You are on page 1of 18

PROJECT BASED LEARNING : SEBUAH INOVASI DALAM

MENGASAH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN


KETERAMPILAN SAINS SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR
Neli Liana1)
Dya Ayu Agustiana Putri2)
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Terbuka
1)
Neliliana408@gmail.com, 2)dyaayu.10034@gmail.com

Abstrak
Pendidikan seharusnya dapat menjadi tolak ukur dalam mencetak generasi bangsa di masa depan.
Sebagus apa pun kurikulum jika pembelajaran yang dilakukan seorang guru masih menggunakan
model konvensional maka tujuan dari pembelajaran itu sendiri tidak akan tercapai. Peran standar
kelulusan yang seharusnya dimiliki seorang siswa agar bisa menjadi output bangsa yang berkualitas
tidak akan dapat terpenuhi pada era revolusi industry 4.0 dan era society 5.0. Pentingnya siswa
dibekali kompetensi pemecahan masalah dan juga keterampilan sains yang akan sangat bermanfaat
dalam kehidupan sehari hari. Keterampilan tersebut hanya bisa didapat dengan berlatih dan diasah.
Peran guru adalah untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan tersebut. Maka perlu sebuah
perubahan dalam menggunakan metode pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk
mengembangkan kemampuan tersebut. Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan kunci.
Dari beragam model yang ada, model Project Based Learning menjadi pilihan yang dirasa tepat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literature. Berdasarkan hal tersebut,
penulis bertujuan untuk memaparkan penerapan Project Based Learning dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. Dari hasil yang diperoleh, Project Based Learning dapat memberikan dampak
positif terhadap perkembangan kemampuan pemecahan masalah dan meningkatkan keterampilan
Sains bagi siswa.

Kata Kunci : Project Based Learning, Kemampuan Pemecahan Masalah, Keterampilan Sains

PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menekankan pada penguasaan konsep dan
keterampilan proses ilmiah. Menurut Permendikbud (2016) menjelaskan bahwa mekanisme
Ilmu Pengetahuan Alam adalah proses menemukan hal-hal yang berhubungan dengan alam,
bukan hanya tentang bukti ilmiah, teori, namun juga berkaitan dengan dasar teori. Pada
tingkat sekolah dasar ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu komponen penting yang
wajib dipelajari siswa guna mengembangkan berbagai keterampilan yang menyangkut tentang
berbagai keterampilan kajian ilmu alamiah dasar. Ilmu Pengetahuan Dasar sebagai wadah
pada pengembangan kemampuan kognitif siswa untuk mengulas berbagai kajian atau
fenomena ilmu alam yang mereka perhatikan dan temui dalam kehidupan nyata.

1
Selain memahami konsep, dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa juga
diharapkan dapat mempunyai kemampuan dalam mengamati, berpikir, analitis, membuat
kesimpulan, dan juga mengkoneksikan semua menjadi satu keahlian menjadi keterampilan
Sains (Sari, et al, 2020). Selain keterampilan Sains, siswa juga dituntut untuk bisa memiliki
kemampuan pemecahan masalah supaya bisa mengkaji berbagai fenomena dan gejala alam
yang ada di sekitarnya. Sayangnya, sekarang ini penyajian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam yang diadakan di sekolah masih terbatas mengajarkan konsep saja. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan pada siswa kelas 6 SD Islam Al-Hikmah pada bulan September
2022 menunjukkan bahwa pada pembelajaran yang sering terjadi di lapangan masih
menggunakan pembelajaran konvensional yang sangat membosankan bagi siswa. Proses
belajar mengajar masih berasal dari satu arah yaitu guru dan siswa bersifat pasif hanya
menerima saja. Pada pembelajaran tingkat sekolah dasar sangat membutuhkan metode
mengajar yang lebih bervariasi dan inovatif. Kurikulum yang sudah beberapa kali
mengalami perubahan pun, permasalahan yang dihadapai siswa masih tetap sama
(Abdurahman, et al, 2022). Proses pembelajaran yaitu operasi konektivitas diantara pendidik
dan pembelajar dapat terjalin satu sama lainnya. Kurikulum terbaru yang digunakan
mendorong guru untuk mengaplikasikan berbagai variasi pengajaran yang mengasyikkan serta
melibatkan para pembelajar dalam kegiatan di kelas. Oleh sebab itu, transfer pengetahuan
yang dimanifestasikan pendidik kepada siswa dapat terkoneksi dengan baik dan siswa tidak
hanya memperoleh teori saja tetapi kebermaknaan belajar itu sendiri dan bersifat holistik bagi
diri pembelajar.
Proses belajar mengajar di sekolah dasar masih cenderung menggunakan metode
lawas berupa ceramah dan penugasan. Salah satu alasannya adalah dikarenakan metode
tersebut paling mudah digunakan. Banyaknya metode pembelajaran yang baru dan inovatif
tidak lantas mengubah cara atau kebiasaan lama. Hal ini berdampak pada kemampuan siswa
yang rendah dalam memecahkan masalah apalagi pada keterampilan pemecahan masalah dan
keterampilan Sains yang masih sangat jauh dari harapan. Berdasarkan hasil PISA (2019) yang
diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Co-Operation and Development )
literasi Sains Indonesia menduduki posisi deretan delapan terendah yaitu ranking 70 dari 78
negara partisipan dengan nilai rata-rata 396. Skor ini lebih kecil dari jumlah skor rata-rata
negara yang berpartisipasi yaitu 489. Bisa kita simpulkan dari hasil survei diatas bahwa siswa
di Indonesia belum memiliki keterampilan proses Sains yang bisa dibanggakan.
Sejalan dengan rendahnya literasi Sains pada penelitian yang sudah dilakukan tersebut
pada siswa sangat berhubungan erat dengan bagaimana sistem belajar mengajar Ilmu

