You are on page 1of 77

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA

GOOD MINING PRACTICES


(PRAKTEK PERTAMBANGAN YANG BAIK DAN BENAR)

Riza Novrinda & Lhila Rosita Sari

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2016

Disampaikan pada :
Mata Kuliah Tata Kelola Pertambangan, Mei 2016
OUTLINE PRESENTASI
I. Pendahuluan 5.5. Pengawasan
I.1. Latar Belakang 5.6. Pengelolaan Ling. Pertambangan Minerba
I.2. Pengelolaan Pertambangan Yang Baik Dan Benar 5.7. Kegiatan Pertambangan
II. Peraturan Perudangan & Perizinan VI. Kesemalatan & Kesehatan Kerja Pertambangan
2.1 Peraturan Perundangan 6.1. Karakter Umum Ling. Pertambangan
2.2 Perizinan Pertambangan (KK & PKP2B) 6.2. Karakter Khusus Ling. Pertambangan
III. Teknis Pertambangan 6.3. Pengelolaan K3 Pertambangan Umum Scr Bersistem
3.1 Eksplorasi 6.4. Filosofi Dasar Manajemen Keselamatan Pertambangan
3.2 Studi Kelayakan 6.5. Manajemen Keselamatan Pertambangan
3.3. Metode Penambangan VII. Peningkatan Nilai Tambah
3.4. Pelaksanaan Penambangan 7.1. Konsep Dasar Kebijakan
3.5. Pengolahan dan/atau Pemurnian 7.2. Peningkatan Nilai Tambah Pertambangan
3.6. Pengangkutan 7.3. Pengembangan Wilayah & Masyarakat Di Sekitar
3.7. Penjualan Wilayah Pertambangan
3.8. Peralatan VIII. Standarisasi Pertambangan
3.9. Kontrak Kegiatan Teknis Pertambangan 8.1. Sistem Standarisasi Nasional
IV. Konservasi Bahan Galian 8.2. Standarisasi Pertambangan Umum
4.1. Obyek Konservasi Bahan Galian 8.3. Akreditasi & Sertifikasi
4.2. Lingkup Implementasi Konservasi Bahan Galian IX. Community Development
4.3. Pelaksanaan Konservasi Bahan Galian 9.1. Pengertian Umum CD
4.4. Evaluasi Pelaksanaan Konservasi Bahan Galian 9.2. Dasar Hukum
V. Perlindungan Lingkungan Pertambangan 9.3. Tujuan CD
5.1. Perubahan Paradigma 9.4. Prinsip-prinsip CD
5.2. Pembangunan Berkelanjutan 9.5. Fasilisator CD
5.3. Internalisasi Perlindungan Lingkungan 9.6. Program CD
5.4. Kriteria Teknis Kegiatan Dlm Kawasan Sensitif 9.7. Penyusunan Program
I. PENDAHULUAN
I.1 . LATAR BELAKANG I.2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
YANG BAIK DAN BENAR

Latar belakang :
• Permasalahan umum tambang di Indonesia adalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
pengelola tambang meninggalkan lahan tambang begitu saja setelah tidak produktif lagi.
• Berkembangnya suatu peradaban berarti berkembangnya suatu masyarakat yang beradab.
• Perlunya menegakan HAM dan menghargai budaya, tatanan adat, serta tatanan nilai dalam
setiap hubungan dengan pemangku kepentingan (stakeholder).

UU No. 4 Tahun 2009 ttg Pertambangan Mineral dan Batubara, Pasal 95 :


• Mengamanatkan bahwa pemegang IUP wajib menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik.
• Mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntasi Indoensia.
• Meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral.
• Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat.
• Mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan
I. PENDAHULUAN
I.1 . LATAR BELAKANG I.2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
YANG BAIK DAN BENAR

Pasal 95 :
Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP dan IUPK
wajib melaksanakan :
1. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan ;
2. keselamatan operasi pertambangan;
3. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan
reklamasi dan pasca tambang;
4. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
5. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk
padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum
dilepas ke media lingkungan
I. PENDAHULUAN
I.1 . LATAR BELAKANG I.2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
YANG BAIK DAN BENAR

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN YANG BAIK

Pelaku Bisnis Pembuat Kebijakan

Good Mining
Practice

• Efesiensi Menjembatani • Pembang. masy./wilayah


• Keuntungan; dua perspektif • Keberlanjutan pembangunan
• Produksi, efisiensi • Ketaatan terhadap peraturan
• Resiko rendah • Konservasi; nilai tambah;
. Lingkungan
• Tanpa kecelakaan
. Masyarakat
• Perlindungan lingkungan
I. PENDAHULUAN
I.1 . LATAR BELAKANG I.2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
YANG BAIK DAN BENAR
I. PENDAHULUAN
I.1 . LATAR BELAKANG I.2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
YANG BAIK DAN BENAR

Ciri-ciri pelaksanaan good mining practice Potensi Akibat :


meliputi :
• Kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan.
• Mentaati hukum/perizinan yang berlaku
• Hasil tambang tidak akan efisien dan
• Mempunyai perencanaan teknis
pertambangan yang komprehensif dan ekonomis;
mengikuti standar; • Produksi akan tersendat / tidak lancar.
• Menerapkan teknologi pertambangan yang • Kemungkinan terjadinya kecelakaan
sesuai dan benar serta mengikuti standar tambang akan tinggi;
teknis berlandaskan efektivitas dan efisiensi; • Pengrusakan dan gangguan terhadap
• Melaksanakan konservasi bahan galian; lingkungan akan timbul;
• Mengendalikan dan memelihara fungsi • Terjadinya “pemborosan” bahan galian.
lingkungan;
• pascatambang akan mengalami kesulitan
• Menjamin keselamatan pertambangan; dan sulit penanganannya;
• Mengakomodir kemauan dan partisipasi
• Semua pihak akan mendapat rugi
masyarakat;
(pemerintah, perusahaan dan masyarakat);
• Menghasilkan nilai tambah optimal;
• Kegiatan pertambangan akan “dituding”
• Meningkatnya kemampuan/kesejahteraan
sebagai suatu kegiatan yang merusak
masyarakat sekitar;
lingkungan.
• Menciptakan pembangunan berkelanjutan;
I. PENDAHULUAN
I.1 . LATAR BELAKANG I.2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
YANG BAIK DAN BENAR

Prinsip :
• Eksplorasi dengan presisi tinggi
• Penambangan tuntas
• Pemilihan teknologi yang tepat
• Efisiensi penggunaan lahan
• Konservasi bahan galian
• Pengelolaan : tanah penutup, tanah
pucuk (top soil), erosi dan sedimentasi.
• Penggunaan air kerja dan perlindungan
sumber air
• Reklamasi segera
• Pengelolaan limbah
• Peningkatan kompetensi tenaga kerja
• Pemantauan kinerja
• Pembangunan berkelanjutan
II. PERATURAN PERUNDANGAN & PERIZINAN

2.1 . PERATURAN PERUNDANGAN

Undang-Undang Terkait

1. UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;


2. UU Gangguan (Hinderordonnantie) 1926;
3. UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing;
4. UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan;
5. UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
6. UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
7. UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
8. UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
9. UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
10. UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
11. UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
12. UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
13. UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
14. UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
15. UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;
16. UU Nomor 17Tahun 2008 tentang Pelayaran;
17. UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara;
18. UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
19. UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah;
20. UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
21. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
22. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
II. PERATURAN PERUNDANGAN & PERIZINAN

2.1 . PERATURAN PERUNDANGAN


17. PP Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakukan Kepabeanan,
Peraturan PemerintahTerkait Perpajakan, Dan Cukai Serta Tata Laksana Pemasukan
dan Pengeluaran Barang Ke Dan Dari Serta Berada Di
1. PP Nomor 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Kawasan Yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan; Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas.
2. PP Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional; 18. PP Nomor 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas PP
3. PP Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara;
Kawasan Hutan; 19. PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
4. PP Nomor 2 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis 20. PP Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berasal Dari Penggunaan Dan Lingkungan Perseroaan Terbatas;
Kawasan Hutan Untuk Kepentingan Pembangunan Di Luar Kegiatan 21. PP Nomor 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas PP
Kehutanan Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan; Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan
5. PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Hutan;
Nasional; 22. PP Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas
6. PP Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi Dan Reklamasi Hutan; Peraturan Pemerintah nomor 23 Tahun 2010 Tentang
7. PP Nomor 9 Tahun 2009 tentang Jenis Dan Tarif Atas Penerimaan Pelakasanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan
Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Energi Dan Batubara;
Sumber Daya Mineral; 23. PP Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis
8. PP Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berasal Dari
Pembayaran Dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Kepentingan
Yang Terutang; Pembangunan Diluar Kegiatan Kehutanan Yang Berlaku
9. PP Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan; Pada Kementerian Kehutanan;
10. PP Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan 24. PP Nomr 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Dan Fungsi Kawasan Hutan; Bahan Berbahaya Dan Beracun;
11. PP Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan; 25. PP Nomor 77 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas
12. PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara; Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan
13. PP Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan; Batubara;
14. PP Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan Dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral Dan
Batubara;
15. PP Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi Dan Pascatambang;
16. PP Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
II. PERATURAN PERUNDANGAN & PERIZINAN

2.1 . PERATURAN PERUNDANGAN

Perpres Dan/Atau KepresTerkait

1. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang 8. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009
Pengelolaan Kawasan Lindung; tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di
2. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Bidang Penanaman Modal;
Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja; 9. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2012 tentang
3. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Dan Pengawasan Terkait
Ketentuan Pokok Perjanjian Karya Pengusahaan Kegiatan Usaha Pertambangan Batubara;
Pertambangan Batubara; 10. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2012
4. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2000 tentang tentang Tim Evaluasi Untuk Penyesuaian
Penanggulangan Masalah Pertambangan Tanpa Izin; Kontrak Karya Dan Perjanjian Kontrak Karya
5. Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 2001 tentang Pengusahaan Pertambangan Batubara;
Tim Koordinasi Penanggulangan Pertambangan 11. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015
Tanpa Izin, Penyalahgunaan Bahan Bakar Minyak tentang Kementerian Energi Dan Sumber Daya
Serta Perusakan Instalasi Ketenagalistrikan dan Mineral
Pencurian Aliran Listrik;
6. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang
Kebijakan Nasional Di Bidang Pertanahan;
7. Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Perizinan Atau Perjanjian Di Bidang Pertambangan
Yang Berada Di Kawasan Hutan;
II. PERATURAN PERUNDANGAN & PERIZINAN

