Professional Documents
Culture Documents
Fraktur Anak
Fraktur Anak
Definisi
Menurut Long (2000:357) Fraktur adalah diskontiunitas jaringan tulang yang banyak disebabkan
karena kekerasan yang mendadak atau tidak atau kecelakaan.
Menurut Oswari (2000:144) Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau
tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer,2000:43)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari
tenaga tersebut , keadaan dari tulang itu sendiri dan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap.( Price,1995:1183)
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi
menahan tekanan yang diberikan kepadanya. (Wong D,2003:625)
1. Klasifikasi Fraktur
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur.
1).Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
2).Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama pada anak-anak,
apabila tulang melemah atau tekanan ringan.
1) Trauma Langsung
Yaitu fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa misalnya
benturan atau pukulan pada anterbrachi yang mengakibatkan fraktur
Yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat kejadian
kekerasan.
3) Fraktur Patologik
1. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari faktur ,menurut Brunner and Suddarth,(2002:2358)
1. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai tulang diimobilisasi. Spasme otot yang
menyertai fraktur merupakan bentuk bidai almiah yang di rancang utuk meminimalkan gerakan
antar fregmen tulang
2. Setelah terjadi faraktur, bagian-bagian tidak dapat di gunakan dan cenderung bergerak secara
alamiah (gerak luar biasa) bukanya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen tulang pada
fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstermitas yang bisa
diketahui membandingkan ekstermitas yang normal dengan ekstermitas yang tidak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu samalain sampai
2,5-5 cm (1-2 inchi)
4. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang
teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya (uji krepitus dapat mengaibatkan
kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal terjadi sebagai akibat trauma dari pendarahan yang
mengikuti fraktur. Tanda ini baru bisa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.
Menurut Smeltzer&Bare(2002:2380),manifestasi klinik dari fraktur adalah:
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan
edema
Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur.
Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.
1. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356).
Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak
langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena
trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan
bisep mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147)
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast
berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur)
dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang
dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel
tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakan yg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia
jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287).
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et
al, 1993)
H . Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, spasme otot, edema, cedera
pada jaringan lunak, stres, ansietas, alat traksi/imobilisasi.
Definisi : Keadaan dimana seorang individu mengalami dan melaporkan adanya rasa
ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama 6bulan atau lebih.
Batasan Karakteristik:
Definisi : Keadaan dimana seorang individu mengalami beresiko mengalami keterbatasan gerak
fisik tetapi bukan immobilisasi.
3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, cedara tusuk, bedah
perbaikan; pemasangan traksi, pen, kawat, sekrup, perubahan sensasi sirkulasi;
akumulasi/sekret, imobilisasi fisik.
Definisi : Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami kerusakan
integritas jarigan membran mukosa.
Mayor : Gangguan integumen, atau jaringan membran mukosa atau infasi seluruh tubuh.
4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya pertahanan primer:
kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur infasif, traksi tulang.
Definisi : keadaan dimana seorang individu beresiko trserang agen patologik atau oportunistik
(virus, jamur, bakeri, dll).
Definisi : keadaan dimana seorang individu beresiko untuk mendapat bahaya karena defisit
perseptual/fisiologis, kurang kesadaran tentang bahaya/usia lanjut.
Fokus Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan gerakan fragmen tulang, spasme otot, edema, cedera pada jaringan
lunak, stres ansietas, alat traksi/imobolisasi.
1) Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri berkurang sampai dengan hilang
2) Kriteria Hasil:
c). Menggambarkan rasa nyaman dari orang lain selama mengalami nyeri.
3) Intervensi:Rasional
b). Tinggikan dan dukung esktremitas yang terkena:Meningkatkan aliran balik vena,
menurunkan edema, menurunkan nyeri
d). Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi:
Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang atau tegangan jaringan yang rusak
e). Beri alternatif tindakan kenyamanan : pijatan alih baring:Meningkatkan sirkulasi umum,
menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot
1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot, kerusakan rangka neuromuskuler:
nyeri/ketidaknyamanan; terapi restriktif (imobolisasi tugkai)
1) Tujuan : Setelah dilakukuan tindakan keperawatan, mobilitas fisik tidak terganggu
2) Kriteria Hasil:
Klien dapat mempertahankan atau meningkatkan mobilitas yang paling tinggi.
3) Intervensi:Rasional
a). Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera:Pasien mungkin dibatasi oleh
pandangan diri atau persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual
b). Instruksikan pasien untuk atau bantu dalam rentang gerak pasien atau aktif pada
ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit:Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk
meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktor atau atrofi
c). Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodik:Menurunkan resiko kontraktor fleksi
panggul
d). Bantu atau dorong perawatan diri atau kebersihan (mandi, keramas):Meningkatkan
kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan perawatan diri langsung
e). Dorong peningkatan masukan sampai 2000-3000 ml/hari. Termasuk air asam,
jus:Mempertahankan hidrasi tubuh menurunkan resiko infeksi urinarius, pembentukan batu dan
konstipasi
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, cedera tusuk, bedah perbaikan;
pemasangan traksi, pen, kawat, sekrup, perubahan sensasi sirkulasi; akumulasi ekskresi/sekret,
imobilisasi fisik
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka tidak terjadi kerusakan
integritas jaringan
2) Kriteria hasil :
a). Menunukkan perilaku atau teknik untuk mencegah kerusakan kulit atau memudahkan
penyembuhan sesuai indikasi.
3) Intervensi:Rasional
a). Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan
warna:Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh
alat atau pemasangan gips, edema
b). Masase kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering dan bebas
kerutan:Menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko kerusakan kulit
c). Ubah posisi dengan sering:Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan
meminimalkan kerusakan jaringan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya pertahanan primer: kerusakan
kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur infasif, traksi tulang
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan, infeksi tidak terjadi
2) Kriteria hasil:
b). TTV normal: TD sistole < 130 mmHg, diastole < 85 mmHg, suhu 36-37 C, nadi 78-88
x/mnt.
c). Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, tumor, fungsiolaesa).
3) Intervensi:Rasional
a). Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas:Pen atau kawat tidak harus
dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi kemerahan atau abrasi
b). Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan warna kulit kecoklatan,
bau drainase yang tak enak:Menghindarkan infeksi
d). Kaji adanya tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, color, tumor, fungsiolaesa)
e). Kaji tonus otot, reflek tendon dalam dan kemampuan berbicara:Kekuatan otot, spasme
tonik otot rahang, mengindikasi tetanus
c). Ajrkan pada orang tua untuk memperkirakan perubahan sering pada kemampuan anak
dan waspada
d). Ajarkan orang tua untuk membantu anak dalam menangani tekanan sebaya yang
melibatkan perilaku resiko