2
Pengetahuan Alam di sekolah dasar selama ini. Dimana, pembelajaran menghafal dan hanya
satu arah (teacher centered) masih sangat mendominasi dan paling sering digunakan oleh
guru. Siswa selalu dijejali dengan materi yang begitu banyaknya dan dituntut untuk
mengingat serta menjawab latihan-latihan soal yang diberi belum masuk soal berkategori
High of Order Thinking Skills. Tanjung, et al (2020) menjelaskan bahwa pemecahan masalah
merupakan suatu keterampilan yang diperlukan oleh siswa dengan menggabungkan kajian
dan aturan yang telah didapatkan sebelumnya untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang
baru dan lebih komplek. Sehingga siswa tidak terbiasa untuk menggunakan kemampuan
pemecahan masalah dan keterampilan Sains yang dimilikinya. Masih banyak guru yang
menciptakan pemahaman kepada siswa bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah pelajaran
hafalan teori. Proses belajar seperti ini yang membuat siswa cenderung pasif dan
kemampuan pemecahan masalah tidak berkembang. Padahal sistem kuno tersebut sudah
sangat tidak relevan lagi di zaman sekarang ini, yang menuntut siswa memiliki keterampilan
bukan hanya konsep semata.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sejatinya lebih menekankan kepada siswa
merasakan pengalaman langsung untuk menggali kompetensi yang mereka miliki. Agar
siswa lebih bisa paham tentang materi, guru dapat memberi sebuah tugas proyek kepada
siswa. Menurut Fahrezi, et al (2020) menjelaskan bahwa Project Based learning atau metode
berbasis proyek berpengaruh kepada siswa dalam hal keantusiasan belajar. Guru hanya
memandu dan memotivasi siswa dan siswa diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk
mengembangkan diri dalam sebuah proyek sesuai dengan pemahaman siswa sendiri. Project
Based Learning menekankan pada keterlibatan aktif siswa dalam mengamati berbagai materi
Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar, khusunya kelas enam. Siswa mampu melakukan
berbagai jenis percobaan maupun permodelan untuk menggambarkan secara nyata dan aktual
berbagai konsep dan kajian ilmiah yang sedang siswa pelajari.
Salah satu capaian belajar adalah kemampuan untuk memecahkan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah didapatkan dari Project Based Learning yang dilaksanakan
siswa. Hal ini dikarenakan siswa diajak untuk mengkolaborasikan pemahaman mereka dan
mempraktikkanya secara langsung. Aapabila guru terbiasa menggunakan Project Based
Learning, maka kemapuan siswa dalam memecahkan masalah akan berkembang dan
keterampilan Sains juga akan meningkat. Seperti apa yang dijelaskan oleh Yulistiana, et al
(2020) bahwa guru perlu melakukan serangkaian proses kegiatan untuk membekali siswa
dengan kemampuan pemecahan masalah, salah satunya yaitu mengubah proses pembelajaran
yang cenderung membosankan selama ini menjadi lebih menarik. Banyak model

3
pembelajaran yang bisa digunakan pada pengajaran ilmu pengetahuan alam contohnya yaitu
model Project Based Learning yang menempatkan siswa sebagai centered dan guru berperan
menjadi fasilitator pada saaat proses belajar mengajar tersebut berlangsung.
Keterampilan Sains yang dimiliki siswa tergantung pada bagaimana seorang guru
menerapkan model pembelajaran yang sesuai di dalam kelas (Darmaji, et al, 2019) . Semakin
baik penerapan seorang guru maka semakin baik pula keterampilan yang didapat siswa.
Begitu pula dengan keterampilan Sains siswa, juga tergantung pada pernah atau tidaknya,
sering tidaknya, dan baik atau tidaknya seorang guru menerapkan model pembelajaran di
dalam kelas. Keterlibatan siswa dalam mengaplikasikan dan mendemonstrasikan suatu materi
menyebabkan siswa mendapatkan suatu pengalaman yang bermakna, artinya siswa tidak
hanya menggunakan kemampuan kognitifnya melainkan juga kemampuan motoriknya yang
berupa visual. Pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan banyaknya materi
yang disajikan, guru bisa menyajikan dan mempresentasikan pada sebuah kegiatan
pembelajaran aktif dimana siswa terlibat dalam proses tersebut.
Saat ini pemerintah mulai menerapkan kurikulum merdeka belajar pada sekolah-
sekolah, terutama di sekolah dasar. Salah satu karakteristik dari implementasi kurikulum
merdeka belajar adalah pelaksanaan proses belajar mengajar yang bersifat inovatif, interaktif,
serta efisien. Diantara banyak nya jenis model pembelajaran, Project Based Learning menjadi
pilihan yang tepat yang menginterpretasikan kekhasan kurikulum merdeka belajar. Project
Based Learning dianggap penting karena dapat mengembangkan kognitif dan psikomotorik
siswa. Siswanti, et al (2022) mengatakan tujuan pengaplikasian model Project based learning
adalah supaya siswa memiliki keterampilan Sains yang baik dan pemecahan masalah sehingga
pada pembelajaran siswa akan lebih inovatif. Project Based Learning menyajikan replika
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang sesungguhnya. Guru dalam hal ini harus bisa
menjadi fasilitator yang aktif dan kritis untuk mengembangkan kognitif dan psikomotorik
siswa agar tercipa atmosfir belajar yang hidup. Maka dari itu, perlu kolaborasi antara pendidik
dan pembelajar untuk saling melengkapi guna mengahasilkan sebuah produk pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan kurikulum yang sedang digunakan.
Menurut Elisabet, et al (2019) menjelaskan tentang model pembelajaran yang
mengasyikkan dan membuat semangat para pembelajar menimba ilmu yaitu model
pengajaran Project Based Learning. Konsep dari Project based learning adalah agar supaya
siswa melakukan aktivitas yang lebih komprehensif. Model Project Based Learning
memandu para pembelajar kedalam sebuah aktivitas proyek untuk menghasilkan suatu
produk. Kegiatan ini membuat keterampilan Sains siswa terbentuk dan dalam proses