2.1 . PERATURAN PERUNDANGAN

Peraturan Menteri ESDM


1. Permen ESDM Nomor 47 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembuatan Dan 12. Permen ESDM Nomor 28 Tahun 2013 tentang Tata Cara Lelang
Pemanfaatan Briket Batubara Dan Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara; Wilayah Izin Usaha Pertambangan Dan Wilayah Izin Usaha
2. Permen ESDM Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Penerapan Pertambangan Khusus Pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Kompetensi Profesi Bidang Pertambangan Mineral Dan Batubara; Mineral Logam Dan Batubara;
3. Permen ESDM Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perubahan 13. Permen ESDM Nomor 32 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Penanaman Modal Dalam Rangka Pelaksanaan Kontrak Karya Dan Pemberian Izin Khusus Di Bidang Pertambangan Mineral Dan
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara; Batubara;
4. Permen ESDM Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa 14. Permen ESDM Nomor 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai
Pertambangan Mineral Dan Batubara; Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian
5. Permen ESDM Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pelimpahan Sebagian Urusan Mineral Di Dalam Negeri;
Pemerintahan Di Bidang Energi Dan Sumber Daya Mineral Kepada 15. Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Dalam Rangka Penyelenggaraan Reklamasi Dan Pascatambang Pada Kegiatan Usaha
Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2010; Pertambangan Mineral Dan Batubara;
6. Permen ESDM Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pengutamaan Pemasokan 16. Permen ESDM Nomor 38 Tahun 2014 tentang Penerapan Sistem
Kebutuhan Mineral Dan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri; Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral Dan Batubara;
7. Permen ESDM Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pendelegasian Wewenang 17. Permen ESDM Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Pemberian Izin Usaha Di Bidang Energi Dan Sumber Daya Mineral Dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Rangka Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengelolaan
Kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; Dan Pemurnian Mineral Di Dalam Negeri;
8. Permen ESDM Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Dan 18. Permen ESDM Nomor 32 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Harga Patokan Penjualan Mineral Dan Batubara; Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Tata
9. Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Wilayah Cara Pemberian Izin Khusus Di Bidang Pertambangan Mineral
Usaha Pertambangan Dan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan Mineral Dan Batubara;
Dan Batubara; 19. Permen ESDM Nomor 33 Tahun 2015 tentang Tata Cara
10. Permen ESDM Nomor 24 Tahun 2012 tentang Permen ESDM Nomor 28 Pemasangan Tanda Batas WIUP Pertambangan Dan WIUPK
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral Mineral Dan Batubara;
Dan Batubara; 20. Permen ESDM Nomor 43 Tahun 2015 tentang Tata Cara Evaluasi
11. Permen ESDM Nomor 27 Tahun 2013 tentang Tata Cara Dan Penetapan Penerbitan IUP Mineral Dan Batubara.
Harga Divestasi Saham, Serta Perubahan Penanaman Modal Di Bidang
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
II. PERATURAN PERUNDANGAN & PERIZINAN

2.1 . PERATURAN PERUNDANGAN

Peraturan Menteri Terkait

1. Permen Perdagangan Nomor 19/M-DAG/PER/4/2007 9. Permen Perdagangan Nomor 33/M-


tentang Perdagangan Bijih Timah Antar Pulau; DAG/PER/5/2012 tentang Tata Cara Penetapan
2. Permen Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 Harga Patokan Ekspor Atas Produk
tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan; Pertambangan Yang Dikenakan Bea Keluar;
3. Permen Perdagangan Nomor 46/M-DAG/PER/9/2009 10. Permen Perdagangan Nomor 45/M-
tentang Perubahan Atas PERMEN Perdagangan DAG/PER/7/2012 tentang Ketentuan Ekspor Sisa
Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Dan Skrap Logam;
Surat Izin Usaha Perdagangan; 11. Permen Perdagangan Nomor 46/M-
4. Permen Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang DAG/PER/7/2012 tentang Ketentuan Ekspor
Pedoman Penetapan Izin Gangguan Di Daerah; Perak Dan Emas;
5. Permen Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 12. Permen Keuangan Nomor 75/PMK.011/2012
tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan; tentang Penetapan Barang Ekspor Yang
6. Permen LH Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Dikenakan Bea Keluar Dan Tarif Bea Keluar;
Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib 13. Permen Perdagangan Nomor 04/M-
Memiliki AMDAL; DAG/PER/2014 tentang Ketentuan Ekspor
7. Permen LH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Produk Pertambangan Hasil Pengolahan Dan
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup; Pemurnian.
8. Permen LH Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisa
Dampak Lingkungan Hidup Dan Izin Lingkungan;
II. PERATURAN PERUNDANGAN & PERIZINAN

2.1 . PERATURAN PERUNDANGAN

Kepmen ESDMTerkait
1. Kepmentamben Nomor 2555.K/Tahun 1993 tentang 9. Keputusan Menteri ESDM Nomor 0057 K/40/MEM/2004
Pelaksanaan Inspeksi Tambang Bidang Pertambangan Umum; tentang Perubahan Keputusan Menteri Pertambangan
2. Kepmentamben Nomor 103.K/008/M.PE/1994 tentang Dan Energi Nomor 680 K/29/M.PE/1997 tentang
Pengawasan Atas Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996
Lingkungan Dan Rencana Pemantauan Lingkungan Dalam tentang Ketentuan Pokok Perjanjian Karya
Bidang Pertambangan Dan Energi; Pengusahaan Pertambangan Batubara;
3. Kepmentamben Nomor 555/K/26/M.PE/1995 tentang Kesehatan 10. Keputusan Menteri ESDM Nomor 1128 K/40/MEM/2004
Dan Keselamatan Kerja Pertambangan Umum; tentang Kebijakan Batubara Nasional;
4. Kepmen ESDM Nomor 1211.K/008/M.PE/1995 tentang 11. Keputusan Menteri ESDM Nomor 1614 Tahun 2004
Pencegahan Dan Penanggulangan Perusakan Dan tentang Pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak
Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Karya Dan Perjanjian Karya Pengusahaan
Umum; Pertambangan Batubara Dalam Rangka Penanaman
5. Kepmentamben Nomor 1256.K/008/M.PE/1996 tentang Modal Asing.
Pedoman Teknis Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Untuk Kegiatan Pertambangan Dan Energi;
6. Kepmen ESDM Nomor 1453K/29/MEM/2000 tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang
Pertambangan Umum;
7. Keputusan Menteri ESDM Nomor 1086 K/40/MEM/2003 tentang
Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Khusu Bidang Geologi
dan Pertambangan;
8. Keputusan Menteri ESDM Nomor 1603 K/40/MEM/2003 tentang
Pedoman Pencadangan Wilayah Pertambangan;
II. PERATURAN PERUNDANGAN & PERIZINAN

2.2 . PERIZINAN PERTAMBANGAN

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1409.K/201/M.PE/1996 Pasal 1.


Kontrak Karya adalah suatu perjanjian antara pemerintah RI dengan perusahaan swasta asing
atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA) untuk pengusahaan mineral
dengan berpedoman kepada UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing serta UU
Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok-pokok Pertambangan Umum.

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1614 tahun 2004, Pasal 1 angka 1.
Kontrak Karya adalah perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan berbadan
hukum Indonesia dalam rangka penanaman modal asing untuk melaksanakan usaha
pertambangan bahan galian, tidak termasuk minyak bumi,gas alam, panas bumi, radio aktif, dan
batu bara.
II. PERATURAN PERUNDANGAN & PERIZINAN

2.2 . PERIZINAN PERTAMBANGAN

Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 1981, Pasal 1.


Perjanjian kerja sama adalah perjanjian antara perusahaan negara tambang
batubara sebagai pemegang kuasa pertambangan dan pihak swasta sebagai
kontraktor untuk pengusahaan tambang batu bara untuk jangka waktu 30 tahun
berdasarkan ketentuanketentuan tersebut dalam Keppres ini..
Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996, Pasal 1.
Perjanjian karya adalah perjanjian antara pemerintah dan perusahaan
kontraktor swasta untuk melaksanakan pengusahaan pertambangan bahan
galian batu bara

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.1409.K/201/M.PE/1996, Pasal 1.


PKP2B adalah suatu perjanjian antara pemerintah RI dengan perusahaan swasta
asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA) untuk
pengusahaanbatu bara dengan berpedoman kepada UU No. 1/1967 tentang PMA
serta UU No.11/1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Umum.
II. PERATURAN PERUNDANGAN & PERIZINAN

2.2 . PERIZINAN PERTAMBANGAN

IUP :
Izin untuk melaksanakan pertambangan

IUP Eksplorasi :
Kegiatan penyelidikan unium, eksplorasi, dan studi kelayakan

IUP Operasi Produksi :


Izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi
untukmelakukan tahapan kegiatan operasi produksi

IUPK :
Izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah izin usaha
pertambangan khusus

IUPK Eksplorasi :
Tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan di wilayah
izin usaha pertambangan khusus

IUPK Operasi Produksi :


Tahapan kegiatan operasi produksi di wilayah izin usaha pertambangan khusus,
konstruksi, penambangan, pengolahan pemurnian, pengangkutan penjualan
II. PERATURAN PERUNDANGAN & PERIZINAN

2.2 . PERIZINAN PERTAMBANGAN

Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) :


Izin untuk melaksanakan usaha jasa penunjang yang berkaitan dengan kegiatan
usaha pertambangan

1. Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP);


2. Surat Keterangan Terdaftar (SKT)

Bidang Usaha Jasa Pertambangan :


Konsultasi, Perencanaan, Pelaksanaan Dan Pengujian
1. Penyelidikan umum;
2. Eksplorasi;
3. Studi kelayakan;
4. Konstruksi pertambangan;
5. Pengangkutan;
6. Lingkungan pertambangan;
7. Pascatambang dan reklamasi; dan/atau
8. Keselamatan dan kesehatan kerja.
Konsultasi, Perencanaan dan Pengujian
1. Penambangan; atau
2. Pengolahan dan Pemurnian.
II. PERATURAN PERUNDANGAN & PERIZINAN

