You are on page 1of 1

Cari di sini...

Create Story

Home Trending Video kumparan+ Opini & Cerita Kabar Daerah Peringkat Penulis News Entertainment

kumparanSAINS

TEKNO & SAINS · 10 Februari 2021 8:36

Riset Baru Ungkap Cara Licik Virus


Corona Bermutasi Mengecoh Sistem
Imun
Konten ini diproduksi oleh kumparan

Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan

Sejak pertama kali muncul pada akhir tahun 2019, virus corona terus
merajalela hingga menyebabkan pandemi. Kini situasi semakin sulit
karena SARS-CoV-2 ini bisa bermutasi, menyebabkan varian baru
virus corona bermunculan di berbagai negara.

Teranyar, ada varian baru virus corona di Inggris dan Afrika Selatan
pada akhir 2020 lalu. Para pakar kesehatan masyarakat mengatakan,
mutasi virus corona dari Inggris dan Afrika Selatan membuat mereka
menular pada tingkat yang lebih tinggi.

Tentu hal ini sangat meresahkan, meski kini sudah ada beberapa
perusahaan farmasi yang berhasil mengembangkan vaksin yang cukup
efektif melawan virus corona. Namun jika dibiarkan bermutasi, virus
corona baru bisa lebih berbahaya karena lebih cepat menginfeksi
dibandingkan varian pendahulunya.

Virus corona yang menjadi penyebab COVID-19 merupakan jenis


SARS-CoV-2. Sedangkan varian baru merupakan jenis yang berbeda,
misal, B.1.351 untuk mutasi virus corona di Afrika Selatan. Lalu,
bagaimana cara virus corona bermutasi?

Sebuah studi baru di jurnal Science menemukan, bahwa SARS-CoV-2


bermutasi hanya dengan menghapus potongan kecil kode genetiknya.
Virus ini memiliki mekanisme "proofreading”, kemampuan
memeriksa kode apabila terjadi kesalahan saat virus bereplikasi.

Namun ketika virus melakukan ini, proses penghapusan tidak akan


muncul di radar proofreader. Sehingga, adanya perubahan pada virus
tersebut tidak akan terdeteksi oleh sistem imun tubuh.

"Ini sangat pintar," kata penulis senior studi Paul Duprex, direktur
Center for Vaccine Research di University of Pittsburgh, kepada Live
Science. “Anda tidak bisa memperbaiki apa yang tidak ada di sana."

Ilustrasi obat virus corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan

Proses penghapusan ini biasanya terjadi pada genom, tempat di mana


antibodi orang akan mengikat dan menonaktifkan virus. Tetapi karena
penghapusan tidak bisa terdeteksi, maka antibodi akan terkecoh
karena menganggap itu adalah virus yang sama sebelum kode genetik
berubah.

Duprex mengibaratkan penghapusan kode genetik itu seperti manik-


manik warna-warni pada aksesoris. Sekilas, perbedaan tidak tampak
seperti masalah besar. Namun bagi antibodi, virus tersebut sangat
berbeda.

“Perubahan kecil ini bisa berdampak sangat besar,” tegasnya.

Duprex dan tim peneliti lainnya pertama kali memperhatikan mutasi


pada pasien yang terinfeksi virus corona, terjadi dalam waktu yang
sangat lama, yaitu 74 hari. Di masa ini, sistem kekebalan pasien akan
semakin melemah, mencegah tubuh membersihkan virus dengan
benar.

Selama infeksi yang berkepanjangan, virus corona mulai berkembang


dan layaknya bermain "kucing dan tikus" dengan sistem kekebalan
tubuh. Pada masa kejar-kejaran ini, virus akan mengubah kode
genetiknya. Apabila bisa selalu kabur, maka virus akan berhasil
bermutasi.

Ilmuwan menggunakan database yang disebut GISAID untuk


menganalisis sekitar 150.000 urutan genetik SARS-CoV-2 yang
dikumpulkan dari sampel di seluruh dunia. Mereka menemukan
sebuah pola.

