You are on page 1of 18

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA
ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN BENCANA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Bencana yang di Ampu Oleh :
Ns. Surandi Ketaren, S.Kep

Disusun Oleh Kelompok 4:

Aisyah Agustina
Bagus Chandra Harun
Daisky Rafif Maulana
Fahar Halimi Syahiruddin
Tubagus Ahmad Ramdhan Hermawan

STIKES HORIZON KARAWANG


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
JL. PANGKAL PERJUANGAN KM 1 BYPASS KARAWANG 41316
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai syarat pemenuhan tugas mata kuliah
Kegawatan Bencana.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Tidak
luput pula kami mengucapkan terimakasih kepada Ns. Surandi Ketaren, S.Kep.
Sebagai dosen pembimbing mata kuliah Kegawatan Bencana atas bimbingannya
dalam penyusunan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah makalah Keperawatan Bencana dengan diabetes melitus pada lansia ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Karawang, 8 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................5
D. Manfaat.................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................6
A. Pengertian Bencana..............................................................................................6
B. Pengertian Aspek Legal.......................................................................................6
C. Peran Perawat Bencana.......................................................................................8
1. Pra Bencana....................................................................................................8
2. Saat Bencana...................................................................................................9
3. Pasca Bencana................................................................................................9
D. Peraturan Perundang Undangan Tentang Kebencanaan.................................9
BAB III PENUTUP .......................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang sensitif akan hal bencana karena letaknya
yang berada di antara tiga lempeng tektonik aktif - lempeng Eurasia, lempeng
Indo-Australia, dan lempeng dasar samudera - perairan Indonesia di sepanjang
pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, dan perairan Nusa Tenggara,
Papua, dan Sulawesi khususnya merupakan wilayah yang paling rentan
terhadap serangan. rentan terhadap bencana. Pasifik. Rangkaian gunung berapi
aktif, patahan geologi, serta zona rawan gempa dan tanah longsor semuanya
tercipta akibat pergerakan lempeng tektonik (Regita Graice, 2019).
Pada saat terjadi bencana, Semua arus arus, terutama yang berkaitan
dengan kesehatan, akan sepenuhnya berubah ketika krisis melanda. Seorang
perawat akan mengutamakan pasien yang berada dalam situasi darurat pada
awalnya jika musibah tidak terjadi. Berbeda jika terjadi musibah karena korban
luka ringan diprioritaskan, sedangkan korban luka berat seringkali dilupakan.
Kesehatan dan kesejahteraan masyarakat adalah tanggung jawab perawat,
namun selama krisis, ketika faktor-faktor ini paling rentan, tanggung jawab ini
menjadi berkurang. Meskipun profesi keperawatan akan sulit mencapai
profesionalisme dalam manajemen krisis berdasarkan prinsip dan moral,
namun perawat tetap diperlukan (Regita Graice, 2019).
Dalam mengambilan keputusan, nilai merupakan aspek penting yang
harus diperhatikan karena akan mempengaruhi persepsi dan motivasi
seseorang. Perawat harus menciptakan suasana saling menghormati akan nilai
dan kebiasaan yang dijunjung oleh masyarakat. Suasana dalam menciptakan
penghargaan akan nilai dan moral dari individu pasien tersebut meliputi
penghargaan akan hidup, penghargaan akan martabat, dan penghargaan akan
hak klien (Regita Graice, 2019).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Bencana ?
2. Apa Pengertian Aspek Legal ?

Lanjutin jan lupa isi ini sesuai bab 2 nya

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Bencana
2. Mengetahui Pengertian Aspek Legal

Lanjutin jan lupa isi ini sesuai bab 2 nya

D. Manfaat
Untuk menambah pemahaaman dan pengetahuan tentang (Aspek Legal Dalam
Keperawatan sebagai mana mestinya kita sebagai mahawiswa dan untuk
masyarakat sekitar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan
bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh
karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga
mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial
(BNPB 2007).
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor
alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana
nonalam, dan bencana social :
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
2. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

B. Pengertian Aspek Legal


Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Studocu, 2019).
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak
saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-
masalah Kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan. Untuk mewujudkan
keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi. Setiap perawat harus mempunyai ”body of knowledge” yang
spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik
keprofesian yang didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi
dan kode etik profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus
pada jenjang Pendidikan tinggi.
Profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang
diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang
bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang
penting kepada masyarakat. Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah
profesional yang bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang
akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat
luas. Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri,
seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan
waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya
dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela
berkorban). Kemampuan atau kompetensi, diperoleh seorang profesional dari
pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa
atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin.
Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh
sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered
nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal Keperawatan pada
kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada
penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja
(SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat
(SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki
kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang,
kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan
berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki
tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya
kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan
sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran.
Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan
kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing.
Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan
tentang praktek Keperawatan (Studocu, 2022).

