You are on page 1of 149

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE,

RASIO RGEC DAN ALTMAN ZSCORE DALAM MEMPREDIKSI


FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN GO
PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013 - 2015

Oleh
LAELA SARI PUTRI
NIM 1411060076

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2016
ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE,
RASIO RGEC DAN ALTMAN ZSCORE DALAM MEMPREDIKSI
FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN GO
PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013 - 2015

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
LAELA SARI PUTRI
NIM 1411060076

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2016
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul


ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, RASIO RGEC
DAN ALTMAN ZSCORE DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2013 - 2015

Oleh
Nama : Laela Sari Putri
Nim : 1411060076
Program Studi : S1 Akuntansi

Telah disetujui untuk diujikan

Jakarta, 28 Oktober 2016


Mengetahui
Ketua Program Studi S 1 Akuntansi Dosen Pembimbing Skripsi

Jasman S.E., Ak., MBA., CA. Heni Pujiastuti, S.E., M.Si


INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, RASIO RGEC
DAN ALTMAN ZSCORE DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2013 – 2015

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Skripsi pada,

Hari : Rabu
Tanggal : 23 November 2016
Waktu : 10.00 sd 11.00 WIB

Oleh

Nama : Laela Sari Putri


NIM : 1411060076

DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS

Tim Penguji Skripsi

Ketua Sidang : Heni Pujiastuti, S.E., M.Si. ………………

Anggota : Henny Ritha, S.E., M.M. ……………...

Mengetahui

Ketua Program Studi S 1 Akuntansi

Jasman, SE., AK., MBA., CA.


INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA

(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)


PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAAN

Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.

Jakarta, 04 November 2016

Penyusun,

Laela Sari Putri


1411060076
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Laela Sari Putri

NIM : 1411060076

Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Analisis Good Corporate Governance, RGEC dan


Altman Z-Score dalam Memprediksi Financial
Distress Pada Perusahaan Perbankan Go Public
Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 – 2015

Menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata
dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus menerima sangsi berdasarkan aturan tata tertib di ABFI Institute
Perbanas.

Demikan pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada
unsur paksaan.

Jakarta, 04 November 2016

Penulis

Laela Sari Putri

NIM 1411060076
ABSTRAK

Laela Sari Putri 1411060076. Analisis Pengaruh Good Corporate, Rasio RGEC
dan Model Altman Z-Score Dalam Memprediksi Financial Distress pada
Perusahaan Perbankan Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-
2015. Skripsi Strata Satu Akuntansi. Fakultas Ekonomi Asian Banking Finance
dan Informatics Institute Perbanas. Jakarta. November 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Good Corporate
Governance, RGEC dan Altman Zscore untuk memprediksi financial distress.
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Good Corporate
Governance terdiri dari Self Assessment, Kepemilikan Institusional dan Proporsi
Komisaris Independen, rasio-rasio keuangan yang membentuk kinerja perbankan
model RGEC yang terdiri dari Net Performing Loan (NPL), Loan to Deposit
Ratio (LDR), Return on Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), Capital
Adequacy Ratio (CAR) dan Altman Zscore. Variabel Dependen (terikat) yaitu
financial distress. Penelitian ini menggunakan analisis dan jenis data bersifat
kuantitatif tentang Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dalam jangka waktu 2013-2015. Dimensi waktu yang digunakan adalah time
series dan penelitian dilakukan secara cross sectional. Metode Penelitian yang
digunakan metode analisis regresi pada tingkat signifikan 5%. Hasil analisis
menunjukkan bahwa Good Corporate Governance yaitu Self Assessment
berpengaruh signifikan terhadap financial distress, sedangkan Kepemilikan
Institusional, dan Proporsi Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap
financial distress. Untuk hasil analisis RGEC yang terdiri dari NPL, LDR, ROA,
NIM, dan CAR yang berpengaruh signifikan terhadap financial distress adalah
NPL, LDR, ROA, dan CAR sedangkan untuk NIM tidak berpengaruh terhadap
financial distress. Sedangkan untuk hasil analisis Altman Z-Score berpengaruh
signifikan terhadap financial distress.
Kata Kunci : Good Corporate Governance, Rasio RGEC, Altman Zscore,dan
financial distress.
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat,

berkah dan karuniaNya serta senantiasa memberikan kekuatan dan kemudahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul

“Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio RGEC dan Altman Zscore

dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Perbankan Go

Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015”. Shalawat serta salam tak

lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat

dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi

pada Perbanas Institute Jakarta dan untuk memenuhi salah satu syarat guna

mencapai gelar Sarjana Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini belum mencapai

kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.

Namun besar demikian harapan penulis agar skripsi ini dapat memenuhi maksud,

tujuan dan manfaat bagi para pembaca.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil penulisan skripsi ini dapat

memberi manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat

meningkatkan kesehatan industri perbankan. Penulis juga berharap semoga Allah

i
S.W.T selalu melimpahkan rahmat dan karuniaNya serta senantiasa memberikan

perlindungan kepada kita semua. Amin.

Dengan ketulusan hati, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

penulisan Skripsi ini dengan hormat dan kerendahan hati kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo Selaku Rektor Perbanas

Institute

2. Ibu Dr. Wiwiek Prihandini, Ak., M.M. Selaku Wakil Rektor Bidang

Akademik dan Keuangan Perbanas Institute

3. Bapak Jasman, SE. Ak., MBA., CA selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi di Perbanas Institute

4. Ibu Heni Pujiastuti, SE., M.Si Selaku Dosen Pembimbing skripsi yang

telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang bersedia untuk

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan penuh kesabaran

membimbing, mengarahkan, memberikan saran, nasihat dan motivasi

hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Asian Banking Finance and Informatics

Institute Perbanas Jakarta dan seluruh staff yang telah memberikan ilmu

dan bantuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Perbanas

Institute

ii
6. Orangtua dan adik saya yang telah memberikan kesempatan atas

pendidikan Sarjana (S1) ini, selalu menjadi motivator dan selalu

memberikan semangat.

7. Teman-teman angkatan 2014 Fakultas Ekonomi Asian Banking Finance

and Informatics Institute Perbanas Jakarta khususnya kelas Intensif S1

Akuntansi.

Jakarta, November 2016

Laela Sari Putri

iii
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ............................................................................................. i

Daftar Isi ............................................................................................. iv

Daftar Tabel ............................................................................................. ix

Daftar Gambar ............................................................................................. xi

Daftar Lampiran ............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 5

1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Teori ................................................................................. 9

2.1.1 Pengertian Bank ................................................................ 9

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Bank..................................................... 10

viii
2.1.3 Kesehatan Bank .................................................................. 13

2.14 Laporan Keuangan............................................................... 14

2.15 Komponen Laporan Keuangan ............................................ 16

2.16 Kebangkrutan....................................................................... 18

2.1.7 Agency Theory ................................................................... 19

2.1.8 Good Corporate Governance ............................................. 20

2.1.9 Ruang Lingkup RGEC ........................................................ 23

2.1.10 Model Altman Zscore ...................................................... 25

2.1.11 Faktor Makro Ekonomi .................................................... 28

2.2 Penelitian Sebelumnya ................................................................ 29

2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................ 34

2.4 Perumusan Hipotesis .................................................................... 35

2.4.1 Good Corporate Governance ............................................. 35

2.4.2 Rasio RGEC ....................................................................... 36

2.4.3 Model Altman ZScore ........................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 38

viii
3.2 Operasionalisasi Variabel ................................................................ 39

3.2.1 Variabel Independen (X) ...................................................... 39

3.2.2 Variabel Dependen (Y) .......................................................... 43

3.3 Populasi dan Sampel ......................................................................... 44

3.3.1 Populasi ................................................................................. 44

3.3.2 Sampel ................................................................................... 46

3.4 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 47

3.5 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 48

3.6 Metode Analisis Data ....................................................................... 49

3.6.1 Analisis Deskriptif ................................................................. 49

3.6.2 Analisis Multivariat ................................................................ 49

3.6.2.1 Regresi Logistik Binary ............................................. 49

3.6.2.2 Menilai Kelayakan Model Regresi ............................. 52

3.6.2.3 Menilai Model Fit ...................................................... 53

3.6.2.4 Estimasi Parameter dan Interprestasinya ................... 54

3.6.2.4.1 Menguji Koefisien Regresi ............................... 54

3.6.2.4.2 Pengujian Hipotesis .......................................... 55

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian .......................................................... 58

4.1.1 Deskripsi Variabel Penelitian ............................................. 60

4.1.2 Deskripsi Umum Penelitian ................................................ 61

viii
4.2. Analisis Data ................................................................................. 61
4.2.1. Analisis Deskriptif ............................................................ 61

4.2.1. 1 Self Assessment ...................................................... 62

4.2.1.2 Kepemilikan Institusional ...................................... 63

4.2.1.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen ............... 63

4.2.1.4 Non Performing Loan (NPL) ................................ 64

4.2.1.5 Loan to Deposito Ratio (LDR) ............................. 65

4.2.1.6 Return on Assets (ROA) ......................................... 65

4.2.1.7 Net Interest Margin (NIM) ..................................... 66

4.2.1.8 Capital Adequacy Ratio (CAR) .............................. 66

4.2.1.9 Altman Z-score ..................................................... 67

4.2.2 Analisis Regresi Logistik Binary ........................................ 67

4.2.2.1 Uji Kelayakan Model Regresi (Hosmer and

Lemesshow’s Goodness of Fit) ................................ 68

4.2.2.2 Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test) . 69

4.2.2.3 Classification Result .............................................. 71

4.2.2.4 Uji Koefisien Determinasi (Cox amd Snell R Square

dan Nagelkerken R Square) ................................... 72


viii
4.2.3 Analisis Regresi Berganda .................................................. 74

4.2.3.1 Uji T (Parsial) ........................................................ 75

4.2.3.1 Uji F (Simultan) ...................................................... 76

4.3 Hasil Interprestasi ............................................................................. 77

4.3.1 Hasil Uji Hipotesis Good Corporate Governance Dalam

Memprediksi Financial Distress ........................................ 78

4.3.2 Hasil Uji Hipotesis RGEC Dalam Memprediksi Financial

Distress ............................................................................... 79

4.3.3 Hasil Uji Hipotesis Altman Z-Score Dalam Memprediksi

Financial Distress ............................................................... 80

4.3.4 Hasil Uji Hipotesis Good Corporate Governance, Rasio RGEC,

Dan Altman Z-Score Dalam Memprediksi Financial Distress

............................................................................................. 80

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 85

4.4.1 Pengaruh Good Corporate Governance Dalam Memprediksi

Financial Distress ............................................................... 89

4.4.1.1 Self Assessment ....................................................... 89

4.4.1.2 Kepemilikan Institusional ........................................ 90

4.4.1.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen ................... 91


viii
4.4.2 Pengaruh Rasio RGEC Dalam Memprediksi Financial Distress

............................................................................................. 92

4.4.2.1 Non Performing Loan (NPL) .................................. 92

4.4.2.2 Loan to Deposito Ratio (LDR) ............................... 93

4.4.2.3 Return on Assets (ROA) ......................................... 94

4.4.2.4 Net Interest Margin (NIM) ................................... 95

4.4.2.5 Capital Adequacy Ratio (CAR) ............................ 96

4.4.3 Pengaruh Model Altman ZScore Dalam Memprediksi

Financial Distress ............................................................... 96

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 99

5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 100

5.3 Rekomendasi ................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

No Halaman

2.1. Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank ....................... 13


2.2. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 29

3.1. Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .................................. 39

3.2. Aspek Penilaian Good Corporate Governance (GCG) ..................... 41

3.3. Peringkat Komposit Penilaian Faktor Good Corporate Governance


........................................................................................... 41

3.4. Indikator Penilaian Model Altman Z-Score ...................................... 42

3.5. Kriteria Penilaian Model Altman Z-Score ........................................ 42

3.6. Daftar Populasi Perusahaan Perbankan yang diteliti periode 2013-2015


............................................................................................. 44

3.7 Sampel yang digunakan dalam penelitian ......................................... 46

4.1. Data Sampel Penelitian ..................................................................... 58


4.2. Hasil Statistik Deskriptif .................................................................. 62

4.3 Hosmer and Lemeshow Test .............................................................. 69

4.4 Block 0 : Beginning Block ................................................................. 70

4.5 Block 1:Method = Enter ..................................................................... 70

4.6 Classification Result ........................................................................... 71

4.7 Model Summary .................................................................................. 73

4.8 Variabel In The Equation (Good Corporate Governance) ................ 74

4.9 Hasil Uji T (Parsial) ........................................................................... 76

ix
4.10 Hasil Uji F (Simultan) ..................................................................... 77

4.11 Variabel In The Equation (Good Corporate Governance) ............. 78

4.12 Variabel In The Equation (RGEC) ................................................... 79

4.13 Variabel In The Equation (Altman Zscore) ...................................... 80

4.14 Variabel In The Equation (Simultan) ............................................... 81

4.15 Persentase Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Perbankan .............. 97

x
DAFTAR GAMBAR

No Halaman

2.3. Kerangka Berpikir ............................................................................ 33

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Self Assessment

Lampiran 2 : Non Performing Loan (NPL)

Lampiran 3: Loan to Deposito Ratio (LDR)

Lampiran 4 : Return on Assets (ROA)

Lampiran 5 : Net Interest Margin (NIM)

Lampiran 6 : Capital Adequacy Ratio ((CAR)

Lampiran 7 : Altman Zscore

Lampiran 8 : Hasil SPSS

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan berbagai

macam lembaga keuangan. Salah satu diantaranya merupakan lembaga-lembaga

keuangan yang memiliki peran penting dalam perekonomian adalah lembaga

keuangan bank. Kondisi perekomonian di Indonesia yang tidak stabil dapat

mempengaruhi perusahaan yang ada di Indonesia, termasuk bank. Kondisi yang

tidak stabil ini terlihat dari gejolak inflasi yang terjadi dari tahun 2008 hingga

2014.

Pada awal tahun 2008, inflasi di Indonesia tercatat sebesar 7,36% dan terus

mengalami kenaikan hingga pada akhir tahun 2008 tercatat sebesar 11,06%, namun

pada awal tahun 2009 hingga awal tahun 2010 terus mengalami penurunan hingga

mencapai 3,72%. Inflasi pada angka 3,72% ini tidak bertahan lama karena terus

mengalami kenaikan hingga pada akhir tahun 2014, angka inflasi mencapai 8,36%

(www.bi.go.id). Dengan adanya kondisi yang seperti ini, bank dan lembaga

keuangan dapat terkena dampak dari peningkatan inflasi.

Kondisi financial distress sulit untuk diketahui oleh pihak eksternal karena

pihak bank berusaha menyelesaikan masalah ini secara internal dan tidak

melibatkan pihak eksternal. Oleh karena itu pihak eksternal harus mencari cara

untuk mengetahui kondisi financial distress suatu bank. Kondisi financial distress

1
2

yang tidak ditangani dengan tepat oleh bank akan dapat membuat bank mengalami

kebangkrutan dan terpaksa harus dilikuidasi. Hal ini akan merugikan para pihak

eksternal, khususnya investor. Kondisi ini tidak hanya memberikan dampak

likuidasi ataupun kebangkrutan pada bank, tetapi juga dapat mempengaruhi kondisi

perekonomian. Melihat akibat dari kondisi financial distress, penting untuk

mengetahui lebih awal apakah bank tersebut mengalami financial distress atau

tidak. Kondisi dari bank tersebut dapat dilihat melalui laporan keuangan, dengan

berbagai macam pendekatan salah satunya dengan melihat nilai dari good

corporate governance pada perusahaan tersebut.

Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan dapat menjadi suatu

penentu apakah perusahaan tersebut dapat sukses atau tidak. Corporate governance

merupakan salah satu syarat utama dari manajemen yang sehat diantara

perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Bank yang memiliki indeks corporate

governance yang baik, dapat dikatakan memiliki manajemen yang sehat. Indeks

corporate governance ini dapat dilihat dalam laporan tahunan atau annual report

perusahaan dan memiliki peringkat sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik dan

tidak baik.

Kesehatan bank merupakan hasil dari penilaian kualitas atas berbagai aspek

yang berpengaruh terhadap kondisi kinerja suatu bank. Upaya untuk

mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan diperlukan

suatu penilaian tingkat kesehatan bank, penilaian tingakat kesehatan bank

dilakukan untuk mengetahui kredibilitas suatu bank dan salah satu indikator

penilaian kinerja manajemen perbankan. Selain itu juga penilaian tingkat kesehatan
3

bank dilakukan dalam upaya menetapkan strategi yang bagus dalam menyikapi

kebijakan API. Pada PBI No. 13/PBI/2011 dan SE No. 13/14/DPNP tanggal 25

Oktober 2011 yang menjadi indikator RGEC yang terdiri dari Risk atau resiko (R),

Good Corporate Governance (G), Earnings (E) dan Capital (C) dan penilaian

menggunakan skala 1 sampai 5 semakin kecil poin yang diterima itu menandakan

kesehatan bank semakin baik (www.bi.go.id).

Selain menggunakan analisis RGEC ada juga analisis model Z-Score.

Analisis Z-score dikenal juga sebagai analisis kebangkrutan karena dari nilai yang

dihasilkan dapat dilihat apakah suatu perusahaan mempunyai kondisi keuangan

yang sehat, menunjukkan tanda-tanda kebangkrutan atau perusahaan berada dalam

kondisi terparah yaitu kebangkrutan. Penelitian yang dapat dijadikan acuan

diantaranya penelitian dari Altman (1998) yang mengungkapkan bagaimana cara

menggunakan metode Z-Score tersebut mulai dari melakukan perhitungan rasio

dengan dasar laporan keuangan, lalu menghitung rumus Z-Score dan menentukan

tingkat kesehatan dari sebuah perusahaan. Iwamoto (2011) yang menjelaskan

dalam jurnalnya bahwa Z-Score mempunyai pengaruh yang tinggi dalam

menyelamatkan bank.

Dengan mengetahui kondisi financial distress diharapkan perusahaan,

termasuk bank dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi

yang mengarah pada kebangkrutan sedini mungkin dan kegunaan informasi jika

suatu perusahaan termasuk bank mengalami financial distress adalah sebagai

berikut:

1. Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum


terjadinya kebangkrutan pada masa yang akan datang.
4

2. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau take over agar
perusahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan
dengan baik.

3. Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan

Kondisi perekonomian di Indonesia yang masih belum menentu

mengakibatkan tingginya resiko suatu perusahaan yang mengalami kesulitan

keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesalahan prediksi terhadap kelangsungan

operasi suatu perusahaan dimasa yang akan datang dapat berakibat fatal yaitu

kehilangan pendapatan atau investasi yang telah ditanamkan pada suatu

perusahaan.

Contoh kasus buruknya penerapan good corporate governance dalam

industri perbankan Indonesia dapat kita lihat pada kasus Bank Century yang

sekarang berganti nama menjadi Bank Mutiara, dimana bank tersebut harus diambil

alih Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan ditetapkan sebagai bank gagal pada

tahun 2008 akibat banyaknya kredit bermasalah yang dimiliki bank tersebut. Oleh

karena itu, pentingnya suatu model prediksi kebangkrutan suatu perusahaan

menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak seperti pemberi pinjaman,

investor, pemerintah, akuntan, dan manajemen.

Dan berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

menyusun skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Good Corporate, Rasio

RGEC dan Model Altman Z-Score Dalam Memprediksi Financial Distress

pada Perusahaan Perbankan Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-

2015”. Seperti yang dikemukakan dalam penelitian-penelitian terdahulu Agrawal


5

dan Chadha, 2005, dan Deng dan Wang (2006) dalam Darus dan Mohamad (2011)

alasan paling sering yang dikemukakan terkait penyebab terjadinya corporate

failure adalah kurangnya kontrol internal yang timbul dari perusahaan yang

corporate governance-nya lemah. Maka sudut pandang yang digunakan dalam

penelitian ini adalah agency theory, bahwa masalah corporate governance timbul

karena tidak adanya keselarasan kepentingan antara manager dan investor yang

disebabkan oleh pemisahan kepemilikan dan kontrol disebuah perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan keterangan di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai

berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh Good Corporate Governance dalam memprediksi

financial distress pada perusahaan perbankan go public di Bursa Efek Indonesia

periode tahun 2013 - 2015 ?

2. Apakah analisis menggunakan rasio RGEC berpengaruh dalam memprediksi

financial distress pada perusahaan perbankan go public di Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2013 - 2015 ?

3. Apakah analisis melalui model Altman Z-Score berpengaruh dalam

memprediksi financial distress pada perusahaan perbankan go public di Bursa

Efek Indonesia periode tahun 2013 - 2015 ?

4. Apakah Analisis Good Corporate Governance, Rasio RGEC, dan Altman

Zscore berpengaruh secara simultan terhadap prediksi financial distress pada

perusahaan perbankan go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 -

2015 ?
6

1.3 Batasan Masalah

Dalam Penelitian ini menggunakan banyak faktor yang mempengaruhi

financial distress perbankan. Agar permasalahan yang diteliti terarah dengan baik,

maka penulis memberikan batasan-batasan masalah ruang lingkup penelitian

sebagai alat ukur :

1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Good Corporate

Governance (Self Assessment, Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan

Komisaris Independen), Rasio RGEC (NPL, LDR, ROA, NIM, CAR), dan

Altman Zscore Sedangkan variabel dependen adalah Financial Distress.

2. Sektor yang diteliti adalah sektor perbankan yang terdaftar di BEI.

3. Model prediksi financial distress yang digunakan adalah Altman Zscore

menggunakan 4 rasio yang dikembangkan untuk menilai kesehatan

perusahaan non manufaktur atau perbankan, terdiri dari , , , dan .

4. Waktu pengamatan hanya periode 2013 - 2015.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh Good Corporate Governance dalam

memprediksi financial distress pada perusahaan perbankan go public di Bursa

Efek Indonesia periode tahun 2013-2015.


7

2. Untuk menganalisis pengaruh analisis rasio RGEC dalam memprediksi

financial distress pada perusahaan perbankan go public di Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2013-2015.

3. Untuk menganalisis pengaruh analisis melalui model Altman Z-Score dalam

memprediksi financial distress pada perusahaan perbankan go public di Bursa

Efek Indonesia periode tahun 2013-2015.

4. Untuk menganalisis pengaruh Good Corporate Governance, Rasio RGEC, dan

Altman ZScore secara simultan dalam memprediksi financial distress pada

perusahaan perbankan go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013-

2015.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Sebagai tolak ukur dalam pengambilan keputusan yang dapat digunakan

sebagai alternatif dalam menentukan kebijakan perusahaan pada periode

selanjutnya.

2. Bagi Investor

Penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan investor dalam

memilih bank untuk diberikan dana investasi, dengan melihat aspek-aspek yang

dapat menunjukkan apakah bank memiliki kemungkinan mengalami financial

distress, sehingga investor terhindar untuk memilih bank yang memiliki

kemungkinan mengalami financial distress.

3. Bagi Nasabah
8

Penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam memilih

bank sebagai tempat penyimpanan uang. Nasabah dapat terhindar dari

pemilihan bank yang memiliki kemungkinan mengalami financial distress dan

tidak dapat menjamin simpanan

4. Bagi Peneliti

Berguna untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai

kesehatan perbankan yang dinilai dengan analisis rasio bagi peneliti berikutnya.

Diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang manajemen keuangan

dengan cara memakai model dalam memprediksi kebangkrutan dalam

pelaksanaannya di dunia nyata dan hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah

satu referensi untuk riset mengenai perbankan dan juga untuk memberikan

tambahan informasi mengenai prediksi financial distress pada bank.


BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Bank

Bank menurut Kasmir (2014:12) adalah sebagai berikut:

“Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun

dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat

serta memberikan jasa bank lainnya”.

Pengertian bank menurut Ismail (2014:12) adalah:

“Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah

menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan

juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa-jasa perbankan”.