2.2 . PERIZINAN PERTAMBANGAN


• Kalibrasi;
Surat Keterangan Terdaftar (SKT) • Fabrikasi/Manufaktur;
• Jasa BogalCatering; • Tata Grahal Housekeeping;
• Jasa Pengamanan; • Pemasok dan Pemeliharaan Alat Pemadam
• Layanan Kesehatan; Kebakaran;
• Konstruksi Sipil; • Pengiriman Barang/Ekspedisi;
• Konstruksi Elektrik; • Pemasok Bahan Kimia;
• Konstruksi Mekanikal; • Konsultasi Manajemen;
• Konstruksi Telekomunikasi; • Pemasok Material Konstruksi;
• Konstruksi Arsitektural; • Jasa Teknologi Informasi;
• Pemasok Suku Cadang; • Jasa Pengurusan Dokumen;
• Penyedia Tenaga kerj a; • Pemasok, Penyewaan, dan Pemeliharan Alat
• Pemasok Peralatan Pertambangan; Pendingin;
• Pemeliharaan Peralatan Pertambangan; • Pemasok Bahan Bakar dan Oli;
• Penyewaan Peralatan Pertambangan; • Pemasok Bahan Peledak;
• Pemasok Peralatan Penunjang • Jasa Penyewaan Kapal;
Pertambangan; • Jasa Inspeksi Komoditi Mineral dan Batubara
• Pemeliharaan Peralatan Penunjang (Draught Survey);
Pertambangan; • Jasa Audit Independen;
• Penyewaan Peralatan Penunjang • Jasa Asuransi;
Pertambangan; • Jasa Pelatihan;
• Jasa Transportasi Laut, Darat, Udara; • Pemasok Alat-Alat Keselamatan Kerja;
• Laboratorium Uji; • Jasa Pengelola Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.1 . EKSPLORASI

Hal-hal Yang Diperhatikan Di Dalam Eksplorasi :


• Mempunyai izin yang masih berlaku;
• Mempunyai Kepala Teknik Tambang (KTT) sebagai penanggungjawab lapangan;
• Mempersiapakan program dan data lapangan antara lain hasil penyelidikan terdahulu, peralatan
eksplorasi dll;
• Melaporkan rencana kegiatan kepada pemerintah/Pemda/Dinas Pertambangan setempat;
• Mensosialisasikan rencana kegiatan kepada masyarakat stempat unutk menghindari kendala yang
mungkin timbul;
• Memberikan ganti rugi kepada pemilik lahan yang tanah/lahannya/tanamannya terpakai akibat
kegiatan eksplorasi;
• Memanfaatkan tenaga lokal unutk kegiatan eksplorasi;
• Melakukan tahapan-tahapan eksplorasi sesuai kebutuhan;
• Persiapan pelaksanaan eksplorasi antara lain menentukan titik bor, pembersihan lahan, penyiapan alat
bor dan prasarana;
• Penentuan kemiringan bor yang direncanakan;
• Pemboran yang pengambilan contoh pada jarak yang sistematis misal setiap kedalaman satu meter bahan
galian, sesuai dengan standar eksplorasi yang berlaku;
• Melakukan analisis pada laboratorium yang telah ditunjuk sesuai standar yang berlaku;
• Menyelesaikan peta yang harus dibuat selama kegiatan eksplorasi antara lain peta topografi, peta geologi,
peta penyebaran bahan galian, peta struktur kontur, peta isopach, dan peta penampang;
• Mengkaji hasil eksplorasi dan membuat perkiraaan/perhitungan jumlah sumber daya;
• Membuat laporan hasil kegiatan eksplorasi;
• Menyampaiakan hasil laporan eksplorasi kepada instansi terkait.
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.1 . EKSPLORASI

UU No. 4 Th 2009, pasal 101 :


Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil eksplorasi dan
operasi produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Perhitungan dan penetapan cadangan -- Standar Nasional Indonesia


(SNI 13-4726-1998 & SNI 13-5014-1998)

Tahapan Eksplorasi :
• Tahap eksplorasi pendahuluan
Tingkat ketelitian informasi data masih rendah (> 2000m), masih secara umum mencakup seluruh
wilayah.
• Tahap eksplorasi semi detail/ semi rinci
Kegiatan eksplorasi lanjutan dari tahap sebelumnya dalam mengetahui potensi mineralisasi di
daerah prospek, kerapatan informasi antara 250m sampai < 2000m
• Tahap eksplorasi rinci/ detail
Kegiatan eksplorasi akhir yang dilakukan untuk mengetahui gambaran secara jelas sumber daya di
daerah prospek, kerapatan informasi data antara 50 m sampai , 250m, peta dibuat sudah berskala
(1:500-2000).
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.1 . EKSPLORASI

Klasifikasi cadangan :
• Terkira (untuk keperluan prastudi kelayakan)
• Terbukti (digunakan untuk studi kelayakan tambang)

Dasar penetapan cadangan :


• Jenis dan spasi data eksplorasi yang memadai,
• Data pendukung yang lengkap,
• Korelasi seluruh data eksplorasi ,
• Mempertimbangkan nilai stripping ratio, cut off grade yang wajar,
• Status lahan dan kondisi daerah
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.2. STUDI KELAYAKAN Studi Hidrologi :


• Hidrologi air permukaan;
• Kondisi air bawah tanah;
Studi Geoteknik : • Pengaruh kegiatan tambang
• stabilitas dan desain lereng; terhadap air permukaan dan air
• excavability/kemampugalian, mengetahui bawah tanah;
gangguan kestabilan lereng; • Dampak air bawah tanah
• sifat fragmentasi overburden dan endapannya terhadap kestabilan dan efek
penentuan lokasi dan desain lobang akses; kimia;
• studi kekuatan bijih dan OB/country rock; • Pengaruh kegiatan tambang
• seleksi metode penambangan; terhadap pemanfaatan air
• penentuan tahapan penggalian dan besaran tiap permukaan dan bawah tanah;
pengalian; • Kualitas air;
• dimensi dan kestabilan pillar serta strategi • Porositas, permiabilitas, patahan,
penyanggan; retakan;
• parameter desain ramp; • Zone aquifer dan sifat
• desain kontruksi fasilitas penunjang; hidrouliknya;
• desain blasting; • Daerah tangkapan air;
• desain stope dan dimensi penggalian; • Manajemen air tambang.
• sifat runtuha;
• karakteristik dilusi.
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.2. STUDI KELAYAKAN

Studi Hidrologi :
Perencanaan Tambang :
• Geologi dan cadangan endapan;
• Studi kelayakan;
• Infrastruktur tambang;
• Jumlah cadangan dan umur tambang;
• Produksi selama umur tambang;
• Stripping ratio;
• Desain, metode dan tahapan
• Batas maksimum kedalaman tambang;
penambangan;
• Cut off grade;
• Urutan penambangan;
• Pengaruh struktur geologi;
• Pembuangan overburden/waste;
• Menentukan dimensi jenjang;
• Rencana kemajuan tamban
• Memilih sistem penirisan yang sesuai;
• Rona akhir tambang
• Nilai dari bahan galian;
• Biaya produksi;
• Biaya stripping overbuden;
• Penentuan sarana jalan, pelabuhan, Komissioning Pertambangan :
lokasi penambangan • Sudah memiliki izin sesuai tahapan
• Rencana Kerja Teknis
Studi Metalurgi :
• Lokasi, sebaran, kualitas, dan jumlah cadangan
• Uji sifat fisik bijih yang akan
sudah diketahui secara pasti;
diolah/dimurnikan
• Desain, metode, tatacara penambangan sudah
• Uji peralatan & spesifikasi peralatan
memadai;
• Uji sampling / bulk sampling
• Sudah ada kajian lingkungan
• Settingan peralatan yang digunakan
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.3. METODE PENAMBANGAN

MINING SISTEM

SURFACE UNDERGROUND

ORE ORE ORE


MECHANICAL AQUEOUS COAL
UNSUPPORTED SUPPORTED CAVING

OPEN PIT HYDRAULICKING ROOM&PILLAR CUT&FILL TOP SLICING ROOM&PILLAR

QUARRYING DREDGING STOPE&PILLAR STULL SUBLEVEL LONGWALL

STRIP MINE BOREHOLE SHRINKAGE SQUARE SET BLOCK CAVING SHORTWALL

AUGERING LEACHING SUBLEVEL


III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.3. METODE PENAMBANGAN

Tambang Terbuka : BESR = A – B/C


1. Development sedikit Dimana :
2. Stripping O/B banyak A = Biaya penambangan bawah tanah per ton batubara
3. Banyak lokasi untuk dumping area B = Biaya penambangan terbuka per ton batubara
4. Gangguan pada kemantapan lereng, C = Biaya pengupasan tanah penutup per ton
kelongsoran BESR-1 > 1 = Tamka
5. Kebisingan, polusi debu BESR-1 < 1 = Tamda
6. Keselamatan kerja baik BESR = 2 = Bisa Tamka/Tamda
7. Penggunaan alat lebih leluasa Tambang Bawah Tanah
8. Produktifitas dipengaruhi oleh iklim 1. Development : Shaft, bukaan-bukaan lain;
9. Kedalaman penggalian dibatasi biaya SR 2. Stripping O/B : Batubara ditambang dari
O/B bukaan kearah lapisan batubara;
10. Biaya reklamasi 3. Banyak lokasi untuk dumping area : Tidak
ada;
4. Subsiden berakibat pada instalasi diatasnya,
gas beracun;
5. Daerah terganggu pada sekeliling bukaan
6. Perlu ventilasi dan penerangan
7. Penggunaan alat Tidak leluasa
8. Semakin dalam temperatur naik
9. Kedalaman penggalian Tidak terbatas
10. Perawatan penyanggaan
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.4. PELAKSANAAN PENAMBANGAN

Aspek Produksi :
• Sinkronisasi antara cadangan yang telah
tertambang, produksi run of mine (ROM) RKAB --- Sekuen Penambangan
dan jumlah produksi siap jual sesuai Laporan :
rencana; - Dwi minggu
• Terjaminnya kualitas produksi; - Bulanan
• Upaya untuk memproduksi bahan galian - Triwulan
ikutan (nilai tambah/ konservasi).

