You are on page 1of 10

METODOLOGI ILMU POLITIK

PENDEKATAN
KELEMBAGAAN DALAM
ILMU POLITIK
Oleh:

Edbert Gani 1206243141


Windy Christiani 1206242416

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2014
I. PENDAHULUAN
Ilmu politik telah mengalami perkembangan yang menarik sebagai sebuah
disiplin ilmu. Pada masa-masa ilmu ini berkembang, bahkan sampai dengan saat
ini, banyak ilmuwan yang menganggap disiplin ilmu politik kurang kuat bila ingin
disebut sebagai ilmu pengetahuan. Perkembangan tersebut diwarnai oleh adanya
perdebatan di antara para ilmuwan politik yang berbeda pandangan tentang apa
yang seharusnya menjadi obyek utama dalam kajian ilmu politik dan bagaimana
cara mempelajari obyek studi tersebut. Perdebatan yang terjadi di dalam disiplin
ilmu politik tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan dalam persepsi tentang
persyaratan-persyaratan bagi sebuah disiplin ilmu. Adanya pendekatan-
pendekatan yang lahir dari para teoritisi politik bisa membantu kita untuk
memetakan bagaimana sebuah teori-teori politik bisa dibentuk. Keilmiahan ilmu
politik juga mendapat tantangan dengan keharusan adanya metodologi yang
digunakan. Pendekatan perilaku yang muncul setelah pendekatan kelembagaan
hadir untuk membawa ilmu politik lebih ilmiah dan bisa diterima sebagai sebuah
ilmu pengetahuan.
Ada begitu banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam mempelajari
ilmu politik. Dalam makalah ini yang akan dibahas adalah tentang pendekatan
kelembagaan. Pendekatan kelembagaan adalah pendekatan yang mempelajari
ilmu politik yang lebih berfokus pada lembaga pemerintah yang ada pada suatu
negara. Namun pendekatan ini seringkali dianggap tidak memiliki sifat empirik
sehingga tidak begitu mendukung ilmu politik sebagai sebuah ilmu pengetahuan.
Pendekatan kelembagaan ini muncul karena kebijakan publik dianggap
mempunyai hubungan yang cukup erat dengan lembaga pemerintah.

Dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah mengenai:
 Karakteristik dari pendekatakan kelembagaan.
 Relevansi pendekatan kelembagaan dengan perkembangan ilmu
politik.

2
II. PEMBAHASAN

Pendekatan Kelembagaan

Sebelum kita sampai pada penjelasan pendekatan kelembagaan, ada


baiknya bagi kita untuk mengenal apa itu pendekatan. Konsep pendekatan adalah
satu di antara beberapa konsep penting dalam sbeuah analisa politik. Menurut
David E. Apter (1977) , pendekatan adalah sebuah kerangka berpikir yang
menjadi acuan dalam menganalisa, yang didalamnya memuat unsur nilai filosofis.
Sedangkan menurut Miriam Budiarjo (1987), sebuah pendekatan juga berfungsi
sebagai indikator dalam pemilihan masalah, serta membantu kita dalam memilah-
milah data yang akan kita gunakan. Karena itulah letak pendekatan berada di
urutan pertama dalam sebuah analisa politik. Baru setelah kita menentukan sebuah
pendekatan maka kita bisa masuk ke dalam teori, metode, teknik, dan seterusnya
hingga sampai pada sebuah research design. Sehingga pemilihan pendekatan
menjadi sebuah hal yang amat penting dalam analisa politik.
Pendekatan kelembagaan muncul dan berkembang sebelum Perang Dunia
II. Banyak pemikir-pemikir politik masa lampau yang mempengaruhi pendekatan
ini. Pemikiran seperti yang berasal dari para filsuf Yunani seperti Plato atau
Aristoteles sampai dengan filsuf politik modern diadopsi oleh pendekatan ini.
Sehingga pendekatan ini dianggap lebih berat pada landasan filosofis dari ilmu
politik. Pada awal perkembangannya, pendekatan ini berkembang sejalan dengan
ilmu hukum. Karena itu pada masanya pendekatan ini banyak mengambil
pembahasan mengenai mana yang „hitam dan mana yang „putih‟. Karena itulah
pembahasan yang menjadi turunan dari pendekatan ini memiliki kecenderungan
yang legal-formal.
Alasan mengapa legal adalah karena dalam pendekatan ini politik selalu
dikaitkan dengan persoalan hukum. Sehingga pembahasannya banyak mengacu
pada konstitusi dan hukum-hukum yang ada di dalam sebuah negara. Kita bisa
mengambil Indonesia sebagai contoh. UUD 1945 adalah dasar konstitusional
negara. Sehingga apa yang tercantum di dalam yang menjadi pembahasan analisa
politik. Seperti contohnya dasar negara, bentuk negara, sistem pemerintah kita,
dan lain sebagainya. Semua yang ada di UUD 1945 dianggap sebagai suatu hal

3
yang ideal dan harus dijalankan tanpa melihat kembali bagaimana relevansi dan
signifikansinya di dalam realita.