4
pembelajarannya keterampilan pemecahan masalah juga akan terasah. Keterampilan Sains
yang dimiliki akan membuat siswa lebih bisa memahami apa saja dalam sudut pandang apa
pun. Keterampilan ini juga membuat siswa lebih terampil menghadapi masalah,
merencanakan segala sesuatu, menginterpretasi, mengolah informasi, dan komunikasi.
Harapannya keterampilan Sains ini akan sangat berguna bagi siswa itu sendiri.
Kemampuan kognitif siswa dapat meningkat apabila siswa mampu menganilis
masalah berdasarkan hasil observasi dan penggalian suatu permasalahan menurut standar
proses pengkajian kognitif. Keterampilan pemecahan masalah menjadi satu dari berbagai
kompetensi yang dimiliki pembelajar dalam mempelajari berbagai hal yang terjadi di alam.
Menurut Utami, et al (2018) keterampilan pemecahan masalah adalah suatu kemampuan
dalam mengambil sebuah keputusan berdasarkan proses yang telah diamati. Selain
keterampilan pemecahan masalah, siswa juga perlu diajarkan keterampilan Sains.
Keterampialn Sains merupakan sebuah dasar dari bagaimana siswa dapat mencerna dan
menyelesaikan suatu materi yang kompleks. Siswa dapat mengembangkan keterampilan Sains
yang dimilikinya dengan sering berlatih sehingga memunculkan adanya stimulan pada dirinya
untuk bisa mengembangkan kemamapuan kognitif yang dia gunakan dalam menganalisa
sebuah persoalan. Menurut Septantiningtyas, et al (2020: 16) menjelaskan bahwa
keterampilan Sains adalah suatu langkah-langkah yang prosedural dan sistematis berdasarkan
kajian ilmiah yang harus dilalui siswa untuk memperoleh suatu informasi baru. Siswa sekolah
dasar merupakan siswa kelas tinggi yang cara berfikirnya merupakan tahapan cara berfikir C4
dalam taksonomi Bloom. Dengan mengusai keterampilan Sains siswa dapat menyajikan teori-
teori yang ada menjadi sebuah gambaran ilmiah yang nyata dan tidak terpaut pada hafalan
materi saja. Dengan demikian, siswa perlu dipupuk untuk memiliki keterampilan Sains agar
dapat berfikir dan menganalisis sebuah objek permasalahan menggunakan cara penyelesaian
yang berbeda-beda.
Keamampun pemecahan masalah dan keterampilan Sains wajib dimilki oleh siswa
terutama siswa kelas tinggi sekolah dasar. Guru harus bisa menyeleksi serta mengaplikasikan
model pembelajaran pada pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Project Based Learning
menjadi pilihan guru guna mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam khusunya untuk
memecahkan persoalan tingkat kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan Sains
siswa yang rendah. Eliza, et al (2019) menyatakan bahwa Project Based Learning adalah
pilihan model pengajaran yang skenarionya menjadikan pembelajar sebagai tokoh utama dan
guru menjadi penyedia dan pemberi semangat. Project Based Learning pada penerapannnya
di pembelajaran mengharuskan adanya proses kolaboratif antara siswa dan guru. Guru dapat

5
menyajikan berbagai jenis proyek yang berkesesuaian dengan konsep yang sedang dibahas
lalu siswa kemudian mengerjakan proyek tersebut secara berkelompok sehingga dapat
membentuk dan membekali siswa dengan kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan
Sains. Dengan demikian, Project Based Learning dapat digunakan guru untuk
mempresentasikan berbagai jenis materi dalam Ilmu Pengetahuan Alam yang membutuhkan
analisis lebih lanjut dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang dikombinasikan dengan model
Project Based Learning memungkinkan guru dalam mendesain pembelajaran sesuai tahapan-
tahapan pelaksanaan model Project Based Learning. Ada enam tahap pengaplikasian model
Project Based Learning menurut Anggraini, et al (2021) yaitu penentuan jenis proyek,
membuat tahapan proyek, membuat agenda pengaktualisasian proyek, pelaksanaan proyek,
melaporkan hasil proyek, dan menilai hasil proyek. Langkah-langkah tersebut harus tersusun
secara sistematis dan tidak boleh dihilangkan pada salah satu dari komponennya. Guru dapat
berinovasi dengan membuat persolaan atau proyek yang dapat dikerjakan siswa lebih inovatif
dan sesuai dengan kondisi zaman yang semakin berkembang. Proyek yang dihasilkan oleh
guru untuk siswa seharusnya disesuaikan dengan kurikulum merdeka belajar yang sedang
diterapkan dan permasalahan-permasalahan yang disajikan termasuk dalam permasalahan
aktual juga sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa sekarang sehingga guru dapat
mengaplikasikan langkah-langkah model Project Based Learning pada kegiatan menimba
ilmu mulai awal hingga akhir namun guru juga bisa mengembangkan dan mengemas langkah-
langkah Project Based Learning tersebut lebih kreatif dan lebih inovatif sehingga dapat
mendorong siswa sekolah dasar mempunyai kemampun pemecahan masalah dan keterampilan
Sains yang mumpuni.
Merujuk pada hasil pengamatan yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Al-Hikmah
pada Bulan September 2022 kelas 6 sekolah dasar ditemukan beberapa permasalahan yaitu
siswa masih menjawab soal hanya bersumber dari buku pelajaran saja dan belum bisa
mengembangkan jawaban yang siswa miliki. Selain itu pada proses keterampilan siswa hanya
melakukan langkah-langkah Sains berdasarkan hafalan yang ada pada buku pelajaran dan
bukan merupakan hasil pengembangan dari analisis visual yang siswa itu terapkan. Project
Based Learning dapat diaplikasikan oleh guru pada pembelajaran. Keunggulan dari model
pembelajaran ini yaitu adanya komunikasi belajar secara dua arah (Jusita, et al, 2019). Guru
dan siswa dapat memunculkan suatu pembelajaran interaktif yang dapat digunakan untuk
menganalisis sebuah konsep pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Menurut Suhanda, et al
(2018) siswa lebih bersemangat ketika proses pembelajaran dan keterampilan observasi dan

6
keterampilan korespondensi siswa berkembang jika diterapkan Project Based Learning di
kelas. Diharapakan Project Based Learning mampu mengasah kognitif siswa pada aspek
pemecahan masalah serta psikomotorik siswa dalam hal keterampilan Sains. Dengan
demikian, penilitian ini bertujuan untuk menganalisa dan membahas bagaimana Project Based
Learning berperan dalam menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan keterampilan Sains siswa sekolah dasar, khususnya pada jenjang kelas enam.