3.5. PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMRUNIAN

Langkah-langkah dalam unit operasi


Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam kegiatan
pengolahan/ pemurnian antara lain :
pengolahan dan/atau pemurniaan adalah :
• Kominusi (liberasi partikel)/reduksi;
• memperkecil lose pengolahan;
• Klasifikasi dimensi;
• meningkatkan recovery pengolahan;
• Pemisahan padatan dan cairan;
• mempertimbangkan aspek konservasi mineral ikutan
• Leaching .
yang masih bernilai ekonomis;
• Tatanan lingkungan sekitar lokasi pengolahan
dan/atau pemurnian;
• Recovery limbah dan pengelolaan recycling process
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.6. PENGANGKUTAN

Aspek pengangkutan yang harus diperhatikan antara lain :


• sinkronisasi antara kapitas alat angkut dengan jumlah
material yang akan diangkut berdasarkan kondisi
prasarana dan jaraknya
• perencanaan teknis prasarana transportasi harus
memperhatikan data studi geoteknik

3.7. PENJUALAN

Hal-hal yang perlu dikontrol dalam penjualan adalah :


• Kualiatas & kuantitas;
• Kontrak penjualan/tujuan penjualan;
verifikasi LEMBAGA SURVEYOR
• Mineral ikutan dan/atau komoditas tambang lain;
• Nilai jual komoditi (penerimaan negara – iuran
produksi/royalty)
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.7. PENJUALAN

PP No. 9 Tahun 2012


PNBP Sektor ESDM
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.7. PENJUALAN
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.8. PERALATAN

• Sinkronisasi peralatan disesuaikan terhadap kondisi bahan galian dan medan kerja sehingga
didapatkan efektivitas alat yang maksimum;
• Perhitungan terhadap umur pakai dan nilai akhir peralatan harus diperhatikan untuk
memprediksi reinvestasi alat baru;
• Penerapan ergonomis dalam kontek penggunaan peralatan kerja dan/atau alat bantu

3.9. KONTRAK KEGIATAN TEKNIS PERTAMBANGAN

Permen ESDM No. 28 Th 2009 ttg Penyelenggaraan UJP,


Permen ESDM No. 24 Th 2012 Perubahan Permen ESDM No. 28 Th 2009 Ttg Penyelenggaraan UJP :
• Usaha Jasa Pertambangan;
• Usaha Jasa Pertambangan Non Inti;
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.9. KONTRAK KEGIATAN TEKNIS PERTAMBANGAN

Usaha jasa pertambangan, terdiri atas :


a. Konsultan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengujian Peralatan dibidang :
Penyelidikan Umum;
Eksplorasi;
Studi kelayakan;
Konstruksi Pertambangan;
Pengangkutan;
Lingkungan Pertambangan;
Pascatambanga dan Reklamasi; dan/atau
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Konsultan, Perencanaan, dan Pengujian Peralatan di bidang :
Penambangan; atau
Pengolahan dan Pemurnian.
III. TEKNIS PERTAMBANGAN

3.9. KONTRAK KEGIATAN TEKNIS PERTAMBANGAN

Usaha jasa pertambangan non inti, meliputi : • Tata Graha Housekeeping;


• Jasa Bogal Catering; • Pemasok dan Pemeliharaan Alat Pemadam
• Jasa Pengamanan; Kebakaran;
• Layanan Kesehatan; • Pengiriman Barang/Ekspedisi;
• Konstruksi Sipil; • Pemasok Bahan Kimia;
• Konstruksi Elektrik; • Konsultasi Manajemen;
• Konstruksi Mekanikal; • Pemasok Material Konstruksi;
• Konstruksi Telekomunikasi; • Jasa Teknologi Informasi;
• Konstruksi Arsitektural; • Jasa Pengurusan Dokumen;
• Pemasok Suku Cadang; • Pemasok, Penyewaan, dan Pemeliharan Alat
• Penyedia Tenaga kerj a; Pendingin;
• Pemasok Peralatan Pertambangan; • Pemasok Bahan Bakar dan Oli;
• Pemeliharaan Peralatan Pertambangan; • Pemasok Bahan Peledak;
• Penyewaan Peralatan Pertambangan; • Jasa Penyewaan Kapal;
• Pemasok Peralatan Penunjang Pertambangan; • Jasa Inspeksi Komoditi Mineral dan Batubara
• Pemeliharaan Peralatan Penunjang Pertambangan; (Draught Survey);
• Penyewaan Peralatan Penunjang Pertambangan; • Jasa Audit Independen;
• Jasa Transportasi Laut, Darat, Udara; • Jasa Asuransi;
• Laboratorium Uji; • Jasa Pelatihan;
• Kalibrasi; • Pemasok Alat-Alat Keselamatan Kerja;
• Fabrikasi/Manufaktur; • Jasa Pengelola Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
IV. KONSERVASI BAHAN GALIAN

4.1. OBYEK KONSERVASI

Konservasi Bahan Galian :


Pelestarian, penghematan, pengawetan dan optimasi ;

Upaya utk mewujudkan pengelolaan bahan galian secara optimal dengan mempertimbangkan
kebutuhan, kemampuan perkembangan teknologi, ekonomi, sosialbudaya, politik, dan sektor-sektor
lain yang terkait.
Istilah terkait dg konservasi :
1. Sumber daya;
2. Cadangan;
3. CoG;
4. SR atau nisbah pengupasan;
5. Bahan galian kadar maejinal;
6. Bahan galian kadar rendah;
7. Bahan galian lain;
8. Mineral ikutan;
9. Sisa cadangan;
10. Recovery penambangan;
11. Rekoveri pengangkutan;
12. Recovery pengolahan;
13. Produk sampingan;
14. Tailing;
IV. KONSERVASI BAHAN GALIAN

4.2. LINGKUP IMPLEMENTASI KONSERVASI BAHAN GALIAN

Azas Konservasi Bahan Galian : Tujuan Konservasi Bahan Galian :


optimalisasi, penghematan, bermanfaat bagi mengupayakan terwujudnya pemanfaatan
kepentingan bangsa, dalam rangka menunjang mineral dan batubara secara bijak, optimal
pembangunan berkelanjutan. dan mencegah pemborosan dengan sasaran
untuk menjamin manfaat pertambangan
Prinsip-prinsip Konservasi Bahan Galian : mineral dan batubara secara berkelanjutan.
• penambangan yang optimum dan
PP No. 55 Th 2010 :
penggunaan teknologi pengolahan yang
• recovery penambangan dan
efektif dan efisien;
pengolahan;
• pengelolaan dan/atau pemanfaatan
• pengelolaan dan/atau pemanfaatan
cadangan marjinal, kualitas rendah dan
cadangan marginal;
mineral kadar rendah serta mineral
• pengelolaan dan/atau pemanfaatan
ikutan;
batubara kualitas rendah dan mineral
• pendataan sumberdaya cadangan
kadar rendah;
mineral dan batubara non-mineable serta
• pengelolaan dan/atau pemanfaatan
sisa pengolahan atau pemurnian.
mineral ikutan;
• pendataan sumber daya dan cadangan
mineral dan batubara yang tidak
tertambang;
• pendataan dan pengelolaan sisa hasil
pengolahan dan pemurnian.
IV. KONSERVASI BAHAN GALIAN

4.3. PELAKSANAAN KONSERVASI BAHAN GALIAN

Penyelidikan Umum/Eksplorasi : Penambangan :


1. Wajib menggunakan metode yang tepat sehingga diperoleh 1. Penetapan recovery penambangan, cut off grade, stripping
informasi geologi, jenis, letak, bentuk, ukuran, kualitas, sumber ratio dilakukan pada saat penyusunan studi kelayakan,
daya dan cadangan mineral dan batubara, dan mineral ikutan. perencanaan tambang dan rencana kerja tahunan;
2. Wajib menyampaikan laporan seluruh hasil kegiatan eksplorasi 2. Perubahan tentang ketetapan recovery penambangan, cut
kepada pemerintah. off grade, stripping ratio sebelum diterapkan dalam
3. Informasi mineral dan batubara lain yang tidak tertera pada penambangan harus mendapat persetujuan dari pemerintah;
izin usaha pertambangan dan belum dilaporkan pada tahap 3. Pemerintah dapat menggunakan acuan keadaan suatu
penyelidikan umum harus dilaporkan kepada Pemerintah. tambang yang sudah jalan untuk menentukan batasan cut
4. Penetapan sumber daya dan cadangan mengacu pada off grade, stripping ratio setelah membandingkan kondisi
Standar Nasional Indonesia (SNI) yang terkait dan berbagai faktor terkait;
memperhatikan aspek konservasi mineral dan batubara. 4. Harus menginformasikan mineral dan batubara berkadar
5. Dapat dilanjutkan ke tahap penambangan apabila sumber marjinal dan/atau berkadar rendah kepada pemerintah.
daya dan cadangan mineral dan batubara yang akan 5. Wajib menempatkan di suatu lokasi serta menanganinya
diusahakan telah mendapat persetujuan dari pemerintah. secara baik untuk kemungkinan diusahakan kembali.
6. Dalam membuat laporan kelayakan penambangan, 6. Sumber daya mineral dan batubara berkadar marjinal dan
pemegang izin usaha pertambangan wajib memperhatikan atau berkadar rendah yang ditemukan selama proses
asas konservasi; penambangan bawah tanah agar ditambang dan disimpan
7. Dalam perencanaan tambang harus dilakukan kajian agar untuk dimanfaatkan dimasa mendatang;
cadangan yang ada dapat ditambang secara optimal dan 7. Wajib mengupayakan untuk memanfaatkan mineral dan
efisien batubara berkadar marjinal dan atau berkadar rendah
sebagai produksi Run Of Mine
Pengangkutan :
Pengangkutan produksi mineral dan batubara harus
diupayakan agar faktor kehilangan mineral dan batubara
sekecil mungkin
IV. KONSERVASI BAHAN GALIAN

4.3. PELAKSANAAN KONSERVASI BAHAN GALIAN

Pengolahan dan/atau pemurnian : Peningkatan Nilai Tambah :


