You are on page 1of 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN

DI BANGSAL MELATI 4
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Kelompok
Stase Keperawatan Anak
Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun oleh:

Ridha Wahyuningtias (20/458098/KU/22372)


Evida Sofiana (20/458068/KU/22342)
Esty Wijayanti (20/458065/KU/22339)
Zulfa Hidayah (20/458112/KU/22386)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN
MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“TERAPI BERMAIN”

A. Latar Belakang
Program bermain di rumah sakit adalah salah satu upaya untuk meningkatkan
perkembangan anak karena anak-anak yang dirawat di rumah sakit cenderung akan
mengalami hambatan dalam perkembangan fisik dan motorik pada anak secara
maksimal. Selain itu anak-anak yang dirawat di rumah sakit juga akan cenderung sensitif
dan mudah marah karena stres maupun perubahan lingkungan yang ditempatinya serta
perubahan aktivitas (Wong, 2009). Salah satu respon anak-anak yang dirawat di rumah
sakit adalah merasa cemas. Kecemasan sering muncul ketika dokter, perawat maupun
petugas kesehatan lain akan memberikan tindakan medis kepada anak tersebut. Jika
kecemasan ini tidak ditangani dengan baik, akan berpengaruh pada gangguan tumbuh
kembang anak. Kecemasan anak ini dapat dikurangi dengan kegiatan bermain
(Nurkholis, 2013).
Kegiatan bermain di rumah sakit dapat memberikan manfaat pada anak berupa
relaksasi, pengalihan rasa sakit, dan rasa nyaman bagi anak. Bermain dapat digunakan
sebagai media psikoterapi pada anak yang disebut terapi bermain (Tedjasaputra, 2007).
Terapi bermain bagi anak di rumah sakit dapat dilakukan secara mandiri maupun
kelompok. Tujuan dari terapi bermain adalah untuk mengurangi perasaan takut, sedih,
tegang, dan nyeri (Supartini, 2004).
Sehingga penulis menyusun makalah satuan acara penyuluhan (SAP) terapi
bermain yang didalamnya terangkum materi tentang terapi bermain yang dapat
diterapkan pada anak-anak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi bermain ini, pasien dapat menguranngi perasaan cemasnya
saat di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dilakukannya terapi bermain ini adalah agar pasien mampu:
a. Melatih motorik kasar dan motorik halus.
b. Berkegiatan seperti saat di rumah.
c. Melupakan sejenak kondisi sakitnya.
d. Merasa nyaman berada di rumah sakit.
C. Sasaran dan target
Sasaran : Pasien rawat inap di bangsal Melati 4

Target : Pasien dengan rentang usia 5-10 tahun.


D. Waktu dan tempat
Hari : Sabtu
Tanggal : 31 Oktober 2020
Waktu : 11.00 – 11.30 WIB
Tempat : Ruang kamar Melati 4

E. Setting tempat

Keterangan

: Pemandu
: Fasilitator
: Observer
: Peserta
: Pendamping pasien
F. Metode yang digunakan
Menggambar dan Mewarnai
G. Pengorganisasian
Mahasiswa profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan FK-KMK UGM
1. Pemandu : Evida Sofiana, S.Kep
2. Fasilitator : Ridha Wahyuningtias, S.Kep
3. Evaluator : Esty Wijayanti, S.Kep
4. Dokumentasi : Zulfa Hidayah, S.Kep
H. Pelaksanaan kegiatan

NO PEMATERI RESPON PESERTA WAKTU


1 Pembukaan  Menjawab salam 5 menit
a. Salam pembukaan  Memperhatikan
b. Perkenalan pemateri penjelasan dengan
c. Menjelaskan tujuan cemat
d. Kontrak waktu  Memperhatikan
penjelasan dengan
cemat
 Berpartisipasi aktif

