Professional Documents
Culture Documents
Pendekatan Kelembagaan Dalam Ilmu Politi
Pendekatan Kelembagaan Dalam Ilmu Politi
PENDEKATAN
KELEMBAGAAN DALAM
ILMU POLITIK
Oleh:
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
I. PENDAHULUAN
Ilmu politik telah mengalami perkembangan yang menarik sebagai sebuah
disiplin ilmu. Pada masa-masa ilmu ini berkembang, bahkan sampai dengan saat
ini, banyak ilmuwan yang menganggap disiplin ilmu politik kurang kuat bila ingin
disebut sebagai ilmu pengetahuan. Perkembangan tersebut diwarnai oleh adanya
perdebatan di antara para ilmuwan politik yang berbeda pandangan tentang apa
yang seharusnya menjadi obyek utama dalam kajian ilmu politik dan bagaimana
cara mempelajari obyek studi tersebut. Perdebatan yang terjadi di dalam disiplin
ilmu politik tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan dalam persepsi tentang
persyaratan-persyaratan bagi sebuah disiplin ilmu. Adanya pendekatan-
pendekatan yang lahir dari para teoritisi politik bisa membantu kita untuk
memetakan bagaimana sebuah teori-teori politik bisa dibentuk. Keilmiahan ilmu
politik juga mendapat tantangan dengan keharusan adanya metodologi yang
digunakan. Pendekatan perilaku yang muncul setelah pendekatan kelembagaan
hadir untuk membawa ilmu politik lebih ilmiah dan bisa diterima sebagai sebuah
ilmu pengetahuan.
Ada begitu banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam mempelajari
ilmu politik. Dalam makalah ini yang akan dibahas adalah tentang pendekatan
kelembagaan. Pendekatan kelembagaan adalah pendekatan yang mempelajari
ilmu politik yang lebih berfokus pada lembaga pemerintah yang ada pada suatu
negara. Namun pendekatan ini seringkali dianggap tidak memiliki sifat empirik
sehingga tidak begitu mendukung ilmu politik sebagai sebuah ilmu pengetahuan.
Pendekatan kelembagaan ini muncul karena kebijakan publik dianggap
mempunyai hubungan yang cukup erat dengan lembaga pemerintah.
Dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah mengenai:
Karakteristik dari pendekatakan kelembagaan.
Relevansi pendekatan kelembagaan dengan perkembangan ilmu
politik.
2
II. PEMBAHASAN
Pendekatan Kelembagaan
3
yang ideal dan harus dijalankan tanpa melihat kembali bagaimana relevansi dan
signifikansinya di dalam realita.
4
kekuatan untuk mempengaruhi hanya bisa terjadi melalui representasi pemerintah
yang ada dalam sebuah negara.1
Setidaknya, ada lima karakteristik atau kajian utama pendekatan ini 2,
yakni:
1
David E.Apter , Introduction to Political Analysis (Massachusetts: Winstrop Publisher, Inc,
1977) hal.163.
2
Subakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Grasindo, 1992) hal.131.
5
berbeda di tiap negara bisa menyebabkan fungsi yang berbeda dari lembaga yang
pada dasarnya sama.3 Ini yang menjadi masalah ketika kita harus melihat realita
dari perkembangan dunia setelah Perang Dunia II dan juga Cold War yang banyak
membahas mengenai negara-negara Dunia Ketiga dengan sejarah yang jauh
berbeda.
