Akuntansi Syari’ah, RajaGrafindo Persada, cara-cara yang meragukan (subhat) terlebih lagi yang
Jakarta, hlm.73 bersifat dilarang (haram).
45 55
Lihat dalam Sony Keraf, 1993, Etika Bisnis, Kanisius, Tabligh, secara berkesinambungan melakukan
Yogyakarta, hlm.70-75. sosialisasi dan mengedukasi masyarakat mengenai
46
Adi Sulistiyono, Op.Cit., hlm.78. prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan Syari’ah.
92 Syaugi Mubarak Seff Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul
Demokrasi ekonomi sebagai sebuah sistem ekonomi syari’ah bukan sekedar sebuah
corak sistem ekonomi Indonesia dalam sistem hukum, tetapi sistem yang lengkap
perspektif ekonomi syari’ah sesungguhnya yang mencakup hukum dan moralitas (etika).61
mencerminkan adanya nilai-nilai moral di Standar moral dalam sistem ekonomi
dalamnya. Demokrasi ekonomi sesungguhnya syari’ah yang prinsipnya didasarkan atas asas
mengandung kaedah hukum58 (juridische keadilan dan kemanfaatan bagi seluruh umat,
wetten) dan kaidah moral59 (morele wetten) sejalan dengan pandangan Mubyarto yang
yang harus dapat digandeng bersama-sama. mengetengahkan konsep ”ekonomi moral”
Keberadaan nilai-nilai moral dalam demokrasi yang bertumpu pada efisiensi dan keadilan.62
ekonomi sebagai sebuah sistem ekonomi Keadilan adalah merupakan satu dari nilai-nilai
kerakyatan atau kekeluargaan, menunjukkan dasar yang menjadi sistem hukum ekonomi
bahwa perlunya sistem hukum yang mengacu syari’ah yang didasarkan pada asas-asas
pada nilai-nilai Pancasila, yaitu sistem hukum pokok filsafat hukum Islam. Nilai dasar lainnya
yang tidak mengandalkan pada rule of law, adalah pemilikan dan keseimbangan.63
tetapi lebih menaruh perhatian pada rule of Ketiga, dalam rangka penggalian sumber
moral atau rule of justice. Sistem hukum yang daya nasional, maka dalam ekonomi syari’ah
demikian mengacu pada nilai-nilai spritual. Di diperkenalkan instrumen zakat. Zakat adalah
sinilah pentingnya memahami demokrasi jembatan penghubung antara aktivitas
ekonomi dalam sistem hukum ekonomi manusia yang profan (dunia) dan suci
syari’ah, karena ”syari’ah”60 sebagai tolak ukur (ukhrowi), dimana ia merefleksikan kesadaran
diri manusia bahwa segala bentuk kegiatan
profan selalu terkait erat dengan kedudukan
Dalam melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya
mengedepankan pemenuhan prinsip syari’ah semata, manusia dihadapan Tuhan kelak di akherat.64
tetapi juga harus mampumengedukasi masyarakat Dalam sistem ekonomi syari’ah, zakat
mengenai manfaat bagi pengguna jasa perbankan tidak mempunyai pengaruh terhadap
Syari’ah. penawaran. Ini berbeda dengan pajak, di
56
Amanah, menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian
dan kejujuran dalam mengelola dana yang diperoleh
mana pajak mengakibatkan biaya komponen
dari pemilik dana (shahibul mal) sehingga timbul rasa meningkat. Penggunaan zakat (perniagaan)
saling percaya antara pihak pemilik dan pihak membuat prilaku memaksimalkan keuntungan
pengelola dana investasi (mudharib). berjalan seiring dengan memaksimalkan zakat.
57
Fathanah,memastikan bahwa pengelolaan bank Jika dikaitkan dengan sisi pemanfaatan zakat
dilakukan secara professional dan kompetitif sehingga
menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat untuk kegiatan produktik dari mustahik (yang
resiko yang ditetapkan oleh bank. Lihat dalam Cetak berhak menerima zakat), dapat diduga bahwa
Biru Pengembangan Perbankan Syari’ah Indonesia, zakat yang diberikan itu akan membuka
hlm.9. peluang untuk dapat memproduksi sesuatu.