Sedangkan pengertian bank menurut Hasibuan (2011:2) adalah sebagai

berikut:

Bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset

keuangan (financial asset) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan

hanya mencari keuntungan saja. Bank juga merupakan pengumpul dana dan

9
10

penyalur kredit berarti bank dalam operasinya mengumpulkan dana dari

masyrakat yang kelebihan dana dan menyalurkan kredit kepada masyarakat yang

membutuhkan dana.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa bank merupakan yang

bergerak dalam bidang keuangan, melakukan sesuatu kepada masyarakat dari

masyarakat dan untuk masyarakat dalam memberikan jasa keuangan.

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Bank

Sesuai Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998 dalam Brian (2010:30), “fungsi utama perbankan adalah sebagai

penghimpun dan penyalur dana masyarakat”. Sedangkan tujuan Perbankan

Indonesia yaitu untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam

rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan

ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai berikut:

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam

hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana.

b. Agent of Development

Lembaga keuangan bank yang memobilisasi dana untuk pembangunan

ekonomi.
11

c. Agent of Service

disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank

juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain di masyarakat.

Bank menjalankan usahanya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Oleh

karena itu, kegiatan bank sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari bidang keuangan.

Kegiatan bank secara sederhana dapat dikatakan sebagai tempat melayani segala

kebutuhan para nasabahnya.

Kegiatan utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat

melalui simpanan dalam bentuk tabungan, deposito berjangka, giro dan kemudian

menyalurkan kembali dana yang dihimpun tersebut kepada masyarakat umum

dalam bentuk kredit yang diberikan (loanable fund).

Menurut Kasmir (2010:30) kegiatan bank umum secara lengkap meliputi

kegiatan sebagai berikut:

a. Menghimpun Dana dari Masyarakat (Funding)

Pengertian menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana

dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

tabungan dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilaksanakan oleh

bank melalui berbagai strategi agar masyarakat tertarik dan mau

menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan bank.

b. Menyalurkan Dana ke Masyarakat (Lending)


12

Menyalurkan Dana berarti melemparkan kembali dana yang telah dihimpun

melalui simpanan giro, tabungan, dan deposito kepada masyarakat dalam

bentuk pinjaman bagi bank konvensional atau pembiayaan bagi bank syariah.

c. Memberikan Jasa-Jasa Bank Lainnya (Sevices)

Jasa-jasa bank lainnya diberikan terutama untuk mendukung kelancaran

kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, seperti jasa setoran, jasa

pengiriman uang (transfer), jasa penagihan (inkaso), jasa kliring, dan jasa letter

of credit (L/C).

Banyaknya produk jasa yang ditawarkan sangat bergantung pada

kemampuan masing-masing bank. Kemampuan bank dapat dilihat dari segi

permodalan, manajemen, serta fasilitas sarana dan prasarana yang dimilikinya.

2.1.3 Kesehatan Bank

Berdasarkan Pasal 29 UU No. 7 Tahun 1992 Sebagaimana telah diubah

dengan UU No. 10 Tahun 1998 dalam Utami (2015:31) tentang perbankan, bank

wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan

modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas,

serta aspek lainnya yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan

kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 6/23/DPNP tanggal 31 Mei

2004, penilaian kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai aspek

yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian
13

aspek permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan

sensitivitas terhadap risiko pasar.

Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu:

sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.

Tabel 2.1. Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank

Nilai Kredit Predikat


81 – 100 Sehat
66 - < 81 Cukup Sehat
55 - < 66 Kurang Sehat
0 < 51 Tidak Sehat
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP /2004

Bank yang sehat memberi manfaat pada semua pihak, yaitu pada pemilik

bank, pengelola bank, masyarakat yang menggunakan jasa bank, masyarakat

umum, bank sentral, dan pemerintah. Bank yang sehat selalu mengalami

pertumbuhan yang baik.

Menurut Sudirman (2013:107), penilaian kesehatan sebuah bank dapat

dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui penilaian atas berbagai komponen

yang berpengaruh pada kondisi dan perkembangan sebuah bank, seperti:

a. Penilaian terhadap faktor permodalan atau capital.

b. Penilian terhadap kualitas aktiva produktif atau KAP

c. Penilaian manajemen atau management bank.

d. Penilaian rentabilitas atau (earning) bank.


14

e. Penilaian likuiditas atau (liquidity) bank.

Hal yang sangat penting bagi para pengguna jasa perbankan adalah

kesehatan bank. Kesehatan bank membantu para pengguna untuk mengambil

keputusan untuk menggunakan jasa dari bank tersebut.

Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006:51) mengartikan kesehatan

bank adalah sebagai berikut:

“Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan

kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua

kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan

perbankan yang berlaku”.

Sehat atau tidak sehatnya suatu bank mencakup untuk seluruh kegiatan

usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi.

1. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari

modal sendiri.

2. Kemampuan mengelola dana.

3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

4. Kemampuan memenuhi seluruh kewajibannya. kepada masyarakat, karyawan,

pemilik modal, dan pihak lain.

5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

2.1.4 Laporan Keuangan


15

Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada saat periode tertentu

akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Setiap perusahaan tersebut

melaporkan kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Untuk

memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan keuangan, berikut

dikemukakan beberapa pengertian mengenai laporan keuangan antara lain.

1. Rezky (2012:13) mengemukakan “laporan keuangan ialah neraca dan

Perhitungan rugi-laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam

lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana”.

2. Ghulam (2011:10) “laporan keuangan adalah suatu laporan yang

menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat

komunikasi untuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan

atau aktivitas perusahaan”.

3. Menurut Kasmir (2014:7) menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah

laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau

dalam suatu periode tertentu.

4. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. Paragraf 9

(IAI: 2011), Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi

keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

5. Menurut Kieso et. All (2011:5) menjelaskan:

“The financial statement most frequently provided are (1) the statement of

financial statements position, (2) the income statement or statement of

comprehensive income, (3) the statement of cash flows, and (4) the statement
16

of changes in equity. Note disclosures are an integral part of each financial

statement”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa laporan keuangan

alat untuk menginformasikan informasi keuangan perusahaan pada periode

tertentu yang terdiri dari neraca atau laporan keuangan pada periode tertentu yang

terdiri dari neraca atau laporan keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan

perubahan ekuitas, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah laporan

yang dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan selama periode tertentu

yang dapat berguna pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan tersebut.

2.1.5 Komponen Laporan Keuangan

Setelah adanya konvergensi IFRS di Indonesia, terjadi perubahan

komponen laporan keuangan. Berikut adalah perubahan komponen laporan

keuangan yang lengkap. Menurut PSAK No. 1 (2011), laporan keuangan yang

lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:

a. Laporan Posisi Keuangan (Financial Statetment)

Merupakan laporan yang menyediakan informasi mengenai nilai dan jenis

investasi perusahaan, kewajiban perusahaan kepada kreditur dan ekuitas pemilik.

Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan,

struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi

dengan perubahan lingkungan. Laporan posisi keuangan perusahaan dapat


17

dipergunakan sebagai dasar untuk menghitung tingkat hasil pengembalian,

mengevaluasi struktur modal perusahaan dan menghitung likuiditas dan

fleksibilitas keuangan perusahaan.

b. Laporan Laba Rugi Komprehensif (Comprehensive Income Statement)

Laporan laba rugi berfungsi untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan

antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan

yang menyediakan rincian pendapatan, beban, untung dan rugi perusahaan untuk

suatu periode waktu. Laporan laba rugi dapat digunakan untuk mengetahui

indikasi profitabilitas perusahaan.

c. Laporan Perubahan Modal (Owners Equity Statetment)

Laporan ini menyajikan perubahan-perubahan pada pos ekuitas. Laporan

ini bermanfaat untuk mengidentifikasi alasan perubahan klaim pemegang ekuitas

atas aktivitas perusahaan.

d. Laporan Arus Kas (Cash Flow)

Laporan ini menyajikan dan melaporkan arus kas masuk dan arus kas

keluar bagi aktivitas operasi, investasi dan pendanaan perusahaan secara terpisah

selama suatu periode tertentu.

e. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)

Catatan atas laporan keuangan berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting

dan informasi penjelasan lainnya. Dalam PSAK No.1 (2011) dinyatakan bahwa:
18

“Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atas rincian

jumlah yang tertera dalam neraca. Laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan

perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan

komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang

diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan-

pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan

keuangan secara wajar”.

2.1.6 Kebangkrutan

Salah satu penyebab terjadinya financial distress menurut Fachrudin

(dalam Hadi, 2014) penyebab utamanya adalah faktor ekonomi (37%) dan faktor

keuangan (47,3%), selain itu disebabkan oleh kelalaian, malapetaka, dan

kecurangan yaitu sebanyak (14%).

Financial distress dapat timbul karena adanya pengaruh dari dalam

perusahaan (internal) dan dari luar perusahaan (eksternal). Faktor internal

perusahaan meliputi: Kesulitan arus kas, besarnya jumlah hutang, kerugian dari

kegiatan operasi perusahaan selama beberapa tahun. Sedangkan faktor

eksternalnya dapat berupa kenaikan suku bunga pinjaman, yang menyebabkan

beban bunga yang ditanggung perusahaan meningkat, selain itu adapula kenaikan

biaya tenaga kerja yang mengakibatkan besarnya biaya produksi suatu perusahaan

menyebabkan kenaikan biaya tenaga kerja juga meningkat.

Kesulitan keuangan atau financial distress hampir pasti pernah dialami

oleh setiap perusahaan. Kondisi ini merupakan ciri khas yang dialami oleh

perusahaan sebagai akibat dari beberapa kondisi yang terjadi di perusahaan.


19

Menurut Hanafi (2013:278) mendefinisikan bahwa financial distress dapat

digambarkan dari titik ekstrem yaitu kesulitan likuiditas jangka pendek sampai

insovabel. Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya bersifat jangka pendek,

tetapi bisa berkembang menjadi parah. Indikator kesulitan keuangan dapat dilihat

dari analisis aliran kas, analisis strategi perusahaan, dan laporan keuangan

perusahaan.

Sedangkan menurut Fahmi (2012:158) mendefinisikan financial distress

sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya

kebangkrutan ataupun likuidasi. Financial Distress dimulai dengan

ketidakmampuan memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama kewajiban yang

bersifat jangka pendek termasuk kewajiban likuiditas, dan juga termasuk

kewajiban dalam kategori solvabilitas.

Menurut Indri (2012:103) Financial distress adalah suatu situasi dimana

arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban

lancar (seperti hutang dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa

melakukan tindakan perbaikan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa financial distress

merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau

krisis yang terjadi sebelum perusahaan dikatakan pailit/bangkrut.

2.1.7 Agency Theory

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency theory sebagai

hubungan kontraktual antara satu atau lebih pihak yaitu prinsipal dan agen,

dimana pemilik perusahaan atau investor menunjuk agen sebagai manjemen yang
20

mengelola perusahaan atau investor menunjuk agen sebagai manajemen yang

mengelola perusahaan atas nama pemilik melibatkan juga pendelegasian

wewenang untuk pengambilan keputusan kepada manajemen.

Pembahasan diatas menunjukkan bahwa perbedaan kepentingan antara

pemilik dan agen akan menimbulkan agency problem sehingga berimplikasi

terhadap munculnya biaya-biaya yang disebut sebagai agency cost. Ross et.al

(2008) mendefinisikan agency cost sebagai biaya yang muncul dari adanya

konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen. Biaya yang timbul

dapat berupa biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya tidak langsung

merupakan biaya atas kehilangan peluang dan sedangkan biaya langsung dibagi

menjadi dua tipe, tipe pertama merupakan pengeluaran perusahaan yang

menguntungkan bagi manajemen namun menjadi beban bagi pemegang saham.

Tipe kedua dari biaya langsung adalah biaya yang muncul dari adanya kebutuhan

untuk memonitor kegiatan manajemen.

2.1.8 Good Corporate Governance

Dalam sebuah prinsip good corporate governance merupakan sebuah

pengendalian dan tanggungjawab serta wewenang dewan adalah

menyeimbangkan antara pemilik perusahaan atau pemegang saham di satu sisi

dan manager, eksekutif, karyawan di sisi lainnya. Oleh karena itu corporate

governance dapat dikatakan sebagai sebuah kekuatan “power”. Dengan adanya

tata kelola yang baik dapat mengatasi masalah yang terjadi sehingga akan lebih

percaya terhadap bank tersebut dan meminimalisasi adanya financial distress.


21

Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara

kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan

istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara

pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam

memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan

pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/DPNP/2013 tentang

pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum adalah suatu tata

kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (Transparency),

Akuntabilitas (accountability), Pertanggungjawaban (responsibility),

Independensi (independency), dan kewajaran (fairness). Pelaksanaan GCG pada

industri perbankan harus senantiasa berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar

sebagai berikut:

a. Transparansi (Transparency)

Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediaan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses

dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif

untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan

perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan

oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.

b. Dapat dipertanggungjawabkan (Accountability)

Perusahaan harus dapat dipertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur,
22

dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

c. Pertanggungjawaban (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga

dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat

pengakuan sebagai good coporate citizen.

d. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas good corporate governance,

perusahaan harus kelola secara independen sehingga masing-masing bagian dalam

perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya

berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 Pasal 7 Ayat 2

penilaian terhadap GCG sebagimana dimaksud dalam pasal 6 huruf b merupakan

penilaian terhadap manajemen bank atas prinsip-prinsip GCG. Adapun prinsip-

prinsip GCG tersebut diantaranya: keterbukaan, akuntabilitas, tanggungjawab,

indepedensi serta kewajaran.

Forum for Corporate Governance (FCGI) dalam publikasi yang

pertamanya (dalam Jurnal Nominal/Volume 1 Nomor 1/Tahun 2012)

menggunakan definisi Cadbury Committee yaitu “seperangkat peraturan yang


23

mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,

pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan

ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau

dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”.

2.1.9 Ruang Lingkup RGEC

Seiring berjalannya waktu dan perubahan pada bidang perbankan,

pemerintah menciptakan metode baru untuk menilai kesehatan Bank. Bank

Indonesia menyempurnakan motode penilaian tingkat kesehatan bank umum dari

CAMEL menuju CAMELS menjadi RGEC sesuai dengan SE BI Nomor

13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Umum tersebut merupakan petunjuk pelaksanaan dari Peraturan Bank Indonesia

No. 13/24/PBI/2011. Peraturan ini efektif digunakan oleh seluruh Bank umum

sejak 1 Januari 2012. RGEC mencakup komponen-komponen Risk Profile (yang

terdiri dari 8 jenis risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas,

risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi), Good

Corporate Governance, Earnings, Capital.

Siklus Periode Metode: RGEC

Februari 1991 CAMEL

Berlaku 1991

CAMELS PBI No. 6/10/PBI/2004

(Berlaku 2004) SE No.6/23/DPNP

PBI No. 13/1/PBI/2011 RGEC

SE No. 13/24/DPNP (Berlaku 2011-saat ini)


24

Menurut PBI No. 13/1/PBI/2011 dan SE No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober

2011 yang menjadi indikator adalah:

1. Risk Profile

Penilaian terhadap resiko terbagi menjadi 8 bagian:

a. Resiko Kredit

Risiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak, seperti penundaan,

pengurangan pembayaran suku bunga dan pinjaman pokoknya, atau tidak

membayar pinjamannya sama sekali.

b. Risiko Pasar

Suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai suatu investasi karena

pergerakan pada faktor-faktor pasar.

c. Risiko Likuiditas

Risiko kekurangan likuiditas terjadi karena adanya rush- penarikan dana

secara serentak yang dapat mengakibatkan kebangkrutan bank.

d. Risiko Operasional

Risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya

proses internal, manusia, dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian eksternal.

e. Risiko Hukum

Risiko dari ketidakpastian tindakan atau tuntutan atau ketidakpastian dari

pelaksanaan atau interprestasi dari kontrak, hukum atau peraturan.

f. Risiko Stratejik
25

Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategi

bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau

kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

g. Risiko Reputasi

Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang

bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

2. Good Corporate Governance

Good Coorporate Governance (GCG) ditinjau dari sisi pemenuhan prinsip-

prinsip GCG. GCG mencerminkan bagian manajemen dari CAMELS namun

telah disempurnakan. Bank memperhitungkan dampak GCG perusahaan pada

kinerja GCG bank dengan mempertimbangkan signifikan dan materialitas

perusahaan anak dan atau signifikasi kelemahan GCG perusahaan anak.

3. Earning

Earning adalah salah satu penilaian kesehatan bank dari sisi rentabilitas.

4. Capital

Capital atau permodalan memiliki indikator antara lain rasio kecukupan modal

dan kecukupan modal bank untuk mengantisipasi potensi kerugian sesuai profil

resiko yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai

dengan karekteristik, skala usaha dan kompleksitas usaha bank.

2.1.10 Model Altman Z-Score

Analisis dengan menggunakan model Z-score ini pertama kali dilakukan

oleh Altman yang dipergunakan untuk menganalisis kebangkrutan perusahaan dan

digunakan di negara-negara eropa.


26

Salah satu cara untuk memprediksi financial distress hingga kebangkrutan

yaitu Model Altman’s Z-score. Menurut Fahmi (2013:158):

Pada saat ini banyak formula yang dikembangkan untuk menjawab

permasalahan tentang bankrupty ini, salah satu yang dianggap populer dan banyak

dipergunakan dalam berbagai penelitian serta analisis secara umum adalah model

kebangkrutan Altman. Model Altman ini atau lebih umum disebut dengan Altman

Z-Score.

Menurut Harahap dalam Hadi (2012:8) Altman’s Z-Score dikenal pula

sebagai Altman Bankrupty Prediction Model Z-Score. Adapun pengertiannya

adalah: “Model ini memberikan rumus untuk menilai kapan perusahaan akan

bangkrut. Dengan menggunakan rumus yang diisi (interplasi) dengan rasio

keuangan maka akan diketahui angka tertentu yang ada menjadi bahan untuk

memprediksi kapan kemungkinan perusahaan akan bangkrut.

Menurut (Altman, 1968) rumus menghitung penilaian kebangkrutan atau

metode Z-Score pada perusahaan manufaktur adalah:

Z-Score =1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5

Adapun penafsiran hasil perhitungan Z-Score untuk perusahaan

manufaktur:

Jika nilai Z < 1,81 maka termasuk perusahaan yang bangkrut

Jika nilai 1,81 < Z < 2,99 maka termasuk grey area

Jika nilai > 2,99 maka termasuk perusahaan tidak bangkrut

Kelima rasio inilah yang akan digunakan untuk menganalisis laporan

keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan


27

terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Menurut Munawir (2002:309)

Z-Score Altman untuk perusahaan perbankan yang telah go public ditentukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3

+ 0,6 X4 + 1,0 X5

X1 = Working Capital to Total Assets

Modal Kerja

Total Aset

X2 = Retained Earning to Total Assets

Laba Ditahan

Total Aset

X3 = Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets

Laba Sebelum Dikurangi Biaya Bunga

Total Aset

X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Debt

Harga Pasar Saham

Nilai Total Hutang

Dengan kriteria penilaian yang digunakan sebagai berikut:

a. Z-Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga

tidak mengalami kesulitan keuangan.

b. 1,81 < Z-Score < 2,99 berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan sebagai

perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan

terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari


28

keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil

keputusan.

c. Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan

keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan

bangkrutnya sangat besar.

Metode ini digunakan untuk menghitung nilai diskriminan pada

perusahaan manufaktur, tetapi dalam perusahaan non-manufaktur telah

dikembangkan dengan menggunakan 4 rasio saja, yakni X1, X2, X3, X4.

Perhitungan Z-Score nya :

Z-Score =6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4

Perhitungan inilah yang akan digunakan untuk menghitung nilai

diskriminan pada bank umum konvensional dan bank umum syariah. Adapun

penafsiran hasil perhitungan Z-Score adalah:

Z > 2,60 Berdasarkan laporan keuangan, perusahaan dianggap aman

1,1 < Z < 2,60 Terdapat kondisi keuangan disuatu bagian yang membutuhkan

perhatian khusus.

Z < 1,1 Perusahaan dapat berpotensi kuat akan mengalami kebangkrutan.

2.1.11 Faktor Makro Ekonomi

1. Suku Bunga

Suku bunga merupakan sebuah pembayaran di masa yang akan dating atas

perpindahan uang di masa lampau. Akibatnya, suku bunga selalu melibtkan

perbandingan jumlah uang pada waktu yang berbeda.


29

2. Inflasi

Inflasi adalah tingkat perubahan dalam harga-harga, dan tingkat harga

adalah akumulasi dari inflasi-inflasi terdahulu (Dornbusch., et.al., 2008:34).

Inflasi terjadi ketika tingkat harga umum naik. Inflasi di klasifikasikan ke dalam

tiga kategori, yaitu:

a. Inflasi Rendah

Inflasi ini dicirikan oleh harga yang naik perlahan-lahan dan dapat diramalkan.

Kita dapat medefinisikanya sebagai tingkat inflasi tahunan dengan digit

tunggal.

b. Inflasi yang melambung

Inflasi dalam cakupan digit ganda atau triple misalnya 20, 100 atau 200 persen

per tahun

c. Hiperinflasi

Ketika hiperinflasi menyerang, tidak ada hal bagus yang dapat dikatakan

tentang sebuah perekonomian pasar dimana harga-harga meningkat jutaan atau

bahkan miliaran persen per tahun.