David E. Apter (1977). The Institutional Approach to Politics

Pendekatan ini disebut formal karena pembahasannya hanya seputar


lembaga-lembaga dan struktur politik yang formal. Pembahasan yang akan
muncul dengan demikian adalah mengenai lembaga eksekutif, legislatif, dan
yudikatif, partai-partai politik, sampai dengan sistem pemilu. Semuanya ini adalah
lembaga formal yang ketentuannya diatur oleh negara. Yang menjadi unit
analisanya adalah kewenangan dari tiap-tiap lembaga tersebut yang terdapat
dalam konstitusi. Tetapi apakah lembaga berfungsi dengan benar tidak menjadi
unit analisa dari pendekatan kelembagaan. Selain itu pendekatan ini cenderung
tidak melihat kekuatan-kekuatan politik yang berada di luar lembaga formal
tersebut. Baik kelompok-kelompok informal, kepentingan, maupun media tidak
menjadi bahan pengkajian dari pendekatan ini.
Analisa Apter cukup bisa menjelaskan hal ini. Ia memandang bahwa
kelompok-kelompok tersebut berusaha untuk mempengaruhi kebijakan tanpa
memiliki kekuatan yang bisa dipertanggungjawabkan. Kemampuan kelompok-
kelompok ini sangat terbatas. Berbeda dengan partai-partai politik yang memang
secara konstitusional memiliki kemampuan untuk mempengaruhi langsung
kebijakan dengan mengirimkan wakil mereka yang akan bersentuhan langsung
dengan pembuatan kebijakan. Sehingga para teoritisi kelembagaan melihat bahwa
kekuatan kelompok ini sangat kecil dan tidak signifikan. Apter menilai bahwa
pendekatan kelembagaan mencoba mengatakan bahwa saluran aspirasi maupun

4
kekuatan untuk mempengaruhi hanya bisa terjadi melalui representasi pemerintah
yang ada dalam sebuah negara.1
Setidaknya, ada lima karakteristik atau kajian utama pendekatan ini 2,
yakni:

 Legalisme (legalism), yang mengkaji aspek hukum, yaitu peranan


pemerintah pusat dalam mengatur hukum;
 Strukturalisme, yakni berfokus pada perangkat kelembagaan utama atau
menekankan pentingnya keberadaan struktur dan struktur itu pun dapat
menentukan perilaku seseorang;
 Holistik (holism) yang menekankan pada kajian sistem yang menyeluruh
atau holistik alih-alih dalam memeriksa lembaga yang "bersifat" individu
seperti legislatif;
 Sejarah atau historicism yang menekankan pada analisisnya dalam
aspek sejarah seperti kehidupan sosial-ekonomi dan kebudayaan;
 Analisis normatif atau normative analysis yang menekankan analisisnya
dalam aspek yang normatif sehingga akan terfokus pada penciptaan good
government.

Pendekatan kelembagaan memang sangat mengacu pada studi sejarah.


Analisanya cenderung pada bagaimana perkembangan lembaga-lembaga negara
yang ada di suatu negara. Asal usul maupun perkembangan dari sebuah lembaga
negara, termasuk cabang-cabang dari lembaga tersebut, menjadi pembahasan dari
pendekatan ini. Karena berkembangnya pendekatan ini banyak di negara-negara
Barat, maka kecenderungannya para penganut pendekatan ini menggunakan
lembaga-lembaga negara Barat, seperti Inggris, sebagai acuan studi mereka.
Begitu juga dengan norma-norma demokrasi yang dianut juga berasal dari Barat.
Karena terlalu mengacu pada sejarah, pendekatan ini akan cenderung tidak
analitis. Sifat deskriptif dari pendekatan kelembagaan seringkali menyebabkan
adanya generalisasi dari sistem-sistem politik di tiap negara. Padahal kondisi yang

1
David E.Apter , Introduction to Political Analysis (Massachusetts: Winstrop Publisher, Inc,
1977) hal.163.
2
Subakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Grasindo, 1992) hal.131.

