You are on page 1of 307

BUKU AJAR

AMRI

PENDIDIKAN BIOLOGI
UM PAREPARE
BUKU AJAR
BUKU AJAR

EVOLUSI

AMRI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PAREPARE
UMPAR PRESS
BUKU AJAR
EVOLUSI
Penulis :
Amri

ISBN : 978-602-60673-6-4

Desain coper dan layout :


Amri

Penerbit : UMPAR Press

viii + 270 hlm + 14,8 x 21 cm

Cetakan pertama, Januari 2020

Redaksi :
Kampus II UM Parepare
Jl. Jend. Ahmad Yani Km. 6 Parepare
Telp. (0421) 22757 Parepare
Email: umparpress@gmail.com

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan


dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PAREPARE
UMPAR PRESS
PRAKATA

Bismilahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puja dan puji
Syukur senantiasa kami kembalikan kepada Allah SWT,
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga
penulisan buku ajar ini dapat dirampungkan sebagaimana
mestinya. Buku ajar ini disusun atas dasar studi literasi dan
beberapa pengembangan dari catatan kuliah mahasiswa
Strata-1 program studi pendidikan biologi.
Pengetahuan dasar evolusi sangat membantu
memahami semua bentuk kehidupan yang beragam dan ada
saat ini merupakan hasil dari proses modifikasi bentuk-
bentuk nenek moyang secara bertahap dan terus-menerus.
Evolusi memodifikasi semua makhluk hidup dan akan terus
menghasilkan perubahan di masa depan, seperti yang telah
dilakukan di masa kini dan masa lalu. Lebih lanjut, semua
bentuk kehidupan sama-sama memiliki sejarah evolusi,
sehingga protista sama maju evolusinya dengan manusia,
tetapi jenis-jenis modifikasi spesifik yang terjadi cukup
berbeda pada masing-masing garis keturunan.
Sebagai dosen pengajar mata kuliah Evolusi, kami
menyadari, bahwa buku ajar yang telah kami susun ini
belum sempurna, sehinggga sangat berharap kritik dan

EVOLUSI Page iv
saran yang membangun dari berbagai pihak demi
penyempurnaan pada terbitan berikutnya. Semoga dengan
tersusunnya buku ajar ini, dapat membantu mahasiswa
biologi dan para peminat evolusi lainnya untuk lebih
memahami mekanisme modifikasi semua makhluk hidup
dan akan terus menghasilkan perubahan di masa depan.
Penulis menghaturkan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu
terbitnya buku ini. Untuk itu, tak lupa kami ucapkan banyak
terima kasih. Akhirnya kepada Allah jualah penulis
mengembalikan segalanya dan semoga buku ini dapat
bernilai ibadah di sisi-Nya.

Penulis

EVOLUSI Page v
DAFTAR ISI

PRAKATA iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
BAB I. Pengertian Evolusi 1
BAB II. Perkembangan Teori Evolusi 8
II.1. Masa Pra Darwin 11
II.2. Masa Darwin 18
II.3. Pasca Darwin 27
II.4. Bentuk-bentuk Adaptasi Suatu
Kehidupan 29
II.5. Latihan dan Diskusi 2 33
BAB III. Bukti dan Petunjuk Evolusi 34
III.1. Bukti Biogeografi 35
III.2. Bukti Paleontologi 39
III.3. Bukti Anatomi Perbandingan 49
III.4. Bukti Embriologi Perbandingan 52
III.5. Bukti Evolusi Molekuler 54
III.6. Bukti yang Hidup dan tak Hidup
yang sedang berlangsung 55
III.7. Bukti-bukti berdasarkan Fosil
Hewan yang Sudah Mati 68
III.8. Latihan dan Diskusi 3 75
BAB IV. Mekanisme Evolusi 76
IV.1. Variasi yang Diwariskan
(Bahan Baku Evolusi) 76
IV.2. Seleksi Alamiah 80
IV.3. Mutasi 85
IV.4. Pembentukan Variasi 87
IV.5. Pembentukan Spesies-Spesies Baru 89
EVOLUSI Page vi
IV.6. Latihan dan Diskusi 4 90
BAB V. Spesies dan Spesiasi 91
V.1. Konsep Spesies 92
V.2. Mekanisme Spesiasi 95
V.3. Spesiasi 105
V.4. Latihan dan Diskusi 5 117
BAB VI. Hukum-Hukum terkait Perkembangan
Evolutif Makhluk Hidup 118
VI.1. Hukum terkait latar belakang
Spesiasi 119
VI.2. Hukum terkait Latar Belakang
Seleksi Alam (Natural Selection) 138
VI.3. Hukum terkait Latar Belakang
Terjadinya Favoured Races 141
VI.4. Latihan dan Diskusi 6 144
BAB VII. Pemahaman Evolusi dari Aspek Interaksi
antara Makhluk Hidup dengan
Lingkungannya 145
VII.1. Domestikasi, Modifikasi dan
Variasi 146
VII.2. Ketergantungan Makhluk Hidup
Pada Lingkungannya 150
VII.3. Latihan dan Diskusi 7 158
BAB VIII. Evolusi Prokariot, Protista dan
Tumbuhan 159
VIII.1. Dunia Bakteria, Arkhaea, dan
Protista 161
VIII.2. Evolusi Tumbuhan 168
VIII.3. Latihan dan Diskusi 8 185

EVOLUSI Page vii


BAB IX. Evolusi Primata 186
IX.1. Perkembangan Primata Primitif
ke Primata Maju 190
IX.2. Data Fosil Evolusi Primata 193
IX.3. Data Genetika Molekuler Fosil
Primata 195
IX.4. Radiasi Primata 197
IX.5. Makhluk–Makhluk pra–
Homo sapiens 208
IX.6. Hasil Akhir Evolusi Primata
(Sejarah Manusia) 214
IX.7. Ciri-ciri Struktur Manusia 217
IX.8. Latihan dan Diskusi 9 220
BAB X. Perkembangan menuju Manusia Modern 221
X.1. Informasi Non-Genetik 221
X.2. Kaitan “Evolusi Kultural” dan
“Evolusi Biologik” 233
X.3. Potensi Manusia dalam Evolusi 245
X.4. Latihan dan Diskusi 10 254
BAB XI. Tantangan dan pencerahan Evolusi 255
XI.1. Kritik Harun Yahya tentang
Teori Evolusi 258
XI.2. Kontroversi Kreasionisme Perseptif
Harun Yahya dan Teori Evolusi
dalam berbagai Pendekatan Ilmu 268
XI.3. Latihan dan Diskusi 11 275

DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM

EVOLUSI Page viii


DAFTAR GAMBAR

II.1 Burung-burung finch di kepulauan Galapagos 31


III.1. Daerah-daerah biogeografi besar (mayor)
di dunia 37
III.2. Evolusi Konvergen (a) famili Euphorbiaceae
dan (b) famili Cactaceae 41
III.3. Fosil Trilobite dari Utah tengah 42
III.4. (a) Bentuk gigi dan kaki serta jari kaki
yang mengalami evolusi. (b) Percabangan
proses evolusi kuda 44
III.5. Ilustrasi perbedaan struktur antara homologi
dan analogi 50
III.6. Struktur Analog 52
III.7. Embriologi perbandingan dari ikan,
salamander, kura-kura, ayam, babi, sapi,
kelinci dan manusia 53
III.8. Perbandingan embrio pada manusia,
katak dan cumi-cumi 56
III.9. Penyebaran hewan di dunia menjadi enam
wilayah menurut Alfred Wallece 58
III.10. Beberapa contoh jenis burung finch yang
unik dan tidak dijumpai dibelahan bumi
manapun selain kepulauan Galapagos 60
III.11. Beberapa varietas anjing yang telah
berkembang akibat domestikasi yang
dilakukan manusia 66
III.12. Bekas jejak kaki dinosaurus yang 120 juta
tahun yang lalu 69
III.13. Fosil anak dinosaurus yag terawetkan
secara utuh 70
EVOLUSI Page ix
III.14. Fosil Mammoth 70
III.15. Jejak kaki dinasaurus yang memfosil
akibat dikelilingi sedimen tanah liat atau pasir 71
III.16. Grand Canyon di Amerika Serikat 73
III.17. Fosil Archeopteryx 74
III.18. Fosil kuda 75
IV.1. Galur padi dengan kualitas tinggi
dikembangkan 77
V.1. Model isolasi geografik/spesiasi geografik 96
V.2. Aktifitas Kawin Berbagai Jenis Katak 99
V.3. Mallard jantan menunjukkan perilaku kawin 100
V.4. Kepiting Uca 101
V.5. “alat kelamin” jantan pada enam spesies
yang berbeda yang termasuk Genus Brachiora 102
V.6. Radiasi Adaptif Burung Emprit Branjangan
(Finch) 110
V.7. Ilustrasi mengenai Divergensi dan Konvergensi 112
V.8. Konvergensi tanpa pergeseran dan konvergensi
ada pergeseran 113
V.9. Kepunahan tanpa pergantian dan kepunahan
dengan pergantian 114
V.10. Homologi dan Analogi 116
VI.1. Persilangan menurut Mendel 119
VI.2. Diagram skematik hirarkhi pengaruh-pengaruh
gen terhadap fenotip dari organisme-organisme
pada eseluruhan biosfer 120
VI.3. Jenis- jenis Mutasi Titik 124
VI.4. Jenis- jenis Mutasi Kromosom 124
VI.5. Perbedaan antara gene flow dan genetic drift 127
VI.6. Efek leher botol 128

EVOLUSI Page x
VI.7. Bagan frekuensi alel menurut hukum
Hardy-Weinberg 133
VI.8. Tiga jenis seleksi alam 141
VII.1. Rentangan Toleransi sejumlah besar makhluk
hidup satu jenis terhadap faktor lingkungan 154
VII.2. Batas toleransi terhadap temperatur berbagai
jenis makhluk hidup 155
VIII.1. Filogeni prokaryot 166
VIII.2. Sel prokaryot 167
VIII.3. Bagan hubungan filogeni prokaryot
dengan eukaryot 168
VIII.4. Sistematika dan filogeni eukariot berdasarkan
sistem tiga domain 170
VIII.5. Evolusi tumbuhan 175
VIII.6. Tumbuhan vaskuler tak berbiji 178
VIII.7. Perbandingan pergiliran keturunan pada
(A) bryopyta, (B) pterydophyta dan
(C) tumbuhan biji 179
IX.1. Evolusi Tengkorak Primata 193
IX.2. Phylogeny Primata 197
IX.3. Prosimian Modern 198
IX.4. Tarsius (Tarsius spectrum) 199
IX.5. Lorisidae Familia (Loris) 199
IX.6. Callithricidae Familia (Marmoset) 200
IX.7. Monyet Dunia Baru (New World Monkeys) 201
IX.8. Monyet Dunia Lama (Old World Monkeys) 202
IX.9. Fosil Tengkorak Cercopithecoidea 203
IX.10. Cercopithecinae familia (Japanese Macaques) 205
IX.11. Penggolongan Primata 207
IX.12. Fosil Homo erectus 211
IX.12. Evolusi Tengkorak 213
EVOLUSI Page xi
X.1. Dugaan yang timbul mengenai mata rantai
mulai dari makhluk yang diduga sebagai
pra manusia sampai manusia modern 226
X.2. Lukisan-lukisan oleh Manusia Cro-Magnon 231
X.3. Struktur Pelvis 235
X.4. Tengkorak Gorila, Australopithecus,
Pithecanthropus, Neanderthal, dan
Cro-Magnon 242
X.5. Pertukaran gen antar sub populasi 251

EVOLUSI Page xii


BAB. I
PENGERTIAN EVOLUSI

Tujuan Instruksional :
Setelah membaca buku ajar ini diharapkan dapat
memahami pengertian dan sejarah evolusi

Pengertian Evolusi
Kenyataan menunjukkan bahwa makhluk hidup
penghuni planet bumi kita sangat beranekaragam yang
tertampak dari struktur tubuh, fungsi-fungsi tubuh, dan
perilaku setiap jenis (spesies) makhluk. Walaupun di antara
jenis-jenis makhluk hidup itu beranekaragam, namun
kemiripan dalam hal-hal tertentu masih juga terlihat.
Bukankah, sebagai contoh, antara singa dengan kucing
terdapat perbedaan ukuran tubuh dan warna bulu (rambut)
pada badan, namun secara keseluruhan tampang mereka
amat mirip? Berlandaskan pada kenyataan yang demikian
ini para ilmuwan mencoba untuk menafsirkan bahwa jenis-
jenis yang beranekaragam itu terlihat pola yang sama,
sehingga diduga berasal dari moyang yang sama. Dengan
kata lain, antara jenis satu dengan yang lain ada hubungan
kekerabatan. Pendapat ini merupakan paham dalam teori
evolusi.

EVOLUSI Page 1
Evolusi makhluk hidup merupakan salah satu teori
yang dikaji atau dipelajari oleh biologi. Teori ini
sebenarnya telah dipersoalkan sejak perkembangan ilmu di
masa Romawi dan Yunani kuno, namun secara ilmiah teori
ini baru dikemukakan oleh Charles Robert Darwin yang
ditulis dalam buku yang berjudul: The Origin of Species by
Means of Natural Selection or the Preservation of
Favoured Races in the Struggle for Life, yang edisi
pertamanya dengan judul The Origin of Species diterbitkan
24 Nopember 1859. Secara garis besar teori ini menyatakan
bahwa makhluk hidup yang ada di dunia sampai dengan
saat ini merupakan hasil perkembangan dari makhluk yang
telah ada sebelumnya, baik yang menyangkut struktur
maupun fungsi, secara turun-temurun dari generasi ke
generasi. Dengan demikian, perubahan yang merupakan
hasil perkembangan itu berlangsung dalam waktu yang
amat panjang, yaitu jutaan tahun seiring dengan evolusi
alam semesta.
Evolusi merupakan bangunan ilmu terbesar, dan
perkembangannya sangat luas. Meliputi pokok bahasan
yang beragam dan terdapat bagian-bagian yang agak
ditakutkan. Para ahli biologi evolusi sekarang meneliti
evolusi dari berbagai disiplin ilmu, seperti genetika
molekuler, morfologi dan embriologi. Mereka juga bekerja
EVOLUSI Page 2
dengan peralatan yang beragam seperti dengan larutan
kimia di dalam tabung reaksi, tingkah laku hewan di hutan
rimba, fosil yang dikoleksi dari daerah-daerah purbakala
dan batu-batu karang atau gunung-gunung batu.
Ide yang mudah dimengerti dan sederhana dari
evolusi adalah seleksi alam (natural selection), karena
dapat diuji secara ilmiah dalam semua lingkungan. Idea
seleksi alam ini merupakan idea yang mampu diterima
semua ilmu, dan hanya teori ini yang diklaim bisa
mempersatukan pendapat-pendapat berbeda dalam biologi.
Dengan teori ini berbagai temuan fakta yang ada di hutan
hujan tropik, perubahan dan macam-macam warna yang
terdapat di kebun botani, serta sekawanan hewan yang
sementara bermain di daerah peternakan, dapat dijelaskan.
Teori ini juga dapat digunakan untuk memahami asal mula
kehidupan melalui kimia-bumi (geochemistry) dan proporsi
gas yang ada di atmosfer. Sebagaimana dinyatakan oleh
Theodosius Dobzhansky seorang ahli evolusi di abad dua
puluh, bahwa: ‘nothing in biology makes sense expect in the
light of evolution’.
Evolusi artinya perubahan-perubahan dalam bentuk
dan tingkah laku organisme antara generasi ke generasi.
Bentuk-bentuk organisme, pada semua level dari rantai
DNA sampai bentuk morfologi yang makroskopik dan
EVOLUSI Page 3
tingkah laku sosial yang termodifikasi dari nenek moyang
selama proses evolusi.
Evolusi dari segi bahasa (Bahasa Inggris:
evolution), berarti perkembangan. Dalam ilmu sejarah,
evolusi diartikan sebagai perkembangan sosial, ekonomis,
politis yang berjalan sedikit demi sedikit, tanpa unsur
paksaan. Dalam ilmu pengetahuan, istilah evolusi
diartikan sebagai perkembangan berangsur-angsur dari
benda yang sederhana menuju benda yang lebih sempurna.
Evolusi pada dasarnya berarti proses perubahan dalam
jangka waktu tertentu. Dalam konteks biologi modern,
evolusi berarti perubahan frekuensi gen dalam suatu
populasi. Akumulasi perubahan gen ini menyebabkan
terjadinya perubahan pada makhluk hidup.
Teori-teori ilmiah terbaru sering mendorong banyak
kontroversi. Kontroversi ini mempunyai pengaruh
bermanfaat pada kemajuan ilmiah, karenanya para ilmuan
dengan pandangan-pandangan yang berbeda bekerja secara
intensif untuk menemukan bukti-bukti yang dapat
mendukung ide-ide mereka. Teori evolusi organik dan teori
seleksi alam (natural selection) Darwin melandasi setiap
aktivitas mereka. Sebagai ilmuan, mereka berusaha mencari
data-data yang dapat mendukung ataupun dapat
membuktikan bahwa teori-teori terdahulu itu mungkin saja
EVOLUSI Page 4
tidak benar. Bukti-bukti ilmiah tertentu yang lebih dari 100
tahun terakhir mendukung pemikiran Darwin, dan
merupakan bagian-bagian khusus dari ilmu biologi antara
lain: (1) bukti biogeografi, (2) bukti paleontologi, (3) bukti
anatomi perbandingan, (4) bukti perbandingan embriologi,
dan (5) bukti molekuler. Penjelasan dari masing-masing
bukti tersebut akan dikemukakan lebih lanjut. Beberapa
prinsip yang digunakan Darwin yang dianggap dapat
memberikan petunjuk adanya evolusi antara lain adanya
variasi di antara individu-individu dalam satu keturunan,
adanya pengaruh penyebaran geografi, ditemukannya fosil-
fosil diberbagai lapisan batuan bumi yang menunjukkan
adanya perubahan secara berangsur-angsur, adanya
homologi antara organ sistem pada makhluk hidup, adanya
data sebagai hasil studi mengenai komparatif
perkembangan embrio.
Secara komprehensif, sebenarnya kajian evolusi
meliputi: evolusi alam semesta (universe), evolusi geologik,
evolusi fisik-kimiawi, dan evolusi biologik. Dalam buku
ajar ini hanya dibatasi pada kajian tentang evolusi biologik
(makhluk hidup).
Bagan berikut ini merupakan peta konsep dalam
teori evolusi modern.

EVOLUSI Page 5
EVOLUSI
Page 6
Bagan. Peta konsep dalam teori evolusi modern (Sumber: Johnson L.G. 1987).
Latihan dan Diskusi
1. Kemukakan pendapat anda terkait istilah evolusi yang
dipahami selama ini!
2. Apa yang menjadi perbedaan istilah evolusi dalam
kontek ilmu pengetahuan dan biologi modern!
3. Bagaimanakah pendapat anda tentang; singa dengan
kucing terdapat perbedaan ukuran tubuh dan warna
bulu (rambut) pada badan, namun secara keseluruhan
tampang mereka amat mirip!
4. Kemukakan prinsip yang digunakan Darwin yang
dianggap dapat memberikan petunjuk adanya evolusi!
5. Berikan penjelasan anda mengenai evolusi adalah
seleksi alam (natural selection)!

EVOLUSI Page 7
BAB. II
PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI

Tujuan Instruksional :
Setelah membaca buku ajar ini diharapkan dapat
memahami perkembangan teori evolusi.

Evolusi, sebagai cabang Biologi dalam rumpun


Sains, adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan
yang terjadi secara berangsur-angsur menuju kesesuaian
dengan waktu dan tempat. Sebagai ilmu pengetahuan,
kajian evolusi didasarkan atas data keanekaragaman dan
keseragaman makhluk hidup dalam tingkat komunitas, dan
kemudian dalam perkembangan berikutnya didukung oleh
data-data penemuan fosil, sehingga tidak pernah dapat
menerangkan dengan lengkap apa yang pernah terjadi pada
masa lampau. Hal inilah yang kemudian oleh para
penentang paham evolusi digunakan sebagai dasar
penolakan mereka. Terlebih lagi jika penentang itu berasal
dari tokoh agama, mereka melawan paham evolusi dengan
tetap menunjukkan apa yang telah tersurat dalam kitab suci
mereka. Maka untuk lebih menetralisasi (memperlunak)
agar pertentangan tidak lebih meruncing paham evolusi
sering juga disebut sebagai Hipotesis Evolusi, yang
kebenarannya masih perlu diuji lebih lanjut.
EVOLUSI Page 8
Evolusi dapat dipelajari dengan metode pendekatan
tertentu. Misal: mempelajari struktur organisme yang masih
berkerabat, mengaitkan perubahan ciri-ciri yang masih bisa
dilacak, kemudian mempelajari proses evolusi dari suatu
kelompok secara utuh, dari bentuk yang primitif sampai
bentuk yang terlihat sekarang. Berdasarkan hal ini, maka
setiap organisme, yang ada sekarang dan pernah ada,
mempunyai nenek moyang (ansestor) yang berlainan dalam
hubungan kekerabatan pada suatu masa tertentu, meskipun
jika dilacak ke belakang sampai pada masa awal kehidupan,
semua memang berawal dari satu moyang asal.
Konsep Penting dalam Evolusi
Sebagai ilmu pengetahuan, entah disebut sebagai
teori ataupun hipotesis, evolusi meliputi konsep-konsep
esensial (pokok, penting), yaitu :
1. Perubahan evolusi adalah perubahan komposisi genetik
suatu populasi pada satuan waktu tertentu.
2. Alam berfungsi sebagai “pengarah” dalam proses
evolusi populasi makhluk hidup.
3. Faktor (atau juga sering disebut sebagai agen)
terpenting dalam proses evolusi adalah Seleksi Alam.
4. Bentuk-bentuk (manifestasi) respons makhluk hidup
terhadap seleksi alam adalah :

EVOLUSI Page 9
a Adaptasi organisme.
b Perubahan komposisi genetik suatu populasi sesuai
dengan kondisi lingkungan yang cocok dengan alel
yang tersedia.
c Ada beberapa mekanisme dalam perubahan evolutif,
yang dikenal sebagai isolasi (keterpisahan) dalam
populasi jenis makhluk hidup, antara lain dikenal
konsep isolasi: geografik, reproduksi, dan perilaku,
serta akibat-akibat yang menyertainya.
d Terbentuk spesies baru.
5. Kehidupan di muka bumi berubah dari waktu ke waktu,
ada yang muncul dan ada yang punah.
6. Organisme sekarang mempunyai sejarah dan hubungan
dengan organisme yang hidup di masa lampau.
Sejarah Tahap Perkembangan Teori Evolusi
Selama perjalanan teori evolusi, sejak pertama kali
digagas sampai sekarang, telah mengalami tahapan-tahapan
penting. Pada hakekatnya apa yang telah digagas dan
dikembangkan oleh para pakar evolusi itu selalu
menampilkan pemikiran yang bersifat :
1) Sebagai upaya untuk menjelaskan fakta-fakta dan
memadukannya dengan konsep esensial dalam teori
evolusi, sehingga teori evolusi terus mengalami

EVOLUSI Page 10
perkembangan dari waktu ke waktu demikian juga
dengan konsep-konsepnya.
2) Teori evolusi tidak bertentangan dengan agama
manapun di dunia.
3) Teori evolusi modern dapat menjelaskan proses-proses
yang terjadi/mungkin terjadi pada masa lampau,
meskipun sebagian masih bersifat hipotetik, namun
selalu didasarkan pada fakta (fenomena) dan asumsi-
asumsi yang kuat.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan
Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusioner
telah berakar sejak zaman Aristoteles. Darwin adalah
ilmuwan pertama peletak dasar-dasar ilmiah teori
evolusi, karena telah banyak terbukti mapan menghadapi
pengujian ilmiah. Sampai saat ini. Konsep utama teori
darwin mengenai evolusi adalah tentang seleksi alam yang
dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori
terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Tahap perkembangan teori evolusi dibedakan
menjadi tiga besar: (1) masa pra-darwin, (2) masa darwin,
dan (3) masa pasca-darwin.
II.1. Masa Pra Darwin
Pemikiran-pemikiran evolusi tentang nenek moyang
bersama dan transmutasi spesies telah ada paling tidak
EVOLUSI Page 11
sejak abad ke-6 SM ketika hal ini dijelaskan secara rinci
oleh seorang filsuf Yunani yaitu Anaximander. Beberapa
orang dengan pemikiran yang sama meliputi Empedocles,
Lucretius, biologiawan Arab Al Jahiz, filsuf Persia Ibnu
Miskawaih, Ikhwan As-Shafa, dan filsuf Cina Zhuangzi.
Pada masa pra Darwin, teori evolusi organik
memperkirakan bahwa sejak kehidupan muncul di bumi,
telah terjadi suatu proses berkesinambungan. Organisme
yang hidup berasal dari bentuk-bentuk sebelumnya.
Variasi-variasi yang besar adalah sabagai hasil respons
makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan. Respons ini
berupa perubahan struktur dan fungsi tubuh makhluk
individu hidup yang kemudian dilangsungkan kepada
generasi selanjutnya melalui suatu proses pewarisan sifat
yang telah mengalami perubahan itu.
Masa pra Darwin dapat digolongkan menjadi dua
tahapan, yaitu :
1. Masa Fiksisme (Aristoteles, Plato, Leeuwenhoek,
Cuvier, Linnaeus, Buffon, Hooke, dll), yang
pemikirannya memiliki kedekatan dengan mitos,
sehingga pendapatnya juga lebih bercorak sebagai fiksi
ilmiah. Konsep-konsep utama yang berkembang masa
itu :

EVOLUSI Page 12
a Sampai abad ke-18, paham yang berkembang
adalah bahwa organisme adalah sebagai ciptaan
Tuhan, sehingga dalam bahasan Biologi tentang
“Asal-usul Kehidupan” disebut sebagai Teori
Ciptaan Khusus (The Special Creation).
Leewenhoek, meskipun dengan eksperimen yang
menemukan Paraemecium dari potongan jerami
yang direndam air selama 7 hari (sesuai dengan
kitab kejadian, saat Tuhan menciptakan dunia dan
seisinya), menyatakan bahwa kehidupan berasal
dari benda tak hidup, yang disebutnya dengan
konsep generatio spontanea.
b Adanya kelainan atau cacat tubuh adalah sebagai
kutukan, jadi bukanlah sebagai perubahan makhluk
hidup yang dilatarbelakangi oleh seleksi alam
maupun perubahan genetik (mutasi) makhluk
hidup.
Pemikiran yang mulai berbeda dengan teori Ciptaan
Khusus kemudian mulai digagas oleh beberapa orang
ahli, seperti :
1) Linnaeus mengelompokkan organisme
berdasarkan kesamaan alat reproduksinya, dan
manusia dimasukkan ke dalam kelompok kera (kera
= primata tidak berekor, monyet = primata berekor)
EVOLUSI Page 13
2) Buffon menyatakan bahwa hewan-hewan bersifat
plastis. Variasi-variasi kecil yang dihasilkan
lingkungan akan berakumulasi membentuk
perbedaan-perbedaan yang lebih besar. Setiap
hewan pada jalur tipe-tipe hewan, berubah dari
moyangnya yang keadaanya lebih sederhana.
3) Cuvier menyatakan bahwa tipe-tipe baru spesies
terbentuk setelah ada bencana. Setiap spesies
tercipta secara terpisah. Georges Cuvier percaya
bahwa bencana dan malapeteka yang terjadi di
muka bumi akan mengikis kehidupan yang ada.
Dalam setiap peristiwa bencana, selalu ada satu
wilayah yang terhindar dari bencana. Kehidupan
yang tersisa akan menyebar ke wilayah-wilayah
lainnya. Cuvier meyakini bahwa ada kehidupan
yang telah mengalami kepunahan.
2. Masa Adaptasi & Transformasi (Hutton, Malthus,
Lamarck, Lyell dll.)
Konsep-konsep yang berkembang pada tahapan ini
adalah :
a Semua ahli yang menyatakan teori evolusi masa ini
didasarkan atas adanya perbedaan antara makhluk
satu dengan lainnya. Erasmus Darwin, yang tiada
lain kakek Charles Robert Darwin, dalam bukunya
EVOLUSI Page 14
“Zoonomia” menyatakan bahwa kehidupan itu
berasal dari asal mula yang sama. Respons
fungsional yang dimiliki oleh individu makhluk
hidup akan diwariskan kepada keturunannya.
b Lamarck
1) Lamarck, adalah biologiwan Perancis yang
dikenal karena pendapatnya dalam teori tentang
evolusi kehidupan. Dia menyatakan bahwa
perbedaan antar individu terjadi karena
kebiasaan atau latihan-latihan yang dilakukan
individu tersebut. Hal yang diperoleh melalui
latihan dapat diturunkan kepada anaknya.
Contoh yang dikemukakan adalah leher jerapah.
Hewan ini memiliki leher yang panjang karena
mulut di kepala selalu digunakan untuk meraih
daun-daun pakannya yang semakin tinggi.

EVOLUSI Page 15
2) Lamarck dikenal sebagai penggagas suatu
bentuk teori evolusi kehidupan, yang kemudian
dikenal sebagai Lamarckisme. Ia percaya akan
adanya perubahan
linear pada makhluk
hidup dari bentuk
tersederhana menuju
bentuk yang lebih
canggih. Walaupun
demikian, ia mendasarkan pada pendapat yang
telah berlaku sejak masa kuno yang menyatakan
bahwa setiap spesies sudah ada sejak
penciptaan kehidupan. Pemikiran ini
bertentangan dengan banyak pendapat sarjana
Perancis pada zamannya, yang lebih condong
pada perkembangan spesies. Ketika itu
dinyatakan bahwa spesies-spesies terbentuk
dalam perkembangan proses kehidupan, tidak
"langsung jadi" begitu saja. Perubahan yang
terjadi pada spesies adalah sebagai akibat
respons makhluk hidup terhadap lingkungan
(adaptasi). Anggota tubuh yang terlatih akan
menguat, sementara yang tidak terpakai akan
melemah dan tereduksi. Hasil adaptasi (sedikit
EVOLUSI Page 16
demi sedikit) ini lalu diwariskan secara turun-
temurun kepada anaknya dan berlanjut
sepanjang masa.
3) Semenjak Charles Darwin dan Alfred Wallace
mengemukakan teori mereka, teori Lamarck
sering kali digunakan untuk menyanggah
pendapat Darwin tentang seleksi alam.
Pertentangan pemikiran ini baru tuntas setelah
cabang ilmu Genetika semakin dikenal orang
pada abad ke-20. Konsep-konsep genetika
banyak memberi dukungan pada Darwinisme.
c. Para pendukung materialisme dialektika,
pemikiran yang berkembang pesat di akhir abad ke-
19, menganggap Lamarckisme sesuai dengan
ideologi mereka, dan melahirkan Neo-Lamarckisme.
Kaum ini menolak teori evolusi Darwin,
mengadopsi Lamarckisme, dan bahkan
mempraktekkannya dalam bidang pertanian di
negara-negara komunis. Vernalisasi (perlakuan suhu
rendah) terhadap benih gandum dianggap dapat
"melatih" tanaman sehingga tahan menghadapi
musim dingin. Pendapat ini dipercaya karena hasil
penelitian Ivan Mitschurin, seorang pemulia
tanaman Rusia, menunjukkan hal itu.
EVOLUSI Page 17
d. Charles Lyell mengemukakan adanya evolusi
geologi. Teori ini berbicara mengenai perubahan
ketinggian tanah, sedimen yang dibawa oleh air,
perubahan partikel dan perubahan iklim. Dalam
teori ini, organisme-organisme yang ada dianggap
sebagai turunan hasil modifikasi spesies-spesies lain
yang hidup di masa geologi sebelumnya.
e. Malthus menyatakan bahwa kenaikan produksi
bahan makanan seperti fungsi deret hitung,
sedangkan kenaikan jumlah penduduk (populasi)
menurut fungsi deret ukur. Karena pertumbuhan
makanan tidak sebanding dengan pertumbuhan
populasi, maka setiap individu makhluk hidup harus
berjuang untuk mendapatkan makan sebagai
prasyarat untuk mempertahankan hidup.
II.2. Masa Darwin
1. Masa Seleksi Alam (Darwin, Wallace)
Organisme di bumi yang beraneka ragam itu
merupakan hasil dari seleksi alam. Kondisi alam yang
selalu berubah (dinamis), baik yang berupa faktor nirhayat
(abiotik) maupun hayat (biotik), adalah sebagai penyeleksi.
Individu yang mampu menyesuaikan diri (karena kuat,
tahan penyakit, dsb.) terhadap perubahan alam akan dapat
bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu akan
EVOLUSI Page 18
terseleksi (tereliminasi, mati). Struktur dan fungsi tubuh
makhluk yang telah lolos dari seleksi merupakan sifat yang
akan diwariskan kepada generasi penerusnya.
a Charles Robert Darwin
1) Darwin mempelajari
variasi yang terdapat
pada berbagai burung
jenis merpati yang
dipelihara (domestikasi)
oleh para penggemar
Charles Robert Darwin
burung di Inggris. pada usia 51 tahun

Darwin menemukan berbagai variasi, seperti :


merpati gundul, merpati jambul, merpati pos,
merpati ekor merak, pouter, dsb.
2) Waktu itu Darwin menganggap bahwa
variasi itu adalah spesies (ini tidak betul
setelah ditemukan definisi spesies). Semua
variasi itu dinyatakan sebagai peristiwa spesiasi
(pembentukan spesies baru) yang berasal dari
moyang merpati, yaitu merpati liar (rock
pigeon) yang masih banyak hidup di Inggris.
3) Melakukan observasi tentang asal-usul burung
di kepulauan Galapagos. Sasaran
pengamatannya adalah burung finch (emprit
EVOLUSI Page 19
branjangan). Darwin menemukan fakta bahwa
berbagai spesies finch, berdasarkan pada tempat
hidup (habitat khusus) dan jenis makanannya,
terdapat variasi pada struktur paruh mereka.
4) Melihat adanya keanekaragaman makhluk
hidup, tetapi tidak tahu kenapa hal itu bisa
terjadi.
Konsep Darwin tentang spesiasi ini ditulisnya
sebagai buku yang berjudul: The Origin of Species by
Means Natural Selection and Preservation of The Fits
in Struggle for Life, pada tahun 1844.
b Menurut Darwin evolusi terjadi karena adanya
seleksi alam (faktor alam yang mampu menyeleksi
makhluk hidup). Adaptasi merupakan penyebab
terjadinya seleksi alam (mekanisme seleksi alam). Ia
juga mengoreksi pendapat Lamarck tentang jerapah.
Jerapah yang berleher panjang berasal dari yang
berleher panjang pula, sedangkan yang berleher
pendek musnah. Faktor yang menyebabkan evolusi
(mekanisme evolusi adalah seleksi alam).
c Dari teori yang ada, Darwin menyusun bukti-bukti
dan mengemukakan suatu teori untuk menjelaskan
bagaimana evolusi tersebut berlangsung. Ia

EVOLUSI Page 20
menjelaskan data, yang dikatakannya sebagai bukti,
sebagai berikut :
1) Kecepatan reproduksi semua spesies (jenis)
melebihi kecepatan penambahan persediaan
makanan.
2) Semua organisme menunjukkan variasi, tidak
ada dua individu dalam satu jenis yang persis
sama.
3) Semakin banyak individu memiliki peluang
untuk hidup, tetapi karena keterbatasan
makanan, tiap individu harus berjuang
mempertahankan hidup, yang didukung oleh
ukuran tubuh, kekuatan, kemampuan lari, atau
ciri apapun untuk bertahan yang menyebabkan
individu punya kelebihan terhadap yang lain.
4) Ciri yang mendukung kemampuan bertahan
hidup akan diwariskan kepada generasi
berikutnya.
5) Sepanjang masa geologik, variasi-variasi yang
mampu bertahan akan menghasilkan perbedaan
yang kian nyata, dan terbentuklah jenis baru.
Selanjutnya Darwin menyatakan inti (konsep
pokok) teori evolusi dapat dibagi menjadi beberapa pokok
berikut ini :
EVOLUSI Page 21
1) Variasi pada tumbuhan dan hewan merupakan
suatu variasi karateristik yang muncul dalam
penampakan fenotip organisasi tersebut.
2) Rasio pertambahan terjadi secara geometrik,
yaitu jumlah setiap spesies relatif tetap. Hal ini
terjadi karena banyak individu yang tersingkir
oleh predator, perubahan iklim dan proses
persaingan.
3) Struggle for existance (usaha yang keras untuk
bertahan) merupakan suatu usaha individu
organisme untuk bertahan hidup. Individu
dengan variasi yang tidak sesuai untuk kondisi-
kondisi yang umum di alam, akan tersingkir.
Adapun individu-individu dengan variasi yang
menguntungkan dapat melanjutkan
kehidupannya dan memperbanyak diri dengan
berproduksi.
4) The survival of fittest, ketahanan didapat dari
organisme yang memiliki kualitas paling sesuai
dengan lingkungan. Individu-individu yang
dapat hidup akan mewariskan variasi-variasi
tersebut kepada generasi berikutnya.
c. Seiring dengan berkembangnya pengetahuan biologi
pada abad ke-18, pemikiran evolusi Darwin mulai
EVOLUSI Page 22
menelusuri kembali pemikiran beberapa filsuf
seperti Pierre Maupertuis (1745) dan Erasmus
Darwin (1796). Pemikiran biologiawan Jean-
Baptiste Lamarck tentang transmutasi spesies juga
memiliki pengaruh yang kuat. Charles Darwin
merumuskan pemikiran seleksi alamnya pada tahun
1838 dan masih mengembangkan teorinya pada
tahun 1858 ketika Alfred Russel Wallace
mengirimkannya teori yang mirip, melalui suratnya
"Surat dari Ternate". Keduanya diajukan ke Linnean
Society of London sebagai dua karya yang terpisah.
Pada akhir tahun 1859, publikasi Darwin, On the
Origin of Species, menjelaskan seleksi alam secara
detail dan memberikan bukti yang mendorong
penerimaan luas evolusi dalam komunitas ilmiah.
d. Sir Alfred Russel Wallace
1) Dari hasil perjalanannya
ke Malaysia, Borneo,
Sulawesi dan Maluku, dia
melihat perbedaan fauna
di Indonesia bagian Barat
dan Timur, yang dibatasi
dengan garis imajiner
membentang dari utara laut antara pulau
EVOLUSI Page 23
Kalimantan dengan pulau Sulawesi,
membentang ke selatan membelah selat
Lombok. Laut yang disebut sebagai pembatas
ini merupakan laut yang dalam. Fauna
Kalimantan dan Bali ke barat bersubtipe
Malesia yang merupakan tipe flora Asia,
sedangkan fauna Sulawesi dan Australia.
Lombok ke timur bersubtipe Australasia, mirip
fauna Australia.
2) Ia juga menyatakan persetujuannya pada konsep
Survival of the fittest (siapa yang kuat dia yang
menang) seperti yang dikemukakan oleh
Darwin.
2. Masa Teori Genetika (Mendel, De Vries, Tschernov,
Bateson, Weismann, dll)
a Gregor Johan Mendel : Hukum Pewarisan Sifat
Pengkajian kembali kembali karya Gregor Johan
Mendel mengenai genetika, yang tidak diketahui
oleh Darwin dan Wallace, dikemukakan oleh Hugo
de Vries untuk menjelaskan tentang pewarisan sifat
makhluk hidup kepada keturunannya.
b De Vries dan Tschernov: menguatkan kembali
hukum Mendel melalui penelitian-penelitian yang
dilakukan. Pada masa Darwin teori Genetika dan
EVOLUSI Page 24
teori Evolusi merupakan dua disiplin ilmu yang
berkembang bersama dan terpisah satu dengan
lainnya tanpa ada sangkut pautnya. Mereka
berdualah yang menghubungkan antara dua teori
tersebut, sehingga teori evolusi mampu memberikan
penjelasan tentang bagaimana perubahan sifat yang
terjadi itu dilatarbelakangi oleh mutasi gen-gen, dan
kemudian diwariskan kepada keturunannya. Dalam
perjalanan waktu, mutasi dapat berlangsung
berulang kali, sehingga perbedaan (penyimpangan)
sifat (yang dibawa oleh gen hasil mutasi) semakin
jauh. Hasilnya adalah makhluk hidup yang makin
beragam hingga kini.
c Bateson menyatakan bahwa kesesuaian antara
warna tubuh makhluk hidup dengan lingkungannya,
atau disebut mimikri, merupakan adaptasi dalam
bentuk warna penyamaran, sehingga tidak tampak
mencolok. Contoh yang diambil olehnya adalah
warna sayap berbagai kupu-kupu. Penyamaran
warna ini sebagai perlindungan makhluk, baik
terhadap hewan lain sebagai pemangsa (predator)
alaminya maupun bagi predator ketika mencari
korban (prey).

EVOLUSI Page 25
d Weismann, seorang ahli biologi berkebangsaan
Jerman yang hidup pada tahun 1834-1912,
menyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya
seleksi alam terhadap faktor genetis. Variasi yang
diwariskan dari induk kepada anaknya bukan
diperoleh dari lingkungannya tetapi perubahan yang
diatur oleh faktor genetik atau gen. Dalam
percobaannya Weismann memotong ekor tikus
sampai 20 generasi, tetapi anaknya tetap saja
berekor. Percobaan ini menyanggah teori evolusi
Lamarck.
Berdasarkan pendapat para ahli seperti yang telah
disebut di atas, perdebatan mengenai mekanisme evolusi
terus berlanjut. Ketika Darwin mencetuskan teori
evolusinya, ia tidak dapat menjelaskan sumber variasi
terwariskan yang diseleksi oleh seleksi alam. Seperti
Lamarck, ia beranggapan bahwa orang tua (parental)
mewariskan adaptasi yang diperolehnya selama hidupnya,
teori yang kemudian disebut sebagai Lamarckisme. Pada
tahun 1880-an, August Weismann mengindikasikan bahwa
perubahan ini tidak diwariskan, dan Lamarckisme
berangsur-angsur ditinggalkan. Selain itu, Darwin tidak
dapat menjelaskan bagaimana sifat-sifat diwariskan dari
satu generasi ke generasi yang lain. Pada tahun 1865,
EVOLUSI Page 26
Gregor Mendel menemukan bahwa pewarisan sifat-sifat
dapat diprediksi. Ketika karya Mendel ditemukan kembali
pada tahun 1900-an, ketidakcocokan atas laju evolusi yang
diprediksi oleh genetikawan dan biometrikawan
meretakkan hubungan model evolusi Mendel dan Darwin.
II.3. Pasca Darwin
Pada masa ini masyarakat ilmiah lebih komunikatif,
dibandingkan pada masa sebelumnya, sehingga para ahli
bisa melihat keterkaitan antara ilmu satu dengan lainnya.
Penemuan oleh Hugo de Vries dan lainnya pada awal
1900-an memberikan dorongan terhadap pemahaman
bagaimana variasi terjadi pada sifat tumbuhan dan hewan.
Seleksi alam menggunakan variasi tersebut untuk
membentuk keanekaragaman sifat-sifat adaptasi yang
terpantau pada organisme hidup. Walaupun Hugo de Vries
dan genetikawan pada awalnya sangat kritis terhadap teori
evolusi, penemuan kembali genetika dan riset selanjutnya
pada akhirnya memberikan dasar yang kuat terhadap
evolusi, bahkan lebih meyakinkan daripada ketika teori ini
pertama kali diajukan.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi
dilakukan oleh cabang biologi yang dinamakan biologi
evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan menguji
teori-teori yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian
EVOLUSI Page 27
catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-
organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada
pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu
ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan
ini tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859
oleh Charles Darwin, On the Origin of Species yang
menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi
alam. Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan
teori evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada tahun 1930,
teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori
pewarisan Mendel, membentuk sintesis evolusi modern,
yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan
mekanisme evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan
prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus
menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini
telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang
memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang
keanekaragaman hayati di bumi.
Kontradiksi antara teori evolusi Darwin melalui
seleksi alam dengan karya Mendel disatukan pada tahun
1920-an dan 1930-an oleh biologiawan evolusi seperti
J.B.S. Haldane, Sewall Wright, dan terutama Ronald
Fisher, yang menyusun dasar-dasar genetika populasi.

EVOLUSI Page 28
Hasilnya adalah kombinasi evolusi melalui seleksi alam
dengan pewarisan Mendel menjadi sintesis evolusi modern.
Bukan hanya Genetika dan Evolusi saja yang saling
menunjang, tetapi semua cabang ilmu biologi dapat
menjelaskan fenomena evolusi. Pernyataan ini didukung
oleh sebagian besar ahli biologi pada waktu itu.
Theodozius Dobzhansky, ahli genetika, berjasa
merangkum begitu banyak fenomena evolusi dari berbagai
macam disiplin biologi. Ahli-ahli lain yang terlibat dalam
pengembangan teori evolusi pasca Darwin antara lain:
Morgan, yang melakukan pengamatan terhadap fenomena
kerja gen pada lalat buah (Drosophila melanogaster);
Mayr & Darlington, seorag ahli taksonomi sistematik &
zoogeografi burung, menemukan fenomena evolusi yang
baru; Simpson, ahli Paleontologi.
II.4. Bentuk-bentuk Adaptasi Suatu Kehidupan
Adaptasi merupakan salah satu konsep krusial dari
teori-teori evolusi. Dalam hal ini, satu tujuan utama biologi
evolusi moderen adalah untuk menjelaskan bentuk-bentuk
adaptasi yang kita temui pada kehidupan organisme di
dunia. Adaptasi menunjuk kepada ‘bentuk’ makluk hidup
yaitu suatu bentuk organ makluk hidup yang berubah agar
supaya makluk hidup tersebut dapat bertahan hidup
(survive) dan bereproduksi di alam.
EVOLUSI Page 29
Konsep adaptasi menjadi mudah dipahami dengan
dibantu contoh-contoh. Banyak atribut (ciri-ciri atau
karakter) pada suatu makluk hidup yang dapat digunakan
untuk mengilustrasikan adaptasi, karena kebanyakan ciri
atau karakter berupa struktur, metabolisme, dan tingkah
laku suatu makluk hidup akan terbentuk agar supaya
mereka dapat bertahan hidup. Contoh yang sering
digunakan Darwin untuk menjelaskan konsep ini adalah
perubahan yang terjadi pada burung finch. Burung finch
menunjukkan banyak bentuk adaptasi terutama pada ciri
bentuk paruhnya. Adaptasi ciri-ciri ini memungkinkan
burung finch menggali lubang di dalam pohon untuk
menyimpan makanan, memakan insekta yang terdapat di
dalam pohon, dan menghisap getah dari pada pohon.
Lubang di pohon digunakan juga untuk meletakkan telur.
Burung finch mempunyai banyak bentuk bentuk paruh yang
telah berkembang dalam adaptasi. Dengan paruh yang
panjang, untuk mencari insekta yang cocok dari dalam
lubang. Mereka juga mempunyai paruh dengan pelindung
gigi yang kuat sebagai pengerat, kaki yang pendek, dan
mempunyai kuku jari yang panjang untuk menaiki pohon.
Burung finch lebih mampu bertahan hidup dalam habitat
alami oleh karena memiliki mekanisme adaptasi dari
atribut-atribut yang dimiliki.
EVOLUSI Page 30
Gambar II.1. Burung-burung finch di kepulauan Galapagos. Semua spesies
diturunkan dari satu nenek moyang, tetapi kemudian menampilkan bentuk-
bentuk yang berbeda, sesuai habitat dan sumber makanannya. (Sumber:
Johnson L.G. 1987).