3. Kurs/Nilai Tukar

Nilai tukar adalah harga salah satu mata uang terhadap mata uang lain. Sistem

nilai tukar terbagi atas dua, yaitu system nilai tukar tetap (Fixed Exchange

Rate system) dan Sistem nilai tukar mengambang (Flexible Exchange Rate

System)
30

2.2 Penelitian Sebelumnya

Terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti mengenai

analisis prediksi kebangkrutan adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No. Judul Metode Penelitian Indikator Hasil

1. Penggunaan Variable Independen Z-Score : Hasil penelitian dengan


Metode Altman (varibel Bebas): - X1= Working Capital / metode Altman Z-Score
Z-Score - Metode Altman Z-Score Total Asset yang dilakukan dari tahun
Modifikasi untuk Modifikasi - X2= RE / Total Asset 2011 sampai tahun 2013
memprediksi - X3 = EBIT / Total memiliki nilai Z- Score :
Kebangkrutan Variable Dependen Asset - 2,6 atau kata lain 11 bank
Bank Yang (Variabel Terikat): - X4 = Market Value of tersebut tidak terindikasi
Terdaftar Di - Prediksi Kebangkrutan Equity / Total to debt adanya gejala
Bursa Efek Bank kebangkrutan dalam
Indonesia Kategori Z-Score: jangka waktu 1 tahun
Sampling: - Sehat : Z-Score > 2,60 -
(Maria/ Ni Ketut ) 11 bank yang melakukan - Grey Area : Z-Score
Universitas merger dan akuisisi antara 1,1 dan 2,60
Udayana - Bangkrut : Z-Score <
Tahun 2015 1,1
Analisis Tingkat Variable Independen Camels: Bedasarkan penelitian yang
Kesehatan Bank (Variabel Bebas): - CAR (Capital dilakukan Bank Umum
Dengan - Rasio Camels Adequacy Ratio) Milik Negara tersebut tahun
Menggunakan Variable Dependen = Modal Bank/ATMR x 2012-2014 memiliki kriteria
2.
CAMELS (Studi (Variabel Terikat): 100% yang baik.
Pada Bank Umum - Analisis Tingkat -RORA (Return on
Milik Negara Kesehatan Risked Asset) -CAR tahun 2012-2014
Yang Terdaftar di Sampling: =Earning After adalah Bank Rakyat
BEI 2012-2014) 4 Perusahaan Perbankan Taxes/Risked Asset Indonesia
yaitu Bank Umum Milik -NPM Net Profit -RORA tahun 2012-2014
(Morina, dan Siti Negara di BEI Margin) adalah Bank Negara
Aisjah ) =LabaBersih/Pendapatan Indonesia
Universitas Operasional x 100% -NPM tahun 2012-2014
Brawijaya -ROA (Return on adalah Bank Negara
Malang Assets) Indonesia
Tahun 2015 = Laba Bersih/Total -ROA tahun 2012-2014
Assets x 100% adalah Bank Negara
-ROE (Return on Indonesia
Equity) -ROE tahun 2012-2014
= Laba Bersih/ Modal adalah Bank Mandiri
Sendiri x 100% -LDR tahun 2012-2014
-LDR (Loan to Deposit adalah bank Mandiri
31

Ratio)
=Juml.Kredit yg
diberikan / Total Deposit
x 100%

Pengaruh Variable Independen Risk Profie - NPL tidak berpengaruh


Penilaian RGEC (Variabel Bebas): - NPL = Kredit signifikan terhadap
terhadap Kinerja - Risk Profile, Good bermasalah/Total kondisi financial distress
3. Perbankan Yang Corporate Governance, Kredit x 100% - LDR tidak berpengaruh
Terdaftar di BEI Earning dan Capital - LDR = Total signifikan terhadap
Periode 2010- Variable Dependen Kredit/Dana Pihak kondisi financial distress
2014 (Variabel Terikat): Ketiga x 100% - GCG tidak berpengaruh
(Andry/Yulian) - Financial Distress Good Corporate signifikan terhadap
STIE Perbanas Sampling: Governance financial distress
Surabaya Hanya Perusahaan Devisa Earnings (Rentabilitas) - ROA berpengaruh
Tahun 2015 yang terdaftar di BEI tahun - ROA = signifikan terhadap
2010-2014 EBIT/RataRata Total financial distress
Asset x 100% - NIM berpengaruh
- NIM =Pendapatan signifikan terhadap
Bunga Bersih/Rata2 finacial distress
Aktifa Produktif x - CAR tidak berpengaruh
100% signifikan terhadap
Capital financial distress
- CAR = Modal/ATMR
x 100%
4. Corporate Variable Independen -Dewan Direksi - Jumlah dewan direksi
Governance dan (Variabel Bebas): -Dewan Komisaris berpengaruh positif pada
Kinerja Keuangan - Good Corporate Independen kinerja keuangan perbankan
(Studi Kasus Pada Governance -Kepemilikan -proporsi dewan komisaris
Perusahaan Variable Dependen Manajerial independen berpengaruh
Perbankan Yang (Variabel Terikat): - Kepemilikan positif pada kinerja
Terdaftar di BEI - Kinerja Keuangan Institusional keuangan perbankan
Periode 2008- Sampling: - kepemilikan manajerial
2012) Perusahaan perbankan yang berpengaruh negatif pada
terdaftar BEI pada tahun kinerja keuangan perbankan
Jaya Laksana 2008-2012 - kepemilikan institusional
(Universitas berpengaruh positif pada
Udayana /Unud) kinerja keuangan perbankan
Tahun 2015
5. Analisis Variable Independen -WCTA = Working - berdasarkan penelitian
Kebangkrutan PT (Variabel Bebas): Capital/total asset Bank BNI dan BCA kondisi
Bank Central - Altman Z-Score -RETA = Return perusahaan tersebut sedang
Asia Persero Tbk Variable Dependen Earning/ Total Asset mengalami masalah
dan PT Bank (Variabel Terikat): - EBITTA = Earning keuangan yang serius
Negara Indonesia - Prediksi potensi Before Interest Tax Penyebab utama perusahaan
(Persero) Tbk kebangkrutan /Total Aset mengalami masalah
Periode 2011- Sampling: -MVEBVL = Market keuangan karena
2013 Bank Centra Asia dan Bank Value Equity/Book pererusahaan tidak dapat
Negara Indonesia value mengelola asset dengan baik
Eristy/Neneng -STA = Sales / Total sehingga tidak bisa
(Universitas Aset memaksimalkan
Widyatama) pendapatannya.
Tahun 2015
6. Arief Nour Pengaruh Good Corporate 1.Metode penelitian: GCG diukur:
Rachman, Sri Governance dan Financial Explanatory research 1. Terdapat pengaruh
32

Magensti Rahayu, leverage terhadap kinerja dengan pendekatan signifikan antara GCG
Topowijono keuangan dan nilai kuantitatif terhadap kinerja
perusahaan 2. Variable independen keuangan,
Universitas (studi pada perusahaan (Variabel Bebas):
2. Terdapat Pengaruh
Brawijaya yang terdaftar di indeks Sri - Corporate Governance
Malang (Tahun Kehari Selama periode - Financial leverage signifikan antara GCG
2015) 2011-2014) 3. Variable dependen terhadap nilai perusahaan.
(terikat): (good corporate
- Kinerja Keuangan governance) berpengaruh
- Nilai Perusahaan tidak signifikan positif
secara langsung terhadap
nilai perusahaan.
3. Terdapat pengaruh
signifikan antara financial
leverage terhadap kinerja
keuangan.
Hasil pengukuran GCG:
1. Berpengaruh positif
yaitu: Kepemilikan
Institusional dan
Proporsi dewan
Komisaris Independen .
7. Ryanda Pengaruh corporate 1.Metode penelitian: 1. Tidak terdapat pengaruh
Niarachma governance terhadap kuantitatif deskriptif yang signifikan terkait
Universitas financial distress : studi 2.Variable independen board structure terhadap
Indonesia terhadap perusahaan yang (Variabel Bebas): financial distress
Tahun 2012 terdaftar pada bursa efek *Corporate governance:
indonesia (BEI) periode a.Board independent 2.Tidak berpengaruh yang
2007-2010 director signifikan terkait ownership
b. CEO Ownership struture yaitu CEO,
c. Executive director executive director dan
ownership family owneship
d. family ownership
e. Audite commitee 3.Tidak terdapat pengaruh
independent signifikan terkait internal
f. Audit committee control (audit committen
Expertise independen dan audit
-Variable dependen comitte expertise)
(terikat):
- Financial Distress
- Variable Kontrol:
a. ROA (return on
Asset): EBT/Total Asset
b.Leverage: Total
Liability/Total Asset
8 Arief Analisis Rasio CAMEL dan Model Altman Z-Score perbedaan tingkat kesehatan
Anshari Altman Z-Score Untuk dan Rasio CAMEL antara model ZScore dan
(2013) Menilai Kesehatan Bank analisis CAMEL
(Studi pada Bank Central dikarenakan berbedanya
Asia Tbk, Bank rasio yang digunakan
Internasional Indonesia pada kedua alat analisis
Tbk, dan Bank Artha Graha tersebut. Model Z Score
Internasional Tbk) lebih melihat kejadian dan
33

perkembangan yang terjadi


pada pasar saham ini
dikarenakan analisis ini
digunakan untuk melakukan
prediksi pada perusahaan.
9 Erlindasari Analisis Mekanisme 1.Metode penelitian: 1. variabel kepemilikan
Widyasaputri Corporate Governance deskriptif manajerial, kepemilikan
Universitas Pada Perusahaan yang 2. Variable independen institusional, ukuran dewan
Negeri Semarang mengalami kondisi (Variabel Bebas): direksi dan ukuran dewan
Tahun 2012 financial distress a. kepemilikan komisaris berpengaruh
manajerial terhadap financial distress.
b. Kepemilikan - kepemilikan manajerial
institusional tidak berpengaruh signifikan
c. ukuran dewan direksi terhadap kondisi financial
d. ukuran dewan distress
komisaris - Kepemilikan institusional
-Variable dependen tidak berpengaruh secara
(terikat): signifikan terhadap financial
- Financial Distress distress
- ukuran dewan komisaris
tidak berpengaruh signifikan
terhadap kondisi financial
distress.
10 Mokhamad Iqbal Analisis Prediksi Financial 1.Metode penelitian: Hasil Model Altman Z-
Dwi Nugroho Distress dengan kuantitatif score :
menggunakan Model 2. Variable independen
(Tahun 2012) Altman Z-Score Modifikasi (Variabel Bebas): Net working Capital to total
1995 -Net working Capital to - Retained Earning to total
(Studi kasus pada total asset,
perusahaan Manufaktur - Retained Earning to - Earning before interst and
yang go public di indonesia total asset, tax to total asset
tahun 2008 sampai dengan - Earning before interst - Book value of equity to
tahun 2010) and tax to total asset total liabilities
- Book value of equity to Memiliki pengaruh
total liabilities signifikan
3. Variable dependen .
(terikat):
- Financial Distress
11 Analisis Rasio (Variabel Bebas): Altaman Z-Score: - Berdasarkan prediksi
Keuangan - Altman Z-Score - Working Capital/Total altman z-score yaitu
Dengan Metode - Camel Aset, RE/total aset, perusahaan-perusahaan
Z-Score (Altman) Variable Dependen EBIT/TA, dan MVE / yang di prediksi bangkrut
dan Camel Untuk (Variabel Terikat): Book value of Debt dengan dengan z sore
Memprediksi - Potensi Kebangkrutan altman pada perusahaan
Potensi Sampling: Rasio CAMEL: non manufaktur yang
Kebangkrutan 21 Perusahaan Perbankan - Capital listing di BEI akurat
Pada Perusahaan Yang Listing Di BEI - Assets - Rasio Camel yang
Perbankan Yang - Management digunakan untuk prediksi
Listing Di BEI - Earning kebangkrutan pada
- Liquidity perusahaan non
Boby/M.Rasuli manufaktur yang listing di
(Universitas BEI tidak akurat.
Pekanbaru ) -
Tahun 2014
34

2.3 Kerangka Berpikir


PERUSAHAN TERBUKA
TERDAFTAR DIBURSA
EFEK INDONESIA

LAPORAN
KEUANGAN

MODEL Z-SCORE:

- X1 =Working Capital to
Total Asset ( Modal
GOOD Kerja/Total Asset)
CORPORATE - X2 = Retained Earning to Total
GOVERNANCE RGEC:
Asset (Laba Ditahan/Total
(GCG) Aset)
- Risk Profile
- Earning - X3 = Earning Before interest
-Self Assessement and Taxes to Total Asset
-Kepemilikan - Capital
(Pendapatan sebelum
Institusional dikurangi biaya
-Proporsi Dewan bunga/total aset)
Komisaris X4 = Market Value of Equity to
-
Independen Book Value to Total Debt
(harga pasar saham
dibursa/nilai total utang)

Secara Simultan

HASIL KESEHATAN BANK

Gambar 2.3.1. Kerangka Berpikir


35

2.4 Perumusan Hipotesis

2.4.1 Good Corporate Governance

Berdasarkan penelitian Rachman, et.al (2015) mengindikasikan dalam

penelitiannya bahwa variable good corporate governance lebih baik dalam

memprediksi financial distress pada perusahaan.

Berdasarkan Niarachma (2012) bahwa corporate governance dengan

proksi struktur kepemilikan merupakan corporate governance yang paling

dominan untuk mengetahui kecenderungan kelangsungan sebuah perusahaan serta

adanya indikasi bahwa karakteristik corporate governance pada perusahaan yang

mengalami financial distress secara signifikan mempengaruhi kemungkinan

kebangkrutan. Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ukuran dewan

komisaris dan ukuran dewan direksi memiliki pengaruh signifikan dalam

memprediksi financial distress yaitu semakin kecil jumlah komisaris dan semakin

besar jumlah direksinya dalam suatu perusahaan maka kemungkinan perusahaan

tersebut mengalami tekanan keuangan semakin besar.

Berdasarkan Laksana (2015), bahwa good corporate governance untuk

jumlah dewan direksi, proporsi dewan komisaris, dan kepemilikan institusional

memiliki pengaruh positif pada kinerja keuangan perbankan.

Berdasarkan review terhadap penelitian terdahulu, maka hipotesis yang

akan diuji dalam penelitian ini adalah:

Ha1: Good Corporate Governance (Self Assessment, Kepemilikan Institusional,

dan Proporsi Komisaris Independen) memiliki perbedaan pengaruh yang

signifikan pada perusahaan perbankan untuk memprediksi financial distress.


36

2.4.2 Rasio RGEC

Memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan

modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuidasi dan solvabilitas, serta aspek

lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kagiatan usaha

dengan prinsip kehati-hatian. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kesehatan

bank adalah dengan menggunakan rasio CAMEL yang menjadi RGEC untuk

dapat menggambarkan suatu perbandingan antara jumlah tertentu dengan yang

lain sehingga dapat diperoleh gambaran posisi keuangan suatu bank baik

mengalami peningkatan maupun kesulitan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Anshari (2013) menggunakan analisis

CAMEL terdiri dari faktor permodalan, kualitas aktiva, manajemen, rentabilitas,

dan likuiditas untuk memprediksi financial distress. Pada analisis CAMEL ini

menggunakan 6 Rasio tidak mempunyai pengaruh yang cukup besar dan juga

tidak menggunakan harga saham dan jumlah saham yang beredar dalam menilai

kesehatan bank.

Penelitian yang dilakukan oleh Lesmana dan Yuliana (2015)

menggunakan analisis RGEC terdiri NPL, LDR, GCG, ROA, NIM, dan CAR

terhadap kinerja perbankan. Pada analisis RGEC ini dapat digunakan untuk

mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam penelitian tersebut menyimpulkan

bahwa NPL, LDR, GCG, dan CAR tidak pengaruh signifikan dan ROA dan NIM

berpengaruh signifikan dalam menilai kinerja perbankan.


37

Ha2: Rasio keuangan RGEC ( NPL, LDR, ROA, NIM, CAR ) memiliki perbedaan

yang signifikan pada perusahaan perbankan untuk memprediksi financial

distress.

2.4.3 Model Altman Z-Score

Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2012) mengindikasi rasio yang

digunakan berbeda antara model Altman Z-Score dengan analisa CAMEL yang

menyebabkan terjadinya perbedaan. Model Z-Score lebih mempunyai fokus ke

harga saham, jumlah saham yang beredar dan nilai buku hutang, nilai Z-Score

dapat meningkat dan turun secara signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sagho dan Merkusiwati (2015)

memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman Z-Score.

Steelah dilakukan perhitungan nilai Z-Score yang dihasilkan untuk semua bank

yang diteliti ada yang mengalami kenaikan secara konsisten dari tahun 2011-

2013. Ada yang menurun secara konsisten dari tahun 201-2013 dan ada yang

mengalami penurunan namun kembali naik pada tahun berikutnya.

Ha3: Model Z-Score (X1, X2, X3, X4,) memiliki perbedaan yang signifikan

pada pada perusahaan perbankan untuk memprediksi financial distress.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

adalah pendekatan yang menggunakan data yang berbentuk angka yang

pengolahannya lewat statistik. Menurut eksplanasinya, penelitian ini merupakan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau

lebih. Berdasarkan tingkat kedudukan variabelnya, penelitian ini mencari

hubungan (pengaruh) sebab akibat antara variabel independen (X) dan variabel

dependen (Y). Dalam penelitian ini variabel independennya (X) adalah Good

Corporate Governance (Self Assessment, Kepemilikan Institusional, Proporsi

Dewan Komisaris Independen), Rasio RGEC (NPL, LDR, ROA, NIM, CAR) dan

Altman Z-Score.

Dalam penelitian ini, penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan

data sekunder pada perusahaan, yaitu data yang diperoleh dengan cara

menganalisis data-data laporan keuangan yang kemudian ditabulasikan untuk

menetukan kategori perusahaan perbankan tersebut dapat dikatakan sehat atau

tidak sehat. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan

bank yang bersumber dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

Waktu penelitian adalah tahun 2013-2015. Dimensi waktu yang digunakan adalah

38
39

time series dan penelitian dilakukan secara cross sectional. Jenis data yang

digunakan adalah berupa angka (kuantitatif).

3.2 Operasionalisasi Variabel

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan,

maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu

penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara

lebih rinci, operasionalisasi variabel penelitian adalah sebagai berikut

3.2.1 Variabel Independen (X)

Variabel Independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel lain. Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen Good

Corporate Governance yang meliputi:

a. Self Assessment

Nilai komposit GCG perbankan yang diambil dari laporan tahunan yang

diterbitkan oleh bank sebagai variabel independen dalam hubungannya dengan

manajemen risiko.

b. Kepemilikan Institusional (KI)

adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi. Dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator presentase jumlah saham

yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. Skala

pengukurannya adalah rasio

c. Proporsi Dewan Komisaris Independen


40

Proporsi dewan komisaris independen dihitung dengan membagi jumlah

dewan komisaris independen dengan total anggota dewan komisaris.

Menurut Sugiyono (2012:4), yang dimaksud dengan variabel independen

adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahan atau

timbulnya variabel dependen.

Tabel 3.1. Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Variabel Indikator Penilaian


Risiko Kredit
Kredit kepada Debitur Inti x 100%
Total Kredit

Kredit Berkualitas Rendah x 100%


Total Kredit

Kredit Bermasalah x 100%


Total Kredit

Kredit bermasalah - CKPN Kredit Bermasalah x 100%


Total Kredit - CKPN Kredit bermasalah
Risk Profile
CKPN atas Kredit x 100%
Total Kredit
Risiko Pasar
Aset Trading + Aset Derivatif + Aset FVO x 100%
Total Asset

Kewajiban Trading + Kewajiban Derivatif Kewajiban FVO x


100%
Total Asset

Risiko Likuiditas
Pendanaan Non Inti x 100%
Total Pendanaan
41

Hasil pelaksanaan prinsip-prinsip GCG Bank sebagaimana diatur


dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai GCG bagi Bank Umum
GCG
yang dilakukan secara Self Assessment oleh pihak bank yang
bersangkutan.

Laba Sebelum Pajak x 100%


Rata-rata Total Aset

Pendapatan Bunga Bersih x 100%


Rata-rata Total Aset Produktif

Pendapatan Bunga Bersih x 100%


Earnings
Rata-rata Total Aset

Pendapatan Operasional Selain Pendapatan Bunga (Net) x100%


Rata- rata Total Aset

Beban Overhead x 100%


Rata-rata Total Aset

Modal x 100%
ATMR
Capital
Modal Inti (Tier 1 ) x 100%
ATMR

Sumber: Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP

Penilaian terhadap faktor GCG menggunakan self assessment dimana

masing-masing Bank menghitung sendiri komponen GCG mereka. Aspek yang

dinilai dalam komponen GCG terdiri dari sebelas faktor utama dengan bobot

masing-masing yaitu:
42

Tabel 3.2 Aspek Penilaian Good Corporate Governance (GCG)

No. Aspek yang Dinilai Bobot


1 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris 10%
2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Direksi 20%
3 Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite 10%
4 Penanganan Benturan Kepentingan 10%
5 Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank 5%
6 Penerapan Fungsi Audit Intern 5%
7 Penerapan Fungsi Audit Ekstern 5%
Penerapan Fungsi Manajemen Risiko dan Pengendalian
8 Intern 7,50%
Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait (Related Party) dan
9 Debitur Besar (Large Exposure) 7,50%
Transparasi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank,
10 Laporan Pelaksanaan GCG dan Laporan Internal 15%
11 Rencana Strategis Bank 5%
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP /2011

Setelah mendapatkan bobot dari masing-masing aspek tersebut, tiap bank

menetapkan hasil peringkat dengan penetapan klasifikasi peringkat komposit

sebagai berikut:

Tabel 3.3 Peringkat komposit Penilaian Faktor Good Corporate Governance

Nilai Komposit Predikat Komposit


Nilai Komposit < 1,50 Sangat Baik (PK- 1)
1,50 ≥ Nilai Komposit < 2,50 Baik (PK-2)
2,50 ≥ Nilai Komposit < 3,50 Cukup Baik (PK-3)
3,50 ≥ Nilai Komposit < 4,50 Kurang Baik (PK-4)
4,50 ≥ Nilai Komposit < 5,00 Tidak Baik (PK-5)
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP /2011
43

Tabel 3.4 Indikator Penilaian Model Altman Z-Score

(X1) Net Working Capital to Total Asset


Modal Kerja
Total Aset
(X2) Retained Earning to Total Aset
Laba ditahan
Total Aset
(X3) Earning Before Interest and Tax to Total Asset
Pendapatan sebelum dikurangi Biaya Bunga
Total Aset
(X4) Market Value of Equity to Book Value of Debt
Harga Pasar Saham
Total Nilai Utang

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Model Altman Z-Score

Z > 2,99 Sehat


1,81 < Z < 2,99 Grey Area (Kondisi Kritis Rawan)
Z < 1,81 Bangkrut/Tidak Sehat
Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

3.2.2 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini merupakan

variable dummy. Dalam Ghozali (2013) variable dummy menunjukkan

keberadaan (presence) atau ketidakberadaan (absence) dari kualitas atau suatu

atribut.

Cara mengkuantifikasi variabel dependen dengan membentuk variabel

artifisial dengan nilai 1 dan 0, 1 menunjukkan keberadaan atribut dan 0

menunjukkan ketidakberadaan atribut. Maka pemberian skor pada penelitian ini


44

adalah nilai “1” (satu) untuk financial distress dan nilai “0” (nol) untuk non

financial distress. yaitu digunakan untuk menilai Tingkat Kesehatan Perusahaan

Perbankan dimana untuk variabel dependen ini akan diproksikan terhadap

Financial Distress.

Financial Distress dimana kondisi hasil operasi perusahaan tidak cukup

untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Menurut Zaki et al (2011) kondisi

perusahaan perbankan yang mengalami financial distress akan dikelompokkan

dengan kriteria:

a. Jika perubahan nilai ekuitas, perubahan nilai ROA dan perubahan nilai NIM

pada perusahaan perbankan dibawah atau sama dengan nilai median dari

seluruh observasi, maka perusahaan perbankan tersebut telah mengalami

kondisi financial distress dan diberikan kode “1”.

b. Jika perubahan nilai ekuitas, perubahan nilai ROA dan perubahan nilai NIM

pada perusahaan perbankan diatas nilai median dari seluruh observasi, maka

perusahaan perbankan tersebut tidak mengalami kondisi financial distress dan

diberikan kode “0”.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah non

probability sampling seperti porposive sampling (pengambilan sampel secara

disengaja). Pengambilan sampel secara porposive didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Populasi yang diteliti pada
45

penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode tahun 2013-2015. Dibawah ini adalah populasi perusahaan

perbankan yang diperoleh untuk penelitian:

Tabel 3.6 Daftar Populasi Perusahaan Perbankan yang diteliti periode 2013-2015.

No. Kode Nama Perusahaan


Saham
1 INPC BANK ARTA GRAHA INTERNATIONAL TBK
2 BBKP BANK BUKOPIN TBK
3 BNBA BANK BUMI ARTA TBK
4 BACA BANK CAPITAL INDONESIA TBK
5 BBCA BANK CENTRAL ASIA TBK
6 BNGA BANK CIMB NIAGA TBK
7 BDMN BANK DANAMON INDONESIA TBK
8 BNII BANK INTERNASIONAL INDONESIA TBK
9 BMRI BANK MANDIRI (Persero) TBK
10 MAYA BANK MAYAPADA INTERNATIONAL TBK
11 MEGA BANK MEGA TBK
12 BABP BANK MNC INTERNATIONAL TBK
13 BBNI BANK NEGARA INDONESIA (Persero) TBK
14 BBNP BANK NUSANTARA INDONESIA PARAHYANGAN TBK
15 NISP BANK NISP OCBC TBK
16 BSWD BANK OF INDIA INDONESIA TBK
17 PNBN BANK PAN INDONESIA TBK
18 BJBR BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN TBK
19 BJTM BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR TBK
20 BNLI BANK PERMATA TBK
21 BEKS BANK PUNDI INDONESIA TBK
22 BBRI BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) TBK
23 AGRO BANK RAKYAT INDONESIA AGRO NIAGA TBK
24 BSIM BANK SINAR MAS TBK
25 BBTN BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) TBK
26 BTPN BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL TBK
46

No. Kode Nama Perusahaan


Saham
27 BVIC BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK
28 MCOR BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL TBK
29 BINA INA PERDANA TBK
30 BCIC BANK JTRUST INDONESIA TBK
31 BMAS BANK MASPION INDONESIA TBK
32 BBMD BANK MESTIKA DHARMA TBK
33 NAGA BANK MITRANIAGA TBK
34 NOBU BANK NATIONALNOBU TBK
35 PNBS BANK PANIN SYARIAH TBK
36 BKSW BANK QNB INDONESIA TBK
37 SDRA BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 TBK
38 ARTO BANK ARTOS INDONESIA TBK
39 DNAR BANK DINAR INDONESIA TBK
40 BBHI BANK HARDA INTERNASIONAL TBK
41 BBYB BANK YUDHA BHAKTI TBK
Sumber : www.idx.co.id, data yang telah diolah

3.3.2 Sampel

Pelaksanaan pengambilan sampel secara porposive ini antara lain sebagai

berikut: peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi misalnya dengan

mengadakan studi pendahuluan/dengan mempelajari berbagai hal yang

berhubungan dengan populasi. Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan

pertimbangannya sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian,

sehingga teknik pengambilan sampel secara porposive ini didasarkan pada

pertimbangan pribadi peneliti sendiri.