58
Kaidah hukum lazimnya diartikan sebagai peraturan
hidup yang menentukan bagaimana manusia itu
Karena zakat yang disalurkan biasanya
seyogyanya berprilaku, bersikap dan bertindak di berbentuk qardhun hasana (dipraktikkan
tengah-tengah masyarakat agar kepentingan dalam perbankan syari’ah), maka tidak ada
hukumnya dan kepentingan hukum orang lain itu
terlindungi. Kaidah hukum pada hakekatnya
merupakan perumusan suatu pandangan obyekif yang atau hasil pemahaman atas dasar ketentuan tersebut,
berlaku menyeluruh mengenai penilaian atau sikap untuk dijadikan pegangan oleh umat manusia lainnya,
yang seyogyanya dilakukan atau tidak dilakukan, yang orang Islam dan non-Muslim, dengan alam, maupun
dilarang atau yang dianjurkan untuk dijalankan. Lihat dalam menata kehidupan ini. Dalam arti sempit,
Ahmad Kamil dan M.Fauzan dalam Kaidah-Kaidah syari’ah adalah merupakan norma-norma hukum yang
Hukum Yurisprudensi, (Jakarta:Kencana,2008), hlm.3. mengatur tingkah laku manusia dimana menyangkut
59
Kaidah atau norma moral meliput norma susila, norma kewajiban, hak, perintah dan larangan. Syari’ah dalam
agama dan norma kesopanan, yang lahir dari dalam arti sempit ini lazimnya diidentikkan dan diterjemahkan
diri manusia sendiri, yaitu berupa hasrat untuk hidup sebagai hukum Islam. Lihat dalam Mahmud Syalthout,
pantas, untuk hidup sepatutnya. 1966, al-Islam Aqidah wa al-Syari’ah, Dar al-Qalam,
60
Sebagai suatu istilah, syari’ah digunakan dalam arti hlm. 12.
61
yang luas dan sempit. Syari’ah dalam arti luas adalah Iwan Triyuwono, Op.Cit, hlm.80.
62
“segala ketentuan Allah yang disyari’atkan bagi hamba- Mubyarto,1998, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia,
hamba-Nya baik menyangkut aqidah, ibadah, akhlaq LP3ES, Jakarta, hlm.13
63
dan muamalah. Menurut Mahmud Syalthut, syari’ah Zainuddin Ali, Op.Cit., hlm.4.
64
adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah, Iwan Triyuwono, Op.Cit, hlm.194.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 2 93
biaya atas penggunaan zakat sebagai faktor hukum dapat memberikan keadilan, kepastian
produksi. Dengan demikian, mustahik yang dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
menjadi produsen dengan dana zakat pelaku ekonomi pada umumnya. Hukum
produktif dapat menawarkan barang/jasa ekonomi tidak hanya bersumber dari dari asas-
dengan biaya yang lebih kompetitif, akibatnya asas hukum publik dan asas-asas hukum
akan meningkatkan penawaran.65 perdata tetapi juga dapat mengakomodasi
Pemahaman tentang demokrasi kebutuhan hukum yang ada yang diambil dari
ekonomi dalam sistem ekonomi syari’ah asas-asas yang ada dalam hukum ekonomi
sesungguhnya dimaknai pada aspek adanya syari’ah.
relevansi antara aspek spritualitas dengan
gejala-gejala materi. Atau dengan perkataan KESIMPULAN DAN SARAN
lain bahwa demokrasi ekonomi dalam sistem
ekonomi syari’ah menggabungkan dimensi A. Kesimpulan
duniawi (material) dan dimensi ukhrowi Sistem ekonomi Indonesia adalah
(duniawi). Sehingga hukum nasional yang sistem ekonomi Pancasila yang identik dengan
ditampilkan dalam mengatur bidang ekonomi demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi yang
tidaklah diperlakukan sebagai ”hukum dunia” dimaksud adalah demokrasi Pancasila yang
yang hadir dalam kehidupan yang fana dan mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
eksistensinya harus dipisahkan dari ”hukum pertama, perekonomian Pancasila digerakkan
akherat”. Hal ini diperlukan setidaknya oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial
membantah adanya doktrin yang mengajarkan dan yang paling penting adalah moral, kedua,
perlunya perlakuan terhadap hukum nasional perekonomian Pancasila ada hubungannya
sebagai ”hukum dunia” yang dipisahkan dengan Tuhan YME sehinga dalam Pancasila
dengan ”hukum akherat”.66 Demokrasi terdapat solidaritas sosial, ketiga:
ekonomi difungsikan sebagai kekayaan ruhani perekonomian Pancasila berkaitan dengan
masyarakat, di mana ia tidak berawal dan persatuan Indonesia, yang berarti
berasal dari ranah manusiawi, tetapi dari nasionalisme menjiwai kebijakan ekonomi,
ranah kodrati, ilahi. keempat: sistem perekonomian Pancasila
Sistem ekonomi syari’ah menekankan tegas dan jelas adanya keseimbangan antara
konsep manfaat pada setiap kegiatan perencanaan sentral (nasional) dengan
ekonomi, yang setiap kegiatan termasuk tekanan pada desentralisasi di dalam
proses transaksi harus mengacu pada konsep pelaksanaan kegiatan ekonomi.