5
berbeda di tiap negara bisa menyebabkan fungsi yang berbeda dari lembaga yang
pada dasarnya sama.3 Ini yang menjadi masalah ketika kita harus melihat realita
dari perkembangan dunia setelah Perang Dunia II dan juga Cold War yang banyak
membahas mengenai negara-negara Dunia Ketiga dengan sejarah yang jauh
berbeda.
Dari lima karakteristik yang telah disebutkan di atas, poin good
government menjadi sebuah hal yang manarik. Pendekatan ini seperti yang telah
disebutkan sebelumnya sangat mengacu pada peran sentral lembaga negara dalam
politik. Saat ini perkembangan yang terjadi adalah diskusi yang ada tidak lagi
membahas mengenai good government tetapi good governance. Sehingga agak
sulit ketika kita ingin membahas mengenai bagaimana sebuah kebijakan atau
keputusan itu bisa diambil di dalam kondisi politik pada zaman ini bila kita
mengacu pada pendekatan ini. Ini disebabkan pengambilan keputusan saat ini
sudah semakin banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Miriam Budiarjo pada masa berkembangnya pendekatan ini
penelitian mengenai kekuasaan belum berkembang. 4 Kita bisa mengacu pada
penjelasan Apter terkait masalah ini. Dalam bukunya, Introduction to Political
Analysis, Apter menjelaskan bahwa para penganut pendekatan kelembagaan ini
mengasumsikan bahwa kekuasaan bersifat privat, dapat digunakan secara
kooperatif untuk menguntungkan baik yang memerintah maupun yang diperintah
dan peran pemerintah begitu penting adanya. 5 Bisa kita asumsikan bahwa para
teoritisi kelembagaan hanya melihat kekuasaan dari sebuah kewenangan yang
dimiliki oleh pemerintah sebagai lembaga tertinggi negara. Tidak berkembangnya
penelitian tentang kekuasaan tersebut dengan demikian disebabkan lagi-lagi
karena pendekatan ini terlalu deskriptif dalam menjelaskan politik yang sebatas
pada kewenangan masing-masing baik pemerintah maupun lembaga politik.

3
Miriam Budiarjo, “Pendekatan-Pendekatan dalam Ilmu Politik,” Jurnal Politik, 1 (1989), hal.4.
4
Ibid., hal.5.
5
David E. Apter, Op.Cit., hal. 147.

6
Relevansi dalam Ilmu Politik

Dengan lahirnya pendekatan-pendekatan lain selepas masa kelembagaan


membuat banyak peniliti yang menganggap pendekatan ini tidak lagi
dipergunakan dalam analisa politik. Kaum behavioralis yang hadir sebagai kritik
terhadap pendekatan kelembagaan dianggap banyak membangun metodologi ilmu
politik sehingga bisa lebih diterima sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Namun
pendekatan yang menggunakan perspektif negara dirasa dibutuhkan kembali
sehingga munculah pendekatan pascaperilaku. Sehingga para peneliti politik
menganggap sudah tidak ada lagi pendekatan kelembagaan klasik yang digunakan
saat ini.
Dalam buku Introduction to Political Analysis, David E. Apter
menjelaskan bagaimana pendekatan kelembagaan memberikan gambaran
6
mengenai tujuan filosofis dari adanya pemerintah. Kajian yang berputar pada
kegunaan lembaga-lembaga pemerintahan sesungguhnya banyak memberikan
kontribusi untuk pembangunan ilmu politik itu sendiri. Karena tak bisa dipungkiri
pendekatan ini adalah yang pertama kali muncul dalam analisa-analisa politik.
Menurut Apter, masing-masing pendekatan baik itu kelembagaan,
perilaku, pluralis, strukturalis, atau marxis memiliki penekanan dan areanya
masing-masing. Dan untuk pendekatan kelembagaan, area pengaplikasiannya
banyak terdapat di kajian soal perbandingan politik, partai-partai politik, dan
konstitusi. 7
Dapat kita lihat bahwa sebenarnya sumbangsih pendekatan kelembagaan
adalah penjelasan mengenai fungsi-fungsi lembaga politik dan juga pendekatan
dengan melihat fungsi negara dan pemerintah. Peran masing-masing lembaga
dalam trias politica menjadi jelas dengan analisa yang menggunakan pendekatan
ini. Karena bersifat normatif, maka sebenarnya kita bisa melihat secara fungsional
masing-masing lembaga politik tersebut dalam sistem yang terbentuk di sebuah
negara. Pendekatan neo-institusionalis juga hadir karena dirasa dalam pendekatan
perilaku peran negara seakan tidak lagi dianggap penting. Padahal negara
sesungguhnya sangat berperan dalam membentuk pola perilaku yang terjalin antar
6
Ibid., hal. 8.
7
Ibid., hal.13.

