You are on page 1of 40
LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA KELUARGA BERENCANA & PELAYANAN KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTAT JAYA SURABAYA Caan EUTUTNZN EVIYANTI NIM. P27824621016 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. [BADAN PENGEMBANGAN DAN PENDERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN TAHUN 2021 LEMBAR PENGESAHAN Laporan Asuban Kebidanan Holistik Pada Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi ini dilaksanakan sebagai dokumen / laporan praktik Blok 7 yang telah dilaksanakan di Puskesmas Putat Jaya Surabaya periode praktik tanggal 22 November s/d 4 Desember 2021 Surabaya, 3 Desember 2021 Y Evivind ‘NIM. 27824621016 Pembimbing Pendidikan I Pembimbing Pendidikan 11 rad hp NIP. 197601112008012008 ee 1981032322008012014 AN yee eae 197802142002122001 Mengetahui, Kepala Program Studi Evi Pratami, SST., M.Keb NIP. 197905242002122001 sel KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya gga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Putat Jaya Surabaya Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: drg. Bambang Hadi Sugit, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya. Tbu Astuti Setiyani, SST., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Suraba Ibu Evi Pratami, SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya Tu Kharisma K,SSiT., M.Keb, selaku Pembimbing Pendidikan | Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya. Ibu Ani Media H, SST., M-Keb, selaku Pembimbing Pendidikan 2 Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya. dr. Ayu Ekanita Hendrayani, selaku Kepala Puskesmas Putat Jaya. Ibu Askyatun, SST, selaku Pembimbing Lahan Puskesmas Putat Jaya. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih ada banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan untuk menyempurnakan, Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Surabaya, 4 Desember 2021 Penulis ii DAFTARISI LEMBAR PENGESAHAN..... KATA PENGANTAR coves - 1 — a DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN.. 1. Latar Belakang ... 12 Tujuan. 1.3. Pelaksanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA..... 2.4 Tinjauan Teori Keluarga Bereneana, 2.2 Tinjauan Teori Alat Kontrasepsi 2.3. Tinjauan Teori Intra Uterine Device (IUD) 2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB. BAB III TINJAUAN KASUS..... BAB IV PEMBAHASAN BAB V PENUTUP.... 5.1 Kesimpulan. ans : artitnareensriaen SO 5.2 Saran... i sueamasemraed serneasnes SS DAFTAR PUSTAKA, sv 7 seveenretnee 36 iit BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paradigma baru program keluarga berencana nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Program Keluarga Berencana (KB) salah satu kebijakan kependudukan yang sangat populer dalam bidang kelahiran (fertilitas). Menurut Sulistyawati (2012), program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga kecil berkualitas. Indonesia masih menduduki urutan keempat dengan penduduk terbanyak di dunia dengan jumlah penduduk 255.461.686 jiwa (Kemenkes RI, 2016). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) memprediksi jumlah penduduk Indonesia berpotensi menjadi terbesar sedunia setelah China dan India jika laju pertumbuhannya tidak bisa ditekan secara sigifikan Penentuan jarak kehamilan salah satu cara untuk mengendalikan angka kelahiran, menentukan berapa jarak yang akan direncanakan diantara kehamilan yang satu dengan yang lain (Mustikawati, 2015: 16). Program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dengan gerakan keluarga berencana dan pemakaian alat kontrasepsi secara sukarela kepada pasangan usia subur (PUS) (Rismawati, dkk 2015), Berdasarkan pandangan dari World Health Organisation (WHO) tahun 1970 keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan atau mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen, Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Sundari, 2016: 9). World Health Organization (WHO) tahun 2014 mengungkapkan bahwa penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari tahun 1990 sampai tahun 2014, mengalami peningkatan dari 54% menjadi 57,4% pada tahun 2014, Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun ‘melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0% (WHO, 2014). Keluarga berencana dilaksanakan dengan berbagai macam metode kontrasepsi sederhana seperti kondom, pantang berkala dan koitus interuptus. Metode kontrasepsi efektif efektif hormonal seperti pil, susuk, dan suntikan, Metode kontrasepsi efektif mekanis seperti UD dan Implant, Dan metode kontrasepsi mantap seperti metode operasi wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP). Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan indikasi pasien yang ingin memilihnya (Manuaba, 2012). Berdasarkan data BKKBN, pada tahun 2016 penggunaan KB suntikan sebesar (48,85%), pil sebesar (24,589%), kondom sebesar (4,31%), MOP sebesar (0.40%), MOW sebesar (2,56%). Salah satu peranan penting bidan adalah meningkatkan jumlah penerimaan dan kualitas metode KB kepada masyarakat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan bidan. Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu diperhatikan ketetapan bahwa makin rendah pendidikan masyarakat, semakin efektif metode KB yang dianjurkan, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab bidan mengarahkan pemilihan alat kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan klien (Manuaba, 2016). 1.2 Tujuan 124 1.2.2 Tujuan Umum Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan kebidanan holistik pada keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi serta mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk SOAP Tujuan Khusus 1, Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi data subjektif secara lengkap pada Ny. “M” akseptor KB IUD di Puskesmas Putat Jaya Surabaya. 2. Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi data objektif secara lengkap pada Ny. “M” akseptor KB IUD di Puskesmas Putat Jaya Surabaya. 3. Mampu menginterpretasikan data yang meliputi diagnose kebidanan dan masalah pada Ny. “M” akseptor KB IUD di Puskesmas Putat Jaya Surabaya. 4, Mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. “M” akseptor KB IUD di Puskesmas Putat Jaya Surabaya, 1.3 Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Holistik pada Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Putat Jaya Surabaya dilaksanakan pada tanggal 22 November s/d 04 Desember 2021 . BABIT TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Program keluarga berencana memiliki makna yang sangat strategis, dimana bersifiat komprehensif atau luas serta fundamental (mendasar) di dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera dan sehat. Di dalam Undang-undang Nomor 52 tahun 2009, keluarga berencana ‘merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksi yang bertujuan untuk ‘mewujudkan keluarga yang berkualitas (Mujiati, 2013). Program KB juga secara khusus dirancang demi menciptakan kemajuan, kestabilan, dan kesejahteraan ekonomi, s¢ ial, serta spiritual setiap penduduknya. Program KB di Indonesia diatur dalam UU No. 10 tahun 1992, yang dijalankan dan diawasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Wojud dari program Keluarga Berencana adalah pemakaian alat kontrasepsi untuk menunda /mencegah kehamilan, Berikut alat kontrasepsi yang paling sering digunakan: a. Kondom b. PilKB ¢. IUD dd. Suntik ¢. KB implan/susuk f. vasektomi dan tubektomi (KB permanen) 2.1.2 Manfaat KB (Keluarga Berencana) Program keluarga berencana tidak semata-mata dibuat untuk memenuhi target pemerintah saja. Jika dilihat dari kacamata medis, program ini sebenarnya memiliki banyak keuntungan bagi kesehatan setiap anggota keluarga. Tak hanya ibu, anak dan suami juga bi merasakan efek dari program ini secara langsung. Berikut berbagai manfaat menjalankan program keluarga berencana : a, Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan Kehamilan yang tidak direncanakan bisa terjadi pada wanita yang belum atau sudah pernah hamil tetapi sedang tidak ingin punya anak. Kejadian ini juga bisa saja terjadi karena waktu kehamilan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan, misalnya jarak usia anak pertama dan kedua terlalu dekat. ‘Ada berbagai risiko komplikasi kesehatan yang mungkin terjadi akibat kehamilan yang tidak diinginkan, baik untuk sang ibu sendiri maupun jabang bayinya. Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur, berat rendah (BBLR) hingga cacat lahir. Sementara risiko pada ibu termasuk depresi saat hamil dan setelah melahirkan (postpartum), hingga komplikasi melahirkan yang bisa berujung fatal seperti toksemia, perdarahan berat, hingga kematian ibu. Oleh karena itu, penting bagi setiap wanita dan pria Indonesia untuk mengetahui tentang manfaat kontrasepsi dan pentingnya merencanakan kehamilan sebelum memutuskan untuk berhubungan seksual. b, Mengurangi risiko aborsi Kehamilan tidak diinginkan sangat berisiko meningkatkan angka aborsi ilegal yang bisa berakibat fatal. Sebab pada dasarnya, hukum Indonesia menyatakan aborsi adalah tindakan ilegal dengan beberapa pengecualian tertentu. Tindak aborsi sangat diatur ketat dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Berdasarkan dua aturan negara tersebut, aborsi__ di Indonesia hanya boleh dilakukan di bawah pengawasan tim dokter setelah didasari alasan medis yang kuat. Misalnya, karena kehamilan berisiko tinggi yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, korban perkosaan, dan kasus gawat darurat tertentu. Di luar itu, aborsi dinyatakan ilegal dan termasuk ranah hukum pidana. Menurunkan angka kematian ibu Mereneanakan kapan waktu yang tepat untuk hamil dan punya anak nyatanya menguntungkan buat kesehatan wanita, Kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan dapat memperbesar peluang risiko berbagai komplikasi kehamilan dan melahirkan, termasuk kematian ibu. Tren komplikasi kehamilan dan melahirkan sebagian besar ditunjukkan oleh kelompok perempuan yang menikah di usia terlalu Gini, Beberapa risiko komplikasi yang harus dihadapi oleh anak perempuan yang hamil di usia belia adalah fistula obstetr, infeksi, perdarahan hebat, anemia, dan eklampsia. Hal ini bisa terjadi karena tubuh anak perempuan belum “matang” s Alhasil, mereka akan lebih beri a fisik maupun biologis. (0 untuk menerima dampak dari kehamilan yang tidak direncanakan dengan matang. Risiko berbagai komplikasi ini juga tercermin dan mungkin terjadi terlebih jika Anda semakin sering hamil dengan jarak yang berdekatan, ‘Mengurangi angka kematian bayi Wanitayang hamil dan melahirkan di usia dini berisiko lebih tinggi melahirkan bayi prematur, lahir dengan berat badan rendah, dan kekurangan gizi. Berbagai laporan bahkan mengatakan bahwa bayi yang dilahirkan oleh perempuan berusia sangat belia memiliki risiko kematian dini lebih tinggi daripada ibu yang berusia lebih tua. Hal ini terjadi karena janin bersaing untuk mendapatkan asupan gizi dengan tubuh ibunya, yang notabene juga sama-sama masih dalam tahap tumbuh kembang. Bayi yang tidak mendapatkan cukup asupan gizi dan darah bernutrisi akan terhambat atau bahkan gagal berkembang dalam kandungan. Membantu mencegah HIV/AIDS Salah satu metode kontrasepsi yang umum dan paling mudah ditemukan adalah kondom. Ya, kontrasepsi ini bisa Anda temukan dengan mudah di setiap minimarket dan toko swalayan. Sayangnya, banyak orang masih segan menggunakan kontrasepsi satu ini karena merasa bahwa kondom justru mengurangi kenikmatan saat berhubungan seksual. Padahal penggunaan kondom tak hanya sebatas untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan saja. Kondom juga dapat mencegah penularan penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS. Pada wanita, kontrasepsi dapat mengurangi risiko penyebaran virus HIV dari