Menurut data yang diperoleh dalam penelitian terdapat 41 perusahaan

perbankan yang telah terdaftar di BEI periode 2013-2015. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 37 sampel perusahaan perbankan yang telah terdaftar

di Bursa Efek Indonesia dan memenuhi beberapa kriteria, yang terdiri:


47

1. Perusahaan tergolong dalam sektor perbankan terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dan secara konsisten terdaftar terus selama 2013-2015

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan annual report yang telah di

audit selama periode 2013-2015

3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam satuan mata uang rupiah

selama periode 2013-2015

4. Perusahaan yang melaporkan nilai komposit sebegai penilaian dari Good

Corporate Governance

Berikut ini tabel yang menyajikan pemilihan sampel:

Tabel 3.7 Sampel yang digunakan dalam Penelitian

Sumber : diolah oleh peneliti, 2016

3.4 Jenis dan Sumber Data


48

Jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data kuantitatif adalah

data yang berupa angka-angka. Data kuantitatif ini diperoleh dari laporan

keuangan bank selama 4 tahun.

Jenis data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder yang

berupa data-data laporan keuangan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2012-2015. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode

dokumentasi. Metode ini dilakukan dengan mencatat atau mengumpulkan data-

data yang di ambil dari website resmi Bursa Efek Indonesia yang diakses melalui

www.idx.co.id yang berupa annual report bank umum yang listing di bursa Efek

Indonesia periode 2012-2015.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Studi Pustaka

Studi pustka yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari, melakukan

telaah, mengkaji dan memahami buku-buku yang mempunyai hubungan

dengan analisis prediksi financial distress atau prediksi kebangkrutan

menggunakan Good Corporate Governance, rasio RGEC dan model Altman Z-

Score seperti dari literatur, jurnal-jurnal, media massa dan hasil penelitian yang

diperoleh dari berbagai sumber, baik dari perpustakaan dan sumber lainnya.

2. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan data-data laporan

keuangan yang diterbitkan bank dari Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun
49

internet yang telah diaudit selama tahun 2031-2015. Metode yang dilakukan

untuk mendapatkan data yang diinginkan dengan membuka Website dari objek

yang diteliti, sehingga dapat diperoleh laporan keuangan, gambaran umum

bank serta perkembangannya yang kemudian digunakan penelitian. Situs yang

digunakan adalah www.idx.co.id.

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi. Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam

bentuk deskripsi semata dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling

hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau melakukan penarikan

kesimpulan. Pada penelitian ini akan disajikan analisis deskriptif dengan ukuran

yang terdiri dari penggambaran nilai minimum, nilai maksimum, niali rata-rata

(mean) dan standar deviasi (Ghozali: 2013).

3.6.2 Analisis Multivariat

3.6.2.1 Regresi Logistik Binary

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariate dengan

menggunakan teknik regresi logistik (logistic regression). Analisis regresi

merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara

satu variabel dependen (Y) dengan satu atau lebih variabel independen (X). Jika

variabel dependen (Y) merupakan variabel kategorik, maka salah satu metode
50

yang dapat gunakan adalah analisis regresi logistik. Dalam hal ini hanya terdapat

satu variabel bebas, maka model yang diperoleh disebut model regresi logistik

sederhana. Apabila terdapat lebih dari satu variabel bebas, maka model yang

diperoleh disebut model regresi logistik ganda.

Pengujian dalam penelitian ini dengan menggunakan regresi logistik,

dimana regresi logistik digunakan untuk melihat probablitas terjadinya suatu

peristiwa dan menjelaskan variabel kategori binary (kedua kelompok). Pengujian

hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi logistik

(logistic regression) dimana variabel bebasnya merupakan kombinasi antara

variabel kontinyu (data metrik) dan kategorial (non metrik). Adanya campuran

skala pada variabel bebas tersebut menyebabkan asumsi multivariate normal

distribution tidak dapat terpenuhi, dengan demikian bentuk fungsinya menjadi

logistik. Teknik analisis ini tidak memerlukan uji nomalitas dan uji klasik pada

variabel bebasnya (Ghozali, 2013).

Binary logistic regression adalah model yang memiliki variabel dependen

berupa kategori, sedangkan variabel independennya berupa data numerik. Data

kategori pada variabel independen kemudian diberikan nilai 0 dan 1. Hipotesis

yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidak pengaruh

signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen (financial

distress) dengan menggunakan alat analisis regresi logistik. Peneliti ingin menguji

apakah profitabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel

bebasnya.
51

Pada pengujian ini dilakukan dengan mengakategorikan variabel

terikatnya kedalam kelompok-kelompok tertentu, yaitu financial distress dan non

financial distress. Dipilihnya model regresi logistik dalam penelitian ini karena

regresi logistik pada umumnya melibatkan berbagai macam variabel prediktor

baik numerik ataupun kategorik, termasuk variabel dummy. Pada regresi linear,

variabel prediktor yang digunakan biasanya numerik, tetapi jika kita melibatkan

campuran antara numerik dan kategorik dapat mengunakan regresi logistik, dua

nilai yang biasa digunakan sebagai variabel dependen yang diprediksi adalah 0

dan 1 , yaitu 0 = berhasil, 1 = gagal (Ghozali, 2013). Model Regresi Logistik yang

digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut:

Ln (NFD/1-NFD) = 0 + 1 SL + 2 KI + 3 PDKI + 4 NPL + 5 LDR + 6 ROA +

7 NIM + 8 CAR + 9 ZSCORE + ᵋ

Terdapat dua cara mengestimasi model regresi logistik yaitu secara

menyeluruh dan secara bertahap sebagaimana model liner berganda sebelumnya.

a. Secara menyeluruh. Cara ini dilakukan dengan memasukkan semua variabel

independen yang dimiliki kemudian baru selanjutnya dievaluasi untuk melihat

variabel independen mana yang berpengaruh (signifikan) terhadap variabel

dependennya.

b. Secara bertahap (stepwise). Metode ini dilakuakn dengan memilih secara

otomatis hanya variabel-variabel independen yang berpengaruh terhadap

variabel dependennya.
52

Sebagai bagian dari metode statistika multivariat, hasil dari regresi logistik

juga memerlukan sebuah evaluasi untuk mengetahui seberapa baik hasil dari

regresi logistik tersebut. Berikut ini merupakan evaluasi dari hasil regresi logistik:

a. Peniliaian seberapa baik (goodness of fit) model regresi

Goodness of Fit dalam regresi logistik adalah untuk mengetahui kebaikan

model sebagaimana uji goodness of fit model regresi linear berganda dengan

mengunakan ukuran koefisien determinasi.

b. binar

Uji statistika ini digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen di dalam regresi logistik secara serentak mempengaruhi variabel

dependen sebagaimana uji F dalam regresi linear.

c. Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

secara individual (significant test)

Uji signifikansi variabel independen ini sama dengan uji signifikansi

menggunakan uji T pada model regresi linear berganda sebelumnya.

3.6.2.2 Menilai Kelayakan Model Regresi

a. Cox & Snell R Square and Nagelkerke R Square

Cox & Snell R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru R2 pada

multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai

maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterprestasikan.

Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox & Snell R

Square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0,05 sampai 0,10. Dan

Kisaran nilai Nagelkerke R Square adalah 0,05 sampai 0,10. Semakin nilai
53

Nagelkerke R Square mendekati angka 0.10, maka semakin kuat variabel

independen memprediksi variabel dependen. Hal ini dilakukan dengan cara

membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya. Oleh karena

itu, nilai Nagelkerke R Square dapat diinterprestasikan seperti nilai R2 pada

multiple regression.

b. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa

data empiris cocok atau sesuai sesuai dengan model. Jika nilai statistik Hosmer

and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05 maka

hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan

nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak

dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistic Hosmer and Lemeshow’s

Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka hpotesis nol diterima dan berarti

bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model

dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. (Ghozali, 2013).

Hipotesis untuk penilaian model fit adalah sebagai berikut:

H0 : Model yang di hipotesiskan fit atau sesuai dengan data yang diamati

H1: Model yang dihipotesiskan tidak fit atau tidak sesuai dengan data yang

diamati.

Penilaian model fit diatas dapat menggunakan Hosmer and Lemeshow’s

Goodness of Fit untuk menguji hipotesis nol bahwa data sesuai dengan model.

Kriteria dalam menetapkan nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodnessof Fit yaitu:

1. Jika nilai signifikansi H&L Test > 0,05 maka H0 diterima


54

2. Jika nilai signifikansi H&L Test < 0,05 maka H0 ditolak

3.6.2.3 Menilai Model Fit

a. Fungsi Likelihood

Logistic regression adalah model regresi yang telah mengalami

modifikasi, sehingga karakteristiknya sudah tidak sama lagi dengan model regresi

sederhana atau berganda. Oleh karena itu penentuan signifikansinya secara

statistik berbeda. Dalam regresi berganda, kesesuaian model (Goodness of Fit)

dapat dilihat dari R2 ataupun F-Test.

Untuk menilai Model Fit ditunjukkan dengan Log Likelihood Value (nilai

-2LL), yaitu dengan cara membandingkan antara nilai 2LL pada awal (blok

number = 0), yang dalam hal ini model hanya memasukkan konstanta dengan

nilai -2LL. Sedangkan, pada saat (blok number = 0), yang dalam hal ini model

hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2LL. Sedangkan, pada saat blok

number = 1, yang dalam hal ini model memasukkan konstanta dan variabel bebas.

Apabila nilai -2LL blok number = 0 lebih besar dari nilai -2LL blok number = 1,

maka menunjukkan model regresi yang baik sehingga penurunan Log Likelihood

menunjukkan model regresi semakin baik.

3.6.2.4 Estimasi Parameter dan Interprestasinya

3.6.2.4.1 Menguji Koefisien Regresi

Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua

varibel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap

variabel terikat. Koefisien regresi dapat ditentukan dengan menggunakan Wald

Statistik dan nilai probabilitas (Sig) dengan cara nilai Wald statistik dibandingkan
55

dengan Chi-Square tabel, sedangkan nilai probabilitas (Sig) dibandingkan dengan

tingkat signifikansi (a) 5% dengan kriteria:

a. H0 tidak dapat ditolak apabila Wald hitung < Chi-Square Tabel, dan nilai

Asymptotic Significance > tingkat signifikansi (a). Hal ini berarti H alternative

ditolak atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas terpengaruh terhadap

variabel terikat ditolak.

b. H0 ditolak apabila Wald hitung > Chi- Square Tabel, dan nilai Asymptotic

Significance < tingkat signifikan (a). Hal ini berarti H alternative diterima atau

hipotesis yang menyatakan variabel bebas yang berpengaruh terhadap variable

terikat diterima.

Pengujian hipotesis analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

cara membandingkan antara nilai probabilitas (Sig), Apabila terlihat angka

signifikan lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan pada

tingkat 5% maka berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variabel

independen berpengaruh signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka berarti

H0 diterima, yang berarti bahwa variabel independen tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap terjadinya variabel dependen.

3.6.2.4.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara

parsial (Uji t) dan penyajian secara simultan (Uji F).

1. Pengujian Secara Simultan (Uji F)


56

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara bersama-sama apakah

variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel

terikat (Ghozali, 2005). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua

arah dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : 1 = 2 = 3 = 4 = 0, berarti secara bersama-sama tidak ada pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat.

H0 : 1 - 4> 0, berarti secara bersama-sama ada pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :

a. H0 diterima dan Ha ditolak apabila F hitung < F tabel. Artinya variabel

bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikat.

b. H0 diterima dan Ha ditolak apabila F hitung > F tabel. Artinya variabel

bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variable

terikat. Menentukan taraf nyata/ level of Significance = α (alpha).

Taraf nyata yang digunakan α = 1%, 5%, 10%. Derajat bebas (df)

dalam distribusi F ada dua, yaitu:

- df numerator = dfn = df1 = k – 1

- df denumerator = dfd = df2 = n – k

Keterangan :

df : degree of freedom (derajat kebebasan)

n : jumlah sampel

k : banyaknya koefisien regresi+konstanta


57

2. Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel bebas

berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Pengujian ini

dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:

a. Ho = 1 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas

terhadap variabel terikat.

b. Ho = 1 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Menentukan taraf nyata/ level of Significance = α (alpha)

Taraf nyata yang digunakan α = 1%, 5%, 10%

df = n – k

dimana:

df : degree of freedom (derajat kebebasan)

n : jumlah sampel

k : banyaknya koefisien regresi+konstanta

Jika: t hitung > tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima

t hitung < t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima


BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun

2013 dan masih terdaftar hingga tahun 2015 melalui website resmi

www.idx.co.id, pemilihan data tidak memilih perusahaan yang termasuk dalam

kategori non keuangan atas dasar perbedaan pelaporan keuangan yang terdapat

antara perusahaan dibidang keuangan dan non keuangan sehingga tidak dapat

disetarakan untuk kemudian diteliti secara bersamaan. Selain itu salah satu alasan

menggunakan Perusahaan Perbankan dalam penelitian ini karena lembaga

keuangan memiliki pengaruh dan peran penting dalam pertumbuhan

perekonomian di Indonesia.

Data rasio keuangan Perbankan sesuai periode penelitian yaitu pada tahun

2013 hingga 2015, diperoleh dari laporan keuangan dan annual report perusahan

perbankan yang listing terdaftar di BEI dan telah di audit melalui website

www.idx.co.id. Kemudian data perusahaan akan dimasukkan dalam sampel

penelitian ini agar mudah untuk diolah datanya.

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat empat perusahaan yang tidak

menerbitkan laporan keuangan dan annual report yang telah diaudit selama

58
59

periode 2013 -2015 yaitu Bank Artos Indonesia Tbk, Bank Dinar Indonesia Tbk,

Bank Harda Internasional Tbk, dan Bank Yudha Bhakti Tbk sehingga tidak dapat

digunakan sebagai sampel penelitian. Sampai akhir yang terpilih untuk tahun

pengamatan (2013-2015) terdiri 111 firm year dimana 51 firm year merupakan

tahun perusahaan yang mengalami financial ditress dan 60 firm years merupakan

tahun perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Sampel perusahaan

non financial distress atau sehat diberi nilai kategori “0” dan financial distress

diberi nilai kategori “1”. Perusahaan-perusahaan yang masuk kedalam sampel

penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.1 sebagai berikut:

Distribusi perusahaan go public sektor keuangan yang memenuhi kriteria

tersebut diperoleh 37 sampel dari hasil populasi sebanyak 41 Perusahaan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga jumlah observasi

sebanyak 37 x 3 = 111 Observasi.

Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan


Saham
1 INPC BANK ARTA GRAHA INTERNATIONAL TBK
2 BBKP BANK BUKOPIN TBK
3 BNBA BANK BUMI ARTA TBK
4 BACA BANK CAPITAL INDONESIA TBK
5 BBCA BANK CENTRAL ASIA TBK
6 BNGA BANK CIMB NIAGA TBK
7 BDMN BANK DANAMON INDONESIA TBK
8 BNII BANK INTERNASIONAL INDONESIA TBK
9 BMRI BANK MANDIRI (Persero) TBK
10 MAYA BANK MAYAPADA INTERNATIONAL TBK
11 MEGA BANK MEGA TBK
12 BABP BANK MNC INTERNATIONAL TBK
60

13 BBNI BANK NEGARA INDONESIA (Persero) TBK


14 BBNP BANK NUSANTARA INDONESIA PARAHYANGAN TBK
15 NISP BANK NISP OCBC TBK
16 BSWD BANK OF INDIA INDONESIA TBK
17 PNBN BANK PAN INDONESIA TBK
18 BJBR BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN TBK
19 BJTM BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR TBK
20 BNLI BANK PERMATA TBK
21 BEKS BANK PUNDI INDONESIA TBK
22 BBRI BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) TBK
23 AGRO BANK RAKYAT INDONESIA AGRO NIAGA TBK
24 BSIM BANK SINAR MAS TBK
25 BBTN BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) TBK
26 BTPN BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL TBK
27 BVIC BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK
28 MCOR BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL TBK
29 BINA INA PERDANA TBK
30 BCIC BANK JTRUST INDONESIA TBK
31 BMAS BANK MASPION INDONESIA TBK
32 BBMD BANK MESTIKA DHARMA TBK
33 NAGA BANK MITRANIAGA TBK
34 NOBU BANK NATIONALNOBU TBK
35 PNBS BANK PANIN SYARIAH TBK
36 BKSW BANK QNB INDONESIA TBK
37 SDRA BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 TBK
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2016

4.1.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial

distress yang dinotasikan dengan Y. Tingkat Good Corporate Governance diukur

dengan self assessment, Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris

Independen, Tingkat risiko pasar diukur dengan NPL, risiko likuiditas diukur

dengan LDR, earnings diukur dengan ROA, NIM dan kecukupan modal diukur

dengan CAR, serta Model Altman Zscore diukur dengan working capital to total

asset, retained earning to total assets, earning before interest and tax to total
61

assets, market value of equity to book value of debt. Variabel – variabel tersebut

digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap

kemampuan bank dalam memprediksi financial distress pada perusahaan

perbankan yang listing terdaftar di BEI periode 2013-2015.

4.1.2 Deskripsi Umum Penelitian

Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan laporan

keuangan selama 3 tahun berturut-turut yaitu 2013, 2014 dan 2015 karena di awal

tahun 2009 hingga awal tahun 2010 mengalami inflasi. Dengan adanya kondisi

yang seperti ini, bank akan mengalami dampak dari peningkatan inflasi. Hal

tersebut dijadikan dasar untuk penelitian. Data yang digunakan adalah data

sekunder yang diperoleh (diunduh) dari situs resmi Bursa Efek Indonesia melalui

website www.idx.co.id yang berupa annual report bank umum yang listing di BEI

periode 2013-2015.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Deskriptif

Berdasarkan data olahan SPSS yang meliputi Good Corporate

Governance (self assessment, Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan

Komisaris Independen), Rasio RGEC (NPL, LDR, ROA, NIM, CAR), dan Model

Altman ZScore dalam memprediksi financial distress maka akan dapat diketahui

nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), standar deviasi dari setiap

variabel. Adapun data hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
62

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SL 111 1.00 4.00 1.9189 .57422


KI 111 .26 1.00 .7552 .17760
PDKI 111 .33 1.00 .5930 .10886
NPL 111 .10 8.90 1.7717 1.36120
LDR 111 45.72 140.72 85.4443 13.52996
ROA 111 -7.58 5.42 1.5289 1.94823
NIM 111 .24 55.70 6.4565 8.13308
CAR 111 8.02 87.49 18.7711 8.20145
ZSCORE 111 -9.72 8.69 3.5192 2.90378
Valid N (listwise) 111
Sumber: Data diolah dengan SPSS 19

4.2.1.1 Self Assessment (SL)

Tabel diatas menunjukkan bahwa objek penelitian sebanyak 111

observasi. Dari 111 data observasi ini diperoleh nilai minimum atau jumlah

terkecil dari Self Assessment (SL) yang dimiliki perusahaan perbankan adalah

sebesar 1 yaitu PT Bank Central Asia, Tbk, Bank Rakyat Indonesia, Tbk, dan

Bank QNB Indonesia Tbk selama periode tiga tahun berturut-turut (2013-2015)

mendapatkan peringkat 1 dengan kategori sangat baik (very good). Sedangkan

nilai maksimumnya adalah 4 yaitu PT Bank Mutiara yang sekarang berganti

menjadi PT Bank Jtrust Indonesia Tbk pada tahun 2015. Peringkat 4 dengan

kategori kurang baik (not good) diperoleh pada tahun 2013-2014 serta PT Bank

Pundi Indonesia Tbk mendapatkan peringkat 4 pada tahun 2015. Rata-rata nilai

variabel self assessment adalah 1,9189 dengan nilai standar deviasi atau

simpangan baku sebesar 0,57422. Nilai rata-rata lebih besar dari nilai standar

deviasi ini menunjukkan penyebaran data yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa
63

rata- rata nilai komposit untuk penilaian self assessment memiliki nilai 1,50 ≥

1.919 < 2,50 dengan predikat “Good/Baik” dari total sampel penelitian yang telah

melakukan self assessment pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia selama periode tahun 2013-2015. Nilai Standar Deviasi dari

penilaian self assessment yaitu sebesar 0,57422. Secara keseluruhan perusahaan

perbankan di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan sampel dalam penelitian ini

periode 2013-2015 pada mayoritasnya telah melakukan penilaian self assessment

sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

4.2.1.2 Kepemilikan Institusional (KI)

Variabel Kepemilikan Institusional (KI) menunjukkan seberapa besar

saham yang dimiliki oleh institusi. Nilai minimumnya sebesar 26% yang terjadi

pada PT Bank Capital Indonesia Tbk pada tahun 2014 dengan kepemilikan

institusional dimiliki oleh indigo investment Ltd dan Zen Gem Investment Ltd

dan nilai maksimum 99%-100% terjadi pada PT Bank Jtrust Indonesia Tbk

selama periode tahun 2013-2014. Dalam table menunjukkan rata-rata

kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi adalah 75,52%. Hal ini berarti

bahwa proporsi rata-rata saham yang dimiliki oleh institusi adalah sebesar 75,52%

dari jumlah saham yang beredar. Kepemilikan institusional memiliki nilai standar

deviasi sebesar 17,76% yang berarti bahwa batas simpangan data pada

kepemilikan institusional relatif baik karena nilai mean-nya lebih besar dari

standar deviasinya.

4.2.1.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen (PDKI)


64

Variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen (PDKI) Dalam tabel 4.2

dapat dilihat bahwa hasil pengujian deskriptif rata-rata proporsi dewan komisaris

independen sebesar 59,30%, nilai minimum sebesar 33,33% adalah PT Bank

Mitraniaga Tbk selama periode tahun 2013-2015 dengan memiliki jumlah

komisaris independen 1 orang dari jumlah dewan komisaris 3 orang yang masih

dibawah batas komisaris independen yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu

paling kurang 50%, sedangkan nilai maksimumnya 100% diperoleh oleh PT

Bank Bumiputera yang sekarang berganti menjadi PT Bank MNC International

Tbk Tahun 2013. Dan standar deviasi sebesar 10,886% dengan jumlah observasi

(n) sebesar 111. Berdasarkan nilai rata-rata proporsi dewan komisaris independen

dibandingkan total keseluruhan dewan komisaris adalah sebesar 59,30% atau

sebagian perusahaan sudah memiliki proporsi dewan komisaris independen

melebihi sepertiga dari anggota komisaris pada suatu perusahaan telah memenuhi

ketentuan yang dibuat oleh Bursa Efek Indonesia yaitu sekurang-kurangnya 50%

dari dewan komisaris adalah komisaris independen. Standar deviasi pada variabel

proporsi dewan komisaris independen sebesar 10,886% yang berarti bahwa batas

simpangan proporsi dewan komisaris independen relatif baik karena nilai mean-

nya lebih besar dari standar deviasinya

Variabel komisaris independensi diukur dengan variabel dummy yaitu jika

jumlah komisaris independen dibawah 50% dari seluruh jumlah anggota

komisaris maka diberi skala 1 dan jika jumlah komisaris independen diatas 50%

maka diberikan skala 0.

4.2.1.4 Non Performing Loan (NPL)


65

Variabel NPL dengan jumlah observasi (n) sebesar 111 menunjukkan nilai

minimum sebesar 0,10% yang terjadi pada PT Bank QNB Indonesia Tbk tahun

2013 dan nilai maksimumnya adalah sebesar 8,90% yaitu terjadi pada PT Bank of

India Indonesia Tbk. Nilai NPL yang semakin rendah atau kecil maka akan

menunjukkan manajemen perbankan mampu mengatur kredit yang diberikan

kepada nasabah. Rata-rata variabel Non Performing Loan (NPL) tahun 2013-

2015 (NPL) sebesar 1,7717% dengan standar deviasi sebesar 1,36952%.

