Professional Documents
Culture Documents
Ac - Tugas Case Study Kelompok 7 Global Compe
Ac - Tugas Case Study Kelompok 7 Global Compe
Oleh Kelompok 7
Juna Patulen (A021191168)
M.Aqsha Afilla (A021191147)
F. Kesimpulan
Masalah yang terdapat pada kasus global compensation practice at McDonald’s
berkaitan dengan peran manajer sumber daya manusia. Pada tahun 2003, McDonald’s
meluncurkan inisiatif yang dirancang untuk melakukan hal itu. Dengan memberikan
prinsip dan bimbingan, namun mengizinkan manajer lokal untuk menyesuaikan program
kompensasi mereka untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar lokal, McDonald’s
juga mengklaim telah mengalami penurunan omset. Permasalahan kedua yaitu
perusahaan yang mengubah sistem penilaian kinerja, serta masalah terkait kompensasi
yang diterima para karyawan dari hasil kinerja mereka dalam meningkatkan omset
perusahaan. Pembahasan teori / konsep yang relavan dengan kasus. Berdasarkan kasus
global compensation practice at McDonald’s, dimana kasus ini membahas tentang
bagaimana para manajer dapat meningkatkan omset perusahaan dengan mencapai target
yang telah ditentukan, dan juga dibahas tentang kompensasi yang akan didapatkan para
karyawan jika dapat mencapai target yang telah ditentukan. Oleh karena itu teori / konsep
yang akan dibahas yaitu terkait dengan penilaian kinerja karyawan, kompensasi dan
bonus tahunan untuk karyawan karena telah dapat mencapai target. Konsep penilaian
kinerja. Kegiatan yang satu ini sangat perlu dilakukan oleh setiap perusahaan agar bisa
mengevaluasi kinerja dan meningkatkan produktivitas dari karyawan. Rivai juga pernah
memberikan definisi untuk penilaian kinerja, yaitu proses penetapan pemahaman bersama
mengenai apa yang akan dicapai. Kriteria efektifitas penilaian kinerja. Berikut ini
beberapa kriteria yang harus diketahui :. A. Kriteria pertama yaitu sensitivitas. Dalam
kriteria ini, sistem penilaian yang dilakukan seharusnya bisa memberikan perbedaan di
antara pegawai yang memang efektif dan tidak efektif. B. Selanjutnya ada sifat dapat
diandalkan, yaitu dari hasil penilaian yang diperoleh harus menunjukkan konsistensi yang
tinggi. C. Kriteria efektivitas penilaian kinerja selanjutnya adalah relevan. Saat dalam
proses penilaian kinerja, harus terdapat kaitan yang sangat jelas antara standar tampilan
kerja dan tujuan utama dari perusahaan. D. Selanjutnya ada kepraktisan, yaitu dapat
dengan mudah untuk dimengerti dan digunakan. Prosesnya harus dimengerti, baik oleh
manajer dan karyawan, serta bahasa yang digunakan jelas dan tidak rumit. E. Selanjutnya
yaitu proses penilaian kinerja. Proses penilaian kinerja memiliki beberapa proses yang
harus dilakukan. A. Jadi, mereka juga akan lebih mudah saat menjelaskan seperti apa
pekerjaannya, tanggung jawab apa saja yang dimiliki, serta seperti apa kondisinya saat
bekerja. Selain itu, bisa diketahui seperti apa pemahaman dari karyawan mengenai tugas
pekerjaannya serta tanggung jawab yang dimiliki. B. Proses penilaian kinerja sebenarnya
memiliki empat metode yang perlu diterapkan. C. Proses penilaian kinerja selanjutnya
yaitu dilihat dari standar kinerja. Hal yang satu ini digunakan untuk membandingkan
hasil kerja dengan standar yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Proses penilaian
kinerja memang memiliki sejumlah manfaat yang baik bagi untuk karyawan maupun
perusahaannya. A. Sehingga, bila ada karyawan yang berprestasi, bisa langsung diberikan
apresiasi. B. c. Mencegah adanya kesalahpahaman yang berkaitan dengan kualitas dan
hasil kerja yang sudah dilakukan. D. Dapat memberikan informasi yang jelas mengenai
hasil pekerjaan yang sudah dilakukan oleh karyawan. Kompensasi berbentuk uang,
artinya gaji dibayar dengan sejumlah uang kartal kepada karyawan yang bersangkutan.