Kamuflase adalah contoh lain yang lebih khusus


untuk menjelaskan adaptasi. Organisme-organisme tertentu
berkamuflase dalam macam-macam warna, bentuk-bentuk
tubuh khusus, dan tingkah laku, yang memungkinkan
makluk hidup tertentu itu tidak kelihatan pada lingkungan
alami mereka. Dengan bantuan kamuflase ini, dimaksudkan
agar makluk hidup dapat bertahan hidup (survive) dengan
jalan adaptasi warna, bentuk, dan tingkah laku agar tidak
kelihatan oleh pemangsa (predator) di alam.

EVOLUSI Page 31
Adaptasi adalah suatu konsep yang tidak hanya
terbatas menunjuk kepada beberapa sifat khusus pada suatu
kehidupan. Pada manusia, sebagai contoh, menggunakan
hampir setiap bagian tubuh. Sayap burung adaptasi untuk
terbang, mata untuk melihat, saluran usus untuk pencernaan
makanan, kaki untuk bergerak; semua fungsi ini sebagai
bantuan untuk dapat bertahan hidup. Meskipun kebanyakan
yang teramati tercatat sebagai adaptasi, tidak setiap bentuk
dan tingkah laku detail organisme dapat beradaptasi.
Darwin memperkenalkan adaptasi sebagai masalah kunci
pemecahan setiap teori evolusi. Dalam hal ini teori Darwin
sebagaimana dalam biologi evolusi moderen masalah
dipecahkan melalui seleksi alam (natural selection).
Seleksi alam artinya bahwa beberapa jenis individu
dalam satu populasi yang cenderung berkemampuan
menghasilkan banyak keturunan ke generasi berikut
dibanding yang lain. Bahwa keturunan yang mirip orang tua
dihasilkan, menyebab-kan setiap atribut (ciri atau karakter)
suatu organisme tertinggal pada kebanyakan keturuanan,
kemudian meningkat frekuensinya dalam populasi sejalan
dengan waktu; komposisi populasi kemudian akan berubah
secara automatis.

EVOLUSI Page 32
II.5. Latihan dan Diskusi 2
1. Bagaimana keterkaitan evolusi bumi dengan evolusi
makhluk hidup?
2. Kemukakan konsep yang paling pokok dari teori
evolusi Darwin dan sebutkan pula fakta yang
mengilhaminya!
3. Tuliskan kalangan apa saja yang menentang dan tidak
menyetujui teori Darwin dan sebutkan pula sebab-
sebabnya!
4. Bagimanakah pendapat terkait teori Darwin yang
mengatakan tantangan adalah sesuatu yang mendorong
untuk terjadinya perkembangan!
5. Bagimanakah peristiwa seleksi alam hanya merupakan
faktor pengarah dan faktor pembatas varian-varian
yang ada!

EVOLUSI Page 33
BAB. III
BUKTI DAN PETUNJUK EVOLUSI

Tujuan Instruksional :
Setelah membaca buku ajar ini diharapkan dapat
mendeskripsikan bukti dan petunjuk evolusi.

Teori-teori ilmiah terbaru sering mendorong banyak


kontroversi. Kontroversi ini mempunyai pengaruh
bermanfaat pada kemajuan ilmiah, karenanya para ilmuan
dengan pandangan-pandangan yang berbeda bekerja secara
intensif untuk menemukan bukti-bukti yang dapat
mendukung ide-ide mereka. Darwin melandasi setiap
aktivitas mereka dengan teori evolusi organik dan teori
seleksi alam (natural selection). Sebagai ilmuan, mereka
berusaha mencari data-data yang dapat mendukung ataupun
dapat membuktikan bahwa teori-teori terdahulu itu
mungkin saja tidak benar. Bukti-bukti ilmiah tertentu yang
lebih dari 100 tahun terakhir mendukung pemikiran
Darwin, dan merupakan bagian-bagian khusus dari ilmu
biologi antara lain: (1) bukti biogeografi, (2) bukti
paleontologi, (3) bukti anatomi perbandingan, (4) bukti
perbandingan embriologi, dan (5) bukti molekuler.
Penjelasan dari masing-masing bukti tersebut akan
dikemukakan lebih lanjut. Beberapa prinsip yang digunakan
EVOLUSI Page 34
Darwin yang dianggap dapat memberikan petunjuk adanya
evolusi antara lain adanya variasi di antara individu-
individu dalam satu keturunan, adanya pengaruh
penyebaran geografi, ditemukannya fosil-fosil diberbagai
lapisan batuan bumi yang menunjukkan adanya perubahan
secara berangsur-angsur, adanya homologi antara organ
sistem pada makhluk hidup, adanya data sebagai hasil studi
mengenai komparatif perkembangan embrio.
III.1. Bukti Biogeografi
Biogeografi adalah mempelajari distribusi geografi
dari tanaman dan hewan. Dengan mempelajari biogeografi
kita dapat menjelaskan mengapa spesies-spesies
berdistribusi, dan apa bentuk distribusi yang diperlihatkan
mengenai habitat dan daerah asal mula mereka. Dari
perjalanan Darwin mengelilingi dunia dengan H.M.S.
Beagle, ia menemukan bahwa spesies tanaman dan hewan
umumnya tidak berdistribusi jauh dari habitat yang
potensial. Studi-studi mengenai biogeografi sejak Darwin
dibuktikan berulang-ulang oleh para ilmuan.
Kesimpulan mendasar dari studi biogeografis
memperlihatkan bahwa suatu spesies baru muncul pada satu
tempat dan kemudian menyebar menuju keluar dari titik
atau tempat asal. Beberapa spesies kemudian menjadi lebih
luas distribusinya, tetapi mereka tidak dapat melewati
EVOLUSI Page 35
barier-barier alami yang terpisah daerah biogeografis yang
besar. Oleh karena itu, meskipun lingkungan hidup
sesungguhnya identik pada daerah biogeografis berbeda,
jarang ditempati oleh spesies yang sama. Buktinya, setiap
daerah geografi besar di dunia (lihat gambar III.1)
mempunyai karakteristik kelompok tanaman dan hewan.
Sebagai contoh, di Australia semacam kanguru (marsupial)
mempunyai kantong yang berperan sebagai tempat
menyusui dan melindugi anaknya, pada daerah biogeografi
yang lain kanguru (marsupial) hampir tidak ditemukan.
Selanjutnya, catatan fosil setiap daerah menampilkan suatu
garis evolusioner kejadian-kejadian biologis yang terpisah
dari semua daerah-daerah lain. Dengan setiap garis
evolusioner, banyak fosil-fosil yang telah ditemukan dapat
dibentuk atau disusun suatu spesies yang pernah hidup pada
daerah tertentu.
Bukti-bukti observasi atau pengamatan memperkuat
konsep bahwa seleksi alam berlaku, oleh kekuatan besar
dari lingkungan sehingga muncul spesies baru yang hanya
dapat hidup beradaptasi atau dapat menyesuaikan diri
dengan kondisi topografinya maupun kondisi iklim
disekelilingnya. Sebagai buktinya, apa yang dilihat Darwin
ketika menemukan bahwa spesies pada pulau tertentu
terhalang untuk berhubungan dengan spesies pada pulau-
EVOLUSI Page 36
pulau dekat, dan bahwa spesies sepulau umumnya
berhubungan dengan speseis terdekat yang hidup sedaratan.
Sebaliknya, tidak ada bukti yang mendukung keberadaan
sekelompok “island species” (spesies yang hanya ada pada
pulau tertentu) dengan karakteristik tertentu ditemukan
dalam habitat-habitat pulau lain kemanapun kita
mengelilingi dunia.

Gambar III.1. Daerah-daerah biogeografi besar (mayor) di dunia. Daerah


biogeografi berbeda umumnya menunjukkan tanaman dan hewan berbeda.
Warna hitam pekat menunjukan beberapa barier alami (gurun pasir, gunung
tinggi, dll) memisahkan setiap daerah. Barier-barier tersebut antara lain: (1)
Gurun pasir Arabia dan Sahara; (2) Pegunungan yang sangat tinggi, termasuk
gunung Himalaya dan gunung Nan Ling; (3) Laut dalam diantara pulau-pulau di
Malay Archipelago (diperkenalkan oleh A.R. Wallace dan menulis mengenai
barier ini; dan lebih dikenal dengan sebutan garis Wallace); (4) Transisi di
antara dataran tinggi di sebelah selatan Mexico dan dataran tropis di Amerika
Tengah. (Sumber : Johnson L.G, 1987)

Pada tingkatan yang lebih spesifik, biogeografi


menunjukkan banyak bukti-bukti menyolok yang mengarah

EVOLUSI Page 37
pada kejadian evolusi konvergen (convergent evolution).
Organisme-organisme pada kenyataannya mempunyai
biogeografi berbeda-beda, meskipun diturunkan dari
keturunan nenek moyang yang sangat berbeda, memiliki
kesamaan proses adaptasi pada habitat-habitat khusus.
Sebagai contoh, tanaman kaktus (famili Cactaceae)
ditemukan di gurun pasir sebelah tenggara Amerika Utara,
dan di gunung pasir Andes, tetapi tidak ada dimanapun di
tempat lain. Di samping itu habitat-habitat kering dan
tandus di Afrika ditempati oleh sekelompok tanaman dari
famili Euphorbiaceae. Contoh-contoh ini memperjelas teori
kekuatan seleksi alam dimana terbentuk ciri-ciri atau
bentuk-bentuk yang sangat sama oleh karena adaptasi pada
lingkungan yang sama (lihat Gambar III.1 diatas).
Lebih jauh dijelaskan, dua tempat yang memiliki
iklim yang sama belum tentu keadaan flora dan faunanya
sama, bahkan mungkin berbeda sama sekali. Sebagai
contoh kepulauan Galapagos dan kepulauan Cape Verde
mempunyai iklim yang sama tetapi flora dan faunanya
berbeda. Flora dan fauna di kepulauan Galapagos hampir
sama dengan flora dan fauna yang terdapat di Amerika
Selatan. Dihasilkannya 13 spesies burung Finch di
kepulauan Galapagos disebabkan oleh adanya penyebaran
geografi. Burung yang berasal dari Amerika Selatan yang
EVOLUSI Page 38
bermigrasi ke kepulauan Galapagos ini menemukan
lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan asalnya
sehingga terbentuk varian-varian yang sesuai dengan
lingkungan yang baru dan terus berkembang.
Cara penyebaran ini ada 2 macam yaitu penyebaran
aktif dan penyebaran pasif. Penyebaran aktif ialah
penyebaran yang didorong oleh faktor-faktor dari dalam
diri individu itu sendiri, misalnya perpindahan populasi
burung dari suatu tempat ke tempat lain untuk mencari
makanan; sedangkan penyebaran pasif ialah penyebaran
yang disebabkan oleh faktor-faktor lain, misalnya
penyebaran buah kelapa oleh air. Dalam melakukan
penyebaran itu banyak rintangan yang tidak dapat diterobos
atau dilalui. Jika dapat diterobos lingkungan yang baru itu
tidak memenuhi persyaratan bagi hidupnya, oleh karena itu
baik penyebaran aktif maupun penyebaran pasif tidak selalu
berakibat perluasan daerah.
III.2. Bukti Paleontologi
Informasi mengenai sejarah kehidupan di bumi,
terdapat dalam catatan fosil, koleksi bekas-bekas
peninggalan bentuk-bentuk kehidupan yang telah punah.
Ilmu yang mempelajari tentang fosil dan catatan-catatan
fosil disebut paleontologi.

EVOLUSI Page 39
1. Pembentukan fosil
Dari semua organisme hidup, hanya sangat sedikit
yang menjadi fosil, dan kebanyakan yang mengalami
kehancuran karena melewati berbagai proses geologis.
Sebagian besar organisme yang mati dimakan oleh binatang
pemakan bangkai atau mengalami dekomposisi oleh bakteri
dan jamur dekomposer. Tulang-tulang yang tersisa segera
tereduksi dari debu oleh aksi dari air, sinar matahari dan
angin. Organisme-organisme yang terlindung sehingga
dapat menjadi catatan fosil biasanya terkubur dibawah
sendimen segera setelah mereka mati. Ketika organisme-
organisme terkubur, mereka tidak mendapat oksigen dari
luar sehingga proses dekomposisi menjadi terhalang. Hal
kebanyakan atau sering sekali terjadi di bawah laut, dan
sedikit sekali terjadi di daerah dataran tinggi yang kering.
Hal ini yang menyebabkan lebih banyak organisme akuatik
atau yang hidup dekat laut menjadi fosil, dibandingkan
dengan organisme yang hidup di daratan.
Umumnya, untuk menjadi fosil, suatu organisme
harus memiliki bagian-bagian tubuh yang kuat, sebagai
contoh jaringan pelindung pada tanaman, cangkang (shell)
eksternal pada molluska, atau internal skeleton pada
vertebrata. Jaringan tubuh yang lunak jarang dapat survive
apabila terkubur dalam sendimen, dan organisme yang
EVOLUSI Page 40
tidak memiliki bagian-bagian tubuh yang kuat jarang
tercatat sebagai fosil. Fosilisasi dapat terjadi dalam satu
atau beberapa cara. Salah satu di antaranya yaitu proses
mineralisasi, yaitu proses sirkulasi air di dalam sendimen
di sekeliling organisme yang telah mati kemudian secara
perlahan-lahan melarutkan kalsium yang terdapat pada
cangkang (shell) atau tulang dan meninggalkan bekas
lapisan mineral pada tempat tersebut. Material sisa atau
bekas yang merupakan tiruan (replica) dari organisme yang
mengalami mineralisasi tersebut tersimpan lama dalam
sendimen karang.

Gambar III.2 . Evolusi Konvergen (a) famili Euphorbiaceae dan (b) famili
Cactaceae. Tanaman-tanaman ini diturunkan dari nenek moyang yang berbeda,
memiliki proses adaptasi yang sangat sama untuk hidup pada lingkungan yang
sangat kering. Mereka mempunyai batang yang basah yang dapat menyimpan
air, daunnya mengalami reduksi, dan berbentuk seperti jarum. Ilustrasi ini
menunjukan kekuatan seleksi alam (natural selection) dalam mengatur
pembentukan adaptasi pada lingkungan-lingkungan spesifik. (Sumber: Johnson
L.G, 1987)
Fosilisasi juga terjadi ketika cangkang atau tulang
yang lengkap tertanam di dalam lapisan sendimen di bawah

EVOLUSI Page 41
permukaan air, kemudian meninggalkan bekas bentukan
atau cetakan dari organisme tersebut. Bentukan atau
cetakan tersebut merupakan fosil permukaan tubuh tiruan
yang baik. Salah satu contoh bentukan atau cetakan yang
terbentuk menjadi fosil dapat dilihat pada (Gambar III.2).
Bentuk fosil yang lain misalnya jejak kaki atau bekas kulit
yang terbentuk pada lumpur basah kemudian akhirnya
mengeras menjadi batuan karang lunak.
2. Contoh catatan fosil yang lengkap (bukti evolusi
pada kuda)

Gambar III.3. Fosil Trilobite dari Utah tengah. Trilobite telah punah jutaan
tahun dan hanya diketahui melalui catatan fosil, tetapi jumlah spesiesnya sangat
banyak sekali sebagaimana banyaknya individu yang ditemukan. Meskipun
catatan fosilnya tidak lengkap, jumlah fosil Trilobite yang telah di identifikasi
mendekati 4.000 spesies, beberapa masih dalam tahap pertumbuhan juvenil.
(Sumber : Johnson L.G, 1987)

Evolusi pada kuda merupakan suatu contoh klasik


evolusi morfologi, yang sejarahnya ditelusuri dari catatan

EVOLUSI Page 42
fosilnya sejak zaman Eosin (Eocene) di Amerika Utara dan
sedikit dari Eropa dan Asia. Fosil kuda termasuk cukup
lengkap, karena kuda hidup berkelompok dalam jumlah
yang cukup besar, sehingga meninggalkan sejumlah besar
fosil dari zaman ke zaman.
Kerabat kuda tertua adalah dari famili
Paleotheriidae (misalnya Tetraclaenodon dan Phenacodus).
Namun demikian, pada umumnya golongan hewan ini juga
diduga sebagai nenek moyang dari hewan Perissodactyl
lainnya dan jarang sekali dikaitkan dalam diskusi mengenai
evolusi kuda. Fosil kuda primitif ditemukan dalam jumlah
besar yaitu yang diperkirakan hidup pada era Eosin
(Eocene) di Eropa dan Amerika Utara. Namun pada catatan
fosil yang ditemukan menunjukkan bahwa pada era
berikutnya kuda di Eropa sangat jarang dan diduga punah
pada era tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa evolusi
kuda pada dasarnya terjadi di Amerika Utara, kecuali
Palaeotherium yang hanya terdapat di Eropa. Fosil-fosil
kuda yang berumur lebih muda kadang-kadang ditemukan
juga di daratan Eropa. Hal ini menunjukan bahwa keluarga
kuda tidak berevolusi di Eropa, tetapi pernah bermigrasi ke
Eropa, sekitar lima kali di masa lampau.

EVOLUSI Page 43
Gambar III.4. (a) Bentuk gigi dan kaki serta jari kaki yang mengalami evolusi.
(b) Percabangan proses evolusi kuda. (Sumber: Campbell, 1994).

Fosil kuda tertua yang dikenal yakni Hyracotherium


(Eohippus). Hewan ini berukuran sebesar kancil atau anjing
dan tingginya hanya sekitar 30cm. Diperkirakan kuda

EVOLUSI Page 44
primitif ini memakan semak belukar apabila ditinjau dari
struktur giginya. Giginya yang berjumlah 22 pasang dengan
gigi geraham yang hanya terspesialisasi sedikit untuk
menggiling makanan. Kaki depannya terdiri dari empat jari
dan satu rudimen, sedangkan kaki belakangnya mempunyai
tiga jari dan dua jari rudimen.
Lebih jelasnya pada evolusi kuda terjadi perubahan
sebagai berikut:
a) Pertambahan dalam ukuran. Ukuran tubuh kuda
bertambah mulai dari sebesar kancil menjadi sebesar
kuda akutual sekarang.
b) Pemanjangan kaki depan dan belakang. Kaki kuda
yang relatif sebanding dengan tubuhnya seperti
proporsi tubuh kucing atau anjing.
c) Reduksi jari-jari lateral dan pembesaran jari tengah.
Mula-mula jari kaki berjumlah ¾ buah, kemudian
tereduksi menjadi satu jari saja.
d) Punggung menjadi lurus dan datar. Punggung yang
miring melekuk dengan bagian dada lebih tinggi
menjadi datar.
e) Gigi seri melebar. Gigi seri yang semula serupa gigi
mamalia lainnya menjadi lebar dan pipih untuk
menggigit rumput.

EVOLUSI Page 45
f) Gigi premolar berubah bentuk menjadi molar. Gigi
geraham melebar semua menggantikan fungsi
menguyah menjadi menggiling.
g) Pemanjangan dari tengkorak. Tengkorak memanjang
untuk memperoleh bentuk kepala yang lebih ideal
untuk menambah kecepatan berlari.
h) Pertambahan mahktota gigi dengan pertumbuhan
bagian email. Sesuai dengan fungsi dan jenis
makanannya cara menggiling makanan mengakibatkan
mahkota gigi aus. Untuk menanggulangi kerusakan
gigi, maka bagian mahkota gigi cukup tebal untuk
mengakomodasi keausan sampai kudanya berusia 5
tahun.
i) Volume otak bertambah besar dan juga bertambah
kompleks.
j) Rahang bertambah lebar untuk mengakomodasi
perubahan gigi.
Selanjutnya, urutan terjadinya evolusi kuda hingga
menjadi kuda aktual (Equus) diperkirakan melalui tahapan
sebagai berikut: Eohippus borselia  Orohippus 
Epihippus  Mesohippus bairdi  Meiohippus 
Parahippus  Merychippus paniensis  Pliohippus 
Equus. Selain itu, dikenal pula garis keturunan nenek

EVOLUSI Page 46
moyang kuda yang lain, misalnya: Archaentherium
(Archaeohippus)  Palaeotherium  Anchitherium 
Hypohippus osborni  Hipparion occidentale 
Hippidium, namun jenis-jenis ini tidak ikut berperan dalam
evolusi yang menghasilkan Equus kuda aktual (lihat
Gambar III.4).
Mengapa terjadi perubahan evolusi pada kuda dalam
hal ukuran dan jumlah jari kaki? Alasan utamanya adalah
karena tempat hidup kuda sangat menunjang untuk
terjadinya proses evolusi yang begitu lengkap. Misalnya,
kuda primitif hidup di hutan. Lingkungan yang demikian ini
memungkinkan Eohippus yang ukurannya tubuhnya kecil
dapat menyelinap di antara semak belukar. Demikian pula
bentuk atau pola giginya yang sesuai untuk menggigit
semak belukar dan bukan rumput, di samping kaki dengan
beberapa jari ikut membantu dalam mengais dan menggali
akar-akar yang lunak.
Pada masa berikutnya, terjadi suatu perubahan pada
permukaan bumi. Hutan menjadi berkurang dan timbulah
padang rumput yang luas. Dengan demikian, makanan yang
cocok untuk kuda sebelumnya hanya mencukupi untuk
menghidupi sejumlah kecil kuda, sedangkan padang rumput
merupakan suatu biotop baru dengan relung yang masing

EVOLUSI Page 47
kosong. Kemudian generasi kuda berikutnya ini
memanfaatkan relung tersebut. Untuk dapat beradaptasi
dengan baik, terjadi evolusi pada kaki yaitu menjadi lebih
panjang, jumlah jari yang lebih sedikit yang cocok untuk
kehidupan di padang rumput. Hal ini sangat berbeda dengan
keadaan di lantai hutan yang penuh tertutupi oleh akar dan
ranting. Dengan berkurangnya jari, postur tubuh dan
tengkorak menjadi lebih ideal sehingga mereka dapat
berlari-lari dengan lebih mudah dan lebih cepat. Bentuk
tubuh seperti ini memungkinkan mereka dapat menghindari
diri dari predator secara lebih efektif.
Demikian pula ukuran tubuh yang lebih besar secara
tidak langsung menolong mereka dari pemangsa (predator)
yang berukuran tubuh lebih kecil. Jika ukuran tubuh kuda
tetap sebesar kancil atau anjing, maka predator dengan
mudah dapat memangsa mereka yang berjumlah sangat
banyak dan hidupnya berkelompok-kelompok. Gigi yang
sebelumnya cocok untuk merebut semak belukar, tidak
diperlukan lagi. Sebaliknya, kini diperlukan suatu gigi yang
lebih lebar dan mahkota emailnya cukup tebal untuk
menggigit dan mengunyah rumput. Gigi tersebut sesuai
untuk mengunyah rumput karena mengan-dung kadar
silikat yang tinggi.

EVOLUSI Page 48
III.3. Bukti Anatomi Perbandingan
Pendekatan untuk menginterpretasi bukti-bukti
paleontologi adalah anatomi perbandingan. Para ahli
anatomi perbandingan mencoba menemukan persamaan-
persamaan dan perbedaan-perbedaan antara struktur dasar
(fundamental structure) organisme hidup. Mereka
mempelajari bentuk-bentuk struktur dasar setiap kelompok
organisme. Sebagai contoh, semua hewan vertebrata
memiliki struktur dasar yang sama, yakni: suatu kerangka
utama penyanggah tengkorak dan tulang belakang; tulang
rusuk yang melindungi jantung dan paru-paru, tertancap
pada tulang belakang; sepasang organ tambahan; dan sistem
peredaran darah, pernafasan atau respirasi, pencernaan,
pengeluaran yang sama.
Teori dasar mengenai bukti-bukti evolusi
berdasarkan anotomi perbandingan adalah bahwa semua
hewan sama, tersusun oleh sel dengan banyak gambaran
umum. Jika setiap spesies diciptakan terpisah, hewan
bervariasi atau beragam dalam struktur tanpa pola yang
konsiten dan yanpa korelasi antara organ-organ yang
mempunyai fungsi-fungsi sama. Namun, hewan-hewan
yang sekarang ada mempunyai sistem organ yang sama
untuk sistem rangka, peredaran darah, percernaan, ekskresi,
dan fungsi lainya yang penting.
EVOLUSI Page 49
Contoh kesamaan struktur anggota gerak bagian
depan adalah kesamaan pada sayap burung dengan
kelelawar, sirip ikan, dengan lumba-lumba, dan kaki depan
kuda. Contoh-contoh diatas memperlihatkan bahwa anggota
gerak yang serupa tersebut berasal dari bagian yang sama,
walaupun digunakan dalam fungsi yang berbeda. Sayap
burung digunakan untuk terbang dan sirip ikan untuk
berenang.

Gambar III.5. Ilustrasi perbedaan struktur antara homologi dan analogi .

Organ-organ yang memiliki kesamaan struktur,


seperti yang telah disinggung diatas, disebut organ
Homolog (homologi). Jadi organ homolog (homologi)
adalah Struktur dasarnya mengalami perkembangan
sehingga menimbulkan variasi. Sebaliknya, organ yang

EVOLUSI Page 50
struktur dasarnya berlainan tetapi mempunyai fungsi yang
sama disebut organ analog (analogi). Contoh organ analog
adalah sayap serangga dan sayap burung. Kedua organ
tersebut sama-sama digunakan untuk terbang tetapi struktur
dasarnya berbeda.
Konsep lain dari anatomi perbandingan yaitu
analogi. Analogi adalah menunjukkan fungsi yang sama,
tetapi mempunyai struktur dasar yang berbeda. Misalnya
sayap burung dengan sayap serangga mempunyai fungsi
yang sama tetapi struktur dasarnya berbeda. Burung
mempunyai kerangka tulang sayap sedangkan serangga
mempunyai sayap yang tersusun dari lapisan kitin yang
keras, tetapi keduanya berfungsi untuk terbang (Gambar
III.5). Anatomi perbandingan yang juga diidentifikasi yakni
struktur vestigial. Struktur vestigial adalah struktur-struktur
tertentu yang tidak berkembang terus pada beberapa
organsime, tetapi dalam perkembangan selanjutnya
berfungsi lain. Struktur vestigial termasuk rudimentasi,
sayap pada mutan vestigial (Drosophila melanogaster)
kekurangan penglihatan pada hewan-hewan penghuni gua,
gigi geraham manusia, tulang ekor pada manusia (pada
mamalia yang lain ekornya tumbuh memanjang).

EVOLUSI Page 51
Gambar III.6. Struktur Analog. (a) Sayap burung mempunyai kerangka yang
kuat; (b) sayap serangga yang hanya tersusun oleh lapisan kitin. Struktur analog
mempunyai fungsi yang sama tetapi struktur dasarnya berbeda. (Sumber:
Johnson L.G, 1987).

III.4. Bukti Embriologi Perbandingan


Kalau ditinjau dari perkembangan embrio pada
hewan multiseluler, akan dijumpai kenyataan bahwa
perkembangan mulai dari zigot menunjukan bentuk yang
hampir sama. Misalnya perkembangan pada blastula,
grastrula, namun dalam perkembangan selanjutnya berbeda
satu dengan yang lain sehingga bentuk dewasanya menjadi
sangat berbeda. Contohnya perbedaan antara ikan,
salamander, kura-kura, ayam, babi, sapi, kelinci dan
manusia sangat berbeda, namun semua dimulai dari blastula
dan grastrula serta embrio yang hampir sama.

EVOLUSI Page 52
Gambar III.7. Embriologi perbandingan dari ikan, salamander, kura-kura, ayam,
babi, sapi, kelinci dan manusia. (Sumber: Johnson L.G, 1987).

Mengenai perkembangan embrio Karl von Baer,


menyatakan bahwa: (a) sifat-sifat umum muncul paling
awal kemudian diikuti sifat-sifat khusus; (b) perkembangan
dimulai dari yang umum sekali, kemudian kurang umum,
dan akhirnya ke sifat-sifat yang khusus; (c) hewan yang
satu memisah secara progresif dari hewan yang lain; (d)
EVOLUSI Page 53
dalam perkembangannya hewan-hewan multiseluler bentuk
embrionya sama, tetapi kemudian pada saat dewasa
bentuknya menjadi berbeda-beda. Gambar III.7,
menunjukan perkembangan yang dinyatakan oleh Karl von
Baer tersebut, walaupun gambar III.7 tidak dimulai dari
tahap blastula dan grastrula.
Hubungan perkembangan embrio dengan evolusi
dinyatakan oleh Ernst Haeckel, bahwa ontogeny adalah
phylogeny yang dipersingkat. Ontogeni adalah seluruh
perjalanan perkembangan dan sejarah hidup suatu individu.
Phylogeny adalah sejarah kekerabatan dalam proses
evolusi. Ia menyebutnya sebagai teori rekapitulasi atau teori
biogenetik.
III.5. Bukti Evolusi Molekuler
Di samping kesamaan yang ditemukan pada
struktur-struktur anatomi, para ahli biokimia juga
menemukan banyak kesamaan pada tingkatan molekuler.
Kenyataannya semua organsime hidup memiliki materi
genetik (DNA) yang hampir sama, mengunakan kode-kode
genetik yang sama, dan memiliki molekul berenergi tinggi
(ATP).
Sebagai materi genetik, DNA berfungsi mulai dari
perkembangan awal setiap organisme. Sejak diketahui
bahwa transfer sifat-sifat keturunan dan kontrol genetik
EVOLUSI Page 54
melalui DNA, memberi kemajuan yang efektif dan efisien,
dan terjadi perubahan dimana seleksi alam tidak banyak
lagi disukai, tetapi beralih ke mekanisme hereditas.
Kesamaan struktur protein menjadi perhatian khusus para
ilmuan dalam mempelajari evolusi. Para ahli biokimiawi
menemukan urutan asam amino dari molekul protein. Dari
informasi ini, gen-gen dapat disusun karena diketahui
bahwa asam amino dalam protein, berhubungan dengan
nukleotida-nukleotida yang terdapat dalam molekul DNA.
Hal ini memungkinkan studi genetik dilakukan untuk
mengkaji proses evolusi.
Penelitian-penelitian di bidang molekuler sangat
menunjang perkembangan pengetahuan evolusi. Kajian-
kajian evolusi dewasa ini lebih banyak ditinjau dari segi
biokimiawi, genetika, dan molekuler.
III.6. Bukti yang Hidup dan Tak Hidup yang sedang
berlangsung
Perubahan dalam arti evolusi bukan soal satu, dua,
atau tiga generasi saja melainkan memakan waktu yang
sangat lama, bahkan sampai berjuta-juta tahun lamanya.
Jika sejarah makhluk hidup dibandingkan dengan satu hari
genap maka manusia muncul pada jam 23h 59’ 31’. Jadi
umur 1 orang tidak lebih dari 0.0001 detik.

EVOLUSI Page 55
1. Variabilitas Tumbuhan dan Hewan
Bukti adanya evolusi berdasarkan variabilitas
tumbuhan dan hewan, terutama dipelajari pada tumbuhan
dan hewan yang dibudidayakan oleh manusia sebagai hasil
penelitian. Penelitian-penelitian ditujukan pada tumbuhan
dan hewan karena evolusi berlangsung sangat lambat
sehingga sulit dilihat oleh manusia. Contoh peristiwa ini
dapat dilihat pada tumbuhan kol yang berubah menjadi
beberapa varietas.

Gambar III.8. Perbandingan embrio pada manusia, katak dan cumi-cumi.

Perubahan ini merupakan hasil seleksi buatan


manusia dengan cara pemuliaan tanaman. Contoh lainnya
adalah pada budidaya hewan, seperti kuda dan sapi. Ada
berbagai macam varietas hewan sebagai hasil seleksi buatan
manusia. Akibatnya, satu spesies dapat menghasilkan

EVOLUSI Page 56
bermacam-macam varietas. Seleksi buatan ini menunjukan
tingkat perkembangan suatu jenis menuju kepada
pemisahan suatu spesies baru. Namun, seleksi buatan akan
mempercepat proses alamiahnya.
2. Taksonomi pada Tumbuhan dan Hewan
Dari taksonomi dapat diketahui bahwa hewan dan
tumbuhan dapat dispesifikasikan dalam berbagi tingkatan,
mulai spesies sampai kelas. Pengelompokan didasarkan atas
kesamaan karakteristik secara umum, tingkatan hirarki dan
perbedaan-perbedaan pada organ-organ tertentu. Hal ini
dapat dilakukan sehubungan dengan adanya suatu
perbedaan yang gradual. Perbedaan itu menunjukkan
keteraturan. Penggolongan ini juga dimungkinkan karena
adanya suatu mata rantai yang hilang yang disebut missing
link. Hilangnya tingkatan tertentu ini mungkin disebabkan
adanya kepunahan dari spesies tersebut.
3. Distrubusi Makhluk Hidup di Muka Bumi
Pada tahun 1876, penyelidik alam dari Inggris
Alfred Wallece (yang terpisah dari Darwin)
mengemukakan bahwa daerah-daerah benua di Dunia dapat
dibagi menjadi menjadi enam wilayah terpisah dari wilayah
utama berdasarkan populasi hewannya (gambar III.9).
Keanekaragaman terbanyak dari makluk hidup terdapat di
dua wilayah tropis, yaitu Ethiopia (Afrika tropis) dan
EVOLUSI Page 57
Oriental (Asia tropis dan pulau-pulau dekat lepas pantai).
Bukti fosil menunjukan bahwa wilayah-wilayah itu
kebanyakan tanaman dan vertebrata dominan telah
berevolusi, begitu pula wilayah Palearktik Eropa dan Asia
Utara sedangkan Amerika Utara ialah wilayah Nearktik.

Gambar III.9. Penyebaran hewan di dunia menjadi enam wilayah menurut


Alfred Wallece.

Penyebaran tumbuhan dan hewan kemudian melalui


wilayah ini sering dibatasi secara keras oleh buruknya
iklim. Kedua wilayah benua lainnya ialah Neotropis
(Amerika Selatan) dan Australian (Australia, Selandia Baru
dan Irian). kehidupan hewan (fauna) dan tumbuhan (flora)
yang tidak lazim di kedua wilayah ini dapat dijelaskan oleh
isolasi intermin yang dialaminya dengan daratan
didekatnya. Pada waktu itu wilayah Australia terisolasi,

EVOLUSI Page 58
sedangkan wilayah Neotropos mempunyai jembatan dengan
wilayah Nearktik selama dua juta tahun terakhir.
Penyebaran tumbuhan dan hewan di pulau-pulau
samudra menunjang dengan kuat teori evolusi. Pulau-pulau
samudra (misalnya pulau Hawai) adalah yang tidak pernah
berhubungan dengan enam wilayah penyebaran dunia.
Banyak pulau-pulau itu timbul dari lautan di waktu yang
relatif baru (secara geologis). meskipun demikian, semua
pulau-pulau tersebut mempunyai kekayaan dan
keanekaragaman fauna dan flora. Jika spesies tidak
bermutasi, kita akan berharap bahwa semua makluk yang
menempati pulau-pulau demikian akan merupakan anggota
spesies yang terdapat di benua.
Pada waktu berumur 26 tahun, Darwin mengunjungi
sekelompok pulau demikian yaitu pulau Galapagos yang
berhadapan dengan Ekuador. Dia menemukan bahwa
burung-burung laut disana sama dengan burung-burung
pulau-pulau di Pasifik. Namun Darwin juga menemukan
tiga belas spesies burung daratan yang tidak dijumpai
dimanapun di dunia ini (Gambar III.9). Beberapa memiliki
paruh yang besar untuk memakan biji, yang lainnya
mempunyai paruh yang sesuai untuk memakan insekta.
berbagai ukuran. Satu spesies memiliki paruh seperti
burung pelatuk dan menggunakannya untuk membuat
EVOLUSI Page 59
lubang di kayu. Akan tetapi, burung ini tidak memiliki lidah
yang panjang sebagaimana pelatuk yang umum dijumpai
yang menggunakan lidah untuk menangkap insekta dari
kayu. Sebagai gantinya burung ini menggunakan duri
kaktus yang dipegang pada paruhnya untuk menggali
insekta keluar. Dibawah keanekaragaman bentuk luar ini
ketigabelas spesies burung ini adalah burung finch.
Meskipun salah satu diantaranya lebih mirip warbler.
Anatomi dalamnya memperlihatkan hubungan kekerabatan
yang sebenarnya.

Gambar III.10. Beberapa contoh jenis burung finch yang unik dan tidak
dijumpai dibelahan bumi manapun selain kepulauan Galapagos

Dengan demikian kepulauan Galapagos memiliki


sekelompok burung yang tidak terdapat dimanapun di
dunia. Hal ini merupakan hal yang aneh bagi teori
penciptaan. Jauh lebih masuk akal adalah pemikiran
Darwin bahwa setiap jenis burung ini adalah hasil
EVOLUSI Page 60
keturunan yang mengalami perubahan evolusi dari nenek
moyang finch biasa yang secara kebetulan mencapai pulau-
pulau tersebut dari daerah asalnya di Amerika Selatan. Kita
telah melihat bahwa Darwin mengumpulkan beberapa
macam bukti untuk memperkuat pendiriannya bahwa
spesies dapat berubah dan merupakan hasil evolusi. Tetapi
agaknya tidak ada bukti yang lebih penting bagi logika
selain burung finch tersebut.
4. Bukti dari biokimia perbandingan
Studi anatomi perbandingan memperlihatkan
adanya homologi anatomi, demikian pula studi biokimia
dari macam-macam organisme telah mengungkapkan
homologi biokimia. Pada kenyataanya, persamaan biokimia
organisme hidup adalah salah satu ciri yang mencolok dari
kehidupan.
Enzim-enzim sitokrom terdapat pada hampir setiap
organisme hidup. Salah satunya adalah sitokrom c yang
terdiri dari rantai polipeptida yang terdiri atas 104 sampai
112 asam amino (tergantung jenis organisme). Pada tahun-
tahun belakangan ini telah ditentukan urutan asam amino
yang pasti pada sitokrom c dari beragam organisme seperti
manusia, kelinci, pinguin raja, ular gerincing, ikan tuna,
ngengat dan neurospora. Meskipun terdapat banyak variasi
dalam urutan terutama bagi organisme yang diduga
EVOLUSI Page 61
berkerabat jauh, ternyata ada juga sejumlah besar
persamaanya. Urutan asam amino pada manusia berbeda
dengan urutan pada monyet rhesus hanya pada satu tempat
dalam rantai. Sitokrom c dari tanaman gandum berbeda dari
manusia dalam 35 asam amino. Akan tetapi, 35 asam amino
lainnya dalam rantai terbukti sama pada setiap spesies yang
diuji. Hal ini termasuk satu bagian yang terdiri atas 11 asam
amaino yang beruntun (No. 70-80) yang terdapat pada
semua organisme yang kita kenal. Kita mengetahui
bagaimana urutan nukleotida dalam molekul DNA yang
mengkode urutan asam amino dalam protein. Terdapatnya
gen untuk sitokrom c yang begitu banyak mengandung
informasi genetik yang sama pada begitu banyak jenis
organisme tidak dapat dijelaskan tanpa menggunakan teori
evolusi. Jelaslah fenomena ini berarti bahwa kita semua
mewarisi gen itu dari nenek moyang yang sama, sekalipun
dengan akumulasi mutasi.
Alasan yang sama dapat diterapkan pada persamaan
biokimia lain diantara organisme-organisme. studi
mengenai urutan asam amino pada hemoglobin mamalia
memperlihatkan persamaan yang dekat, terutama pada
organisme yang diduga berkerabat dekat. DNA dan RNA
terdapat setiap organisme hidup dan sepanjang pengetahuan
kita mengandung mekanisme pengkodean hereditas yang
EVOLUSI Page 62
sama. Selanjutnya sebagaian besar vertebrata mempunyai
hormon-hormon yang sama atau mirip. Prolaktin misalnya
terdapat pada berbagai vertebrata seperti ikan, burung dan
mamalia, meskipun fungsinya pada masing-masing
berbeda. Hormon diwariskan dari moyang yang sama tetapi
dengan fungsi yang berubah sesuai dengan cara kehidupan
setiap hewan. Keseragaman yang mencolok dari susunan
biokomia yang mendasari keanekaragaman yang luar biasa
dari makluk hidup sulit untuk dijelaskan dengan cara lain
kecuali dengan teori evolusi. Diduga molekul-molekul ini
terbentuk sangat awal dalam sejarah kehidupan dan hampir
semua bentuk kehidupan sekarang mewarisi kemampuan
membuat dan menggunakannya.
Jika seseorang menyuntikkan protein serum
manusia pada kelinci (kelinci hanya merupakan hewan
yang mudah digunakan, hewan apapun juga dapat
digunakan), kelinci akan membuat berbagai molekul
antibodi yang sangat bervariasi terhadap semua determinan
antigen yang asing baginya. Bila serum darah kelinci yang
mengandung antibodi anti human ini dicampur dengan
serum manusia dalam tabung reaksi, terbentuklah kompleks
antigen-antibodi yang berbentuk endapan. Jumlah endapan
yang terbentuk dapat diukur dengan mudah. Apa yang
membuat reaksi ini menarik sehubungan dengan apa yang
EVOLUSI Page 63
kita uraikan ini ialah antibodi antihimun ini juga akan
bereaksi dengan serum darah mamalia tertentu, akan tetapi
tidak begitu hebat yaitu jumlah endapan yang terbentuk
sedikit. Antibodi antihimun yang dicampur dengan serum
manusia, kera, monyet Dunia Lama, monyet Dunia Baru
dan babi (masing-masing dalam 5 tabung reaksi yang
terpisah) menghasilkan endapan dalam setiap tabung. Akan
tetapi, banyaknya endapan yang terbentuk berkurang dari
manusia ke babi (Tabel. III.2).
Metode ini (disebut serologi perbandingan) tidak
saja membenarkan beberapa hubungan evolusi yang telah
disetujui, tetapi juga membantu memastikan hubungan,
karena bukti-bukti anatomi gagal untuk memberikan
jawaban dengan jelas. Misalnya kelinci memperlihatkan
beberapa persamaan struktur dengan hewan pengerat, tetapi
walaupun demikian mereka diletakkan dalam ordo
tersendiri, ialah ordo Lagomorpha. Satu alasan penting
untuk ini ialah bahwa uji serologi memperlihatkan sedikit
afinitas antara kelinci dengan hewan mengerat, malahan
kelinci tampaknya berkerabat lebih dekat dengan ungulata
berkuku genap seperti babi. Demikian pula ikan paus,
secara serologi memperlihatkan hubungan yang lebih dekat
dengan ungulata berkuku genap daripada dengan ordo
mamalia lainnya. Bahkan protein tumbuhan telah
EVOLUSI Page 64
digunakan sebagai antigen dan beberapa teka-teki evolusi
dengan teknik ini telah menjadi jelas.
Tabel III.1. Jumlah perbedaan asam amino antara rantai beta
hemoglobin manusia dengan berbagai spesies (Kimbal, 2005)
Spesies Jumlah perbedaan asam
amino
Manusia 0
Gorila 1
Gibbon 2
Monyet Rhesus 8
Anjing 15
Kuda, Sapi 25
Tikus 27
Kangguru Kelabu 38
Ayam 45
Kodok 67
Lamprey 125
Siput Lautan (moluska) 127
Kedelai (leghemoglobin) 124

5. Bukti Dari Domestikasi


Domestikasi adalah pembudidayaan tumbuhan dan
hewan dengan sengaja oleh manusia selama ribuan tahun.
Dua abad belakangan ini manusia telah mengembangkan
varietas atau jenis tanaman dan hewan yang menghasilkan
makanan yang lebih memenuhi kebutuhan. Melalui proses
domestikasi manusia telah menciptakan bentuk-bentuk
spesies berbeda dari moyangnya.

EVOLUSI Page 65
Tabel III.2. Reaksi antara antibodi antihuman (berasal dari kelinci) dan serum
dari berbagai mamalia, dengan serum manusia dinilai 100% (Kimbal, 2005)

Spesies Reaksi antibodi antihuman


Manusia 100%
Simpanse 97%
Gorila 92%
Gibbon 79%
Babaon 75%
Monyet laba-laba* 58%
Lemur 37%
Landak kecil (insektivora) 17%
Babi 8%
* spesies dunia baru
Sebagai contoh adalah keanekaragaman anjing yang
luar biasa dari mulai Chihuahua sampai Saint Bernard
menunjukan kemampuan kita mengubah spesies dengan
cara perkawinan selektif.