7
aktor-aktor politik maupun masyarakat. Pendekatan kelembagaan dapat
membantu kita sebagai pedoman dalam melihat fungsi-fungsi negara tersebut
dengan penjelasannya yang deskriptif dan historis.
Salah satu peninggalan paling penting yang dihasilkan oleh pendekatan
kelembagaan adalah bagaimana merumuskan sistem pemerintahan presidensial
dan parlementer. Kedua sistem ini terus menjadi perdebatan karena menyangkut
representasi politik dalam sebuah negara dan pembagian kekuasaan. Kedua sistem
ini juga yang menjadi pilihan sebuah negara yang menganut sistem demokrasi.
Sehingga pakem yang telah dibuat dari kedua sistem ini menjadi dasar bagi
perkembangan ilmu politik dalam menganalisa sistem pemerintahan di sebuah
negara.
Kajian perbandingan politik juga banyak sekali mengacu pada pendekatan
ini. Fokus yang perbandingan politik adalah membandingkan unit-unit politik
maupun sistem politik antar dua negara atau lebih. Unit yang biasa diteliti
meliputi partai politik, lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dalam metode
perbandingan kita memerlukan pengertian deskriptif terlebih dahulu perihal
fungsi-fungsi unit tersebut sebelum bisa membandingkan bagaimana
penerapannya di tiap-tiap negara.
Di Indonesia sendiri pendekatan kelembagaan banyak digunakan di awal
berdirinya bidang ilmu politik. Dalam Jurnal Politik, Miriam Budiarjo
menjelaskan bahwa dosen-dosen politik di masa-masa awal banyak berasal dari
lulusan ilmu hukum. Mereka tidak mempelajari teori-teori politik tetapi lebih pada
praktisi yang sedikit banyak mengerti praktek-praktek politik. Itu sebabnya
pendekatan legal-formal menjadi warna ilmu politik awal di Indonesia karena
didominasi oleh orang-orang hukum. Barulah pada tahun 1960-an mulai banyak
berdatangan lulusan-lulusan luar negeri yang datang kembali ke Indonesia
membawa perspektif baru dalam melihat ilmu politik. Mereka inilah yang mulai
memasukkan pendekatan perilaku ke Indonesia dan mulai mengurangi pendekatan
legal-formal terdahulu. 8

8
Miriam Budiarjo, Op.Cit., hal 15.

8
III. KESIMPULAN

Pendekatan kelembagaan saat ini sudah begitu berkembang. Saat ini


pendekatan ini telah berubah menjadi pendekatan pasca perilaku atau juga disbeut
neo-institusional. Pendekatan perilaku yang hadir sebagai kritik terhadap
pendekatan ini sempat membuat pendekatan ini fakum. Namun teori-teori negara
yang dibutuhkan dalam analisa politik dirasa penting dan harus menjadi sebuah
landasan kajian yang tidak boleh ditinggalkan. Sehingga dalam perkembanganya
pendekatan kelembagaan tetap eksis karena memuat nilai-nilai filosofis dari unit-
unit politik itu sendiri.

Relevansi pendekatan ini terhadap ilmu politik sesungguhnya sangat besar.


Dari pendekatan ini kita bisa mengenal secara deskriptif fungsi dan peran
lembaga-lembaga politik seperti partai politik, pemerintah, lembaga perwakilan,
maupun lembaga hukum. Ditambah lagi pendekatan ini yang melahirkan adanya
pengklasifikasian sistem pemerintahan presidensial dan parlementer yang menjadi
dasar dari semua pemerintahan di negara-negara dunia. Sehingga bisa
disimpulkan , meski bentuk aslinya telah berkembang, namun pendekatan
kelembagaan memiliki relevansi yang besar terhadap perkembangan ilmu politik.

9
Daftar Pustaka:

Apter, David.E. Introduction to Political Analysis. Massachusetts: Winstrop


Publisher, Inc, 1977.

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama, 2008.

Budiarjo, Miriam. “Pendekatan-Pendekatan dalam Ilmu Politik.” Jurnal Ilmu


Politik 1 (1989): 3-16.

Subakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT.Grasindo, 1992.

10

You might also like