2 Kegiatan inti  Memperhatikan 20 menit


a. Memperkenalkan nama penjelasan dengan
permainan dan cara cemat
bermain  Meperhatikan
b. Memberikan contoh cara penjelasan dengan
bagaimana menggambar cemat dan
sesuai dengan contoh berpartisipasi dengan
gambar yang terlah aktif
diwarnai atau bebas  Aktif dalam kegiatan
berekspresi dengan
memberikan warna
sendiri
c. Mendampingi dan
mengawasi anak-anak
dalam menggambar
3 Penutup  Mendengarkan 5 menit
a. Memberikan  Meperhatikan
reinforcement positif penjelasan dengan
kepada anak dan ibu atau cemat dan
wali berpartisipasi dengan
b. Menyimpulkan kegiatan aktif
yang sudah dilaksanakan  Menjawab salam
c. Mengakhiri kegiatan

I. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
Kami memastikan bahwa ruangan nyaman dan kondusif untuk kegiatan
2. Evaluasi isi
a. Pasien dapat mempraktekkan terapi bermain yang telah dilaksanakan
b. Pasien dan pendamping pasien dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan
TERAPI BERMAIN

DEFINISI TERAPI BERMAIN


Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik fisik, emosi mental,
intelektual, kreativitas maupun sosial (Soetjiningsih, 2014). Suatu kegiatan bermain harus ada
lima unsur yaitu mempunyai tujuan yaitu kepuasan, memilih dengan bebas tidak ada paksaan,
menyenangkan dan dapat dinikmati, menghayal untuk mengembangkan imajinasi, dan
melakukan secara aktif (Huges, 1999 dalam Ismail, 2006). Terapi merupakan penerapan
sistematis dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu kondisi atau tingkah laku yang
dianggap menyimpang dengan tujuan melakukan perubahan. Terapi bermain adalah usaha
mengubah tingkah laku yang bermasalah dengan menempatkan anak dalam situasi bermain
(Adriana, 2011). Terapi Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Hidayat, 2008).

FUNGSI BERMAIN
Ada beberapa fungsi bermain di rumah sakit antara lain: mengenalkan pada anak pada
lingkungan dan keadaan yang asing, mengajarkan untuk bisa membuat keputusan dan control,
untuk mengurangi stress dan cemas, untuk mengurangi nyeri, mengenalkan tentang tujuan dan
penggunaan alat medis (Wong, 2004). Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk
merangsang perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi, kreativitas,
kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik.
1. Perkembangan sensorimotor: aktivitas sensorimotor adalah komponen utama bermain
pada semua usia. Permainan aktif penting untuk perkembangan otot dan bermanfaat
untuk melepaskan kelebihan energi. Melalui stimulasi taktil, auditorius, visual dan
kinestetik, bayi memperoleh kesan. Toddler dan prasekolah sangat menyukai gerakan
tubuh dan mengeksplorasi segala sesuatu di ruangan.
2. Perkembangan intelektual: melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak belajar
mengenal warna, bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi objek-objek. Ketersediaan materi
permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah dua variabel terpenting yang
terkait dengan perkembangan kognitif selama masa bayi dan prasekolah.
3. Sosialisasi: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui bermain, anak belajar membentuk hubungan sosial dan
menyelesaikan masalah, belajar pola perilaku dan sikap yang diterima masyarakat.
4. Kreativitas: anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain.
Kreativitas terutama merupakan hasil aktivitas tunggal, meskipun berpikir kreatif
sering kali ditingkatkan dalam kelompok. Anak merasa puas ketika menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda.
5. Kesadaran diri: melaui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuan diri dan
membandingkannya dengan orang lain. Kemudian menguji kemampuannya dengan
mencoba berbagai peran serta mempelajari dampak dari perilaku mereka terhadap
orang lain.
6. Nilai moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama dari
lingkungan. Melalui aktivitas bermain anak memperoleh kesempatan untuk
menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya. Anak juga
akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan sesuatu dan bertanggung
jawab.
7. Manfaat terapeutik: bermain bersifat terapeutik pad aberbagai usia. Bermain bersifat
terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan sarana untuk melepaskan diri
dari ketegangann dan stress yang dihadapi di lingkungan. Dalam bermain, anak dapat
mengekspresikan emosi dan melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara
yang dapat diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu
mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut, kecemasan dan keinginan mereka kepada
pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan.