Gambar III.11. Beberapa varietas anjing yang telah berkembang akibat


domestikasi yang dilakukan manusia

Tanaman jagung (Zea mays) juga telah mengalami


perubahan begitu besar sehingga tidak dapat hidup tanpa
bantuan manusia. Jenis-jenis kuda, sapi, kambing, domba,
EVOLUSI Page 66
ayam dan kelinci yang kita liat sekarang adalah bukti dari
variabilitas dan menunjukan kemampuan kita menciptakan
perubahan evolusi yang menguntungkan.
Standar yang dalam menilai suatu teori adalah
kemampuannya menjelaskan sebanyak mungkin fakta
dengan cara paling sederhana sehingga memungkinkan
meramal fakta-fakta baru, demikian juga teori evolusi ini.
Perubahan evolusi yang lambat telah menghambat
penjelasan terkait ramalan fakta-fakta baru. Namun teori
evolusi mampu memberikan penjelasan sederhana yang
luas tentang fakta kehidupan sehingga sangat penting dalam
biologi. Setiap aspek dari dunia kehidupan yang dipelajari
manusia dari biokimia, sitologi, antropologi dan sejarah
telah dihidupkan dan diperluas oleh teori ini.
Penyebaran hewan berdasarkan geografis telah
memberikan Darwin bukti yang paling kuat bahwa evolusi
telah terjadi, maka penelitiannya tentang proses
domestifikasi memberikan kunci bagaimana evolusi itu
terjadi. Inilah teori tentang mekanisme perubahan evolusi
yang benar-benar membuat The Origin of Spesies menjadi
karya bersejarah.
6. Bukti dari struktur kromosom
Perbedaan-perbedaan yang memisahkan satu spesies
dari spesies lainnya adalah dalam analisis terakhir yaitu
EVOLUSI Page 67
genetika, yaitu terkait gen-gen dalam kromosom. Lalu jika
kita percaya bahwa semua semua spesies pada suatu saat
mempunyai suatu moyang yang sama, dapatkah kita
menemukan homologi dalam struktur kromosom seperti
yang kita temukan pada struktur kerangka dan protein?.
Semakin dekat hubungan dua spesies, berdasarkan kriteria-
kriteria seperti organ-organ homolog, semakin mirip
kariotipenya. Kariotipe simpanse dan kariotipe orang utan
praktis tak dapat dibedakan, kecuali jumlah kromosomnya
yang 48 berbeda dengan kromosom manusia yang
berjumlah 46, sangat mirip dengan kariotipe manusia.
III.7. Bukti-bukti berdasarkan Fosil Hewan yang
Sudah Mati
Bukti evolusi yang lain adalah fosil. Kita dapat
mendefinisikan fosil sebagai setiap macam sisa organisme
yang hidup dalam zaman geologi yang lampau. Usia fosil
dapat diperkirakan berdasarkan usia berbagai usia berbagai
lapisan tanah atau batuan yang menyusun bumi. Fosil satu
jenis hewan mungkin dapat ditemukan di beberapa lapisan
pemukaan bumi. Dari fosil-fosil yang berasal dari berbagai
lapisan bumi, ilmuwan dapat menurut proses perubahan
yang terjadi pada spesies tersebut. Terdapat pula fosil
berupa jejak sehingga bentuk binatang dapat direkonstruksi
secara umum atau untuk mengetahui bagaimana binatang

EVOLUSI Page 68
bergerak. Selain fosil jejak, noda-noda pada tulang tempat
menempel otot dan ukuran serta bentuk otot,
memungkingkan rekontruksi keseluruhan bentuk binatang.
Paleontologi adalah ilmu yang khusus mempelajari
mengenai fosil.

Gambar III.12. Bekas jejak kaki dinosaurus yang 120 juta tahun yang lalu
ketika hewan ini berjlan di dasar sungai dikawasan Arizona, Amerika Serikat.

Dalam keadaan khusus, seluruh tubuh suatu


organisme setelah mati dapat diawetkan. Anak dinosaurus
yang ditemukan secara utuh menjadi fosil pada batu ambar
di selatan Italia dapat dipelajari dengan mudah seakan-akan
baru mati. Bangkai (karkas) mammoth yang beku, suatu
kerabat gajah yang telah punah, kadang-kadang ditemukan
di Seberia. Meskipun telah membeku selama 40.000 tahun,
dagingnya masih cukup baik untuk digunakan dalam studi
biokimia.

EVOLUSI Page 69
Gambar III.13. Fosil anak dinosaurus yag terawetkan secara utuh.

Gambar III.14. Fosil Mammoth

Akan tetapi, pengawetan total organisme secara


utuh jarang terjadi. Biasanya setelah mati, bagian-bagian
lunak tubuh dengan cepat dirusak oleh pemakan bangkai
atau busuk karena bakteri. Bagian keras seperti tulang atau
cangkang lebih tahan terhadap pengrusakan, karena itu
kemungkinannya lebih besar untuk menjadi fosil. jika
dikelilingi oleh sedimen tanah liat atau pasir, bagian
EVOLUSI Page 70
tersebut dapat menjadi fosil yang dengan mudah dapat
dikenali ratusan juta kemudian, lama setelah sedimen yang
membungkusnya berubah menjadi batuan seperti serpihan
atau batu pasir. Fosil-fosil ini malahan dapat mengandung
sisa bahan organik untuk jangka waktu yang sangat lama.
dari beberapa fosil yang berumur lebih dari 300 juta tahun
telah ditemukan asam amino dan peptida.

Gambar III.15. Jejak kaki dinasaurus yang memfosil akibat dikelilingi sedimen
tanah liat atau pasir.

Kita tahu bahwa fosil bahwa fosil telah


menimbulkan keingintahuan manusia paling tidak sejak
zaman Yunani kuno. Sering ditemukan fosil yang
bentuknya tidak ada pada organisme yang hidup di bumi
sekarang ini. Lalu bagaimana kita dapat menjelaskan
adanya organisme tersebut? Sebagai penjelasan kadang-
kadang dikatakan adanya serangkaian penciptaan khusus

EVOLUSI Page 71
yang diikuti bencana alam yang memusnahkan organisme
diseluruh dunia. Tetapi teori evolusi memberikan jawaban
yang lebih memuaskan. Ada gagasan yang menyatakan
bahwa semua organisme yang hidup sekarang ini pada
suatu periode dalam sejarahnya mempunyai moyang yang
sama. Secara tidak langsung hal ini menyatakan bahwa
pada waktu yang lampau terdapat lebih sedikit jenis
makhluk hidup dan keadaanya lebih sederhana. Hal ini
sesuai dengan bukti-bukti fosil yang ditemukan. Jika kita
menuruni Grand Canyon di Amerika Serikat, kita akan
melihat secara jelas lapisan demi lapisan batu batuan
sedimen, lapisan terdalam adalah ialah lapisan yang tertua.
Makin dalam kita menuruni lembah tersebut makin
berkurang jumlah jenis fosil. Selanjutnya juga terdapat
fakta, sifat organisme yang terdapat di lapisan yang lebih
dalam itu kurang kompleks bila dibandingkan dengan yang
terdapat di lapisan atasnya. Fosil reptilia terdapat dilapisan
tanah yang secara geologi lebih muda, sedangkan fosil
cacing terdapat dalam lapisan yang lebih tua.

EVOLUSI Page 72
Gambar III.16. Grand Canyon di Amerika Serikat

Perlu diperhatikan bahwa dalam satu lokasi kita


tidak akan pernah menemukan sejarah fosil yang tidak
terputus. Pergolakan geologi tanah selalu diikuti erosi. Oleh
karena itu sebagian dari sejarah catatan fosil akan lenyap
(missing link). Sebagian besar kecaman terhadap Darwin
datang terkait kegagalan para paleontologi untuk
menemukan missing link, merupakan kelemahan besar bagi
gagasan bahwa organisme yang sekarang ini berkembang
dari organisme yang ditemukan sebagai fosil. Tetapi
seiiring dengan waktu, ahli paleontologi telah banyak
menemukan missing link. Fosil Archeopteryx adalah salah
satunya, berbentuk peralihan antara burung dan reptilia
yang diduga menjadi moyangnya. Kesenjangan pada data
fosil masih sangat mencolok pada hewan bertubuh lunak
dan pada manusia. Hal ini tidak mengherankan bila kita
ingat bahwa peluang kedua tipe organisme hewan darat

EVOLUSI Page 73
lainnya (terutama primata yang cerdas) mati ditempat
dimana akan tertutup dengan cepat oleh sedimen.
Kemudian, juga harus diingat bahwa jangan
berharap untuk menemukan informasi secara lengkap selain
bagian-bagian catatan fosil. Sebagian besar fosil yang
pernah terbentuk masih ada di pegunungan, dalam tanah
dan lautan, mungkin juga telah rusak oleh gejolak geologi
berikutnya rintangan terbesar menemukan missing link
ialah evolusi spesies baru dari tumbuhan atau hewan
umumnya terjadi dalam populasi kecil pada organisme yang
kurang mengalami spesialisasi.

Gambar III.17. Fosil Archeopteryx

Meskipun kita mungkin tidak akan pernah mampu


merunut evolusi semua makluk hidup melalui fosil
moyangnya, tetapi adanya fosil dan penyebarannya yang
telah ditemukan memberikan pada kita beberapa bukti
nyata dari evolusi.

EVOLUSI Page 74
Gambar III.18. Fosil kuda adalah fosil yang paling lengkap bisa ditemukan
disetiap zaman perkembangan vertebrata

III.8. Latihan dan Diskusi 3


1. Coba anda jelaskan bukti adanya evolusi dari studi
biogeografis!
2. Bagaimanakah para ahli sampai pada kesimpulan
bahwa fosil-fosil merupakan petunjuk adanya evolusi!
3. Mengapa terjadi perubahan evolusi pada kuda dalam
hal ukuran dan jumlah jari kaki!
4. Kemukakan pendapat anda bahwa dengan mempelajari
anatomi perbandingan memungkinkan kita untuk
memperoleh petunjuk ada tidaknya evolusi!
5. Dalam hal apakah perkembangan embrio berbagai
hewan dapat menunjukkan adanya peristiwa evolusi!

EVOLUSI Page 75
BAB. IV
MEKANISME EVOLUSI

Tujuan Instruksional :
Setelah membaca buku ajar ini diharapkan dapat
memahami mekanisme evolusi.

IV.1. Variasi yang Diwariskan (Bahan Baku Evolusi)


Dua puluh tahun telah berlalu semenjak Darwin
pulang dengan keyakinan akan kebenaran evolusi dan
bukunya The origin of Species diterbitkan. selama waktu
tersebut, Darwin mengumpulkan lebih banyak data lagi
untuk memperkuat keyakinannya. Karena hidup di daerah
pertanian Inggris, ia mempunyai banyak kesempatan untuk
mengamati petani melaksanakan seni pemuliaan hewan.
Kita sebut seni karena pada waktu itu ilmu genetika belum
ada. Meskipun demikian, varietas baru berbagai jenis
hewan diciptakan. Darwin yang mengetahui bahwa hal ini
merupakan perubahan evolusi, mencari mekanisme
bagaimana varietas itu diciptakan. Ia menemukan bahwa
peternak dapat mengembangkan jenis baru hanya dari
varian yang timbul secara spontan pada ternaknya. Jika
beberapa hewan dilahirkan lebih berat atau lebih besar atau
warna bulunya lebih gelap dibandingkan dengan yang lain,

EVOLUSI Page 76
maka peternak dapat mengembangkan jenis yang lebih
berat atau lebih tinggi atau berbulu lebih gelap. Darwin
juga menyadari bahwa varian ini tidak dapat timbul hanya
sekedar karena ditempatkan dilingkungan lain. Hanya
variasi terwariskan yang dapat menjelaskan semua ini.

Gambar IV.1. Galur padi dengan kualitas tinggi dikembangkan. Galur ini salah
satu dari dua lusinan galur yang belakangan dikembangkan di International
Rice Institue di Filipina. Sejumlah sifat yang diinginkan telah digabungkan
dalam galur ini dengan menggunakan teknik penangkaran selektif.

Hal kedua yang juga vital bagi pembentukan


varietas baru adalah kawin selektif atau penangkaran
selektif. Hewan-hewan dengan sifat-sifat turunan yang
dikehendaki dikawinkan diantara mereka dengan harapan
bahwa (1) sebagaian besar dari keturunan mereka akan
mempunyai itu dibandingkan dengan populasi sebagai
suatu keseluruhan dan (2) ekspresi sifat-sifat itu akan lebih
menonjol pada keturunan mereka. Dengan mengulang-
EVOLUSI Page 77
ulang proses penangkaran selektif ini, maka pada akhirnya
mungkin dapat mengembangkan galur individu jenis murni
yang memperlihatkan sifat-sifat baru.
Kalau manusia mampu mengadakan perubahan
evolusi melalui pemuliaan. Apakah mekanisme serupa itu
terdapat di alam bebas? Hal pertama yang harus kita cari
dalam populasi organisme liar adalah variasi yang dapat
diwariskan yang dipakai sebagai bahan evolusi. Mereka
yang pernah mempelajari contoh individu dalam jumlah
besar dalam satu spesies menemukan bahwa di alam
memang ada variasi. ada dua bentuk variasi.
1. Variasi tak terputus.
Banyak sifat yang ditemukan dalam suatu populasi
tumbuhan atau hewan bervariasi dalam suatu cara yang tak
terputus dan halus dari suatu penampakan ke penampakan
lainnya. Berat tubuh, panjang tubuh dan warna bulu baru,
tiga sifat yang umunya ditemukan variasi dalam jumlah
besar. Sebagian besar dari individu itu akan berada didekat
pertengahan kisaran itu dan yang karakteristiknya ekstrem
akan berkurang. Anda dapat mengamati variasi ini disekitar
Anda. Meskipun teman-teman sekelas anda tidak
memenuhi syarat sebagai populasi liar, pengukuran tinggi
atau berat tubuh mereka (dari kelamin yang sama) akan
memperlihatkan suatu kisaran nilai yang luas dan tidak
EVOLUSI Page 78
terputus-putus dengan lebih banyak individu yang berada
ditengah-tengah daripada yang ekstrim.
2. Variasi terputus.
Untuk sifat-sifat tertentu, individu–individu dari
berbagai populasi dapat terbagi dalam dua kelompok yang
jelas tanpa adanya kelompok antara. Fakta bahwa semua
manusia mempunyai satu dari empat golongan darah ABO
merupakan contoh variasi yang terputus-putus. Variasi
seperti itu disebut polimorfisme. Bentuk terang dan gelap
dari Biston betularia juga menggambarkan polimorfisme
karena tidak terdapat individu antara yang berwarna kelabu.
Baik variasi tak terputus maupun yang terputus
dapat menjadi bahan baku evolusi bila munculnya variasi
itu disebabkan faktor-faktor genetis dan bukan karena
faktor lingkungan. Mungkin variasi tak terputus dari tinggi
badan teman sekelas anda tadi hanya akibat variasi diet
mereka pada waktu bayi. Lalu bagaimana kita dapat
menentukan apakah variasi dalam suatu populasi liar
sampai derajat tertentu diwariskan? Dalam praktek hal ini
yang sangat sulit dilakukan. Ini menyangkut perkawinan
individu yang yang keduanya merupakan contoh ekstrem
dari sifat yang diteliti. Sebagai contoh, jika dua tikus sangat
besar mempunyai keturunan yang nyata-nyata lebih besar
dari rata-rata populasi, maka hanya faktor lingkungan yang
EVOLUSI Page 79
bekerja. Sifat yang seperti ini dikatakan mempunyai
heritabilitas nol. Populasi biji buncis galur murni akan
bervariasi melebihi kisaran beberapa milimeter panjangnya.
akan tetapi, jika buncis yang sangat kecil itu dikawinkan,
tanaman budidaya yang baru tidak akan memperlihatkan
pergeseran ke arah lebih kecil. Jadi dalam hal ini
heritabilitas variasi ukuran dianggap nol.
IV.2. Seleksi Alamiah
Andaikata variabilitas yang diwariskan benar-benar
terjadi pada populasi liar, apakah di alam ada mekanisme
untuk melangsungkan perkawinan selektif yang menurut
Darwin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
proses domestikasi? Jawaban atas pertanyaan itu dan kunci
dari bagi seluruh teori evolusi di dapatkan Darwin karena ia
membaca buku Essay on Population karya pendeta Inggris
yang bernama Thomas Robert Malthus. Dalam bukunya
ini Malthus mengemukakan potensi reproduksi yang
menakjubkan dari semua organisme. Tidak ada spesies
hidup yang tidak dapat mengisi penuh habitat dengan
jenisnya jika tersedia makanan yang tidak terbatas dan
faktor lain dalam lingkungan itu menguntungkan.
Beberapa akan melaksanakan lebih cepat dari yang
lainnya. Kemampuan bakteri tertentu, misalnya E. coli
untuk melipat gandakan beratnya dan membelah diri adalah
EVOLUSI Page 80
setiap 20 menit. Hal ini menyebabkan spesies ini mampu
memenuhi dunia dalam beberapa hari jika tidak ada yang
menghalangi. Reproduksi manusia jauh lebih lambat, tetapi
secara teori mereka juga dapat memenuhi dunia dalam
waktu yang singkat (dan merupakan ancaman bila memang
terjadi). Nyatanya setiap spesies tidak mampu mendominasi
sendirian. Ada kekuatan yang terdiri dari sejumlah faktor
yang bekerja bersama yang berfungsi sebagai pengendali.
Faktor inilah yang oleh Darwin dikenal dengan istilah
Seleksi Alam.
Teori seleksi alam Darwin merupakan kesimpulan
berdasarkan tiga faktor alam yang dapat diamati dari
kesimpulan pendahuluan. Ringkasan teori tersebut adalah
sebagai berikut :
Fakta No.1. Semua spesies potensi reproduksi yang tinggi.
dari bakteri sampai gajah, mempunyai
kemampuan mereka itu untuk memenuhi
dunia ini dengan jenisnya.
Fakta No.2. Kecuali fluktuasi yang kecil, populasi spesies
apapun dari tahun ke tahun agak konstan.
Kesimpulan No.1. Karena itu kita harus menyimpulkan
bahwa semua makhluk menghadapi
perjuangan untuk eksistensi yang terus

EVOLUSI Page 81
menerus, yaitu perjuangan yang banyak
diantara mereka akan mati muda.
Fakta No.3. Terdapat variasi yang diturunkan diantara
individu tiap spesies.
Kesimpulan No.2. Karena itu kita dapat menyimpulkan
bahwa individu yang variasinya paling cocok
untuk lingkungannya yang mempunyai
kemungkinan besar untuk bertahan hidup.

Gagasan ”survival of the fittest” (yang terkuat dan


sehat dapat bertahan hidup) ini disebut seleksi alamiah,
yang menurut Darwin mekanisme yang di alam
melaksanakan sebagaimana yang dilakukan manusia dalam
program penangkaran selektif terhadap tumbuhan dan
hewan yang dijinakan.
Kondisi seleksi alam menghasilkan kompetisi antar
organisme untuk tetap survive dan bereproduksi. Akibatnya
organisme dengan sifat-sifat yang memberikannya
keuntungan akan lebih banyak jumlahnya dibanding
pesaingnya dan pembawa sifat-sifat yang tak
menguntungkan akan berkurang atau hilang pada generasi-
generasi berikutnya. Konsep sentral seleksi alam adalah
fitness evolusi dari suatu organisme. Fitness adalah ukuran
kemampuan organisme untuk dapat bertahan hidup dan

EVOLUSI Page 82
bereproduksi, yang selanjutnya menentukan ukuran
konstribusi genetiknya kepada generasi selanjutnya. Fitness
tidak sama dengan jumlah total anak pada satu individu saja
namun diindikasikan sebagai jumlah generasi selanjutnya
yang membawa gen organisme bersangkutan. Misalnya bila
suatu organisme bisa bertahan hidup dengan baik dan
bereproduksi dengan cepat namun semua anaknya terlalu
kecil dan lemah bertahan hidup, maka organisme ini hanya
memiliki konstribusi genetik yang kecil pada generasi
selanjutnya dan disebut fitnessnya rendah. Bila suatu alel
meningkatkan fitness lebih dari alel lain pada suatu gen
maka setiap generasi alel ini akan lebih banyak dijumpai
didalam populasi. Sifat-sifat ini disebut ‘selected for’.
Contoh sifat-sifat yang dapat meningkatkan fitness adalah
peningkatan ketahanan hidup dan peningkatan fekunditas.
Sebaliknya, fitness yang lebih rendah yang disebabkan
adanya alel yang tak menguntungkan dan mengganggu
akan menyebabkan alel ini menjadi semakin jarang muncul
pada generasi selanjutnya, dan ini disebut ‘selected
against’. Yang penting bahwa fitness suatu alel bukan
merupakan ciri-ciri yang menetap. Bila lingkungan berubah
maka sifat-sifat yang dulunya netral atau bahkan berbahaya
serta mengganggu akan bisa menjadi menguntungkan dan
begitu juga sebaliknya. Namun bahkan bila arah seleksi
EVOLUSI Page 83
tidak berubah dengan cara ini maka sifat-sifat yang hilang
dulu mungkin tak dapat tersusun kembali dalam susunan
yang identik.
Suatu bagan yang menunjukkan adanya tiga jenis
seleksi yaitu :

1. Seleksi terarah
Jika kondisi lingkungan
berubah, terjadi tekanan
seleksi terhadap suatu
jenis yang menyebabkan
spesies tersebut
beradaptasi pada kondisi
baru. Didalam populasi,
akan ada range atau
rentang individu yang berdasarkan dengan salah satu
karakter.
2. Seleksi Stabilisasi
Seleksi ini terjadi pada semua populasi dan cenderung
memperkecil keekstriman atau penonjolan didalam
kelompok. Dalam hal ini, hal tersebut mengurangi
kemampuan menghasilkan variasi dalam suatu
populasi, dengan demikian mengurangi pula
kesempatan mengalami perubahan evolusi.
EVOLUSI Page 84
3. Seleksi disruktif
Meskipun jenis seleksi ini kurang umum, namun
bentuk seleksi ini penting dalam mencapai perubahan
evolusi. Seleksi distruktif dapat terjadi jika faktor-
faktor lingkungan mengambil sejumlah bentuk yang
terpisah.
IV.3. Mutasi
Molekul DNA merupakan zat menakjubkan yang
sangat stabil, sebagian karena jumlahnya yang besar dan
tersediannya mesin untuk mempelajari perubahan yang
terkadang terjadi pada nukleotida. Akan tetapi perubahan
dasar yang tidak diperbaiki dan hal ini disebut mutasi sukar
untuk memperkirakan berapa kali suatu gen mengalami
mutasi, tatapi perkiraan yang telah dibuat pada manusia
biasanya berkisar antara 10 sampai 40 mutasi pada satu
lokus gen per sejuta (106) gamet per generasi. Dengan kata
lain, alel mutan dari gen tertentu dapat diharapkan terjadi
pada 10-40 dari setiap 500.000 anak yang dilahirkan (untuk
tiap anak diperlukan dua gamet). Satu alasan bahwa
perkiraan demikian sukar dibuat ialah mutasi baru itu
cendrung resesif, sehingga tidak tampak dengan segera
(kecuali bila gen tersebut terpaut Kromosom X yang
terekspresi pada yang jantan).

EVOLUSI Page 85
Mengapa sebagian besar mutasi itu bersifat resesif?
jawabannya pasti bersifat sejarah. Tiap bentuk mutasi pada
masa silam pasti terjadi berulang kali. Mutasi yang
menghasilkan produk gen yang lebih baik dipertahankan
dengan seleksi alamiah dan menjadi bagian dari susunan
genetik kita. Pada saat ini, mutasi apapun kemungkinan
besar menghasilkan gen yang kurang baik. Karena kita
adalah organisme diploid, kehadiran gen mutan biasanya
tertutup oleh adanya alela ”normal” yang dominan dan
tetap akan menghasilkan produk gen normal.
Mutasi tidak dapat dihindarkan, tetapi mungkin
tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap frekuensi
gen. Hal ini disebabkan oleh timbulnya gen yang
merugikan pada umumnya diimbangi oleh lenyapnya gen-
gen itu dari lingkungan melalui seleksi alamiah. Tetapi
keadaan seimbang itu tak terelakan akan terganggu jika laju
mutasi meningkat. Karena itu, sangatlah penting untuk
melatih kewaspadaan kita terhadap agen-agen mutasi yang
mungkin kita temui dalam lingkungan kita. Meskipun
mutasi itu mungkin hanya berperan kecil pada waktu-waktu
tertentu dalam evolusi, pada akhirnya evolusi itu bertumpu
pada mutasi. Hanya dengan mutasi dapat dihasilkan alela
baru yang kemudian setelah disusun dalam berbagai
kombinasi dengan sisa-sisa yang terdapat pada lingkungan,
EVOLUSI Page 86
memberikan bahan baku tempat seleksi alamiah dapat
berlangsung.
IV.4. Pembentukan Variasi
Suatu spesies dikatakan berhasil beradapatasi
apabila dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, lolos
dari predator dan mampu bertahan hidup untuk
bereproduksi menghasilkan turunan. Pada proses spesies,
terjadi tahapan-tahapan yang pada akhirnya akan
membentuk spesies atau jenis yang sama. Dua individu dari
satu spesies dapat melakukan perkawinan satu sama lain
sehingga menghasilkan keturunan yang fertil.
Untuk menghindari terjadinya interbreeding antar
spesies yang berbeda dari nenek moyangnya, harus ada
isolasi. Isolasi yang paling mengena adalah isolasi geografi
dimana kelompok atau populasi terhalang oleh keadaan
fisik lingkungan, seperti laut, gunung, gurun pasir, sungai
dan bukit. Isolasi genetik yang disebabkan oleh satu atau
lebih mutasi hanya dapat timbul sesudah terjadinya isolasi
geologi dalam waktu yang lama. Isolasi ini menghasilka
perbedaan nyata antara dua kelompok populasi. Isolasi
ekologi terjadi apabila dua kelompok binatang hidup di
daerah geografi yang sama, tetapi menempati variabel yang
berbeda. Di antara hewan-hewan yang bereproduksi secara
seksual, tidak ada dua individu yang benar-benar sama.
EVOLUSI Page 87
Individu-individu setiap spesies beragam dalam ukuran,
proporsi, warna, struktur eksternal, struktur internal,
fisiologi dan kebiasaan. Variasi-variasi yang penting dalam
proses genetika dapat diturunkan. Variasi-variasi yang tidak
diwariskan adalah yang dihasilkan dari perbedaan makanan,
suhu dan faktor lingkungan lainya.
Menurut Darwin hewan-hewan yang dibudidayakan
lebih bervariasi dari pada spesies-spesies liar sejumlah
besar ras hewan ternak budidaya berasal dari satu spesies
liar (spesies moyang). Darwin paham bahwa
keanekaragaman yang besar dihasilkan dari induk moyang
melalui seleksi variasi-variasi kecil. Darwin
memperkirakan bahwa variasi-variasi kecil yang dapat
diwariskan dari spesies liar merupakan bahan evolusi di
alam. Satu hal yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa
proses pembentukan spesies baru harus harus didukung
oleh perubahan yang terjadi dari dalam gen dan kromosom.
Variasi genetik yang timbul akan membawa perubahan
karakteristik pada spesies tersebut. Pada akhirnya, proses
ini akan menimbulkan pembentukan spesies baru.
Semua bentuk kehidupan mempunyai kemungkinan
untuk bertambah secara cepat pada kondisi yang biasa,
hewan-hewan tidak dapat bertambah seperti yang disebut di
atas. Populasi spesies cendrung untuk tetap stabil. Individu-
EVOLUSI Page 88
individu ini pun bersaing satu sama lain untuk keperluan-
keperluan mereka. Individu-individu ini bersaing dengan
spesies lain yang mempuyai keperluan sama. Proses
persaingan ini menjadi pemicu pertambahan dan perubahan
karakteristik yang cepat. Menurut Darwin, individu-
individu dengan variasi-variasi kecil yang menguntungkan
akan menemukan kondisi-kondisi yang lebih memberikan
keberhasilan untuk bertahan hidup dan mengembangbiakan
jenisnya. Dalam musnah sehingga ciri-ciri yang mereka
miliki akan tersingkir dari populasi. Proses ini akan
menghasilkan hewan-hewan yang secara perlahan
beradapatasi secara sempurnna terhadap lingkungannya.
IV.5. Pembentukan Spesies-Spesies Baru
Kumpulan spesies yang sama menempati suatu
tempat tertentu dan waktu tertentu. Suatu individu
dikatakan berasal dari spesies yang sama bila saat
mengadakan perkawinan hasil keturunannya bersifat fertil
dan sebaliknya tidak termasuk dalam suatu spesies yang
sama bila keturunan yang dihasilkan bersifat steril. Individu
fertil mampu mengahasilkan keturunannya sedangkan yang
steril tidak mampu menghasilkan keturunan. Individu yang
awalnya satu spesies karena adanya perubahan-perubahan
dalam waktu yang lama, dari generasi kegenerasi dapat

EVOLUSI Page 89
berubah menjadi spesies yang baru. Perubahan dari suatu
spesies menjadi spesies baru dinamakan spesiasi.

IV.6. Latihan dan Diskusi 4


1. Kemukakan pendapat anda, perbedaan sifat bervariasi
dalam suatu cara yang tak terputus dan terputus yang
ditemukan dalam suatu populasi tumbuhan atau hewan!
2. Ringkasan teori seleksi alam Darwin berdasarkan tiga
faktor alam yang dapat diamati dari satu kesimpulan
pendahuluan. Jelaskan maksudnya!
3. Bagaimana sehingga mutasi dijadikan bahan baku
tempat seleksi alamiah dapat berlangsung!
4. Apa pendapat anda tentang mutasi tidak dapat
dihindarkan!
5. Uraikan pendapat Darwin tentang pembentukan variasi
suatu spesies!

EVOLUSI Page 90
BAB. V
SPESIES DAN SPESIASI

Tujuan Instruksional :
Setelah membaca buku ajar ini diharapkan mampu
memahami konsep spesies dan mekanisme spesiasi.

Pengertian spesies sekarang ini dititik beratkan pada


dimungkinkannya pertukaran gen antar anggota populasi,
atau antar varian. Pengertian ini mengandung konsekuensi,
bahwa meskipun ada perbedaan morfologik, fisiologi
maupun perilaku, namun bila pertukaran gen tetap
dimungkinkan maka kedua organisme yang bertukar gen itu
termasuk dalam satu spesies. Dengan demikian variasi yang
ada merupakan variasi intra spesifik.
Dalam cakupan yang luas tidak dimungkinkannya
pertukaran gen disebabkan adanya hambatan (barier),
misalnya barier Geografik. Dua populasi yang dipisahkan
oleh barier Geografik disebut Allopatrik, bila berlangsung
dalam waktu yang lama, dapat menjurus pada terjadinya
isolasi reproduksi. Hal ini disebabkan oleh adanya
penimbunan pengaruh faktor-faktor intrinsik. Bila kejadian
tersebut berlanjut dapat terjadi dua populasi tersebut
meskipun sudah berada dalam satu lingkungan lagi
(simpatrik), tetap tidak mampu mengadakan pembuahan.
EVOLUSI Page 91
V.1. Konsep Spesies
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini
dilatarbelakangi oleh dua alasan mendasar. Alasan pertama
adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi yang
merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena
spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi,
tetapi juga telah memikat perhatian dari berbagai disiplin
bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi
tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies
merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan
proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda
dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-
benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam
konsep spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang
berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan identifikasi
yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk
mengamati keragaman genetik yang diperlukan dalam
bidang konservasi digunakan konsep spesies biologi. Pada
umumnya kita dapat membedakan antara satu spesies
dengan spesies yang lain, namun di alam sekitar kita
masalahnya jauh lebih rumit dari yang kita perkirakan.
EVOLUSI Page 92
Masalah mulai timbul apabila kita bekerja dengan suatu
genus yang beranggota banyak spesies. Jika kita
mengatakan bahwa kelompok tertentu adalah spesies dan
kelompok lain adalah sub-spesies.
Pada zaman Aristoteles hingga zaman Linnaeus,
suatu spesies dianggap tidak mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Konsep tersebut berubah setelah teori
evolusi menerangkan bahwa suatu organisme berubah dari
waktu ke waktu sejalan dengan tekanan seleksi alam,
sehingga suatu organisme tetap berada dalam kondisi yang
cocok dengan lingkungannya.
Konsep yang salah mengenai suatu spesies adalah
individu berubah didasarkan pada pengetahuan yang
terbatas pada ciri-ciri yang khas (spesifik). Ciri-ciri yang
digunakan untuk membedakan setiap spesies terkadang
terbatas pada satu ciri saja, misalnya lalat yang mempunyai
dua rambut di kepala dianggap merupakan spesies yang
berbeda dengan lalat yang mempunyai empat rambut di
kepalanya. Bunga asoka yang berbunga merah berbeda
spesiesnya dengan bunga soka yang berwarna putih.
Berikut ini beberapa konsep spesies dari berbagai
sudut pandang yang berbeda:

EVOLUSI Page 93
1) Konsep spesies ekologi, spesies diartikan sebagai
sekelompok organisme yang menempati habitat yang
serupa.
2) Konsep spesies genetika, spesies diartikan sebagai
sekelompok organisme yang mempunyai sistem
genetik yang tertutup.
3) Konsep spesies morfologi, spesies diartikan sebagai
sekelompok organisme yang mempunyai morfologi
yang sama.
4) Konsep spesies fisiologi, spesies diartikan sebagai
sekelompok organisme yang mempunyai fisiologi yang
sama.
5) Konsep spesies etologi, spesies diartikan sebagai
sekelompok organisme yang bertingkah laku serupa.
6) Konsep spesies paleontologi, spesies diartikan sebagai
sekelompok organisme yang mempunyai periode
waktu geologi yang sama
7) Konsep spesies philogeni atau cladistic, spesies
diartikan sebagai sekelompok organisme yang
mempunyai hubungan kekrabatan, garis silsilah yang
sama.
8) Konsep spesies recognition, spesies diartikan sebagai
sekelompok organisme yang mempunyai pengenalan
perkawinan yang khusus atau spesifik.
EVOLUSI Page 94
9) Konsep spesies pluralistic, spesies merupakan
gabungan dari beberapa konsep, misalnya gabungan
konsep ekologi dan konsep genetik.
10) Konsep spesies biologi, spesies adalah populasi
organsme yang memiliki keserupaan di alam yang
dapat mengadakan perkawinan dan menghasilkan
keturunan yang fertil.
V.2. Mekanisme Spesiasi
Pada prinsipnya ada tiga macam mekanisme
spesiasi sebagaimana dikemukakan Tamarin (1991) yaitu
Allopatric, Parapatric, dan Sympatric Speciation.
Meskipun ada perbedaan morfologik, fisiologi maupun
perilaku, namun bila pertukaran gen tetap dimungkinkan
maka kedua organisme yang bertukar gen itu termasuk
dalam satu spesies. Dengan demikian variasi yang ada
merupakan variasi intra spesifik.
Dalam cakupan yang luas tidak dimungkinkannya
pertukaran gen disebabkan adanya hambatan (barier),
misalnya barier Geografik. Dua populasi yang dipisahkan
oleh barier Geografik disebut Allopatrik, bila berlangsung
dalam waktu yang lama, dapat menjurus pada terjadinya
isolasi reproduksi. Hal ini disebabkan oleh adanya
penimbunan pengaruh faktor-faktor intrinsik. Bila kejadian
tersebut berlanjut dapat terjadi dua populasi tersebut
EVOLUSI Page 95
meskipun sudah berada dalam satu lingkungan lagi
(simpatrik), tetap tidak mampu mengadakan pembuahan.
Mekanisme isolasi intrinsik, dapat dibedakan (1)
mekanisme yang menyebabkan terhalangnya perkawinan,
(2) mekanisme yang menyebabkan terjadinya hibrida, (3)
mekanisme yang mencegah kelangsungan hibrida.
a. Isolasi Ecogeografik
Dua populasi yang terpisah oleh barier geografik
yang lama, pada suatu waktu telah menjadi sangat berbeda
secara morfologik ataupun secara anatomik sehingga pada
saat terdapat dalam keadaan tidak terpisah keduanya tidak
simpatrik lagi. Sebagai contoh dapat dikemukakan disini
yaitu Platanus occidentalis dan Platanus orientalis yang
secara artificial dapat saling diserbukan tetapi penyerbukan
secara alami tidak terjadi. Dapat dikatakan disini bahwa
keduanya tidak hanya terpisah secara geografik tetapi juga
terpisah secara genetik.

Gambar V.1. Model isolasi geografik/spesiasi geografik (Sumber Prawoto,


2001)

EVOLUSI Page 96
b. Isolasi Habitat
Dua populasi simpatrik yang menghuni habitat yang
berbeda, dalam kenyatanya akan kawin dengan populasi
yang sama, dibanding dengan populasi yang berbeda (Lihat
gambar V.1).
(A) = Barier ekstrinsik membelah populasi menjadi dua
sub populasi, tetapi karena populasi tidak
berlangsung lama, maka kedua subpopulasi tersebut
menjadi satu kembali.
(B) = Dua populasi terpisah oleh bariergeografik dalam
waktu yang cukup lama, namun kemudian pada saat
barier tersebut hilang, terjadi hibridisasi antara
keduanya. Dari peristiwa ini digambarkan bahwa
hibrid dalam hal ini tidak dapat beradaptasi lebih
baik dari induknya. Dalam waktu berikut
selanjutnya terjadi difergensi. Peristiwa ini yang
disebut dengan peristiwa “Pergantian”.
(C) = Dua populasi terpisah/terbentuk sebagai akibat
adanya isolasi yang lama.
Sebagai contoh dapat dikemukakan yaitu Bufo
fowleri dan Bufo americanus. Keduanya dapat kawin dan
menghasilkan keturunan yang fertil. Namun
kecenderungannya, Bufo fowleri akan kawin dengan Bufo
fowleri dan Bufo americanus akan kawin dengan Bufo
EVOLUSI Page 97
americanus. Pilihan ini ada hubungannya dengan pilihan
tempat tinggalnya. Bufo fowleri memilih tempat tinggal dan
kawin di air yang tenang, sedangkan Bufo americanus
memilih tempat yang berujud kubangan-kubangan air
hujan. Contoh lain, menyangkut capung yang dikenal
dengan nama Progompus abscurus yang menghuni bagian
selatan florida, dan Progompus alachuensis yang menghuni
bagian selatan florida. Dibagian sentral florida keduanya
dapat dijumpai, namun ternyata masing-masing habitat
yang berbeda. Progompus abscurus memilih hidup di dekat
sungai, sedang Progompus alachuensis menghuni daerah
dekat danau.
c. Isolasi Iklim/Musim
Kalau dimuka disebut-sebut contoh tanaman yang
dapat diserbukan secara artifisial dan menghasilkan
keturunan yang fertil, namun tidak dapat pernah terjadi
pembuahan secara alami, karena terpisah secara
ecogeografik, maka pada Pinus radiata dan Pinus muricata
keduanya juga dapat diserbukkan secara artifisial. Namun
secara alami pembuahan tidak mungkin terjadi. Peristiwa
ini disebabkan karena masa berbunga Pinus radiata terjadi
pada bulan Februari, sedangkan Pinus muricata terjadi pada
bulan April. Hal ini juga terjadi pada hewan, seperti Rana,
yang disebabkan masa aktif perkawinannya berbeda.
EVOLUSI Page 98
Gambar V.2. Aktifitas Kawin Berbagai Jenis Katak. (Sumber Prawoto, 2001)

d. Isolasi Kelakuan
Kelakuan atau sebagaimana diketahui merupakan
kegiatan biologi yang kompleks dan merupakan suatu
totalitas, dan merupakan penampilan yang “Spesies-
spesies”, khas untuk spesies tertentu, suatu hal yang
stereotipik. Dalam kegiatan reproduksi, tersebut di atas
memberi ciri yang menyebabkan tidak akan terjadi
kekeliruan perkawinan antara spesies yang berbeda-beda.
Di alam dapat dijumpai beranekaragam itik, namun karena
ciri perilaku kawin berbeda-beda terjadilah isolasi
reproduksi. Gambar V.3. di bawah ini adalah contoh
perilaku kawin, dalam hal ini saat itik jantan meminang itik
betina, dari jenis jantan Mallard.

EVOLUSI Page 99
Gambar V.3. Mallard jantan menunjukkan perilaku kawin: gambar B – C – D.
Gambar A menunjukkan sewaktu bersenang biasa, bukan saat meminang,
seperti yang ditunjukkan dalam gambar B – C – D. (Sumber Prawoto, 2001)

Yoselyn Crane, dari Beebe Tropical Research


Station di Trinidad berhasil membeberkan perilaku kawin
pada kepiting jantan dari genus Uca, yang mengangkat
tinggi-tinggi sapitnya yang besar, mengangkat badannya di
bagian itu, dan berjalan mengelilingi lubang tempat
kepiting betina berada. Ia memperoleh kenyataan bahwa
perbedaan antara kepiting jantan yang berbeda spesiesnya
pula perilakunya dan ini cukup menyolok. Perilaku kawin
pada jangkrik atau burung dimanifestasikan dalam bentuk
suara, pada burung ini merupakan penunjang manifestasi
yang berupa perilaku visual.

EVOLUSI Page 100


Gambar V.4. Kepiting Uca, bergerak mengelilingi lubang tempat dimana
kepiting betina tinggal dan mengangkat salah satu sapit (yang besar) tinggi-
tinggi. (Sumber Prawoto, 2001)

e. Isolasi Mekanis
Isolasi reproduksi yang didasarkan atas apa yang
disebut isolasi mekanis dapat terjadi bila jenis jantan
mempunyai ukuran tubuh yang terlalu besar bagi jenis
betinanya. Dapat pula terjadi karena alat kelamin jantan
mempunyai ukuran dan atau bentuk yang tidak cocok
dengan lubang alat kelamin betina. Berikut ini adalah
contoh alat kelamin jantan binatang berkaki seribu dari
Genus Brachoria. Ada enam bentuk yang berlainan.

EVOLUSI Page 101


Gambar V.5. “alat kelamin” jantan pada enam spesies yang berbeda yang
termasuk Genus Brachiora. (Sumber Prawoto, 2001)

Keserasian bentuk dan ukuran alat kelamin jantan


dan betina ini diumpamakan sebagai keserasian antara
kunci dan gembok (Lock and Key). Antara hewan dan
tumbuhan juga dijumpai adanya kecocokan semacam itu,
misalnya antara bentuk kelopak bunga dan binatan
penyerbuknya.
f. Isolasi Gametik
Tidak selamanya penyerbukan yang berhasil diikuti
dengan pembuahan. Pada percobaan dengan menggunakan
Drosophila virilis dan Drosophila americana, melalui
inseminasi buatan sperma tidak dapat mencapai sel telur
karen terhambat oleh cairan yang dihasilkan oleh cairan
EVOLUSI Page 102
reproduksi. Kejadian lain dengan menggunakan Drosophila
yang berbeda menunjukkan bahwa pembuahan tidak terjadi
oleh karena membengkaknya saluran reproduksi betina
sehingga betina, sehingga sperma tersebut mati. Peristiwa
tidak terjadinya pembuahan ini disebut Isolasi genetik. Pada
tanaman, hal semacam ini juga dapat terjadi karena inti
serbuk sari tidak dapat mencapai inti sel telur.
g. Isolasi Perkembangan
Langkah yang lebih maju dapat terjadi, artinya
polinasi terjadi dengan sukses, juga diikuti fertilisasi (tidak
seperti pada isolasi gametik), tetapi embrio tidak dapat
tumbuh dan segera mati. Ini terjadi pada Rana pipien, dan
sering dijumpai pada ikan, yang karena telur yang berada di
air terbuahi oleh sperma yang berasal dari ikan lain spesies.
h. Ketidakmampuan Hidup Hibrid
Isolasi reproduksi yang telah dibicarakan berturut-
turut menyangkut peristiwa tidak dapat berlangsungnya
perkawinan disebabkan karena adanya hambatan geografik,
adanya barier fisik yang ikuti oleh barier genetik, adanya
perbedaan musim perkawinan, dan karena adanya hambatan
mekanik. Kalau hambatan seperti tersebut di atas dianggap
sebagai hambatan pada tahap pertama, maka hambatan pada
tahapan lebih lanjut disebabkan karena tidak dapat
bertemunya gamet, dengan lain perkataan tidak terjadi
EVOLUSI Page 103
fertilisasi. Hambatan yang lebih lanjut seperti disebutkan di
atas adalah tidak dapat berkembangnya embrio.
Pada peristiwa lain dijumpai bahwa sampai ada
pembentukan embrio, segala sesuatunya berjalan dengan
baik dan embrio yang terbentuk pun dapat tumbuh, namun
pertumbuhannya tidak dapat mencapai usia reproduksi,
biasanya cacat atau lemah kemudian mati, sehingga hibrid
yang terjadi tidak menghasilkan keturunan. Para ahli
berpendapat bahwa hal ini terjadi karena tidak terjadi
pertukaran gan antara kedua induk tersebut. Pada tanaman
tembakau hal ini disebabkan oleh karena adanya tumor
pada bagian vegetatifnya dan tidak mampu berbunga
kemudian mati.
i. Sterilisasi Hibrida
Perkawinan antara kambing dan biri-biri proses atau
tahapan yang dilalui dapat selangkah lebih maju dibanding
dengan peristiwa di atas. Artinya hibrid dapat tumbuh
dengan baik dan mencapai umur reproduksi. Namun
kemudian ternyata bahwa hibrid tersebut tidak mampu
mempunyai keturunan, steril. Keadaan semacam itu
dijumpai pula pada perkawinan antara kuda dan keledai.
Pada peristiwa inipun dikatakan bahwa tidak terjadi
pertukaran gen.