ibu yang terinfeksi kepada bayi. Alhasil, risiko bayi terinfeksi HIV setelah dilahirkan pun menurun. Menjaga kesehatan mental keluarga Melalui program Keluarga Berencana, pasangan bisa menentukan sendiri kapan waktu yang tepat untuk memiliki momongan. Dengan begitu, Anda berdua bisa mempersiapkan kehamilan secara fisik, finansial, dan mental dengan lebih baik. Program Keluarga Berencana juga bahkan dapat membantu ‘Anda merencanakan masa depan si kecil dengan lebih matang. Nah, persiapan yang matang ini tentu akan memengaruhi Kondisi psikologis Anda sekeluarga. Lebih jauh lagi, program Keluarga Berencana bisa memberikan Kesempatan seluas-luasnya bagi Anda dan pasangan untuk mengembangkan potensi diri demi mencapai kesejahteraan pribadi sebelum merasa = mantap untuk = membangun _keluarga bahagia. Entah itu meniti karir, melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi, atau mengasah kemampuan yang Anda miliki, 2.1.3 Fisiologi Keluarga Berencana Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yaitu pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB. Tujuan khusus yaitu penurunan angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelayanan KB digolongkan ke dalam 3 fase yaitu fase menunda kehamilan, fase menjarangkan kehamilan, fase menghentikan kehamilan (Pinem, 2009). 2.1.4 Sasaran Program KB (Keluarga Berencana) Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak Jangsung, tergantung tujuan yang ingin dicapai, Sasaran langsungnya adalah pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15- 49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan, Sedangkan Sasaran tidak Jangsung adalah kelompok usia remaja 15-19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya ( Suratun, dkk,. 2013). jauan Teori Alat Kontrasepsi 2.2.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu kehamilan. Dimana upaya yang dilakukan didalam pelayanan kontrasepsi dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen (Pusdiknakes, 2015). 2.2.2. Macam-Macam Metode Kontrasepsi Metode Sederhana a. Metode pantang berkala Prinsip pantang berkala ialah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri, untuk menentukan masa subur istri dipakai 3 patokan yaitu: 1) Ovulasi terjadi 14 kurang 2 hari sebelum haid yang akan datang 2) Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi. 3) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi. Jadi jika kontrasepsi ingin dicegah, koitus harus dihindari sekurang-kurangnya selama 3 hari (72 jam) yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi_ terjadi (Sulistyawati, 2012 b. Metode suhu basal Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih tinggi dari pada suhu sebelum ovulasi. Suhu basal dapat meningkat sebesar 0,2-0,5°C Ketika ovulasi (Taufika, 2014). c. Metode lendir serviks Metode lendir serviks dilakukan dengan wanita mengamati lender serviksnya setiap hari. Lendir serviks terlihat lengket dan jika direntangkan di antara kedua jari akan putus menandakan lendir tidak subur, saat lender serviks meningkat menjadi jernih dan melar, apabila dipegang di antara dua jari, lendir dapat diregangkan dengan mudah tanpa terputus, lendir ini digambarkan terlihat seperti putih telur mentah disebut lendir subur (Everett, 2012). 4. Metode coitus interruptus Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakula i sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah (Sulistiawati, 2012) e. Metode Amenorhea laktasi (MAL) Metode kontrasepsi_sementara yang _mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya (Endang, 2015). f. Kondom Jenis _kontrasepsi_menggunakan alat_ untuk mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan sperma untuk = masuk kedalam vagina (Purwoastuti, 2015). 2. Metode modem a. Hormonal Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya ovulasi dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron. Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal 3 macam kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi Oral (Pil), suntikan, dan kontrasepsi implant (Affandi, 2013), 1) PilKB Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen dan progesteron) ataupu juga hanya berisi progesteron saja. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim. 2) Pil kombinasi Menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma, pergerakan 10 3) 4) 5) tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula. Jenis-jenis pil kombin: monofasik, bifasik, trifasik (Affandi, 2013). Pil progestin i antara lain; Adalah pil yang mengandung progesteron dan disiapkan untuk ibu yang menyusui (Affandi, 2013). Suntik a) Suntik kombinasi Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksi progesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi LM (intramuskular). sebulan sekali, dan 50 mg noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol valerat yang diberikan injeksi 1LM.(intramuskular) sebulan sekali b) Suntik progestin Tersedi 2 jenis kontrasepsi yang mengandung progestin yaitu Depo Medroksi progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik LM dan Depo noretisteron Enanta (Depo noristeran), yang mengandung 200 mg noretindron Enantan, diberikan setiap 2 bulan dengan cara suntik ILM (Affandi, 2013), Implanvsusuk a) Norplant terditi dari 6 batang silastik lembut berrongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg Jevonogo dengan lama kerja tig tahun b) Jadena dan indoplant, terdiri dari dua batang silastik lembut berongga dengan panjang 4,3 cm ber diameter 2,5 mm, berisi 75 mg levonogestrel dengan lama kerja 3 tahun. ul c) Implano, terdiri dari satu batang silastik lembut dengan berongga dengan panjang kira-kira 4,0 cm diameter 2 mm, berisi 68 mg ketodesogestrel dengan lama kerja 3 tahun (Sulistyawati, 2012), 3. Mekanis Alat Kontrasepsi. Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan didalam rahim untuk menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi (Affandi, 2013). 