METODE
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang dijalankan dengan studi
literature variable yang terkait dari berbagai sumber. Ramdhan (2021) menjelaskan penelitian
dengan metode deskriptif kualitatif menggambar hasil penelitian dan lebih mengarah
melakukan analisis. Ada dua tujuan metode penelitian kualitatif menurut Anggito, et al (2019)
yaitu mendeskripsikan dengan mengeksplorasi dan mendeskripsikan dengan menerangkan..
Penelitian ini memfokuskan kepada proses yang mengacu pada landasan teori sehingga arah
kajian relevan dengan data nyata di lapangan. Informasi dari berbagai sumber dijadikan
sebuah penguatan yang mendukung penelitian ini. Tentu saja dari semuanya dianalisis
terlebih dahulu berdasarkan hasil realita yang diadapatkan. Kemudian dijadikan sebuah
rujukan yang menunjang serta menguatkan satu sama lain.
Menurut Fadli (2021) studi literatur atau biasa disebut juga dengan studi pustaka
merupakan sebuah metode yang datanya diperoleh dari berbagai sumber literatur. Data data
tersebut dikaji secara mendalam hingga menemukan suatu gagasan yang kemudian dijadikan
sebuah refleksi serta penguatan yang mendukung penelitian. Oleh sebab itu, penelitian dengan
metode ini membutuhkan banyak kajian yang harus digali, dipahami, dan digabungkan satu
sama lain hingga membuat satu kesatuan yang utuh dan saling berintegrasi makna dan
informasinya. Dengan demikian tercipta sebuah hasil penilitian yang kuat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Karena pada dasarnya hasil-hasil dari berbagai kajian tersebut pun
sudah melalui penelitian yang akurat.
Menurut Restu (2021) studi literatur berfokus pada hasil-hasil penelitian terdahulu
sebagai rujukan pembuatan hipotesis antar variabel. Pada penelitian ini berfokus pada tiga
variabel yaitu Project Based Learning, kemampuan pemecahan masalah, dan keterampilan
sains siswa. Hubungan ketiga variabel ini dicari berdasarkan hasil kajian literature
sebelumnya yang sesuai dan bisa menjadi rujukan dasar penelitian serta hasil dari peneilitian
ini. Oleh sebab itu perlu pengkajian yang menyeluruh dan seksama atas literatur-literatur yang
terkait hingga menemukan titik terang yang sama yang mendukung penelitian ini. Sesuai

7
metode yang telah dijelaskan diatas, maka penulis melakukan analisis dari berbagai sumber
yang sesuai dengan apa yang menjadi topik pembahasan penulis. Menurut Sherly (2021)
langkah metode deskriptif kualitatif yaitu mengumpulkan data literatur, memahami, kemudian
menyadur lalu menggodok data hasil penelitian. Penulis mengumpulkan data menganalisis
kemudian menginterpretasi semua bahan yang relevan. Setelah itu, penulis menyusun semua
informasi dan semua data dalam tulisan yang sistematis dan terstruktur sehingga
menghasilkan sebuah tulisan yang memuat data-data hasil penelitian sebelumnya tetapi
memilki rasa hasil penelitian yang baru dan bahkan cenderung memiliki hasil yang kuat dan
dapat dipertanggungjawabkan validitas serta keakuratanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pendidikan adalah hal yang sangat urgen pada diri manusia. Ibarat kata pendidikan
merupakan pintu gerbang sebuah kesuksesan. Mengingat betapa pentingnya pendidikan
apalagi di era modern dan digitalisasi saat ini sehingga perlu dilakukan usaha-usaha untuk
mencetak sumber daya manusia yang bisa bersaing. Maka sebuah tantangan besar bagi dunia
pendidikan saat ini untuk menghasilkan lulusan yang memiliki daya keterampilan tinggi.
Sejalan dengan Undang-Undang (2003) Pasal 3, arah pendidikan Indonesia adalah guna
mencetak generasi bangsa yang memilki IMTAK dan IPTEK serta keterampilan, keahlian,
independen, dan demokratis.
Berkembangnya peradaban suatu bangsa juga bisa dilihat pada sisi pendidikannya
termasuk kualitas standar kelulusanya. Sebuah tantangan besar bagi pendidikan di Indonesia
untuk mempersiapkan siswa yang tidak hanya memahami konsep saja tapi juga memiliki
kemampuan pemecahan masalah dan juga keterampilan Sains yang mumpuni yang nantinya
bisa diterapkan dalam kehidupan nyata. Saat ini, pemerintah sedang mengupayakan
pergantian kurikulum teranyar sebagai pengganti kurikulum 2013, yang bernama kurikulum
merdeka belajar. Menurut Indarta, et al (2022) kurikulum merdeka belajar lebih
memfokuskan pada penggalian bakat yang dimiliki siswa Sesuai namanya kurikulum ini lebih
memerdekakan guru serta siswa dalam belajar dan mengajar. Kurikulum merdeka
memberikan cukup kesempatan kepada siswa untuk tidak hanya belajar konsep juga
memantapkan keterampilannya. Oleh karena itu, salah satu karakteristik dari kurikulum
merdeka adalah pembelajaran berbasis proyek yang orientasinya membangun keterampilan
dan kepribadian sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Tuntutan kurikulum merdeka adalah untuk menciptakan pembelajaran yang mampu
menghidupkan semangat belajar siswa dan membangun proses belajar dari pada diri individu

8
siswa. Guru hanya berperan menjadi fasilitator, bukan lagi sebagai pentransfers ilmu atau
pengajar. Guru menciptakan iklim belajar dan memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada
siswa untuk mengaktualisasikan dirinya. Guru memiliki kebebasan dalam merancang,
mengaplikasikan, menilai serta mengambil langkah dalam melaksanakan pembelajaran
(Sutrisna, et al, 2022). Guru memberikan akses berkarya kepada siswa. Salah satunya yaitu
dengan Project Based Learning. Dengan menciptakan peluang kepada siswa untuk andal
mencari informasi serta menghasilkan sebuah karya. Dengan kegiatan ini siswa akan belajar
tentang keterampilan proses. Sehingga belajar tak hanya sebatas memahami konsep tetapi
bagaimana belajar itu bisa mempertajam kemampuan siswa dalam memecahkan masalah serta
mengasah keterampilan Sains siswa.
Karya yang dihasilkan oleh siswa dari kegiatan proyek yang siswa sendiri lakukan
akibat hasil pengimplikasian Project Based Learning dalam proses belajar akan menjadi
sebuah bukti nyata dari keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Banyak aspek yang dirangsang
untuk berkembang dengan diterapkannya model belajar ini. Menurut Asmawati, et al (2019)
keterampilan sebagai hasil yang diperoleh dari penggunaan Project Based Learning sangat
berguna di kehidupan nyata para pembelajar. Siswa terbiasa dalam merencanakan segala
sesuatu dan mengatur strategi dalam menghadapi berbagai permasalahan yang timbul.
Sehingga tidak salah jika model pembelajaran ini sangat direkomendasikan untuk
diaplikasikan dalam pemberian materi Ilmu Pengetahuan Alam tentang rangkaian listrik.
Bahkan tak hanya pada disiplin Ilmu Pengetahuan Alam saja, Project Based Learning juga
bisa diaplikasikan dalam mata pelajaran yang materinya menuntut siswa memiliki
keterampilan proses lainnya.
Project Based Learning pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Tuntutan kurikulum saat ini adalah bagaimana mengemas pembelajaran yang
menyenangkan dan tentu saja bermakna bagi siswa. Belajar akan menjadi semakin bermakna
apabila siswa merasakan secara langsung apa yang disampaikan pada pembelajaran dengan
menyaksikan secara langsung daripada hanya mendengarkan guru memberikan materi
pembelajaran seperti metode konvensional ceramah. Terdapat begitu beragamnya strategi
yang bisa dipilih oleh pendidik guna melahirkan suasana belajar yang menggugah motivasi
pembelajar serta menumbuhkan kebermaknaan belajar salah satunya yaitu model Project
Based Learning. Project Based Learning yaitu model pembelajaran kontekstual yang dengan
kegiatan kompleks dan siswa bebas berkarya melaksanakan proyek bersama untuk
mengahasilkan sebuah produk. Menurut Putri (2020) Project Based Learning memilki
tahapan berupa serangkaian kegiatan yang dirancang secara sistematis yang telah