EVOLUSI Page 104


j. Eliminasi Hibrida melalui Seleksi
Hibrida yang fertil, mempunyai keturunan dan
keduanya dapat bertahan hidup dan beranak-pinak, dapat
dianggap atau dinyatakan sebagai suatu spesies, spesies
baru. Kenyataan menunjukkan bahwa hibrida dan
turunannya kurang dapat mengadakan adaptasi terhadap
lingkunganya, sehingga dalam kurun waktu yang tidak
lama segera akan mengalami kepunahan. Dikatakan bahwa
antara kedua induk dalam perkawinannya terjadi pertukaran
gen namun tidak keseluruhan gena bertukar. Pada
umumnya perkawinan yang terjadi antara spesies yang
sama keturunannya lebih banyak dan lebih adaptif
dibanding dengan keturunan hibridanya. Akibatnya seperti
tersebut di atas keturunan hibrida tersebut akhirnya
tereliminasi oleh alam, punah. Orang mengatakan sebagai
koreksi oleh alam.
V.3. Spesiasi
Telah diuraikan tentang defenisi operasional spesies
serta perkembangan konservatifnya melalui beberapa
bentuk isolasi reproduksi. Namun dari perkembangan yang
sifatnya konservatif itu terlihat adanya kemungkinan
perkembangan yang sifatnya kreatif. Dengan lain perkataan
dari satu segi ada kencenderungan bahwa spesies itu tidak
akan mengalami perubahan, namun dari segi lain terlihat
EVOLUSI Page 105
bahwa ada peluang untuk munculnya spesies baru dalam
situasi di mana keadaan sekitarnya memungkinkan. Dalam
situasi yang tidak mengalami perubahan yang berarti,
keturunan yang berasal dari spesies yang telah ada
cenderung untuk lebih mampu bertahan sedang hibridanya
lebih-lebih yang mengandung penyimpangan yang agak
banyak dari induknya, cenderung untuk mengalami
eliminasi, dalam waktu singkat atau perlahan-lahan.
Sebaliknya dalam keadaan dimana situasi berubah, maka
ada kencenderungan yang sebaliknya.
Berikut ini diuraikan beberapa gagasan yang menuju
pada pembentukan spesies baru.
a. Spesiasi akibat Poliploidi
Hugo de Vries ahli genetika yang terkenal karena
teori mutasinya, menemukan kenyataan bahwa ada
kemungkinan perubahan jumlah kromosom pada makhluk
hidup, yang sebagaimana diketahui sesungguhnya
cenderung untuk tidak berubah, dan karenanya dinyatakan
sebagai hal menciri makhluk yang bersangkutan. Genothera
lamarckiana yang mempunyai kromosom 14, ternyata
karena sesuatu hal, dalam hal ini mengalami gagal berpisah
(Non-disjuntion) pada saat meiosis, maka jumlah
kromosomnya menjadi 28. karena kemudian ternyata
bahwa keturunan yang berkromosom 28 tersebut tidak
EVOLUSI Page 106
dapat disilangkan dengan Genothera lamarckiana
(induknya), maka kemudian dinyatakan spesies baru, dan
selanjutnya diberi nama Genothera gigas.
Peristiwa bertambahnya kromosom dapat terjadi
melalui proses penggandaan (Doubling) yang terjadi pada
hibridanya. Peristiwa Allploida tersebut dimisalkan spesies
tertentu mempunyai gen A, yang karenanya individunya
adalah AA, disilangkan dengan individu, disilangkan
dengan individu BB. Hibridanya mengandung gen A dan B,
dan karena membentuk sinopsis AB pada meiosis, sehingga
menyebabkan steril. Dapat terjadi penggandaan gena
sehingga pada hibridnya terkandung gena yang
berpasangan, AABB. Individu ini vertil dan ternyata tidak
dapat disilangkan dengan induknya. Karena orang
menempatkannya sebagai spesies baru.
Dikaitkan dengan proses evolusi maka bentuk
allopoliploida ini memegang peranan yang lebih besar
dengan bentuk diploidanya, juga dengan bentuk
autopoliploidanya. Berdasarkan hal ini maka untuk
budidaya tanaman tertentu untuk mendapatkan jenis unggul
orang memilih dan mengarah pada bentuk-bentuk
poliploida. Dikenal misalnya, gandum Tritium monoccacum
yang mempunyai kromosom 14, berbiji lebih kecil dangan
Tritium dicocoides yang kromosomnya 28, juga bila
EVOLUSI Page 107
dibandingkan dengan Tritium vulgare yang kromosomnya
42. poliploida pada kentang ternayata lebih bervariasi.
Dijumpai Solanum tuberosum yang berkromosom 12, 24,
36, 38, 60, 72, 96, 108, 120 dan 144.
b. Radiasi Adaptif
Kenyataan yang menunjukkan bahwa dijumpai
anekaragam spesies dewasa ini, sedang fosil yang terekam
menunjukkan bahwa jumlah spesies yang ada dahulu tidak
sebanyak itu, membawa orang pada kesimpulan bahwa
terjadi proses “Pembelahan” Evolutif spesies. Terjadi
radiasi evolusioner, yang juga dapat disebut sebagai evolusi
divergen. Proses evolusi yang terjadi sangat erat
hubungannya dengan kemampuan beradaptasi suatu spesies
dilingkungan yang baru, disamping tidak tidak
dimungkinkannya persilangan antara spesies pendatang
dengan spesies yang sudah ada, atau antara sesama spesies
pendatang yang berlainan spesies.
Contoh yang nyata dari radiasi adaptif adalah
burung Finch di Galapagos. Orang berteori bahwa burung
Finch yang terdapat di Kepulauan Galapagos berasal dari
Amerika Selatan yang berjarak lebih kurang 900 km, yang
secara kebetulan terbuncang angin. Keadaan yang gersang
dan terpencil menyebabkan bahwa antara penghuni
kepulauan tersebut terjadi suatu kompetisi. Spesialisasi
EVOLUSI Page 108
dalam menggunaan bahan makan adalah suatu cara yang
“terhormat” dalam menghindarkan diri dari kekalahan
berkompetisi. Dari sinilah kemudian “lahir” bermacam-
macam burung Finch, diantaranya yang hidup di tanah dari
biji-bijian yang berbeda. Ini dapat terlihat dari bentuk paruh
yang berbeda. Berparuh pendek sebanyak 3 spesies, dan
yang berparuh panjang 1 spesies, sebagai pemakan biji
kaktus. Enam spesies dikenal sebagai burung yang hidup di
pohon, sebagai pemakan biji, buah, serangga, di samping
yang hidup dari madu. Untuk lengkapnya gambar V.6
dibawah ini dirasakan dapat membantu.
c. Divergensi, Konvergensi, Pergantian
Telah disebut sebelumnya tentang radiasi adaptif,
bahwa dari satu spesies dapat berkembang menjadi
beberapa spesies. Kalau dibuat garis yang menghubungkan
spesies asal dengan bentuk-bentuk perkembangannya,
seperti gambar radiasi adaptif burung Finch di Galapagos
tersebut, maka terlihat adanya garis yang menyebar,
divergen, peristiwanya divergensi. Dalam perkembangan
yang sifatnya divergensi, kemiripan-kemiripannya semakin
lama semakin berkurang. Dari perkembangan tersebut dapat
disimpulkan bahwa perkembangan evolusi makhluk hidup
tidak merupakan tangga seperti yang pernah dikemukakan

EVOLUSI Page 109


oleh Linnaeus, tetapi berbentuk bangunan yang bercabang-
cabang.

Gambar V.6. Radiasi Adaptif Burung Emprit Branjangan (Finch) (Sumber


Prawoto, 2001)

Dari fosil-fosil yang dijumpai ternyata bahwa tidak


semua bahwa tidak semua bentuk percabangan dapat
sampai ke puncak, terjadi kepunahan. Kepunahan dapat

EVOLUSI Page 110


terjadi karena tekanan lingkungan atau disebabkan oleh
ketidak mampuan makhluk hidup, seperti dalam uraian
“spesiasi akibat poliploida”, di samping kalah dalam
berkompetisi dengan makhluk lain, baik yang satu spesies
atau yang berlainan spesies seperti apa yang terjadi pada
peristiwa radiasi adaptif. Dalam hal ini makhluk yang
mempunyai spesilisasi yang terlalu khas akan lebih
mengalami kesulitan untuk bertahan dibandingkan dengan
yang tidak terlalu khas, baik yang menyangkut makanan
maupun tempat untuk berlindung.
Sebagai contoh dapat dikemukakan disini tentang
makhluk herbivora yang hidup dari tumbuhan dapat
menunjukkan bahwa binatang tersebut mempunyai
kemampuan yang lebih dibandingkan dengan omnivora,
karena herbivora tubuhnya dilengkapi dengan memenuhi
kebutuhan akan zat-zat makanan yang pada dasarnya sama
antara mehluk yang termasuk herbivora dan omnivora.
Namun bila tumbuhan berkurang omnivora menjadi lebih
mampu bertahan dari pada herbivora. Ternyata di sini
bahwa baik spesialisasi maupun adaptasi yang fleksibel
mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri.

EVOLUSI Page 111


Gambar V.7. Ilustrasi mengenai Divergensi dan Konvergensi (Sumber
Prawoto, 2001)

Kebalikan dari evolusi divergen adalah evolusi


kovergen. Pada peristiwa ini asal-usul dari mehluk yang
berevolusi pada dasarnya jauh, jauh berbeda, namun
kemudian bila hidup di tempat yang sama, yang
memerlukan persyaratan hidup yang khusus, maka dapat
terjadi adaptasi yang mirip. Gambar V.7 di atas
memberikan gambaran tentang peristiwa divergensi dan
konvergensi. Pada peristiwa konvergensi dibedakan antara
konvergensi tanpa pergeseran dan konvergensi dengan
pergeseran. Gambar V.8 di bawah ini memperjelas tentang
beda antara konvergensi tanpa pergeseran dan konvergensi
dengan pergeseran.

EVOLUSI Page 112


Gambar V.8. Konvergensi tanpa pergeseran dan konvergensi ada pergeseran
(Sumber Prawoto, 2001)

Telah disinggung bahwa dalam perjalanan


kehidupan suatu spesies dari masa ke masa dalam waktu
ribuan bahkan jutaan tahun tidak semua spesies dapat
mampu mencapai puncak. Peristiwa tersebut dinyatakan
sebagai bentuk kepunahan spesies. Mengenai kepunahan
dikenal adanya kepunahan yang diikuti pergantian dan ada

EVOLUSI Page 113


kepunahan yang tidak diikuti pergantian. Gambar V.9. di
bawah ini menunjukkan ilustrasi tentang kepunahan tanpa
pergantian dan kepunahan dengan pergantian.

Gambar V.9. Kepunahan tanpa pergantian dan kepunahan dengan pergantian


(Sumber Prawoto, 2001)

d. Oportunisme dalam Konvergensi


Pada perkembangan evolusi konvergen sering
dijumpai adanya bentuk yang berbeda meskipun fungsi
yang di emban sama. Bentuk yang berbeda tersebut dapat
EVOLUSI Page 114
terjadi karena pada dasarnya bentuk asalnya memang
berbeda. Sebagai contoh dapat dikemukakan disini bentuk
sayap dari beberapa hewan, seperti pterosaurus, burung,
kelelawar serangga yang mempunyai bentuk yang berbeda
satu sama lain tetapi mengemban fungsi yang sama, yaitu
untuk terbang. Dalam hal ini sering tidak hanya bentuknya
saja yang berbeda tetapi juga kerjanya. Peritiwa ini disebut
oportunisme, yaitu oportunisme dalam konvergensi.
Beberapa prinsip yang memberi ciri paham
oportunisme dalam konvergensi adalah:
1) Apa yang dapat terjadi (akan) terjadi
2) Perubahan terjadi sebagaimana seharusnya, tidak
seperti yang dihipotesiskan sebagai yang paling baik.
3) Kesempatan memungknkan akan terjadinya perubahan
4) Pada setiap perubahan yang terjadi pada suatu
kelompok atau oleh suatu kelompok akan membuka
peluang terjadinya perubahan pada kelompok lain.

EVOLUSI Page 115


Gambar V.10. Homologi dan Analogi (Sumber Prawoto, 2001)

Gambar diatas merupakan produk peristiwa analogi


dan homologi, yang dapat dikaitkan dengan evolusi
konvergen, divergen dan menyangkut pula paham
oportunisme.
e. Spesiasi Aseksual
Batasan spesiasi yang mengacu pada kemungkinan
pertukaran gena, tidak selamanya dapat diterapkan. Sebagai
contoh adalah spesiasi pada makhluk yang berkembang
biak dengan Aseksual. Pada makhluk yang berkembangbiak
dengan cara Aseksual perkembangan yang menuju pada
pembentukan spesies baru adalah bertumpu pada terjadinya
variasi dan adaptasi. Struktur dan fungsi tubuh dan bagian-

EVOLUSI Page 116


bagian tubuh merupakan indikator perkembangan
pembentukan spesies baru.
f. Spesies Fosil
Untuk menentukan persamaan spesies jelas tidak
dapat menggunakan kriteria pertukaran gen. Bagaimana
mungkin kalau jarak masa hidupnya adakalanya terpaut
waktu ribuan bahkan jutaan tahun. Struktur dan fungsi
memegang peranan penting untuk penetapan kedudukan
suatu individu dalam suatu spesies.

V.4. Latihan dan Diskusi 5


1. Kemukakan alasan apa yang melatarbelakangi
munculnya keanekaragaman konsep spesies!
2. Bagaimana kaitan isolasi intrinsik dengan
perkembangan kreatif suatu spesies!
3. Bentuk kehidupan Makhluk hidup yang bagaimana
yang tahan terhadap lingkungan yang berubah!
4. Kemukakan pendapat anda sehingga dikatakan bahwa
bentuk evolusi makhluk hidup tidak seperti tangga!
5. Dari hasil perkawinan ayam hutan dengan ayam
kampung akan diperoleh keturunan baru yaitu ayam
bekisar. Benarkah bahwa peristiwa tersebut merupakan
peristiwa spesiasi!, Paparkan pula penjelasannya.

EVOLUSI Page 117


BAB. VI
HUKUM-HUKUM PERKEMBANGAN EVOLUTIF
MAKHLUK HIDUP

Tujuan Instruksional :
Setelah membaca buku ajar ini diharapkan mampu
memahami hukum-hukum terkait perkembangan evolutif
makhluk hidup.

Evolusi adalah proses perubahan yang berlangsung


sedikit demi sedikit dan memakan waktu yang lama. Teori
evolusi adalah perpaduan antara idea dan fakta. Dalam
perkembangan selanjutnya teori evolusi dapat dijelaskan
latar belakangnya berdasarkan hukum-hukum yang
dikemukakan oleh:
1. Johan Gregor Mendel (1865) mengemukakan adanya
faktor dalam, yang selanjutnya disebut sebagai faktor
herediter, faktor yang diturunkan, yang kemudian
disebut gen.
2. Hugo de Vries (1886) mengemukakan tentang mutasi,
suatu perubahan yang bersifat kekal.
3. Hardy dan Weinberg (1908) mengemukakan hukum
mengenai frekuensi gen.

EVOLUSI Page 118


VI.1. Hukum terkait latar belakang Spesiasi
1. Perubahan Evolutif
Perubahan evolusi adalah perubahan komposisi
genetik suatu populasi dalam kurun waktu tertentu.
Perubahan komposisi genetik suatu populasi hanya dapat
terjadi bila kondisinya memungkinkan. Misalnya dalam
suatu populasi terdiri dari sekelompok organsme (individu)
yang melakukan perkawinan bebas antar kelompok tersebut
dan menempati areal tertentu.

Gambar VI.1. Persilangan menurut Mendel yang menunjukkan adanya


presentase frekuensi alel dari suatu populasi yang berbeda-beda. Ada alel
(AA) = 25%, alel (Aa) = 50%, dan alel (aa) = 25%.

Dalam populasi, terdapat kumpulan individu, setiap


individu mempunyai sejumlah gen tertentu (jumlah
pasangan alel tertentu). Oleh karena itu, setiap individu
mempunyai Gene-Pool tertentu yaitu: jumlah total alel dari
gen individu yang mewakili populasi. Dengan demikian
jika gene-pool suatu individu berubah, jumlah gen individu

EVOLUSI Page 119


tersebut dapat berubah, selanjutnya populasi individu
tersebut berubah, sehingga dapat disimpulkan bahwa
perubahan evolusi pada prinsipnya adalah perubahan
komposisi genetik.

Gambar VI.2. Diagram skematik hirarkhi pengaruh-pengaruh gen terhadap


fenotip dari organisme-organisme pada eseluruhan biosfer. (Sumber : Gardner,
1991)

EVOLUSI Page 120


Kejadian di alam sebagaimana di gambarkan di atas
memungkinkan komposisi gen setiap populasi selalu dapat
berubah-ubah berdasarkan probabilitas pasangan gen
tersebut dapat bersatu.
Hal penting yang perlu diingat juga bahwa, dalam
populasi di alam yang menentukan frekuensi gen adalah
bagaimana cocoknya organisme tersebut dengan tempat
hidupnya (lingkungannya) atau dengan kata lain organisme
yang dapat bertahan hidup adalah organisme yang cocok
dengan lingkungannya atau dapat beradaptasi dengan
lingkungannya. Lingkungan juga berpengaruh terhadap
fenotip suatu individu atau fenotipe suatu individu
merupakan resultan dari faktor genotip dan pengaruh
lingkungan, sebagaimana ditulis dalam rumusan sebagai
berikut:
F=G+L

Dimana: F adalah Fenotip; G adalah Genotip dan L


adalah Lingkungan
Apabila G berubah atau L berubah atau keduanya
berubah maka F akan berubah. Gardner (1991) juga
menggambarkan diagram skematik hirarkhi pengaruh-
pengaruh gen terhadap fenotip dari organisme-organisme
pada keseluruhan biosfer.

EVOLUSI Page 121


Perlu diperhatikan bahwa variasi-variasi fenotip
yang terjadi akibat pengaruh lingkungan itu tidak
diturunkan, tetapi yang diturunkan adalah kemampuan
membentuk tipe atau ciri tertentu sebagai hasil respons gen
terhadap lingkungan yang berubah. Demikian juga dengan
variasi-variasi yang ada pada dua populasi belum tentu
dapat disebut dua populasi yang berbeda dengan memiliki
dua spesies berbeda jika masih dimungkinkan adanya
pertukaran gen antar populasi tersebut. Jadi variasi dalam
populasi belum tentu menyebabkan terjadinya spesiasi.
2. Faktor-faktor yang berperan dalam Perubahan
Evolusi
Perubahan evolusi atau perubahan komposisi
genetik suatu populasi dapat terjadi oleh karena peranan
atau dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini.
a. Rekombinasi Seksual
Pada populasi makhluk hidup yang melakukan
reproduksi secara aseksual, tidak ada kombinasi materi
genetik dari individu yang berbeda, sehingga akan selalu
menghasilkan individu baru yang identik dengan induknya
bila tidak terjadi mutasi gen. Lain halnya dengan individu
yang melakukan reproduksi seksual. Keturunan yang
dihasilkan dapat berbeda dengan induknya karena selama
meiosis kromosom bergabung secara acak dan juga pada

EVOLUSI Page 122


saat peristiwa fertilisasi terjadi penggabungan materi
genetic dari dua sel yang berbeda yaitu sel telur dan sel
sperma. Dengan demikian rekombinasi gen dapat memberi
peluang besar untuk terjadinya variabilitas yang
berpengaruh pada potensi evolutif populasi.
b. Mutasi
Mutasi merupakan sumber utama adanya variasi.
Mutasi adalah suatu peristiwa perubahaan kandungan gen
maupun struktur kromosom suatu individu, yang dapat
menimbulkan variasi dalam populasi.
Pada umumnya terdapat dua macam kejadian mutasi
yaitu: 1) mutasi titik (point mutation), apabila terjadi
perubahan pada urutan basa-basa rantai DNA asal; dan 2)
mutasi kromosom, apabila terjadi perubahan pada bentuk
kromosom yang menyangkut ratusan bahkan ribuan pasang
nukleotida. Mutasi titik, ada lima macam yaitu, mutasi
sinonim, mutasi transisi, mutasi transversi, mutasi frame-
shift dan mutasi stop. Mutasi kromosom ada empat macam
bentuk yaitu delesi, duplikasi, inversi dan translokasi.

EVOLUSI Page 123


Gambar VI.3. Jenis- jenis Mutasi Titik (Sumber Ridley, 1996)

Gambar VI.4. Jenis- jenis Mutasi Kromosom (Sumber Ridley, 1996)

EVOLUSI Page 124


c. Gene Flow (Arus gen)
Gene flow atau arus gen adalah perubahan frekuensi
alel akibat adanya migrasi (terutama imigrasi). Imigran
dapat menambah alel baru ke dalam lungkang gen (gene
pool) suatu populasi sehingga dapat merubah frekuensi alel.
Arus gen dapat terjadi mulai dari kisaran yang sangat
rendah hingga yang sangat tinggi, tergantung dari jumlah
individu yang masuk (berimigrasi) dan seberapa banyak
perbedaan genetik yang terdapat pada imigran dengan yang
ada pada individu-individu dalam populasi penerima. Jika
tidak ada perbedaan genetik yang terlalu besar, maka
pergerakan individu dalam jumlah yang sangat kecil pada
populasi penerima tersebut tidak cukup kuat untuk
mengubah frekuensi alel. Bagaimanapun juga bila
perbedaan genetik sangat besar, imigrasi kecilpun dapat
menghasilkan perbedaan frekuensi alel yang sangat besar
dalam populasi penerima. Sebagai contoh adalah
hibridisasi, ’perkawinan dalam’ (interbreeding) di antara
individu-individu yang termasuk dalam spesies yang
dianggap berbeda mungkin saja terjadi. Hibridisasi
semacam ini memungkinkan terbawanya alel baru ke dalam
populasi dan dapat menjadi penyebab dimulainya
kecenderungan perubahan frekuensi alel dalam populasi
penerima.
EVOLUSI Page 125
d. “Genetic Drift”
Genetic drift adalah perubahan atau terlepasnya
frekuensi alel yang terjadi secara kebetulan. Dalam hal ini
semua alel mempunyai kemampuan atau kemungkinan
yang sama untuk berpindah. Hal ini sangat berarti pada
populasi yang jumlahnya sangat kecil. Kenyataannya 1 dari
2 alel mempunyai peluang untuk lepas adalah kira-kira
0.8%. Genetic drift selalu mempengaruhi frekuensi alel
pada beberapa tingkat, tetapi pengaruh tersebut menurun
pada populasi yang berukuran besar. Karena itu dalam
populasi yang kecil, kurang dari 100 individu, genetic drift
masih cukup kuat pengaruhnya terhadap perubahan
frekuensi alel, meskipun ada agen perubahan (evolutif) lain
yang berperan pada saat itu juga terhadap perubahan
frekuensi alel dalam arah yang berbeda. Karena
mempengaruhi frekuensi alel maka genetic drift merupakan
agensia evolutif yang tidak dapat diabaikan, juga dalam
peristiwa spesiasi, yang akan dikemukakan lebih lanjut
dalam bab-bab berikut. Gambar VI.5 di bawah
mengilustrasikan perbedaan antara gene flow dan genetic
drift.

EVOLUSI Page 126


Gambar VI.5. Perbedaan antara gene flow dan genetic drift. (a) Gen organisme
lain/imigran akan menambah frekuensi gen populasi penerima; (b) Gen
individu/seseorang tertentu yang unik dapat hilang dari populasinya.

e. Bottle Neck Effect (Efek leher botol)


Bottle neck effect (efek leher botol) adalah terjadi
perubahan frekuensi alel akibat ada tempat yang kosong
(areal baru). Di sini ada juga faktor kebetulan, artinya alel
yang masuk ke areal baru atau yang keluar dari leher botol
adalah suatu faktor kebetulan. Apakah itu frekuensi alel
yang unggul atau kuat maupun yang tidak unggul atau
lemah (lihat Gambar VI.6 dibawah).

EVOLUSI Page 127


Gambar VI.6. Efek leher botol. Walaupun pada populasi awal frekuensi alelnya
beragam, ada yang kuat dan ada yang lemah (hitam=kuat; putih=lemah), tetapi
karena adanya efek leher botol, maka alel mana yang berada di mulut botol
itulah yang lebih dahulu akan menempati areal yang baru. Jika yang keluar itu
alel yang lemah, tetapi karena habitat atau areal baru mendukung maka akan
dapat survive pada areal yang baru itu.

Efek leher botol dan genetic drift tidak selalu


frekuensi alel yang baik atau unggul yang keluar, tetapi
probabilitas alel yang baik dan yang lemah adalah sama,
sedangkan pada gene flow hanya frekuensi alel yang baik
saja yang keluar bermigrasi.
f. Non Random Mating
Non random mating adalah perkawinan tidak acak
dalam suatu populasi. Perkawinan yang tidak acak ini
berhubungan dengan kemungkinan terjadinya fusi
kromosom.

EVOLUSI Page 128


3. Variasi Gen dalam Populasi (Hukum Hardy-
Weinberg)
Telah kita ketahui bahwa pada suatu organisme
terdapat variasi yang diakibatkan oleh mutasi. Demikian
pula diketahui bahwa mutasi selalu terjadi. Dengan
demikian apabila mutasi ini terus terjadi maka organisme
akan makin beranekaragam. Buktinya, organisme yang
lebih rendah tingkatnya, ternyata mempunyai tingkat
keanekaragaman dalam populasinya yang lebih tinggi. Hal
ini erat kaitannya dengan kecepatan pergantian generasi,
mobilitas suatu organisme, besarnya populasi suatu
organisme, tingkat tropiknya dan banyak aspek lainnya.
Apabila mutasi tidak terjadi, maka evolusi tidak
akan terjadi, karena keanekaragaman tidak ada. Apakah
memang ada organisme yang tidak mempunyai
keanekaragaman atau tingkat keanekaragamannya rendah?
Memang pada dasarnya populasi yang ukurannya kecil
sekali, mempunyai keanekaragaman yang sangat kecil.
Apabila keanekaragaman kecil, maka kisaran toleransinya
juga akan sangat kecil. Hal ini memungkinkan jika terjadi
perubahan alam yang sedikit saja, maka sudah dapat
mengakibatkan jenis atau populasi suatu organisme menjadi
punah. Berapa ukuran suatu populasi agar tetap bertahan,
tidak seorangpun yang tahu. Kita belum mempunyai tolak

EVOLUSI Page 129


ukur untuk menentukan hal ini, namun kita sudah dapat
memperkirakannya sendiri. Misalnya, harimau Jawa ada 6
(enam) ekor, atau badak Jawa ada 60 (enam puluh ekor).
Bagaimana pendapat kita mengenai hal ini, belum ada
standard yang jelas.
Penelitian yang dilakukan pada semacam harimau
yang dikenal dengan nama Cheetah (Aonyx jubatus)
menunjukkan bahwa variabilitas jenis ini (diukur dengan
tingkat heterosigositas dan polimorfisme) adalah sama
dengan nol. Setiap individu jenis ini dapat dianggap sebagai
kembar satu telur, karena transplantasi yang dicobakan
pada individu yang berasal dari populasi di Afrika Selatan
dengan individu yang berasal dari Afrika Tengah yang
terpisah beberapa ribu kilometer, ternyata berhasil dengan
sukses. Contoh pada penyu hijau (Chelonia mydas) yang
berasal dari empat samudera yang berbeda juga
menunjukkan bahwa lebih dari 99% gennya adalah identik.
Sedangkan pada umumnya jumlah gen yang mempunyai
alel yang berbeda berkisar antara 5% pada mamalia sampai
25% pada serangga dan tumbuh-tumbuhan. Jadi jelaslah
bahwa keanekaragaman itu penting sekali. Itulah sebabnya
mengapa seringkali kita mendengar para ahli menyatakan
bahwa Harimau Jawa atau Badak Jawa sudah punah. Tetapi
orang-orang di Indonesia membantah bahwa Harimau Jawa
EVOLUSI Page 130
dan Badak Jawa masih bisa ditemukan. Jelaslah disini
bahwa istilah ‘punah’ yang kita dikemukakan para ahli lain
berbeda dan bahkan dibantah oleh kita.
Contoh penelitian mengenai Cheetah dan penyu
hijau memberikan gambaran bahwa semua individu
Cheetah dan penyu hijau di muka bumi yang jumlahnya
mencapai ribuan adalah identik atau hampir identik.
Walaupun demikian, secara ekologis, tidaklah logis bila
Cheetah dari Kenya dianggap satu populasi dengan Cheetah
dari Ethiopia yang terpisah sejauh 6000 km. Dalam ekologi,
tempat atau lokasi dipakai sebagai tolak ukur untuk
membedakan suatu populasi dengan populasi lainnya yang
berada di lokasi yang lain.
Dalam istilah genetika populasi, semua individu
kedua jenis di atas diartikan sebagai satu populasi. Adapun
alasannya ialah bahwa suatu populasi dicirikan oleh suatu
perbedaan dibandingkan dengan populasi yang lain. Alasan
apa saja dapat dipakai sebagai tolak ukur untuk
membedakan suatu populasi. Misalnya, frekuensi suatu alel
jarang dalam suatu populasi berbeda bila dibandingkan
dengan populasi yang lain. Perbedaan ini timbul karena
individu suatu populasi akan cenderung untuk kawin
dengan anggota populasinya. Batasan ini berbeda dengan
batasan yang didefinisikan oleh para ekologiwan, namun
EVOLUSI Page 131
untuk menerangkan proses evolusi kita akan memakai tolak
ukur genetika populasi.
Secara terpisah Hardy dan Weinberg menemukan
suatu rumusan untuk menyatakan bahwa frekuensi suatu
alel dalam populasi akan tetap berada dalam keseimbangan.
Apabila perbandingan genotip dalam suatu populasi tidak
berubah dari generasi ke generasi, dapat dinyatakan bahwa
frekuensi gen populasi tersebut dalam keadaan seimbang.
Dengan perkataan lain, proses evolusi dapat diartikan
sebagai suatu perubahan kumulatif frekuensi alel pada suatu
populasi sejalan dengan waktu. Keseimbangan frekuensi
alel dalam suatu populasi dinyatakan Hardy-Weinberg
dalam rumusan sebagai berikut:

Contoh: Misalnya frekuensi alel A = 0.6 berarti p =


0.6, jika p + q = 1, maka frekuensi alel a = 0.4. (lihat
Gambar VI.7 dibawah)

EVOLUSI Page 132


Gambar VI.7. Bagan frekuensi alel menurut hukum Hardy-Weinberg

Adapun rumus Hardy-Weinberg di atas dapat


berlaku apabila:
1) Mutasi tidak terjadi, atau mutasi yang menguntungkan
sama jumlahnya dengan mutasi yang tidak
menguntungkan.
a. Telah diketahui bahwa mutasi yang terjadi tidak
selalu mengakibatkan perubahan dalam struktur atau
fungsi. Kejadian mutasi meskipun tidak terlihat,
mungkin saja ikut berperan. Misalnya protein yang
termutasi meskipun tidak mengubah fungsi,
mungkin saja akan menunjukkan pengaruh apabila
keadaan lingkungan berubah. Sudah dapat
dipastikan adalah bahwa frekuensi gen dalam
populasi akan berubah, karena ada satu gen yang
berubah.

EVOLUSI Page 133


b. Kemungkinan ada mutasi yang menguntungkan
sama banyaknya dengan mutasi yang merugikan
tidak mungkin tercapai, karena pada umumnya
mutasi yang terjadi bersifat merugikan.
2) Semua anggota populasi tertentu mempunyai
kesempatan yang sama untuk mengawini sesama
anggota populasinya (perkawinan acak atau
“Panmiksi”).
a. Perkawinan acak hanya mungkin terjadi di daerah
yang secara ekologi adalah benar-benar sama.
Biasanya, perkawinan terjadi tidak secara acak.
b. Perkawinan pada umumnya terjadi dengan individu
sepopulasi, karena kemungkinan untuk bertemu
lebih besar. Meskipun perkawinan terjadi antar
individu sepopulasi, umumnya ditemukan adanya
suatu mekanisme khusus yang berperan dalam hal
ini, misalnya berupa naluri, dan tingkah laku
tertentu (etiologi).
3) Tidak terjadi imigrasi atau emigrasi, atau jumlah
individu yang berimigrasi adalah sama dengan individu
yang beremigrasi.
a. Imigrasi atau emigrasi akan mengubah frekuensi
suatu gen dalam populasi.

EVOLUSI Page 134


b. Pengaruh imigrasi atau emigrasi berbanding terbalik
dengan ukuran populasi asal atau ukuran populasi
yang akan dibentuk.
c. Lebih kecil ukuran suatu populasi asal, maka
perubahan frekuensi alel akan lebih besar bagi
populasi tersebut.
d. Bagi suatu daerah terisolasi, misalnya suatu pulau,
imigrasi suatu spesies ditentukan oleh alel-alel yang
ikut dibawa ke daerah tersebut. Karena jumlah
individu yang berhasil mencapai dan
mengkolonisasi pulau itu dari tidak ada menjadi
suatu populasi yang stabil, maka biasanya suatu alel
yang tidak berarti frekuensinya dalam populasi asal,
akan menjadi penting sekali bagi populasi kecil
yang baru dibentuk. Hal ini sering disebut sebagai
genetic drift atau founder effect (efek pembentuk
populasi) atau sering disamakan juga dengan efek
leher botol (bottle neck effect). Di Indonesia yang
terdiri dari banyak pulau, mekanisme seperti ini
sering sekali ditemukan.
e. Spesiasi atau subspesiasi (proses pembentukan
spesies atau sub-spesies) dapat diterangkan dengan
mekanisme di atas, meskipun masih terdapat banyak
aspek lain yang turut menunjang.
EVOLUSI Page 135
4) Semua alel mempunyai kemungkinan yang sama untuk
berada dalam populasi, tidak ada yang lebih unggul
dari yang lain. Dengan kata lain, seleksi alam tidak
terjadi.
a. Alel-alel yang berlainan mempunyai tingkat
keberhasilan hidup yang berlainan
b. Nilai keberhasilan hidup biasanya dinyatakan dalam
perbandingan dengan alel normalnya
c. Nilai keberhasilan hidup dapat berubah-ubah
bergantung kepada lingkungan hidupnya. Misalnya,
mutan vestigial di alam tidak mungkin dapat
bertahan hidup pada lingkungan yang berubah
sehingga kita beri nilai keberhasilan hidup sama
dengan 0 (nol). Namun, di laboratorium mutan
vestigial dapat bertahan hidup meskipun mereka
lebih lemah dari bentuk normal. Dengan demikian
nilai keberhasilan hidup mutan vestigial di
laboratorium tidak mungkin sama dengan 0 (nol).
5) Jumlah populasi tetap, atau jumlah individu yang mati
sama dengan jumlah individu lahir.
a. Secara teoritis keadaan populasi yang tetap (stabil)
tidak mungkin terjadi meskipun di suatu populasi
yang terisolasi.

EVOLUSI Page 136


b. Selain faktor lingkungan yang senantiasa berubah-
ubah sepanjang tahun, hal lain yang juga terjadi
yaitu selalu ada kelahiran dan kematian.
c. Hasil penelitian tertentu menemukan bahwa pada
umumnya suatu populasi berubah-ubah mengikuti
suatu siklus tertentu yang spesifik.
6) Populasi berjumlah besar sehingga faktor kebetulan
tidak terjadi atau dapat diabaikan.
a. Populasi besar hanya mungkin terjadi pada serangga
atau mikroba, namun tidak mungkin terjadi pada
populasi hewan mamalia misalnya.
b. Populasi yang besar erat kaitannya dengan resource
(sumber) yang tersedia, baik sumber makanan
maupun habitat yang cocok.
c. Lebih besar suatu organisme, jumlah makanan dan
tempat untuk hidup harus tersedia dalam jumlah
yang lebih besar pula.
Berdasarkan penjelasan di atas, ternyata bahwa
persyaratan untuk pemberlakukan rumus atau hukum
Hardy-Weinberg hampir tidak pernah dapat dipenuhi. Oleh
karena itu dapat dipastikan bahwa evolusi itu terjadi.
Rumus atau hukum ini hanya dapat dipenuhi pada satuan
waktu yang sangat singkat. Artinya dalam waktu yang
sangat singkat rumus dapat terpenuhi, namun dalam jangka
EVOLUSI Page 137
waktu tertentu saja, rumus ini tidak mungkin berlaku,
karena ke-enam persyaratan tersebut di atas tidak mungkin
terpenuhi sekaligus. Hanya persyaratan ke-tiga, emigrasi
dan imigrasi saja yang mungkin dapat terpenuhi pada
populasi di pulau terpencil atau pada organisme yang hanya
dapat hidup di puncak gunung yang tinggi, suatu
perkecualian.
VI.2. Hukum terkait Latar Belakang Seleksi Alam
(Natural Selection)
Pada tahun 1859 Darwin dan Wallace telah
mengemukakan teori seleksi alam (natural selection).
Seleksi alam adalah suatu mekanisme evolusi yang terjadi
pada organisme akibat adanya seleksi alamiah dari
lingkungan tempat hidup, apabila organisme dapat bertahan
terhadap seleksi alamiah tersebut akan tetap hidup,
sedangkan yang tidak dapat bertahan akan punah. Mark
Ridley (1996), menyebutkan bahwa, kemampuan
bereproduksi (tingkat kesuburan) dan kemampuan
berkompetisi untuk dapat bertahan hidup (survive) dari
setiap spesies merupakan kondisi awal yang menentukan
bagi proses seleksi alam, sebagaimana disebutkan oleh
Darwin. Seleksi alam secara abstrak mudah difahami,
namun perlu alasan-alasan yang logis (masuk akal) untuk
menyatakatanya sebagai suatu dalil. Berikut ini

EVOLUSI Page 138


dikemukakan empat alasan paling umum yang dapat
menjelaskan proses seleksi alam.
1) Reproduksi. Artinya bahwa sungguh-sungguh suatu
spesies harus berreproduksi untuk membentuk generasi
yang baru.
2) Sifat-sifat dapat diturunkan. Artinya bahwa, sifat-
sifat turunan merupakan menifestasi dari sifat-sifat
induk.
3) Terdapat variasi karakter di antara anggota
populasi. Jika kita mempelajari atau meneliti seleksi
alam pada ukuran tubuh, maka setiap individu yang
berbeda dalam populasi tersebut harus menunjukkan
perbedaan dalam ukuran tubuhnya.
4) Terdapat variasi dalam kaitan dengan fitness dari
setiap organsime agar karakter yang dimilki dapat
diwariskan. Dalam teori evolusi, fitness adalah istilah
teknis, yang berarti jumlah rata-rata karakter turunan
suatu individu yang secara relatif dapat diturunkan
kepada rata-rata anggota populasi. Dengan kata lain,
fitness adalah sifat atau karakter yang dimiliki oleh
sejumlah besar (rata-rata anggota populasi), kemudian
sifat atau karakter tersebut harus dapat diturunkan
kepada rata-rata angota populasi, sehingga rata-rata
anggota populasi tersebut memiliki sifat atau karakter
EVOLUSI Page 139
tersebut. Dalam hal ini, berarti bahwa individu-
individu dalam suatu populasi dengan beberapa
karakter tertentu harus lebih dapat diwariskan (fitness
yang tinggi) dibandingkan dengan yang lain.
(pengertian fitness dalam evolusi berbeda dengan arti
fitness dalam atletik.
Berikut ini dikemukakan beberapa bentuk atau jenis
seleksi alam (lihat Gambar VI.8.):
a. Seleksi berarah (Directional selection). Individu-
individu dengan ukuran tubuh kecil dalam suatu
populasi memiliki fitness yang lebih tinggi, dan spesies
dengan ukuran tubuh rata-rata (normal) akan makin
menurun sejalan dengan berjalannya waktu.
b. Seleksi penstabilan (Stabilizing selection). Individu-
individu dengan ukuran tubuh rata-rata (normal)
memiliki fitness yang lebih tinggi.
c. Seleksi terganggu (Disruptive selection). Individu-
individu dengan ukuran tubuh pada kedua ekstrim lebih
baik. Jika seleksi cukup kuat, populasi akan terpecah
menjadi dua yaitu populasi dengan ukuran tubuh kecil
(ekstrim kiri) dan populasi dengan ukuran tubuh besar
(ekstrim kanan).

EVOLUSI Page 140


b) Tidak ada seleksi (No selection). Jika tidak terdapat
hubungan antara karakter (ukuran tubuh) dengan
fitness, hal ini seleksi alam tidak berlangsung.

Gambar VI.8. Tiga jenis seleksi alam. Gambar di atas atau grafik pertama,
menunjukkan distribusi frekuensi pada karakter ukuran tubuh. Untuk
kebanyakan karakter di alam, distribusi ini memiliki puncak di tengah,
mendekati rata-rata/normal, serta pada ekstrim rendah dan tinggi. Gambar di
tengah atau grafik kedua, menunjukkan hubungan antara ukuran tubuh dengan
fitness, pada generasi pertama. Gambar di bawah atau grafik ketiga
menunjukkan perubahan karakter akan terjadi pada generasi-generasi
berikutnya, jika karakter ukuran tubuh diwariskan. (a) Seleksi berarah
(Directional selection); (b) Seleksi penstabilan (Stabilizing selection); (c)
Seleksi terganggu (Disruptive selection); dan (d) Tidak ada seleksi (No
selection). (Sumber: Ridley, 1996).

VI.3. Hukum terkait “Favoured Races”


Berdasarkan pengalaman dan observasi, Darwin
merumuskan hipotesis bahwa spesies baru muncul melalui

EVOLUSI Page 141


proses seleksi alam. Dua diantara asumsi yang mendasari
hipotesis tersebut adalah :1) Meskipun makhluk hidup
cenderung bereproduksi dalam jumlah yang besar tetapi
dari beberapa spesies, jumlah keseluruhannya selalu tetap;
2) Pada setiap spesies selalu terjadi variasi. Variasi tertentu
akan membantu anggota spesies tersebut dapat bertahan
dalam tipe lingkungan tertentu, sementara variasi yang lain
tidak dapat bertahan.
Darwin mengemukakan bahwa makhluk hidup
dengan variasi yang menguntungkan akan mempunyai
kemungkinan yang besar untuk bertahan dan bereproduksi.
Sebaliknya makhluk hidup yang mempunyai variasi-variasi
yang tidak menguntungkan akan punah dan yang dapat
bertahan akan meneruskan variasi tersebut kepada
keturunannya. Variasi yang menguntungkan tersebut akan
berakumulasi selama periode waktu tertentu, sehingga akan
muncul makhluk hidup yang berbeda dengan anggota
spesies semula, yang cocok dengan keadaan
lingkungannya, dan akhirnya muncul sebutan “spesies
kesayangan” (=favoured Races).
Terjadinya “Favoured races” tersebut tidak dapat
dipisahkan dari prinsip “Use” dan “Disuse” yang
dikemukakan oleh Lamarck. Lamarck berasumsi bahwa : 1)
Bagian tubuh yang digunakan berlebihan akan berkembang
EVOLUSI Page 142
dan membesar, sebaliknya yang kurang/tidak digunakan
akan mengecil atau bahkan menghilang; 2) Hewan akan
menurunkan keturunannya yang khas yang diperoleh
selama hidupnya. Dengan demikian keturunannya tersebut
akan mewarisi kekhususannya dan akan berkembang jika
digunakan dan akan mengecil jika tidak digunakan.
Lamarck mengemukakan bahwa spesies baru yang
berkembang setelah beberapa generasi adalah diperolehnya
ciri-ciri baru atau menghilangnya ciri-ciri lama. Inilah yang
mendukung konsep terjadinya “favoured races”, dengan
koreksi yang dilakukan oleh Darwin terhadap konsep
Lamarck yaitu : Panjang leher moyang jerapah bervariasi,
ada yang panjang dan ada yang pendek; Karena perubahan
lingkungan, jerapah yang berleher pendek kelaparan dan
mati, yang bertahan hidup adalah jerapah yang berleher
panjang. Jadi dikemudian hari hanya jerapah yang berleher
panjang yang mampu bertahan melangsungkan
kehidupannya. Dengan demikian, jerapah yang berleher
panjang inilah “Favoured races” yang terjadi.
Perkembangan berikutnya, bertolak dari prinsip
seleksi alam, manusia melakukan seleksi buatan untuk
memperoleh “Favoured races” dalam hal ini tumbuhan,
dan disebut sebagai bibit unggul. Seleksi dilakukan dengan
cara menyilangkan 2 varietas tanaman yang memiliki
EVOLUSI Page 143
keunggulan tertentu sehingga diperoleh keturunan yang
nantinya diharapkan dapat menunjukkan sifat baik yang
diinginkan yaitu galur murni tanaman bibit unggul. Seleksi
buatan ini pada prinsipnya adalah menekan berkembangnya
gena-gena yang jelek dan memberikan peluang berkembang
gen-gen yang baik.

VI.4. Latihan dan Diskusi 6


1. Bagaimanakah kedudukan hukum Hardy-Weinberg
dalam mendukung teori evolusi!
2. Dalam suatu populasi makhluk hidup terdiri dari
spesies dengan berbagai variasi fenotip yaitu: Fenotip
A = 10; Fenotip B = 20; dan Fenotip C = 10. Dengan
adanya perubahan lingkungan selama periode waktu
tertentu terjadi perubahan variasi sehingga menjadi:
Fenotip A tidak ada; Fenotip B = 10; dan Fenotip C =
20; Fenotip D = 10. Termasuk jenis seleksi yang
manakah kejadian tersebut!
3. Kemukakan empat alasan paling umum yang dapat
menjelaskan proses seleksi alam!
4. Kemukakan bentuk atau jenis dari proses seleksi alam!
5. Kucing yang dipelihara di rumah, apabila dilihat dari
struktur giginya termasuk hewan karnivora. Kenyataan
yang banyak dijumpai hewan tersebut mau makan nasi
atau makanan lain yang berasal dari tumbuhan. Apakah
kucing tersebut termasuk favoured races?
EVOLUSI Page 144
BAB. VII
PEMAHAMAN EVOLUSI
(Aspek Interaksi antara Makhluk Hidup dengan
Lingkungannya)

Tujuan Instruksional :
Setelah membaca buku ajar ini diharapkan mampu
memahami evolusi dari aspek interaksi antara makhluk
hidup dengan lingkungannya.