• Pengolahan mineral dan batubara harus diupayakan • Berupaya untuk melakukan pengolahan mineral dan
secara efisien; batubara seoptimal mungkin di dalam negeri;
• Produk sampingan dan sisa pengolahan yang belum • Menyerap teknologi dan memanfaatkan lembaga
bernilai ekonomi agar disimpan dan dapat Litbang dalam negeri serta melakukan inovasi
dimanfaatkan dimasa mendatang dengan berorientasi pasar;
memperhatikan lingkungan. • Meningkatkan kualitas produksi sehingga dapat
memenuhi standar nasional atau standar
international;
Penanganan Tailing : • Melakukan kajian bersama stakeholder untuk
• Tailling buangan pengolahan harus diupayakan serendah mendapatkan manfaat dari produk sampingan;
mungkin mengandung mineral dan batubara yang • Mengutamakan pemakaian produk dalam negeri
berharga; dalam melakukan kegiatan operationalnya;
• Wajib melakukan analisis secara teratur kadar tailing dan • Meningkatkan penyampaian informasi kepada pihak
melaporkan kepada pemerintah; konsumen tambang dalam negeri tentang produk
• Wajib memisahkan tailing masih mengandung mineral yang dihasilkannya dalam rangka mereduksi
ikutan yang bernilai ekonomis dari tailing lainnya dan pemakaian produk import
menempatkannya di lokasi tertentu;
• Wajib mengolah kembali tailing yang masih mempunyai
nilai ekonomis
IV. KONSERVASI BAHAN GALIAN

4.3. PELAKSANAAN KONSERVASI BAHAN GALIAN

Pascatambang :
• Sterilisasi cadangan; 4.3. EVALUASI PELAKSANAAN KONSERVASI
• Wajib membuat laporan Rencana Penutupan
Tambang; Evaluasi :
• Melaporkan semua data eksplorasi, dan data • Laporan pelaksanaan kegiatan;
eksploitasi; • Evaluasi dilakukan terhadap pengecekan,
• Melakukan dokumentasi dan pengamanan pengukuran, korelasi data, pengambilan contoh,
akan mineral dan batubara yang telah analisis contoh dan bahkan due diligence di
tertambang tetapi belum terpasarkan; lapangan atas data dan kegiatan teknis
• Pemegang izin usaha pertambangan umum pertambangan;
wajib mengambil seluruh mineral dan batubara • penilaian atas manfaat dan keberhasilan
sesuai dengan cut off grade dan stripping ratio kebijakan, pelaksanaan program, dan kegiatan
yang telah ditetapkan; teknis.
• Sisa cadangan mineral dan batubara yang
tidak terambil selama penambangan, harus
disimpan di suatu tempat yang aman;
• Pemegang izin usaha pertambangan umum
wajib mendata dan melaporkan kepada
pemerintah. sumber daya dan cadangan
mineral dan batubara yang tidak dapat
terambil seluruhnya.
V. PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

5.1. PERUBAHAN PARADIGMA

Paradigma Lama Paradigma Baru


Polluters Pays Principle Pollution Prevention Principle
Command & Control Partnership & Cooperation
Compliance (penaatan/pemaksaan) Right & Responsibilities
Dependency (ketergantungan) Inter-dependency (swakarsa/kemandirian)
Do no harm (beraktivitas tidak membahayakan) Guarantee Positive Goods (jaminan produk yang dihasilkan)
Hukum Lingkungan, Harry Supriyono, 2010

5.2. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 3 komponen ---> keselarasan usaha


pertambangan dan pembangunan :
• pemerintah daerah maupun pusat;
• dunia usaha pertambangan umum;
• masyarakat setempat.

Ekonomi – sosial :
• Keadilan (equitable/a fair)
Ekonomi – lingkungan :
• Berjalan /berlanjut (a viable)
Sosial – lingkungan :
• Bertahan (bearable/a liveable)
V. PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

5.3. INTERNALISASI PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

UU No. 32 Tahun 2009 :


• setiap orang, kelompok orang atau badan hukum termasuk perusahaan pertambangan
mempunyai kewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi
kerusakan dan pencemaran lingkungan.
• Kewajiban untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup ini selalu dikaitkan dalam setiap
pemberian izin usaha pertambangan (IUP).
• AMDAl sebagai salah satu instrumen PPLH terintegrasi didalam kesatuan proses dengan kegiatan
operasi pertambangan.

5.4. KRITERIA TEKNIS KEGIATAN DALAM KAWASAN SENSITIF

Eksplorasi :
• Kegiatan sesuai rencana kerja : disetujui KAIT;
• Melakukan selektif pada penebangan pohon & inventarisasi tegakan pohon;
• Tidak menyebabkan matinya sumber mata air dan tata air daerah aliran sungai (DAS);
• Mengamankan hutan di dalam & di sekitar lokasi kegiatan;
• Melaksanakan reklamasi terhadap daerah terganggu, apabila daerah tersebut tidak dilanjutkan
ke tahap eksploitasi;
• Melaporkan hasil kegiatan eksplorasi yang disertai informasi lingkungan pada daerah sekitar
kegiatan eksplorasi.
V. PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

5.4. KRITERIA TEKNIS KEGIATAN DALAM KAWASAN SENSITIF

Studi Kelayakan : Konstruksi / Development :


• Dilakukan studi komprehensif dari aspek teknis, • Pembangunan emplasement/tapak
ekonomi, lingkungan. Aspek keekonomian harus lebih konstruksi bangunan dengan
ditekankan kemanfaatan bagi pemerintah. membatasi penebangan pohon,
• Studi aspek teknis mencakup kemungkinan sedikitnya 30% dari daerah yang
dilakukannya tambang bawah tanah. dibuka tetap merupakan daerah
• Bila terpaksa dilakukan tambang terbuka, beberapa berhutan;
pertimbangan perlu diperhitungkan antara lain: • Penyiapan sarana teknis
1. Sedapat mungkin dilakukan back filling dan pengendalian dampak lingkungan
minimalkan outside dump; sebelum eksploitasi;
2. Reklamasi segera dan dihindarkan perencanaan • Pencegahan dan pengendalian
reklamasi pada akhir kegiatan; erosi secara intensif.
3. Penyediaan akses untuk kemungkinan dilakukan
tambang dalam setelah selesai tambang terbuka;
4. Hindarkan penurunan air permukaan di kawasan
pemukiman, bila terjadi maka harus ada kompensasi
pemenuhan kebutuhan air;
5. Recovery optimal baik penambangan maupun
pengolahan;
6. Melakukan kajian-kajian alternatif pemanfaatan
lahan pasca tambang
V. PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

5.4. KRITERIA TEKNIS KEGIATAN DALAM KAWASAN SENSITIF

Operasi Produksi :
1. Secara konsisten melaksanakan pengelolaan
5.5. PENGAWASAN
dan pemantauan lingkungan sesuai
komitmen dalam AMDAL.
2. Melaksanakan reklamasi daerah terganggu PP 55 TH 2010 (peran IT) pasal 28 :
sesegera mungkin dengan spesies asli 1. pengelolaan dan pemantauan lingkungan
setempat. sesuai dengan dokumen pengelolaan
3. Merencanakan rencana penutupan tambang lingkungan atau izin lingkungan yang
sedini mungkin dengan disertai konsultasi dimiliki dan telah disetujui;
dengan pihak terkait. 2. penataan, pemulihan, dan perbaikan lahan
4. Mengkomunikasikan program sesuai dengan peruntukannya;
pengembangan masyarakat. 3. penetapan dan pencairan jaminan
5. Pembukaan lahan secara bertahap dan reklamasi;
seminimal mungkin sesuai dengan keperluan. 4. pengelolaan pascatambang;
6. Pencegahan dan pengendalian erosi secara 5. penetapan dan pencairan jaminan
intensif. pascatambang;
6. pemenuhan baku mutu lingkungan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
V. PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

5.6. PENGELOLAAN LINGKUNGAN MINERBA

World Bank, 1998 …. AMDAL harus memuat : United Nation environment Programme :
• Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial • Kerusakan habitat dan keanekaragaman hayati
dan kesehatan dipertimbangkan dalam pada lokasi pertambangan;
menentukan kelayakan ekonomi dan • Perlindungan ekosistem/bahan/keanekaragaman
penentuan alternatif kegiatan yang akan hayati di lokasi pertambangan;
dipilih; • Perubahan penggunaan lahan;
• Memastikan bahwa pengendalian, • Stabilisasi site dan rehabilitasi;
pengolahan pemantauan serta langkah- • Limbah tambang dan pembuangan tailing;
langkah perlindungan telah terintegrasi di • Peralatan yang tidak digunakan, limbah padat,
dalam design dan implementasi proyek serta limbah rumah tangga;
rencana tambang. • Emisi udara;
• Debit;
• Perubahan iklim;
• Konsumsi energi;
• Perubahan aliran sungai;
• Air asam tambang;
• Perubahan air tanah;
• Limbah B3 dan bahan kimia;
• Kebisingan;
• K3;
• Kesehatan masyarakat dan pemukiman di sekitar
tambang
V. PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

5.6. PENGELOLAAN LINGKUNGAN MINERBA

Penerapan Aktual :
• Pelaksanaan reklamasi dengan segera;
• Pengelolaan tanah penutup dan tanah pucuk;
• Upaya pencegahan sumber air dan badan air dari pencemaran;
• Upaya pengelolaan limbah tambang.