9
disinkronkan sesuai ketertarikan siswa, keperluan siswa dan keadaan siswa sehingga lebih
berani mengaktualisasikan konsep menjadi sebuah produk. Model pembelajaran ini
menempatkan siswa menjadi prioritas nomor satu. Tentang apa yang menjadi keinginan dan
kebutuhan siswa menjadi pertimbangan pertama untuk menentukan tahapan selanjutnya.
Project Based Learning menjadi pilihan pembelajaran yang menempatkan para pembelajar
menjadi pihak yang aktif berperan dalam kegiatan belajar di kelas.
Project Based Learning erat kaitannya dengan dunia nyata. Dalam pelaksanaanya para
pembelajar disambangi berbagai masalah yang masih berhubungan dengan materi yang
sedang mereka pelajari. Kemudian siswa dituntut untuk memecahkannya. Setelah itu,
pembelajar dituntut untuk menciptakan sebuah produk berdasarkan masalah-masalah yang
telah dipecahkannya. Dengan penerapan model ini di dalam kelas membuat siswa belajar
tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan sesuatu. Ketiga kegiatan tersebut
melambangkan sebuah proses yang berkesanambungan, yang disebut keterampilan proses
(Ramadhani, 2021). Dengan penerapan Project Based Learning juga, yang namanya
pembelajaran bermakna akan dirasakan pada diri individu pembelajar. Hal ini disebabkan
karena setiap individu berproses langsung dalam kegiatan pembelajaran. Bahkan, bisa jadi
dalam proses nya siswa menemukan sesuatu yang baru atau menyempurnakan konsep yang
telah ada. Maka dari itu, model Project Based Learning bisa menjadi jembatan menuju
tercapainya tujuan akhir sebuah pendidikan.
Model pembelajaran Project Based Learning mengubah pembelajar lebih memiliki
interaksi dengan lingkungannya contohnya teman sebaya. Dengan pelaksanaanya, antar siswa
menjadi saling termotivasi satu sama lain, saling bekerjasama membangun dan mensinergikan
ide-ide mereka dalam sebuah proyek. Para siswa juga belajar saling menghormati perbedaan
pandangan dan pendapat selama berproses. Dengan kata lain, siswa belajar berdemokrasi.
Sejalan dengan Pratiwi, et al (2018) menyatakan Project Based Learning yaitu metode yang
terbukti menumbuhkan kerjasama antar pembelajar serta hasil belajar pembelajar itu sendiri.
Berbanding lurus dengan filosofi manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
dan selalu membutuhkan pertolongan orang lain, siswa sekolah dasar perlu dilatih untuk
membiasakan dirinya untuk terbiasa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Melatih
siswa memiliki kemandirian sekaligus pandai bersosialisasi juga merupakan tugas guru.
Dengan menerapkan Project Based Learning bisa menjadi solusi guru untuk mengasah
kemampuan siswa dalam berinteraksi secara sehat dengan orang lain.
Mengubah pemikiran siswa bahwa belajar IPA merupakan kebutuhan bukan hanya
kewajiban dapat dilakukan dengan mengajak siswa untuk memahami materi IPA melalui

10
dimensi yang berbeda. Tidak cukup melihat dari satu sisi yaitu konsep saja akan tetapi kepada
proses dan produk. Menurut Wisudawati, et al (2022) kebermaknaan penting diajarkan dalam
belajar IPA. Mengaitkan materi IPA dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam
keseharian siswa dapat membuat siswa lebih memaknai tentang materi yang siswa pelajari.
Terlebih lagi, dengan bantuan penerapan Project Based Learning siswa dapat menghasilkan
sesuatu yang lain dari sekedar pemahaman dan kebermaknaan konsep itu sendiri. Siswa diajak
untuk memainkan peran sebagai seorang ilmuwan yang sedang mengembangkan suatu teori
atau membuktikan sesuatu. Dengan harapan suatu saat, akan muncul jiwa-jiwa peneliti yang
akan mengembangkan ilmu pengetahuan atau bahkan menemukan ilmu baru yang mengubah
peradaban dunia.

Keterampilan Sains Siswa Sekolah Dasar


Ilmu Pengetahuan Alam merupakan disiplin ilmu yang bersifat wajib di sekolah dasar.
Tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan harus meliputi kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pembelajaran yang diterapkan di sekolah dasar harus mengacu pada ketiga
konsep tersebut. Untuk mengkur berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran perlu diperlukan
penilaian yang menyeluruh pada ketiga ranah tersebut. Sesuai dengan taksonomi Bloom
dalam Sapriati, et al, (2021) siswa harus dilatih kemahirannya dalam ketiga aspek meliputi
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Disini, peran guru sangatlah penting dalam menggali
potensi peserta didik untuk memilki ketiga kompetensi tersebut. Menjadi hal yang mustahil
hal itu bisa terwujud jika guru tidak pernah mengupgrade ilmu pengetahuan dan strategi
mengajarnya dalam kelas. Hal ini tidak akan bisa terealisasi jika guru tidak ada upaya untuk
merubahnya.
Selama ini dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam khusunya pada jenjang sekolah
dasar hanya menekankan pada ranah kognitif saja. Untuk ranah psikomotorik masih jarang
tersentuh. Aspek psikomotorik Ilmu Pengetahuan Alam salah satunya adalah keterampilan
Sains. Keterampilan Sains memiliki dua aspek yaitu proses dan produk (Wijaya, et al, 2019).
Guru memiliki peranan yang fundamental untuk mengasah keterampilan Sains bagi anak
didiknya. Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Sunanto (2021) pengetahuan kognitif
siswa tergantung pada keterampilan proses Sains siswa. Dari sini kita bisa mengambil
kesimpulan pentingnya mengajarkan keterampilan Sains bagi siswa sekolah dasar. Dan
pentingnya seorang guru mencari sebuah perangkat pembelajaran yang tepat dan cocok agar
bisa mengakomodir ketiga ranah tujuan pendidikan itu sendiri.