maslahat dan menjunjung tinggi asas keadilan. Sistem ekonomi syari’ah memberikan
Sebagai realisasi dari konsep syari’ah, pada kepentingan utama pada nilai-nilai moral,
dasarnya sistem ekonomi/perbankan syari’ah persaudaraan manusia, dan keadilan sosial
memiliki tiga ciri yang mendasar yaitu prinsip ekonomi. Sistem ekonomi syari’ah lebih
keadilan, menghindari kegiatan yang dilarang mengarah kepada peran mengintegrasikan
dan memperhatikan aspek kemanfaatan. nilai-nilai dan institusi-institusi, pasar,
Ciri-ciri inilah yang diangkat dalam keluarga, masyarakat dan negara untuk
peraturan di bidang ekonomi syari’ah. menjamin terealisasinya falah atau
Perangkat peraturan yang diturunkan atau kesejahteraan untuk semua. Ini menekankan
dihasilkan dalam asas-asas hukum ekonomi pentingnya perubahan sosial melalui perbaikan
merupakan perangkat hukum yang ideal individu dan masyarakat, tanpa menimbulkan
secara filosofis, yuridis, dan sosiologis karena ketidakadilan di dalam pasar dan negara.
memberikan keadilan, kepastian dan Sistem ekonomi syari’ah menyediakan
pengaturan yang berlaku baik bagi produsen seperangkat kaedah dan norma untuk
maupun kepada konsumen sebagai unsur mendukung terwujudnya demokrasi ekonomi,
pelaku ekonomi. Dengan demikian, perangkat yaitu: pertama; prinsip kemitraan
(partnership), kedua; adanya rangsangan-
65
Mustafa Edwin Nasution, dkk, 2007, Pengenalan rangsangan moral, ketiga; adanya fungsi
Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana, Jakarta, hlm.96 sosial.
66
Soetandyo Wignjosoebroto, 2007, Hukum Dalam
Masyarakat, Rajawali Press, Jakarta, hlm. 52.
94 Syaugi Mubarak Seff Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul
Solator Sopater dkk, 1998, Perekonomian Tegus Sulistia, 2006, Aspek Hukum Usaha
Indonesia Menyongsong Abad XXI, Kecil Dalam Ekonomi Kerakyatan,
Penebar Swadaya, Jakarta. Andalas University Press, Padang.
Sony Keraf, 1993, Etika Bisnis, Kanisius, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000
Yogyakarta. tentang Program Pembangunan
Sri-Edi Swasono, 2007, Indonesia is not for Nasional 2000-2004.
Sale: Sistem Ekonomi Nasional Untuk Wirdyaningsih, 2005, Bank dan Asuransi
Sebesar-besar Kemakmuran Rakyat, Islam di Indonesia, Kencana, Jakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Wilopo dan Widjojo Nitisasro, 1995, The
Nasional, Jakarta. Socio-Economic Basis of the Indonesia
Sri Redjeki Hartono, 2007, Hukum Ekonomi State, Modern Indonesia Project,
Indonesia, Bayumedia Publishing, Cornell University, Ithaca.
Malang. Zainuddin Ali, 2008, Hukum Ekonomi
Syahril Sabirin, 2003, Perjuangan Keluar Syari’ah, Sinar Grafika, Jakarta.
Dari Krisis, BPEF, Yogyakarta.
Sukarmi, 2008, Hand Out Bahan Ajar Hukum
Peraturan Perundang-undangan
Ekonomi Program Doktor Ilmu Hukum
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008
Unversitas Brawijaya Malang.
tentang Perbankan Syari’ah.