Misalnya gaji dibayar 10% dari produksi yang dihasilkan. A. Upah merupakan basis
bayaran yang kerap digunakan bagi pekerja-pekerja produksi dan pemeliharaan. B.
Insentif, (incentive) merupakan tambahan-tambahan gaji diatas atau diluar gaji atau upah
yang diberikan oleh organisasi. C. d. a. b. Kompensasi non financial, berupa pekerjaan
(tugas-tugas yang menarik, tantangan, tanggung jawab, pengakuan dan rasa pencapaian).
Lingkungan kerja (kebijakan-kebijakan yang sehat, supervise yang kompoten, kerabat
yang menyenangkan, lingkungan kerja yang nyaman). A. b. c. d. Memperoleh karyawan
yang bermutu. E. f. g. Kriteria keberhasilan sistem kompensasi, menurut Irianto
(2001:103) dalam mengukur keberhasilan implementasi sistem kompensasi, terdapat satu
pertanyaan esensial yang harus dijawab, yaitu : “Apa yang seharusnya dapat dicapai
organisasi dengan menerapkan sebuah sistim kompensasi tertentu?”. A. b. c. Menarik dan
dapat mempertahankan individu yang berkompeten sesuai dengan standar keahlian yang
ditetapkan. D. Menetapkan spektrum yang lebih luas atas perilaku tugas (task behavior)
yang diinginkan dari seluruh anggota organisasi. E. f. Sejalan dengan hukum atau
perundang-undangan yang berlaku dalam suatu wilayah yuridisdiksi tertentu dimana
organisasi berada. G. Dapat mencapai ke-enam kreteria tersebut dengan biaya yang
proposional sesuai dengan kondisi keuangan internal. Dapat mencapai ketujuh kreteria
tersebut diatas dalam kondisi dengan penggunaan biaya yang paling efektif. Bonus
tahunan karyawan. Apabila pembayaran gaji pokok biasanya dilakukan setiap bulan,
maka pembayaran bonus tahunan ini dilakukan secara bervariasi, tergantung pada
kriteria-kriteria seperti : omset tahunan perusahaan, atau jumlah pelanggan yang
diperoleh, atau nilai saham perusahaan saat ini. Bonus Tahunan adalah sebuah
pembayaran kompensasi variabel, biasanya dalam bentuk uang tunai, yang diberikan
kepada karyawan jika kinerja tahunan perusahaan melebihi target keuangan dan non-
keuangan yang ditentukan. Ukuran bonus umumnya dinyatakan sebagai persentase dari
gaji pokok dan mungkin memiliki minimum yang dijamin dan maksimum tertentu.
Karena tak pernah diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan, bonus bukan
merupakan kewajiban perusahaan atas karyawan, melainkan hanya bagian dari kebijakan
reward and punishment perusahaan–memberi hadiah bagi yang bekerja dengan baik dan
memberi hukuman bagi yang merugikan perusahaan. Umumnya bonus tahunan diberikan
dalam bentuk uang untuk mendongkrak motivasi dan loyalitas karyawan. Lalu bagaimana
cara menghitung bonus tahunan karyawan secara adil? Pada prinsipnya, bonus dihitung
berdasarkan gaji, masa kerja, jabatan, departemen, dan surat peringatan. Analisis kasus,
dukung dengan contoh-contoh dan data yang relavan. McDonald’s telah terdapat di 118
negara di seluruh dunia sebelum tahun 2004, dimana perusahaan berkonsultasi dengan
semua negara tersebut dalam menetapkan kompensasi. Kelompok cepat adalah yang
terbesar – restoran lokal McDonald yang biasanya mempekerjakan antara 50 dan 65
orang. Di restoran awak merupakan posisi entry-level dan yang paling banyak . Dari
permasalahan pada kasus untuk dapat memberikan kompensasi kepada para karyawan,
tentunya didasarkan pada kinerja karyawan tersebut, agar karyawan dapat memiliki
kinerja yang baik, maka perlu adanya pelatihan kepada para karyawan McDonald’s.