11
Karakteristik siswa sekolah Sekolah Dasar kelas 6
Pembelajaran pada jenjang sekolah dasar terdiri dari dua kategori yaitu kelas rendah
dan kelas tinggi. Untuk jenjang kelas 4, kelas 5, dan kelas 6 masuk ke dalam kategori kelas
tinggi. Usia siswa kelas enam berkisar antar 11-13 tahun. Usia ini menurut Jean Piaget dalam
(Sapriati, et al, 2022) memasuki fase tahap akhir dari tahap konkret operasional dan siap
memasuki fase tahap formal operasional. Usia ini memilki karakteristik berfikir secara konkrit
dan mulai berfikir secara logis. Oleh sebab itu sangat krusial bagi pendidik untuk menentukan
strategi mengajar yang tepat berdasarkan karakteristik pembelajar kelas 6. Dimana pembelajar
mulai bisa berfikir kritis juga pembelajar sudah bisa diajak kerjasama dengan baik.
Seorang guru wajib mengetahui karakteristik siswanya. Menurut Astini (2020)
menjelaskan bahwa karakteristik siswa sekolah dasar penting diketahui oleh guru agar guru
dapat melakukan penguatan untuk melejitkan potensi kecerdasan yang dimiliki siswanya
sesuai dengan kehendak siswa dan keinginan orang tua. Untuk menjadi guru yang efektif itu
harus memiliki kepahaman atas apa yang diajarkan dan mampu menyampaikannya dengan
strategi yang cocok dengan materi yang diajarkan serta mampu menggugah atensi belajar
siswa (Felicia, 2021). Penting bagi siswa untuk sedari awal dikenalkan dan diberi peluang
untuk bersosialisasi dan membina hubungan dengan orang lain. Dengan model Project Based
Learning siswa menimba ilmu guna berinteraksi baik dalam hubungan individu maupun
berkelompok. Dengan seringnya siswa bekerjasama satu sama lain, siswa semakin bijak
dalam menghadapi masalah, mengambil keputusan, juga menghargai perbedaan. Dan salah
satu kegiatan yang mampu mengakomodir hal tersebut yaitu model Project Based Learning.
Berdasarkan kajian yang dilakukan Pratiwi, et al (2018) Project Based Learning merupakan
kegiatan memahirkan ilmu yang dilakukan siswa secara berkelompok yang saling
bekerjasama untuk membuat sebuah produk. Siswa diarahkan saling bersinergi agar kegiatan
proyek yang mereka kerjakan bisa berlangsung sukses serta menciptakan hasil karya produk.
Kegiatan pembelajaran dalam Project Based Learning memberikan efek positif bagi
pengembangan karakter pada siswa. Siswa secara berkelompok belajar bertanggung jawab
atas tugas yang diberikan guru dalam menyelesaikan proyeknya dengan baik. Yang secara
otomatis siswa akan saling bahu membahu, saling mengisi berbagai sisi positif dan negatif
antar anggota kelompok, dan berjuang bersama-sama menyelesaikan tahap demi tahap
kegiatan dari proyek yang diberikan guru. Hal ini sejalan dengan hasil kajian yang
dilaksanakan oleh Rahayu, et al, (2020) Project Based Learning terindikasi sukses
mewujudkan kekompakan kelompok siswa. Umumnya siswa pada tingkat Sekolah Dasar
masih memilki egosentris yang melekat pada dirinya. Bagaimana mereka mengolah emosi

12
pada diri mereka hingga melebur menjadi kekompakan dalam sebuah kegiatan proyek sangat
penting untuk dilatih secara kontinyu. Melalui serangkaian kegiatan Project Based Learning
siswa dituntut untuk belajar kerjasama dalam sebuah tim dan pada akhirnya akan
menumbuhkan karakter-karakter yang melekat pada diri siswa.
Project Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Hakikat belajar pada dasarnya adalah bukan hanya ‘apa dan bagaimana’ suatu hal bisa
terjadi akan tetapi lebih kepada “alasan” mengapa sesuatu itu menjadi seperti itu. Oleh karena
itu tujuan dari sebuah pendidikan adalah bukan hanya sekedar ‘tahu’ saja tetapi juga mampu
mengaplikasikan dalam kehidupan nyata. Disnilah pentingnya sebuah keterampilan
pemecahan masalah. Keterampilan ini sangat berperan penting dalam kehidupan nyata siswa
sehari-hari. Menurut Maharani (2018) kemampuan pemecahan masalah dapat dikuasai siswa
jika siswa memilih teknik yang sesuai dengan solusi penyelesaian. Oleh sebab itu
keterampilan ini tidak didapat begitu saja tetapi butuh dilatih secara kontinu dan sejak dini
diajarkan yaitu sejak siswa di jenjang sekolah dasar. Siswa sekolah dasar merupakan tahapan
awal siswa belajar tentang kemandirian. Siswa perlu dilatih untuk mengembangkan daya nalar
mereka sendiri hingga mampu membuat sebuah keputusan tentang masalah-masalah yang
dihadapinya.
Salah satu usaha yang ditempuh guna membentuk siswa memiliki kompetensi
pemecahan masalah adalah denagn pemilihan metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
Menurut Ramadhani (2021) Project Based Learning menjembatani antara pengetahuan
kognitif dengan pengalaman kemudian menjadikannya sebuah aksi nyata. Dikatakan sebuah
aksi nyata karena melalui Project Based Learning siswa menerapkan apa yang telah menjadi
pemahamannya ke dala suatu kegiatan proyek. Tanpa memahami konsep, tentu siswa juga
akan kesulitan dalam menjalankan proyek. Begitupun sebaliknya tanpa proyek maka
pengetahuan pemahaman siswa juga akan menjadi tidak bermakna. Disinilah peranan model
Project Based Learning, yang menghubungkan aspek-aspek tersebut menjadi saling
menunjang serta mendukung satu sama lain hingga menjadi satu kesatuan. Oleh sebab itu,
bisa dikatakan Project Based Learning berhasil menggali dan menggabungkan tiga
kompetensi dasar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang dapat diterapkan di kleas
juga dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut hasil penelitian Sunita (2019) mengungkapkan model Project Based Learning
mampu membuat suasana kelas menyenangkan, individu pembelajar belajar secara nyata,
mencari informasi seluas-luasnya dan mampu mengaplikasikan di kehidupan nyata. Ketika
pembelajar sering dilatih dalam memecahkan masalah dan mengembangkan keterampilan