Simpangan data pada NPL relatif baik karena nilai mean –nya lebih besar dari

standar deviasi.

4.2.1.5 Loan to Deposit Ratio (LDR)

Variabel LDR minimum terdapat pada PT Bank Nationalnobu Tbk sebesar

47,52% pada tahun 2013 yang masih dibawah batas LDR yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia yaitu 78%. Hal ini menunjukkan bahwa PT Bank Nationalnobu

Tbk memberikan kredit kurang efektif dan masih dibawah dana pihak ketiga yang

dihimpun, sedangkan nilai maksimumnya 140,72% pada PT Bank Himpunan

Saudara 1906 yang sekarang berganti menjadi PT Bank Woori Saudara Indonesia

1906 pada tahun 2013. Nilai rata-rata (mean) variabel LDR adalah 85,4443%

dengan standar deviasi yang diperoleh sebesar 13,52996%. Dalam hal ini data

variabel LDR bisa dikatakan baik, karena nilai mean-nya lebih besar daripada

standar deviasinya yang berarti simpangan data LDR tidak terlalu besar antara

data terendah dan tertinggi.

4.2.1.6 Return on Assets (ROA)


66

Variabel ROA menunjukkan nilai minimum atau jumlah terkecil untuk

profitabilitas (ROA) yang dimiliki perusahaan perbankan adalah sebesar -7.58

tahun 2013 yaitu PT Bank Mutiara yang sekarang berganti menjadi PT Bank

Jtrust Indonesia Tbk, sedangkan nilai maksimumnya adalah 5,42% PT Bank

Mestika Dharma Tbk pada tahun 2013. Rata-rata nilai variabel profitabilitas

adalah 1,5289% dengan standar deviasi 1,94823%. Nilai rata-rata lebih kecil dari

standar deviasi ini menunjukkan penyebaran data yang kurang baik.

4.2.1.7 Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) Rata-rata sebesar 6,4565, nilai minimum NIM

yang dimiliki perusahaan perbankan sebesar 0,24% adalah PT Bank Mutiara yang

sekarang berganti menjadi PT Bank Jtrust Indonesia Tbk pada tahun 2014,

sedangkan nilai maksimum sebesar 55,70 yaitu PT Bank Danamon Indonesia Tbk

pada tahun 2014. Hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan bunga atas

produktif yang dikelola oleh bank. Rata-rata nilai variabel NIM 6,4565% dan

standar deviasi sebesar 8,13308. Nilai rata-rata lebih kecil dari standar deviasi ini

menunjukkan penyebaran data yang kurang baik.

4.2.1.8 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Variabel CAR menunjukkan nilai minimum sebesar 8,02% yang terjadi

pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk pada tahun 2015 dan nilai maksimumnya

sebesar 80,77% terjadi pada PT Bank Nationalnobu Tbk pada tahun 2013. Nilai

CAR yang dihasilkan tidak memberikan nilai buruk bagi permodalan perbankan

karena fluktuasi nilainya berada diatas 8% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Nilai CAR yang besar menunjukkan bank mampu membayar semua hutangnya,
67

mampu menanggung resiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko

dan menunjukkan sangat baiknya tingkat kesehatan bank dalam aspek permodalan

minimum bank. Rata-rata nilai variabel CAR yaitu 18,7711% dan standar

deviasinya 8,20145%. Simpangan data pada CAR relatif baik karena nilai mean-

nya lebih besar dari standar deviasinya.

4.2.1.9 Altman Z-score

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan dari tahun 2013,

2014,dan 2015 kemudian diperoleh nilai dari rasio tersebut, maka hasil

perhitungan dari rasio tersebut dikalikan dengan koefisien tiap rasio dari rumus

Altman Zscore. Berdasarkan hasil olahan tersebut diatas, ditemukan nilai Z Score

tertinggi adalah PT Bank Central Asia sebesar 8,69 sedangkan nilai Z Score

terendah ada pada PT Bank Jtrust Indonesia Tbk yakni -9,72. Pengamatan dimulai

dengan mengitung Zscore dari periode-periode sebelumnya dan dibandingkan

dengan periode sekarang. Kemudian diperoleh hasil berupa angka-angka atau nilai

Zscore yang kemudian dapat dijelaskan kemungkinan kebangkrutan yang terjadi

pada perusahaan. Nilai Zscore ini akan menjelaskan kondisi keuangan perusahaan

yang dibagi dalam beberapa kelompok kategori, setelah dilakukan

pengelompokkan berdasarkan kategori bangkrut, berpotensi bangkrut (grey area)

dan tidak bangkrut.

4.2.2 Analisis Regresi Logistik Binary

Pengujian kedua untuk hipotesis menggunakan model Binary Logistic

Regression karena dalam penelitian ini melibatkan berbagai macam variabel

prediktor baik numerik dan kategori dengan metode enter pada tingkat
68

signifikansi a= 5%. Binary Logistic Regression digunakan untuk menguji

pengaruh variable independen SL (self assessment), KI (Kepemilikan

Institusional), PDKI (Proporsi Dewan Komisaris Independen), NPL (Non

Perporming Loan), LDR (Loan to Deposit Ratio), ROA (Return on Asset), NIM

(Net Interest Margin), CAR (Capital Adequacy Ratio), dan Altman Zscore

terhadap Financial Distress. Pengujian hipotesis meliputi (1) menilai kelayakan

model regresi, (2) Menilai keseluruhan model, dan (3) menguji koefisien Regresi.

4.2.2.1 Uji Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow’s Goodness of

Fit)

Pengujian kelayakan model regresi logistik dengan menggunakan Hosmer

and Lemeshow’s Goodness of fit Test karena uji ini dilakukan untuk mengetahui

apakah ada perbedaan antara hasil prediksi dengan model yang diteliti. Dipilihnya

uji kelayakan model menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit Test

dikarenakan terbatasnya data dalam menganalisis variabel dependen yang berupa

kategori dengan diberikan nilai 0 dan 1 atau variabe dummy dalam penilaiannya

dan variabel independennya lebih dari satu variabel yang mengikat variabel

dependen. Oleh karena itu uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit yang

digunakan sangat cocok untuk membuktikan data empiris cocok atau sesuai

dengan model.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi.

Uji Goodness of Fit merupakan pengujian kecocokan atau kebaikan sesuai antara
69

hasil pengamatan tertentu dengan yang diperoleh berdasarkan nilai harapannya

(teoritis).

Tabel 4.3 Hosmer and Lemeshow Test

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 10.139 8 .255

Sumber : Hasil Output SPSS, 2016

Dari tampilan dalam tabel Hosmer and Lemeshow’s Test menunjukkan

bahwa besarnya nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit pada

variabel Good Corporate Governance, Rasio RGEC dan Model Altman Zscore

secara simultan dalam memprediksi Financial Distress adalah menghasilkan nilai

Chi-Square sebesar 10,139 dengan probabilitas 0,255 dimana nilai signifikansi

yang diperoleh dari hasil pengujian sebesar 0,255 > 0,05 maka hipotesis nol tidak

dapat ditolak (H0 = diterima). Hal ini dapat diartikan bahwa model regresi yang

dipergunakan dalam penelitian ini layak atau cocok dipergunakan untuk analisis

selanjutnya, karena model ini dapat memprediksi nilai obeservasinya dan tidak

ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

4.2.2.2 Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test)


70

Tabel 4.4 Block 0 : Beginning Block

a,b,c
Iteration History

Iteration Coefficients

-2 Log likelihood Constant

Step 0 1 153.148 -.162

2 153.148 -.163

a. Constant is included in the model.


b. Initial -2 Log Likelihood: 153.148
c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less
than .001.

Tabel 4.5 Block 1:Method = Enter

a,b,c,d
Iteration History

Iteration Coefficients

-2 Log Const ZSCO


likelihood ant SL KI PDKI NPL LDR ROA NIM CAR RE

Step 1 92.243 8.026 -.554 -1.544 .560 -.369 -.046 -.393 -.035 -.020 -.151
1 2 76.371 15.480 -1.260 -2.140 -.003 -.582 -.085 -.637 -.061 -.043 -.347

3 70.305 23.548 -1.856 -2.458 -1.180 -.805 -.132 -.837 -.102 -.070 -.534

4 68.476 28.899 -2.247 -2.439 -1.651 -.925 -.164 -.943 -.203 -.092 -.633

5 67.991 30.392 -2.379 -2.152 -1.130 -.908 -.174 -.933 -.343 -.102 -.646

6 67.978 30.843 -2.413 -2.126 -1.103 -.909 -.177 -.946 -.368 -.105 -.645

7 67.978 30.859 -2.414 -2.126 -1.103 -.909 -.177 -.946 -.369 -.105 -.645

8 67.978 30.859 -2.414 -2.126 -1.103 -.909 -.177 -.946 -.369 -.105 -.645

a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 153.148
d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.

Langkah berikutnya uji signifikansi pengaruh semua variabel independen

secara serentak terhadap variabel dependen (overall model fit) dengan fungsi

Likelihood menilai kelayakan model (overall model fit). Pada tabel 4.5

ditunjukkan uji kelayakan dengan memperhatikan angka awal –2 LogLikelihood


71

(LL). Dari hasil perhitungan -2 LogLikelihood pada blok pertama (blok number =

0) terlihat pada tabel 4.7 nilai -2 LogLikelihood sebesar 153.148. kemudian hasil

perhitungan nilai -2LogLikelihood pada blok kedua (block number=1) terlihat

pada nilai -2 LogLikelihood sebesar 67,978 terjadi penurunan pada blok kedua

(blok number=1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL

function ) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model

yang dihipotesiskan fit dengan data dalam Ghozali (2013:58). Log Likelihood

pada regresi logistik mirip dengan pengertian “sum of square Error” pada model

regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi semakin

baik. Hal ini yang ditunjukkan pada tabel 4.8. Block 1:Method = Enter

Penilaian keseluruhan model regresi menggunakan nilai -2 LogLikelihood

dimana jika terjadi penurunan pada blok kedua dibanding blok pertama maka

dapat disimpulkan bahwa model regresi kedua menjadi lebih baik. Seperti yang

ditunjukkan pada tabel kedua tabel, pada blok pertama (block number=0) nilai-

nilai -2 LogLikelihood sebesar 153.148 dan pada blok kedua (block number =1)

nilai -2 LogLikelihood 67,978. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa model

yang dihipotesiskan “Fit” dengan data.

4.2.2.3 Classification Result

Tabel 4.6 Tabel Klasifikasi


72

a
Classification Table

Observed Predicted

FIND

Non FInancial Financial Percentage


Distress Distress Correct

Step 1 FIND Non FInancial Distress 55 5 91.7

Financial Distress 4 47 92.2

Overall Percentage 91.9

a. The cut value is .500

Berdasarkan tabel classification Table diatas, jumlah sampel yang tidak

mengalami financial distress 55+5 = 60 perusahaan perbankan. Perusahaan

perbankan yang benar-benar tidak mengalami financial distress sebanyak 55 dan

yang seharusnya tidak mengalami financial distress namun mengalami sebanyak

5 perbankan. Jumlah sampel yang mengalami financial distress 4+47= 51. Yang

benar-benar mengalami financial distress sebanyak 4 dan yang seharusnya

mengalami financial distress namun tidak mengalami sebanyak 47. Tabel di atas

memberikan nilai overall percentage sebesar (55+47)/111=91,9% yang berarti

ketepatan model penelitian ini adalah 91,9%

4.2.2.4 Uji Koefisien Determinasi (Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R

Square)

Tabel 4.7 Model Summary untuk melihat kemampuan variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen, digunakan nilai Cox & Snell R Square.

Nilai-nilai tersebut juga dengan Pseudo R-Square atau jika pada regresi linear

(OLS) lebih dikenal dengan istilah R-Square. Tahap yang terakhir adalah uji

koefisien regresi, dimana hasilnya dapat dilihat pada tabel Model Summary. Tabel
73

tersebut menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada tingkat

signifikansi 5%. Pada tabel Model Summary memberikan nilai Cox & Snell R

Square sebesar 0.568, hal ini berarti model logit tersebut mampu menjelaskan

sebuah perusahaan mengalami financial distress atau tidaknya sebesar 66, 8% dan

nilai Nagelkerke R Sqaure sebesar 0.759 yang menjelaskan bahwa dalam model

regresi ini kemampuan variabel independen dalam menjelaskan financial distress

sebesar 75.9% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya diluar variabel

dependen yang diamati sebesar 24.1%.

Tabel 4.7 Model Summary

Model Summary

Step Cox & Snell R Nagelkerke R


-2 Log likelihood Square Square
a
1 59.913 .568 .759

a. Estimation terminated at iteration number 8 because


parameter estimates changed by less than .001.

Variabel lain yang dapat mempengaruhi financial distress adalah faktor

fundamental makro berasal dari luar perusahaan, seperti faktor ekonomi,

lingkungan, politik, hukum, sosial, budaya, keamanan, pendidikan dan lain-lain.

Faktor ini tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan namun pengaruhnya sangat

besar jika terjadi perubahan. Maka para analis maupun pelaku pasar modal pada

umumnya menekankan analisis faktor fundamental makro pada faktor

fundamental makroekonomi, karena faktor makroekonomi menyentuh langsung

dan lebih terukur, yaitu melalui indikator inflasi, tingkat bunga, kurs, dan

pertumbuhan ekonomi (Dornbusch,et.al.,2008).


74

4.2.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh Good

Corporate Governance, Rasio RGEC, dan Altman Zscore. Analisis ini diolah

dengan menggunakan SPSS. Hasil analisis regresi linier berganda ditunjukkan

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.8 Analisis Regresi Berganda

a
Coefficients

Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.278 .300 7.584 .000

SL -.073 .075 -.087 -.963 .338

KI .098 .085 .098 1.144 .255

PDKI .029 .083 .029 .354 .724

NPL -.114 .030 -.317 -3.754 .000

LDR -.011 .003 -.307 -3.898 .000

ROA -.084 .027 -.338 -3.157 .002

NIM -.009 .005 -.152 -1.977 .051

CAR -.002 .005 -.041 -.513 .609

ZSCORE -.258 .073 -.338 -3.540 .001

a. Dependent Variable: FIND


Sumber: Data diolah dengan SPSS, 2016

Dari tabel di atas dengan memperhatikan angka yang berada pada kolom

Unstandardized Coefficient Beta, maka dapat disusun persamaan regresi berganda

sebagai berikut :

FIND = 2,278 – 0,073 SL + 0,098 KI + 0,029 PDKI – 0,114 NPL – 0,011 LDR –

0,084 ROA – 0,009 NIM – 0,002 CAR – 0,258 ZSCORE


75

Keterangan:

SL : Nilai Peringkat Self Assessment perusahaan yang diteliti

KI : Presentase jumlah saham yang dimiliki institusi perusahaan

PDKI : Nilai Jumlah dewan komisaris independen dengan total anggota dewan
komisaris perusahaan yang diteliti

NPL : Nilai kredit bermasalah pada total kredit perusahaan yang diteliti

LDR : Nilai rasio dana terhadap kredit perusahaan yang diteliti

ROA : Nilai laba sebelum pajak dengan rata-rata aset perusahaan yang diteliti
NIM : Nilai pendapatan bunga bersih pada rata-rata asset produktif

CAR : Nilai resiko kecukupan modal perusahaan yang diteliti

ZSCORE : Nilai rasio Altman Zscore

4.2.3.1 Uji t (Parsial)

Uji t untuk dilakukan untuk mengetahui pengaruh variael independen

secara parsial terhadap variabel dependen apakah pengaruhnya signifikan atau

tidak (Priyatno, 2013). Uji-t menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel

independen secara parsial/individu terhadap variabel-variabel dependen. Variabel

dependen adalah Financial Distress, sedangkan variabel independen adalah SL,

KI, PDKI, NPL, LDR, ROA, NIM, CAR, dan Zscore. Menurut Widarjono

(2009:65), kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

1. Jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa Ho

diterima dan Ha ditolak.

2. Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima.


76

Dasar pengambilan keputusan dalam uji t adalah:

1. Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai t hitung < t tabel atau jika nilai Sig. >

0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

2. Ho ditolak dan Ha diterima jika nilai t hitung > t tabel atau jika nilai Sig. <

0,05 maka variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

Tabel 4.9 Hasil Uji T (Parsial)

a
Coefficients

Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.278 .300 7.584 .000

SL -.073 .075 -.087 -.963 .338

KI .098 .085 .098 1.144 .255

PDKI .029 .083 .029 .354 .724

NPL -.114 .030 -.317 -3.754 .000

LDR -.011 .003 -.307 -3.898 .000

ROA -.084 .027 -.338 -3.157 .002

NIM -.009 .005 -.152 -1.977 .051

CAR -.002 .005 -.041 -.513 .609

ZSCORE -.258 .073 -.338 -3.540 .001

a. Dependent Variable: FIND

4.2.3.2 Uji F (Simultan)

Pengujian hipotesis keempat adalah pengaruh SL, KI, PDKI, NPL, LDR,

ROA, NIM, CAR, dan Zscore secara simultan terhadap financial distress. Hasil

output penghitungan regresi sebagai berikut:


77

1. Tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa Ho

diterima dan Ha ditolak, maka tidak memiliki pengaruh terhadap variabel

terikat.

2. Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima maka memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.

Tabel 4.10 Hasil Uji F (Simultan)

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 13.622 9 1.514 11.948 .000

Residual 11.907 94 .127

Total 25.529 103

a. Predictors: (Constant), ZSCORE, PDKI, NIM, LDR, SL, CAR, KI, NPL, ROA
b. Dependent Variable: FIND

Hasil pengujian analisis ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar

11,948 dengan tingkat signifikansi simultan sebesar 0,000. Tingkat signifikansi

tersebut lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa SL, KI, PDKI, NPL,

LDR, ROA, NIM, CAR, dan Zscore secara simultan atau secara besama-sama

berpengaruh positif terhadap Financial Distres. Dengan demikian hipotesis

diterima.

4.3 Interprestasi Hasil


78

Tabel 4.11 Variables in the Equation (Good Corporate Governance)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 SL .141 .339 .172 1 .678 1.151

KI .109 1.115 .010 1 .922 1.115

PDKI 3.897 1.917 4.131 1 .042 49.244

Constant -2.831 1.658 2.916 1 .088 .059

a. Variable(s) entered on step 1: SL, KI, PDKI.

4.3.1. Hasil Uji Hipotesis Good Corporate Governance Dalam Memprediksi

Financial Distress

Berdasarkan hasil analisis untuk pengujian Self Assessment memiliki nilai

koefisien regresi sebesar 0,141 dengan nilai probabilitas sebesar 0,678, dan nilai

ini lebih besar dari nilai signifikansi sebesar 0.05 (5%) yang artinya tidak terdapat

hubungan signifikan antara variabel self assessment dengan variabel financial

distress yaitu sebesar 0,678 (signifikansi pada tingkat 5%). Dengan demikian

terbukti bahwa secara individu variabel self assessment tidak berpengaruh

signifikan terhadap terjadinya financial distress.

Berdasarkan hasil analisis untuk pengujian Kepemilikan Institusional

memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,109 dengan nilai probabilitas sebesar

0,922, dan nilai ini lebih besar dari nilai signifikansi sebesar 0.05 (5%) yang

artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara variable Kepemilikan

Institusional dengan variabel financial distress yaitu sebesar 0,922 (signifikansi

pada tingkat 5%). Dengan demikian terbukti bahwa secara individu variabel
79

Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya

financial distress.

Berdasarkan hasil analisis untuk pengujian Proporsi Dewan Komisaris

Independen memiliki nilai koefisien regresi sebesar 3,897 dengan nilai

probabilitas sebesar 0,042, dan nilai ini lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar

0.05 (5%) yang artinya terdapat hubungan signifikan antara variable Proporsi

Dewan Komisaris Independen dengan variabel financial distress yaitu sebesar

0,042 (signifikansi pada tingkat 5%). Dengan demikian terbukti bahwa secara

individu variabel Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan terhadap

terjadinya financial distress.

4.3.2. Hasil Uji Hipotesis RGEC Dalam Memprediksi Financial Distress

Tabel 4.12 Variables in the Equation (RGEC)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 NPL -.929 .328 8.008 1 .005 .395

LDR -.133 .037 12.844 1 .000 .876

ROA -1.153 .335 11.829 1 .001 .316

NIM -.398 .233 2.932 1 .087 .672

CAR -.110 .039 7.712 1 .005 .896

Constant 18.618 4.529 16.898 1 .000 1.218E8

a. Variable(s) entered on step 1: NPL, LDR, ROA, NIM, CAR.

Berdasarkan hasil analisis untuk pengujian RGEC untuk NPL, LDR, ROA,

NIM, dan CAR yang berpengaruh signifikan terhadap financial distress memiliki

nilai dibawah 0,05 atau 5% (signifikan pada tingkat 5%) yaitu LDR, ROA, dan
80

CAR sedangkan NPL dan NIM tidak berpengaruh signifikan terhadap financial

distress. Dengan demikian terbukti bahwa secara individu variabel NPL

berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress.

4.3.3 Hasil Uji Hipotesis Altman Z-score Dalam Memprediksi Financial

Distress

Tabel 4.13 Variables in the Equation (Altman Zscore)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 ZSCORE -2.026 .415 23.836 1 .000 .132

Constant 2.915 .687 18.013 1 .000 18.440

a. Variable(s) entered on step 1: ZSCORE.

Berdasarkan hasil analisis untuk pengujian Altman Zscore uji wald (Sig) <

0,05, artinya model altman zscore memberikan pengaruh secara signifikan

terhadap financial distress (variabel dependen). Besarnya pengaruh ditunjukkan

dengan nilai Exp (B) atau yang disebut juga Odds Ratio (OR). Variabel Altman

Zscore dengan OR 0.132, maka perbankan yang mengalami financial distress

(kode 1 variabel independen), lebih beresiko mengalami financial distress (kode 1

variabel dependen) sebanyak 0,132 dibandingkan non financial distress (kode 0

variabel independen). Nilai B=logaritma natural dari 0,132=-2,026. Oleh karena

nilai B bernilai negatif maka model altman Zscore mempunyai hubungan negative

dengan prediksi financial distress.

4.3.4 Hasil Uji Hipotesis Good Corporate Governance, Rasio RGEC dan

Altman Zscore Secara Parsial Dalam Memprediksi Financial Distress

Tabel
81

Tabel 4.14 Variables in the Equation (Simultan)

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)


a
Step 1 SL -2.414 .972 6.171 1 .013 .089

KI -2.126 2.478 .736 1 .391 .119

PDKI -1.103 4.733 .054 1 .816 .332

NPL -.909 .442 4.218 1 .040 .403

LDR -.177 .053 11.054 1 .001 .837

ROA -.946 .416 5.170 1 .023 .388

NIM -.369 .260 2.018 1 .155 .692

CAR -.105 .052 4.117 1 .042 .900

ZSCORE -.645 .305 4.460 1 .035 .525

Constant 30.859 8.760 12.411 1 .000 2.523E13

a. Variable(s) entered on step 1: SL, KI, PDKI, NPL, LDR, ROA, NIM, CAR, ZSCORE.

4.3.4.1 Variabel Self Assessment (H1) : Self Assessment atau nilai komposit

berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress.

Pengujian variabel dilakukan satu per satu menggunakan statistik uji wald

(Hosmer & Lemeshow, 1989), Berdasarkan hasil analisis untuk pengujian Self

Assessment memiliki nilai koefisien regresi sebesar –2,414 dengan nilai

probabilitas sebesar 0,013, dan nilai ini lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar

0.05 (5%) atau 0,013 < 0.05 yang artinya terdapat hubungan signifikan antara

variabel self assessment dengan variabel financial distress yaitu sebesar 0,013

(signifikansi pada tingkat 5%). Dengan demikian terbukti bahwa secara individu

(parsial) variabel self assessment berpengaruh signifikan terhadap terjadinya

financial distress.
82

Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H1) untuk

variabel self assessment yang digunakan untuk memprediksi financial distress,

tidak dapat ditolak (H1= diterima).