Dari lima karakteristik yang telah disebutkan di atas, poin good
government menjadi sebuah hal yang manarik. Pendekatan ini seperti yang telah
disebutkan sebelumnya sangat mengacu pada peran sentral lembaga negara dalam
politik. Saat ini perkembangan yang terjadi adalah diskusi yang ada tidak lagi
membahas mengenai good government tetapi good governance. Sehingga agak
sulit ketika kita ingin membahas mengenai bagaimana sebuah kebijakan atau
keputusan itu bisa diambil di dalam kondisi politik pada zaman ini bila kita
mengacu pada pendekatan ini. Ini disebabkan pengambilan keputusan saat ini
sudah semakin banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Miriam Budiarjo pada masa berkembangnya pendekatan ini
penelitian mengenai kekuasaan belum berkembang. 4 Kita bisa mengacu pada
penjelasan Apter terkait masalah ini. Dalam bukunya, Introduction to Political
Analysis, Apter menjelaskan bahwa para penganut pendekatan kelembagaan ini
mengasumsikan bahwa kekuasaan bersifat privat, dapat digunakan secara
kooperatif untuk menguntungkan baik yang memerintah maupun yang diperintah
dan peran pemerintah begitu penting adanya. 5 Bisa kita asumsikan bahwa para
teoritisi kelembagaan hanya melihat kekuasaan dari sebuah kewenangan yang
dimiliki oleh pemerintah sebagai lembaga tertinggi negara. Tidak berkembangnya
penelitian tentang kekuasaan tersebut dengan demikian disebabkan lagi-lagi
karena pendekatan ini terlalu deskriptif dalam menjelaskan politik yang sebatas
pada kewenangan masing-masing baik pemerintah maupun lembaga politik.
3
Miriam Budiarjo, “Pendekatan-Pendekatan dalam Ilmu Politik,” Jurnal Politik, 1 (1989), hal.4.
4
Ibid., hal.5.
5
David E. Apter, Op.Cit., hal. 147.
6
Relevansi dalam Ilmu Politik
7
aktor-aktor politik maupun masyarakat. Pendekatan kelembagaan dapat
membantu kita sebagai pedoman dalam melihat fungsi-fungsi negara tersebut
dengan penjelasannya yang deskriptif dan historis.
Salah satu peninggalan paling penting yang dihasilkan oleh pendekatan
kelembagaan adalah bagaimana merumuskan sistem pemerintahan presidensial
dan parlementer. Kedua sistem ini terus menjadi perdebatan karena menyangkut
representasi politik dalam sebuah negara dan pembagian kekuasaan. Kedua sistem
ini juga yang menjadi pilihan sebuah negara yang menganut sistem demokrasi.
Sehingga pakem yang telah dibuat dari kedua sistem ini menjadi dasar bagi
perkembangan ilmu politik dalam menganalisa sistem pemerintahan di sebuah
negara.
Kajian perbandingan politik juga banyak sekali mengacu pada pendekatan
ini. Fokus yang perbandingan politik adalah membandingkan unit-unit politik
maupun sistem politik antar dua negara atau lebih. Unit yang biasa diteliti
meliputi partai politik, lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dalam metode
perbandingan kita memerlukan pengertian deskriptif terlebih dahulu perihal
fungsi-fungsi unit tersebut sebelum bisa membandingkan bagaimana
penerapannya di tiap-tiap negara.
Di Indonesia sendiri pendekatan kelembagaan banyak digunakan di awal
berdirinya bidang ilmu politik. Dalam Jurnal Politik, Miriam Budiarjo
menjelaskan bahwa dosen-dosen politik di masa-masa awal banyak berasal dari
lulusan ilmu hukum. Mereka tidak mempelajari teori-teori politik tetapi lebih pada
praktisi yang sedikit banyak mengerti praktek-praktek politik. Itu sebabnya
pendekatan legal-formal menjadi warna ilmu politik awal di Indonesia karena
didominasi oleh orang-orang hukum. Barulah pada tahun 1960-an mulai banyak
berdatangan lulusan-lulusan luar negeri yang datang kembali ke Indonesia
membawa perspektif baru dalam melihat ilmu politik. Mereka inilah yang mulai
memasukkan pendekatan perilaku ke Indonesia dan mulai mengurangi pendekatan
legal-formal terdahulu. 8
8
Miriam Budiarjo, Op.Cit., hal 15.
8
III. KESIMPULAN
9
Daftar Pustaka:
10