Sebagai orang yang mencetuskan teori evolusi,


Charles Darwin telah mampu mengumpulkan kenyataan
yang berupa variasi-variasi hasil silangan antar jenis burung
merpati. Semasa hidup Darwin, di Inggris, telah sangat
populer orang mengadakan penyilangan antara berbagai
jenis (spesies) yang termasuk dalam golongan burung
merpati. Ada lebih kurang 150 variasi hasil silangan yang
dapat ditemukan oleh Darwin. Variasi tersebut begitu
berbeda sehingga Darwin menganggapnya sebagai jenis-
jenis yang berbeda. Maka penyilangan ini yang merupakan
peristiwa domestikasi oleh Darwin dinyatakan sebagai
proses pembentukan jenis atau spesiasi.
Bagi makhluk hidup domestikasi memberi arti
perubahan lingkungannya dari lingkungan yang alami
menjadi lingkungan yang dibuat oleh manusia (walaupun
demikian sudah barang tentu apa yang dibuat oleh manusia
EVOLUSI Page 145
itu tidak harus berbeda sama sekali dengan sifat alamiah).
Maka berdasarkan gejala yang terjadi pada makhluk hidup
sebagai akibat dari peristiwa domestikasi ini akan kita
pergunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan
pembahasan dalam rangka memahami evolusi makhluk
hidup dari aspek interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya, karena pada hakekatnya domestikasi adalah
mengubah lingkungan makhluk hidup dari kehidupan liar
(alami) menjadi kehidupan yang berada dan berdampingan
dengan habitat manusia. Meninjau evolusi dari aspek
interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya
adalah merupakan pokok penting dalam rangkaian
pemahaman teori evolusi, sebab dari aspek ini akan
diperoleh konsep-konsep tentang adaptasi dan seleksi alam
yang boleh dikatakan sebagai konsep utama dalam teori
evolusi.
VII.1. Domestikasi, Modifikasi dan Variasi
Domestikasi diartikan sebagai usaha untuk
mengubah tanaman dan hewan liar menjadi tanaman dan
hewan yang dapat dikuasai dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Selama perjalanan sejarah, semenjak babak
manusia petani dan peternak, usaha domestikasi telah
dimulai. Hasilnya yang dapat kita jumpai hingga kini baik

EVOLUSI Page 146


melalui teknologi sederhana maupun tingkat tinggi antara
lain adalah:
1) Berbagai varietas tanaman padi
2) Berbagai hibrida tanaman perkebunan.
3) Berbagai jenis anjing ras
4) Babi
5) ‘Strain’ bakteri yang dapat menghasilkan protein sel
tunggal (‘strain’ merupakan hasil rekayasa genetika
terutama yang telah dilakukan oleh negara-negara
maju).
Makhluk hidup seperti yang disebut di atas seakan-
akan telah mengalami penyimpangan dari takdir mereka
sebagai tanaman dan hewan liar sebagaimana mereka
berasal. Terlebih-lebih lagi penyimpangan terhadap takdir
ini semakin jauh jika makhluk hidup yang baru itu
dihasilkan dari rekayasa genetika. Ciri atau karakteristik
makhluk hidup yang dapat diketahui melalui indera kita
disebut sebagai fenotip, sebenarnya merupakan
pengejawantahan dari faktor-faktor bawaan atau faktor
dalam disebut Genotip, yang telah terpadu dengan faktor
lingkungan. Jika Fenotip dinyatakan sebagai P, Genotip
sebagai G, dan lingkungan sebagai E, maka saling
hubungan antara faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan
sebagai P = G + E.
EVOLUSI Page 147
Sebagai contoh, bunga dahlia yang tumbuh di
dataran tinggi mempunyai bunga yang amat menarik karena
ukurannya besar dengan daun-daun yang hijau lebat. Jika
kita bertempat tinggal di dataran rendah ingin sekali
memiliki tanaman seperti itu tumbuh di halaman atau kebun
rumah kita, kekecewaanlah yang akan kita temui. Umbi
dahlia yang diambil dari tanaman dahlia yang berbunga
besar dan berdaun hijau lebat itu setelah ditanam di kebun
kita pada akhirnya tumbuh menjadi tanaman dahlia
berbunga kecil dan berdaun kecil-kecil juga. Faktor
penyebabnya adalah adanya perbedaan yang amat
mencolok yang disebabkan karena perbedaan beberapa
kondisi di dataran tinggi yang berbeda dengan di dataran
rendah seperti: suhu udara, kelembaban udara, kerapatan
udara, dan juga tekstur dan struktur tanah, dan sebagainya,
yang kesemuanya itu merupakan faktor lingkungan. Jadi
menurut rumus di atas adalah E, sehingga pemunculan ciri
(fenotip) tanaman dahlia di dua tempat memang berbeda
seperti rumus berikut:
- Dataran tinggi : P = G + E
- Dataran rendah : P’ = G + E’
Karena E berbeda, biarpun G keduanya sama, maka
P sebagai hasil interaksi antara G dan E menjadi berbeda
pula.
EVOLUSI Page 148
Seandainya kemudian tanaman dahlia berbunga
kecil itu telah menghasilkan alat reproduksi, umbinya
ditumbuhkan kembali di tempat asalnya, tumbuhlah
tanaman seperti semula. Jadi ciri yang tampak karena
lingkungan yang berbeda itu hanya bersifat sementara,
tidak baka atau perubahan itu disebut sebagai modifikasi.
Pada populasi makhluk hidup kita sering menjumpai
individu-individu yang satu sama lain memiliki perbedaan
sifat pada bagian-bagian tubuh tertentu. Pada populasi
manusia, misalnya, kita mengenal empat macam golongan
darah A, B, AB, dan O, setiap orang bergolongan satu
diantara empat golongan tersebut. Bila ditinjau secara
genetik, perbedaan golongan darah itu disebabkan oleh
perbedaan genotip, yaitu pasangan alel gen yang
menentukan golongan darah seseorang. Perbedaan fenotip
dalam populasi makhluk hidup yang didasari oleh
perbedaan genotipnya disebut sebagai variasi.
Evolusi pada hakekatnya perubahan yang dialami
oleh makhluk hidup pada tingkat populasi. Menurut Weisz
(1965) puncak perubahan di dalam proses evolusi ini
ditandai dengan terbentuknya spesies baru dan jenis baru
ini dalam kategori taksonomi menempati tingkatan yang
lebih tinggi dari pada jenis asalnya. Pembentukan jenis baru
ini dikenal dengan istilah spesiasi. Kumpulan makhluk
EVOLUSI Page 149
hidup yang tergolong dalam satu jenis dinamakan populasi
yang bersama-sama memiliki gen unggul (gen pool). Di
dalam gen unggul satu dengan yang lain aliran gena (gen
flow) dengan perantaraan perkawinan (interbreeding) dalam
anggota populasi, akan tetapi antar gen unggul satu dengan
yang lain aliran gen tidak dapat berlangsung. Hal ini berarti
jika aliran gen tidak dapat berlangsung, maka kedua
makhluk hidup itu berbeda jenis atau antara keduanya
memiliki gen unggul yang berbeda karena itu masalah
utama tantang spesiasi adalah terjadinya penghalang
(barier) reproduktif antara makhluk hidup.
VII.2. Ketergantungan Makhluk Hidup pada
Lingkungannya
Hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya dipelajari dalam cabang biologi yang
disebut ekologi lingkungan pada makhluk hidup pada
dasarnya meliputi lingkungan fisik dan lingkungan biotik.
Lingkungan fisik antara lain meliputi keberadaan mineral,
cahaya, kelembaban, suhu dan keasaman (pH); sedangkan
lingkungan biotik meliputi semua makhluk hidup,
tumbuhan dan hewan, yang mempunyai hubungan dengan
makhluk hidup yang bersangkutan dalam komunitas biotik.
Di dalam komunitas biotik makhluk hidup satu
sama lain tergantung, baik langsung maupun tidak

EVOLUSI Page 150


langsung, selama perjalanan hidup masing-masing. Biarpun
antara sesama makhluk hidup itu saling tergantung, mereka
juga bersaing (berkompetisi) untuk memperoleh sumber
daya yang menunjang kehidupannya. Kompetisi ini dalam
rangka memperoleh makanan, mineral dan air, cahaya dan
untuk wilayah kehidupannya (teritorial). Untuk
menjelaskan lebih lanjut tentang hubungan antara makhluk
hidup dengan lingkungannya, dapat dipergunakan konsep-
konsep biologik tentang habitat dan relung (Nasia = niche).
Habitat adalah tempat kehidupan makhluk hidup di dalam
komunitas biotik. Istilah habitat dapat mengacu kepada
wilayah yang luas, seperti padang pasir, perairan laut atau
wilayah yang sangat sempit seperti usus manusia sebagai
tempat hidup berbagai macam bakteri pembusuk. Maka
boleh dikatakan bahwa habitat merupakan “alamat”
makhluk hidup dalam komunitas biotik.
Relung adalah tempat hidup yang sangat dibutuhkan
oleh makhluk hidup dalam melakukan fungsi-fungsi
kehidupannya, sehingga relung merupakan bagian yang
lebih sempit dalam suatu habitat yang dan memiliki
kekhususan bagi makhluk hidup. Istilah relung mengacu
pada peranan makhluk hidup itu di dalam lingkungan
biotiknya. Sebagai contoh dalam hal makanan, pertanyaan-
pertanyaan tentang bagaimanakah cara makhluk hidup
EVOLUSI Page 151
memperoleh makanan, apakah mineral-mineral yang telah
di serap oleh tumbuhan dapat dikembalikan lagi ke
lingkungan, apakah makhluk hidup itu sebagai produsen
atau konsumen? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut dapat membantu kita untuk memahami istilah
relung tersebut bila habitat boleh dipadankan
(diasosiasikan) dengan kata alamat, maka relung di
padankan dengan kata profesi makhluk hidup dalam
lingkungan biotiknya. Oleh sebab itu, pengertian istilah
relung selain meliputi keadaan fisik dan kimia, juga
meliputi faktor-faktor biotik yang diperlukan makhluk
hidup untuk memelihara kehidupan dan perkembangbiakan.
Kalau kita meninjau berbagai komunitas biotik
makhluk hidup, kita akan memperoleh kenyataan bahwa
populasi-populasi penyusun komunitas satu dengan
komuunitas lainnya tidaklah sama. Disamping itu
seandainya antara komunitas satu dengan komunitas
lainnya terdapat populasi jenis tertentu yang sama pada
kedua komunitas itu, biasanya distribusi dan kelimpahan
(abudance) populasi dalam keduanya tidak sama. Dalam
hal penyebaran (distribusi) dan kelimpahan makhluk hidup,
ahli ekologi kebangsaan Amerika, yaitu Shelford,
mengemukakan sebuah hukum yang dikenal sebagai hukum
toleransi “kelimpahan atau penyebaran makhluk hidup
EVOLUSI Page 152
dikontrol (dipengaruhi) oleh faktor-faktor yang melebihi
tingkat toleransi maksimum dan minimum bagi makhluk
hidup”. Faktor-faktor ini lebih dipusatkan pada keadaan
iklim, topografi dan kebutuhan-kebutuhan biologi
tumbuhan dan hewan. Jadi makhluk hidup dibatasi oleh
beberapa faktor yang berada di atas atau di bawah tingkatan
yang dibutuhkan olehnya. Keadaan tersebut mungkin
berupa banyak atau sedikitnya cahaya, tinggi atau
rendahnya kelembaban udara, banyak atau sedikitnya
mineral yang terlarut dalam air tanah, banyak atau
sedikitnya predator dan cukup atau kurangnya tempat
perlindungan diri, sedikit atau berkecukupannya faktor-
faktor yang membantu keseimbangan nutrien, banyak atau
sedikitnya makhluk hidup lain yang merupakan patogen,
dan sebagainya.
Satu macam faktor sudah cukup menentukan untuk
dapat membatasi pertumbuhan makhluk hidup. Sebagai
contoh andaikan kandungan nitrogen di udara di atas
sebidang sawah sangat sedikit, sedangkan cahaya, air, dan
zat kimia lainnya sebagai nutrien berlebihan. Tanaman padi
di sawah itu akan berhenti melakukan pertumbuhan setelah
nitrogen habis dipergunakan, walaupun faktor-faktor lain
yang dibutuhkan untuk kehidupannya masih dalam keadaan
berlebihan dari tingkat kebutuhan yang diperlukan. Dalam
EVOLUSI Page 153
keadaan seperti ini nitrogen adalah faktor pembatas
pertumbuhan. Hukum yang menyangkut faktor pembatas
ini dikemukakan oleh ahli botani berkebangsaan Jerman,
Justin Liebig, sehingga dikenal sebagai hukum minimum
Leibig. Walaupun sebenarnya Leibig hidup 70 tahun
sebelum Shelford, namun karena adanya kemiripan antara
kedua hukum tersebut, maka kemudian di gabungkan
menjadi hukum toleransi liebing-shelford: ”Keberadaan,
kelimpahan, atau distribusi di tentukan oleh satu atau
beberapa faktor pembatas yang terdapat dalam keadaan di
atas atau di bawah tingkatan yang dibutuhkan oleh makhluk
hidup”. Tanaman dan hewan sangat bervariasi di dalam
rentangan (range) toleransi terhadap faktor-faktor
lingkungan yang berbeda. Secara umum rentangan toleransi
dapat digambarkan pada gambar VII.1 dibawah ini.

Gambar VII.1. Rentangan Toleransi sejumlah besar makhluk hidup satu jenis
terhadap faktor lingkungan (Miller,1982).

EVOLUSI Page 154


Dengan mengambil contoh toleransi terhadap suhu
lingkungan, batas toleransi beberapa jenis makhluk hidup
dapat digambarkan pada gambar VII.2. dibawah ini.

Gambar VII.2. Batas toleransi terhadap temperatur berbagai jenis makhluk


hidup. Bagian yang diarsir gelap menggambarkan rentangan suhu normal, dan
bagian yang tidak diarsir adalah rentangan toleransi (Sumber : Miller)

Memperhatikan gambar diatas terlihat bahwa antara


daerah kematian dengan optimum merupakan tekanan
(Stess) lingkungan terhadap makhluk hidup. Sebagai akibat
tekanan lingkungan berbagai tingkat organisasi biotik dapat
dipengaruhi. Miller mengidentifikasikan berbagai pengaruh
tekanan lingkungan pada tingkat organisasi biotik adalah
sebagai berikut :

EVOLUSI Page 155


1. Pada tingkat Individu:
a. Perubahan Fisika dan kimia sel tubuh
b. Gangguan Mental
c. Sedikit atau tidak sama sekali menghasilkan
keturunan
d. Kerusakan genetik (efek mutagenik)
e. Kelainan cacat (efek teratogenik)
f. Timbulnya jaringan kanker (efek karsinogen)
g. Kematian
2. Pada tingkat Populasi
a. Penurunan ukuran populasi
b. Kenaikan ukuran populasi (jika predator
alaminya punah atau berkurang)
c. Perubahan sturktur umur (kematian yang tua,
muda atau yang lemah)
d. Seleksi alam dan terbentuknya individu yang
memiliki gen-gen resinten terhadap perubahan
lingkungan
e. Hilangnya keragaman genetik dan kemampuan
adaptasi
f. Kepunahan populasi
3. Pada tingkat komunitas-ekosistem
a. Kekacauan dalam aliran energi

EVOLUSI Page 156


1) Perubahan dalam banyaknya input energi
matahari
2) Perubahan dalam banyaknya panas yang
dihasilkan
3) Perubahan jaringan-jaringan makanan dan
pola kompetensi
b. Gangguan dalam daur kimiawi
1) Kebocoran sistem (pergantian/perubahan
dari sistem tertutup menjadi sistem terbuka)
2) Adanya zat-zat baru (terkena buatan
manusia, bahan-bahan sintetik)
c. Penyederhanaan
1) Keragaman jenis menjadi redah
2) Kehilangan kepekan jenis
3) Makin terdesaknya habitat dan relung
makhluk hidup
4) Jaring-jaring makanan menjadi kurang
kompleks
5) Stabilitas menurun
6) Kepunahan seluruh atau sebagian struktur
dan fungsi ekosistem
7) Kembali kepada tingkat awal suksesi

EVOLUSI Page 157


VII.3. Latihan dan Diskusi 7
1. Kemukakan peristiwa domestifikasi yang terjadi
disekitar tempat terdekat anda!
2. Berikan pendapat anda tentang peristiwa modifikasi!
3. Kemukakan alasannya sehingga konsep-konsep
biologik tentang habitat dan relung dipergunakan
dalam memperjelas hubungan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya!

EVOLUSI Page 158


BAB. VIII
EVOLUSI PROKARIOT, PROTISTA DAN
TUMBUHAN

Tujuan Instruksional :
Setelah membaca buku ajar ini diharapkan mampu
memahami evolusi dunia bakteria, arkhaea, protista dan
tumbuhan.

Prokariot merupakan merupakan organisme tertua


yang paling awal menghuni bumi ini. Kemunculan
prokariot merupakan awal dari evolusi biologi. Pada
mulanya organisme ini berkembang dari sel protobiont,
yaitu sel purba hasil dari evolusi kimia-fisik. Prokariot awal
terus menerus berevolusi menyesuaikan diri dengan
kehidupan awal di bumi yang kondisinya jauh berbeda
dengan kondisi bumi saat ini. Suhu bumi saat itu masih
sangat tinggi, tanpa oksigen, belum ada lapisan ozon, masih
sering terjadi letusan vulkanik yang memuntahkan gas-gas
beracun. Oleh karena itu prokariot awal hidup di laut,
bukan di darat. Ya, kehidupan awal dimulai di lautan yang
kaya akan bahan organik
Kehadiran prokariot di lautan yang kaya akan bahan
organik merupakan awal dari keanekaragaman metabolisme
sel-sel dan keanekaragaman cara makan. Prokariot

EVOLUSI Page 159


merupakan organisme bersel tunggal yang paling mudah
berkembang biak sehingga jumlah populasinya sangat
banyak. Prokariot dapat hidup pada hampir semua habitat di
bumi; yakni di air panas, air asin, air dingin, tanah, udara,
dan habitat ekstrim lainnya. Selama bermilyar-milyar tahun
prokariot teru menerus berevolusi dan menjadi cikal bakal
bagi mahluk hidup bersel satu, eukariot sel hewan dan
eukariot sel tumbuhan. Ukurannya yang mikroskopis
menyebabkan prokariot dikelompokkan sebagai mikroba.
Keberadaan prokariot pada masa kini di bumi,
memunculkan aneka jenis sel yang luar biasa manfaatnya.
Meskipun ada pula yang menyebabkan penyakit pada
hewan, tumbuhan dan manusia, namun sebagian besar
sangat penting bagi kelangsungan hidup di bumi. Misalnya
ada prokariot yang merombak bahan-bahan dari organisme
yang mati, dan mengembalikan unsure kimia yang penting
ke lingkungan agar dapat diserap oleh akar tumbuhan.
Evolusi prokariot dapat memberikan gambaran
kepada kita, bahwa dunia mikroba sangat diperlukan
kehadirannya di bumi ini. Dunia tanpa prokariot akan
menjadikan bumi kita lautan sampah. Evolusi prokariot
juga menjelaskan kepada kita bahwa perubahan yang
berlangsung dalam waktu lama ini menghasilkan
keanekaragaman sel, baik sel prokariot sendiri, maupun sel
EVOLUSI Page 160
eukariot yang kemudian berkembang menjadi mahluk
hidup multiseluler
VIII.1. Dunia Bakteria, Arkhaea, dan Protista
Ahli astronomi, geologi, dan biologi menyatakan
bahwa usia bumi kira-kira 4,5 milyar tahun. Pada masa itu
suhu di bumi jauh lebih tinggi dari pada suhu bumi saat ini.
Kondisi bumi masih labil, merupakan kabut yang berpilin
pada porosnya dan kemudian secara bertahap dalam waktu
yang sangat lama berangsur-angsur bumi semakin panas
dan kemudian mendingin dan menjadi planet bumi yang
kita diami saat ini. Suhu di atmosfer bumi saat itu juga
sangat berbeda dengan suhu pada saat ini. Konon diyakini
bahwa saat itu suhu bumi di atas 1000C, di mana air akan
berbentuk uap air. Kegiatan vulkanik mengeluarkan gas-gas
beracun seperti hydrogen, ammonia, metana,
karbondioksida, dan nitrogen, serta senyawa hidrokarbon
lainnya. Akibat dari suhu yang sangat tinggi adalah, sama
sekali tidak ada oksigen bebas di udara.
Beberapa ahli biologi berpendapat bahwa kehidupan
di bumi berasal dari bahan kimiawi yang pada saat itu
berlimpah di atmosfer bumi. Senyawa kimia tersebut
membentuk senyawa kompleks yang mampu membelah diri
dan bermetabolisme sendiri. Akan tetapi muncul pula
pendapat bahwa kehidupan tidak dapat terjadi secara
EVOLUSI Page 161
spontan dari bahan tak hidup. Tetapi pada saat itu banyak
aktivitas vulkanik, petir, hujan meteor dan radiasi sinar
ultra violet yang sangat kuat karena belum adanya lapisan
ozon, memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi kimia yang
sangat luar biasa dalam kurun waktu yang sangat lama.
Itulah penyebab tahap awal kelahiran sel biologis.
1. Evolusi Prokariot
Pada tahun 1920-an, A.I. Oparin dari Rusia dan
J.B.S. Haldane dari Inggris membuat hipotesis tentang
bumi primitif. Atmosfer bumi dan lautan purbakala pada
masa itu memang jauh berbeda dengan kondisi bumi saat
ini. Menurut Oparin dan Haldane, pada masa itu banyak
terjadi petir dan hujan meteor yang memungkinkan
terjadinya penggabungan molekul sederhana menjadi
molekul yang lebih kompleks. Atmosfer bumi belum
memiliki lapisan ozon, sehingga radiasi sinar ultra violet
dapat menembus atmosfer bumi primitif sehingga
memungkinkan terbentuknya molekul kompleks yang dapat
membelah diri dan melakukan metabolisme. Secara umum
reaksi senyawa anorganik sederhana menjadi senyawa-
senyawa yang lebih kompleks yang dihipotesiskan terjadi
dalam atmosfer bumi primitif sebagai berikut:

EVOLUSI Page 162


1) Tahap atom menjadi zat anorganik
 C,H,O,N  H2O, CH4, NH3, HCN
2) Tahap zat anorganik menjadi zat organik sederhana
 CH4 + H2O  gula sederhana, asam lemak, gliserin
 CH4 + H2O + NH3  asam amino
 CH4 + H2O + NH3 + HCN  Basa nitrogen (purin
dan primidin)
3) Tahap zat organik sederhana menjadi zat organik
kompleks
 Gula + gula  karbohidrat/polisakarida
 Asam lemak + gliserin  lemak
 Basa nitrogen + gula + fosfat  adenosin fosfat,
nukleotida
 Nukleotida + nukleotida  DNA, RNA
4) Tahap zat organik kompleks  protoplasma  sel
primitif
Interaksi molekul-molekul di atas menunjukkan
tahap pembentukan senyawa organik yang semakin
kompleks sehingga pada akhirnya membentuk molekul
DNA dan RNA. Molekul DNA dan RNA merupakan
molekul yang dihasilkan secara abiotik. Molekul ini
kemudian membentuk koaservat, yaitu tetesan yang stabil
yang cenderung bergabung dengan dengan sendirinya.

EVOLUSI Page 163


Koaservat ini merupakan kumpulan makromolekul yang
dikelilingi oleh molekul air dan dapat menyerap substrat
dari lingkungannya dan dapat melepaskan hasil reaksi
metabolisme. Koaservat ini dikenal sebagai “protobiont”
(proto = awal; bios = kehidupan). Jadi protobiont
merupakan kumpulan molekul organik yang memiliki
sejumlah ciri biologis, antara lain memiliki DNA dan RNA.
Protobiont berkembang menjadi protoplasma dan
kemudian berkembang menjadi sel prokariot awal.
Prokariot merupakan sel yang mendominasi atmosfer bumi
pada masa itu dan dapat dapat hidup di berbagai tempat
serta sangat mudah berkembang biak. Prokariot dapat hidup
di air panas, air dingin, air asin, asam, basa, di dalam tanah,
dan pada sel lainnya. Kehadiran prokariot yang melimpah
ruah di bumi selama milyaran tahun merupakan awal dari
kehidupan di bumi kita. Prokariot berevolusi terus menerus,
hingga menimbulkan keanekaragaman metabolisme dan
cara makan. Sebagian besar prokariot ini berukuran
mikroskopik, namun demikian, dampaknya bagi kehidupan
sejak dahulu hingga saat ini, sangat luar biasa. Prokariot
sangat berperan dalam merombak bahan-bahan dari
organisme yang sudah mati dan mengembalikan unsur
kimia ke lingkungan (saprofit), ada yang menyebabkan
penyakit (pathogen), ada yang bersifat parasit.
EVOLUSI Page 164
2. Filogeni Prokariota
Sistem klasifikasi tradisional membagi makhluk
hidup ke dalam 5 Kingdom berdasarkan perbedaan
strukturalnya, yaitu:
a) Monera
b) Protista
c) Plantae /plantarum
d) Fungi
e) Animalia
Akan tetapi dengan membandingkan urutan RNA
ribosomal dan genom dari spesies yang hidup pada masa
kini, terdapat dua cabang dalam evolusi prokariot yaitu:
1) Kelompok bakteria : dulu dinamakan Eubacteria
2) Kelompok arkhaea : dulu dinamakan Archaeabacteria
Arkhaea berasal dari bahasa Yunani “Archais”
(kuno), karena memang cara hidupnya dalam arti nutrisi
dan metabolismenya sangat primitif. Sebagian besar
arkhaea menempati habitat yang ekstrim. Filogeni prokariot
yang berasal dari nenek moyang bersama dan kemudian
berevolusi menjadi arkhaea dan bakteria digambarkan pada
gambar VIII.1 bawah ini:

EVOLUSI Page 165


Gambar VIII.1. Filogeni prokaryot

Istilah bakteria atau bakteri umumnya digunakan


dalam biologi sebagai acuan prokariot, namun demikian,
bakteri maupun arkhaea secara struktural dikelompokkan
sebagai prokariot. Sebagian besar prokariot bersifat
uniseluler, tetapi ada beberapa spesies yang membentuk
kumpulan atau koloni; bahkan ada beberapa prokariot yang
menunjukkan kecenderungan adanya pembagian tugas
antara dua jenis atau lebih yang telah terspesialisasi
sehingga menjadi koloni sejati. Sel prokariot memiliki tiga
bentuk umum yaitu: bentuk kokus (bola), bentuk basil
(batang), bentuk spiral. Ketiga bentuk ini merupakan tahap
penting dalam identifikasi prokariot.

EVOLUSI Page 166


Bentuk coccus (bola) Bentuk basil Bentuk spiral
Gambar VIII.2. Sel prokaryot

3. Asal-mula Protista (Eukariot)


Revolusi oksigen dianggap merupakan awal dari
perubahan kehidupan di bumi, karena mengakibatkan tiga
hal pokok bagi prokariot anaerob yaitu:
1) Musnah : karena tidak mampu beradaptasi dengan
habitat yang aerob
2) Beradaptasi: tetap sebagai prokariot anaerob tetapi
hidup di tempat yang anaerob, seperti di lumpur,
bersembunyi di lubang yang dalam
3) Bersimbiosis dengan prokariot lain dan membentuk
kehidupan baru sebagai sel eukariot yang kita kenal
sebagai Protista.
Protista mulai muncul di bumi sekitar 2 milyar
tahun yang lalu dibuktikan oleh fosil tertua pada lapisan
prekambrian. Fosil ini disebut acritarch (Bhs. Yunani: tak
jelas asal usulnya). Semua jenis protista adalah eukariot.

EVOLUSI Page 167


Protista sangat beragam ada yang uniseluler, tetapi ada pula
yang multiseluler dalam bentuk koloni. Berdasarkan asal
usul protista (eukariot) dari sel prokariot yang bersimbiosis,
maka terdapat tiga domain yaitu domain Arkhaea, Bakteri,
dan Eukarya. Secara filogeni hubungan prokariot dengan
eukariot digambarkan sebagai berikut.

Gambar VIII.3. Bagan hubungan filogeni prokaryot dengan eukaryot

VIII.2. Evolusi Tumbuhan


Munculnya sel fotosintetik tampaknya mengubah
kondisi bumi yang semula tanpa oksigen menjadi

EVOLUSI Page 168


beroksigen, terbentuknya lapisan ozon, dan kemudian
menimbulkan perubahan pada prokariot yang anaerob.
Salah satu akibatnya adalah sel prokariot melakukan
simbiosis sehingga muncullah sel yang mempunyai inti
yang dikenal sebagai sel eukariota. Eukariota berevolusi
selama jutaan tahun sehingga terbentuklah keanekaragaman
Protista yaitu eukariot awal. Perkembangan protista
menjadi berbagai kelompok yang mempunyai ciri khas
menyebabkan perkembangan sel eukariot uniseluler,
menjadi eukariot multiseluler, hingga struktur yang
makroskopik. Oleh karena itu sistem klasifikasi juga
berkembang seirama dengan kemajuan temuan secara
molekuler. Dari sistem 5 kingdom menjadi sistem 8
kingdom, dan kemudian muncul calon-calon kingdom baru,
sehingga terbentuklah sistem 3 domain
Berdasarkan uraian di atas, maka ikhtisar dari
sistematika dan filogeni eukariot berdasarkan sistem tiga
domain dipaparkan dalam gambar VIII.4 berikut ini, di
mana tergambarkan pula bahwa alga hijau secara
filogenetik lebih maju dari pada alga merah. Kemajuan alga
hijau dari segi struktural, anatomi, dan fisiologi,
menyebabkan alga hijau dimasukkan dalam kelompok
plantae.

EVOLUSI Page 169


Gambar VIII.4. Sistematika dan filogeni eukariot berdasarkan sistem tiga
domain (sumber: adaptasi dari Campbell, 2003)

Studi evolusi tumbuhan didasarkan pada kesamaan


bukti dan umumnya memiliki keterbatasan yang secara
umum hampir sama dengan studi evolusi pada hewan, yaitu
adanya kenyataan berikut ini:
1) Tumbuhan tinggi tidak dapat berpindah tempat
sehingga kecil kemungkinan terjadinya fosilisasi
apabila tumbuh di tempat yang tidak memungkinkan
terjadinya proses fosilisasi. Pada hewan misalnya,
bangkainya dapat terbawa arus sungai atau tenggelam
di rawa yang kemudian akan mengawetkannya melalui
EVOLUSI Page 170
peristiwa fosilisasi. walaupun “kecelakaan” ini terjadi
jauh dari habitatnya.
2) Tumbuhan cenderung menggugurkan bagian-
bagiannya misalnya daun, batang, bunga, dan biji. Jadi
daun yang mengalami fosilisasi mungkin dapat
dinyatakan sebagai spesies yang berbeda, karena
sepintas lalu tidak tampak adanya hubungan organik
satu sama lain. Meski dalam kenyataannya berasal dari
tumbuhan yang sama.
3) Tumbuhan tidak memiliki bagian tubuh yang keras
seperti halnya rangka pada hewan sehingga
kemungkinan terawetkan juga tidak terlalu besar.
4) Rentang bentuk struktur tumbuhan sangat kecil jika
dibandingkan dengan hewan.
Kenyataan di atas merupakan kerugian dan juga
keuntungan bagi tumbuhan, karena tidak ada kelompok
tumbuhan yang kesamaannya sungguh sungguh tidak
dikenal. Meskipun hubungan kekerabatan dalam
kelompoknya kadang-kadang tidak jelas. Semua tumbuhan
merupakan eukariot multiseluler yang autotrof fotosintetik.
Sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang tersusun dari
selulosa, dan tumbuhan dapat menyimpan kelebihan
karbohidratnya dalam bentuk pati. Alga hijau multiseluler
memiliki lebih banyak persamaan dengan tumbuhan
EVOLUSI Page 171
daripada dengan kelompok alga lainnya. Kloroplas
tumbuhan dan kloroplas alga hijau memiliki pigmen
klorofil a dan b. Perbedaan antara kelompok tumbuhan
dengan kelompok alga hijau adalah habitatnya. Hampir
semua tumbuhan hidup di darat meskipun ada juga
tumbuhan yang hidup di air dan di tempat yang lembab.
Sedangkan semua alga hijau hidup di air.
1. Asal Mula Tumbuhan Vaskuler
Perkembangan evolusi tumbuhan vaskuler dimulai
sejak kira-kira 475 juta tahun yang lalu, yang terbagi
menjadi beberapa periode evolusi .
Periode pertama evolusi, yaitu selama masa
Ordovisian, zaman Palaeozoikum, sekitar 475 juta tahun
yang silam, asal mula tumbuhan diduga berasal dari nenek
moyang akuatik. Adaptasi terhadap kehidupan darat
(terrestrial) dibuktikan oleh adanya sporopolenin dan
gametangia berlapis yang melindungi gamet dan embrio.
Adaptasi ini terjadi pada bryofita yang merupakan
tumbuhan darat pertama. Bryofita atau tumbuhan lumut ini
berkembang menjadi berbagai variasi dalam kelompoknya.
Jaringan pembuluh yang terdiri atas sel-sel membentuk
pembuluh untuk mengangkut air dan zat hara ke seluruh
tubuh tumbuhan. Evolusi bryofita merupakan evolusi yang
relatif dini dalam sejarah tumbuhan. Oleh karena sebagian
EVOLUSI Page 172
besar bryofita tidak memiliki jaringan pembuluh maka
bryofita disebut sebagai tumbuhan yang “non vaskuler”
atau tumbuhan “tidak berpembuluh”. Namun ada sebagian
kecil bryofita yang memiliki jaringan pembuluh
pengangkutan air. Pengelompokan bryofita sebagai
tumbuhan non vaskuler tidak seluruhnya benar
Periode kedua evolusi tumbuhan ditandai oleh
diversifikasi tumbuhan vaskuler (tumbuhan berpembuluh)
selama masa Devon sekitar 400 juta tahun silam.
Tumbuhan vaskuler awal ini merupakan tumbuhan tak
berbiji, misalnya pada jenis paku-pakuan serta kelompok
tumbuhan tak berbiji lainnya.
Periode ketiga evolusi tumbuhan dimulai dengan
kemunculan biji, yaitu struktur yang melindungi embrio
dari kekeringan dan ancaman perubahan lingkungan.
Kemunculan tumbuhan biji ini mempercepat perluasan
kolonisasi tumbuhan di daratan. Biji tumbuhan terdiri atas
embrio dan cadangan makanan yang terlingdung oleh suatu
penutup. Tumbuhan vaskuler berbiji muncul kira-kira 360
juta tahun yang lalu dengan kemunculan Gymnospermae
(Bhs. Yunani: Gymnos= ‘terbuka’ atau ‘telanjang’;
sperma= benih atau biji). Gymnospermae terdiri atas
Konifer dengan berbagai variasi jenisnya. Konifer dan

EVOLUSI Page 173


Paku-pakuan mendominasi kehidupan di hutan belantara
selama lebih dari 200 juta tahun.
Periode keempat dalam evolusi tumbuhan terjadi
pada masa Kreta, zaman Mesozoikum sekitar 130 juta
tahun yang lalu. Periode ini ditandai dengan kemunculan
tumbuhan berbunga yang memiliki struktur reproduksi
yang agak rumit di mana biji dilindungi oleh ruangan yang
disebut ovarium. Karena biji terlindung sedemikian rupa
maka kelompok ini disebut Tumbuhan berbiji tertutup atau
Angiospermae (Bhs. Yunani: Angion= “wadah”; spermae=
benih atau biji).
Betapapun juga telah lama diyakini bahwa
tumbuhan tumbuhan berevolusi dari alga hijau, yaitu
protista fotosintetik yang hidup di air. Kelompok alga hijau
berkembang sangat pesat sehingga keanekaragamannya
juga tinggi. Kini banyak bukti yang mengarahkan
kekerabatan jenis alga hijau yang termasuk karofita dengan
tumbuhan karena adanya : 1) Kesamaan DNA kloroplas
alga hijau karofita dengan tumbuhan, 2) Kesamaan
biokimiawi, yaitu komponen selulosa penyusun dinding sel
dan komposisi enzim peroksisom pada alga dan tumbuhan,
3) Kemiripan dalam mekanisme mitosis dan sitokinesis,
yaitu adanya organel-organel mikrotubul, mikrofilamen
aktin dan vesikula pada prose pembelahan sel, 4)
EVOLUSI Page 174
Kemiripan dalam ultra struktur sperma, 5) Adanya
hubungan kekerabatan (genetik) berdasarkan kesamaan gen
dan RNA.

Gambar VIII.5. Evolusi tumbuhan (sumber: adaptasi dari Campbell, 2003)

2. Evolusi Tumbuhan Vaskuler


Di atas telah diuraikan bahwa kelompok bryofita
telah berhasil beradaptasi dengan kehidupan darat,
sekalipun tidak sepenuhnya dapat hidup di tempat yang
kurang air. Pada bagian “daun”nya terdapat stomata dan
kutikula yang mirip dengan tumbuhan vaskuler.
Keberadaan stomata dan lapisan kutikula ini merupakan
tahap evolusi bryofita terhadap kehidupan di darat. Tubuh
tumbuhan bryofita juga telah mengalami diferensiasi
menjadi bagian-bagian yang mirip akar, mirip batang dan
mirip daun.
Pada tumbuhan vaskuler, tubuhnya juga
berdiferensiasi menjadi akar, batang, dan daun sejati.
Sistem perakaran di bawah permukaan tanah berfungsi

EVOLUSI Page 175


untuk menyerap air dan zat hara. Sistem tunas di atas
permukaan tanah akan menghasilkan daun yang berfungsi
untuk menyelenggarakan proses fotosintesis. Pada bagian
batang terdapat jaringan vaskuler yang membentuk sistem
pembuluh angkut. Sistem pembuluh angkut terdiri atas
xylem (pembuluh kayu) dan floem (pembuluh tapis).
Pembuluh kayu yang berbentuk tabung sebenarnya
merupakan sel mati, namun dindingnya masih merupakan
sistem pipa kapiler mikroskopis untuk mengangkut air dan
zat hara dari akar ke bagian tubuh tanaman. Floem
merupakan jaringan sel hidup yang berfungsi
menghantarkan makanan, yang mendistribusikan gula,
asam amino, dan zat-zat lain dari daun ke seluruh bagian
tubuh tanaman.
Adaptasi terhadap kehidupan darat lainnya adalah
lignin (zat kayu) yang terdapat di dalam matriks selulosa
dinding sel, sifatnya keras, dan berfungsi untuk menyokong
batang tumbuhan agar kokoh. Adanya lignin sangat penting
bagi tumbuhan darat, karena lingkungan darat tidak
memberikan sokongan eksternal seperti lingkungan air.
Alga yang tumbuh di air tidak memerlukan zat lignin
karena lingkungan sekitarnya menunjang tubuhnya
sedemikian rupa. Sel-sel pembuluh kayu memiliki memiliki
dinding berlignin yang memiliki dua fungsi yaitu (1)
EVOLUSI Page 176
sebagai jaringan vaskuler dan (2) sebagai penyokong tubuh
tanaman. Pada tumbuhan yang kecil dan tak berkayu, maka
tekanan turgor membantu agar tumbuhan tetap tegak,
namun pada pohon dan tumbuhan yang besar harus ada
lignin agar dapat tegak.
Berbagai fosil tumbuhan ditemukan pada lapisan
sedimen masa Silur dan Devon. Tumbuhan ini terfosilkan
dengan sangat indahnya, hingga tampak susunan jaringan
mikroskopiknya. Fosil tumbuhan tertua adalah Cooksonia
yang ditemukan di lapisan Silur di Eropa dan Amerika
Utara. Temuan di dua benua yang berbeda ini menunjukkan
bahwa dahulu kala kedua benua ini masih bersatu.
Perbedaan Cooksonia dengan bryofita adalah pada siklus
hidupnya. Pada bryofita tahap gametofit merupakan tahap
dominan. Pada tumbuhan vaskuler awal, tahap sporofitlah
yang dominan, yang ditandai oleh adanya sporangia.
Sporofit Cooksonia bercabang, hal ini menunjukkan
kemajuan dibandingkan dengan sporofit bryofita yang tak
bercabang. Percabangan berfungsi untuk meningkatkan
jumlah sporangia dan spora yang dihasilkan oleh tubuh
tumbuhan, sehingga dapat lebih banyak menghasilkan
keturunan. Percabangan ini juga merupakan bahan mentah
bagi evolusi tumbuhan vaskuler. Daun pada tumbuhan

EVOLUSI Page 177


vaskuler diduga berevolusi dari terbentuknya jalinan
jaringan beberapa cabang yang tumbuh berdekatan.
a. Tumbuhan vaskuler tak berbiji
Tumbuhan vaskuler atau tumbuhan berpembuluh
terdiri atas tumbuhan vaskuler tak berbiji dan tumbuhan
vaskuler berbiji. Tumbuhan vaskuler tak berbiji dimulai
sejak 360 juta tahun silam yaitu pada masa Karbon.

A. Lycopodium A. Equisetum C. Pakis


Gambar VIII.6. Tumbuhan vaskuler tak berbiji (Sumber : Keeton, 1980)

b. Tumbuhan vaskuler berbiji


Dibandingkan dengan bryofita dan paku-pakuan,
maka gametofit tumbuhan vaskuler berbiji semakin kecil,
terlindung di dalam jaringan reproduktif yang lembab pada
generasi sporofit. Pergeseran dari haploid ke arah diploid
pada tumbuhan darat diduga merupakan dampak radiasi
ionisasi cahaya matahari (sinar UV) yang menimbulkan
mutasi. Bentuk sporofit yang diploid diduga dapat lebih
baik mengatasi radiasi yang bersifat mutagenik tersebut.

EVOLUSI Page 178


Gambar VIII.7. Perbandingan pergiliran keturunan pada (A) bryopyta, (B)
pterydophyta dan (C) tumbuhan biji (sumber: adaptasi dari Campbell, 2003)

Gametofit, meskipun kecil namun secara umum


masih diperlukan oleh tumbuhan berbiji sebagai tempat
berlindungnya embrio sporofit sampai keadaan tertentu
pada jaringan gametofit maternal. Apabila pada tumbuhan
lumut dan paku, spora memegang peranan penting dalam
penyebaran, maka pada tumbuhan berbiji peran spora
digantikan oleh biji. Spora berukuran mikroskopis dan
bersel tunggal, berbeda dengan struktur biji yang
multiseluler dan makroskopis. Di dalam biji terdapat
embrio sporofit yang terbungkus oleh cadangan makanan di
dalam suatu jaringan pelindung.

Gimnosperma
Berdasarkan catatan fosil, gimnosperma telah lebih
dahulu menghuni bumi dibandingkan angiosperma.
Gimnosperma disuga berasal dari nenek moyang dari

EVOLUSI Page 179


kelompok tumbuhan yang hidup di masa Devon, yaitu
Progimnosperma, yang awalnya merupakan tumbuhan tak
berbiji. Evolusi menjadi gimnosperma yang berbiji terjadi
secara radiasi adaptif pada masa Karbon. Masa Permian
merupakan masa perubahan iklim di bumi. Suhu bumi naik
sehingga terjadilah perubahan flora dan fauna di bumi.
Banyak habitat yang semula berair menjadi kering,
sehingga ada kelompok organisme yang hilang dan ada
yang baru muncul. Perubahan kehidupan terutama terjadi di
lautan, akan tetapi kehidupan di darat juga terpengaruh. Di
lautan, keanekaragaman amphibi menurun, dan digantikan
oleh kemunculan reptilia. Pada tumbuhan, juga terjadi
perubahan. Jenis paku-pakuan yang semula mendominasi
rawa-rawa di masa Karbon, menjadi berkurang dan
digantikan oleh kelompok gimnosperma.
Secara geologi, akhir masa Permian kira-kira 245
juta tahun silam merupakan batas antara zaman
Paleozoikum dan Mesozoikum. Zaman Paleozoikum
didominasi oleh kehidupan di lautan, sedangkan zaman
Mesozoikum merupakan masa yang ditandai oleh reptilia
raksasa. Keberadaan reptilia didahului oleh kemunculan
vegetasi di darat yang didominasi oleh sikas yang mirip
palem dan conifer. Keduanya adalah dua divisi
gimnosperma.
EVOLUSI Page 180
Angiosperma (Tumbuhan berbunga)
Dibandingkan dengan Gimnosperma, Angiosperma
merupakan tumbuhan yang penyebarannya sangat luas,
hampir di seluruh dunia dengan jumlah spesies sekitar
250.000 (bandingkan dengan gimnosperma sekitar 720
spesies). Angiosperma digolongkan sebagai divisi tunggal
Anthophyta (Bhs. Yunani : “anthos” = bunga). Divisi
anthophyta dibagi menjadi dua kelas, yaitu :
1) Monokotiledon (berkeping tunggal)
2) Dikotiledon (berkeping genap)
Sebagai tumbuhan yang beradaptasi dengan
kehidupan darat, maka angiosperma mengalami evolusi
pada sel-sel xylem, bunga, buah, dan siklus hidup.

Evolusi Angiosperma
Fosil tertua angiosperma diperkirakan hidup sekitar
130 juta tahun yang lalu. Fosilnya ditemukan di lapisan
batuan Kreta. Jika dibandingkan dengan fosil paku dan
gimnosperma, maka fosil angiosperma sangat jarang
ditemukan. Pada akhir masa Kreta sekitar 65 juta tahun
silam, angiosperma mulai mendominasi daratan di bumi
hingga saat ini.
Bumi kita pernah dilanda kepunahan masal, yaitu
pada akhir masa Permian sekitar 200 juta tahun yang lalu,

EVOLUSI Page 181


dan akhir masa Kreta. Masa ini merupakan periode krisis
karena banyak kelompok organisme mati dan kemudian
digantikan kelompok baru. Frekuensi kepunahan tertinggi
terjadi di lautan, namun flora dan fauna di darat juga
mengalami kepunahan yang cukup besar. Kelompok reptilia
raksasa seperti Dinosaurus berangsur-angsur punah, begitu
pula kelompok sikad dan conifer yang mendominasi hutan
zaman Mesozoikum juga ikut punah. Setelah kepunahan
itu, maka nicianya digantikan oleh mamalia dan tumbuhan
berbunga. Perubahan ini tampak dari perubahan fosil
selama akhir masa Kreta. Para ahli geologi menggunakan
akhir masa Kreta sebagai batas antara zaman Mesozoikum
dan Kenozoikum.
Evolusi angiosperma juga mempengaruhi evolusi
hewan, karena beberapa hewan yang menghuni daratan
menyesuaikan kebutuhan makanannya dengan tumbuhan
bunga yang mendominasi hutan masa itu mulai dari dasar
hutan hingga bagian tudungnya dimana terdapat tumbuhan
epifita. Hewan pemakan tumbuhan menjadi terspesialisasi
untuk memakan jenis tumbuhan tertentu. Serangga yang
mencari madu bunga, kemudian berkembang menjadi
hewan penyerbuk. Hewan penyerbuk ini kemudian menjadi
faktor yang meningkatkan keanekaragaman tanaman bunga,
hewan ini menjadi ko-evolusi bagi angiosperma.
EVOLUSI Page 182
Berbagai jenis bunga kemudian mengembangkan
keunikannya untuk menarik perhatian hewan penyerbuk,
misalnya warna tertentu menjadi daya tarik hewan
serangga, burung dan hewan lainnya. Aroma bunga juga
menjadi daya tarik bagi hewan. Dengan demikian terbentuk
suatu pola interaksi khusus antara hewan penyerbuk dengan
bunga yang diserbuknya. Begitu pula dengan penyebaran
biji. Buah yang telah masak umumnya berwarna mencolok
atau menebarkan aroma yang menarik perhatian hewan
pemakan buah tersebut. Daging buahnya dimakan, namun
bijinya tak dapat hancur dalam sistem pencernaan hewan,
kemudian keluar bersama fesesnya atau dikeluarkan lagi
dari paruhnya (jika hewan pemakannya adalah burung),
sehingga dapat tumbuh di tempat yang jauh dari induknya.
Dalam hal ini hewan menjadi perantara dalam penyebaran
biji tumbuhan. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan
angiosperma berhasil dalam penyebarannya di darat.
Pada saat ini boleh dikatakan angiosperma
merupakan tumpuan harapan bagi ketersediaan sumber
makanan di bumi, karena sebagian besar tanaman pertanian
merupakan angosperma. Mulai dari tumbuhan penghasil
karbohidrat seperti padi, jagung, ketela, kentang, tumbuhan
penghasil buah-buahan seperti apel, jeruk, tomat, durian
dan lain-lain, hingga tumbuhan penghasil komoditas
EVOLUSI Page 183
lainnya. Semuanya ini tak terlepas dari adanya campur
tangan manusia dalam menyebarkan benih dan
membudidayakan tumbuhan. Manusia tentu saja berperan
sangat besar dalam evolusi tumbuhan angiosperma melalui
proses pemuliaan, seleksi, dan hibridisasi untuk
memperbaiki mutu tanaman pertanian dan budidaya.
Tumbuhan juga berperan dalam mempengaruhi iklim di
bumi, karena menurunkan jumlah CO2 di atmosfer bumi
sehingga iklim di bumi menjadi lebih sejuk.
Karbondioksida di atmosfer menyebabkan terjadinya
pemanasan di permukaan bumi, sehingga disebut sebagai
“efek rumah kaca”, dan gas CO2 disebut “gas rumah kaca”.
Peranan tumbuhan terhadap iklim global diduga telah
terjadi sejak zaman Paleozoikum karena :
1) Tumbuhan menggunakan CO2 sebagai sumber karbon
untuk proses fotosintesis
2) Tumbuhan mengembalikan sebagian CO2 hasil
respirasinya ke udara, dan juga hasil respirasi dari
organisme heterotrof yang hidup di masa itu.
Sebagian besar karbon yang digunakan untuk
asimilasi tersimpan di dalam tanah sebagai cadangan
makanan yang terbenam untuk waktu yang relatif lama
dalam bentuk sporopolenin, lignin, dan lilin setelah
tumbuhan tersebut mati. Berdasarkan postulat Berne,
EVOLUSI Page 184
pengaruh tumbuhan terhadap kadar karbondioksida di
atmosfer terjadi melalui kegiatan tumbuhan vaskuler di
dalam tanah, karena akar tumbuhan vaskuler dapat
menyebar hingga ke tempat yang jauh yang berbatu-batu.
Akar ini mampu memecah bebatuan dan mengeluarkan
senyawa asam yang membebaskan mineral dan partikel
tanah. Apabila terjadi pembasuhan maka CO2 akan bereaksi
dengan mineral terutama setelah mineral mengalir ke laut,
sehingga reaksi ini akan menurunkan kadar CO2 di
atmosfer.