Penghapusan ini membentuk varian virus yang sangat beragam. Tim


peneliti kerap menemukan perubahan ini berkali-kali dalam dalam
sampel SARS-CoV-2 yang dikumpulkan dari berbagai belahan dunia
pada waktu yang berbeda.

Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan

Tampaknya strain virus ini secara independen mengembangkan


penghapusan ini karena tekanan selektif yang umum. Para peneliti
menjuluki tempat penghapusan kode genetik tersebut sebagai "daerah
penghapusan berulang." Mereka memperhatikan bahwa daerah-
daerah ini cenderung menjadi titik lonjakan protein virus di mana
antibodi akan mengikat untuk menonaktifkan virus.

“Hal ini memberi kami petunjuk pertama bahwa kemungkinan


penghapusan ini mengarah pada upaya kabur atau evolusi (virus)
untuk menjauh dari antibodi yang mengikat," kata McCarthy.

Para peneliti memulai proyek riset mereka pada musim panas 2020,
ketika virus corona dianggap tidak bermutasi secara signifikan. Tetapi
berdasarkan temuan ini, mereka berani mengatakan hal yang bertolak
belakang dengan kepercayaan tersebut.

Pada Oktober 2020, mereka menemukan varian baru dari hasil


penghapusan ini yang kemudian dikenal sebagai " varian baru virus
corona di Inggris," atau B.1.1.7. Varian ini mendapat perhatian dunia
sejak Desember 2020, ketika ia menular dan menyebar dengan cepat
di Inggris.

Temuan ini menggarisbawahi pentingnya memantau evolusi virus


dengan melacak penghapusan dan upaya mutasi lainnya.

Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock

"Kami perlu mengembangkan alatnya, dan kami perlu memperkuat


kewaspadaan kami untuk mencari hal-hal lain dari mereka. Sehingga
kami dapat mulai memprediksi apa yang sedang terjadi," kata
McCarthy.

Meskipun virus dapat bermutasi untuk menghindari antibodi, namun


sistem kekebalan tubuh kita ini masih dapat mengikat dan
menonaktifkan virus secara efektif.

"Mengejar virus dengan berbagai cara berbeda adalah cara kami


mengalahkan mutasi virus corona," kata Duprex dalam sebuah
pernyataan . "Kombinasi antibodi yang berbeda (yaitu perawatan
antibodi monoklonal) dan berbagai jenis vaksin. Jika ada krisis, kami
ingin mendapatkan cadangan itu."

Penemuan ini juga menunjukkan mengapa penting untuk memakai


masker dan menerapkan langkah-langkah lain untuk mencegah
penyebaran virus. Semakin banyak orang yang terinfeksi, semakin
besar peluang virus untuk bereplikasi dan berpotensi bermutasi.

"Apa pun yang bisa kita lakukan untuk mengurangi jumlah replikasi
akan memberi kita sedikit waktu," kata Duprex.

Mutasi Virus Corona COVID-19 Sains Riset Corona Corona Virus Corona

Informasi Redaksi · Laporkan tulisan

Tim Editor

0 0

Baca Lainnya

Ada Varian Baru Virus Corona di Inggris, Apa Dampaknya Buat


Indonesia?
kumparanSAINS

0 0 22 Des 2020

Inggris Sebut Mutasi Virus Corona di Afrika Selatan Lebih Menular


kumparanSAINS

0 0 5 Jan 2021

Pasien COVID-19 Ditemukan Terinfeksi 2 Varian Virus Corona, Ini


Risetnya
kumparanSAINS

1 0 1 Feb 2021

0 Komentar

Tulis komentar...

Facebook Tentang kumparan Bantuan


Instagram Ketentuan & Kebijakan Privasi Iklan
Twitter Panduan Komunitas Karir
2021 © PT Dynamo Media Network
Youtube Pedoman Media Siber

Version 1.1.371 LINE

You might also like