C. Peran Perawat Bencana


1. Pra Bencana
Siklus penanganan bencana pada masa pra bencana yaitu kesiapan dan
pencegahan dengan perawat pada fase pra bencana

a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan


dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang
meliputi hal-hal berikut:
1. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
2. Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain
3. Pembakaran informasi tentang bagaimana penyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman
4. Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor
telepon darurat seperti dinas kebakaran rumah sakit, dan
ambulans
5. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan
dan posko-posko bencana
6. memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa
seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta batu
baterainya, dan lainnya

2. Saat Bencana
Siklus penanganan bencana pada fase intra/saat bencana yaitu tanggap
darurat dengan peran perawat pada fase intra/saat bencana

1. Bertindak cepat
2. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun
dengan pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar pada
para korban selamat
3. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
4. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan
5. Untuk jangka panjang bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya
untuk jangka waktu 30 bulan pertama

3. Pasca Bencana
Siklus penanganan bencana pada fase post/pasca bencana yaitu
rekonstruksi dan rehabilitasi dengan peran perawat pada fase post/pasca
bencana

a. Bencana tentu memberikan bekas khusus dari keadaan fisik, sosial,


dan psikologis korban
b. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi
post traumatic stres disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan
tiga kriteria utama pertama gejala trauma pasti dapat dikenali. kedua,
individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui
flashback mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya.
Ketiga individu akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu,
individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi,
bersalah, dan gangguan memori
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan
menuju keadaan sehat dan aman

Peran Perawat Bencana


1. Pra Bencana
Siklus penanganan bencana pada pase pra bencana yaitu Kesiapan Dan
Pencegahan
dengan peran perawat pada pase pra bencana :
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan,
paling merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman
bencana
kepada masyarakat
Peran Perawat Bencana
1. Pra Bencana
Siklus penanganan bencana pada pase pra bencana yaitu Kesiapan Dan
Pencegahan
dengan peran perawat pada pase pra bencana :
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan,
paling merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman
bencana
kepada masyarakat

D. Peraturan Perundang Undangan Tentang Kebencanaan


1. UU no 36 Thaun 2009
a. Pasal 63
Ayat 3
Pengendalian, pengobatan dan/atau perawatan dapat dilakukan
bedasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara yang
dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya.
Ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu.
b. Pasal 32
Ayat 1
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelyanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan
kecacatan terlebih dahulu
Ayat 2
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau
meminta uang muka
c. Pasal 53 ayat 3
Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien
dibanding kepentingan lainnya.
d. Pasal 58 ayat 2
Tuntunan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan Tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.
e. Pasal 82
Ayat 2
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan kesehatan pada tanggap darurat dan pasca bencana
Ayat 3
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mencakup pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
f. Pasal 83 ayat 1
Setiap orang yan memberikan pelayanan kesehatan pada bencana
harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan
lebih lanjut dan kepentingan terbaik bagi pasien.
2. UU Rumah Sakit No 44 Tahun 2009
a. Pasal 1
Ayat 1
Rumah sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan yang
menylengarakan pelayanan kesehatan perseorangan secra paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat
Ayat 2
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
Tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kececetan lebih lanjut
b. Pasal 13
Ayat 3
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, etika profesi, menghormati hak
pasien dan mengutamakan keselamatan pasien
Ayat 4
Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehtab sebagimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
3. UU No 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
a. Pasal 1
Ayat 1
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada indivisu,
keluarga, kelompok atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat
Ayat 3
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional
yang merupakan bagian internal dari pelayanan kesehatan yang
didasari pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu
keluarga, kelompok atau masyarakat baik sehat maupun sakit.
4. Undang-undang Pra Bencana
Pada UU No 38 Tahun 2014 pasal 31 ayat 1, dalam menjalankan tugas
sebagi penyuluh dan konselor bagi klien, perawat berwenang
a. Melakukan pengkajian keperawatan secara holistic di tingkat
individu dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat
b. Melakukan pemberdayaan masyarakat
c. Melaksanakan advokasi dałam perawatan kesehatan
d. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat
e. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.