13
Sains, siswa akan menjadi pembelajar sejati dan lebih cerdas dalam menyelesaikan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah juga dapat siswa pelajari dari interaksi yang mereka lakukan
selama pembelajaran Project Based Learning ini. Tentang bagaimana siswa membina
hubungan dengan temannya, saling bekerjasama, dan saling tolong menolong dalam
menyelesaikan proyek. Keterampilan ini mengasah kemampuan sosial mereka. Seperti yang
diungkapkan oleh Sutrisna (2019) yang menjelaskan bahwa pembelajar diberikan keleluasaan
yang luas guna saling berbincang serta berpendapat dengan anggota kelompok yang lain
dalam Project Based Learning. Karena keterampilan bisa berarti luas. Justru masalah dari
dimensi sosial lah yang banyak kita hadapi dalam dunia nyata. Berkesesuaian pendapat Hobri,
et al (2020) yaitu kemampuan pemecahan masalah adalah tingkat berfikir seseorang yang
paling kompleks. Tetapi tidak menutup kemungkinan kemampuan ini dapat dilatih dan digali
pada diri siswa sekolah dasar dengan syarat dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus
menerus.
Project Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Sains
Dewasa ini keterampilan Sains adalah suatu kompetensi yang mulai dikembangkan juga
dikuasai oleh setiap individu pembelajar. Keterampilan Sains tentang siswa mengobeservasi
sesuatu, mengkalisifikasi, mengukur sesuatu, mengkomunikasikan hal, menginferensi
pernyataan, memprediksi apa yang akan terjadi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta
mengenal bilangan (Sapriati, et al, 2021). Beberapa hal tersebut merupakan beberapa
keterampilan dasar Sains yang bisa dilatihkan kepada siswa. Kenyataan di lapangan, siswa
masih memilki kendala dalam memahami materi dan juga keterampilan Sains yang tidak
berkembang. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang diterapkan guru dalam kelas masih
dominan konvensional. Guru kerap kali menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan
suatu konsep. Padahal yang dibutuhkan siswa adalah keterampilan Sains guna memudahkan
siswa menguasai konsep atau bahkan menguatkan konsep yang telah mereka fahami.
Ketika sebuah kelas mengimplemenatsikan Project Based Learning di dalam proses
belajar mengajarnya, maka pembaruan akan terjadi. Siswa akan belajar berproses
mengaktifkan daya fikirnya ketika dihadapkan suatu kejadian atau masalah. Menurut
Karomatunnisa, et al, (2022) Model Project Based Learning merupakan model pembelajaran
yang bisa mengaktualisasikan dan mengasah kemampuan sains siswa. Model pembelajaran ini
mengajak peserta didik terjun ke lapangan secara langsung dan berproses secara aktif dalam
merencanakan, menentukan langkah, mengatur strategi, mengolah informasi serta
menghubungkannya satu dengan yang lain hingga membentuk suatu keterampilan yang
disebut keterampilan sains. Dan proses untuk mengasah keterampilan sains ini tidak instan

14
dan tidaklah mudah. Dalam penerapan Project Based Learning dibutuhkan persiapan yang
matang harus disiapkan oleh pengajar. Awalnya mungkin akan banyak kendala yang dihadapi
baik dari guru maupun siswa. Akan tetapi akhir yang diperoleh tidak akan mengecewakan
diantarannya kemampuan keterampilan Sains para siswa akan tergali dengan baik. Menurut
hasil kajian yang dilaksanakan oleh Nurjanah, et al (2021) kelas yang diterapkan Project
Based Learning pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam memiliki hasil keterampilan
proses Sains yang tinggi dibandingkan kelas yang menerapkan metode konvensional. Metode
konvensional yang dimaksud adalah sebuah proses belajar mengajar dimana guru menjadi
pemain utamanya sedangkan siswa hanya sebagai penonton seperti metode pembelajaran
ceramah dan penugasan.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki kemampuan dan kelebihan sendiri-sendiri. Tugas
untuk memfasilitasi agar setiap siswa berkembang baik secara kognitif, afektif, maupun
secara proses. Agar ketiga aspek tersebut bisa terakomodasi pilihan model pembelajaran
Project Based Learning dapat menjadi pilihan. Fitriyani, et al (2018) menjelaskan bahwa
pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan keterampilan Sains siswa sebab
siswa terlibat langsung dalam aktivitas pembelajaran dan siswa juga diajak berfikir secara
mendalam. Dengan penerapan Project Based Learning membuat siswa terampil dalam
mengimplemantasikan pengetahuan mereka dengan sebuah karya nyata. Project Based
Learning lebih mengedepankan keaktifan siswa sebagai pelaku pembelajar. Dalam
pelaksanaannya siswa di lapangan akan menemukan beberapa problem yang menuntut siswa
untuk terbiasa memecahkan masalah. Sehingga otomatis kemampuan pemecahan masalah
akan mengalami kemajuan ke arah yang postitif.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan pemaparan dan data yang telah dijelaskan, Implementasi Project Based
Learning pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar mampu
menumbuhkan kemampuan siswa khususnya kemampuan memecahkan masalah juga
mengembangkan keterampilan Sains siswa. Guru harus mampu memainkan peran guru
sebagai pengajar juga sebagai fasilitator serta mampu memahami karakteristik siswa yang
berbeda-beda. Dengan memilih model pembelajaran Project Based Learning guru bisa
mengakomodir kebutuhan siswa yang beragam. Serta Implementasi Project Based Learning
sehaluan dengan karakteristik kurikulum merdeka saat ini. Sehingga bisa ditarik sebuah hasil
akhir yaitu model Project Based Learning menjadi pilihan tepat bagi guru untuk mengajarkan
Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, A., Ruhyadi, S. G. S. A., & Binasdevi, M. (2022). Implementasi Model Project
Based Learning (PJBL) Dalam Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Di Kelas
Tinggi MI/SD. AL-IBANAH, 7(2).

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak
Publisher).

Asmawati Ilyas, Muhammad Wijaya, Muhammad Danial. 2019. “Pengembangan Modul


Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Untuk Meningkatkan
Life Skills Peserta Didik Kelas Xi Ipa Sma Negeri 18 Bone (Studi Pada Materi
Pokok Koloid.” Chemistry Education Review 2(2):16–39.

Astini, N. W., & Purwati, N. K. R. (2020). Strategi Pembelajaran Matematika Berdasarkan


Karakteristik Siswa Sekolah Dasar. EmaSains, 9(1), 1-8.