Prinsip Pengelolaan Limbah Tambang (4R) :


• Reduce: pengurangan jumlah limbah melalui perencanaan dan perancangan alat;
• Reuse: pemanfaatan kembali sumber daya (oli bekas untuk pencampur bahan
peledak, pemanfaatan tailing, abu batubara);
• Recycle: daur ulang limbah menjadi sumber daya (sampah organik dan material
hasil land clearing untuk pupuk);
• Recovery: perolehan kembali mineral berharga di tailing
V. PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

5.7. KEGIATAN PERTAMBANGAN


Komoditas Tipe Tambang Proses Pengolahan Limbah Utama
Eksplorasi : 1 2 3 4
Emas-Perak - Terbuka - Sianida - Air tambang
• Dilengkapi dgn dok lingkungan (PP 27 - Bawah Tanah - Elusi (pelarutan) - Overburden
Th. 2012 dan Permen LH No. 13 Th. - Elektrowinning - Larutan sisa
2010 ttg UKL-UPL) ----- > AMDAL, - Penggerusan - Tailling
- Amalgamasi - Bijih sisa
UKL-UPL, SPPL (Surat Pernyataan
Emas Placer - Terbuka - Pemisahan gravitasi - Air tambang
Kesanggupan Pengelolaan Dan - Penggerusan - Overburden
Pemantauan Lingkungan Hidup. - Pencucian - Tailling
- Pemisahan magnetis
Timbal-Seng - Bawah Tanah - Penggilingan - Air tambang
Faktor Kesesuaian Penampungan Tailing : - Flotasi - Overburden
1. Tuntutan Peraturan; - Sintering/heating - Larutan sisa
2. Meteorologi (CH, intensitas, kelembaban, - Smelting/peleburan - Slag/oksida lebur
Tembaga - Terbuka - Penggilingan - Air tambang
dll) ;
- Bawah Tanah - Flotasi - Overburden
3. Topografi Dan Pemetaan; - Insitu - Smelting/peleburan - Larutan sisa
4. Fotografi (dokumentasi); - Pelindian - Slag/oksida lebur
5. Air Permukaan Tanah; - Peleburan
Besi - Terbuka - Penggilingan - Air tambang
6. Air Bawah Tanah;
- Bawah Tanah - Pemisahan magnetis - Overburden
7. Sifat-sifat tailing. - Pemisahan gravitasi - Terak
- Flotasi - Tailling
- Penggabungan
- Blast furnace
VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.1. KARAKTER UMUM LING. KERJA PU

• Work organization
• Out door activities
• Wide spread activities
• Deal with nature
• Confined space
• Price taker (adjustment of operation cost) 1975
Tenaga Kerja Pertanian
6.2. KARAKTER KHUSUS LING. KERJA PU
K3 Pertambangan
Musim kemarau :
Lingkungan pertambangan = kering, berdebu, kebakaran, asap,
dan gangguan kesehatan.
Musim hujan :
Lingkungan pertambangan = becek, berlumpur, jalan licin,
genangan air.
VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.3. PENGELOLAAN K3 PU SECARA SISTEM

• UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;


• UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Elemen SMK3 :
Dan Batubara; 1. Komitmen & kepemimpinan K3;
• UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; 2. Struktur organisasi K3;
• Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 tentang 3. Pengawas K3;
Pengaturan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan;
4. Komite K3;
• Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang 5. Administrasi K3 dan dokumentasi;
Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaran Pengelolaan 6. Program siaga darurat dan tanggap
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara; darurat;
• Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
7. Standar dan pedoman K3;
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja; 8. Sertifikasi kompetensi pelaksana dan
• Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 2009 tentang pengawas;
Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Minerba, 9. Pelatihan dasar K3;
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Menteri ESDM 10. Perawatan dan peralatan kerja;
Nomor Nomor 24 Tahun 2012;
• Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2013 tentang 11. Kesehatan kerja;
Pengawasan Terhadap Penyelenggaran Pengelolaan Usaha 12. Inspeksi regular;
Pertambangan Yang Dilaksanakan Oleh Pemerintah Provinsi 13. Tanggung gugat;
Dan Pemerinath Kabupaten/Kota; 14. Program audit;
• Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
15. Evaluasi program;
Minerba; 16. Pengawasan oleh Pemerintah;
• Kepmen PE No.555.K/26/M.PE/1995 tentang K3 17. Studi banding kinerja K3.
Pertambangan Umum;
VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.3. PENGELOLAAN K3 PU SECARA SISTEM

Sistem Manajemen K3 Policy:


• Pernyataan Kebijakan &
Komitmen K3 Perusahaan
• Peraturan K3 Perusahaan

Action For Improvement Organizing:


• Peningkatan kinerja & • Kepala Teknik Tambang
Budaya K3 • Pengawas Operasional / Teknis
• Komite K3
• Buku Tambang
• Pelatihan
• Tim Tanggap Darurat
Evaluation:
• Pemantauan lingkungan kerja
seperti: Debu, Pencahayaan,
Getaran, Iklim kerja, Curah Planning & Implementation:
Hujan, dll. • RKTTL / RKAB / Rencana Jangka
• Pemantauan proses kerja: Panjang
Peledakan, pengangkutan • Program K3
• Investigasi Kecelakaan • JSA & SOP
• Inspeksi & Audit
VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.4. FILOSOPI DASAR KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pertambangan


PP No. 55 Th. 2010 pasal 26 : Kepala Teknik Tambang :
• keselamatan kerja; • Orang tertinggi dalam organisasi
• kesehatan kerja; usaha pertambangan (Direktur
• lingkungan kerja; Utama, Presiden Direktur, General
• sistem manajemen keselamatan dan ksehatan Manajer, Direktur)
kerja; • Pengambil keputusan tertinggi di
• kompetensi tenaga K3 dan kompetensi pengawas lapangan
operasional. • Diikutsertakan dalam pengambilan
keputusan hal-hal yang terkait di
Keselamatan Operasi Pertambangan tambang
PP No. 55 Th. 2010 pasal 27 : • Mengangkat Pengawas Operasional
• sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan Dan Pengawas Teknis
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan;
• pengamanan instalasi;
• kelayakan sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan pertambangan;
• kompetensi tenaga kerja; dan
• evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan
VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.4. FILOSOPI DASAR KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Tugas & Fungsi KTT : Bagian K3 Pertambangan


Komite K3 Pertambangan
Adm. Pelaporan & Dok. K3
Pertambangan
VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.4. FILOSOPI DASAR KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Contoh Struktur Organisasi Berbasis K3


VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.4. FILOSOPI DASAR KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Adm. Pelaporan & Dok. K3 Pertambangan


VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.4. FILOSOPI DASAR KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Adm. Pelaporan & Dok. K3 Pertambangan


VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.4. FILOSOPI DASAR KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Evaluasi Data Kecelakaan Kerja Pertambangan


INCIDENT / Kejadian adalah suatu kejadian
yang dapat mengakibatkan cidera atau
penyakit atas seseorang, atau kerusakan alat,
properti dan lingkungan termasuk kejadian
hampir terjadi.
ACCIDENT / Kecelakaan adalah suatu kejadian
yang tidak direncanakan, tidak terduga dan
tidak diinginkan yang mengakibatkan cidera /
penyakit atas seseorang, kerusakan alat /
properti, lingkungan dan terhentinya proses
produksi atau bahkan gabungan dari
keempatnya

RINGAN : Apabila sikorban 1 hari s.d. kurang dari 3 (tiga) minggu tdk bekerja pada pekerjaan semula;
BERAT : Apabila sikorban lebih dari 3 (tiga) minggu tdk dpt bekerja pd pekerjaan semula atau cacat
tetap, pingsan kurang oksigen, dislokasi pertama kali, retak tulang kaki, tangan;
MATI : Apabila sikorban meninggal dunia dalam tempo 24 jam atau kurang ( < 24 jam) sesudah
terjadi kecelakaan
VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.4. FILOSOPI DASAR KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Kriteria kecelakaan tambang : (1) Jumlah Jam Kerja para pekerja pertambangan yang
• Benar-benar terjadi; sebenarnya
• Mengakibatkan cidera pekerja tambang (2) FR adalah kumulatif frequency rate per 1.000.000 jam
kerja
atau orang yang diberi izin oleh Kepala
Teknik Tambang; F.R. = Jumlah korban kecelakaan kumulatif x 1.000.000
• Akibat kegiatan usaha pertambangan; jumlah jam kerja kumulatif
• Terjadi pada jam kerja;
• Terjadi dalam wilayah kegiatan usaha (1) Jumlah hari kerja yang hilang korban kecelakaan
pertambangan atau wilayah proyek para pekerja tambang yang sebenarnya termasuk
lembur
Tujuan Pengelolaan K3 : (2) Jumlah jam kerja para pekerja tambang yang
sebenarnya termasuk lembur
• Menyelamatkan karyawan;
(3) S.R adalah kumulatif Severity Rate per 1.000.000 Jam
• Menyelamatkan properti perusahaan; Kerja
• Meningkatkan keuntungan Perusahaan;
• Memenuhi peraturan perudangan yang S.R. = Jumlah hari kerja yang hilang x 1.000.000
jumlah jam kerja kumulatif
berlaku secara aturan pemerintah dan
Internasional;
• Menjaga reputasi perusahaan;
• Menjadi yang terbaik di bidang
pekerjaannya
VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.4. FILOSOPI DASAR KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Data Kecelakaan Kerja Pertambangan


VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.4. FILOSOPI DASAR KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Data Kecelakaan Kerja Pertambangan


VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.4. FILOSOPI DASAR KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Data Kecelakaan Kerja Pertambangan


VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.4. FILOSOPI DASAR KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Data Kecelakaan Kerja Pertambangan


VI. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

6.4. FILOSOPI DASAR KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Data Kecelakaan Kerja Pertambangan

6.5. MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Kesehatan kerja pertambangan :


• Pengendalian debu, kebisingan dan getaran serta radiasi;
• Pencahayaan;
Indkator Keberhasilan Keselamatan
• Kualitas udara kerja; Pertambangan :
• Pengendalian faktor kimia; • Berkurangnya kecelakaan kerja;
• Pengendalian faktor biologi; • Meningkatkan produktivitas kerj;
• Kebersihan lingkungan kerja; • Meningkatkan efisiensi kerj;
• Ergonomis peralatan terhadap fungsi kerja. • Meningkatnya citra Perusahaan
VII. PENINGKATAN NILAI TAMBAH (PNT)

7.1. KONSEP DASAR KEBIJAKAN Dasar filosofi


UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Kebijakan Pembangunan Nasional :
Mineral dan Batubara :
Pasal 95 huruf c “Pemegang IUP dan IUPK wajib
Pengelolaan sumber daya alam diarahkan kepada
meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral peningkatan kesejahteraan rakyat dengan memperhatikan
dan/atau batubara”. aspek konservasi, rehabilitasi dan penghematan di dalam
Pasal 102 “Pemegang IUP dan IUPK wajib pemanfaatannya melalui teknologi yang akrab lingkungan
meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral Tuntutan Global :
dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan,
pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral Deklarasi Rio de Jeneiro, KTT Bumi 1992, Pembangunan
dan batubara”. Berkelanjutan, abad 21.
Pasal 103 ayat (1) “Pemegang IUP dan IUPK Operasi Meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat
Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian
secara berkelanjutan antar generasi.
hasil penambangan di dalam negeri“.
Pasal 170 “Pemegang kontrak karya sebagaimana Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertambangan :
dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi Adalah transformasi sumber daya tidak terbarukan menjadi
wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 103 ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima)
sumber daya pembangunan terbarukan. Peningkatan nilai
tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan”. tambang pertambangan harus berbasis sumber daya setempat
atau nasional, berbasis masyarakat dan berkelanjutan.
Permen ESDM No. 8 Th. 2015 : perubahan
Peningkatan nilai tambah bahan galian pertambangan
Permen ESDM No. 1 Th 2014 Ttg PNT Mineral
merupakan action plan actual sektor energi dan sumber daya
Melalui Kegiatan Peng. & Pemurnian Min. Di
mineral, khususnya di bidang pertambangan umum untuk
Dlm Negeri
menjadi kesepakatan Indonesia di dunia internasional sebagai
implementasi pembangunan berkelanjutan pertambangan.
VII. PENINGKATAN NILAI TAMBAH (PNT)