PRINSIP TERAPI BERMAIN DI RUMAH SAKIT


Dalam melakukkan aktivitas bermain untuk anak yang dirawat dirumah sakit perawat
hendaknya memperhatikan prinsip bermain yaitu tidak banyak energi, mempertimbangkan
keamanan dari infeksi silang, kelompok umur yang sama, permainan tidak bertentangan
dengan pengobatan, semua alat permainan dapat dicuci, dan melibatkan orang tua (Nursalam,
2005 ).

POLA BERMAIN
1. Bermain dengan mainan
Pada permulaan masa awal kanak-kanak bermain dengan mainan merupakan
bentuk yang dominan. Minat bermain dengan mainan mulai agak berkurang pada akhir
awal masa kanak-kanak pada saat anak tidak lagi dapat membayangkan bahwa
mainannya mempunyai sifat hidup.
2. Dramatisasi
Sekitar usia 3 tahun dramatisasi terdiri dari permainan dengan meniru pengalaman-
pengalaman hidup, kemudian anak-anak bermain permainan pura-pura dengan
temannya seperti polisi dan perampok, penjaga toko, berdasarkan cerita-cerita yang
dibacakan kepada mereka atau bisa juga berdasarkan acara film dan televisi yang
mereka lihat.
3. Konstruksi
Anak-anak mulai membuat bentuk-bentuk dengan balok-balok, pasir, lumpur, tanah
liat, manik-manik, cat, pasta, gunting, krayon, sebagian besar konstruk yang dibuat
merupakan tiruan dari apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari atau dari
televisi. Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak, anak-anak sering
menambahkan kreativitasnya kedalam konstruksi-konstruksi yang dibuat berdasarkan
pengamatan-pengamatannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Permainan
Dalam tahun keempat anak mulai lebih mempunyai permainan yang dimainkan
bersama dengan teman-teman sebayanya dari pada dengan orang-orang dewasa.
Permainan ini dapat terdiri dari beberapa permainan dan melibatkan beberapa
peraturan. Permainan yang menguji ketrampilan adalah melempar dan menangkap bola
5. Membaca
Anak-anak senang dibacakan dan melihat gambar dari buku, yang sangat menarik
adalah dongeng-dongeng dan nyanyian anak-anak, cerita tentang hewan, dan kejadian
sehari-hari.
6. Film dan televisi
Anak-anak jarang melihat bioskop namun anak-anak suka melihat film kartun, film
tentang binatang, dan film rumah tentang anggota keluarga. Anak-anak juga senang
mendengarkan radio tetapi lebih senang melihat televisi. Ia lebih suka melihat acara
anak- anak yang lebih besar daripada usia prasekolah.