4.3.4.2. Variabel Kepemilikan Institusional (H2) : Kepemilikan Institusional

tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress.

Dalam tabel menunjukkan bahwa koefisien regresi sebesar -2,126 dengan

nilai probabilitas sebesar 0,391, nilai ini lebih besar dari nilai signifikansi sebesar

0.05 (5%). Dengan diketahuinya nilai koefisien regresi yang negatif yaitu -2,126

maka variabel kepemilikan institusional juga memiliki hubungan negatif dengan

variabel financial distress. Maka setiap kenaikan 1% kepemilikan institusional

akan menurunkan probabilitas terjadinya financial distress 0.391% artinya

peningkatan kepemilikan institusional dalam perusahaan akan mendorong

semakin kecilnya potensi financial distress. Hal ini dikarenakan semakin besar

kepemilikan institusional akan semakin besar monitor yang dilakukan terhadap

perusahaan dan pada akhirnya akan mampu mendorong semakin kecilnya potensi

financial distress yang mungkin terjadi didalam perusahaan.

Hubungan yang bersifat negatif tersebut didukung dengan kekuatan

hubungan, yang artinya terdapat hubungan signifikan variabel kepemilikan

institusional dengan variabel financial distress. Dengan demikian terbukti bahwa

secara individu (parsial) variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh

signifikan terhadap terjadinya financial distress. Maka dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hipotesis (H2) untuk variabel kepemilikan institusional yang

digunakan untuk memprediksi financial distress, tidak dapat diterima (ditolak).


83

4.3.4.3. Variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen (H3): Proporsi

Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap

kondisi financial distress.

Proporsi dewan komisaris independen menunjukkan nilai koefisien

regresi sebesar -1,103 dengan probabilitas sebesar 0.816 lebih besar dari nilai

signifikansi sebesar 0.05 (5%). Hal ini mengandung arti bahwa secara individu

(parsial), terbukti bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen tidak

berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress.

Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H3) untuk

variabel proporsi dewan komisaris independen yang digunakan untuk

memprediksi financial distress, tidak dapat diterima (ditolak).

4.3.4.4.Variabel NPL (H4): Non Perporming Loan (NPL) berpengaruh signifikan

terhadap kondisi financial distress.

Variabel Non Performing Loan (NPL) memiliki nilai koefisien sebesar -

0,909 dan nilai signifikansi sebesar 0,040.sehingga dapat dikatakan variable NPL

berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan

perbankan, dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0.040 < 0.05. Maka dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H4) yang beranggapan variabel

NPL dapat digunakan untuk memprediksi financial distress, dapat diterima

(diterima).

4.3.4.5.Variabel LDR (H5): Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh

signifikan terhadap kondisi financial distress.


84

Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki nilai koefisien sebesar -

0.177 dan nilai signifikansi sebesar 0.001 sehingga dapat dikatakan variable LDR

berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan

perbankan, dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0.001 < 0.05. Maka dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H5) yang beranggapan variabel

LDR dapat digunakan untuk memprediksi financial distress, dapat diterima

(H5=diterima).

4.3.4.6.Variabel ROA (H6): Return on Asset (ROA) berpengaruh signifikan

terhadap kondisi financial distress.

Variabel Return on Asset (ROA) memiliki nilai koefisien sebesar -946 dan

nilai signifikansi sebesar 0.023 sehingga dapat dikatakan variable ROA

berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan

perbankan, dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0.023 < 0.05. Maka dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H6) yang beranggapan variabel

ROA dapat digunakan untuk memprediksi financial distress, dapat diterima

(H6=diterima).

4.3.4.7 Variabel NIM (H7): Net Interest Margin (NIM) tidak berpengaruh

signifikan terhadap kondisi financial distress.

Variabel Net Interest Margin (NIM) memiliki nilai koefisien sebesar -

0,369 dan nilai signifikansi sebesar 0,155 sehingga dapat dikatakan variable NIM

berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan

perbankan, dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0.155 > 0.05. Maka dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H7) yang beranggapan variabel


85

NIM dapat digunakan untuk memprediksi financial distress, tidak dapat diterima

(H7 = ditolak).

4.3.4.8. Variabel CAR (H8): Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh

signifikan terhadap kondisi financial distress

Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai koefisien sebesar

-0,105 dan nilai signifikansi sebesar 0.042 sehingga dapat dikatakan variable CAR

berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan

perbankan, dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0.042 < 0.05. Maka dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H8) yang beranggapan variabel

CAR dapat digunakan untuk memprediksi financial distress, dapat diterima

(H8=diterima).

4.3.4.9. Hasil Uji Hipotesis Altman ZScore (H9): Altman Zscore berpengaruh

signifikan terhadap kondisi financial distress

Variabel Altman Zscore memiliki nilai koefisien sebesar -0,645 dan nilai

signifikansi sebesar 0.035 sehingga dapat dikatakan variable Altman Zscore

berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan

perbankan, dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0.035 < 0.05. Maka dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H9) yang beranggapan variabel

Altman Zscore dapat digunakan untuk memprediksi financial distress, dapat

diterima (H9=diterima).

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian


86

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Good Corporate

Governance, Rasio RGEC, dan Altman Zscore baik secara parsial maupun

simultan terhadap Financial Distress di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yaitu dengan analisis regresi linier

parsial diperoleh nilai koefesien (b)

1. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap financial distress

Koefisien regresi variabel SL bernilai negatif sebesar -0,073. Nilai

signifikansi menunjukkan bahwa 0,338 yang nilainya lebih besar daripada α=

0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel SL berpengaruh negatif terhadap

Financial Distress.

Dengan demikian, berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat

diperoleh kesimpulan bahwa Good Corporate Governance yang diproksikan

dengan Self Assessment tidak berpengaruh terhadap Financial Distress.

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Financial Distress

Koefisien regresi variabel KI bernilai positif sebesar 0,098. Nilai

signifikansi menunjukkan bahwa 0,255 yang nilainya lebih besar daripada α=

0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel KI tidak berpengaruh positif

terhadap Financial Distress

Dengan demikian, berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat

diperoleh kesimpulan bahwa saham yang dimiliki institusi terhadap jumlah

saham beredar yang diproksikan dengan Kepemilikan Institusional tidak

berpengaruh terhadap Financial Distress.


87

3. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Financial Distress

Koefisien regresi variabel PDKI bernilai positif sebesar 0,029. Nilai

signifikansi menunjukkan bahwa 0,724 yang nilainya lebih besar daripada α=

0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel PDKI tidak berpengaruh positif

terhadap Financial Distress

Dengan demikian, berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat

diperoleh kesimpulan bahwa Komisaris Independen terhadap jumlah dewab

komisaris yang diproksikan dengan Proporsi Dewan Komisaris Independen

tidak berpengaruh terhadap Financial Distress.

4. Pengaruh Non Performing Loan terhadap Financial Distress

Koefisien regresi variabel NPL bernilai negatif sebesar -0,114. Nilai

signifikansi menunjukkan bahwa 0,000 yang nilainya lebih kecil daripada α=

0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel NPL berpengaruh negatif terhadap

Financial Distress

Dengan demikian, berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat

diperoleh kesimpulan bahwa risiko pasar terhadap kredit yang diproksikan

dengan NPL berpengaruh terhadap Financial Distress.

5. Pengaruh Loan to Deposito Ratio (LDR) terhadap Financial Distress

Koefisien regresi variabel LDR bernilai negatif sebesar -0,011. Nilai

signifikansi menunjukkan bahwa 0,000 yang nilainya lebih kecil daripada α=

0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel LDR berpengaruh positif terhadap

Financial Distress
88

Dengan demikian, berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat

diperoleh kesimpulan bahwa rasio dana terhadap kredit yang diproksikan

dengan LDR berpengaruh terhadap Financial Distress.

6. Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Financial Distress

Koefisien regresi ROA bernilai negatif sebesar -0,084 menyatakan

bahwa setiap pengurangan ROA sebesar 1000 akan meningkatkan profitabilitas

bank (ROA) sebesar 84. Nilai signifikansi menunjukkan 0,002 yang bernilai

lebih kecil daripada α = 0,05. Hal ini menunjukkan variabel ROA berpengaruh

terhadap variabel financial distress

Dengan demikian, berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat

diperoleh kesimpulan bahwa ROA berpengaruh terhadap financial distress.

7. Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Financial Distress

Koefisien regresi NIM bernilai negatif sebesar -0,009 menyatakan

bahwa semakin tinggi pendapatan bunga bersih berpengaruh negative terhadap

financial distress. Nilai signifikansi menunjukkan 0,051 yang bernilai lebih

besar daripada α = 0,05. Hal ini menunjukkan variabel NIM tidak berpengaruh

terhadap variabel financial distress

8. Pengaruh Capital terhadap Financial Distress

Koefisien regresi variabel CAR bernilai negatif sebesar -0,002. Nilai

signifikansi menunjukkan bahwa 0,609 yang nilainya lebih besar daripada α=

0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel CAR berpengaruh negatif terhadap

Financial distress.
89

Dengan demikian, berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat

diperoleh kesimpulan bahwa rasio kecukupan modal yang diproksikan

dengan CAR tidak berpengaruh terhadap financial distress

9. Pengaruh secara simultan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Good Corporate

Governance, Rasio RGEC, dan Altman Zscore terhadap financial distress.

Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa analisis regresi

menghasilkan adjusted R square sebesar 0,489. Hal ini berarti bahwa Financial

Distress dapat dijelaskan oleh variabel Good Corporate Governance, Rasio

RGEC, dan Altman Zscore sebesar 48,9%. Sedangkan sisanya 51,1%

dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa signifikansi yang diharapkan yaitu

lebih kecil dari 0,05 yang Good Corporate Governance, Rasio RGEC, dan

Altman Zscore secara simultan berpengaruh terhadap financial distress.

4.4.1. Pengaruh Good Corporate Governance Dalam Memprediksi Financial

Distress

4.4.1.1 Self Assessment

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai komposit Good Corporate

Governance dalam penilaian Self Assessment berpengaruh signifikan terhadap

prediksi financial distress. Artinya bahwa apabila nilai komposit GCG tinggi

maka kinerja suatu perusahaan akan rendah dan begitu pula sebaliknya, apabila

nilai komposit GCG rendah maka kinerja suatu perusahaan akan tinggi.
90

Nilai komposit yang tinggi artinya peringkat komposit semakin besar

memiliki makna bahwa penerapan GCG pada bank yang bersangkutan akan

semakin buruk. Dengan demikian arah hubungan negatif ini sesuai dengan teori

bahwa peringkat komposit yang semakin tinggi, maka GCG semakin buruk dan

kinerja bank juga semakin buruk.

Hasil pengujian statistik model regresi logistic pada penelitian ini nilai

signifikan dibawah taraf signifikansi 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa

variabel GCG self assessment berpengaruh terhadap prediksi financial distress

pada perusahaan perbankan, maka hipotesis pertama dapat diterima (H1=

diterima).

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Ika dan Retno (2014), yang mengatakan bahwa variabel nilai

komposit GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial

distress.

4.4.1.2. Kepemilikan Instusional

Hasil pengujian regresi logistic menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan

institusional (KI) tidak berpengaruh signifikan terhadap prediksi kondisi kesulitan

keuangan (financial distress) yang dialami sebuah perusahaan. Pengujian

hipotesis memperlihatkan bahwa signifikansi variabel KI nilai 0.391 dimana nilai

ini lebih besar daripada taraf signifikansi yaitu sebesar 5% (0,05). Sebagian besar

pemegang saham perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah memakai nama

suatu institusi daripada menggunakan nama Pribadi. Kondisi ini akan menyulitkan
91

untuk mengetahui nama-nama direksi atau komisaris yang mewakili pemegang

saham. Kepemilikan institusional adalah presentase jumlah saham yang dimiliki

oleh institusi. Institusi itu sendiri meliputi pemerintah, perusahaan dan lembaga-

lembaga keuangan lainya.

Hal ini membuktikan bahwa peran dari institusi-institusi tersebut besar

terhadap perusahaan. Sehingga secara otomatis intitusi-institusi memiliki kontrol

yang besar terhadap perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan pun akan lebih baik

lagi dalam meningkatkan kinerja perusahaan guna untuk

mempertanggungjawabkan kinerjanya dan meningkatkan kepercayaan para

pemegang saham. sehingga dapat dikatakan bahwa variabel kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap prediksi financial distress pada

perusahaan perbankan, maka hipotesis pertama tidak dapat diterima (H1= ditolak).

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Nadia (2011), yang mengatakan bahwa variabel Kepemilikan

Institusional berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress.

4.4.1.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen

Hasil pengujian regresi logistic menunjukkan bahwa variabel Proporsi

Dewan Komisaris Independen (PDKI) tidak berpengaruh signifikan terhadap

prediksi kondisi kesulitan keuangan (financial distress) yang dialami sebuah

perusahaan. Pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa signifikansi variabel

PDKI nilai 0,816 dimana nilai ini lebih besar daripada taraf signifikansi yaitu

sebesar 5% (0,05). Tidak signifikansinya hubungan antara proporsi dewan


92

komisaris independen dan prediksi financial distress perusahaan menunjukkan

bahwa keberadaan komisaris independen belum dapat bertindak sebagai sebuah

mekanisme pengawasan yang efektif untuk menghindarkan perusahaan dari

kondisi kesulitan keuangan (financial distress).

Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa penelitian ini menolak

hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa semakin tinggi proporsi dewan

komisaris independen dalam hal ini dewan komisaris perusahaan akan

menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress.

(H3=ditolak).

Hasil penelitian ini lain yang mendukung dari hasil penelitian ini, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Niarachma (2012), yang mengatakan bahwa

variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan

terhadap terjadinya financial distress.

4.4.2 Pengaruh Rasio RGEC Dalam Memprediksi Financial Distress

4.4.2.1 Non Perporming Loan (NPL)

Variabel Non Perporming Loan (NPL) merupakan kondisi dimana

terjadinya kredit bermasalah seperti kredit macet, kurang lancar dan kredit

diragukan. Semakin tinggi terjadinya Non Perporming Loan (NPL) maka akan

menyebabkan keuangan perusahaan perbankan terganggu dikarenakan terdapat

kredit yang bermasalah, sehingga apabila Non Perporming Loan (NPL) semakin

besar maka kakan berpengaruh positif terhadap prediksi financial distress.


93

Sedangkan semakin rendahnya Non Perporming Loan (NPL) maka akan

menunjukkan manajemen perusahaan mampu untuk mangatur kredit yang

diberikan kepada nasabahnya, sehingga jika Non Perporming Loan (NPL)

tersebut semakin rendah maka akan berpengaruh negatif terhadap prediksi

financial distress.

Hasil pengujian statistik model regresi logistik untuk nilai signifikan

dibawah taraf signifikansi 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel NPL

berpengaruh terhadap prediksi financial distress pada perusahaan perbankan,

maka hipotesis keempat tidak dapat ditolak (H4=diterima).

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Andry dan Yulian (2015), yang mengatakan bahwa variabel NPL

tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress.

4.4.2.2 Loan to Deposito Ratio (LDR)

Loan to Deposito Ratio merupakan sejauh mana kemampuan perusahaan

perbankan dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan

dengan mengandalkan kredit yang diberikan kepada nasabah sebagai sumber

likuiditasnya. Dengan kata lain, sejauh mana pemberian kredit kepada nasabah,

kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan

deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh pihak

bank. Sehingga jika rasio Loan to Deposito Ratio (LDR) semakin tinggi maka

akan berpengaruh positif terhadap prediksi financial distress, sedangkan jika rasio
94

Loan to Deposio Ratio semakin rendah maka berpengaruh negative terhadap

financial distress.

Hasil dari pengujian statistik model regresi logistic untuk menilai

signifikan dibawah taraf signifikansi 0,05. Sehingga dapat dikatakan variabel

LDR berpengaruh terhadap prediksi financial distress pada perusahaan

perbankan, maka hipotesis kelima tidak dapat ditolak (H5 = diterima).

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Andry dan Yulian (2015), yang mengatakan bahwa variabel LDR

tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress.

4.4.2.3 Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum

pajak) secara keseluruhan. Semakin tinggi Return on Asset (ROA) pada suatu

bank semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan dicapai bank tersebut dan

semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Sehingga jika

nilai Return on Asset (ROA) semakin tinggi maka pengaruh negatif terhadap

financial distress, sedangkan jika Return on Asset semakin rendah maka akan

berpengaruh positif terhadap financial distress.

Maka hasil pengujian statistik model regresi logistik untuk nilai signifikan

dibawah taraf signifikan 0,05 sehingga dapat dikatakan variabel ROA dapat
95

berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan

perbankan, maka hipotesis keenam dapat diterima (H6 = diterima).

Hasil penelitian ini lain yang mendukung dari hasil penelitian ini, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Andry dan Yulian (2015), yang mengatakan

bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial

distress.

4.4.2.4 Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perbankan dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih

dari aktiva produktif. Semakin besar rasio Net Interest Margin (NIM) maka terjadi

peningkatan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank. Sehingga

jika Net Interest Margin (NIM) semakin tinggi maka berpengaruh negatif

terhadap financial distress, sedangkan jika Net Interest Margin (NIM) semakin

rendah maka berpengaruh positif terhadap financial distress.

Hasil pengujian statistik regresi logistic utnuk nilai signifikan diatas taraf

signifikan 0,05. Sehingga dapat dikatakan variabel tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap kondisi financial distress pada perbankan, maka hipotesis

keenam tidak dapat diterima (H7 = ditolak).

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Andry dan Yulian (2015), yang mengatakan bahwa variabel NIM

berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress.


96

4.4.2.5 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan

seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,

surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri bank,

seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Semakin tinggi nilai rasio

CAR menunjukkan potensi modal bank yang semakin kuat untuk mengcover

segala hal buruk yang mungkin terjadi pada bank tersebut. Sehingga jika capital

Adequacy Ratio (CAR) semakin besar maka berpengaruh negatif terhadap

financial distress, sedangkan jika capital adequacy ratio (CAR) semakin rendah

maka berpengaruh positif terhadap financial distress.

Hasil pengujian statistik regresi logistik untuk menilai signifikan dibawah

taraf signifikansi 0,05. Sehingga dapat dikatakan variabel CAR berpengaruh

signifikan terhadap prediksi financial distress, maka hipotesis kedelapan tidak

dapat ditolak (H8=diterima).

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Andry dan Yulian (2015), yang mengatakan bahwa variabel CAR

tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress.

4.4.3 Pengaruh Model Altman ZScore Dalam Memprediksi Financial

Distress

Keempat variabel yang digunakan untuk menghitung nilai z-score suatu

perusahaan perbankan yaitu (X1) Working Capital to Assets, (X2), Retained


97

Earning to total asset, (X3) Earning before interest and Taxes (EBIT) to total

asset, Market value of equity to book value of to total debt (X4). Antara variabel

yang satu dengan yang lainnya memiliki produktivitas aktiva perusahaan yang

mampu menghasilkan laba usaha yang besar seperti yang diharapkan perusahaan

perbankan. Dengan meningkatnya laba usaha maka akan menarik investor untuk

menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut sehingga laba ditahan

perusahaan akan mengalami peningkatan meningkat.

Tabel 4.15 Persentase Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Perbankan

Descriptive Statistics

Prediksi Kebangkrutan Tahun Frequency Presentase


Bangkrut 2013-2015 9 8
Grey Area 2013-2015 38 44
Sehat 2013-2015 64 58
Sumber: Data diolah, 2016

Pada tabel diatas dapat dilihat prediksi kebangkrutan pada perusahaan

perbankan yang mengalami kondisi bangkrut dialami oleh perbankan pada tahun

2-13-2015 yaitu 8 %, Grey Area 44 % dan dalam kondisi sehat 58%.

Perhitungan signifikansi pada uji hipotesis dari hasil pengujian yang

diperoleh menunjukkan bahwa secara simultan Net Working Capital To Total

Asset, Retained Earning To Total Asset, EBIT To Total Asset dan Book Value of

Equity To Book Value of Debts sangat berpengaruh secara signifikan terhadap

financial distress yang terjadi pada ke empat variabel perusahaan perbankan. Hal

ini ditandai dengan nilai signifikansi 0,035 lebih kecil dibandingkan dengan level
98

of significance 0,05 atau (0,035 < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa penelitian ini tidak dapat menolak hipotesis kesembilan (H 9)

yang menyatakan bahwa variabel Altman Zscore secara bersama-sama

berpengaruh terhadap financial distress. (H9=diterima).

Hasil penelitian ini lain yang mendukung dari hasil penelitian ini, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Boby, M. Rasuli dan Azlina (2014), yang

mengatakan bahwa model Altman Zscore berpengaruh signifikan terhadap

terjadinya financial distress.


BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Good Corporate Governance yang terdiri dari Self Assessment

berpengaruh signifikan terhadap financial distress, sedangkan untuk

Kepemilikan Institusional dan Proporsi Dewan Komisaris Independen

tidak berpengaruh terhadap prediksi financial distress.

2. Rasio RGEC yang berpengaruh signifikan dalam memprediksi financial

distress terdiri dari NPL, LDR, ROA, dan CAR sedangkan NIM tidak

berpengaruh terhadap prediksi financial distress.

3. Model Altman Zscore berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial

distress sehingga model Altman Zscore tersebut dapat digunakan untuk

memprediksi financial distress pada perusahan perbankan.

4. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa Self Assessment,

Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, NPL,

LDR, ROA, NIM, dan Altman ZScore secara simultan berpengaruh

terhadap Financial Distress. Hasil uji koefisien determinasi dengan

Nagelkerke R Square menunjukkan bahwa variabel Self Assessment,

Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, NPL,

LDR, ROA, NIM, dan Altman ZScore mempengaruhi Financial Distress

99
100

sebesar 0,759 atau 75,9%, sedangkan sisanya 24,1% dijelaskan oleh

variabel lain.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tentunya masih memiliki beberapa keterbatasan yang dapat

dijadikan bahan pertimbangan bagi para peneliti selanjutnya agar mendapatkan

hasil yang lebih baik. Keterbatasan tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan beberapa faktor dalam memprediksi

financial distress meliputi Good Corporate Governance yang terdiri dari

Self Assessment, Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris

Independen,, Rasio RGEC yang terdiri dari NPL, LDR, ROA, NIM, CAR,

dan Altman ZScore .

2. Pengamatan dalam penelitian ini hanya mencakup industri perbankan yang

listing di Bursa Efek Indonesia.

3. Periode penelitian atas dasar laporan keuangan tahunan audited industri

perbankan yang listing di BEI dari periode tahun 2013 sampai dengan

tahun 2015.

5.3 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan serta

beberapa kesimpulan dan keterbatasan pada penelitian ini, maka saran untuk

penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Investor dan Calon Investor


101

Keputusan investasi sebaiknya memperhatikan seluruh profil

kinerja diantara industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Salah satu pertimbangan calon investor terhadap kesehatan perbankan

dalam pengambilan keputusan untuk investasi tercermin pada profitabilitas

perbankan.

2. Bagi Pihak Perbankan

Perbankan sebaiknya menjaga konsistensi tehadap kepatuhan

mengenai syarat pemenuhan ketentuan tingkat kesehatan bank yang

ditetapkan oleh otoritas yang berwenang (OJK) dan Bank Indonesia (BI),

tingkat kesehatan bank yang baik akan mempengaruhi kelangsungan hidup

perbankan dan mampu untuk memprediksi financial distress.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan agar menambah variabel lainnya

yang tidak diikutsertakan sebagai variabel independen penelitian ini dan

memperbanyak periode penelitian atau menambah jumlah sampel

penelitian sehingga diharapkan hasil penelitian menjadi lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, A. & Chadha, S. (2005). Corporate Governance and Accounting

Scandals. Journal of Law and Economics, 48, The University of Chicago.

Altman, E.I. 1968, ‘Finanncial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction

of Corporate Bankruptcy ‘, The Journal of Finance, Vol.23, No.4, p589-

609.

Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan

Lain Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Darus, F., & Mohamad, A. (2011). Corporate Governance and Corporate Failure

in the context of Agency Teory. The Journal of American Academy of

Business, 17.

Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan Cetakan Kedua. Jakarta:

Dornbusch et.al. 2008. Makroekonomi Edisi Bahasa Indonesia. PT.Media Global

Edukasi. Jakarta.

Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ke-2. Bandung:

Alpabeta.

Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS

21. Edisi 7, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghulam, Rhumy. 2011. Analisis Laporan Keuangan Pada PT. BPD Sulawesi

Selatan. Skripsi. Makassar. Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.


Hadi, S. A. F. 2014. Mekanisme Corporate Governance, Likuidasi, Leverage, dan

Operating Capacity pada Perusahaan yang Mengalami Financial

Distress. Skripsi. Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Indonesia (STIESIA). Surabaya.

Hanafi, Mahduh.M, 2013. Manajemen Keuangan, Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.

Hapsari, Evanny Indri. 2012. Kekuatan Rasio Keuangan dalam Memprediksi

Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.

Jurnal Dinamika Akuntansi

Harahap, Sofyan Safri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta :

PT. Raja Grafindo Persada.

Hasibuan, Malayu. 2011. Dasar-dasar Perbankan Cetakan ke-9. Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Ikatan Akuntan Indonesia 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) No. 1 Penyajian Laporan Keuangan (Revisi 2009). Jakarta:

Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009.

Jakarta: Salemba Empat.

Irdyana, Brian. 2010. Analisis Rasio Keuangan Camel dan Good Corporate

Governance dalam Memprediksi Financial Distress Pada Industri

Perbankan Di Indonesia. Skripsi. Surakarta. Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret.

Ismail, 2014. Akuntansi Bank, dalam Transaksi Rupiah, Cetakan ke-4, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.


Iwamoto Koichiro and Teruo Mori. 2011, ’The Safety of Japanese Shinkin Bank

Management and Z-score’.

Jensen, CM., & Meckling, W.H. (1976). The Theory of the firm: Manajerial

Behavior, agency cost and ownership structure. The Journal of Financial

Economics, No. 3.

Kasmir 2010, Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Ke-3, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Kasmir. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Cetakan Ke-4, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Kieso, Weygant, & Warfield. 2011. Intermediate Accounting volume 2 IFRS

Edition. New York : John Willey & Sons, Inc.

Laksana, Jaya. 2015. Corporate Governance dan Kinerja Keuangan (Studi Kasus

Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2012).

Bali: Universitas Udayana.

Lesmana, Tri Andry & Yulian. 2015. Pengaruh Penilaian RGEC terhadap

Kinerja Perbankan yang Terdaftar di BEI periode 2010-2014. Surabaya:

STIE Perbanas Surabaya

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance Bagi Bank Umum. Bank Indonesia. Jakarta.

Niarachma, Ranynda. 2012. Pengaruh Good Coorporate Governance Terhadap

Financial Distress: Studi Terhadap Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2010. Universitas Indonesia.


Rachman, Arief Noor et.al. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance dan

Fianncial Leverage Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan

(Studi pada Perusahaan yang terdaftar di Indeks Sri Kehati Selama

Periode 2011-2014). Malang: Universitas Brawijaya.

Rezky, Meliss.a. 2012. Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode

CAMEL (Studi Kasus Pada PT. Bank Sulselbar Tahun 2008-2010).

Universitas Hasanuddin Makasar.

Ross, S.A, Westerfield, R.W., & Jordan, B.D. (2008). Corporate Finance

Fundamentals: International Student Edition (8th ed). New York: McGraw

Hill Education.

Sagho, Maria Florida., & Merkusiwati. 2015. Penggunaan Metode Altman Z-

Score Modifikasi Untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. Bali : Universitas Udayana

S.Munawir. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta

Sudirman, I wayan. 2013. Manajemen Perbankan Menuju Bankir Konvensional

yang Profesional. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Peneltian. Bandung: CV ALFABETA.


Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Utami, Rizky. 2015. Analisis Perbandingan Reaksi Pasar dan Kinerja Keuangan

Sebelum dengan saat Penggunaan Nilai Wajar Terhadap Perusahaan


yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Hasanuddin:

Makassar.
Lampiran I

Daftar Self Assessment


Self Assessment Pelaksanaan Good
PERIODE Corporate Governance
TAHUN
NO. KODE NAMA BANK TANGGAL IPO SAMPEL
SAMPEL Peringkat
2012 Catatan (Notes)
(Rating)
1 INPC BANK ARTA GRAHA INTERNATIONAL TBK 20 Aug1990 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
2 BBKP BANK BUKOPIN TBK 10 Juli 2016 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
3 BNBA BANK BUMI ARTA TBK 31 Dec 1999 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
4 BACA BANK CAPITAL INDONESIA TBK 8 Oct 2007 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
5 BBCA BANK CENTRAL ASIA TBK 31 May 2000 Y 2013 1 Sangat Baik (Very Good)
2014 1 Sangat Baik (Very Good)
2015 1 Sangat Baik (Very Good)
6 BNGA BANK CIMB NIAGA TBK 29 Nov 1989 Y 2013 1 Sangat Baik (Very Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
7 BDMN BANK DANAMON INDONESIA TBK 6 Dec 1989 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 1 Sangat Baik (Very Good)
8 BNII BANK INTERNASIONAL INDONESIA TBK 21 Nov 1989 Y 2013 1 Sangat Baik (Very Good)
2014 1 Sangat Baik (Very Good)
2015 2 Baik (Good)
9 BMRI BANK MANDIRI (Persero) TBK 14 Juli 2003 Y 2013 1 Sangat Baik (Very Good)
2014 1 Sangat Baik (Very Good)
2015 2 Baik (Good)
10 MAYA BANK MAYAPADA INTERNATIONAL TBK 29 Aug 1997 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
11 MEGA BANK MEGA TBK 17 April 2000 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 3 Cukup Baik (Fairly Good)
12 BABP BANK MNC INTERNATIONAL TBK 15 Juli 2002 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 3 Cukup Baik (Fairly Good)
13 BBNI BANK NEGARA INDONESIA (Persero) TBK 25 Nov 1996 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
14 BBNP BANK NUSANTARA INDONESIA PARAHYANGAN TBK 10 Januari 2001 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
15 NISP BANK NISP OCBC TBK 20 Oct 1994 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
16 BSWD BANK OF INDIA INDONESIA TBK 01 May 2002 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 3 Cukup Baik (Fairly Good)
17 PNBN BANK PAN INDONESIA TBK 29 Dec 1982 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN
18 BJBR 02 Juli 2010 2013
TBK Y 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
19 BJTM BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR TBK 12 Juli 2012 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
20 BNLI BANK PERMATA TBK 15 Januari 1990 Y 2013 1 Sangat Baik (Very Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
21 BEKS BANK PUNDI INDONESIA TBK 13 Juli 2001 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 4 Kurang Baik
22 BBRI BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) TBK 10 Nov 2003 Y 2013 1 Sangat Baik (Very Good)
2014 1 Sangat Baik (Very Good)
2015 1 Sangat Baik (Very Good)
23 AGRO BANK RAKYAT INDONESIA AGRO NIAGA TBK 8 Aug 2003 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
24 BSIM BANK SINAR MAS TBK 13 Dec 2010 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
25 BBTN BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) TBK 17 Dec 2009 Y 2013 3 Cukup Baik (Fairly Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
26 BTPN BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL TBK 12 Maret 2008 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
27 BVIC BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK 30 Juni 1999 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
28 MCOR BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL TBK 03 Juli 2007 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
31 Desember
29 BINA 2013
INA PERDANA TBK 2013 Y 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
30 BCIC BANK JTRUST INDONESIA TBK 25 Juni 1997 Y 2013 4 Kurang Baik
2014 4 Kurang Baik
2015 2 Baik (Good)
31 BMAS BANK MASPION INDONESIA TBK 11 Juli 2013 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
32 BBMD BANK MESTIKA DHARMA TBK 08 Juli 2013 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
33 NAGA BANK MITRANIAGA TBK 09 Juli 2013 Y 2013 2 Baik (Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
34 NOBU BANK NATIONALNOBU TBK 20 May 2013 Y 2013 1 Sangat Baik (Very Good)
2014 1 Sangat Baik (Very Good)
2015 2 Baik (Good)
30 Desember
35 PNBS 2013 Sangat Baik (Very Good)
BANK PANIN SYARIAH TBK 2013 Y 1
2014 1 Sangat Baik (Very Good)
2015 2 Baik (Good)
36 BKSW BANK QNB INDONESIA TBK 21 Nov 2002 Y 2013 1 Sangat Baik (Very Good)
2014 1 Sangat Baik (Very Good)
2015 1 Sangat Baik (Very Good)
37 SDRA BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 TBK 15 Dec 2006 Y 2013 3 Cukup Baik (Fairly Good)
2014 2 Baik (Good)
2015 2 Baik (Good)
Predikat
No. Nilai Komposit Komposit
1 Nilai Komposit < 1,5 Sangat Baik
2 1,5 < Nilai Komposit < 2,5 Baik
3 2,5 < Nilai Komposit < 3,5 Cukup Baik
4 3,5 < Nilai Komposit < 4,5 Kurang Baik
5 4,5 < Nilai Komposit < 5 Tidak Baik

Catatan:
1. Penilaian Tiingkat Kesehatan Bank Umum dan di dukung oleh Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 Tanggal 5 Oktober 2006 dan SE BI No. 15/15/DPNP
Tanggal 29 April 2013

2. Penilaian Self Assessment Good Corporate Governance menggunakan Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 Tentang pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah & OJK 15/SEOJK.05/2016 Tentang Laporan Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi
Perusahaan Pembiayaan
Lampiran VII

ALTMAN Z SCORE
Formula
NO TAHUN
KODE NAMA BANK TANGGAL IPO
. SAMPEL WCT
RETA EBITT MVEBVTL Altman
A Kondisi
(X2) A (X3) (X4) Zscore
(X1)
BANK ARTA
GRAHA
1 INPC 20 Aug1990 2013 0.126 0.014 0.014 Grey Area
INTERNATIONA 0.064 0.254
L TBK
2014 0.101 0.036 0.008 Grey Area
0.050 0.227
2015 0.090 0.036 0.003 Grey Area
0.037 0.191
BANK BUKOPIN
2 BBKP 10 Juli 2016 2013 0.063 0.051 0.017 Grey Area
TBK 0.089 0.257
Grey
2014 0.065 0.050 0.012
0.088 0.240 Area
2015 0.051 0.050 0.012 Grey Area
0.073 0.215
BANK BUMI
3 BNBA 31 Dec 1999 2013 0.114 0.080 0.019 Sehat
ARTA TBK 0.010 0.319
2014 0.092 0.070 0.014 Grey Area
0.008 0.258
2015 0.090 0.070 0.013 Grey Area
0.008 0.254
BANK CAPITAL
4 BACA 8 Oct 2007 2013 0.125 0.031 0.013 Grey Area
INDONESIA TBK 0.090 0.291

2014 0.085 0.032 0.011 Grey Area


0.074 0.227
2015 0.051 0.032 0.010 Grey Area
0.118 0.210
BANK CENTRAL
5 BBCA 31 May 2000 2013 0.119 0.113 0.036 Sehat
ASIA TBK 0.549 0.747
2014 0.130 0.127 0.038 Sehat
0.685 0.869
2015 0.131 0.138 0.038 Sehat
0.653 0.868
BANK CIMB
6 BNGA 29 Nov 1989 2013 0.096 0.080 0.026 Sehat
NIAGA TBK 0.120 0.384
2014 0.104 0.085 0.014 Sehat
0.103 0.351
2015 0.121 0.085 0.002 Sehat
0.071 0.315
BANK
BDM
7 DANAMON 6 Dec 1989 2013 0.161 0.098 0.030 Sehat
N 0.237 0.571
INDONESIA TBK
2014 0.143 0.099 0.018 Sehat
0.267 0.531
2015 0.192 0.110 0.017 Sehat
0.199 0.562
BANK
INTERNASIONA
8 BNII 21 Nov 1989 2013 0.098 0.038 0.016 Sehat
L INDONESIA 0.148 0.310
TBK
2014 0.122 0.042 0.007 Grey Area
0.110 0.292
2015 0.119 0.045 0.010 Grey Area
0.082 0.288
BANK MANDIRI
9 BMRI 14 Juli 2003 2013 0.162 0.081 0.033 Sehat
(Persero) TBK 0.307 0.601

2014 0.141 0.087 0.030 Sehat


0.361 0.607
2015 0.144 0.092 0.027 Sehat
0.293 0.567
BANK
MAYAPADA
10 MAYA 29 Aug 1997 2013 0.054 0.035 0.021 Grey Area
INTERNATIONA 0.044 0.211
L TBK
2014 0.070 0.036 0.016 Grey Area
0.020 0.198
2015 0.109 0.039 0.019 Grey Area
0.000 0.246
BANK MEGA
11 MEGA 17 April 2000 2013 0.052 0.008 0.010 Grey Area
TBK 0.237 0.247
2014 0.066 0.017 0.010 Grey Area
0.233 0.278
2015 0.243 0.030 0.018 Sehat
0.402 0.634
BANK MNC
12 BABP INTERNATIONA 15 Juli 2002 2013 0.083 0.002 -0.008 bangkrut
0.000 0.076
L TBK
-
2014 0.116 -0.007 Grey Area
0.022 0.196 0.201
-
2015 0.123 0.001 Grey Area
0.017 0.101 0.189
BANK NEGARA
13 BBNI INDONESIA 25 Nov 1996 2013 0.122 0.070 0.029 Sehat
0.217 0.470
(Persero) TBK
2014 0.177 0.084 0.032 Sehat
0.333 0.638
2015 0.131 0.082 0.023 Sehat
0.225 0.481
BANK
NUSANTARA
14 BBNP INDONESIA 10 Januari 2001 2013 0.099 0.049 0.014 Sehat
0.112 0.302
PARAHYANGAN
TBK
2014 0.114 0.006 0.014 Sehat
0.188 0.303
2015 0.136 0.008 0.010 Sehat
0.170 0.310
BANK NISP
15 NISP 20 Oct 1994 2013 0.141 0.055 0.016 Sehat
OCBC TBK 0.168 0.398
2014 0.141 0.065 0.017 Sehat
0.177 0.422
2015 0.134 0.068 0.017 Sehat
0.141 0.396
BANK OF INDIA
16 BSWD 01 May 2002 2013 0.133 0.070 0.030 Sehat
INDONESIA TBK 0.179 0.465

2014 0.087 0.069 0.027 Sehat


0.206 0.414
2015 0.118 0.051 -0.008 Sehat
0.628 0.564
BANK PAN
17 PNBN 29 Dec 1982 2013 0.123 0.078 0.020 Sehat
INDONESIA TBK 0.110 0.388
2014 0.120 0.088 0.020 Sehat
0.188 0.447
2015 0.112 0.091 0.013 Sehat
0.130 0.383
BANK
PEMBANGUNA
N DAERAH
18 BJBR 02 Juli 2010 2013 0.007 0.048 0.025 Grey Area
JAWA BARAT 0.142 0.243
DAN BANTEN
TBK
2014 0.158 0.050 0.019 Sehat
0.111 0.389
2015 0.123 0.052 0.020 Sehat
0.096 0.344
BANK
PEMBANGUNA
19 BJTM N DAERAH 12 Juli 2012 2013 0.168 0.045 0.035 Sehat
0.205 0.502
JAWA TIMUR
TBK
2014 0.153 0.047 0.036 Sehat
0.215 0.498
2015 0.137 0.048 0.029 Sehat
0.179 0.436
BANK
20 BNLI 15 Januari 1990 2013 0.048 0.004 0.014 bangkrut
PERMATA TBK 0.089 0.162
2014 0.099 0.024 0.011 Grey Area
0.106 0.252
2015 0.017 0.025 0.002 bangkrut
0.069 0.102
BANK PUNDI -
21 BEKS 13 Juli 2001 2013 0.012 0.011 bangkrut
INDONESIA TBK 0.042 0.109 0.059
-
2014 0.028 -0.016 bangkrut
0.051 0.102 (0.031)
-
2015 0.096 -0.064 bangkrut
0.134 0.101 (0.224)
BANK RAKYAT
22 BBRI INDONESIA 10 Nov 2003 2013 0.123 0.113 0.045 Sehat
0.327 0.650
(Persero) TBK
2014 0.116 0.111 0.038 Sehat
0.408 0.666
2015 0.122 0.122 0.037 Sehat
0.368 0.660
BANK RAKYAT
INDONESIA
23 AGRO 8 Aug 2003 2013 0.165 0.007 0.014 Grey Area
AGRO NIAGA 0.021 0.266
TBK
2014 0.138 0.014 0.013 Grey Area
0.014 0.237
2015 0.138 0.018 0.013 Grey Area
0.002 0.235
BANK SINAR
24 BSIM 13 Dec 2010 2013 0.112 0.041 0.016 Sehat
MAS TBK 0.214 0.374
2014 0.104 0.041 0.009 Sehat
0.263 0.371
2015 0.080 0.132 0.009 Sehat
0.230 0.447
BANK
TABUNGAN
25 BBTN 17 Dec 2009 2013 0.094 0.033 0.016 Grey Area
NEGARA 0.077 0.259
(Persero) TBK
2014 0.127 0.034 0.011 Grey Area
0.096 0.294
2015 0.135 0.039 0.015 Sehat
0.087 0.318
BANK
TABUNGAN
26 BTPN 12 Maret 2008 2013 0.201 0.119 0.041 Sehat
PENSIUNAN 0.420 0.796
NASIONAL TBK
2014 0.233 0.034 0.059 Sehat
0.380 0.751
2015 0.230 0.147 0.030 Sehat
0.219 0.712
BANK VICTORIA
27 BVIC INTERNATIONA 30 Juni 1999 2013 0.114 0.095 0.016 Sehat
0.047 0.352
L TBK
2014 0.131 0.048 0.006 Grey Area
0.046 0.271
2015 0.108 0.048 0.004 Grey Area
0.037 0.233
BANK WINDU
KENTJANA
28 MCOR 03 Juli 2007 2013 0.116 0.029 0.015 Grey Area
INTERNATIONA 0.109 0.294
L TBK
2014 0.097 0.030 0.007 Grey Area
0.142 0.268
2015 0.095 0.038 0.010 Sehat
0.226 0.334
INA PERDANA 31 Desember
29 BINA 2013 0.117 0.010 0.008 Sehat
TBK 2013 0.321 0.373
2014 0.154 0.015 0.011 Sehat
0.318 0.432
2015 0.153 0.022 0.010 Sehat
0.346 0.455
BANK JTRUST -
30 BCIC 25 Juni 1997 2013 0.071 -0.076 bangkrut
INDONESIA TBK 0.627 0.256 (0.890)
-
2014 0.065 -0.053 bangkrut
0.772 0.344 (0.972)
-
2015 0.087 -0.049 bangkrut
0.795 0.370 (0.949)
BANK MASPION
31 BMAS 11 Juli 2013 2013 0.136 0.022 0.010 Sehat
INDONESIA TBK 0.311 0.413
2014 0.102 0.021 0.007 Sehat
0.311 0.361
2015 0.100 0.025 0.010 Sehat
0.343 0.394
BANK MESTIKA
32 BBMD 08 Juli 2013 2013 0.247 0.146 0.052 Sehat
DHARMA TBK 0.107 0.737

2014 0.224 0.151 0.036 Sehat


0.100 0.661
2015 0.213 0.159 0.034 Sehat
0.089 0.644
BANK
33 NAGA MITRANIAGA 09 Juli 2013 2013 0.200 0.003 0.003 Sehat
0.261 0.412
TBK
2014 0.089 0.005 0.005 Grey Area
0.166 0.229
2015 0.099 0.010 0.007 Grey Area
0.189 0.270
BANK
34 NOBU NATIONALNOB 20 May 2013 2013 0.254 0.002 0.005 Sehat
0.853 0.836
U TBK
2014 0.197 0.004 0.004 Sehat
0.713 0.681
2015 0.166 0.006 0.003 Sehat
0.353 0.431
BANK PANIN 30 Desember
35 PNBS 2013 0.118 0.130 0.130 Sehat
SYARIAH TBK 2013 0.031 0.770
2014 0.161 0.016 0.016 Grey Area
0.034 0.286

2015 0.146 0.021 0.011 Grey Area


0.041 0.264
BANK QNB -
36 BKSW 21 Nov 2002 2013 0.083 0.000 Grey Area
INDONESIA TBK 0.001 0.291 0.275
2014 0.085 0.006 0.008 Grey Area
0.193 0.252
2015 0.071 0.011 0.008 Grey Area
0.109 0.193
BANK WOORI
SAUDARA
37 SDRA 15 Dec 2006 2013 0.047 0.043 0.020 Sehat
INDONESIA 0.269 0.346
1906 TBK
2014 0.133 0.098 0.011 Sehat
0.478 0.622
2015 0.120 0.092 0.018 Sehat
0.361 0.550
Lampiran II

NPL RESIKO KREDIT Presentase (%)


NO. NAMA KODE TANGGAL IPO
2013 2014 2015
1 BANK ARTA GRAHA INTERNATIONAL TBK INPC 20 Aug1990 1.96 1.92 2.33
2 BANK BUKOPIN TBK BBKP 10 Juli 2016 2.43 2.77 2.84
3 BANK BUMI ARTA TBK BNBA 31 Dec 1999 0.21 0.25 0.78
4 BANK CAPITAL INDONESIA TBK BACA 8 Oct 2007 0.37 0.34 0.79
5 BANK CENTRAL ASIA TBK BBCA 31 May 2000 0.44 0.60 0.72
6 BANK CIMB NIAGA TBK BNGA 29 Nov 1989 2.23 3.90 3.74
7 BANK DANAMON INDONESIA TBK BDMN 6 Dec 1989 1.90 2.30 3.00
8 BANK INTERNASIONAL INDONESIA TBK BNII 21 Nov 1989 2.11 2.23 3.67
9 BANK MANDIRI (Persero) TBK BMRI 14 Juli 2003 1.91 2.15 2.61
10 BANK MAYAPADA INTERNATIONAL TBK MAYA 29 Aug 1997 1.04 1.46 2.52
11 BANK MEGA TBK MEGA 17 April 2000 2.17 2.09 2.81
12 BANK MNC INTERNATIONAL TBK BABP 15 Juli 2002 4.88 5.88 2.97
13 BANK NEGARA INDONESIA (Persero) TBK BBNI 25 Nov 1996 2.20 2.00 2.70
14 BANK NUSANTARA INDONESIA PARAHYANGAN TBK BBNP 10 Januari 2001 0.92 4.74 1.86
15 BANK NISP OCBC TBK NISP 20 Oct 1994 2.23 3.90 3.74
16 BANK OF INDIA INDONESIA TBK BSWD 01 May 2002 1.59 1.17 8.90
17 BANK PAN INDONESIA TBK PNBN 29 Dec 1982 2.13 2.01 2.44
18 BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN TBK BJBR 02 Juli 2010 2.83 4.15 2.91
19 BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR TBK BJTM 12 Juli 2012 3.44 3.31 4.29
20 BANK PERMATA TBK BNLI 15 Januari 1990 1.00 1.70 2.70
21 BANK PUNDI INDONESIA TBK BEKS 13 Juli 2001 6.75 6.94 5.94
22 BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) TBK BBRI 10 Nov 2003 1.55 1.69 2.02
23 BANK RAKYAT INDONESIA AGRO NIAGA TBK AGRO 8 Aug 2003 2.27 2.02 1.90
24 BANK SINAR MAS TBK BSIM 13 Dec 2010 2.50 3.00 3.95
25 BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) TBK BBTN 17 Dec 2009 4.05 4.01 3.42
26 BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL TBK BTPN 12 Maret 2008 0.70 0.70 0.70
27 BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK BVIC 30 Juni 1999 0.70 3.52 4.48
28 BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL TBK MCOR 03 Juli 2007 1.69 2.71 1.98
29 INA PERDANA TBK BINA 31 Dec 2013 0.39 0.80 0.21
30 BANK JTRUST INDONESIA TBK BCIC 25 Juni 1997 12.28 12.24 3.17
31 BANK MASPION INDONESIA TBK BMAS 11 Juli 2013 0.61 0.71 0.51
32 BANK MESTIKA DHARMA TBK BBMD 08 Juli 2013 2.16 2.16 2.26
33 BANK MITRANIAGA TBK NAGA 09 Juli 2013 0.18 0.16 0.34
34 BANK NATIONALNOBU TBK NOBU 20 May 2013 0.17 0.21 0.27
35 BANK PANIN SYARIAH TBK PNBS 30 Dec 2013 0.77 0.29 1.94
36 BANK QNB INDONESIA TBK BKSW 21 Nov 2002 0.23 0.31 2.59
37 BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 TBK SDRA 15 Dec 2006 0.48 2.51 1.98
Lampiran III