7.2. PNT PERTAMBANGAN

Action Plan Actual PNT :


Implementasi KONSERVASI BAHAN GALIAN : keberlanjutan manfaat ekonomi , lingkungan dan sosial

Total Sumberdaya Total Cadangan


No. Komoditi
(Ton Bijih) (Ton Bijih)
1 Tembaga 4.925.066.644,94 4.161.388.376,80
2 Bauksit 551.961.397,00 179.503.546,00
3 Nikel 2.633.500.434,00 576.914.000,00
CONTOH :
4 Pasir Besi 1.649.833.892,64 4.732.000,00
5 Besi Laterit 1.462.374.969,30 4.732.000,00
6 Besi Primer 563.073.744,32 29.884.494,00
7 Besi Sedimen 18.002.186,00 -
8 Mangan 11.195.340,73 4.078.029,00
9 Emas Alluvial 1.455.057.669,52 16.879.637,00
10 Emas Primer 5.386.765.935,00 4.231.305.619,80
11 Perak 3.405.511.599,00 4.103.541.948,80
12 Seng 576.841.336,00 6.944.090,90
13 Timah 354.346.639,87 684.108,00
14 Timbal 363.318.565,67 1.619.090,90
Sumber : Badan Geologi, 2010

DEVISA/PENDAPATAN NEGARA
Sumber : PT. WHW
VII. PENINGKATAN NILAI TAMBAH (PNT)

7.2. PNT PERTAMBANGAN Strategi PNT :


1. Pengembangan Teknologi dan Inovasi
Tata Cara Peningkatan PNT :
2. Dukungan Pemasaran Dan Kerja Sama
Permen ESDM No. 8 Tahun 2015 tentang Antara Negara Penghasil
Perubahan Atas Permen ESDM No. 1 Tahun 3. Hubungan Antara Industri Hulu-Hilir
2014 Tentang Peningkatan nilai Tambah 4. Pengembangan SDM
Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan 5. Dukungan Aspek Sosial
Pemurnian Mineral Di Dalam Negeri
Pola Kerjasama PNT
Pola dasar PNT
VII. PENINGKATAN NILAI TAMBAH (PNT)

7.3. PENGEMBANGAN WILAYAH & MASYARAKAT SEKITAR WIL. PERTAMBANGAN

1. Kemitraan Sinergis Stakeholder, Musyawarah dan mufakat dapat


meningkatkan rasa partisipasi masyarakat yang dapat berkembang menuju Manfaat peningkatan nilai
rasa ikut memiliki yang sebenarnya merupakan basis terpenting dari program tambah :
Pengembangan Wilayah dan Masyarakat di sekitar tambang • Efek ganda pada perkembangan
2. Lembaga Fasilitasi Sebagai Sarana Interaksi Stakeholder, dibentuknya suatu ekonomi makro;
lembaga fasilitasi sebagai sarana bagi stakeholder, baik berupa yayasan, • Pengembangan industri kecil yang
komisi, tim atau special project. mendukung terlaksananya
3. Lembaga Fasilitasi Alternatif Mediasi Resolusi Konflik, sangat diperlukan peningkatan dari nilai tambah itu
kesamaan persepsi, pengertian tentang peran & posisi masing-masing, sendiri;
kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi yang diciptakan untuk • Pengembangan wilayah yang
kepentingan bersama, etika sosial dan profesionalisme. menjadi zonasi pembangunan
4. Konsepsi program, berisi komitmen perusahaan (keselamatan pertambangan, industry nilai tambah;
perlindungan & peningkatan mutu lingkungan, partisipasi masyarakat lokal, • Pengembangan tenaga kerja
pembangunan lokal, menghargai ham), pendekatan program (program lokal;
pengembangan wilayah/masy. Berdasarkan analisis kebutuhan bukan • Pengembangan masyarakat local
keinginan, kegiatan/program yang dibuat menjadi bagian dari pembangunan dan masyarakat disekitar lokasi
daerah/sesuai tata ruang, teknologi tepat guna, efektif, aman dan melestarikan industry nilai tambah;
fungsi ling.), kebutuhan umum komunitas (infrastruktur ekonomi, fasilitas • Pemenuhan bahan baku energi &
penunjang kesehatan, pendidikan dan pelatihan, kesempatan kerja, industri dalam negeri
lingkungan) , pendanaan (hibah, kucuran dana tetap per tahun, penyediaan • Pertumbuhan ekonomi nasional
dana abadi keberlanjutan pengembangan wilayah/masy. Pascatambang,
pendanaan melalui perbankan).
VIII. STANDARISASI PERTAMBANGAN

8.1. SISTEM STANDARISASI NASIONAL Standarisasi :


proses merumuskan, menetapkan, menerapkan
Berkembang Th. 1990 : dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara
Rumusan Standar Nasional Indonesia Bid. tertib dan bekerja sama dengan semua pihak.
Pertambangan Umum Standar Nasional Indonesia (SNI) :
standar yang ditetapkan oleh Badan
Hal-hal yang harus ditingkatkan : Standarisasi Nasional dan berlaku secara
nasional.
• Mutu produksi & produktivitas kerja mengacu
standar-standar Internasional;
• Kemandirian perekonomian nasional,
peningkatan efisiensi, produktivitas
Kendala yang dihadapi pemerintah dalam
masyarakat serta peningkatan daya saing
pelaksanaan desentralisasi adalah :
dalam menghasilkan barang dan jasa;
• Keterlibatan dan kesadaran masyarakat akan
• Penerapan Standar Kompetensi Tenaga arti standardisasi dan mutu;
Teknik Khusus Geologi dan Pertambangan.
• Tingkat kemampuan teknologi masyarakat
yang belum merata;
• Ketersediaan laboratorium penguji dan
lembaga sertifikasi terakreditasi masih sangat
terbatas.
VIII. STANDARISASI PERTAMBANGAN

8.1. SISTEM STANDARISASI NASIONAL


3. Mutu
PP No. 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi keseluruhan karakteristik dari wujud yang
Nasional. mendukung kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang dinyatakan
Lingkup Standarisasi Nasional :
atau tersirat
1 . Metrologi teknik
4. Pengujian
mengelola satuan-satuan ukuran, metode-metode
kegiatan teknis yang terdiri atas penetapan,
pengukuran, alat-alat ukur, yang menyangkut
penentuan satu atau lebih sifat atau
persyaratan teknik dan pengembangan standar nasional
karakteristik dari suatu produk
untuk satuan ukuran dan alat ukur sesuai dengan
bahan, peralatan, organisme, fenomena fisik,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
proses atau jasa, sesuai dengan prosedur yang
membeikan kepastian dan kebenaran dalam
telah ditetapkan
pengukuran.
2. Standar
spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk
tata cara dan metode yang disusun berdasarkan
konsensus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan,
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman,
perkembangan masa kini dan masa yang akan datang
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
VIII. STANDARISASI PERTAMBANGAN

8.2. STANDARISASI PERTAMBANGAN UMUM Perumusan : Stakeholder ESDM/Pemda,


Masy. Standarisasi , Pengusaha
Tambang, Konsumen Tambang,
Kepmen PE No.05.P/0322/M.PE/1991
perguruan tinggi/ilmuwan.
Kepmen PE No. 02.P/0322/M.PE/1991 Standardisasi
dan Akreditasi dalam Lingkungan Pertambangan
dan Energi.
Penyebarluasan Konsep Standar
Kepmen PE No. 850.K/020/M.PE/1995 Organisasi
Utk Ditanggapi
dan Tata Kerja Komite Akreditasi Departemen
Pertambangan Dan Energi.
Keputusan Menteri ESDM No. 1086.K/40/MEM/2003
Standarisasi Kompetensi Tenaga Teknik Khusus Forum Konsensus/Kesepakatan Nasional
Bidang Geologi dan Pertambangan.

Up date th. 2015 : Hasil Forum Diusulkan Ke BSN


• 177 SNI yang berlaku di sektor pertambangan
mineral dan batubara;
• 10 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Ditetapkan --- Dilaksanakan
(SKKNI) yang sudah ditetapkan;
• 3 SKKNI yang masih dalam proses penetapan;

Standar --- perkembangan IPTEK


VIII. STANDARISASI PERTAMBANGAN

8.2. STANDARISASI PERTAMBANGAN UMUM

Pembinaan Dan Pengawasan : Pasal 24 :

PP 102 Th. 2000 ttg Standarisasi Nasional 1. Sanksi adm. dan pidana;

Pasal 23 : 2. Sanksi adm : pencabutan sertifikasi


produk/penggunaan SNI, pencabutan Izin
1. Pengawasan pelaku usaha, barang dan jasa : sertifikat Usaha, penarikan barang dari peredaran.
dan/atau dibubuhi SNI wajib === pimpinan instansi
teknis dan/atau PEMDA. 3. Pencabutan sertifikat produk/hak SNI
dilakukan lembaga sertifikasi produk.
2. Pengawasan unjuk kerja pelaku usaha : sertifikasi
produk dan/atau tanda SNI === lembaga sertifikasi 4. Sanksi pencabutan Izin Usaha &/
produk yang menerbitkan sertifikat. penarikan barang yang beredar = instnasi
teknis terkait dan/atau PEMDA.
3. Masy./lembaga perlindungan konsumen swadaya
masy. 5. Pidana, menurut peraturan yg berlaku.