Tahap Bermain
Menurut Montolalu (2007), secara umum tahap-tahap perkembangan bermain ada lima
tahap yaitu:
1. Tahap Manipulatif
Tahap manipulatif pada anak usia 2-3 tahun sudah dapat bermain dengan benda-
benda yang ada disekitarnya untuk dipegang, diraba, digerak-gerakkan, dibolak-balik,
dibanting, dijatuhkan, dilempar, ditendang, diduduki, dicium, dipukul dan sebagainya.
Anak-anak melakukan hal itu semua untuk memperoleh pengalaman, pengetahuan,
pemahaman, dan mengenal sifat, bentuk, fungsi, benda-benda yang mereka mainkan
dan merasakannya serta keterampilan manipulatif untuk melangkah ke tahap
berikutnya.
2. Tahap Simbolis
Tahap simbolis, anak pada usia 3-4 tahun masuk dalam kategori bermain tahap
simbolis yaitu anak sudah mulai mengenal benda-benda tertentu sebagai symbol makna
benda yang lain sebagg contoh anak-anak laki-laki bermain dengan balok- balok kayu
diibaratkan dengan bermain mobil-mobilan sambil berucap “ini mobil papaku”, atau
sekelompok anak perempuan dengan bermain pasir disimbulkan beras dalam
permainan pasar-pasaran dan sebagainya. Tahap ini ditandai dengan kemampuan anak
untuk berangan-angan atau berimaginasi sesuai dengan kenyataan hidup yang ada.
Sering anak berbicara sendiri dengan alat permainannya.
3. Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi, pada tahap ini anak sering bermain sendiri untuk menemukan apa
yang ia inginkan karena pada dasarnya anak ingin mengetahui segala sesuatu yang ada
di sekitarnya dengan mengalami sendiri. Melalui bermain pada tahap ini anak akan
menemukan beberapa sifat, bentuk, dan keadaan benda yang dimainkan. Bermain di
bak pasir misalnya anak bermain pasir dengan disendok, dituang, dipindahkan ke
tempat lain, dibentuk seperti yang mereka inginkan, dicampur air, diayak dan
sebagainya. Melalui bermain di bak pasir tersebut anak akan memperoleh pengalaman
berharga mengenai sifat pasir.
4. Tahap Eksperimen
Tahap eksperimen, setelah anak memperoleh banyak pengalaman baru dalam
bermain sebelumnya anak mulai mulai mencoba-coba mencari jawaban dari persoalan
ataupun angan-angan yang mereka lakukan. Kegiatan bermain mulai terpusat pada
permainan yang mampu membuktikan apa yang mereka pikirkan yaitu mencari bentuk-
bentuk tertentu dengan berbagai ukuran dan kekuatan oleh sebab itu dalam bermain
akan selalu mencoba-coba terus atau membuat percobaan-percobaan sampai mereka
menemukan jawabannya. Sebagai contoh dalam bermain di bak pasir atau di pantai
anak akan membuat berbagi macam bentuk bangunan atau benda menurut angan-angan
mereka ataupun dengan bantuan kaleng, tempurung kelapa, atau bentuk benda lain
dengan berbagai macam percobaan adonan pasir dan sebagainya.
5. Tahap Dapat dikenal
Tahap dapat dikenal, pada anak usia 5-6 tahun pada umumnya telah mencapai
tahap bermain yang nyata artinya anak-anak telah mampu bermain dengan brbagai
bentuk dan dan sifat yang nyata dan hasilnya mudah dapat dikenal oleh orang lain
secara nyata. Misalnya bermain dengan membuat bentuk binatang dengan plastisin dan
membuat kandangnya atau bahkan kebon binatangnya sudah dapat dikenal. Selain itu
pada tahap ini anak sudah mampu bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut dengan cara membagi tugas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Hidayat, 2008. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.
Hurlock, 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Ismail, A. Education Games, Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif.
Yogyakarta: Pilar Media
Montolalu, dkk. 2007. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka
Soetjiningsih. (2007). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.
Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Sunarno,Agus
dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.
TERAPI BERMAIN MENGGAMBAR DAN MEWARNAI
Latar belakang permainan:
Hospitalisasi bagi anak merupakan hal yang dapat meningkatkan kecemasan,
meningkatkan tekanan pada pasien, mengurangi sosialisasi dengan teman sebaya, dan
mengubah aktivitas sehari-hari pasien. Kecemasan dan perasaan tertekan tidak selalu dapat
diungkapkan secara verbal oleh anak. Anak cenderung akan berperilaku menghindar, mudah
tersinggung, atau mudah menangis untuk menunjukkan perasaan yang dirasakan. Sehingga,
melalui terapi bermain diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pasien untuk
mengekspresikan perasaan selama dilakukan perawatan di rumah sakit
Tujuan permainan:
 Meningkatkan kemampuan pasien untuk mengekspresikan perasaannya
 Mengurangi kecemasan pasien
 Mengembangkan kreatifitas pasien
Sasaran:
Pasien berusia 5-10 tahun
Mekanisme:
Pasien akan menggambar sebuah objek sesuai dengan gambar yang sudah disediakan dan
mewarnainnya.
Alat dan Bahan:
 Kertas gambar
 Pensil warna
 Papan kertas

You might also like