LDR RESIKO LIKUIDITAS Presentase (%)

NO. NAMA KODE TANGGAL IPO 2013 2014 2015


1 BANK ARTA GRAHA INTERNATIONAL TBK INPC 20 Aug1990 88.87 87.62 80.75
2 BANK BUKOPIN TBK BBKP 10 Juli 2016 85.80 83.89 86.34
3 BANK BUMI ARTA TBK BNBA 31 Dec 1999 83.96 79.45 82.78
4 BANK CAPITAL INDONESIA TBK BACA 8 Oct 2007 63.35 58.13 55.78
5 BANK CENTRAL ASIA TBK BBCA 31 May 2000 75.40 76.80 81.10
6 BANK CIMB NIAGA TBK BNGA 29 Nov 1989 94.49 99.46 97.98
7 BANK DANAMON INDONESIA TBK BDMN 6 Dec 1989 95.10 92.60 87.50
8 BANK INTERNASIONAL INDONESIA TBK BNII 21 Nov 1989 87.04 91.15 85.13
9 BANK MANDIRI (Persero) TBK BMRI 14 Juli 2003 84.46 82.86 87.68
10 BANK MAYAPADA INTERNATIONAL TBK MAYA 29 Aug 1997 85.61 81.25 82.99
11 BANK MEGA TBK MEGA 17 April 2000 57.41 66.85 65.05
12 BANK MNC INTERNATIONAL TBK BABP 15 Juli 2002 80.14 80.35 72.29
13 BANK NEGARA INDONESIA (Persero) TBK BBNI 25 Nov 1996 85.30 87.81 87.80
14 BANK NUSANTARA INDONESIA PARAHYANGAN TBK BBNP 10 Januari 2001 84.44 85.19 90.17
15 BANK NISP OCBC TBK NISP 20 Oct 1994 92.49 93.59 98.05
16 BANK OF INDIA INDONESIA TBK BSWD 01 May 2002 93.76 88.06 82.06
17 BANK PAN INDONESIA TBK PNBN 29 Dec 1982 87.71 90.51 94.22
18 BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN TBK BJBR 02 Juli 2010 96.47 93.18 88.13
19 BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR TBK BJTM 12 Juli 2012 84.98 86.54 82.92
20 BANK PERMATA TBK BNLI 15 Januari 1990 89.20 89.10 87.80
21 BANK PUNDI INDONESIA TBK BEKS 13 Juli 2001 88.46 86.11 80.77
22 BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) TBK BBRI 10 Nov 2003 88.64 81.68 86.88
23 BANK RAKYAT INDONESIA AGRO NIAGA TBK AGRO 8 Aug 2003 87.11 88.49 87.15
24 BANK SINAR MAS TBK BSIM 13 Dec 2010 78.72 82.88 78.04
25 BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) TBK BBTN 17 Dec 2009 104.42 108.86 108.78
26 BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL TBK BTPN 12 Maret 2008 88.00 97.00 97.00
27 BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK BVIC 30 Juni 1999 73.39 70.25 70.17
28 BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL TBK MCOR 03 Juli 2007 82.73 84.03 86.82
29 INA PERDANA TBK BINA 31 Dec 2013 87.17 75.07 82.83
30 BANK JTRUST INDONESIA TBK BCIC 25 Juni 1997 96.31 71.14 85.00
31 BANK MASPION INDONESIA TBK BMAS 11 Juli 2013 85.73 77.20 92.96
32 BANK MESTIKA DHARMA TBK BBMD 08 Juli 2013 102.35 101.03 101.61
33 BANK MITRANIAGA TBK NAGA 09 Juli 2013 55.15 51.97 59.34
34 BANK NATIONALNOBU TBK NOBU 20 May 2013 45.72 53.99 72.53
35 BANK PANIN SYARIAH TBK PNBS 30 Dec 2013 90.40 94.04 96.43
36 BANK QNB INDONESIA TBK BKSW 21 Nov 2002 113.3 93.47 112.54
37 BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 TBK SDRA 15 Dec 2006 140.72 101.2 97.22
Lampiran IV

ROA EARNINGS Presentase (%)

NO. NAMA KODE TANGGAL IPO 2013 2014 2015

1 BANK ARTA GRAHA INTERNATIONAL TBK INPC 20 Aug1990 1.39 0.79 0.33
2 BANK BUKOPIN TBK BBKP 10 Juli 2016 1.78 1.23 1.39
3 BANK BUMI ARTA TBK BNBA 31 Dec 1999 2.05 1.52 1.33
4 BANK CAPITAL INDONESIA TBK BACA 8 Oct 2007 1.59 1.33 1.10
5 BANK CENTRAL ASIA TBK BBCA 31 May 2000 3.80 3.90 3.80
6 BANK CIMB NIAGA TBK BNGA 29 Nov 1989 2.76 1.44 0.24
7 BANK DANAMON INDONESIA TBK BDMN 6 Dec 1989 2.50 1.40 1.20
8 BANK INTERNASIONAL INDONESIA TBK BNII 21 Nov 1989 1.74 0.68 1.01
9 BANK MANDIRI (Persero) TBK BMRI 14 Juli 2003 3.66 3.57 3.15
10 BANK MAYAPADA INTERNATIONAL TBK MAYA 29 Aug 1997 2.53 1.95 2.10
11 BANK MEGA TBK MEGA 17 April 2000 1.14 1.16 1.97
12 BANK MNC INTERNATIONAL TBK BABP 15 Juli 2002 -0.93 -0.82 0.1
13 BANK NEGARA INDONESIA (Persero) TBK BBNI 25 Nov 1996 3.36 3.49 2.6
14 BANK NUSANTARA INDONESIA PARAHYANGAN TBK BBNP 10 Januari 2001 1.58 1.32 0.99
15 BANK NISP OCBC TBK NISP 20 Oct 1994 1.81 1.79 1.68
16 BANK OF INDIA INDONESIA TBK BSWD 01 May 2002 3.8 3.36 -0.77
17 BANK PAN INDONESIA TBK PNBN 29 Dec 1982 1.85 1.79 1.31
18 BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN TBK BJBR 02 Juli 2010 2.61 1.92 2.04
19 BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR TBK BJTM 12 Juli 2012 3.82 3.52 2.67
20 BANK PERMATA TBK BNLI 15 Januari 1990 1.6 1.2 0.2
21 BANK PUNDI INDONESIA TBK BEKS 13 Juli 2001 1.22 -1.59 -5.29
22 BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) TBK BBRI 10 Nov 2003 5.03 4.73 4.19
23 BANK RAKYAT INDONESIA AGRO NIAGA TBK AGRO 8 Aug 2003 1.66 1.47 1.55
24 BANK SINAR MAS TBK BSIM 13 Dec 2010 1.71 1.02 0.95
25 BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) TBK BBTN 17 Dec 2009 1.79 1.14 1.61
26 BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL TBK BTPN 12 Maret 2008 4.5 3.6 3.1
27 BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK BVIC 30 Juni 1999 1.97 0.8 0.65
28 BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL TBK MCOR 03 Juli 2007 1.74 0.79 1.03
29 INA PERDANA TBK BINA 31 Dec 2013 0.80 1.29 1.05
30 BANK JTRUST INDONESIA TBK BCIC 25 Juni 1997 -7.58 -4.97 -5.37
31 BANK MASPION INDONESIA TBK BMAS 11 Juli 2013 1.12 0.82 1.1
32 BANK MESTIKA DHARMA TBK BBMD 08 Juli 2013 5.42 3.86 3.53
33 BANK MITRANIAGA TBK NAGA 09 Juli 2013 0.39 0.59 0.71
34 BANK NATIONALNOBU TBK NOBU 20 May 2013 0.78 0.43 0.38
35 BANK PANIN SYARIAH TBK PNBS 30 Dec 2013 1.03 1.99 1.14
36 BANK QNB INDONESIA TBK BKSW 21 Nov 2002 0.09 1.05 0.87
37 BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 TBK SDRA 15 Dec 2006 5.14 2.81 1.94
Lampiran V

NIM EARNINGS Presentase (%)

NO. NAMA KODE TANGGAL IPO 2013 2014 2015


1 BANK ARTA GRAHA INTERNATIONAL TBK INPC 20 Aug1990 5.31 4.75 4.56
2 BANK BUKOPIN TBK BBKP 10 Juli 2016 3.82 3.70 3.58
3 BANK BUMI ARTA TBK BNBA 31 Dec 1999 6.61 5.81 5.49
4 BANK CAPITAL INDONESIA TBK BACA 8 Oct 2007 4.67 3.96 4.73
5 BANK CENTRAL ASIA TBK BBCA 31 May 2000 6.20 6.50 6.70
6 BANK CIMB NIAGA TBK BNGA 29 Nov 1989 5.34 5.36 5.21
7 BANK DANAMON INDONESIA TBK BDMN 6 Dec 1989 9.60 8.40 8.20
8 BANK INTERNASIONAL INDONESIA TBK BNII 21 Nov 1989 4.94 4.76 4.84
9 BANK MANDIRI (Persero) TBK BMRI 14 Juli 2003 5.68 5.94 5.90
10 BANK MAYAPADA INTERNATIONAL TBK MAYA 29 Aug 1997 5.75 4.52 4.78
11 BANK MEGA TBK MEGA 17 April 2000 5.38 5.27 6.04
12 BANK MNC INTERNATIONAL TBK BABP 15 Juli 2002 4.84 3.43 3.32
13 BANK NEGARA INDONESIA (Persero) TBK BBNI 25 Nov 1996 6.11 6.20 6.40
14 BANK NUSANTARA INDONESIA PARAHYANGAN TBK BBNP 10 Januari 2001 5.16 4.69 5.18
15 BANK NISP OCBC TBK NISP 20 Oct 1994 4.11 4.15 4.07
16 BANK OF INDIA INDONESIA TBK BSWD 01 May 2002 5.92 4.97 3.70
17 BANK PAN INDONESIA TBK PNBN 29 Dec 1982 4.09 3.06 4.61
18 BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN TBK BJBR 02 Juli 2010 7.96 6.79 6.32
19 BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR TBK BJTM 12 Juli 2012 7.14 6.90 6.41
20 BANK PERMATA TBK BNLI 15 Januari 1990 4.20 3.60 4.00
21 BANK PUNDI INDONESIA TBK BEKS 13 Juli 2001 13.04 9.65 6.11
22 BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) TBK BBRI 10 Nov 2003 8.55 8.61 8.13
23 BANK RAKYAT INDONESIA AGRO NIAGA TBK AGRO 8 Aug 2003 5.31 4.62 4.77
24 BANK SINAR MAS TBK BSIM 13 Dec 2010 5.23 5.87 5.77
25 BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) TBK BBTN 17 Dec 2009 5.44 4.47 4.87
26 BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL TBK BTPN 12 Maret 2008 12.7 11.4 11.3
27 BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK BVIC 30 Juni 1999 2.33 1.88 2.08
28 BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL TBK MCOR 03 Juli 2007 4.87 3.76 4.44
29 INA PERDANA TBK BINA 31 Dec 2013 4.55 4.71 4.26
30 BANK JTRUST INDONESIA TBK BCIC 25 Juni 1997 1.67 0.24 0.93
31 BANK MASPION INDONESIA TBK BMAS 11 Juli 2013 5.07 4.93 4.42
32 BANK MESTIKA DHARMA TBK BBMD 08 Juli 2013 8.36 8.24 8.13
33 BANK MITRANIAGA TBK NAGA 09 Juli 2013 2.59 2.16 2.53
34 BANK NATIONALNOBU TBK NOBU 20 May 2013 3.22 3.74 3.89
35 BANK PANIN SYARIAH TBK PNBS 30 Dec 2013 5.07 4.93 5.24
36 BANK QNB INDONESIA TBK BKSW 21 Nov 2002 2.82 2.8 3.08
37 BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 TBK SDRA 15 Dec 2006 3.83 1.89 4.74
Lampiran VI

CAR CAPITAL Presentase (%)


NO. NAMA KODE TANGGAL IPO 2013 2014 2015
1 BANK ARTA GRAHA INTERNATIONAL TBK INPC 20 Aug1990 17.31 15.95 15.20
2 BANK BUKOPIN TBK BBKP 10 Juli 2016 15.12 14.20 13.56
3 BANK BUMI ARTA TBK BNBA 31 Dec 1999 16.99 15.07 25.57
4 BANK CAPITAL INDONESIA TBK BACA 8 Oct 2007 20.13 16.43 17.70
5 BANK CENTRAL ASIA TBK BBCA 31 May 2000 15.70 16.90 18.70
6 BANK CIMB NIAGA TBK BNGA 29 Nov 1989 15.36 15.58 16.28
7 BANK DANAMON INDONESIA TBK BDMN 6 Dec 1989 17.90 17.80 19.70
8 BANK INTERNASIONAL INDONESIA TBK BNII 21 Nov 1989 12.74 15.76 15.17
9 BANK MANDIRI (Persero) TBK BMRI 14 Juli 2003 14.93 16.60 12.85
10 BANK MAYAPADA INTERNATIONAL TBK MAYA 29 Aug 1997 14.07 10.25 12.97
11 BANK MEGA TBK MEGA 17 April 2000 15.74 15.23 22.85
12 BANK MNC INTERNATIONAL TBK BABP 15 Juli 2002 13.09 17.79 17.83
13 BANK NEGARA INDONESIA (Persero) TBK BBNI 25 Nov 1996 15.09 16.22 19.50
14 BANK NUSANTARA INDONESIA PARAHYANGAN TBK BBNP 10 Januari 2001 15.75 16.55 18.07
15 BANK NISP OCBC TBK NISP 20 Oct 1994 19.28 18.74 17.32
16 BANK OF INDIA INDONESIA TBK BSWD 01 May 2002 15.26 15.39 23.85
17 BANK PAN INDONESIA TBK PNBN 29 Dec 1982 15.32 17.30 20.13
18 BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN TBK BJBR 02 Juli 2010 16.51 16.08 15.85
19 BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR TBK BJTM 12 Juli 2012 23.72 22.17 21.22
20 BANK PERMATA TBK BNLI 15 Januari 1990 14.30 13.60 15.00
21 BANK PUNDI INDONESIA TBK BEKS 13 Juli 2001 11.56 10.05 8.02
22 BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) TBK BBRI 10 Nov 2003 16.99 18.31 20.59
23 BANK RAKYAT INDONESIA AGRO NIAGA TBK AGRO 8 Aug 2003 21.60 19.06 22.12
24 BANK SINAR MAS TBK BSIM 13 Dec 2010 21.82 18.38 14.37
25 BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) TBK BBTN 17 Dec 2009 15.62 14.64 16.97
26 BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL TBK BTPN 12 Maret 2008 23.10 23.20 23.80
27 BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK BVIC 30 Juni 1999 18.00 18.35 20.38
28 BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL TBK MCOR 03 Juli 2007 14.68 14.15 16.39
29 INA PERDANA TBK BINA 31 Dec 2013 17.10 25.36 19.93
30 BANK JTRUST INDONESIA TBK BCIC 25 Juni 1997 14.03 13.48 15.49
31 BANK MASPION INDONESIA TBK BMAS 11 Juli 2013 21.01 19.45 19.33
32 BANK MESTIKA DHARMA TBK BBMD 08 Juli 2013 26.99 26.66 28.26
33 BANK MITRANIAGA TBK NAGA 09 Juli 2013 24.48 18.53 15.49
34 BANK NATIONALNOBU TBK NOBU 20 May 2013 87.49 48.38 27.48
35 BANK PANIN SYARIAH TBK PNBS 30 Dec 2013 20.83 25.69 20.30
36 BANK QNB INDONESIA TBK BKSW 21 Nov 2002 18.74 15.10 16.18
37 BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 TBK SDRA 15 Dec 2006 27.91 21.71 18.82
Lampiran SPSS

Analisis Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SL 111 1.00 4.00 1.9189 .57422


KI 111 .26 1.00 .7552 .17760
PDKI 111 .33 1.00 .5930 .10886
NPL 111 .10 8.90 1.7717 1.36120
LDR 111 45.72 140.72 85.4443 13.52996
ROA 111 -7.58 5.42 1.5289 1.94823
NIM 111 .24 55.70 6.4565 8.13308
CAR 111 8.02 87.49 18.7711 8.20145
ZSCORE 111 -9.72 8.69 3.5192 2.90378
Valid N (listwise) 111

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 10.139 8 .255

a,b,c
Iteration History

Iteration Coefficients

-2 Log likelihood Constant

Step 0 1 153.148 -.162


2 153.148 -.163

a. Constant is included in the model.


b. Initial -2 Log Likelihood: 153.148
c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less
than .001.
a,b,c,d
Iteration History

Iteration Coefficients

-2 Log Const ZSCO


likelihood ant SL KI PDKI NPL LDR ROA NIM CAR RE

Step 1 92.243 8.026 -.554 -1.544 .560 -.369 -.046 -.393 -.035 -.020 -.151
1 2 76.371 15.480 -1.260 -2.140 -.003 -.582 -.085 -.637 -.061 -.043 -.347

3 70.305 23.548 -1.856 -2.458 -1.180 -.805 -.132 -.837 -.102 -.070 -.534

4 68.476 28.899 -2.247 -2.439 -1.651 -.925 -.164 -.943 -.203 -.092 -.633

5 67.991 30.392 -2.379 -2.152 -1.130 -.908 -.174 -.933 -.343 -.102 -.646

6 67.978 30.843 -2.413 -2.126 -1.103 -.909 -.177 -.946 -.368 -.105 -.645
7 67.978 30.859 -2.414 -2.126 -1.103 -.909 -.177 -.946 -.369 -.105 -.645

8 67.978 30.859 -2.414 -2.126 -1.103 -.909 -.177 -.946 -.369 -.105 -.645

a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 153.148
d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.

a
Classification Table

Observed Predicted

FIND

Non FInancial Financial Percentage


Distress Distress Correct

Step 1 FIND Non FInancial Distress 55 5 91.7


Financial Distress 4 47 92.2

Overall Percentage 91.9

a. The cut value is .500


Model Summary

Step Cox & Snell R Nagelkerke R


-2 Log likelihood Square Square
a
1 59.913 .568 .759

a. Estimation terminated at iteration number 8 because


parameter estimates changed by less than .001.

Tabel 4.8 Analisis Regresi Berganda

a
Coefficients

Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.278 .300 7.584 .000

SL -.073 .075 -.087 -.963 .338

KI .098 .085 .098 1.144 .255

PDKI .029 .083 .029 .354 .724

NPL -.114 .030 -.317 -3.754 .000

LDR -.011 .003 -.307 -3.898 .000

ROA -.084 .027 -.338 -3.157 .002

NIM -.009 .005 -.152 -1.977 .051

CAR -.002 .005 -.041 -.513 .609

ZSCORE -.258 .073 -.338 -3.540 .001


a. Dependent Variable: FIND
Tabel 4.9 Hasil Uji T (Parsial)

a
Coefficients

Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.278 .300 7.584 .000

SL -.073 .075 -.087 -.963 .338

KI .098 .085 .098 1.144 .255

PDKI .029 .083 .029 .354 .724

NPL -.114 .030 -.317 -3.754 .000


LDR -.011 .003 -.307 -3.898 .000

ROA -.084 .027 -.338 -3.157 .002

NIM -.009 .005 -.152 -1.977 .051

CAR -.002 .005 -.041 -.513 .609

ZSCORE -.258 .073 -.338 -3.540 .001

a. Dependent Variable: FIND

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 13.622 9 1.514 11.948 .000

Residual 11.907 94 .127

Total 25.529 103

a. Predictors: (Constant), ZSCORE, PDKI, NIM, LDR, SL, CAR, KI, NPL, ROA
b. Dependent Variable: FIND
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 SL .141 .339 .172 1 .678 1.151

KI .109 1.115 .010 1 .922 1.115

PDKI 3.897 1.917 4.131 1 .042 49.244

Constant -2.831 1.658 2.916 1 .088 .059

a. Variable(s) entered on step 1: SL, KI, PDKI.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 NPL -.929 .328 8.008 1 .005 .395

LDR -.133 .037 12.844 1 .000 .876

ROA -1.153 .335 11.829 1 .001 .316

NIM -.398 .233 2.932 1 .087 .672

CAR -.110 .039 7.712 1 .005 .896

Constant 18.618 4.529 16.898 1 .000 1.218E8

a. Variable(s) entered on step 1: NPL, LDR, ROA, NIM, CAR.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 ZSCORE -2.026 .415 23.836 1 .000 .132

Constant 2.915 .687 18.013 1 .000 18.440

a. Variable(s) entered on step 1: ZSCORE.


Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)


a
Step 1 SL -2.414 .972 6.171 1 .013 .089

KI -2.126 2.478 .736 1 .391 .119

PDKI -1.103 4.733 .054 1 .816 .332

NPL -.909 .442 4.218 1 .040 .403

LDR -.177 .053 11.054 1 .001 .837

ROA -.946 .416 5.170 1 .023 .388

NIM -.369 .260 2.018 1 .155 .692

CAR -.105 .052 4.117 1 .042 .900

ZSCORE -.645 .305 4.460 1 .035 .525

Constant 30.859 8.760 12.411 1 .000 2.523E13


a. Variable(s) entered on step 1: SL, KI, PDKI, NPL, LDR, ROA, NIM, CAR, ZSCORE.

Prediksi Kebangkrutan Tahun Frequency Presentase


Bangkrut 2013-2015 9 8
Grey Area 2013-2015 38 44
Sehat 2013-2015 64 58
HASIL UJI SPSS REGRESI BERGANDA

b
Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method


a
dimension0
1 ZSCORE, LDR, NIM, NPL, PDKI, CAR, KI, SL, ROA . Enter

a. All requested variables entered.


b. Dependent Variable: FIND

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


a
dimension0
1 .730 .534 .489 .35591

a. Predictors: (Constant), ZSCORE, PDKI, NIM, LDR, SL, CAR, KI, NPL, ROA

UJI F (SECARA SIMULTAN)


b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 13.622 9 1.514 11.948 .000

Residual 11.907 94 .127

Total 25.529 103


a. Predictors: (Constant), ZSCORE, PDKI, NIM, LDR, SL, CAR, KI, NPL, ROA
b. Dependent Variable: FIND
UJI T (SECARA PARSIAL)

a
Coefficients

Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.278 .300 7.584 .000

SL -.073 .075 -.087 -.963 .338

KI .098 .085 .098 1.144 .255

PDKI .029 .083 .029 .354 .724

NPL -.114 .030 -.317 -3.754 .000


LDR -.011 .003 -.307 -3.898 .000

ROA -.084 .027 -.338 -3.157 .002

NIM -.009 .005 -.152 -1.977 .051

CAR -.002 .005 -.041 -.513 .609

ZSCORE -.258 .073 -.338 -3.540 .001

a. Dependent Variable: FIND

FIND = 2.278 – 0, 073 SL + 0, 098 KI + 0, 029 PDKI – 0,114 NPL – 0,011 LDR – 0, 084 ROA -
0,009 NIM – 0,002 CAR – 0,258 ZSCORE
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Laela Sari Putri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Sukabumi, 03 Desember 1992

Agama : Islam

Alamat : Papan Mas Blok G 43 No. 27, Jl. Mas Indah 17

Kel. Setia Mekar Kec. Tambun Selatan Kab. Bekasi

No. Telp/Hp : 0812 890 17543

Email : laelasariputri36@yahoo.co.id

You might also like