VIII.3. Latihan dan Diskusi 8


1. Mengapa kehadiran sebagian prokariot di bumi ini
sangat diperlukan bagi kehidupan!
2. Bagaimanakah tahapan perkembangan kemunculan sel
protobiont dari reaksi senyawa-senyawa kimia yang
sangat melimpah dan kondisi suhu yang sangat tinggi
di atmosfer purbakala!
3. Mengapa dikatakan bahwa evolusi cara makan
prokariot memegang peranan penting dalam perubahan
lingkungan bumi purbakala!
4. Berikan penjelasan anda mengapa sistem 5 kingdom
dikatakan sudah kuno sehingga berkembang menjadi
sistem 8 kingdom dan sistem tiga domain!
5. Bagaimanakah perbedaan antara gametofit tumbuhan
vaskuler tak berbiji dengan tumbuhan berbiji!
EVOLUSI Page 185
BAB. IX
EVOLUSI PRIMATA

Tujuan Instruksional :
Setelah membaca buku ajar ini diharapkan mampu
memahami data fosil dan radiasi evolusi primata serta
hasil akhir evolusi primata (sejarah manusia).

Evolusi primata merupakan salah satu contoh


evolusi dengan data yang “cukup lengkap”. Teori evolusi
yang hanya didasarkan atas adanya fosil tidak pernah dapat
menerangakan dengan lengkap apa yang terjadi di masa
lampau. Oleh karena itu untuk mempelajari evolusi suatu
organisme, biasanya para ahli menggunakan data suatu
organisme yang masih hidup hingga kini. Dalam hal ini,
yang dilakukan para ahli ialah melihat perubahan stuktur
dari organisme-organisme yang paling erat hubungan
kekerabatan dengan organisme sasaran yang diteliti.
Dengan mengaitkan perubahan-perubahan suatu ciri, maka
dapat ditarik kesimpulan mengenai apa yang terjadi pada
masa silam. Dalam hal ini, digunakan pendekatan pada
golongan primata.
Salah satu definisi evolusi adalah merupakan suatu
ilmu yang mempelajari perubahan yang berangsur-angsur
menuju ke arah yang sesuai dengan masa dan tempat. Pada

EVOLUSI Page 186


dasarnya evolusi tidak untuk membuktikan apakah suatu
jenis berasal dari jenis yang lain. Memang menurut Darwin,
suatu organisme berasal dari organisme lain. Tetapi
pembuktian bahwa suatu jenis berasal dari jenis yang lain
tidak pernah dapat dibuktikan. Yang dipelajari dalam
evolusi adalah proses perubahannya.
Primata muncul sekitar 70 juta tahun yang lalu
seiring dengan punahnya dinosaurus. Setidaknya, itulah
fosil tertua yang pernah ditemukan dari primata. Sekarang,
ordo primata dibagi menjadi dua sub ordo, yakni Prosimian
(meliputi lemur, tarsius, dll) dan Antropoid (kera, monyet,
manusia). Prosimian yang dahulu mendominasi primata,
sekarang semakin tersingkir dan akhirnya menjadi endemik
beberapa daerah seperti Madagaskar. Dengan pemisahan
garis filogenetik, maka cabang dari Anthropoidea ada 3:
monyet, kera, dan Hominid (manusia). Monyet pertama
muncul kira-kira 50 juta tahun lalu. Awal mulanya, monyet
dunia baru muncul dari cabang primata kuno, dan
belakangan monyet dunia lama berevolusi sebagai garis
keturunan terpisah. Garis keturunan yang tersisa setelah
pemisahan monyet disebut garis Hominoid.
George Gaylord Simpson menyarankan
pengelompokan garis itu ke superfamilia Hominoidea.
Pengelompokan itu mencakup: Hylobatidae (kera kecil),
EVOLUSI Page 187
Pongidae (kera besar), Hominidae (manusia). Namun,
belakangan ini para taksonom cenderung tidak
membedakan lagi antara kera kecil dan kera besar. Kera
kecil mencakup siamang alias gibbon dan kerabatnya. Kera
besar contohnya gorilla, simpanse, dan orangutan.
Simpanse punya 2 spesies dan beberapa subspesies (masih
kontroversi), sementara itu orangutan dan gorilla hanya
punya 1 spesies, namun orangutan punya 2 spesies: P.
pygmaeus pygmaeus, dan P. pygmaeus abelli. Manusia
modern juga hanya memiliki 1 spesies, yakni Homo
sapiens. Fosil kera primitif yang pernah ditemukan kira-
kira berusia 35 juta tahun dan dinamakan Aegyptopithecus,
yakni “kera fajar”. Karena itu merupakan garis keturunan
hominoid, maka kera tersebut adalah nenek moyang
bersama kera dan manusia. Divergensi antara kera purba
dan manusia diduga terjadi sekitar 7 atau 8 tahun yang lalu.
Awal mulanya, primata mengadaptasikan kehidupan
arboreal. Sendi bahu yang sangat fleksibel pada monyet dan
kera memudahkan mereka untuk berayun-ayun dari pohon
yang satu ke pohon yang lain. Tipe lokomosi seperti itu
disebut brachiasi (dari kata Latin brachia/brachium untuk
lengan). Pengemukanya adalah Sir Arthur Keith, yang
menyadari keuntungan lokomosi itu di hutan. Modifikasi
lainnya adalah pergeseran mata ke tengah wajah, sehingga
EVOLUSI Page 188
citra dari kedua mata dapat menumpuk ditengah dan
menghasilkan citra yang lebih baik. Kebanyakan primata
memiliki pegangan tangan dan kaki yang kuat dan fleksibel.
Namun, kemampuan itu telah tereduksi hampir seratus
persen pada primata bipedal yang plantigrad, seperti umat
manusia.
Akan tetapi, hampir semua primata dari yang paling
kuno sampai yang paling baru sekalipun, memiliki tangan
dengan ibu jari yang dapat berputar. Hal ini sangat
menguntungkan bukan saja untuk memegang objek, namun
melakukan manipulasi dan modifikasi lingkungan. Apalagi,
dengan perkembangan neokorteks (cerebrum) yang amat
pesat, hal ini memberikan jalan lapang untuk
perkembangannya. Tangan yang telah “terbebaskan” dari
peralihan cara hidup dari arboreal ke non arboreal
nampaknya telah banyak berperan dalam komunikasi yang
lebih baik diantara spesiesnya, dan karena itu mendorong
perkembangan interaksi kelompok, berbicara, dan akhirnya:
penciptaan budaya.
Kita yang hidup pada masa sekarang tidak pernah
dapat mengetahui dengan pasti mengenai apa yang terjadi
pada masa lalu. Oleh karena itu, digunakan data fosil dan
data dari organisme yang hidup pada masa kini. Bukti yang
digunakan untuk mempelajari perubahan akan ditinjau dari
EVOLUSI Page 189
banyak segi, yang dapat memberikan petunjuk mengenai
apa yang terjadi peda masa lalu. Suatu sifat akan berevolusi
sesuai dengan perkembangan waktu dan tempat. Dengan
menggunakan data fosil dan organisme aktuil mempunyai
semua sifat terevolusi. Analisis yang dilakukan pada
primata primitive sampai dengan primata yang maju, yakni
manusia memberikan gambaran sebagai berikut:
IX.1. Perkembangan Primata Primitif ke Primata
Maju
1) Hubungan antara tulang vertebrata dan tengkorak
mengalami perubahan yang berangsur-angsur menuju
titik berat tengkorak. Mula-mula hubungan ini terdapat
dibagian tepi menjadi tepat berada di bawah.
Perubahan ini diikuti dengan perubahan cara berjalan
dari empat kaki menjadi dua kaki. Sejalan dengan
perubahan ini, maka otot leherpun menjadi lebih
lemah, sedangkan panggul menjadi lebih penting dan
kuat. Bentuk tengkorak yang memanjang dengan
rahang besar, gigi yang kuat dan membentuk moncong
menjadi bertambah pendek. Rongga hidung yang besar
sekarang menjadi jauh lebih kecil.
2) Bola mata pada organisme non primata tidak
mempunyai tulang yang meliputinya. Tetapi pada kera
dan manusia, mata sudah sepenuhnya terlindung. Hal

EVOLUSI Page 190


ini menunjukkan bahwa mata menjadi organ yang
sangat penting. Selain itu, dapat pula dilihat bahwa
mata yang menghadap ke samping, menjadi berangsur-
angsur menghadap ke depan. Penglihatanpun berubah
dari dua dimensi menjadi tiga dimensi, dan
kemampuan melihat warna meningkat dari hitam putih
untuk membedakan gelap dan terang menjadi mampu
melihat hampir semua spectrum warna. Hal ini erat
kaitannya dengan cara hidup dari malam hari menjadi
siang hari. Selain itu, matapun diperlukan untuk
melihat makan diantara ranting-ranting pohon, dan
untuk menyelinap dengan mudah diantara hutan.
3) Ujung jari bercakar berangsur-angsur berubah
menjadi kuku. Hal ini terlihat bahwa tupai mempunyai
cakar, sedangkan primata lebih lanjut mempunyai kuku
yang tebal dan akhirnya manusia mempunyai kuku
yang tipis. Cakar mula-mula digunakan untuk mengais
mencari makan. Dengan berubahnya cara hidup dari
hidup di tanah menjadi kehidupan arboreal, maka cakar
menjadi mengganggu kemapuan bergerak dengan cepat
di atas pohon. Kehidupan arboreal lebih membutuhkan
kemampuan untuk memegang. Dengan demikian,
terjadi pula perubahan cara memegang dengan
terbentuknya ibu jari dengan persendiaan yang lain
EVOLUSI Page 191
daripada jari-jari yang lain. Hal ini erat kaitannya
dengan timbulnya flora hutan sebagai habitat baru di
muka bumi. Cakar perlu untuk naik pohon, tetapi selalu
terkait kalau pindah dari suatu tempat ke tempat lain.
Selain itu, terjadi pula perubahan dari telapak tangan.
Hal ini penting berkaitan dengan kemampuan untuk
memegang yang terlihat pada kera, yang mempunyai
“empat tangan”, bahkan pada kera Amerika Selatan,
ekorpun dapat digunakan untuk memegang.
4) Kehidupan arboreal (hidup di pepohonan)
menyebabkan fungsi tangan lebih penting daripada
kaki. Hal ini terlihat pada bangsa kera yang memilki
tangan yang lebih panjang dan lebih kuat daripada
kaki. Struktur ini penting untuk dapat berayun-ayun
dan berpindah tempat. Dengan berubahnya permukaan
bumi, maka jumlah hutan menjadi semakin sedikit.
Selain itu, ditemukan primata besar yang tidak dapat
ditunjang oleh hutan. Dengan demikian, primata mulai
turun ke permukaan bumi. Akibatnya tangan menjadi
kurang diperlukan sedangkan kaki diperlukan untuk
mengejar mangsa dan menghindarkan diri dari
predator.
5) Volume otak mengalami perubahan pesat. Faktor ini
sangat nyata terlihat pada golongan kera-manuasia.
EVOLUSI Page 192
Australopithecus hanya mempunyai volume otak 600
cc, sedangkan manusia modern sekitar dua kali lebih
besar. Data fosil menunjukkan bahwa fosil manusia
lainnya mempunyai kisaran antara keduanya.
Perubahan volume otak dapat pula dilihat pada
perubahan dahi.

Gambar IX.1. Evolusi Tengkorak Primata

IX.2. Data Fosil Evolusi Primata


Bermacam-macam fosil primata seperti
Mesopithecus, Miopithecus, dan Aegyptophitecus dari
lapisan Oligosen; Parapithecus, Propliopithecus yang
berbentuk seperti bajing, diperkirakan tidak mempunyai
hubungan kekerabatan yang cukup dengan manusia. Fosil
primata yang paling tua dan masih termasuk famili

EVOLUSI Page 193


Homonidae adalah Dryopithecus, Limnopithecus,
Brahmapithecus, Sivapithecus, Pliopithecus, Oreopithecus,
dan Proconsul yang dikenal sejak zaman Miosen.
Dryopithecus dianggap berkerabat dengan bangsa
beruk dan kera, sedangkan Proconsul, merupakan fosil
Homidid tertua yang diduga berkerabat dengan gorilla dan
simpanse. Fosil Brahmapithecus, dan Sivapithecus belum
diketahaui kerabat dekatnya. Kemudian kita mengenal fosil
Hominid yang lebih muda yakni Ramapithecus yang
dianggap sebagai fosil yang erat hubungannya dengan
manusia. Fosil ini pada mulanya hanya sebuah tulang
rahang. Namun kini pandangan tersebut berubah, karena
penemuan baru telah memberikan pandangan yang lebih
baik. Fosil ini ternyata identik dengan Dropithecus. Fosil
berikutnya adalah Kenyapithecus.
Fosil Homo mungkin pula telah ada, namun data
yang ada belum meyakinkan. Baru kemudian, pada lapisan
yang lebih muda, mulai dijumpai Paraustralopithecus
aethiopicus, yang kemudian oleh para ahli yang beraliran
progresif sekaran disebut Homo aethiopicus,
Australopithecus (A. africanus, A. afarensis), Homo,
Meganthropus palaeojavanicus (Homo mojokertoensis),
dan Paranthropus (P. boisei, P. robustus). Kedua marga
fosil terakhir dan Gigantopithecus adalah fosil manusia atau
EVOLUSI Page 194
kera berukuran besar dan mungkin pantas dinamakan
raksasa. Fosol-fosil yang menempati lapisan lebih atas
adalah Zinjanthropus, Homo habilis, Homo ergaster, Homo
rudolfensis. Baru kemudian kita mengenal manusia purba,
Homo erectus (Sinatropus, Pithecanthropus, Atlanthropus,
Telanthropus, Eoanthropus dan Homo heidelbergensis).
Fosil-fosil Hominid yang paling muda semuanya sudah
dianggap sebagai Homo-sapiens (Swancombe, Steinheim,
Cro-Magnon), dan Homo sapiens neaderthalensis (Homo
soloensis, Homo rhodosiensis).
IX.3. Data Genetika Molekuler Fosil Primata
Pendekatan molekuler dilakukan oleh sekelompok
peneliti dari Universitas California di Berkeley. Tahun
1987 mereka mengemukakan hasil analisis ADN
mitokondria yang menunjukkan bahwa ADN mitokondria
manusia yang paling primitif (wanita, karena ADN
mitokondria diturunkan dari pihak ibu) terdapat di Afrika.
Bila dikaji mengenai kecepatan mutasi ADN mitokondria,
dan dikaitkan dengan perubahan yang terjadi, maka dapat
disimpulkan bahwa manusia yang paling primitif harus
sudah berada di muka bumi sekitar 200.000 tahun yang
lalu. Hal ini menimbulkan kontroversi dengan data fosil,
karena menurut fosil, Homo sapiens pertama berumur
paling sedikit sekitar 250.000 – 1.000.000 tahun yang lalu.
EVOLUSI Page 195
Apalagi bila kita membaca buku yang lebuh tua, maka
dapat kita menemukan bahwa perkiraan manusia pertama
adalah sekitar 15.000.000 tahun yang lalu.
Penelitian tadinya dilakukan oleh kelompok lain
dengan menggunakan analisis ADN kromosom Y
menunjukkan bahwa pria pertama berasal dari daerah Aka
Afrika, di tempat suku Pygmee berada. Pendekatan tersebut
di atas, meskipun mengarah kepada Afrika sebagai daerah
asal manusia, sangat didukung oleh data fosil. Meskipun
data molekuler sangat cocok dengan data fosil, namun data
yang masih ada belum cukup memastikan asal usul
manusia. Teori lain menyatakan bahwa manusia pertama
mungkin adalah suatu hybrid antara manusia primitif
(Homo erectus dengan Homo habilis dan Homo
neaderthalensis) dan dihasilkan manusia modern yang
hidup sekarang. Pendapat lain mengatakan bahwa asal usul
manusia terjadi di Afrika dan Asia. Ada pula kemungkinan
yang jauh lebih kecil yakni di Eropa dan Australia.
Pendapat ini didasarkan pada fosil Homo erectus dan fosil
Homo sapiens.

EVOLUSI Page 196


Gambar IX.2. Phylogeny Primata

IX.4. Radiasi Primata


Perkembangan evaluasi Primata dimulai dari
moyang yang berupa hewan Mammalia pemakan serangga
menurunkan Prosimian yang hidup pada zaman Palaeosin.
Hewan ini bertubuh kecil seperti cecurut, bermoncong, dan
berekor panjang. Mereka tangas dan cerdas, mempunyai
organ-organ penggenggan dan lima jari. Dari Prosimian
perkembangan radiasi evolusi menuju 4 golongan besar
yang masih tetap hidup sekarang ini.

EVOLUSI Page 197


1. Prosmian Modern
Kelompok besar pertama yakni Prosimian modern.
Yang termasuk kelompok ini adalah lemur dan loris,
sekarang hidup di pulau Madagaskar. Hewan-hewan ini
masih mempunyai moncong dan ekor yang panjang,
berkuku, bukan cakar dengan kemampuan untuk
memanipulasi obyek, hal ini merupakan ciri umum Primata.

Gambar IX.3. Prosimian Modern

Hewan lain yang termasuk Prosimian modern ialah


tarsius (binatang hantu), hidup di Asia Selatan dan
Indonesia (daerah pantai Kalimantan, Sulawesi, dan
Sumatra). Pada hewan ini tidak dijumpai lagi moncong
yang panjang mata lebih ke depan tidak seperti mata lemur
yang agak kesamping oleh karena itu, tarsius dapat
memfokuskan satu titik dengan kedua matanya. Nampak
adanya peningkatan pada alat-alat penglihatan dan
mekanisme saraf yang memberikan kemampuan untuk
kedalaman persepsi (binocular stereoscopic vision) dan
penglihatan warna pada tahap-tahap beranekaragam.

EVOLUSI Page 198


Gambar IX.4. Tarsius (Tarsius spectrum)

Tarsius besarnya kira-kira sama dengan seekor tikus


besar dan dapat bergerak sejauh yang bisa dilakukan seekor
kangguru. Tarsius dapat memutar kepalanya nyaris 360
derajat, sehingga dapat memandang lingkungan yang ada
tepat di belakangnya. Dalam hal ukuran relatif otak dan
bentuk hidung, tarsius mirip dengan monyet.

Gambar IX.5. Lorisidae Familia (Loris)


2. Ceiboidea (Monyet Dunia Baru)
Ceboidea hanya hidup pada lingkungan pohon dan
ditemukan di daerah hutan-hutan sebelah selatan Amerika
EVOLUSI Page 199
Utara, Amerika tengah, Dan Amerika Selatan. Mereka
terbagi menjadi dua family, yakni Callithricidae dan
Cebidae. Callithricidae atau Marmoset adalah Primata kecil
yang telah menempati niche seperti bajing di hutan dunia
Baru. Perkembangan yang menonjol pada cakar untuk
memanjat yang merupakan bagian penting dari pergerakan
mereka.

Gambar IX.6. Callithricidae Familia (Marmoset)

Ceboidae hidup dilingkungan pohon. Namun lebih


berkembang dibandingkan dengan Callithricidae. Mereka
mengembangkan beraneka ragam besar tubuh dan adaptasi
ekologis di pohon-pohon. Beberapa anggota Ceboidae telah
beradaptasi dengan cara hidup dilingkungan pohon dengan
jalan mengembangkan “kaki ke-5” dalam bentuk ekor
prehensile (penggenggam, dapat digunakan untuk

EVOLUSI Page 200


memegang sesuatu). Ekor prehensile tidak hanya terdapat
pada monyet dunia lama.

Gambar IX.7. Monyet Dunia Baru (New World Monkeys)

Monyet dunia baru adalah hewan asli Amerika


Selatan. Kebanyakan tidak memiliki ibu jari yang dapat
diputar, yang merupakan ciri khas dari primata-primata
yang lebih maju. Kupingnya lebar dan membentang ke arah
samping, sehingga hidung tampak rata. Monyet capuchin
yang digunakan di Eropa dalam pertunjukan-pertunjukan
hiburan tergolong contoh monyet dunia baru.
3. Cercopithecoida (Monyet Dunia Lama)
Semua Primata dunia lama kecuali prosimian adalah
catarrhini (hidung terbelah). Monyet-monyet dunia lama
diklasifikasikan dalam satu famili yakni Cercopithecidae
EVOLUSI Page 201
yang terbagi menjadi 2 sub famili yaitu cercopithecinae
(moyet babon) dan colobinae (monyet pemakan daun).

Gambar IX.8. Monyet Dunia Lama (Old World Monkeys)

Pada catatan fosil cercopithecoidea berkembang


pada zaman Oligosin dan Miosin. Pada akhir Moisin
mereka telah menempati sejumlah niche lingkungan pohon
serta terestrial di Afrika dan Erasia. Pada saat sekarang
mereka berkembang menjadi Colonin (monyet pemakan
daun) dan cercopithecin. Cercopithecin yang hidup
sekarang menempati iklim dan habitat yang lebih luas
dibandingkan Primata lain, kecuali manusia.

EVOLUSI Page 202


Gambar IX.9. Fosil Tengkorak Cercopithecoidea

1) Colobinae
Colobinae hidup beradaptasi makan daun vegetasi
muda. Mereka mempunyai puncak gigi yang tajam pada
gigi molar, kantung pipi khusus, dan bentuk perut khusus
untuk mencernakan makanan. Pencernaan dilakukan
dengan bantuan bakteri yang hidup pada perutnya yang
mirip dengan kantung. Langur (sebutan untuk berapa
Colobinae) mendiami banyak habitat. Beberapa diantaranya
digunung-gunung tinggi dengan sedikit pohon dan
makannya bergantung pada puncak-puncak cemara dan
kulit pohon dan dedaunan.

EVOLUSI Page 203


2) Cercopithecinae
Sub famili ini menempati beraneka habitat, mulai
dari savanna terbuka (babon, macaques, monyet patas)
sampai hutan (mandril, mangabey, dan quenon) tingkah
laku social babon dan Cercopithecinae terrestrial banyak
dipelajari oleh ahli antropologi untuk mengetahui faktor-
faktor lingkungan dan ekologi yang menolong membentuk
nenek moyang manusia.
Mereka berjalan di atas 4 kaki (quadrapedal dan
mengembangkan kemampuan mencengkram, tetapi tidak
dengan ekor prehensile. Bentuk pergerakan mereka
dinamakan branch walking (berjalan) diatas cabang),
plantigrade (kencenderungan bergerak pada permukaan
plantar = tapak tangan atau tapak kaki) dan digitigrase
(kecenderungan bergerak dengan jari tangan atau jari kaki)
Gibbon mempunyai tengkorak yang lebih kecil
dibandingkan dengan Hominoid yang lain dan semata-mata
orboreal. Bentuk Gibbon khusus untuk bergerak arboncal,
disebut brachiation. Branchiation memungkinkan gibbon
bergerak arboncal, disebut brachiantion. Branchiation
memungkinkan gibbon bergerak lebih cepat antara
pepohonan dengan menggunakan kedua lengannya, hingga
tangannya berfungsi sebagai sebuah kait. Tetapi jika ia
turun ke tanah berjalan-jalan di atas dahan-dahan dilakukan
EVOLUSI Page 204
dengan 2 kaki. Orangutan seperti gibbon hidup terbatas di
Asia Tenggara dan pernah hidup tersebar luas di Asia. Cara
bergerak orang utan dinamakan quadramanual (empat
tangan). Meskipun orang utan menghabiskan banyak
waktunya di atas pohon dengan menggunakan 4 anggota
badannya, juga dapat berjalan jauh sekali di daratan tanah,
khususnya jantan dewasa hampir 2 kali lebih besar daripada
betinanya dan menjalani hidup membujang.
Gorilla sangat terbatas ruang lingkupnya dan
sekarang hanya terdapat di hutan pegunungan daerah
khatulistiwa dan dataran tinggi Afrika timur. Gorilla adalah
vegetarian terestial, pemakan daun yang tumbuh didataran
tanah. Susunan kerangka sangat khusus untuk menopang
berat badan terestrial dan berjalan diatas buku-buku jari.
Cara bergerak seperti ini terlihat pada bentuk dada, bahu,
pergelangan tangan dan tulang lumbar verteberal yang kuat.

Gambar IX.10. Cercopithecinae familia (Japanese Macaques)


EVOLUSI Page 205
Simpanse tidak mempunyai catatan fosil, hidup
terbatas di daerah hutan dan bagian berhutan kera. Karena
adaptasi mereka, mempunyai struktur badan yang
orthograde (tegak), yang memungkinkan mereka berjalan
jauh di atas permukaan tanah, tetapi juga posisi duduk
dalam jangka waktu lama. Untuk duduk, babon telah
mengembangkan sepetak kulit pada bagian belakang yang
dinamakan ischial callosities.
3) Hominoidea
Kelompok ini muncul pada zaman Paleosin. Selama
Miosin awal radiasi Hominoidea bercabang menjadi dua
yakni Anthropoidea (kera) dan Hominidea (keluarga
manusia). Kedua famili ini ditandai dengan hilangnya ekor
dan berkembangnya ukuran besar badan. Otak.
Anthropoidae dan Hominiidae jauh lebih berkembang dan
demikian fungsi lebih kompleks. Kera-kera yang hidup
sekarang dibagi 4 genus, yakni gibbon, orangutan,
simpanse, dan gorila.

EVOLUSI Page 206


Gambar IX.11. Penggolongan Primata

EVOLUSI Page 207


IX.5. Makhluk–makhluk pra–Homo sapiens
Evolusi makhluk-makhluk pra-Homo sapiens dapat
digolongkan menjadi dua bagian besar, yakni:
1. Evolusi pra-Homo sapiens berdasarkan Hubungan
kekerabatan manusia dengan hewan. Klasifikasi Homo
sapiens adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Subordo : Anthropoidea
Famili : Homonoidea
Genus : Homo
Species : Homo sapiens
Berdasarkan hubungan kekerabatan antara manusia
dengan hewan, evolusiner pra-Homo sapiens secara garis
besar mengalami 4 perkembangan, yakni:
1) Famili Tupaiidae
Famili Tupaiidae merupakan ordo Primata, yakni
golongan hewan pemakan serangga.
2) Famili Lemuroidae
Famili ini merupakan Ordo Primata primitif
termasuk di dalamnya adalah jenis binatang setelah kera.
Misalnya Tarsius spectrum (binatang hantu), yang hidup di
Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra), dan
Filipina. Jenis binatang tersebut mempunyai ekor panjang

EVOLUSI Page 208


serta berkuku bukan cakar dengan kemampuan
memanipulasi objek.
3) Famili Pongidae
4) Famili Homonidae
2. Evolusi pra -Homo sapiens berdasarkan ditemukannya
Fosil
Evolusi pra-Homo sapiens berdasarkan hasil
penemuan fosil yang ditemukan di berbagai lapisan dunia.
Berdasarkan fosil yang ditemukan diperkirakan kehidupan
manusia dimulai lebih kurang 25 juta tahun lalu yang
tersebar menjadi 3 zaman, yakni:
1) Zaman Miosin (25 – 10 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini makhluk primata sepenuhnya
bersifat kera, oleh karena itu dinamakan kera primitif.
Tubuhnya kecil dan pendek. Kedua tangannya mungkin
masih digunakan untuk bergelantungan di dahan pohon.
Mereka belum dapat berjalan tegak. Diduga, kera primitif
hidup 35-25 juta tahun yang lalu. Ditemukan oleh tim
ekspedisi Universitas Yale di Fayum tahun 1961.
2) Zaman Pliosin (10 – 2 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini telah muncul makhluk baru yakni
primata yang tidak menyerupai primata yang hidup
sebelumnya. Makhluk ini bukan kera penghuni hutan, tetapi

EVOLUSI Page 209


lebih banyak hidup di padang rumput terbuka. Makhluk ini
berjalan tegak dengan kedua kakinya.
3) Zaman Pleistosin (2 juta tahun yang lalu sampai
sekarang)
Pada zaman ini manusia mengalami evolusi yang
sangat cepat dan sudah menggunakan perkakas baik dari
batu maupun kayu. Mereka sudah pandai berburu, sudah
dapat menggunakan api dan diduga sudah dapat berbicara.
Anggapan ini berdasarkan pada volume otak yang lebih
besar bila dibandingkan dengan makhluk sebelumnya.
Makhluk Homo erectus diduga hidup pada 1,5 - 0,5
juta tahun yang lalu. Homo erectus dapat berjalan tegak,
kakinya panjang dan lurus, dan tulang tungkainya lebih
maju. Otaknya lebih besar dengan valume berkisar 750 –
1.400cc. Homo erectus sebagai manusia purba sudah pandai
membuat perkakas, misalnya kapak genggam, walaupun
masih agak kasar. Kehidupannya dengan berburu mamalia
besar. Telah menggunakan api, sudah dapat berbicara untuk
mengajari anaknya bagaimana membuat perkakas. Makhluk
Homo erectus ditemukan tersebar di dunia.
Kenapa Homo erectus dapat hidup di seluruh dunia
belumlah jelas. Mungkin tipe makhluk ini berevolusi di
beberapa tempat menyebar sepanjang daratan subur dan

EVOLUSI Page 210


yang mudah dilalui, terbentang dari Afrika Timur,
mengitari Samudra Indonesia sampai ke Jawa.

Gambar IX.12. Fosil Homo erectus

Perkembangan evolusi sejalan dengan masa


pengembaraan mereka dari abad ke abad. Makhluk Homo
erectus di temukan di berbagai tempat, antara lain:
Pithecanthropus erectus (manusia jawa), ditemukan oleh
EVOLUSI Page 211
Eugene Dubois tahun 1891. Dubois adalah seorang dokter
Belanda menemukan fosil manusia Jawa di daerah Trinil
(sepanjang tepi bengawan solo). Fosil yang ditemukan
berupa rahang beberapa gigi, dan sebagian dari tulang
tengkorak.
Pithecanthropus pekinensis (Sinathropus
pekinensis) (manusia Cina). Fosil makhluk ini ditemukan
oleh Davidson Black dan Tranz Weidenreich pada tahun
1920 dari suatu penggalian di dalam sebuah gua kapur di
dekat Peking. Volume otaknya 900-1.200cc.
kebudayaannya sudah lebih maju daripada
Pithecanthropus. Mereka telah menggunakan senjata dan
perkakas yang terbuat dari tulang dan batu sebagai alat-alat
kerja. Penggunaan api tampaknya sudah biasa. Para ahli
berpendapat bahwa mahkluk ini suka membunuh
sesamanya. Hal ini terbukti dari tulang-tulang tengkorak
kosong yang menunjukkkan bekas dibelah dengan senjata
dari bawah ke atas. Banyak ahli juga berpendapat bahwa
Sinanthropus pekinensis merupakan varian dari
Pithecantropus, karena kedua manusia purba mempunyai
struktur tubuh yang sama dan hidup pada zaman yang
sama, yakni kira – kira 500.000 tahun yang lalu.
Meganthropus Palaeojavanicus (Manusia Raksasa
Jawa). Meganthropus palaeojavanicus ditemukan di
EVOLUSI Page 212
Sangiran di pulau jawa oleh Von Koningswald pada tahun
1939 - 1941. Munculnya Homo sapiens (manusia modern).
Tidak pasti benar kapan munculnya manusia modern,
namun para peneliti ada yang beranggapan bahwa manusia
modern muncul sejak sekitar 2.000 tahun sebelum Masehi.

Gambar IX.13. Evolusi Tengkorak

EVOLUSI Page 213


IX.6. Hasil Akhir Evolusi Primata (Sejarah Manusia)
Sejarah manusia adalah asal usul manusia. Fakta
atau bukti yang diperoleh untuk mempelajari sejarah
manusia dengan bantuan fosil-fosil yang ditemukan pada
lapisan bumi. Dari fosil-fosil yang ditemukan, didapatkan
kesimpulan bahwa deretan-deretan fosil yang terdapat di
batuan muda berbeda apabila dibandingkan dengan fosil-
fosil dari batuan yang lebih tua. Perbedaan itu disebabkan
oleh perubahan yang perlahan-lahan. Cara penyebaran
hewan dan tumbuhan dapat membuka tabir mengenai
perubahan-perubahan yang terjadi pada moyangnya.
Tidak akurat untuk menganggap kalau manusia
berkembang dari makhluk yang mirip atau identik dengan
kera yang hidup di masa kini. Sebenarnya, baik manusia
maupun kera berkembang dari nenek moyang bersama yang
barangkali sama sekali tidak mirip dengan kera masa kini
dalam hal ciri-ciri spesifiknya. Manusia dan kera telah
berdivergensi dan menjalani jalur-jalur adaptif yang
berbeda selama sekitar 8 juta tahun. Banyak anti-
evolusionis menganggap bahwa evolusi menyatakan kalau
kera yang mirip sekali dengan gorilla masa kini
memunculkan manusia dalam jangka waktu yang relatif
pendek (ribuan tahun). Pandangan-pandangan itu mencegah

EVOLUSI Page 214


pertimbangan terbuka akan nilai teori evolusi untuk
menjelaskan keberagaman pada semua organisme.
Berhubungan dekat dengan perspektif tersebut
adalah ide yang sama salahnya, bahwa evolusi selalu
berjalan lurus (evolusi ortogenik) dari bentuk nenek
moyang melalui serangkaian bentuk turunan hingga
menjadi organisme yang sangat adaptif dan relatif
permanen. Proses evolusi berlangsung terus, dan pada
banyak kasus garis-garis keturunan berkembang seperti
semak-semak, bukannya pohon. Tidak ada bentuk yang
teramat khusus yang merupakan perwujudan penuh sebuah
garis keturunan, akan tetapi percabangan terus menerus
terjadi dan jarang ada serangkaian bentuk yang membentuk
sebuah garis keturunan tunggal yang tak bercabang.
Pada kasus manusia, garis keturunan hominid
menghasilkan sebuah genus dan spesies berbeda, yang
mungkin pernah bereksistensi satu sama lain untuk jangka
waktu yang cukup lama. Pada saat yang sama, beberapa
kera menjalani garis-garis evolusionernya sendiri untuk
menghasilkan kera-kera masa kini, kera-kera lain menjadi
punah. Banyak diantara bentuk-bentuk yang punah itu
merupakan cabang dari garis keturunan kera dan bukan
merupakan nenek moyang langsung dari kera masa kini.
Pelajaran yang penting dari hal tersebut adalah bahwa
EVOLUSI Page 215
begitu terjadi divergensi di masa yang sangat lampau antara
cabang hominid (manusia) dengan pongie (kera) dalam
evolusi primata, sebuah proses selektif yang berbeda
beroperasi pada massing-masing kelompok besar tersebut.
Miskonsepsi ketiga adalah bahwa semua ciri yang
berasosiasi dengan hominid muncul secara bersamaan atau
mulai berkembang bersama-sama. Namun kenyataannya
sama sekali tidak seperti itu. Ciri-ciri semacam postur yang
tegak tampaknya sudah ada jauh sebelum karakteristik-
karakteristik khas hominid lainnya muncul.
Kepercayaan keempat yang dipegang oleh
pendukung pandangan kreasionis adalah bahwa penerimaan
garis keturunan evolusioner manusia bertentangan dengan
keimanan Yahudi-Kristen ataupun komitmen pada agama
apapun juga secara umum. Walaupun sejumlah sekte
fundamentalis yang menerima interpretasi harfiah teks suci
secara tidak kritis dapat menghadapi konflik dengan
kerangka kerja evolusioner, banyak sekali pemeluk agama
yang dapat mendamaikan komitmen-komitmen intelektual
dan spiritual mereka.
Klasifikasi makhluk hidup menggolongkan manusia
sebagai hewan vertebrata, yakni sebagai mammalia. Bila
kita membedah tubuh manusia, bagian-bagian tubuhnya
seperti jantung, usus, hati, dan paru-paru tidak banyak
EVOLUSI Page 216
berbeda dengan jantung, usus, hati, dan paru-paru kucing
atau kera. Dengan demikian pula jika kita mempelajari
sistem saraf, sistem endokrin, pernafasan, pencernaan,
reproduksi atau kontraksi otot-ototnya, kita akan selalu
menemukan proses-proses kimia dan fisika yang pada
prinsipnya sama yang seperti terdapat pada hewan. Manusia
mempunyai rambut dan manyusui anaknya. Manusia
mempunyai gerakan bipedal (Latin: bi= dua, dan pedes=
kaki) yang berlainan dengan gerakan mammalia lainnya.
Bagian-bagian anatomi manusia dengan kera sangat serupa,
oleh karena itu mereka dimasukkan ke dalam satu golongan
yakni Ordo Primata.
Setiap spesies mempunyai ciri-ciri khas yakni ciri
struktur, ciri fisiologi, dan ciri tingkah laku yang
membedakan dari spesies yang lain. Kadang-kadang sukar
untuk dapat membedakan spesies yang berlainan tetapi
yang dekat hubungan kekeluargaannya. Meskipun diantara
individu dalam spesies manusia banyak terdapat
keanekaragaman, spesies manusia dapat dibedakan dengan
jelas dari hewan yang paling menyerupai, yakni Primata
besar lainnya.
IX.7. Ciri-ciri Struktur Manusia
Perbedaan jasmani yang mencolok yang terdapat
antara manusia dengan hewan ialah dalam hal kemampuan
EVOLUSI Page 217
manusia untuk berdiri, berjalan, dan berlari dengan tegak
pada kedua kaki. Oleh karena itu, tangan manusia bebas
untuk mengerjakan atau membawa sesuatu. Kemampuan ini
menyangkut banyak modifikasi anatomi. Kaki manusia
lebih panjang daripada lengannya, sesuatu hal yang
membedakan dari primata lainnya. Kaki manusia yag
mempunyai lekukan besar dengan ibu jari yang sebidang
letaknya dengan jari lainnya, sangat berbeda dengan kaki
kera. Kaki manusia sesuai untuk berjalan atau berlari, akan
tetapi tidak sesuai untuk berpegangan pada dahan-dahan
pohon. Kepala manusia terletak pada tulang belakang
sedemikian rupa, sehingga memungkinkan manusia untuk
dapat melihat lurus ke depan jika berdiri tegak.
Otak manusia relatif besar. Manusia masa kini
mempunyai volume tempurung otak besar 1.200 samapi
1.500cc, tempurung otak simpanse hanya hanya 350 sampai
450cc. Tidak ada hubungan mutlak antara besarnya ukuran
otak dengan kecerdasan. Otak individu yang mempunyai
otak terbesar belum tentu merupakan individu yang
tercerdas. Namun tidak dapat disangkal bahwa otak
manusia mempunyai kemampuan besar untuk belajar. Ciri-
ciri kepala manusia lainnya adalah muka yang tegak lurus,
rahang yang tidak begitu menonjol, dagu yang nyata,

EVOLUSI Page 218


hidung yang jelas dengan ujung memanjang dan bibir yang
mempunyai selaput lendir dibagian luar.
Tubuh manusia mempunyai penyebaran rambut
yang istimewa. Penyebaran rambut ini berbeda-beda pada
berbagai macam populasi manusia. Kaum pria dari
beberapa populasi manusia mempunyai janggut lebat.
Banyaknya rambut pada manusia berbeda-beda, begitu pula
rambut pada lengan dan kaki. Kita hanya dapat mengira-
ngira apa artinya adaptasi penyebaran rambut demikian itu
dan sampai sekarang pemikiran-pemikiran semacam itu
tidak mempunyai arti sama sekali.
Manusia tidak berdaya sebagai individu tersendiri,
walaupun memiliki otak yang besar. Biasanya manusia
hidup bersama-sama membentuk masyarakat. Demikian
juga dengan hewan banyak yang hidup bermasyarakat,
misalnya serangga. Masyarakat serangga berdasarkan
tingkah laku yang merupakan sifat bawaan, sedangkan
masyarakat berlandaskan pada tingkah laku yang di
pelajarinya. Sedangkan masyarakat kera, jauh lebih teratur,
walau dengan di bandingkan dengan masyarakat manusia
yang paling sederhana.
Hal penting yang membedakan manusia dengan
hewan adalah bahasa. Walaupun mausia dapat mengadakan
komunikasi melalui isyarat, tetapi untuk menggantikan
EVOLUSI Page 219
bahasa atau dipakai untuk menekan sesuatu. Bahasa
manusia rumit, karena tidak hanya terdiri sistem teriakan
dan panggilan. Bahasa adalah dasar kemanusiaan. Namun
kita belum mengetahui kapan manusia mulai dapat
berbicara; tidak ada keterangan mengenai bagai mana
bahasa itu di mulai. Oleh karena itu, bahasa adalah suatu
ciri dasar tingkah laku manusia.

IX.8. Latihan dan Diskusi 9


1. Kemukakan hasil analisis anda tentang primata
primitive sampai dengan primata yang maju!
2. Berikan penjelasan anda mengenai fosil evolusi
primata!
3. Bagaimanakah evolusi pra-Homo sapiens berdasarkan
hasil penemuan fosil!
4. Apa yang anda ketahui makhluk Homo erectus!
5. Berikan penjelasan anda terkait; Klasifikasi makhluk
hidup menggolongkan manusia sebagai hewan
vertebrata, yakni sebagai mammalia!

EVOLUSI Page 220


BAB. X
PERKEMBANGAN MENUJU MANUSIA MODERN

Tujuan Instruksional :
Setelah membaca buku ajar ini diharapkan mampu
memahami perkembangan menuju manusia modern.

Hambatan dalam menelaah evolusi manusia dapat


dipahami karena “rasa sebagai manusia dan
kemanusiaannya” tersentuh, apalagi dalam pembentukan
dirinya antara lain melalui pendidikan agama. Hasil
interpretasi para ahli tentang evolusi manusia dengan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi. Disamping
itu juga dibicarakan usaha yang membatasi antara ilmu
pengetahuan dan agama. Hal ini penting karena diharapkan
penelaahan evolusi manusia tidak lagi mendapat hambatan
sehingga terjadi pertentangan, karena pada dasarnya apa
yang tertera dalam kitab suci merupakan Wahyu Ilahi.
X.1. Informasi Non-Genetik
Proses evolusi makhluk hidup yang menjadi sorotan
tajam dan menjadi perdebatan yang hangat adalah evolusi
manusia. Tegasnya kebanyakan orang (awam)
mempertanyakan apakah manusia merupakan produk
evolusi seperti halnya makhluk hidup yang lain. Dan bila
benar demikian tentunya manusia berasal dari makhluk
EVOLUSI Page 221
hidup yang lebih sederhana dan inilah yang menimbulkan
“rasa tidak enak” pada orang-orang yang mempertanyakan
tersebut, lebih-lebih bila dikatakan leluhur manusia adalah
kera. Namaun disamping itu bila manusia merupakan
produk evolusi, sehingga berkedudukan sebagai obyek,
sehingga konsekuensinya adalah bahwa manusia masa kini
akan berevolusi terus, dan tidak mustahil bila keturunan
kita di masa mendatang adalah makhluk hidup yang jauh
lebih “sempurna” dari kita, manusia sekarang terlepas dari
aspek ragawi, yang mempunyai kemiripan dari beberapa
jenis binatang tertentu, bahkan ada kesamaan mengenai
unsur pembentuk raga yang paling dasar, dengan semua
makhluk hidup, dirasakan adanya aspek tertentu yang
membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain.
Kalau dalam studi biologi kita mengenal adanya
informasi-genetik yang ditransmisikan dari generasi ke
generasi, yang memberi gambaran tentang ciri-ciri biologik
makhluk hidup yang bersangkutan, maupun kemungkinan
perkembangannya kemudian, serta kemungkinan asal
mulanya, maka pada manusia selain informasi genetik
dikenal adanya informasi non-genetik. Informasi non-
genetik mencakup cara merespons lingkungan dan gejala
perubahannya, kebiasaan perilaku, pola tradisi dan hasil
budaya yang ditransisikan pada keturunannya. Pewarisan
EVOLUSI Page 222
ini dan adanya perubahan dari apa yang diwariskan
menunjukkan adanya perkembangan yang semakin
kompleks.
Hal yang menarik yang dapat dikemukakan disini
adalah pemakaian dan pembuatan alat untuk menopang
eksistensi makhluk hidup. Dengan alat tersebut makhluk
hidup dapat memanfaatkan dan menguasai lingkungan
hidupnya, mulai dari sekedar membantu mempermudah
memperoleh buruan, mempertahankan diri dari lawan-
lawannya, berkompetisi dengan makhluk lain untuk
memperoleh makan, membangun tempat berlindung,
membuat pakaian, menciptakan seni dan untuk upacara
“keagamaan”.
Dari peninggalan yang diperoleh para ahli berusaha
untuk membuat interpretasi perkembangan evolusi dari
aspek psiko-sosial. Sorotan perkembangan aspek psiko-
sosisal yang dalam judul tulisan ini dimaknakan sebagai
perkembangan informasi non-genetik dibatasi dari sorotan
terhadap makhluk bipedal, bertumpu, dan berjalan dengan
dua anggota (kaki), yang sikapnya tegak sampai yang
digolongkan pada Homo sapiens.
Makhluk bipedal yang sikapnya tegak yang paling
tua yang ditemukan sampai hari ini, adalah Australopitesin
yang mungkin sudah muncul 8 – 10 juta tahun yang lalu,
EVOLUSI Page 223
yang sudah diidentifikasikan adalah apa yang sudah
ditemukan oleh Bryan Pattersons di Kenya 5,5 juta tahun
yang lalu, yang selanjtnya duinamai Australopithecus
africanus (australopithecus = kera dari selatan). Yang lebih
muda adalah Australopithecus afarensis, yang berumur 3,5
juta tahun, ditemukan di Afar (Ethiopia) oleh Mary Leaky.
Disamping kedua Australopithesin tersebut masih dijumpai
Australopithesin lain yang hidup sekitar 2 – 1 juta tahun
yang lalu, yaitu Australopithecus robustus dan
Australopithecus boisei. Makhluk yang digolongkan
sebagai hominid (pra-manusia) ini sebagian makan
tumbuhan dan ada pula yang makan daging.
Pada situs, tempat ditemukannya fosil
Australopithecus africanus si pemakan daging, ditemukan
batu dengan bentuk khusus yang menunjukan bahwa batu
tersebut digunakan sebagai perkakas untuk berburu dan
untuk melawan musuhnya. Ternyata selain Australopitesin
disepakati para ahli sebagai pemakai perkakas ditemukan
pula oleh suami istri Leakey tipe fosil yang lebih maju dari
Australopitesin, yang selanjutnya diberi nama Homo habilis
(habilis = tukang), disbut demikian karena ada tanda-tanda
bahwa makhluk ini tidak sekedar pemakai alat, tatapi juga
sudah membuatnya.