Sertifikasi : rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang dan atau jasa.
Sertifikat : jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga/laboratorium yang telah diakreditasi untuk
menyatakan bahwa barang, jasa, proses, sistem atau personel telah memenuhi standar yang dipersyaratkan.
Akreditasi : rangkaian kegiatan pengakuan formal oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), yang
menyatakan bahwa suatu lembaga/laboratorium telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan
sertifikasi tertentu.
VIII. STANDARISASI PERTAMBANGAN

8.3. AKREDITASI DAN SERTIFIKASI

KAN = Komite Akreditasi Nasional (Independen) Lembaga Sertifikasi/Lab. Penguji


Bagian dari BSN (Badan Sertifikasi Nasional) menunjang SNI Diakreditasi Oleh KAN

Sertifikasi Kompetensi Personil = Kemenakertrans RI


BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) SERTIFIKAT
Kompetensi sesuai SNI update akhir 2004 :
1. Teknisi Geoteknik (geologi)
2. Teknisi Pengeboran Air Tanah (geologi)
3. Teknisi Pengeboran Eksplorasi (geologi)
4. Teknisi/Juru Bor Peledakan (pertambangan)
5. Teknisi/Juru Ledak Penambangan (pertambangan)
6. Teknisi/Manager K3 (pertambangan)
Sertifikasi Produk Pertambangan :
7. Teknisi/Operator Peremuk Batuan (pertambangan)
ISO (International Standarization Organization)
8. Teknisi/Surveyor Pertambangan (pertambangan)
Sistem Manajemen Mutu (QMS) yaitu ISO 9000 series
9. Teknisi Revegetasi Tambang (pertambangan dan Sistem Manajemen Lingkungan (EMS) yaitu ISO
14000 series dan Sistem Manajemen K3 OHSAS
(Occupational Health and Safety Assessment Series)
18000.
IX. COMMUNITY DEVELOPMENT

9.1. PENGERTIAN UMUM CD

CD = Pengembangan Komunitas/Masy.
Perusahaan adlh Organisasi pencari keuntungan Masyarakat : sekumpulan makhluk sejenis,
Kewajiban (Wibisono, 2007) : memiliki ciri yang relatif sama/seragam.
• Sumbangan : penyerapan tenaga kerja
• Pemenuhan kebutuhan masy. dlm bentuk Community Development :
produk yg dihasilkan pengembangan komunitas, adalah proses
• Bayar pajak negara membangun atau membangun kembali struktur
Latar belakang : komunitas insani di mana cara-cara baru untuk
• Revolusi industri, Prancis 1792 (bebas diktator) berhubungan antar pribadi, mengorganisasikan
• Peran perusahaan multi nasional semakin kehidupan sosial, dan memenuhi kebutuhan insani
besar – mengalahakan negara; menjadi lebih dimungkinkan.
• UUD 1945 (pemerintah memajukan memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan
kesejahteraan umum …. Dan keadilan sosial kebudayaan, dan mengintegrasikan masyarakat
…. ) di dalam konteks kehidupan berbangsa, serta
• Eksploitasi SDA : perusahaan & masy. akan memberdayakan mereka agar mampu
timpang. memberikan kontribusi secara penuh untuk
• Tanggungjawab sosial sebagai bentuk mencapai kemajuan pada level nasional
tanggungjawab kerusakan ling.
IX. COMMUNITY DEVELOPMENT

9.2. DASAR HUKUM

Dasar Hukum :
UU No. 40 Th. 2007 ttg Perseroan Terbatas, Pasal UU No. 4 Th. 2009 ttg Pertambangan Minerba,
74 : pasal 108 :
• Perseroan yang menjalankan kegiatan • Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun
usahanya di bidang dan/atau berkaitan program pengembangan dan pemberdayaan
dengan sumber daya alam wajib masyarakat.
melaksanakantanggung jawab sosial dan • Penyusunan program dan rencana
lingkungan. dikonsultasikan kepada pemerintah,
• Tanggung jawab sosial dan lingkungan pemerintah daerah dan masyarakat.
merupakan kewajiban perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai PP 23 Th 2010 ttg Pelaksanaan Kegiatan Usaha
biaya Perseroan yang pelaksanaannya Pertambangan Minerba, pasal 106 ayat 3 :
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan • Masyarakat dapat mengajukan usulan program
dan kewajaran. kegiatan pengembangan dan pemberdayaan
• Perseroan yang tidak melaksanakan masyarakat kepada bupati/walikota setempat
kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan untuk diteruskan kepada pemegang IUP atau
ketentuan peraturan perundang-undangan. IUPK.
IX. COMMUNITY DEVELOPMENT

9.3. TUJUAN COMMUNITY DEVELOPMENT

Tujuan CD :
• Mengangkat masyarakat yang miskin akibat 9. Ketidaktergantungan pada pihak lain
tergusur oleh kegiatan proyek, dengan termasuk pemerintah;
memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka; 10. Keterkaitan jangka pendek dan
• Merealisasi keadilan distributif/lebih merata; menengah;
• Meningkatkan partisipasi masyarakat secara 11. Pembangunan yang bersifat organik
nyata. pemberdayaan) dan bukan mekanistik;
12. Kecepatan pembangunan ditentukan
9.4. PRINSIP-PRINSIP COMDEV. sendiri oleh masyarakat;
13. Pengalaman pihak luar diadaptasi sesuai
kondisi local;
1. Keterpaduan pembangunan aspek sosial,
14. Proses sama pentingnya dengan hasil
ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan
pembangunan; dan
pribadi/ spiritual;
15. Prinsip lainnya sepperti proses tanpa
2. Mengatasi ketidakberdayaan struktural;
paksaan, partisipatif, kooperatif, serta
3. Menjunjung Hak Asasi Manusia;
pengambilan keputusan secara
4. Keberlanjutan;
demokratis, dialogis dan berdasarkan
5. Pemberdayaan;
konsensus.
6. Kaitan masalah individual dan politik;
7. Kepemilikan oleh komunitas;
8. Kemandirian;
IX. COMMUNITY DEVELOPMENT

9.5. FASILISATOR COMDEV.

Fasilisator program CD :
• Pemimpin Masy. Lokal
• Penduduk Lokal Yg Punya Keahlian
• Profesional Dari Luar
• Pekerja Comdev. Serba Bisa

9.6. PROGRAM COMDEV.

1. Berbasis masyarakat (community based)


2. Berbasis sumber daya setempat (local resource based)
3. Berkelanjutan (sustainable)

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai


1. kapasitas masyarakat dan
2. kesejahteraan.
Kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (Empowerment) agar anggota
masyarakat dapat ikut dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status
dan keahlian, keamanan (security), kebelanjutan (sustainability) dan kerjasama (cooperation),
kesemuanya berjalan secara simultan.
IX. COMMUNITY DEVELOPMENT

9.7. PENYUSUNAN PROGRAM


Pemerintah
Masyarakat IUP dan/atau IUPK
Daerah
Pemegang IUP/IUPK wajib menyusun program
pengembangan dan pembardayaan masy.
Dasar : Identifikasi permasalahan dan/atau Persetujuan
kebutuhan masy. & dikonsultasikan kpd Pogram CD
pemerintah, pemerintah daerah & masy.
Rencana Dibuat Dalam Satu Kesatuan RKAB

Teknik Penyusunan : MENTERI, GUBERNUR,


• Dialog & konsultasi; BUPATI/WALIKOTA
• Musyawarah;
• Analisis terhadap kondisi masyarakat;
• Pemetaan, pemahaman & pengembangan Bin-Was
ComDev
partisipatif;
• Pemanfaatan sumber daya lokal;
• Perencanaan aksi;
• Penguatan lembaga pada masayarakat Adm. /Tata Laksana
sekitar tambang; Pengawasan
Operasional
• Penguatan jaringan kerja;
• Evaluasi dan mengakomodasi partisipatif
masyarakat
IX. COMMUNITY DEVELOPMENT

9.7. PENYUSUNAN PROGRAM


Prioritas Wil. Pelaksanaan Program :
Pembiayaan : • Masy. yang berada dekat dgn kegiatan
• Anggaran pada masing-masing IUP/IUPK pertambangan tanpa melihat batas adm.
setiap tahun; wilayah kabupaten/kec.
• Dikelola oleh pemegang IUP/IUPK;
• Alokasi biaya CD tidak dapat dimasukan
sebagai Anggaran Pembangunan dan Monitoring Dan Evaluasi Program (oleh
Belanja Daerah (APDB); pemerintah, pemegang IUP/IUPK, masy.) :
• Sisa Anggaran program pengembangan
masyarakat yang tidak terealisasi pada • Realisasi kemajuan program;
tahun berjalan dimasukkan/dibawa kedalam • Memantau proses pelaksanaan program;
anggran tahun berikutnya. • Mengidentifikasi dampak pelaksanaan
program;
• Mengidentifikasi respon masyarakat terhadap
pelaksanaan program;
Laporan Pelaksanaan Program Pengembangan
• Monitoring terhadap waktu pelaksanaan
Masyarakat :
program;
• Laporan Triwulan
• Mengevaluasi pencapaian sasaran program
• Laporan Tahunan
Berisikan realisasi kegiatan, permasalahan yang
dihadapi, rencana program tahun berikutnya.
X. PENUTUP
• Penaatan terhadap aspek perundangan dan
ketentuan perizinan;
• Penerapan teknis pertambangan yang baik;
• Pelaksanaan konservasi bahan galian;
INDIKATOR PELAKSANAAN
• Perlindungan lingkungan hidup;
GOOD MINING PRACTICES
• Keselamatan pertamangan;
• Peningkatan nilai tambah;
• Penerapan Standarisasi pertambangan;
• Keberlanjutan eko. & pengembangan masyarakat
TIDAK AKAN ADA JIKA
• PERTAMBANGAN SBG “PENGRUSAK LING.” GOOD MINING PRACTICES
DILAKUKAN

KONTROL / EVALUASI
• PEMERINTAH, PELAKU BISNIS & MASYARAKAT GOOD MINING PRACTICES
DILAKUKAN

• SUMBER DAYA MANUSIA, K3, EKSPLORASI, PEMILIHAN


TEKNOLOGI, EFISIENSI LAHAN, PENAMBANGAN TUNTAS,
REKLAMASI & PENGGUNAAN/PENGELOLAAN AIR KERJA.

GOOD MINING PRACTICES


• SARAN : MOTO - PERUBAHAN PARADIGMA
BEST MINING PRACTICES
• Seseorang Yang Tidak Bisa
Bertanggungjawab Atas Diri Dan
Masa Depannya Sendiri, Tidak Akan
Bisa Bertanggung Jawab Atas Diri
Dan Masa Depan Orang Lain

TERIMA KASIH

You might also like