Pekerja Berakhir tingkat yang pertama yang diambil melalui dasar Sistem Pelatihan
Crew. Langkah pertama adalah Kursus Dasar Operasi, yang membutuhkan waktu
beberapa bulan untuk menyelesaikan. Ini adalah kursus yang meliputi pendapat restoran
mendasar. Semua manajer diwajibkan untuk menerima pelatihan dari Universitas
hamburger setidaknya sekali setiap 5 tahun . Perusahaan ini memiliki rencana untuk
program sertifikasi yang akan mengatur bagaimana kemajuan karyawan dari kru untuk
tingkat manajer restoran . Individu yang ingin bersenang-senang Sementara memberikan
pelayanan yang cepat akurat dan ramah. Jika Anda tertarik untuk menjadi bagian dari
Tim McDonald , berikut adalah beberapa tugas yang dapat diperlukan dari Anda . •
Bersih dan Rapi menjadi pemicu . Barangkali banyak yang sepaham kalau McDonald
bisa sebesar sekarang ini, tentulah memiliki kunci rahasia maupun “kunci sukses” dalam
manajemennya. Selain itu, Rich juga menyebutkan perusahaan juga mengambil perhatian
yang besar untuk menumbuhkan pemimpin dalam perusahaan. Alasan mempercepat
pengembangan program untuk pemimpin yang berpotensi tinggi ini diharapkan akan bisa
meningkatkan retensi, membantu memberikan McDonald kontinuitas dan fokus pada
bisnis. “Kami memastikan untuk menjaga standar tinggi. Juga, berlaku untuk para talent,
di mana ketika kita berbicara tentang orang-orang yang “siap sekarang” dan “siap di
masa depan”, maka sudah seharusnya yang “siap sekarang” adalah kandidat terbaik
ketimbang talent yang incumbent dari waktu ke waktu,” ujar Rich sambil menambahkan,
”dan, jika setiap kali Anda telah menempatkan seseorang di posisi yang tepat, itu sama
artinya akan meningkatkan kemampuan organisasi Anda”. Rich juga berbagi bagaimana
McDonald beradaptasi dengan semua perubahan yang terjadi dalam demografi,
globalisasi dan teknologi. Rich juga menyampaikan, pihaknya sedang mempersiapkan
pemimpin untuk apa yang akan mereka hadapi di masa depan, dengan program
percepatan pengembangan untuk berbagai tingkatan pemimpin. Yang cukup
membanggakan bagi Rich, banyak karyawan umumnya bekerja di McDonald dalam
jangka panjang. Jadi, saya pikir kombinasi dari semua hal yang mengedepankan
kerjasama tim menjadi kekuatan tersendiri,” imbuhnya. Tentang apa yang akan
dikerjakan untuk kepemimpinan masa depan di McDonald, 10-15 tahun dari sekarang,
Rich menyampaikan CEO dan COO telah mencanangkan strategi yang dipercaya akan
membantu kinerja organisasi. Ketiga, kami ingin memastikan bahwa setiap kali kita
mengisi pekerjaan utama yang kami tempatkan tetaplah bagian dari proses disiplin dan
ketelitian. Hal ini membantu kami untuk meningkatkan kemampuan dalam mengisi posisi
di pekerjaan kritis, dan rasanya tidak ada yang lebih penting dari ini. Sylvano Damanik,
Managing Director Haygroup kepada portalHR.com memberikan tanggapannya bahwa
pola managing performance yang dilakukan oleh McDonald layak mereka klaim sebagai
salah satu hal yang membuat konsistensi mutu produk dapat dipertahankan di manapun
produk itu disajikan. Sylvano menambahkan pola ini memang bukanlah sesuatu yang
baru.