Darmaji, D., Kurniawan, D. A., & Irdianti, I. (2019). Physics education students’ science
process skills. International Journal of Evaluation and Research in
Education, 8(2), 293–298.https://doi.org/10.11591/ijere.v8i2.28646

Depdiknas. (2016). Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, Permendiknas No. 21 Tahun
2016.

Elisabet, E., Relmasira, S. C., & Hardini, A. T. A. (2019). Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL). Journal of Education Action Research, 3(3), 285-291.

Eliza, F., Suriyadi, S., & Yanto, D. T. P. (2019). Peningkatan Kompetensi Psikomotor Siswa
Melalui Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) di SMKN 5
Padang. INVOTEK: Jurnal Inovasi Vokasional Dan Teknologi, 19(2), 57-66.

Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian kualitatif. Humanika, Kajian Ilmiah
Mata Kuliah Umum, 21(1), 33-54.

Fahrezi, I., Taufiq, M., & Akhwani, A. (2020). Meta-Analisis Pengaruh Model Pembelajaran
Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru, 3(3), 408-415.

Felicia, Nisa. 2021. Perkembangan Diri Peserta Didik. Universitas Terbuka.

Hobri, Ummah, I. K., Yuliati, N., & Dafik. (2020). The effect of jumping task based on
creative problem solving on students’ problem solving ability. International
Journal of Instruction, 13(1), 387–406. https://doi.org/10.29333/iji.2020.13126a

Indarta, Y., Jalinus, N., Waskito, W., Samala, A. D., Riyanda, A. R., & Adi, N. H. (2022).
Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran Abad 21
dalam Perkembangan Era Society 5.0. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(2),
3011-3024.

16
Jusita, M. L. (2019). Implementasi model pembelajaran berbasis proyek (Project based
learning) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Jurnal Teori dan
Praksis Pembelajaran IPS, 4(2), 90-95.

Karomatunnisa, A. Z. A., Sholih, J. A. U., Hanifah, N., & Prihantini, P. META ANALISIS
MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN ABAD 21. Jurnal
Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, 13(2), 522-528.

Nurjanah, N., & Cahyana, U. (2021). Pengaruh Penerapan Online Project Based Learning
Dan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas IV Pada
Pelajaran IPA Di SD Nasional 1 Kota Bekasi. Buana Pendidikan: Jurnal
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unipa Surabaya, 17(1), 51-58.

Putri, D. A. A. Project Based Learning as a Means of Entrepreneurship Values Education in


Elementary School Children. In Social, Humanities, and Educational Studies
(SHEs): Conference Series (Vol. 4, No. 1, pp. 5-13).

Pratiwi, I. A., Ardianti, S. D., & Kanzunnudin, M. (2018). Peningkatan kemampuan


kerjasama melalui model project based learning (PjBL) berbantuan metode
edutainment pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Refleksi Edukatika:
Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(2).

Rahayu, D., Puspita, A. M. I., & Puspitaningsih, F. (2020). Keefektifan Model Project Based
Learning Untuk Meningkatkan Sikap Kerjasama Siswa Sekolah
Dasar. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 7(2).

Ramadhani, S. P., Zulela, M. S., & Fahrurrozi, F. (2021). Analisis Kebutuhan Desain
Pengembangan Model IPA Berbasis Project Based Learning Untuk
Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4),
1819-1824.

Ramdhan, M. (2021). Metode Penelitian. Cipta Media Nusantara.

Restu, H., Saputra, H. M. I., Aris Triyono, S. E., & Suwaji, S. E. (2021). Metode Penelitian.
Deepublish.

Sapriati, Amalia, dkk. (2022). Pembelajaran IPA di SD. Universitas Terbuka.

Sari, Y., Luvita, R. D., Cahyaningtyas, A. P., Iasha, V., & Setiawan, B. (2020). Pengaruh
Metode Pengaruh Penerapan Online Project Based Learning Dan… P-ISSN:
1693-8585 E-ISSN: 2622-9218 Buana Pendidikan Vol. 17 No. 1 (2021) | 58
Pembelajaran Struktural Analitik Sitentik terhadap Kemampuan Menulis
Permulaan di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 1125–1133.
Septantiningtyas, N., & Hakim, M. R. L. (2020). Konsep Dasar Sains 1. Penerbit Lakeisha.

Siswanti, L., Yusnaidar, Y., & Subagyo, A. (2022). Penerapan Model Project Based Learning
Pada Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Peserta
Didik SMPN 30 Muaro Jambi:(Application of Project Based Learning Model in

17
Science Learning to Improve Students' Science Process Skills SMPN 30 Muaro
Jambi). BIODIK, 8(3), 110-114.

Suhanda, S., & Suryanto, S. (2018). Penerapan pembelajaran kimia berbasis proyek untuk
meningkatkan keterampilan proses Sains siswa kelas X SMA Negeri 2
Purworejo. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 12(2).

Sunita, N. W., Mahendra, E., & Lesdyantari, E. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran
Project Based Learning terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar Matematika
Peserta Didik. Widyadari: Jurnal Pendidikan, 20(1).

Sutrisna, G. B. B., Sujana, I. W., & Ganing, N. N. (2020). Pengaruh Model Project Based
Learning Berlandaskan Tri Hita Karana Terhadap Kompetensi Pengetahuan
Ips. Jurnal Adat dan Budaya Indonesia, 1(2), 84-93.

Suttrisno, Yulia, N. M., & Fithriyah, D. N. (2022). Mengembangkan Kompetensi Guru Dalam
Melaksanakan Evaluasi Pembelajaran di Era Merdeka Belajar. ZAHRA:
Research And Tought Elmentary School Of Islam Journal Of Islam Journal,
3(1), 52–60.

Utami, F. N., & Pusari, R. W. (2018). Analisis Kemampuan Kognitif Pemecahan Masalah
Anak Dalam Bermain Balok. Jurnal Audi: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Anak Dan
Media Informasi PAUD, 3(2), 70-79.

Wijaya, I. B., & Darmayanti, N. W. S. (2019, August). Mengembangkan Keterampilan


Generik Sains pada Siswa Sekolah Dasar untuk Menyongsong Era Revolusi
Industri 4.0. In Prosiding Seminar Nasional Dharma Acarya (Vol. 1, No. 1).

Yulistiana, Y., & Setyawan, A. (2020). Analisis Pemecahan Masalah Pembelajaran IPA
menggunakan Model Problem Based Learning SDN Banyuajuh 9. Prosiding
Nasional Pendidikan: LPPM IKIP PGRI Bojonegoro, 1(1).

18

You might also like