EVOLUSI Page 224


EVOLUSI Page 225
Gambar X.1. Dugaan yang timbul mengenai mata rantai mulai dari makhluk
yang diduga sebagai pra manusia sampai manusia modern (Prawoto, 2001).

EVOLUSI Page 226


Sekitar 700.000 tahun yang lalu beberapa tempat di
Asia (Jawa), Afrika (Tanzania, Kenya) dan Eropa
(Pegunungan Atlas), dihuni oleh makhluk yang semula
disebut Pithecantropus (oleh Duboi) yang berarti “manusia
kera” , namun adanya ciri-ciri yang lebih berat pada ciri-ciri
manusia, maka sebutan yang lebih tepat adalah Homo
erectus. Makhluk ini sudah mampu membuat alat untuk
berburu yang kualitasnya lebih baik dari yang dibuat oleh
Homo habilis dan ragamnya lebih banyak. Dikenal selain
alat yang terbuat dari batu, juga alat yang terbuat dari kayu
maupun tulang. Yang lebih menonjol lagi adalag bahwa
makhluk ini sudah mengenal api, dengan kata lain mereka
sudah mengenal benda atau perkakas yang menghasilkan
api. Dari peninggalan kerangka binatang yang menumpuk
di tempat tertentu menunjukkan bahwa mereka adalah
pemburu ulung dan satu langkah yang lebih maju adalah
adanya kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari sekitar
20 – 50 orang. Di Jawa peninggalan yang ditemukan oleh
Von Koeningswad yang selanjutnya dikenal dengan
Meganthopus palaeojavanicus, si manusia raksasa yang
hidup 600-500.000 tahun yang lalu. Setua manusia raksasa
adalah fosil yang ditemukan di Goa Chou Kou Tien di
China, yang karenanya fosil itu ditandai dengan nama
Sinanthropus atau selanjutnya lazim disebut “Homo erectus
EVOLUSI Page 227
Pekinensis” hidup sekitar 500.000 tahu yang lalu. Sampai
begitu jauh penemuan fosil ini tidak menambah
perbendaharaan pelacakan evolusi manusia ditinjau dari
segi psiko-sosial/informasi non-genetik.
Penemuan yang menyangkut makhluk yang lebih
kemudian, yang berasal dari Asia (Jawa), Afrika (Rodensia)
dan Eropa (Inggris), memberi masukkan data adanya
oerkembangan yang lebih maju. Perkakas yang ditemukan
digunakan untuk menunjukkan berkembangnya
keterampilan dalam membuat alat, sehingga tidak lagi
sekedar dipotong tetapi sudah di asah. Ini menunjukkan
bahwa mereka telah memiliki alat untuk mengasah dan
sudah timbul pengetahuan yang berkaitan dengan pemilihan
bahan. Fosil yang hidup sekitar 400.000 tahun yang lalu itu,
ada yang menganggap sebagai pra Homo sapiens, namun
ada sementara ahli yang berpendapat, bahwa anggapan
tersebut terlalu maju, mengingat bahwa dari aspek fisik,
dalam hal ini bentuk tengkorak dan volume otaknya masih
jauh dari manusia modern, begitu pula dari aspek psiko-
sosialnya. Para ahli yang disebut belakangan ini
menyebutnya sebagai pra manusia Lembah Neander,
sungguh pun masih tergolong dalam Homo erectus.
Mengingat bahwa banyak penemuan fosil Homo erectus di
Jawa, maka dapat diketengahkan di sini beberapa
EVOLUSI Page 228
penemuan seperti Homo erectus Mojokerto (Baca: Homo
erectus dari Mojokerto) yang paling tua, Manusia Trinil
(ditemukan di desa Trinil, suatu lembah Bengawan Solo),
Manusia Sangiran (dari desa Sangiran dekat Solo), Manusia
Ngandong yang juga dari Solo, disamping fosil yang pernah
disebut dimuka, manusia raksasa dari Jawa (Meganthropus
palaeojavanicus) yang juga terdapat di Sangiran.
Kalau pada fosil manusia pra Neanderthal (Pra
Manusia dari lembah Neander), perkembangan yang lebih
hanya yang menyangkut alat, maka pada manusia lembah
Neander yang hidup sekitar 150.000 – 60.000 tahun yang
lalu ada perkembangan dalam bidang lain. Alat yang
digunakan tidak terbatas pada alat berburu dan
mempertahankan diri, tetapi juga tempat makanan dan
minuman. Pada manusia Lembah Neander sudah
berkemabang benih adanya kepercayaan Supra Natural,
benih-benih keagamaan sebagai contoh adalah
ditemukannya kuburan di Le Moustier yang berisi kerangka
yang dikebumikan secara terhormat. Ini ditandai dengan
adanya perkakas yang terpilih berada dalam kuburan
tersebut, juga diletakkannya tengkorak tersebut pada batu
yang seakan–akan berfungsi sebagai bantal. Keadaan ini
ada yang menterjemahkan sebagai benih kepercayaan
adanya hidup sesudah mati. Contoh lain adalah
EVOLUSI Page 229
ditemukannya kuburan yang berisikan kerangka manusia
yang didampingi beruang raksasa lengkap. Besar dugaan
bahwa beruang tersebut dijadikan korban persembahan. Ini
mengingatkan bahwa kuburan tersebut terletak pada
ketinggian 15.000 m di Juriss pada lereng gunung yang
terjal dan hampir-hampir tak terjangkau oleh manusia.
Pada manusia Cro-Magnon yang hidup sekitar
40.000 tahun yang lalu yang menarik adalah bahwa mereka
sudah mengembangkan kesenian, dalam hal ini seni lukis.
Interpretasi terhadap lukisan-lukisan yang ada di goa antara
lain, sebagai bentuk informasi tetang masalah perburuan,
macam binatang buruan, cara-cara mematikan atau
menjebak dan yang khusus adalah adanya lukisan yang
cenderung budaya menangis, misalnya gambar manusia
dengan kepala bertanduk rusa dengan sorot mata yang
tajam dan membawa tongkat sihir. Mungkin sekali gambar
ini bertujuan untuk keberhasilan perburuan (Gambar X. 2
dibawah). Suatu hal yang mengagumkan adalah bahwa
mereka sudah menggunakan pewarna, yang menurut para
ahli dapat bertahan tetap cemerlang selama 40.000-20.000
tahun.

EVOLUSI Page 230


Gambar X.2. Lukisan-lukisan (daya magis berburu) oleh Manusia Cro-Magnon
(Prawoto, 2001).

Lukisan daya magis yang lain adalah suatu


bangunan berwujud patung wanita dengan tekanan pada

EVOLUSI Page 231


ukuran buah dada, perut dan pinggul yang besar yang
diduga digunakan sebagai lambang kesuburan. Manusia
Cro-Magnon diduga mengadakan pemujaan lewat lukisan-
lukisan di dinding goa, khususnya lukisan-lukisan di
dinding goa atau celah-celah tebing terasing dan
membahayakan bagi pelukisnya. Alat yang digunakan
selain dibuat dari batu juga dari tulang atau tanduk, mereka
sudah mengenal adanya jarum yang dipergunakan untuk
menjahit pakaian yang berupa kulit binatang.
Dengan membandingkan “produk budaya”. Budaya
yang berupa benda-benda peninggalan, baik yang dipakai,
dibuat maupun karya-karya seni dan pola pemujaan, dapat
disimpulkan bahwa semakin muda umur geologiknya
semakin kompleks peninggalannya. Kemiripan dengan
hasil budaya makhluk modern semakin nyata. Dengan
demikian adanya arus informasi non-genetik dari generasi
ke generasi rupanya mendekati suatu kenyataan. Dan
mengingangat bahwa perkembangan hasil “Budaya”,
budaya tersebut memakan waktu yang absolut lama, maka
orang cenderung menyebut sebagai evolusi psiko-sosisal,
evolusi budaya atau kultural.
Hubungan manusia purba dengan lingkungannya
menunjukkan bahwa ketergantungan mereka dengan alam,
semakin muda usia geologiknya, semakin berkurang. Bila
EVOLUSI Page 232
semula mereka tergantung dari kemurahan alam,
menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya, mereka
berkembang menuju pada penguasa alam. Dari pegunungan
api jelas bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk yang
tidak lari dari api, bahkan menggunakannya untuk melawan
alam, terhadap udara yang dingin dan menggunakannya
sebagai sarana untuk mengusir binatang-binatang liar,
disamping sebagai sarana berburu.
X.2. Kaitan “Evolusi Kultural” dan “Evolusi Biologik”
Di awal bab ini telah dibicarakan adanya
peninggalan-peninggalan “budaya” yang menunjukkan
bahwa semakin muda umur fosil, semakin kompleks
peninggalan “budayanya”. Apakah peninggalan yang
semakin kompleks atau maju itu disebabkan oleh adanya
informasi non-genetik yang ditransmisikan dari generasi ke
generasi, tentunya hal itu yang harus dijawab, kalau kita
akan bicara masalah evolusi kultural. Perkembangan aspek
psiko-sosial dari individu tidak lepas dari perkembangan
biologiknya, dan atas dasar inilah orang cenderung untuk
mencoba mencari hubungan antara peninggalan yang
mempunyai aspek psiko-sosial dan aspek ragawinya.
Analisis untuk mencari kaitan dimaksud sudah
barang tentu bersifat interpretatif dengan menggunakan
modal objek konkret berupa peninggalan dan modal analisis
EVOLUSI Page 233
dan perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini. Hal ini
penting dikemukakan oleh karena bertambahnya ilmu
pengetahuan yang melaju dengan pesat dan bertambahnya
penemuan hasil eksplorasi dengan teknologi canggih,
sangat boleh jadi mengubah pendapat, hasil analisis
tersebut. Lebih-lebih karena membicarakan evolusi
manusia adalah membicarakan diri kita sendiri, oleh karena
itu tidak dapat dielakkan adanya rancu ilmiah (Scientific
bias) dan rancu kultural (Cultural Bias).
Upaya untuk mencari hubungan seperti dimaksud di
atas, menurut ahli antropologi, merupakan suatu keharusan,
karena manusia adalah bagian integral dari alam, dari suatu
segi mempunyai kedudukan yang sama dengan makhluk
hidup yang lain, jadi merupakan produk evolusi dan dari
segi lain mempunyai kemampuan dan potensi yang khas,
yang dapat mempengaruhi alam sekelilingnya. Sorotan
pada aspek biologik pada makhluk-makhluk yang dianggap
leluhur manusia, atau setidak-tidaknya diduga mempunyai
leluhur yang sama dengan manusia atau hidup
berdampingan pada waktu yang lama.

EVOLUSI Page 234


Gambar X.3. Struktur Pelvis (Prawoto, 2001).

Pada fosil makhluk-makhluk tersebut analisis utama


dapat ditunjukkan pada bagian-bagian yang paling pokok,
yaitu: kaki, pinggul, tangan dan kepala. Ketiga bagian
tersebut merupakan kunci yang antara lain dapat
memberikan gambaran tentang posisi tubuh, perilaku gerak
dalam kaitannya dengan tanggapan terhadap rangsang,
perilaku gerak dalam kaitannya dalam upaya pemenuhan

EVOLUSI Page 235


kebutuhan fisologik, kemampuan memilih, menggunakan
dan membuat alat bantu untuk pemenuhan kebutuhan
fisiologik, kedudukan alat indera dan besarnya potensi
penginderaanya, volume otak dan perkembangan bagian-
bagiannya, kedudukan kepala dalam kaitannya dengan
kedudukan otot-otot tertentu, bentuk dan perilaku makan.
Dari bentuk tulang pinggul dapat diperkirakan posisi tubuh
fosil yang diteliti, sewaktu masih hidup (Lihat Gambar X.3
diatas).
Panjang tulang-tulang, panjang kaki ikut
menentukan gerak atau kegesitan gerak, kemudian pula
besarnya tulang-tulang tersebut, kondisi tulang, lurus atau
bengkok ikut pula menentukan, begitu juga kedudukan
tulang telapak kaki. Pada manusia sekarang kedudukannya
tulang-tulang tersebut, sedemikian rupa keadaannya,
sehingga bila kaki ditapakkan, telapak kaki tidak
seluruhnya secara merata menapak di landasan.
Bipedalisme, sungguhpun tidak menjamin kecepatan
gerak, tetapi ada keleluasaan gerak, yang memberi
keuntungan pada usaha membela diri. Dari segi lain
bipedalisme memberi kebebasan pada ekstremitas superior
yang memberi keuntungan dalam rangka membela diri,
mencari makan dan menghasilkan karya mulai bentuk yang
paling sederhana seperti kapak genggam sampai karya yang
EVOLUSI Page 236
bernilai seni seperti halnya manusia Cro-Magnon. Karya
bentuk lukisan tersebut hanya akan terwujud bila ibu jari
dapat bergerak secara luwes (prehensil) dan dapat
dipertemukan dengan jari-jarinya atau paking tidak dengan
jari telunjuk. Keuntungan lain dari ekstremitas superior dari
fungsi lokomosi adalah dipengaruhinya fungsi lain, seperti
pemeliharaan atau mengasuh anak/keturunan dan meraba
serta untuk komunikasi dalam bentuk isyarat, disamping
bentuk-bentuk lambang lain yang telah dikemukakan di
awal bab ini dinyatakan sebagai transmisi informasi non-
genetik, suatu bentuk aktivitas psiko-sosial.
Letak alat indera, misalnya mata, yang terletak pada
suatu bidang memungkinkan adanya penginderaan
binokuler, dan pada perkembangannya memungkinakan
penginderaan stereoskopik, sehingga obyek tiga dimensi
dapat tertangkap sebagaimana keadaan yang sebenarnya.
Pada makhluk arboreal, yang hidup di pepohonan, jarak
dahan ke dahan dapat terindera secara tepat. Pada makhluk
teresterial penginderaan stereoskopik memberikan
kemampuan pandang dalam yang memungkinkan dapat
mengindera dengan cermat. Pada makhluk arboreal dan
teresterial dan teresterial perkembangan penglihatan dan
perabaan yang semakin maju, melebihi perkembangan
indera penciuman dan pendengar. Bagi makhluk arboreal
EVOLUSI Page 237
ini sangat berarti untuk ketepatan sasaran yang akan
dicapai, sedang pada makhluk teresterial koordinasi tangan
dan mata merupakan sarat pembutan alat perkakas.
Bentuk tengkorak memberi kemungkinan
perkembangan bagian-bagian otak tertentu, seperti bagian
frontal yang berkaitan dengan gerak, bagian temporal
berkaitan dengan tutur dan ingatan, bagian occipital ada
hubungannya dengan penyimpanan informasi. Semakin
luas dan kompleksnya pengideraan baik melalui indera
penglihatan maupun peraba, membawa konsekuensi
perkembangan sistem masukkan sensorik, mekanisme
neural untuk mengevaluasi masukkan sensorik, dalam hal
ini terjadi di cortek cerebri, yang juga berfungsi untuk
formulasi dan inisiasi tanggapan terhadap stimulasi
lingkungan yang diindera.
Rahang bawah yang masif dan karenanya berat,
serta menonjol ke muka, mengisyaratkan sulitnya
komunikasi secara lisan, demikian pula adanya guratan
yang menunjukkan tempat pertautan otot yang kuat. Gigi
geligi pada rahang memberi ilustrasi apakah sewaktu hidup
makanannya berasal dari tumbuhan atau berupa daging.
Geligi yang merupakan indikator apakah pemakan daging
dapat dikaitkan dengan bentuk dan susunan tangan yang
luwes.
EVOLUSI Page 238
Makhluk bipedal yang berpostur tegak atau hampir
tegak yang oleh sementara ahli digolongkan pada homonid
(menyerupai manusia) adalah Australopitesin (kera dari
selatan). Dibedakan Australopitesin pemakan tumbuhan
seperti Australopithecus robustus, dilihat dari geliginya dan
pemakan daging seperti Australopithecus boisei. Volume
otak berkisar antara 400 - 530cc, ciri ke-kera-an selain
dilihat dari volume otaknya juga dari dahi yang rendah,
tulang kening yang menonjol, rahang masif dan geligi
kekeraan. Kepala menggantung karena foramen magnum
berada di belakang.
Di antara Australopithesin yang dikenal diantaranya
yang paling muda adalah Australopithecus boisei.
Sementara para ahli beranggapan bahwa makhluk tersebut
telah mampu membuat alat, nyata dapat dibedakan dari
yang ada disekitarnya. Namun kemudian dari hasil
penggalian Leaky suami istri, ditemukan di Olduval
(tanganyika) fosil yang oleh mereka disebut sebagai Homo
habilis si manusia tukang. Dari tengkorak yang ditemukan
terlihat bahwa kapasitas otaknya lebih besar dari
Australopitesin, tengkoraknya halus cenderung membulat,
dan tangannya menurut Napier, yang ahli dalam penelaahan
fungsi tangan, mempunyai kapabilitas untuk membuat alat.
Namun sengketa tentang julukan Homo berkembang dan
EVOLUSI Page 239
ada yang beranggapan bahwa “Homo habilis” adalah
Australopitesin yang sudah maju.
Dari pendapat yang pertama dapat diartikan bahwa
Australopiesin dan leluhur Homo haiblis berusia sekitar 2,5
juta tahun. Perkiraan ini didasarkan pada penemuan
Richard Leaky di danau Turkana yang mempunyai
keistimewaan antara lain mempunyai tulang kening yang
tidak menjorok, kapasitas otak ±800 cc, dan dikenal sebagai
pemakan daging. Fosil ini kemudian dikenal sebagai
manusia 1470, disebut demikian karena di Musium
Nasional Kenya tercatat sebagai fosil yang bernomor 1470.
Fosil yang lebih muda adalah fosil yang semula dijuluki
sebagai manusia kera atau Pithecanthropus, yang karena
berdiri tegak, disebut Pithecanthropus erectus. Namun
kemudian julukan tersebut dirubah menjadi Homo erectus
karena ciri-ciri manusianya lebih menonjol. Dengan
demikian statusnya kebalikan dari Australopithecus yang
dijuluki kera yang mirip manusia.
Volume otak Homo erectus berkisar antara 700 –
900 cc, seperti yang dikemukakan oleh Von Koenigswald
di Jawa, manusia jawa yang berkapasitas 900 cc.
Tengkorak dari anak-anak dari apa yang disebut Homo
erectus Mojokerto saja, kapasitas otaknya 700 cc, fosil yang
sangat mirip dengan Homo erectus penemuan Von
EVOLUSI Page 240
Koenigswald adalah Homo erectus Peking yang semula
disebut sebagai Sinanthropus.
Fosil yang lebih muda yang kemudian disebut
manusia Trinil dan manusia Ngandong (Homo erectus
Soloensis) disebut demikian karena letak kedua kota
tersebut adalah dekat Bengawan Solo, mempunyai
kapasitas otoak antara 900 - 1.000 cc. Besarnya otak ini
selanjutnya dikaitkan pula dengan ditemukannya ±2.400
perkakas dekat Pacitan. Mereka sudah menggunakan api,
sebagaimana diketahui api adalah suatu yang menarik,
melalui penginderaan mata, tetapi sekaligus menakutkan
bagi binatang. Diperkirakan otak Homo erectus mempu
memanipulasi api tidak saja untuk memanasi tubuh tetapi
untuk keperluan yang lain.
Ciri yang mendekati ciri manusia adalah adanya
prosessus mastoideus, tonjolan tulang tengkorak, oss,
mastoideus, yang letaknya dibelakang telinga. Disamping
itu gigi geligi yang serupa manusia , tidak ada taring yang
muncul, sedang proporsi rahangnya mirip proporsi rahang
manusia. Namun demikian ciri kekeraan yang masih
terlihat adalah tulang kening yang menonjol dan masif serta
dahi yang melereng (agak kurang), pada Homo erectus
Peking, fosil ini di juluki Pra-Neanderthal.

EVOLUSI Page 241


Gambar X.4. Tengkorak Gorila, Australopithecus, Pithecanthropus,
Neanderthal, dan Cro-Magnon (Prawoto, 2001).

Tengkorak manusia Lembah Neander menunjukkan


semakin dekat ciri manusia modern, namun belum dapat
digolongkan pada manusia modern. Bentuk bagian
tengkorak tidak seekstrim pada Homo erectus ataupun
Australopiithecus, meskipun ciri adanya tulang kening dan
tidak adanya dagu masih mewarnai bentuk tengkorak
keseluruhan. Yang mengherankan adalah besarnya otak
sama dengan otak manusia modern. Manifestasi dengan
semakin besarnya volume otak tersebut adalah adanya
gejala pemujaan suatu yang abstrak, mereka telah mulai
berabstraksi dan setidak-tidaknya berkhayal.
Catatan fosil yang khusus adalah fosil manusia
Swanscombe dari lembah sungai Thames (London) yang

EVOLUSI Page 242


ternyata kemungkinan besar lebh tua dari manusia lembah
Neander, namun mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan
Homo sapiens. Sementara ahli beranggapan bahwa Manusia
Swanscombe, juga yang lain, yaitu Steinheim merupakan
manusia modern yang muncul terlalu dini, garis-garis
primitif memang masih kelihatan, namun lebih berkemang
dibanding dengan manusia Lembah Neander.
Fosil manusia Cro-Magnon, yang hidup 40.000 –
10.000 tahun yang lalu, adalah benar-benar makhluk yang
mirip dengan Homo sapiens. Tengkorak tipis, dahi tinggi,
mulut tidak monyong sedang besarnya otak sama dengan
manusia modern. Secara lepas makin muda umur geologik
fosil, makin kompleks perkembangan budaya, dan aspek
psiko-sosialnya, semakin muda umur geologik fosil,
perkembangan bagian tubuh tertentu semakin mirip dengan
manusia modern. Pertanyaan yang timbul adalah apakah
perkembangan raga tersebut ada kesinambungannya, untuk
dapat dikatakan sebagai suatu proses evolusi.
Munculnya Homo hibilis pada masa “kejayaan”
Australopithecus, dan munculnya manusia Swanscombe
bersamaan waktunya dengan Homo erectus, memberikan
gambaran kemungkinan adanya kesinambungan informasi
genetik. Hal tersebut mendorong para ahli untuk mencoba
mencari bentuk-bentuk antara, antara manusia dengan kera.
EVOLUSI Page 243
Hal ini penting oleh karena hebatnya pro dan kontra
terhadap teori yang dikemukakan oleh Charles Darwin yang
menyatakan bahwa spesies itu mengalami perubahan dari
masa ke masa, tanpa dapat mengelak dari pengaruh
lingkungan, perubahan itu dapat begitu jauh hingga dapat
menjadi spesies baru.
Dari penemuan Australopitesin yang dianggap
sebagai kera yang mempunyai ciri manusia, kemudian
manusia kera yang dinyatakan cenderung sebagai manusia
tetapi masih mempunyai ciri kera, semua itu tidak
melegakan harapan, karena ciri-ciri yang ada pada
Australopitesin, maupun manusia kera (Pithechantropus)
masih terlalu harus. Para ahli masih mencari bentuk
peralihan yang lebih “halus”, suatu bentuk “campuran”
dalam arti sebenarnya.
Sehingga pada tahun 1912, Charles Dawson
menemukan fosil di Piltdown (Inggris) yang benar-benar
dapat mewakili bentuk antara yang dicari. Fosil tersebut
menunjukkan adanya campuran yang lebih, integral, karena
telah direkonstruksi bentuk fosil itu nyata-nyata merupakan
tengkorak manusia modern, dengan rahang bawah yang
mempunyai ciri kera. Fosil tersebut pernah dinamai
Eoanthropus Dawnsoni, meskipun demikian dengan
membandingkan fosil tersebut dengan penemuan lain, para
EVOLUSI Page 244
ahli merasa curiga, karena fosil yang ditemukan adalah
cenderung menunjukkan tengkorak yang menyerupai kera
dan rahang yang menyerupai manusia. Lalu arah evolusi
manakah yang benar?
Ternyata kemudian pada permulaan 1950, dengan
pengujian kimiawi, melalui Horine Test serta melalui
analisis anatomi, ternyata bahwa fosil tersebut palsu.
Tengkorak tersebut adalah hasil rakitan yang cermat
tentunya oleh orang yang mengenal kimia dan anatomi. Hal
ini menilik warna tulang yang kepurba-purbaan dan bentuk
gigi yang kekera-keraan, hasil suatu kikiran yang cukup
halus. Akhirnya manusia Piltdown disisihkan dari
percaturan penelitian fosil-fosil antara, dan dianggap
sebagai suatu lelucon yang menyakitkan hati. Betapa tidak,
selama ± 40 tahun, para ahli berdebat dan terdorong untuk
mencari kelengkapan informasi tentang fosil tersebut.
X.3. Potensi Manusia dalam Evolusi
Hingga dewasa ini evolusi yang menyangkut
manusia masih saja mengundang perdebatan yang sengit,
meskipun mulai ada tanda-tanda pengertian bahwa manusia
bukanlah makhluk yang dapat terbebas dari pengaruh
perubahan lingkungan dan manusia tidak pula luput dari
efek negatif perbuatannya dalam memanfaatkan alam
sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
EVOLUSI Page 245
Keadaan inilah yang diungkapkan dengan kalimat “Bahwa
manusia adalah bagian integral dari alam”. Kalau di masa
lalu ulama Gereja, Uskub Oxford, yang bernama Samuel
Wilberforce (1860), dengan kemarahan yang luar biasa
membakar hadirin untuk membakar teori Darwin, maka
dewasa ini orang dapat memahami teori tersebut, meskipun
hal tersebut tidak berarti menyetujuinya.
Sementara orang awam berpendapat, bila benar
manusia itu produk evolusi dan bila evolusi itu terus
berlangsung seperti yang terjadi di masa lampau, maka
keturunan manusia dikemudian hari adalah makhluk yang
lebih sempurna dibanding dengan manusia masa kini.
Sudah barang tentu hal ini sekedar di dasari pada pemikiran
analogik belaka, tanpa ada kejelasan dalam hal apa
kelebihannya dan bagaimana mekanismenya.
Bagaimanapun hal ini mendorong para ahli untuk mendoba
mengungkap kebenaran proses evolusi, melalui eksplorasi
dari aspek Geologik, paleontologik, maupun arkeologik,
disamping mulai diadakannya eksperimentasi dengan ilmu
dan alat mutakhir yang dapat menunjang mempertajam bila
perlu membenahi atau merombak gagasan evolusi. Mereka
dapat melakukan hal ini dengan lebih terbuka.
Lebih dari itu banyak para ahli termasuk para ulama,
mencoba menelaah evolusi manusia, dengan menggunakan
EVOLUSI Page 246
kitab suci sebagai bahan acuannya. Jelas hal ini tidak
terjadi pada abad IX dan sebelumnya. Sebagaimana
diketahui sebelum Charles Darwin mengemukakan
gagasannya tentang asal mula spesies, kebanyakan orang
berpendapat bahwa spesies (makhluk) hidup itu suatu
ciptaan. Pendapat ini jelas bersumber dari Kitab Suci.
Dalam ilmu pengetahuan saat itu berkembang pendapat
tentang tetang “Special Creation” yang intinya pada
dasarnya tidak berbeda dengan apa yang diacu dari Kitab
Suci, meskipun pengungkapannya berbeda. Ciptaan khusus
(Special Creation) menyatakan bahwa setiap spesies
diciptakan secara khusus oleh suatu kekuatan yang disebut
sebagai “Super Natural Power”.
Namun pengalaman menyedihkan dimasa lampau
yang menyangkut hukuman mati terhadap Galileo Galilei
karena mempertahankan faham “Heliosentris” dari
Capernicus, membuat orang berhati-hati karena dikemudian
hari ternyata teori tersebut benar. Senada dengan itu pula
setelah dipahami bahwa panjang hari di planet bumi tidak
sama dengan di planet-planet lain, orang dapat memahami
bahwa sebutan “hari” dalam Kitab Suci yang menyangkut
ciptaan bumi dan seisinya tidak dapat disamakan dengan
“hari” seperti yang dikenal oleh kebanyakan orang, yaitu
24 jam dalam sehari semalam. Para ulama kini cenderung
EVOLUSI Page 247
memahami Kitab Suci tidak secara harfiah, seperti yang
tersurat, tetapi lebih pada yang tersirat. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang juga membentuk cara berfikir dan
bersikap, memberi kemampuan pada manusia dalam abad
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) ini, untuk
memahami apa yang ada di “balik” kata-kata dalam Kitab
Suci itu. Sudah barang tentu hal inipun mengundang
perdebatan pula karena perlu diketahui pula pendapat
bahwa Agama tidak dapat dicampur adukan dengan ilmu
pengetahuan dalam penggunaannya sebagai pisau analisis
masalah yang berkembang, kini mulai berubah, orang
berusaha untuk mencari titik temu yang menjembatani
antara Ilmu pengetahuam dengan Agama. Catatan khusus
akan hal ini akan berlaku bagi kita yang hidup di Negara
Pancasila ini, karena disini kita mengaku bahwa Kitab Suci
berisikan Wahyu Illahi, dan bukan buatan Orang karena itu
kebenaran yang terkandung adalah mutlak dan kekal. Kini
banyak buku-buku yang mencoba untuk menelaah proses
evolusi, termasuk asal-usul manusia dengan menggunakan
Kitab Suci.
Terjadinya spesies baru menurut Charles Darwin
dapat terjadi akibat terjadinya seleksi alam. Pendapat
Charles Darwin ini lebih berupa sebagai interpretasi dari
pada kenyataan, interpretasi yang tidak dilandasi oleh teori
EVOLUSI Page 248
yang kuat. Hanya enam tahun kemudian pertanyaan yang
tidak terjawab mengenai mekanisme seleksi alam,
jawabannya tersimpul hasil percobaan-percobaan oleh
Mendel dan para ahli ilmu Genetika.
Dalam pelacakan menuju perkembangan menuju
manusia modern banyak dugaan yang timbul mengenai
mata rantai mulai dari makhluk yang diduga sebagai pra
manusia modern. Salah satu kemungkinan adalah
menganggap bahwa garis tersebut dimulai dari
Australopithecus,- Homo habilis- Homo erectus
(Pithecanthropus) - Manusia Lembah Neander – Manusia
Cro-magnon - Manusia modern. Pendapat yang lain adalah
bahwa Homo habilis lah yang merupakan titik mula leluhur
manusia, yang bipedal, untuk selanjutnya dapat
digambarkan sebagai berikut: Homo habilis - Manusia
lembah Neander - Manusia Cro-Magnon - Manusia Modern
atau dengan adanya ciri-ciri yang lebih manusia pada
manusia Swanscombe maka kemungkinan urutannya
menjadi Homo habilis - Manusia :”Swanscombe”
(mempunyai ciri yang sama dengan manusia Swanscombe
yang ditemukan di lembah sungai Thames) - Manusia Cro-
Magnon tentang manusia modern masih banyak
kemungkinan yang dapat terjadi.

EVOLUSI Page 249


Dari kemugkinan mata rantai tersebut kemungkinan
yang lain adalah adanya kemungkinan pertukaran gen
antara yang diduga sebagai leluhur manusia, yang hidup
dalam saat yang bersamaan dan mempunyai relung (niche)
yang sama. Ini berarti bahwa antara mereka yang hidup
pada dimensi waktu yang jauh, keturunannya tidak
mungkin untuk saling tukar-menukar gen, dan mereka
disebut sebagai Chronospecies. Pengertian ini dilandasi
oleh pengertian bahwa dalam perjalanan waktu, makhluk
hidup dapat mengalami modifikasi, modifikasi berlanjut,
ataupun mutasi kecil sehingga dalam dimensi waktu
tertentu, suatu saat keduanya tak mungkin mengadakan
pertukaran gena. Pengertian lain yang timbul adalah
pengertian Biospecies, yang timbul dan berkembang dalam
kurun waktu yang sama. Ilustrasi beriut memberi gambaran
tentang Biospecies dan Chronospecies.
Kemungkinan pertukran gen antar populasi kecil
(sub populasi) dapat terjadi, meskipun tidak harus
demikian. Gambar X.5 dibawah memperlihatkan tentang
kemajuan terjadinya pertukaran gen antara sub populasi
karena mengandung informasi genetik yang sama. Dari
percobaan-percobaan penyilangan maupun yang
berlangsung secara alami selalu ada kemungkinan
munculnya varian yang jauh berbeda dengan keturunan
EVOLUSI Page 250
yang lain. Apakah varian yang khas ini dapat mengadakan
pertukaran gen dengan yang lain, mungkin saja meskipun
tidak menjadi keharusan. Dimulai kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi yang menyangkut
makhluk-makhluk hidup yang mendahului manusia
modern. Jelas menggunakan pengalaman dan ide dari
genetika berkedudukan sebagai analisis pikir murni.
Pendekatan biokimiawi dan biofisikawi dapat memberi
harapan gambaran hubungan antar spesies dari peninggalan
yang konkret.

Gambar X.5. Pertukaran Gena Antar Sub Populasi (Prawoto, 2001).

EVOLUSI Page 251


Kenyataan bahwa manusia Cro-Magnon
perkembangan fisik tidak lagi nyata. Dalam hal ini
Theilhard de Chardin berpendapat bahwa perkembangan
yang terjadi adalah perkembangan kesadaran batin.
Menurut Teilhard fase-fase evolusi pada makhluk tersebut
telah memasuki fase noosfera atau fase pikiran.
Mengenai “kesadaran batin” sesungguhnya tidak
hanya dijumpai pada manusia saja, tetapi memang bahwa
kesadaran batin pada manusia merupakan bentuk paling
tinggi, Evolusi yang menuju pada manusia modern,
menurut Teilhard justru dimulai dari perkembangan
internalnya, kemudian perwujudan keluarnya adalah
sebagai suatu bentuk aksi pada lingkungan. Pada evolusi
manusia interaksi dengan lingkungan, menunjukkan
kecenderungan bahwa semakin muda usia geologik
pendahulu manusia modern, semakin jelaslah peran
“kesadaran batinnya”. Manusia tidak semata-mata
beradaptasi terhadap lingkungannya. Hal ini mungkin benar
pada Australopitesin, tetapi selanjutnya perkemabangannya
adalah terjadi suatu evolusi dalam mewujudkan relungnya
(niche). Itulah sebabnya sementara para ahli berpendapat
bahwa adaptasi manusia dalam perkembangan evolusinya
tidak semata-mata terhadap alam, tetapi juga terhadap
lingkungan kulturnya.
EVOLUSI Page 252
Evolusi “kesadaran batin” menurut Teilhard
mencapai puncaknya pada manusia, dan ini terus
berkembang sampai mendekati titik omega (w) yaitu
mendekati sifat-sifat Tuhan. Kata mendekati harus digaris
bawahi karena bagaimanapun sifat itu tidak pernah akan
tercapai disamping itu menjadi pertanyaan besar, melihat
keadaan dewasa ini, yang penuh dengan hingar-bingar,
penyimpangan norma dan nilai-nilai luhur yang sudah
menjadi tradisi, peperangan, perkosaan, dan segala macam
kekerasan. Sampai-sampai kekerasan pun kini sudah
melembaga. Apakah manusia sekarang memiliki sifat-sifat
yang lebih luhur dari nenek moyang kita sebagai leluhur
manusia yang masih berbudaya alami?.
Komunikasi yang terbuka, transportasi yang
canggih, perubahan cara berpikir, bersikap dan bertindak
memungkinkan terjadinya alur gen secara leluasa, bahkan
bukan sekedar alur potensi tetapi sekaligus alur produk
budayanya. Relung (niche) ekologik cenderung menjadi
seragam namun semakin jauh dari sentuhan alam. Adaptasi,
seleksi alam dan spesiasi tidak lagi semata-mata tergantung
alam. Manusia cenderung untuk mengarahkan sendiri ciri-
ciri keturunannya di masa datang.

EVOLUSI Page 253


X.4. Latihan dan Diskusi 10
1. Berikan komentar anda mengenai informasi non
genetik ditransmisikan pada pendahulu manusia
melalui benda peninggalan!
2. Jelaskan perbedaan evolusi manusia dan hewan dengan
adanya perkembangan psiko-sosial!
3. Uraikan pendapat anda tentang; perdebatan proses
evolusi manusia yang menyangkut harkat dan martabat
manusia!
4. Bagimanakah pemikiran evolusi; karena makan daging,
maka terjadilah perkembangan yang lebih maju dari
aspek biologik!
5. Apa yang anda pahami dari pendapat Teilhard tentang
evolusi merupakan “kesadaran batin”!

EVOLUSI Page 254


BAB. XI
TANTANGAN DAN PENCERAHAN EVOLUSI

Tujuan Instruksional :
Setelah membaca buku ajar ini diharapakan mampu
memahami tantangan dan pencerahan evolusi.

Kajian sains modern tentang alam semesta dan asal-


usul kehidupan seringkali menghasilkan pada kesimpulan-
kesimpulan yang mengarah pada eksistensi Tuhan.
Pandangan sains yang mengarah pada bidang teologi
tersebut telah menunjukkan adanya korelasi antara agama
dan sains. Perbincangan yang mengkorelasikan antara
agama dan sains, telah menarik perhatian banyak kalangan,
baik ilmuwan maupun agamawan. Agama dan sains
merupakan dua hal yang memainkan peran penting dalam
sejarah umat manusia.
Penemuan teori sains dapat memicu perdebatan
konseptual. Kritikan terhadap suatu konsep sains, seringkali
muncul dari berbagai kalangan masyarakat. Hal ini telah
berlangsung sejak zaman dahulu. Saat ini yang masih
menjadi kontroversi antara kalangan ilmuwan dengan
agamawan adalah kajian tentang asal-usul kehidupan.
Gagasan tentang asal-usul kehidupan yang rnenjadi
perdebatan adalah teori penciptaan terpisah (separated
EVOLUSI Page 255
creation theory) dan teori evolusi (evolution theory). Teori
penciptaan terpisah (separated creation theory) atau yang
lebih dikenal dengan kreasionisme menyatakan bahwa
makhluk hidup diciptakan sendiri-sendiri dan jumlah
spesies asal adalah sebanyak spesies yang ada sekarang.
Gagasan penciptaan terpisah ini berasal dari pendapat
masyarakat pada umunnya dan penafsiran harfiah Injil
(Kitab Kejadian), yang mengatakan bahwa manusia
diciptakan sebagai manusia, begitu pula makhluk hidup
yang lain. Penafsiran seperti itu muncul dari Kitab Suci
agama monoteisme yang lain. Secara literal, disebutkan
bahwa "Jika Tuhan berkehendak, maka Jadilah".
Penafsiran harfiah Kitab Kejadian tentang penciptaan
tersebut, bertolak belakang dengan konsep evolusi yang
menjelaskan bahwa kehidupan tidaklah statis (mengalami
perubahan atau perkembangan secara gradual. Konsep
evolusi makhluk hidup dapat diartikan bahwa seluruh
makhluk hidup yang ada sekarang berasal dari satu moyang
tunggal.
Selama ini asal-usul makhluk hidup masih menjadi
permasalahan di kalangan ilmuwan, agamawan maupun
masyarakat pada umumnnya. Sebagaimana telah disebutkan
di depan, bahwa yang masih menjadi permasalahan bagi
rnereka adalah antara teori evolusi dan penciptaan terpisah.
EVOLUSI Page 256
Keduanya masih sering menghadapi kritik dari berbagai
kalangan. Kritik-kritik tersebut patut dikaji secara obyektif
dan serius oleh para pakar masa kini, khususnya para
ahli biologi. Sebagian besar kalangan agamawan hingga
kini masih menolak teori evolusi. Kekhawatiran mereka
terhadap teori evolusi terutama disebabkan karena
penafsiran teori evolusi cenderung meniadakan Tuhan.
Teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup
termasuk manusia, muncul melalui proses seleksi alam
(natural selection) yang gradual, sehingga bagi sementara
pihak, peran Tuhan sebagai pencipta akan terusik.
Pernyataan teori evolusi tersebut tentang keberadaan
makhluk hidup secara kebetulan (by chance) dan tidak
memiliki tujuan (non purposive) membuat signifikansi
Tuhan bagi kehidupan meluntur. Makhluk hidup tidak akan
lagi butuh penyelamatan dari Tuhan karena itu agama tidak
lagi dibutuhkan.
Perdebatan antara kreasionisme dengan teori
evolusi telah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu dan
masih berlangsung sampai sekarang. Kritik kreasionis atas
teori evolusi muncul kembali pada awal abad ke-21. Salah
satu kreasionis tersebut adalah Harun Yahya. Harun
Yahya adalah penulis yang menentang teori evolusi,
Pandangannya tentang kreasionisme dan sanggahannya atas
EVOLUSI Page 257
teori evolusi, dianggap beberapa pihak mewakili pandangan
umat Islam. Harun Yahya menyerang habis-habisan teori
evolusi Darwin dan menganggap bahwa teori tersebut
sepenuhnya bertentangan dengan pandangan agama tentang
penciptaan alam dan asal-usul kehidupan. Menurutnya teori
evolusi telah runtuh karena telah banyak fakta yang
menggugurkan teori evolusi dan mendukung fakta
penciptaan.
XI.1. Kritik Harun Yahya tentang Teori Evolusi
Gagasan penciptaan terpisah (kreasionisme)
merupakan gagasan yang umum di yakini oleh sebagian
besar manusia sejak berabad-abad yang lalu. Munculnya
teori evolusi atas prakarsa Darwin pada tahun 1859 adalah
gagasan yang kontroversial karena bertolak belakang
dengan pandangan kreasionisme yang telah berumur ribuan
tahun. Kontroversi antara kresionisme dengan teori evolusi
terus berlangsung sampai sekarang. Gagasan kreasionisme
Harun Yahya oleh sebagian masyarakat dianggap mewakili
kreasionisme Islam.
Harun Yahya menganggap bahwa teori evolusi
merupakan sebuah gagasan kuno, yang menjelaskan
tentang kehidupan sebagai hasil peristiwa tak disengaja
dan tanpa tujuan hanyalah sebuah mitos abad ke-19 (masa
Darwin). Pada masa itu tingkat pemahaman ilmu
EVOLUSI Page 258
pengetahuan tentang alam dan kehidupannya masih
terbelakang sehingga para evolusionis beranggapan bahwa
kehidupan sangatlah sederhana. Harun Yahya
mengungkapkan bahwa teori evolusi merupakan sumber
atau landasan segala tindakan yang berhubungan dengan
rasisme, materialisme, komunisme, imperialisme dan
sebagainya. Segala tindakan tersebut menurutnya tidak lain
adalah sebagai implikasi dari legalisasi teori evolusi
(Darwinisme). Buku Darwin yang berjudul The Origin of
Spesies menurut Harun Yahya telah menjadi pembenaran
ilmiah bagi penindasan terhadap ras-ras tertentu. Istilah
yang banyak dijadikan acuan oleh Harun Yahya, antara lain
istilah survival of thefittest, struggle (seleksi alam).
Dalam The Origin of Species, Darwin tidak
menggunakan istilah natural selection dan struggle for
existenc dalam konteks filsafat maupun sebagai landasan
bagi kejahatan manusia. Kedua istilah tersebut digunakan
Darwin untuk menjelaskan mekanisme reproduksi, pola
penyebaran makhluk hidup, adanya persaingan yang
universal, adanya faktor barrier dalam lingkungannya,
kompleksitas hubungan antar makhluk hidup serta
perjuangan yang keras dan upaya untuk mempertahankan
keberadaan masing-masing individu dan varietas yang sama
maupun genus yang sama. Pertumbuhan makhluk hidup
EVOLUSI Page 259
yang semakin bertambah akan berakibat pada
kecenderungan struggle for existence yang tak
terhindarkan. Adanya jumlah individu yang melebihi daya
dukung lingkungan akan memacu upaya struggle for
existence dan perjuangan melawan kondisi-kondisi fisik
kehidupan.
Harun Yahya mengartikan istilah natural selection
dan strugglefor existence sebagai upaya pertahanan diri
eliminasi kelompok makhluk hidup lain yang dipandang
sebagai pesaingnya. Harun Yahya mencontohkan aplikasi
konsep natural selection dan struggle for existence pada
beberapa tokoh besar dunia yang memiliki ambisi untuk
menguasai dan menaklukkan bangsa lain, seperti Adolf
Hitler (1930-an) pemimpin Nazi Jerman yang menyerang
bangsa Arya, Benito Mussolini (pemimpin Italia awal abad
ke-20) yang menggerakkan fasisme hingga timbul ribuan
korban jiwa, Karl Marx dan Frederick Engels (tokoh
komunisme), serta tokoh dunia dari negara Adikuasa
bernama George W. Bush yang akhir-akhir ini telah
menaklukkan negara pemerintahan Saddam Husein di Irak.
Menurut Harun Yahya tragedi peperangan dan ideologi
penjajahan adalah terinspirasi dari pondasi teori
Darwinisme.

EVOLUSI Page 260


Penjelasan di atas telah membuktikan bahwa teori
evolusi memiliki implikasi luas di luar kajian biologi
evolusi. Filsafat materialisme teori evolusi telah dipandang
sebagai filsafat yang menyesatkan sebagian besar umat
manusia. Filsafat materialisme dari teori evolusi merupakan
wujud pengingkaran atas eksistensi Tuhan sebagai pencipta
alam. Teori besar bagi umat manusia. Setelah mengkaji
tentang konsep asal-usul makhluk hidup menurut teori
evolusi, Harun Yahya berupaya meyakinkan kalangan
ilmuwan maupun agamawan untuk lebih yakin pada
konsep penciptaan terpisah atau kreasionisme dengan
menyatakan bahwa seluruh kehidupan telah diciptakan oleh
Allah dawn bentuknya masing-masing.
Dalam The Evollltion Deceit (terj.), Harun Yahya
menyertakan penjelasan-penjelasan anti-evolusi dan
kelemahan-kelemahan teori evolusi. Bukti evolusi yang
ditunjukkan oleh evolusionis dari berbagai bidang, telah
digunakan oleh Harun Yahya sebagai bukti kebohongan
evolusi makhluk. Harun Yahya juga mengutip hasil
penelitian para ahli paleontologi, biologi molekuler,
genetika, embriologi dan beberapa konsep fisika terutama
Hukum II Thermodinamika, serta bidang-bidang lainnya
untuk membantah teori evolusi.