4. Metode Operasi a. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen dengan mengoklusi tuba fallopi_mengikat dan memotong atau ‘memasang cincin sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum, b. Vasektomi adalah prosedur Klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan okulasi vans deference sehingga alat transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Firdayanti, 2012). 2.2.3. Syarat-Syarat Metode Kontrasepsi Metode kontrasepsi harus memenuhi syarat-syarat (Pusdiknakes, 2015), sebagai berikut 1. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya. ‘Tidak memiliki efek samping yang merugikan. ‘Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan. Tidak mengganggu hubungan seksual. wewn ‘Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya, 12 6. Cara penggunaannya sederhana. 7. Dapat dijangkau oleh pengguna. 8. Dapat diterima oleh pasangan. 2.3 Tinjauan Teori Intra Uterine Device (IUD) 2.3.1 2.3.2 Pengertian IUD AKDR atau spiral adalah suatu alat yang dimasukkan kedalam rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi (Handayani, 2010). AKDR atau IUD. atau spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang Jentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang, alat ini sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua wanita usia reproduktif (Handayani, 2010). Mekanisme kerja IUD a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii. b. Mempengaruhi fertiisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri c. Mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi 4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus, Efektivitas UD Efektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama TUD tetap tinggal in-utero tanpa: Ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan dan pengangkatan /pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi. Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada a. TUD-nya: Bentuk, ukuran, dan mengandung CU atau progesteron. b. Akseptor : Umur : makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, makin rendah angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran UD. Paritas : makin mudausia, terutama pada nuligravida, makin tinggi 13 angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD. Frekuensi senggama. Sebagai Kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8 Kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan). (Handayani:2010) 2.3.4 Macam-Macam IUD a Copper-T AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertiisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. Copper-7 AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk ‘memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper- T. Multi Load KDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi ‘gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini, Lippers Loop KDR ini terbuat dati dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi ‘gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini, 4 2.3.5 Keuntungan dan Kerugian TUD a. Keuntungan 1) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan. 2) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-308A dan tidak perlu diganti). 3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat. 4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. 5) Meningkatkan kenyamanan seksual, karena tidak perlu takut hamil. 6) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT- 380A). 7) Tidak mempengaruhi kualitas ASI. 8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak ada infeksi). 9) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir). 10) Tidak ada interaksi dengan obat-obat. 11)Membantu mencegah kehamilan ektopik (Handayani, 2010). 12)AKDR modern bersifat efektif dan bekerja lama, sementara AKDR tembaga harganya sangat murah. Alat ini menghasilkan kontrsepsi sampai 10 tahun schingga sangat efisien dari segi biaya (Anna dan Ailsa, 2006). 13)AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan dan pemulihan kesuburan berlangsung cepat (angka konsepsi 78-88% setelah 12 bulan dan 92-97% pada 3 tahun setelah pengeluaran) (Anna dan Ailsa, 2006) b. Kerugian 1) Efek samping yang umum terjadi: 1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan). 2) Haid lebih lama dan banyak. 1s 3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi. 4) Saat haid lebih si ‘it (disminorea). 2) Komplikasi lain: Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, Perdarahan hebat diwaktu haid atau diantaranya dapat memungkinkan penyebab anemia., Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar). 3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. 4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan. 5) Penyakit radang panggul dapat terjadi setelah wanita dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas. 6) Prosedur medis termasuk pemeriksaanpelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan. 7) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang selama 1-2 hari. 8) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepas AKDR. 9) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang sesudah melahirkan). 10)Tidak mencegah terjadinya kehamilan cktopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal. 11)Perempuan harus memeriksakan posisi benang AKDR dati waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakuakan ini 2.3.6 Indikasi dan Kontraindikasi IUD a Indikasi 1) Usia reproduksi. 2) Keadaan nulipara. 3) Mengiginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. 16 4) 5) 6) a) 8) 9) 10) Perempuan menyusui yang menginnginkan kontrasepsi, Setelah menyusui dan tidak ingin menyusui bayinya. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi. Perempuan dengan risiko rendah IMS. Tidak menghendaki metode hormonal. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari, Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama (Handayani, 2010). b. Kontraindikasi 1) Kontraindikasi mutlak a) b) ©) @) e) f) 8) Diketahui atau dicurigai hamil. Alergi terhadap tembaga. Memiliki IMS yang aktif atau baru terjadi dalam tiga bulan terakhir. Perdarhan vaginal abnormal yang belum didiagnosis. Rongga uterus mengalami distorsi_ hebat sehingga pemasangan atau penempatan sulit dilakukan, fibroid besar (Uliyah, 2010). Penyakit trofoblas ganas, TBC pelvis (Hidayati, 2009). 2) Kontraindikasi relatif a) b ° d °) Usia pemakai yang masih muda dan sangat_rawan terjangkit IMS, karena tingkat aktivitas seksual yang masih sangat tinggi. Memiliki banyak pasangan seksual. Menorargia dan anemia. ini adalah kontraindikasi relatif untik spiral tembaga tetapi indikasi untuk LNG-IUS. Baru mendapat terapi untuk infeksi panggul Penderita penyakit katup jantung memiliki _risiko endokarditis bakterialis subakut terutama saat pemasangan spiral 7 f) Perempuan yang menderita katup jantung prostetik harus diberikan antibiotik disaat pemasangan. 2) Baru mengidap penyakit trofoblas jinak. Perdarahan yang tidak teratur bisa mempersulit tindak lanjut dan penatalaksanaan penyakit ini. h) Sedang mendapat terapi koagulan, Pemakaian spiral dari tembaga bisa memperparah perdarahan. Yang cocok untuk penderita penyakit ini adalah (spiral) LNG-IUS (Uliyah, 2010). i) Kelainan uterus (mioma, polip, jaringan parut bekas SC), 2.3.7 Waktu Pemasangan IUD a. Sewaktu haid sedang berlangsung Pada hari-hati pertama atau terakhir haid, Keuntungannya pemasangan lebih mudah oleh karena serviks terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan b. Sewaktu pasca melahirkan (post partum) Secara dini (immediate insertion) dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit. Secara Jangsung (direct insertion) dipasang dalam masa 3 bulan pasea melahirkan/abortus. Secara tidak langsung (indirect insertion) dipasang setelah 3 bulan pasca melahirkan/abortus c. Sewaktu post abortus (Marjati, 2010). 2.3.8 Penanganan Efek Samping IUD a, Amenorea Pastikan hamil atau tidak. Bila klien tidak hamil, AKDR tidak perlu dicabut cukup konseling saja. Salah satu efek samping menggunakan AKDR yang mengandung hormon adalah amenorea (20-50%). Jika terjadi kehamilan kurang dari 13 minggu dan benang AKDR terlihat, cabut AKDR. Nasihatkan agar kembali ke klinik 18, jika terjadi perdarahan, kram, cairan berbau atau demam. Jangan mencabut AKDR jika benang tidak kelihatan dan kehamilannya kurang dari 13 minggu. Jika klien hamil dan ingin meneruskan kehamilannya tanpa mencaut AKDR-nya, jelaskan kepadanya tentang meningkatnya resiko keguguran, kehamilan preterm, infeksi, dan kehamilannya harus diawasi ketat. Kram/kejang Pikirkan kemungkinan terjadi infeksi dan beri pengobatan yang, sesuai, Jika kramnya tidak parah dan tidak ditemukan penyebabnya, cukup diberi analgetik saja. Jika penyebabnya tidak dapat ditemukan dan menderita kram berat, cabut AKDR atau cari metode kontrasepsi lain, Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik, rujuk Klien bila dianggap perlu, Bila tidak ditemukan kelainan patologik dan perdarahan masih terjadi, dapat diberi ibuprofen 3 x 800 mg untuk satu minggu, atau pil kombinasi satu siklus saja. Bila perdarahan banyak beri 2 tablet pil kombinasi untukk 3-7 hari saja, atau boleh juga diberi 1,25 mg estrogen equin konyugasi selama 14-21 hari. Bila perdarahan terus berlanjut sampai klien anemia, cabut AKDR dan bantu klien memilih metode Kontrasepsi lain. Benang hilang Periksa apakah klien hamil, Bila tidak hamil dan AKDR masih. ditempat, tidak ada tindakan yang perlu dilakukan. Bila tidak yakin AKDR masih berada di dalam rahim dan klien tidak hamil, maka klien dirujuk untuk dilakukan rontgen/USG. Bila tidak ditemukan, pasang kembali AKDR sewaktu dating haid. Jika ditemukan kehamilan dan benang AKDR tidak kelihatan, lihat penanganan amenorea. 19 e. Flour Albus/dugaan penyakit radang panggul Pi tikan pemeriksaan untuk IMS. Bila penyebabnya kuman gonokukus atau klamidia, cabut AKDR dan berikan pengobatan yang sesuai, Bila klien dengan penyakit radang panggul, berikan antibiotika selama 2 hari dan baru kemudian AKDR dicabut dan bantu klien untuk memilih kontrasepsi lain. 2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB ‘Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimana setiap Jlangkah disempurnakan secara periodik dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat menjadi langkah-langkah tertentu dan dapat berubah sesuai dengan keadaan pasien. Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut : a. Pengkajian Mengumpulkan semua data fokus yang dibutuhkan baik melalui anamnesa maupun pemeriksaan umum untuk menilai keadaan Klien secara menyeluruh (Estiwidani, 2008). Tahap ini meliputi 1) Data Subyektif Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat tethadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2007) antara lain, meliputi a) Biodata Identitas pasien dan penanggung = jawab. -— Menurut Nursalam(2007), identitas meliputi Nama Pasien, Umur, Suku/Bangsa, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat. b) Keluhan utama Mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan, Padas potting keluhan yang dirasakan oleh Klien yaitu keluar bercak secara terus menerus (Estiwidani, 2008). 20 °) d) e) 8) Riwayat menstruasi ‘Menarche, siklus, lama menstruas banyaknya darah menstruasi, teratur atau tidak, keluhan yang dirasakan pada waktu menstruasi. Hal ini dinyatakan dengan maksud untuk memperoleh gambaran mengenai faktor alat kontrasepsi. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhimya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada kehamilan, persalinan ataupun_nifas sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya. Riwayat keluarga berencana Untuk mengetahui KB yang pernah dipakai, jenis dan lama berlangsungnya dan keluhan selama menjadi akseptor KB yang digunakan. Riwayat kesehatan Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu maupun penyakit keluarga seperti jantung. Ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi, serta riwayat keturunan kembar dan riwayat operasi Kebiasaan sehari-hari Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga kebersiahan dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak, 1. Pola nutrisi Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada pasien. 2. Pola eliminasi Untuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK dan bagaimana keseimbangan antara intake dan output. 21 Pola istirahat Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan malam, 4. Aktifitas Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari. 5. Personal hygiene Untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien 6. Pola Seksual Untuk mengetahui berapa frekuensi yang dilakukan ibudan bagaimana posisi dalam hubungan seksual h) Riwayat psikososial Menggunakan pendekatan psikologi Kesehatan maka akan diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh psikologi kesehatan terhadap gangguan kesehatan. 2) Data Obyektif Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik ibu dan pemeriksaan laboratorium (Nursalam, 2007). a) Pemeriksaan umum untuk mengetahui keadaan umum pasien 1. Keadaan umum Untuk mengetahui keadaan umum ibu baik, sedang, atau lemas. Pada kasus leukorea keadaan ibu baik. 2. Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai_ compos mentis, apatis, somnollen, sopor, koma, atau delirium, b) Tanda vital 1. Tekanan darah Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atauhipotensi, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg (Wiknjo sastro, 2006). 22 Pengukuran Suhu Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningka tidak. Suhu tubuh normal 35,60 C-37,6° C (Wiknjosastro, 2006), Nadi n atau Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit. Normalnya 80-90 x/menit (Saifudin, 2006). Respirasi Untuk menghitung frekuensi pernafasan pasien dalam menit, batas normalnya 18-24 x/menit (Saifuddin,2006). ©) Status generalis 1 Rambut Untuk mengetabui apakah rambutnya bersih, rontok dan berketombe atau tidak (Nursalam, 2006). Muka Keadaan umum pucat atau tidak adakah kelainan, adakah ‘oedem, adakah cloasma gravidarum (Wiknjosastro, 2006). Mata Konjungtiva merah muda atau tidak, sclera putih atau pucat (Alimul, 2006). Hidung Untuk mengetahui adakah Kelainan, adakah polip adakah hidung tersumbat (Perry&Potter, 2006). Telinga Untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak, ada caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak (Nursalam, 2006). Leher Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, tumor dan pembesaran getah bening (Farrer, 2006). 23 4) 5) 6) 7. Payudara Apakah ada benjolan tumor dan apakah ukuranya simetris, (Nursalam, 2006). 8. Abdomen Apakah ada jaringan parut atau bekas oper: tekan dan adanya masa (Wiknjosastro, 2006). 9. Genetalia Vulva: Tidak terdapat pengeluaran darah. Inspekulo: keadaan vagina baik, serviks tidak ada kelainan. d) Pemeriksaan Penunjang Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium (Perry, 2006). Interpretasi Data Data dasar yang sudah dikumpulkan, di interpretasikan sehingga dirumuskan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Vamey, 2007). Diagnosa Potensial Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul. Berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi (Varney, 2007). ‘Tindakan Segera Tindakan segera untuk mengantisipasi diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan komplikasi, sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang sesuai dengan diagnose potensial yang muncul (Varney, 2007). Perencanaan (Menurut Varney, 2007) Perencanaan merupakan pengembangan rencana perawatan yang komperhensif, ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini adalah sebuah perluasan dari mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang telah diantisipasi dan 24 2 8) yang terbaru dan juga melibatkan usaha untuk memperoleh bagian tambahan dari data apapun yang hilang. Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan langkah pelaksanaan dari asuhan yang telah direncanakan secara efisien dan aman. Keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan pasien adalah tetap tanggung jawab tethadap pelaksanaan asuhan bersama yang manyeluruh (Varney, 2007). Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah masalah yang sudah ada dapat di atasi sesuai dengan yang sudah direncanakan dan dilakukan pada kasus ini dari tanggal 26 oktober s.d 7 november 2020 keadaan ibu baik. (Estiwidani, 2008) 25 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA. DAN PELAYANAN KONTRASEPSI Tanggal Pengkajian Jumat, 26 November 2021 Pukul 10.30 WIB ‘Tempat Puskesmas Putat Jaya Surabaya Pengkaji Eviyanti 3.1 Data Subyektif 3.1.1 Biodata Nama Ny Ta" Umur 232 tahun /33 tahun Agama Islam slam Suku bangsa — : Jawa Hawa Pendidikan: SMA /SMA Pekerjaan 2IRT /Karyawan Swasta Alamat : Banyu Urip Wetan 3.1.2 Alasan Datang Klien datang untuk melakukan konsultasi dan pemasangan KB IUD. 3.1.3 Keluhan Klien ingin mengganti metode kontrasepsinya menjadi KB IUD. Alasan menggunakan KB TUD karena tidak ingin hamil lagi dan tidak mau berbolak-balik ke pelayanan kesehatan 3.1.4 Riwayat Haid Menarche Siklus Lama haid : £13 tahun : Teratur (28-30 Hari) 25-6 hari 26 Banyaknya haid 2-3 kali ganti pembalut /hari Dismenorhea —: Tidak ada Flour Albus: Tidak ada HPHT : 19 November 2021 3.1.5 Riwayat KB Setelah melahirkan anak keduanya ibu menggunakan metode KB MAL yaitu dengan memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan, setelah itu ibu menggunakan metode kontrasepsi kondom + 2 bulan untuk menghindari terjadinya kehamilan, Saat ini ibu ingin menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang yaitu KB IUD, dengan tujuan ibu sudah tidak ingin hamil lagi. 3.1.6 Riwayat Pernikahan Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan pertama, status pernikahan ibu sah, lama pernikahan sudah + 11 tahun, 3.1.7 Riwayat Obstetri yang Lalu Taek a a wa Ts | Pomtone | pas, | eae | Pel Toc [BB] Kenta | ast] KB 1 | 9m | idan | Somat | Takada | TS | L | 34) ainp | Y | Sink | Soin) itn | Noma | Takats | TE |p 35) ayy |v | QA 3.1.8 Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Klien sehat, tidak ada alergi obat maupun makanan, tidak sedang menderita penyakit kronis /menular apapun seperti (darah tinggi, jantug, asma, ginjal, hepatitis, TBC). b. Penyakit yang pemah diderita Klien tidak ada riwayat alergi obat maupun makanan, tidak ada riwayat penyakit menurun seperti diabetes, hipertensi, asma ‘maupun penyakit menular seperti HIV, TBC, Hepatitis, IMS. 27 3.1.9 Riwayat Psikososial Thu mengatakan suami dan keluarga mendukung untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang yaitu KB IUD. Didalam keluarga yang mengambil keputusan adalah suami 3.1.10 Pola Aktivitas Sehari- a. Aktivitas Sehari-hari Klien beraktivitas mengurus rumah tangga dan mengurus anak-anaknya. b. Nutrisi Klien makan 3 kali /hari dengan menu nasi, lauk dan sayur, minum ©7-8 gelas /hari, tidak ada alergi dan pantangan dalam makanan, ¢. Personal Hyigiene Mandi 2 kali /hari, keramas tiap 3 kali dalam seminggu, ganti celana dalam 2-3 kali /hari saat setelah mandi dan saat dirasa Jembab atau kotor. d. Seksual Klien berhubungan seksual dengan suami + 1-2 kali dalam seminggu. 3.2 Data Obyektif 3.2.1 Keadaan Umum a. Kesadaran : Composmentis b, Tanda-tanda vital Tekanan darah 120 /80 mmHg Suhu 36,6C Nadi + 80 kali /menit Respirasi + 20 kali /menit 3.2.2. Antropometri Berat badan 2 56kg Tinggi badan 153 cm 28 3.2.3 3.24 IMT 23,93 (Normal) LILA 24cm Pemeriksaan Fisik a. b. ©, Wajah : Tidak pucat, tidak terdapat flek pada wajah Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung dan tidak ada polip Mulut ; Bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada pembengkakkan digusi dan tidak ada karies gigi. Leher : Tidak ada pembengkakan pada vena jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar limfe. Dada dan payudara : Pernafasan teratur, tidak teraba massa abnormal pada payudara, dan tidak ada nyeri tekan Abdomen : Tidak teraba massa abnormal, tidak ada nyeri _tekan, tidak ada bekas operasi apapun. Genetalia ‘Vulva Vagina: Tidak ada varises, sedikit pengeluaran darah, tidak ada oedem, tidak ada tanda iritasi ataupun infeksi. Ekstremitas 1) Atas : Tidak ada oedem, berfungsi dengan baik dan tidak ada kelainan 2) Bawah : Tidak ada oedem, berfungsi dengan baik dan tidak ada kelainan, Refleks patella kiri kanan (+). Pemeriksaan bimanual 1) Gerakan serviks : Serviks bergerak bebas, tidak ada nyeri goyang portio 2) Nyeri tekan adneksa : Tidak ada nyeri tekan adneksa kanan skit Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Inspeculo : Tidak erosi porsio, tidak ada lesi 29 3.3 Asassment Ny. “M” Usia 30 tahun calon akseptor baru KB IUD dengan keadaan umum baik. 3.4 Penatalaksanaan 1. Meminta persetujuan Klien untuk dilakukan pengkajian dengan menjalin komunikasi interpersonal. Ey. Klien bersedian dan menyetujui untuk dilakukan pengkajian. 2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien, bahwa kondisinya dalam keadaan sehat, Ev. Klien mengerti bahwa kondisinya saat ini dalam keadaan sehat dan merasa lega, 3. Memberikan KIE mengenai KB IUD berupa kelebihan dan kerugian yang ditimbulkan dari penggunaan jenis kontrasepsi IUD. Ev. Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan memutuskan ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang yaitu KB IUD. 4, Memberikan dan menjelaskan lembar informed consent dan inform choice kepada Klien sebelum dilakukan tindakan pemasangan KB IUD. Ey. Klien setuju dilakukan tindakan pemasangan KB IUD dan bersedia menandatangani informed consent pemasangan KB IUD 5. Menjelaskan kepada klien prosedur pelaksanaan pemasangan KB IUD. Ev. Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan 6. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih dan membasuh genetalia, Ev. Klien telah melakukan anjuran yang diberikan 7. Melakukan prosedur pemasangan KB IUD yaitu : a. Masukkan lengan AKDR dalam kemasan sterilnya b. Lakukan pemasangan speculum & membersihkan porsio dengan larutan antiseptic, jepit serviks dengan tenakulum di arah jam 2 ¢. _Kemudian lakukan pengukuran uterus dengan sonde (dengan teknik no touch) 30 d. Memasang AKDR dengan Mengatur letak pembatas biru tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri yaitu 7 em . Masukkan tabung inserter sampai menyentuh fundus’ ada tahanan (pembatas menyentuh serviks) f. Lepas lengan AKDR dengan teknik withdrawal, kemudian Tarik pendorong g. Setelah lengan AKDR lepas dorong secara perlahan tabung inserter kedalam cavum uteri sampai pembatas biru menyentuh serviks h. Tarik keluar sebagian tabung inserter untuk menampilkan benang, kemudian potong benang AKDR 3-4 cm dati ostium serviks i, Lepaskan spekulun dengan hati-hati j. Buang bahan habis pakai yang terkontaminasi k. Lakukan dekontaminasi alat dan sarung tangan 1. Cuci tangan. Ey. Hasil pengukuran sonde 7 cm, telah dilakukan pemasangan KB IUD. Memberikan KIE pada ibu untuk beristirahat terlebih dahulu di tempat tidur sekitar 15-30 menit serta memberikan KIE pasca tindakan pemasangan TUD, seperti : cara memeriksa benang TUD, menganjurkan ibu untuk melakukan hubungan seksual dan dirasakan apakah terdapat keluhan atau tidak. Ev. Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk melakukannya. Memberitahu kepada klien untuk melakukan kontrol pemasangan KB IUD dan memberikan informasi kepada Klien apabila terdapat keluhan dapat Jangsung datang ke puskesmas. Ev. Klien mengerti dan bersedia untuk melakukan control 31 3.5 Catatan Perkembangan Tanggal Pengkajian _: Jumat, 26 November 2021 Pukul 211.00 WIB ‘Tempat : Puskesmas Putat Jaya Surabaya Pengkaji : Eviyanti a. Subjektif Thu mengatakan tidak ada keluhan seperti mual muntah pasca pemasangan KB IUD, ibu hanya merasakan sedikit kram, b. Objektif 1) Keadaan umum baik 2) Tanda-tanda vital a) Tekanan Darah 120/80 mmHg b) Nadi 82 kali /menit ) Suhu £36,6°C d) Pernafasan 20 kali /menit 3) Pemeriksaan Inspekulo : a) Terlihat benang b) Tidak terdapat erosi portio cc. Assesment Ny. “M” usia 30 tahun Akseptor Baru KB IUD dengan keadaan umum. baik. 4. Planning 1. Menjalin komunika interpersonal yang baik dengan Klien Ey. Klien koperatif dalam melakukan komunikasi 2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien Ey. Klien mengetahui hasil pemeriksaannya dan mengerti bahwa saat ini dalam keadaan baik kondisinya 32 Memberikan KIE mengenai efek pemasangan KB IUD seperti kram perut, adalah hal yang wajar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Ev. Klien mengerti mengenai efek pemasangan KB IUD Memberi KIE kepada klien mengenai cara mengecek/ memeriksa benang IUD Ev. Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan Berkolaborasi untuk pemberian terapi obat berupa asam mefenamat in 3x1 3x1, amoxi Ey. Klien mengerti mengenai tujuan pemberian obat dan cara mengkonsumsi obat yang diberikan Memberitahu klien untuk melakukan control IUD 1 minggu lagi / sewaktu-waktu jika ada keluhan Ey. Klien mengerti dan bersedia untuk melakukan kontrol. 33 BABIV PEMBAHASAN Berdasarkan dari hasil pengkajian data subjektif Ny. “M” berusia 32 tahun, Datang ke puskesmas untuk melakukan pemasangan KB. Mengatakan ingin menggunakan KB jangka Panjang yaitu [UD. Setelah melahirkan anak keduanya Ny. “M” menggunakan metode KB MAL yaitu dengan memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan, setelah itu menggunakan metode kontrasepsi kondom + 2 bulan untuk menghindari terjadinya kehamilan, Saat ini Ny. “M” ingin menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang yaitu KB IUD, dengan tujuan sudah tidak ingin hamil lagi. Ny. “M” mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang diderita seperti penyakit menular /menurun apapun (hipertensi, jantung, asma, ginjal, HIV/AIDS, IMS, DM, TBC). Sehari-hari Ny. “M” beraktivitas mengurus rumah tangga dan mengurus anak-anaknya, Dalam data objektif dilakukan pemeriksaan umum keadaan ibu baik, tidak ada kelainan, dilakukan pemeriksaan inspeculo tidak terdapat erosi porsio tidak ada lesi. Pada pemeriksaan antropometri Ny. “M” di dapatkan berat badan 56 kg, tinggi badan 153 cm, IMT adalah 23,93 kg/m? dan LILA 24 cm, Menurut Kemenkes RI, IMT normal adalah 18,5-25,0 kg/m?, Standar minimal ukuran LILA pada wanita dewasa adalah 23,5 cm. LILA kurang dari 23,5 cm maka interpretasinya adalah KEK (Romauli, 2011). Dalam hal ini IMT dan LILA Ny. “M” masuk dalam kategori normal. Didapatkan hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal. tekanan darah : 120/80 mmHg, suhu : 36,6 °C, nadi (0 kali /menit dan pernapaan : 20 kali /menit. Dari asuhan kebidanan pada Ny. “M” penatalaksanaan yang diberikan yaitu memberikan KIE mengenai KB IUD berupa kelebihan dan kerugiannya yang ditimbulkan dari penggunaan jenis kontrasepsi IUD, salah satunya keputihan dan efek samping lainnya. Menjelaskan mengenai prosedur pelaksanaan pemasan gan KB IU, serta memberitahu kepada ibu untuk melakukan control pemasangan KB TD. 34 BABV PENUTUP 5.1 Kesimpulan Keluarga Berencana merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksi yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Mujiati, 2013). Dari hasil asuhan yang dilakukan pada Ny. “M” usia_ tahun, klien mengatakan ingin menggunakan KB IUD. Pemeriksaan TTV dan Antropometri dalam batas normal, TTV (tekanan darah 120 /80 mmHg, suhu 36,6 °C, nadi 82 kali /menit, respirasi 20 kali /menit) dan pemeriksaan Antropometti (berat badan : 56 kg, tinggi badan 153 em, IMT 23,93 kg/m?). Klien sudah mengerti mengenai penjelasan yang dan dari hasil pemeriksaan data objektif dalam batas normal, Asuhan kebidanan yang diberikan kepada meliputi pengkajian dari data subjektif dan data objektif yang sesuai dengan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang sesuai dengan konsep asuhan kebidanan kontrasepsi 5.2 Saran a. Bagi Pasien Diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahunya tentang alat kontrasepsi yang sebaiknya dipakainya, karena setiap pasangan usia subur memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. b. Bagi Puskesmas Diharapkan dapat menjaga kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan dan tetap menjaga kesterilan dalam melakukan tindakan serta dapat meningkatkan fasilitas dalam menangani akseptor KB. c. Bagi Mahasis Diharapkan dapat menambah referensi tentang keluarga berencana, wa khususnya pada akseptor KB IUD dengan keputihan. 35 DAETAR PUSTAKA Sulistyawati, A. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika. Affandi, B. 2013. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Handayani, Sri. 2014. Mujiati, 1. 2013. Situasi Keluarga Berencana di Indonesia (Vol. 1). Yogyakarta: Buletin Jendela. Suratun, & Maryani, S. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: CV Trans Info Media. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : CV Infomedia Suratun, dkk. 2014. Sukawati, AB. 2014. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana Dalam Tanya Jawab. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Hmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 volume 2. Jakarta : EGC. Yuhedi, L. T., & Kurniawati, T. 2014. Program KB di Indonesia. Dalam Buku Ajar Kependudukan & Pelayanan KB. Jakarta: EGC. Maritalia, D. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Manuaba. 2016. limu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC Maryunani, Anik. 2016. Manuaba, LB.G dkk. 2013. IImu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. EGC, Neolaka, A., & Amialia, G. 2017. Landasan Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. 36

You might also like