5. Undang-undang Saat Bencana


a. UU No 38 Tahun 2014
Pasał 33 ayat 4
dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu
sebagałmana dimaksud pada ayat (1) Perawat berwenang
1) Melakukan pengobatan dalam hal tidak terdapat
2) Merujuk pasien sesual sistem rujukan. dan untuk penyakit
umum tenaga medis; dengan ketentuan pada
3) Melakukan pelayanan kefarmastan secara terbatas dalam hal
tidak terdapat tenaga kefarmasian,
Pasal 35

1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan penolongan


pertama, Perawat clapat melakukan tindakan medis dan
pembenan obat sesuai dengan kompetensinya
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
Bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan
Klien,
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi
berdasarkan keilmuannya
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
b. UU No 36 Tahun 2009
Pasal 59
1) Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan
tradisional terbagi menjadi:
a) pelayanan kesehatan tradislonal yang menggunakan
keterampilan; dan
b) pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan
ramuan.
2) Pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat
manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan
norma agama.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan jenis pelayanan
kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 63
1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan,
mengembahkan fungsi tubuh akibat penyaklt dan/atau alabat
cacat, atau menghilangkan cacat.
2) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
dengan pengendahan, pengobatan, dan/atau perawatan.
3) Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara
Iam yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan
keamanannya_
4) Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan Ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu
5) Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan pengobatan dan/atau
perawatan atau berdasarkan cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan_
6. Perundang-undangan Pasca Bencana
a. PP No 21 Tahun 2008 Pasal 56
1) Rehabilitasi pada wilayah pascabencana dilakukan melalui
kegiatan:
a) Perbaikan lingkungan daerah bencana
b) Perbaikan prasarana dan sarana umum
c) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
d) Pemulihan sosial psikologis
e) Pelayanan Kesehatan
f) Rekonsiliasi dan resolusi konflik
g) Pemulihan sosial. ekonomi, dan budaya
h) Pemulihan keamanan dan ketertiban
i) Pemillhan fungsi pemerintahan; dan
j) Pemulihan fungsi pelayanan public
2) Untuk mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana. pemerintah daerah menetapkan
prioritas dan kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
3) Penetapan prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
didasarkan pada analisis kerusakan dan kerugian akibat
bencana.
b. UU No 36 Tahun 2009
1) Pasal 64 Ayat I
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat
dilakukan melalui transplantasi organ dan/atau Jaringan
tubuh. implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan
rekonstruksi. serta penggunaan sel punca.
2) Pasal 65 ayat 1
Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan Yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di fasilltas
pelayanan kesehatan tertentu.
3) Pasal 67 ayat I
Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ
tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga Kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di
fasilitas pelayanan Kesehatan tertentu
4) Pasal 68 ayat I
Pemasangan Implan obat dan/atau alat kesehatan ke dalam
tubuh manusia hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
Yang mempunyał keahlian dan kewenangan serta dilakukan
di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
5) Pasal 69
Ayat I : Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan Yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk iłu.
Ayat 2 : Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh
bertentangan dengan norma Yang berlaku dałam masyarakat
dan tidak ditujukan untuk mengubah identitas.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Studocu, 2019).
Perawat sebagai bagian dari petugas kesehatan yang ikut dalam
penanggulangan bencana dapat berada di berbagai tempat seperti di rumah
sakit, di pusat evakuasi, di klinik berjalan/ di puskesmas. Di rumah sakit,
perawat dapat berperan sebagai menager. Leadershift dan Care Giver. Di
pusat evakuasi peran perawat sebagai kordinator dan pelaksana evakuasi.
Peran dan tugas perawat selama bencana mengikuti siklus bencana, yaitu
sebelum bencana, saat bencana dan setelah bencana

B. Saran
Masalah penanggulangan bencana tldak hanya menjadi beban pemerintah
atau lembaga-lembaga yang terkait Tetapi Juga diperlukan dukungan dari
masyarakat umum. Diharapkan masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut
berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana dan semoga makalah ini
dapat menambah wawasan bagi masayarakat pada umumnya terkaitaspek legal
dalam keperawatan bencana, serta mampu diaplikasikan oleh perawat terkait
perannya dalam keperawatan bencana
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2007). Definisi Bencana.


https://www.bnpb.go.id/definisi-bencana

Regita Graice. (2019). Aspek Etik dan Legal Kepearawatan Bencana.


https://id.scribd.com/document/431423409/Aspek-Etik-Dan-Legal-
Kep-Bencana-docx

Studocu. (2022). Bab II Etik Bencana.


https://www.studocu.com/id/document/universitas-andalas/fakultas-
ilmu-keperawatan/bab-ii-etik-bencana/29342614

You might also like