EVOLUSI Page 261


Harun Yahya berpendapat bahwa kreasionisme
adalah fakta yang benar dalam menjelaskan asal-usul dan
keanekaragaman makhluk hidup. Menurut Harun Yahya
dan kreasionis pada umumnya, teori evolusi hanyalah
sebuah penipuan berkedok ilmiah yang tidak terbukti
kebenarannya serta telah terbantahkan oleh temuan sains
modem. Teori evolusi juga merupakan mantera yang
memiliki pengaruh ideologi seseorang. Keyakinan pada
teori evolusi dapat memunculkan kepercayaan takhayul
seseorang. Kepercayaan ini dapat berpengaruh terhadap
akal sehat, sehingga tidak lagi mampu melihat kebenaran.
Harun Yahya memperkuat alasan tersebut, antara lain
dalam firman Allah dalam (Q.S. Al-Baqarah, 2: 6-7) yang
artinya sebagai berikut; Sesungguhnya orang-orang kafir,
sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak
kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan penglihatan
mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
Selanjutnya dalam (Q. S. Al-Hijr, 15: 14-15) yang artinya
Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka
salah satu dan (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus
menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata:
Sesungguhuhnya pandangan kamilah yang dikaburkan,
bahkan kami adalab orang-orang yang kena sihir.

EVOLUSI Page 262


Menurut Harun Yahya, mereka yang berada di
bawah pengaruh teori-teori yang berkedok ilmiah, termasuk
sihir, mereka akan terhina. Filsuf ateis dan pendukung
evolusi pun mengakui bahwa ia khawatir akan apa yang
tetjadi, yaitu teori evolusi sebagai salah satu lelucon besar
dalam buku-buku sejarah di masa mendatang. Berdasarkan
karya-karyanya, terutama The Evolution Deceit (terj.),
beberapa pokok kajian yang perlu untuk dijadikan dasar
analisis dalam penelitian ini meliputi. mekanisme evolusi;
seleksi alam dan mutasi, transisi makhluk hidup, hubungan
kekerabatan makhluk hidup, bukti evolusi, serta fakta
penciptaan berupa desain yang sempuma menurut
perspektif Harun Yahya.
1. Bukti Paleontologi yang Menggugurkan Teori
Evolusi
Harun Yahya menyatakan bahwa peninggalan fosil
tidak memperlihatkan adanya bentuk transisi tetapi
menunjukkan penciptaan tiap kelompok makhluk hidup
secara terpisah. Paleontologi sebagai salah satu bukti
langsung adanya evolusi makhluk hidup telab dianggap
sebagai bukti yang justru meruntuhkan teori evolusi.
Penemuan-penemuan fosil tidak menunjukkan adanya
bentuk transisi dan ini berarti bahwa penemuan fosil
tersebut telah membuktikan bahwa kehidupan di bumi

EVOLUSI Page 263


muncul sudah dalam bentuk yang lengkap, sebagaimana
munculnya beranekaragam spesies dalam ledakan
Kambrium. Lapisan Kambrium dianggap oleh Harun
Yahya sebagai lapisan bumi yang tertua tempat fosil-fosil
makhluk hidup ditemukan. Fosil-fosil yang ditemukan
dalam lapisan Kambrium antara lain siput, trilobita, bunga
karang, cacing tanah, ubur-ubur, landak laut dan
invertebrata kornpleks lainnya. Munculnya spesies makhluk
hidup secara tiba-tiba pada masa Kambrian merupakan
fakta penciptaan yang menunjukkan bahwa makhluk hidup
tercipta sebagaimana bentuknya masing-masing tanpa
melalui proses evolusi.
Salah satu contoh temuan fosil yang telah dianggap
punah oleh evolusionis adalah fosil Coelecanth sebagai
nenek moyang hewan darat. Pernyataan tersebut keliru
karena ternyata pada 22 Desember 1938 telah ditemukan
seekor ikan dari famili tersebut di samudera Hindia.
Menurut Harun Yahya teori evolusi juga telah
terbantahkan oleh penemuan fosil Archaeopteryx yang
tidak dapat menunjukkan adanya bentuk-bentuk peralihan.
Fosil yang ditemukan pada tahun 1992 menunjukkan ciri-
ciri burung lengkap yaitu adanya tulang dada, otot dada,
otot terbang, dan struktur gigi yang berbeda dengan
reptilia.
EVOLUSI Page 264
2. Fakta Paleoantropologi: Manusia tidak Semoyang
dengan Kera
Dalam "Keruntuhan Teori Evolusi" Harun Yahya
menjelaskan bahwa manusia, kera, maupun mammalia
lainnya adalah makhluk berbeda yang diciptakan secara
terpisah. Penemuan para paleoan-tropolog dunia dikutip
oleh Harun Yahya di dalam bukunya. Sebagai contoh, ras
manusia purba yang dikenal dengan nama Manusia
Piltdown yang ditemukan Charles Dawson di Inggris
tahun 1912 merupakan manipulasi dua temuan fosil yang
berbeda. Manipulasi fosil tersebut berupa perpaduan dua
tengkorak manusia berumur 500 tahun dengan tulang
rahang dari kera yang belum lama mati. Hal tersebut
diketahui pada tahun 1949 oleh Kenneth Oakley dengan
menggunakan metode "pengujian fluorin" untuk
menentukan umur fosil. Hasilnya menjelaskan bahwa
tulang rahang yang selama itu dianggap sebagai tulang
rahang manusia Piltdown temyata tulang kera. Berdasarkan
hal tersebut itulah Harun Yahya berpendapat bahwa
manusia bukanlah produk evolusi. Fakta juga menjelaskan
bahwa masing-masing temuan fosil diketahui memiliki
jenis yang berbeda, misalnya jenis Australopithecus, Homo
habilis, Homo erectus, dan Homo sapiens.

EVOLUSI Page 265


Harun Yahya berpendapat bahwa Australopithecus
(kera Afrika Selatan) maupun jenis-jenisnya yang lain
seperti Homo habilis hidup di belahan bumi yang berbeda
dalam waktu yang sama. Begitu juga Homo erectus dan
Homo sapiens (manusia modern), temyata pernah hidup
bersama di wilayah yang sama. Hal ini memperkuat
argumen bahwa Australopithecus bukanlah nenek moyang
pertama manusia begitu pula bukan sebagai nenek moyang
antar mereka. Harun Yahya berupaya menjelaskan bahwa
jenis manusia dan jenis kera berbeda. Dalam bukunya
dijelaskan bahwa Australopithecus adalah spesies kera yang
sesungguhnya telah punah serta menyerupai kera masa kini.
Ciri-cirinya antara lain bertubuh pendek (maksimum 130
cm), mirip simpanse, lengan panjang, kaki pendek dan
tidak berbeda dengan kera zaman sekarang.
Penemuan fosil-fosil baru jenis Homo habilis oleh
Time White tahun 1986 yang diberi nama OH 62, telah
menunjukkan bahwa Homo habilis bukanlah merupakan
mata rantai penghubung (transisi) antara manusia dengan
kera. Homo habilis merupakan kera dengan cirinya yang
khas berupa kaki pendek dan lengan lebih panjang, rahang
berbentuk persegi, gigi seri besar, gigi geraham kecil. Ahli
anatomi Spoor, Wood dan Zonneveld meneliti tema yang
sama dan mengemukakan bahwa Homo habilis OH 7
EVOLUSI Page 266
semakin memperkuat gagasan penciptaan terpisah antara
manusia dengan kera, sebagai berikut; fosil-fosil yang
dikatakan sebagai Homo habilis sebenarnya bukanlah
kelompok Homo atau manusia tetapi golongan
Australopithecus (kera), Homo habilis dan Australopithecus
adalah makhluk hidup yang berjalan membungkuk,
berkerangka kera, serta tidak punya hubungan apa pun
dengan manusia.
Jenis Homo erectus yang dianggap sebagai makhluk
separuh kera atau manusia primitif sebenarnya adalah ras
manusia. Perbedaannya pada Homo erectus adalah ukuran
tengkoraknya lebih kecil dari ras manusia modem, berkisar
900-1100cc, tonjolan alis yang tebal dan tidak terdapat
perbedaan dengan kerangka manusia modern. Ras-ras
manusia terbagi atas beberapa nama yang berbeda, seperti
Homo sapiens, Manusia Neandertal, dan Manusia Cro-
Magnon. Perbedaan tajam antar jenis kera
(Australopitechus, Homo habilis), Homo sapiens, maupun
ras manusia lainnya membuktikan bahwa manusia bukan
produk evolusi dan tidak saling berkerabat. Jadi, manusia
tetap manusia dan kera tetap kera. Terlebih lagi dengan ciri
anatominya pada cara berjalan (bipedalisme) nya adalah
bukti penting bagi Harun Yahya maupun kreasionis
lainnya. Menurut Harun Yahya, bukti bipedalisme ini
EVOLUSI Page 267
merupakan salah satu kebuntuan teori evolusi dalam
menjelaskan evolusi manusia karena cara berjalan dengan
dua kaki pada manusia berbeda dengan cara jalan pada
jenis kera.
XI.2. Kontroversi Kreasionisme Perseptif Harun
Yahya dan Teori Evolusi dalam berbagai
Pendekatan Ilmu
Terlalu berlebihan apabila kreasionisme dan evolusi
selalu menjadi pemicu konflik antara sains dan agama.
Teuku Jacob mengatakan bahwa sebenarnya tidak perlu
ada pertentangan antara teori evolusi dengan agama (Islam)
maupun Al-Qur'an. Pertentangan yang terjadi banyak
disebabkan oleh kepicikan, sehingga dalam tema ini seluruh
pihak (pemikir) harus mempertimbangkan sejauh mana
pemikiran, pengetahuan dan pemahaman tentang agama
dan sains para pemikir.
Pendekatan filosofis Harun Yahya dalam sains
digunakan untuk memberikan afirmasi bahwa teori evolusi
adalah materialisme berkedok sains serta sering dikaitkan
dengan kejahatan perang, ideologi Marxis, dan sebagainya.
Bagaimana kejahatan perang yang terjadi sebelum teori
Darwin muncul? Anggapan ini menarik untuk direnungkan
dan ditinjau kembali, karena pada dasarnya sejak zaman
bermula perilaku yang ada dalam diri manusia, kejahatan

EVOLUSI Page 268


yang terjadi dalam peperangan sudah menjadi kodrat
manusia yang memiliki dua sisi berbeda, baik dan buruk,
mulia atau bahkan jahat. Sesuatu yang keliru apabila teori
evolusi dijadikan landasan hidup atau bahkan menjadi
ajaran yang setara dengan agama. Permasalahan yang
krusial dari teori evolusi relevansinya dalam konteks
agama adalah anggapan bahwa teori evolusi sebagai ajaran
ateis. Selain itu, teori yang mengajukan konsep
"kebetulan", telah dianggap menihilkan Tuhan. Bagaimana
interpretasi "kebetulan" dari sudut pandang lain dalam
agama? Teuku Jacob mengemukakan istilah kebetulan
dalam kehidupan sehari-hari adalah takdir."
Bagi para pembaca karya Harun Yahya, barangkali
akan membenarkan bahwa teori evolusi benar-benar telah
runtuh. Salah satu karyanya yang memaparkan keruntuhan
teori evolusi adalah "Runtuh-nya Teori Evolusi dalam 20
Pertanyaan", misalnya runtuhnya teori evolusi telah
membuktikan kebenaran penciptaan." Meskipun demikian,
bukan berarti bahwa kreasionisme dan teori evolusi sudah
tidak perlu lagi dikaji secara ilmiah. Ada beberapa hal yang
sampai saat ini menjadi salah satu polemik antara
kreasionisme dan evolusi, sebagai contoh, spesiasi, mutasi,
maupun transisi makhluk hidup. Teori evolusi
mencontohkan salah satu mekanisme munculnya spesies
EVOLUSI Page 269
baru pada Camar di Siberia Timur yang terjadi melalui
sistem reproduksi dari masing-masing subspecies berbeda
dapat memperlihatkan bagaimana spesies baru muncul
melalui akumulasi dari perubahan kecil.
Benarkah transisi makhluk hidup ada atau tidak ada
sama sekali? Pertanyaan tersebut sering dijawab "tidak",
dengan alasan bahwa sampai saat ini tidak seorang pun
melihat adanya manusia atau makhluk hidup sedang
mengalami transisi. Amphibi adalah hewan yang dapat
hidup di air dan daratan. Dalam masa perkembangannya
sejak dia air, amphibi menggunakan organ pernafasan
insang dan setelah dewasa tidak lagi dengan insang tetapi
paru-paru. Proses ini merupakan bukti evolusi ataukah
kreasi?
Fakta-fakta di atas maupun fakta lainnya, tentu
masih akan terus diperdebatkan oleh kreasionisme dan teori
evolusi yang saling bertolak belakang. Begitu banyak fakta-
fakta kehidupan telah diklaim oleh Harun Yahya sebagai
fakta kreasionisme, dimana proses yang ada dalam
kehidupan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan
evolusi. Meskipun gagasan kreasionisme menurut Harun
Yahya telah dianggapnya mampu meruntuhkan teori
evolusi, tetapi saat ini teori evolusi masih menjadi kajian
yang berkelanjutan.
EVOLUSI Page 270
Menyinggung persoalan runtuh atau tidaknya teori
evolusi, tidak terlepas dari fakta atau bukti-bukti baik yang
mendukung maupun yang menolak keberadaan teori
evolusi. Munculnya kreasionisme Harun Yahya memang
telah memberi gambaran tentang runtuhnya teori evolusi
(menurut perspektifnya). Pendapat lain yang juga
mengkritik teori evolusi datang dari berbagai pemikir
muslim lainnya, seperti Seyyed Hussein Nasr yang
mengatakan bahwa sampai saat ini sama sekali belum
terjadi keberhasilan eksperimen laboratorium untuk
meneliti perubahan dari satu spesies ke spesies lain. Lebih
jauh ia juga mengatakan bahwa ternyata terdapat spesies-
spesies yang terus hidup sejak zaman geologi pertama
yang sama sekali tidak berevolusi. Tumbuhan dan binatang
yang sama juga masih akan lahir, layu dan mati atau punah.
Evolusi yang terjadi pada dunia hewan termasuk
manusia juga telah memunculkan kontradiksi dengan
konsep umum penciptaan yang ada dalam Kitab Suci,
Menurut Maurice Bucaille, konsep umum tentang
penciptaan dalam Kitab suci tidak bertentangan dengan data
ilmiah. Ia mengemukakan bahwa kajian tentang evolusi
pada dunia hewan terutama manusia sebenarnya
menyangkut kesenjangan di dalam pengetahuan manusia itu
sendiri. Melalui riset yang mengkaji tentang hal ini
EVOLUSI Page 271
sebaiknya para ilmuwan melakukan hipotesis dan penelitian
terpisah antara dunia hewan dengan manusia. Ini perlu
dilakukan dengan tujuan untuk menghargai data-data
penclitian dan menghindari kesesatan yang mungkin dapat
ditimbulkan oleh hipotesis yang belum terjawab
kebenarannya secara pasti. Pandangan ini membedakan
cara pandangnya dengan Harun Yahya maupun kritikus
lainnya dalam mensikapi tentang konsep evolusi makhluk
hidup.
Pro dan kontra terhadap kreasionisme dan teori
evolusi sebenarnya menjelaskan bahwa kedua konsep
tersebut belum ada yang dapat dijadikan alternatif teori
yang paling tepat dalam menjelaskan tentang fenomena
kehidupan. Teori manakah yang benar-benar dapat eksis
atau telah runtuh pun belum bisa dipastikan. Anggaplah
kedua teori tersebut adalah kajian sains yang penting untuk
kemajuan dan perkembangan sains itu sendiri. Jika
keduanya adalah kajian sains, tentu keduanya juga tidak
terlepas dari metode sains atau metode ilmiah yang
dipergunakan dalam menjelaskan teorinya. Metode ilmiah
sebagai metode sains berupa eksperimentasi, observasi dan
pengulangan obyek-obyek kajian sains. Penggunaan
rnetode ilmiah dalam kreasionisme maupun teori evolusi

EVOLUSI Page 272


juga masih perlu dikaji lebih lanjut untuk dapat
dipertanggung jawabkan kebenaran ilmiahnya.
Perdebatan menyangkut metode ilmiah
kreasionisme dan teori evolusi masih terjadi. Menurut
Gould sebagaimana dikutip oleh Winkie Pratney,
mengatakan bahwa kreasionisme bukanlah sains menurut
definisi sains universal masa kini. Upaya kreasionisme
untuk meruntuhkan teori sains tidak membuat program
kritik tersebut bersifar sains dan sanggahan sains yang
menentang evolusi tidak otomatis menjadi sanggahan sains
yang mendukung kreasionisme. Demikian juga komentar
Stanley Weinberg tentang metode kutipan-kutipan selektif
yang dilakukan oleh para kreasionis.
Pandangan komparatif atas metode ilmiah
kreasionisme di atas tidak melunturkan gagasan
kreasionisme Harun Yahya, karena menurut Harun Yahya
teori evolusi telah semakin tersudut oleh kemajuan
penemuan sains modem. la juga menyatakan bahwa proses
penciptaan oleh Allah SWT. sama sekali tidak mendukung
teori evolusi dan tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan
tentang evolusi makhluk hidup. Apabila kaum muslim
bersikap mendukung teori evolusi berarti mereka telah
membantu teori evolusi yang berfilsafat materialis,
Menurutnya, setelah mereka tahu tentang materialisme teori
EVOLUSI Page 273
evolusi, seharusnya mereka menarik kembali dukungannya
terhadap teori evolusi.
Kajian evolusi makhluk hidup adalah kajian yang
materialistik (obyek yang dikaji berupa materi, aspeknya
antara lain anatorni, morfologi, molekuler, fosil dan
sebagainya). Namun, bukan berarti bahwa teori evolusi
merupakan kajian sains yang ateistik, tetapi justru
sebaliknya. Pada dasarnya justru kajian sains ini adalah
dalam rangka untuk lebih mendekatkan diri pada Allah
melalui materi-materi ciptaan-Nya atau sunnatullah.
Keimanan dan ketaqwaan pada Allah-lah yang seharusnya
dijadikan sebagai landasan dan petunjuk dalam kajian
materialistik ini, sehingga tidak mengarahkan pada
materialisme yang menihilkan Tuhan. Selain obyektifitas
kajian sains sebagai salah satu sasaran ilmiahnya, di
dalamnya juga menyertakan aspek penalaran yang tidak
mungkin terbatas dari sisi akal dan rasionalitas saja tetapi
ada keyakinan yang bersifat supernatural.
Obyektifitas sains terkadang dianggap
mengesampingkan sisi manusia sebagai makhluk beragama
(Islam). Seharusnya hal itu bukan menjadi tujuan para
ilmuwan. Sebagai pencari ilmu, seharusnya tidak terjebak
dalam polemik pada problematika sains teistik dan ateistik.
Sebenarnya polemik kreasionisme dan teori evolusi dalam
EVOLUSI Page 274
konteks hubungan sains dan agama semacam ini dapat
dieliminir jika semua pihak tidak keliru dalam
mengaplikasikan pandangan dan pemahamannya tentang
agama dan Kitab Suci dengan hipotesis maupun riset sains.
Kitab Suci Al-Qur'an seharusnya dijadikan sebagai
sumber kebenaran atas segala kebenaran sunatullah. Al-
Qur'an seharusnya tidak difungsikan untuk mendistorsi
temuan-temuan sains. Pola pikir ilmuwan maupun
agamawan yang berupaya mengkomparasikan teori sains
buatan manusia dengan Al-Qur'an sebagai wahyu Allah
dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam penafsirannya,
sehingga dapat membahayakan hubungan sains dan agama
itu sendiri.

XI.3. Latihan dan Diskusi 11


1. Berikan penjelasan anda tentang; kritik Harun Yahya
tentang teori evolusi!
2. Bagaimanakah pendapat anda terkait persoalan runtuh
atau tidaknya teori evolusi dalam berbagai pendekatan
ilmu?

EVOLUSI Page 275


DAFTAR PUSTAKA

Alters, B and Alters S. (2005). Teaching Biology in Higher


Education. New York : John Wiley and Sons.
Anonim. (2005). Evolusi Manusia. Diunduh tanggal 6
September 2016 dari http://www.sinauer.com/
Evolusi.
Anonim. (2005). Evolusi Manusia. Diunduh tanggal 6
September 2016 dari http://www.whfreeman.com/
Evolusi.
Anonim. (2010). Evolusi Manusia. Diunduh tanggal 6
September 2016 dari http://id.wikipedia.org/wiki/
Evolusi_Manusia.
Anonim. (2010). Jean Baptiste de Lamarck. Diunduh
tanggal 6 September 2016 dari http:
//id.wikipedia.org/wiki/ Jean Baptiste_de_Lamarck.
Anonymous. 2006. “Sejarah Manusia-Primata” (online)
http://www.talkorigins.org/faqs/faq-transitional/
part2a. html#primate diakses 1 Oktober 2009
Anonymous. 2006. “Sejarah Penemuan Fosil Manusia
Purba, Manusia Kera dan Manusia Modern –
Teori Perkembangan Evolusi Antar Waktu
Arkeologi Biologi” (online) http://id.
wikipedia.org/wiki/Timur_Tengah_Kuno diakses 1
Oktober 2009.
Arahman Ma'rnun, "Harun Yahya: Berdakwah Melawan
Temuan Ilmiah", dalam http://www.
Panjimas.com/mei/induk. htm.
BSCS. (2002). Biology, an Ecological Approach. Ninth
Edition. Iowa : Kendall/ Hunt Publishing Company.

EVOLUSI Page 276


BSCS. (2006). Biology, A Molecular Approach. Ninth
edition. New York : Mc Graw Hill. Campbell, N.
A., J. B. Reece dan L.G. Mitchell. (1999). Biology.
Fifth Edition. New York : Addison Wesley
Longman, Inc.
Cann L.R. and Wilson A.C., The Recent African Genesis of
Humans, Scientific American, 1992.p. 20 – 27.
Campbell’s. Biology, 3rd Ed. The Benjamin/Cummings
Publishing Company, Inc.
Campbell, Reece, Mitchell, (2003) Biologi, edisi ke 5,
Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil A. 2000. Biologi Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Darwin, Charles, The Origin of Spesies, terj: Tim Pusat
Penerjemah Universitas Nasional, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2000.
Darwin, Charles. (2007). Penerjemah : Tim UNAS. The
origin of Species – Asal-usul Spesies. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.
Etty Indriati. (2009). Warisan Budaya dan Manusia
Purba Indonesia “Sangiran”. Yogyakarta : PT
Citra Aji Parama.
Futuyma, Douglas J. (2005). Evolution. Massachusetts,
USA : Sinauer Associates, Inc Publisher.
Fried, G. H. 2005. Biologi Edisi Kedua. Penebit Erlangga.
Jakarta

Frida Maryati Yusuf. 2006. Bahan ajar Mata Kuliah


Evolusi. Jurusan biologi. Fak. Matematika dan IPA.
UNG. Gorontalo.

EVOLUSI Page 277


Gamlin, Linda. Evolusi, terj: Zamita Lubis, Jakarta: Balai
Pustaka, 2000.
Kardong, V. Kenneth, 2005. An Introduction to Biological
Evolution, Mc Graw Hill, Higher Education
Lewin, R. (1993). Human Evolution. New York : Blackwell
Scientific Publications. Prawoto, Sudjoko, Siti
Mariyam. (1987). Evolusi. Jakarta : Universitas
Terbuka, Departemen pendidikan dan Kebudayaan.
Microsoft ® Encarta ® 2008. © 1993-2007 Microsoft
Corporation. All rights reserved.
MLA Style: "human evolution." Encyclopædia Britannica.
Ultimate Reference Suite. Chicago: Encyclopædia
Britannica, 2009.
Solomon, E.P., L.R. Berg, D.W. Martin. (2008). Biology.
8th Edition. Australia : Thomson Brooks / Cole.
T. Jacob, "Evolusi adalah Cara Tuhan bekerja", &lief
Journal ef 'Religious Issues: Agama dan Sains, Vol.
I: 01, 2003.
Wijana, Nyoman. 2004. Buku Ajar Evolusi. Singaraja :
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Singaraja
Winkie Pratney, "Penciptaan atau Evolusi", lihat http://
www.propheticresources.web.id/YPPM-Homepage
/Pondasi/ Guiding Light/ Artikel/Winkie-
Pratney/Penciptaan atau Evolusi%201.httn, akses 30
januari 2016.
Yahya, Harun, "Mengapa Sebagian Muslim Mendukung
Teori Evolusi?", lihat http://www.
harunyahya.com/indo/buku/darwinisme01.httn,
akses 5 maret 2016.

EVOLUSI Page 278


GLOSARIUM

Spesies : Suatu takson yang dipakai dalam


taksonomi untuk menunjuk pada satu
atau beberapa kelompok individu
(populasi) yang serupa dan dapat saling
membuahi satu sama lain di dalam
kelompoknya (saling membagi gen)
namun tidak dapat dengan anggota
kelompok yang lain.
Genetika
Molekuler : Cabang genetika yang mengkaji bahan
genetik dan ekspresi genetik di tingkat
subselular.
Morfologi : Cabang biologi yang mempelajari
bentuk dan struktur organisme dan fitur
struktural spesifik.
Embriologi : Bidang ilmu yang mempelajari
bagaimana sel tunggal membelah dan
berubah selama perkembangan untuk
membentuk organisme multiseluler.
Fosil : Sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk
hidup yang menjadi batu atau mineral.
Kimia-Bumi
(Geochemistry) : Sains yang menggunakan prinsip dan
teknologi bidang kimia untuk
menganalisis dan menjelaskan
mekanisme di balik sistem geologi
seperti kerak bumi dan lautan yang
berada di atasnya.
Evolusi Alam
Semesta : Keadaan alam semesta yang sangat
panas dan padat yang kemudian
mencapai kondisinya sekarang
dimana alam semesta tidak lagi sepanas
EVOLUSI Page 279
dulu dan tidak lagi sekecil dulu.
Geologi : Ilmu yang mempelajari bumi,
komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik,
sejarah, dan proses pembentukannya.
Fisik-Kimiawi : Ilmu yang mempelajari fenomena
makroskopik, mikroskopik, atom,
subatom dan partikel dalam sistem dan
proses kimia berdasarkan prinsip-prinsip
dan konsep-konsep fisika.
Evolusi Biologi : Perubahan pada sifat-sifat terwariskan
suatu populasi organisme dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Primitif : Suatu kebudayaan masyarakat atau
individu tertentu yang belum mengenal
dunia luar atau jauh dari keramaian
teknologi.
Ansestor : Nenek moyang bersama.
Manifestasi : Perwujudan sebagai suatu pernyataan
perasaan atau pendapat.
Adaptasi : Cara organisme mengatasi tekanan
lingkungan sekitarnya untuk bertahan
hidup.
Genetik : Berhubungan dengan keturunan atau
gen.
Alel : Bentuk-bentuk alternatif dari gen pada
suatu lokus.
Transmutasi : Perubahan atau konversi satu objek
menjadi objek lain.
Mutasi : Perubahan yang terjadi pada bahan
genetik baik pada taraf tingkatan gen
maupun pada tingkat kromosom.
Plastis : Bersifat mudah dibentuk (diwujudkan
menjadi benda yang lain).
Materialisme : Paham dalam filsafat yang menyatakan
bahwa hal yang dapat dikatakan benar-

EVOLUSI Page 280


benar ada adalah materi.
Dialektika : Ilmu Pengetahuan tentang hukum yang
paling umum yang mengatur
perkembangan alam, masyarakat dan
pemikiran.
Modifikasi : Cara merubah bentuk sebuah makhluk
hidup tanpa menghilangkan fungsi
aslinya, serta menampilkan bentuk yang
lebih bagus dari aslinya.
Domestikasi : Pengadopsian tumbuhan dan hewan dari
kehidupan liar ke dalam lingkungan
kehidupan sehari-hari manusia.
Fenotip : Suatu karakteristik baik struktural,
biokimiawi, fisiologis, dan perilaku
yang dapat diamati dari suatu organisme
yang diatur oleh genotipe dan
lingkungan serta interaksi keduanya.
Geometrik : Bagian dari rekayasa yang dititik-
beratkan pada rekayasa bentuk fisik
sehingga dapat memenuhi fungsi dasar.
Predator : Sejenis hewan yang memburu,
menangkap, dan memakan hewan lain.
Kamuflase : Suatu metode yang memungkinkan
sebuah organisme atau benda yang
biasanya mudah terlihat menjadi
tersamar atau sulit dibedakan dari
lingkungan sekitarnya.
Barier : Penghalang-penghalang pada spesies.
Evolusi
Konvergen : Proses organisme tidak berhubungan,
dan mengalami evolusi ciri yang mirip
sebagai hasil beradaptasi dengan
lingkungan.
Dekomposisi : Salah satu perubahan secara kimia yang
membuat objek, biasanya makhluk

EVOLUSI Page 281


hidup yang mati dapat mengalami
perusakan susunan/struktur yang
dilakukan oleh dekomposer.
Biotop : Area dengan kondisi lingkungan yang
seragam yang menyediakan tempat
tinggal untuk kumpulan tanaman dan
hewan tertentu.
Blastula : Proses terbentuknya blastula pada
embrio.
Grastrula : Fase awal dalam perkembangan embrio
sebagian besar hewan, di mana blastula
berlapis tunggal direorganisasi menjadi
struktur berlapis-lapis.
DNA : Sejenis biomolekul yang menyimpan
dan menyandi instruksi-instruksi
genetika setiap organisme dan banyak
jenis virus.
ATP : Suatu nukleotida yang dalam biokimia
dikenal sebagai "satuan molekular"
pertukaran energi intraselular
Variabilitas : Ukuran bagi kecenderungan berbagai
individu dalam suatu populasi untuk
memiliki genotipe yang berbeda-beda.
Gradual : Perubahan muncul secara bertahap atau
bahwa variasi itu bersifat bertahap dan
terjadi seiring berjalannya waktu dan
bukannya dalam langkah besar.
Missing Link : Mata rantai terputus
Enzim sitokrom: Hemoprotein yang mengandung gugus
heme dan berfungsi sebagai pengusung
elektron.
Hemoglobin : Metaloprotein (protein yang
mengandung zat besi) di dalam sel darah
merah.
Hereditas : Pewarisan watak dari induk ke

EVOLUSI Page 282


keturunannya baik secara biologis
melalui gen (DNA).
Prolaktin : Hormon yang diproduksi di bagian
depan kelenjar hipofisis (pituitary),
rahim, otak, payudara, prostat, lapisan
lemak, kulit, dan sel-sel imun.
Antigen : Sebuah zat yang merangsang respon
imun, terutama dalam menghasilkan
antibodi.
Antibodi : Glikoprotein dengan struktur tertentu
yang disekresikan oleh sel B yang telah
teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai
respon dari antigen tertentu dan reaktif
terhadap antigen.
Serologi : Salah satu cabang imunologi yang
mempelajari reaksi antigen-antibodi
secara in vitro.
Afinitas : Kecenderungan suatu unsur atau
senyawa untuk membentuk ikatan kimia
dengan unsur atau senyawa lain.
Kariotipe : Tes untuk mengidentifikasi dan menilai
ukuran, bentuk, dan jumlah kromosom
dalam sampel sel tubuh.
Spesialisasi : Perkembangan sel menuju ke fungsi
khusus.
Pemuliaan : Kegiatan mengubah susunan genetik
individu maupun populasi tanaman
untuk suatu tujuan.
Polimorfisme : Ketika dua atau beberapa fenotip yang
berbeda ada dalam populasi suatu
spesies.
Biston
Betularia : Sejenis spesies ngengat, seperti
kebanyakan ngengat, spesies ini
merupakan hewan nokturnal.

EVOLUSI Page 283


Interbreeding : Tindakan mencampurkan berbagai
spesies atau varietas hewan atau
tanaman dengan menghasilkan hibrida.
Spesies
Allopatrik : Spesiasi yang berlangsung ketika
populasi spesies yang sama terisolasi
satu sama lain hingga tak terjadi
pertukaran gen.
Spesies
Parapatrik : Proses evolusi populasi yang secara
geografis besebelahan menjadi spesies
yang baru.
Sympatrik
Speciation : Suatu proses ketika spesies baru
berevolusi dari satu spesies nenek
moyang yang tinggal di wilayah yang
sama.
Radiasi
Evolusioner : Proses di mana organisme berubah
secara cepat menjadi beberapa bentuk
baru, khususnya saat ada perubahan
lingkungan yang membuat adanya
sumber baru dan membuka niche
ekologi tertentu.
Omnivora : Spesies yang memakan tumbuhan dan
hewan sebagai sumber makanan
pokoknya.
Herbivora : Hewan yang hanya makan tumbuhan
dan tidak memakan daging.
Evolusi
Divergen : Akumulasi perbedaan antara populasi
yang berkaitan erat dalam suatu spesies,
yang mengarah pada spesiasi.
Evolusi
Kovergen : Proses organisme tidak berhubungan,

EVOLUSI Page 284


dan mengalami evolusi ciri yang mirip
sebagai hasil beradaptasi dengan
lingkungan.
Oportunisme : Suatu aliran pemikiran yang
menghendaki pemakaian kesempatan
menguntungkan dengan sebaik-baiknya,
demi diri sendiri, kelompok, atau suatu
tujuan tertentu.
Biosfer : Bagian luar dari planet bumi, mencakup
udara, daratan, dan air, yang
memungkinkan kehidupan dan proses
biotik berlangsung.
Meiosis : Salah satu cara sel untuk mengalami
pembelahan.
Mutasi ransisi : Suatu pergantian basa purin dengan basa
purin lain atau pergantian basa pirimidin
dengan basa pirimidin lain.
Mutasi
frame-shift : Mutasi genetik yang disebabkan
oleh dorongan (penyisipan sejumlah nuk
leotida dalam sekuens DNA yang tidak
dapat dibagi oleh tiga.
Delesi : Penambahan atau kehilangan pasangan
nukleotida pada gen.
Duplikasi : Kejadian bergandanya (duplikasi) suatu
daerah bagian DNA yang mengandung
gen.
Inversi : Mutasi yang mengalami perubahan letak
gen-gen, karena selama meiosis
kromosom terpilin dan terjadi kiasma.
Translokasi : Peristiwa perpindahan potongan
kromosom menuju kromosom lain yang
bukan homolognya.
Hibridisasi : Mengawinkan dua jenis hewan atau
tumbuhan yang berbeda varietas dan

EVOLUSI Page 285


memiliki sifat-sifat unggul.
Gene flow : Pertukaran genetik akibat migrasi
individu yang subur atau perpindahan
gamet antar populasi.
Genetic drift : Perubahan dalam kumpulan gen suatu
populasi kecil akibat kejadian acak.
Heterosigositas: Jumlah rata-rata individu dengan lokus
polimorfik.
Transplantasi : Transplantasi atau cangkok atau
pemindahan seluruh atau sebagian organ
dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau
dari suatu bagian ke bagian yang lain
pada tubuh yang sama.
Ekologi : Ilmu yang mempelajari interaksi antara
organisme dengan lingkungannya dan
yang lainnya.
Populasi : Kumpulan individu sejenis yang berada
pada wilayah tertentu dan pada waktu
yang tertentu pula.
Frekuensi Alel : Proporsi ataupun perbandingan
keseluruhan kopian gen yang terdiri dari
suatu varian gen tertentu.
Etiologi : Studi yang mempelajari tentang sebab
dan asal muasal.
Taksonomi : Ilmu yang khusus mempelajari
mengenai klasifikasi makhluk hidup.
Mutagenik : Bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom (merubah genetika).
Teratogenik : Perkembangan tidak normal dari sel
selama kehamilan yang menyebabkan
kerusakan pada embrio.
Karsinogen : Zat yang menyebabkan penyakit kanker.
Saprofit : Tumbuhan yang tidak memiliki klorofil
yang hidup pada hasil perombakan atau
pelapukan jasad lain.

EVOLUSI Page 286


Pathogen : Agen biologis yang menyebabkan
penyakit pada inangnya.
Filogeni : Kajian mengenai hubungan di antara
kelompok-kelompok organisme yang
dikaitkan dengan proses evolusi yang
dianggap mendasarinya.
Aerob : Proses metabolisme dengan bantuan
oksigen.
Anaerob : Proses metabolisme tanpa bantuan
oksigen.
Simbiosis : Semua jenis interaksi biologis jangka
panjang dan dekat antara dua organisme
biologis yang berbeda, baik itu
mutualisme, komensalisme, atau
parasitisme.
Prekambrian : Nama informal untuk eon-eon pada
skala waktu geologi yang terjadi
sebelum eon Fanerozoikum saat ini.
Fotosintetik : Produsen utama dalam rantai trofik,
karena di antara mereka adalah mereka
yang menghasilkan oksigen yang
merupakan tanaman hijau, ganggang dan
beberapa bakteri.
Makroskopik : Pernyataan sifat suatu ukuran yang dapat
dilihat dengan menggunakan mata
telanjang atau tanpa bantuan alat alat
pembesar.
Fosilisasi : Proses penimbunan sisa-sisa hewan atau
tumbuhan yang terakumulasi
dalam sedimen.
Autotrof : Bahan anorganik menjadi organik
dengan bantuan energi seperti energi
cahaya matahari dan kimia.
Sporopolenin : Salah satu polimer biologis yang paling
inert secara kimia.

EVOLUSI Page 287


Gametangia : Salah satu polimer biologis yang paling
inert secara kimia.
Kolonisasi : Mikroorganisme yang tidak bereplikasi
pada jaringan yang ditempatinya.
Konifer : Sekelompok tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae) yang memiliki runjung
("cone") sebagai organ pembawa biji.
Ovarium : Kelenjar kelamin yang dibawa oleh
hewan betina.
Karofita : Tumbuhan berevolusi dari alga hijau.
Enzim : Biomolekul berupa protein yang
berfungsi sebagai katalis dalam suatu
reaksi kimia organik.
Peroksisom : Organel yang terbungkus oleh membran
tunggal dari lipid dwilapis yang
mengandung protein pencerap
(reseptor).
Diferensiasi : Proses ketika sel kurang khusus menjadi
jenis sel yang lebih khusus.
Lignin : Salah satu zat komponen penyusun
tumbuhan.
Haploid : Separuh dari jumlah set normal
kromosom, sehingga bila jumlah normal
adalah dua set (2 set) maka haploid dan
memiliki 1 set.
Diploid : Sel atau organisme hanya memiliki
separuh dari jumlah set kromosom, pada
organisme diploid ini berarti memiliki 1
set kromosom lengkap di inti sel.
Ionisasi : Proses fisik mengubah atom atau
molekul menjadi ion dengan
menambahkan atau mengurangi partikel
bermuatan seperti elektron atau lainnya.
Gametofit : Fase daur hidup tumbuhan yang
mempunyai inti sel haploid.

EVOLUSI Page 288


Nicia : Dua spesies yang mempunyai habitat
yang sama namun mereka memiliki
fungsi ekologi tersendiri.
Ko-evolusi : Perubahan pada objek biologis yang
dicetuskan oleh perubahan pada objek
lain yang berkaitan dengannya.
Endemik : Suatu organisme harus ditemukan hanya
di suatu tempat dan tidak ditemukan di
tempat lain.
Divergensi : Proses ketika dua atau lebih populasi
spesies leluhur mengalami sekumpulan
perubahan genetis secara mandiri seiring
waktu, seringkali setelah populasi yang
bersangkutan telah terisolasi secara
reproduksi selama periode waktu
tertentu.
Arboreal : Mengacu pada sifat (yang) hidup di
pepohonan (arbor, pohon).
Lokomosi : Struktur dalam organisme hidup yang
bertanggung jawab untuk bergerak, pada
manusia terdiri dari otot, sendi dan
ligament dari anggota tubuh bagian
bawah serta arteri dan syaraf.
Neokorteks : Alat yang mengolah suatu informasi
yang kita lihat, dengar ataupun rasakan
menjadi sebuah pemahaman.
Evolusi
Ontogeni : Asal usul dan perkembangan organisme
sejak dari telur yang dibuahi ke bentuk
dewasanya.
Miskonsepsi : Tafsiran seseorang terhadap suatu
konsep tertentu.
Interpretatif : Analisis sistematis mengenai aksi sosial
yang bermakna melalui observasi
manusia secara terperinci dan langsung

EVOLUSI Page 289


dalam latar ilmiah.
Eksplorasi : Tindakan mencari atau melakukan
penjelajahan dengan tujuan menemukan
sesuatu
Bipedalisme : Suatu bentuk pergerakan terestial yang
mana suatu organisme bergerak dengan
menggunakan dua tungkai belakang,
atau kaki.
Stereoskopik : Sebuah teknik untuk membuat atau
menampilkan ilusi mendalam pada
sebuah gambar dalam arti stereopsis
untuk penglihatan binokular.
Cortek Cerebri: Lapisan tipis substansia grisea yang
menutupi substansia medullaris
(merupakan substansia alba dari
hemispherium cerebri) yang tersusun
atas sel-sel bodi neuron-neuron, neurit-
neurit, neuroglia dan vasa darah.
Manifestasi : Perbuatan mewujudkan sesuatu yang
tidak tampak seperti konsep atau ide
menjadi bentuk nyata yang dapat dilihat.
Fase noosfera : Menyangkut perkembangan Evolusi
manusia. tidak secara fisik semata,
namun perkembangan fikiran yang
disebutnya evolusi perkembangan
kesadaran batin.
Kreasionisme : Kepercayaan bahwa manusia,
kehidupan, bumi, dan seluruh jagat raya
mempunyai asal-usul secara ajaib yang
dihasilkan oleh campur tangan
adikodrati suatu keberadaan yang maha
tinggi yang umumnya disebut Tuhan.
Rasisme : Suatu sistem kepercayaan atau doktrin
yang menyatakan bahwa perbedaan
biologis yang melekat pada ras manusia

EVOLUSI Page 290


menentukan pencapaian budaya atau
individu bahwa suatu ras tertentu lebih
superior dan memiliki hak untuk
mengatur ras yang lainnya.
Materialisme : Paham dalam filsafat yang menyatakan
bahwa hal yang dapat dikatakan benar-
benar ada adalah materi.
Komunisme : Ideologi yang berkenaan dengan filosofi,
politik, sosial, dan ekonomi yang tujuan
utamanya terciptanya masyarakat
komunis dengan aturan sosial ekonomi
berdasarkan kepemilikan bersama alat
produksi dan tidak adanya kelas sosial,
uang, dan negara.
Paleontologi : Ilmu yang mempelajari kehidupan
praaksara. Paleontologi mencakup studi
fosil untuk menentukan evolusi suatu
organisme dan interaksinya dengan
organisme lain dan lingkungannya.
Biologi
Molekuler : Salah satu cabang biologi yang merujuk
kepada pengkajian mengenai kehidupan
pada skala molekul.
Genetika : Cabang biologi yang mempelajari
pewarisan sifat pada organisme maupun
suborganisme (seperti virus dan prion).
Embriologi : Ilmu embrio merupakan bidang ilmu
yang mempelajari bagaimana sel tunggal
membelah dan berubah selama
perkembangan untuk membentuk
organisme multiseluler.
Kambrium : Periode pada skala waktu geologi yang
dimulai pada sekitar 542 ± 1,0 jtl di
akhir eon proterozoikum dan berakhir
pada sekitar 488,3 ± 1,7 jtl dengan

EVOLUSI Page 291


dimulainya periode ordovisium.
Supernatural : Sesuatu yang bukan merupakan subjek
hukum alam atau sesuatu yang ada di
luar alam.
Sains teistik : Pandangan bahwa ajaran-ajaran
soal Allah sejalan dengan pemahaman
ilmiah modern tentang evolusi biologi.
Sunnatullah : Tradisi Allah Swt. dalam melaksanakan
ketetapanNya sebagai Rabb yang
terlaksana di alam semesta atau dalam
bahasa akademis disebut hukum alam.

EVOLUSI Page 292


BIODATA PENULIS

Amri, lahir di Kalimbua, Desa Bontongan, Kecamatan


Baraka, Kabupaten Enrekang pada 03 Juni 1984. Lulus S.1
di Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar (2008), menyelesaikan
S.2 pada Program Studi Pendidikan Biologi Program
Pascasarjana UNM Tahun 2013. Saat ini sebagai dosen
pada Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Parepare.
Penulis aktif dalam beberapa kegiatan penelitian dan
publikasi karya ilmiah sejak tahun 2015 sampai sekarang.

EVOLUSI Page 293


Dalam ilmu pengetahuan, istilah evolusi diartikan sebagai
perkembangan berangsur-angsur dari benda yang sederhana
menuju benda yang lebih sempurna. Evolusi pada dasarnya
berarti proses perubahan dalam jangka waktu tertentu. Dalam
konteks biologi modern, evolusi berarti perubahan frekuensi gen
dalam suatu populasi. Akumulasi perubahan gen ini
menyebabkan terjadinya perubahan pada makhluk hidup.
Buku ajar ini berisi materi mengenai pemahaman tentang
pengertian dan perkembangan teori evolusi, bukti dan petunjuk
evolusi, mekanisme evolusi, spesies dan spesiasi, hukum-hukum
terkait perkembangan evolutif makhluk hidup, pemahaman
evolusi dari aspek interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya, evolusi prokariot, protista dan tumbuhan, evolusi
primata, perkembangan menuju manusia modern serta tentangan
dan pencerahan evolusi. Materi buku ajar ini penulis rangkum
dari literatur yang tertera pada daftar pustaka.
Buku Evolusi ini merupakan buku ajar yang sangat
diperlukan dalam mata kuliah wajib Evolusi pada Program Studi
Pendidikan Biologi. Buku ajar ini dapat dipergunakan oleh
mahasiswa untuk mempermudah memahami konsep dasar
tentang evolusi.

Redaksi :
Kampus II UM Parepare
Jl. Jend. Ahmad Yani Km. 6 Parepare
Telp. (0421) 22757 Parepare
Email: umparpress@gmail.com

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PAREPARE
UMPAR PRESS

You might also like