You are on page 1of 45

LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG

DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONE BOLANGO


TANGGAL 19 JUNI – 14 JULI 2023

PROGRAM INTERVENSI GIZI SPESIFIK PADA PEMBERIAN ASI


EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA
DINAS KESEHATAN KABUPATAN BONE BOLANGO TAHUN 2023

OLEH

TRIVENA FAUJIA HANTUMA


NIM : 811420047

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Magang Administrasi
Kebijakan Kesehatan yang berjudul “PROGRAM INTERVENSI GIZI SPESIFIK
PADA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI
WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BONE BOLANGO TAHUN 2023 ” dalam
bentuk maupun isinya yang sederhana. Adapun penyusunan laporan hasil kegiatan
magang ini adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi dan merupakan rangkaian
dari mata kuliah pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo.
Laporan ini kami buat sebagai pertanggung jawaban dari hasil kegiatan Magang
yang meliputi pengumpulan data primer dan sekunder serta mengidentifikasi
masalah kesehatan, prioritas masalah kesehatan kemudian mencari alternative
pemecahannya. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa Laporan ini tidak mungkin
dapat diselesaikan apabila tanpa bantuan dari semua pihak, sehinga penyusun
berkewajiban mengucapkan banyak terimakasih, dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan Laporan
Magang di Dinas Kesehatan Bone Bolango
Saya mengucapkan Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat UNG Ibu Dr. Sylfa flora Ninta Tarigan,
S.H,. M.Kes
2. Ibu Ekawaty Prasetya,S.Si, M.kes Sebagai Dosen pengelola magang, yang sudah
memberikan nasehat dan bimbingan agar proses magang ini berjalan dengan
lancar
3. Ibu Dr. Laksmyn Kadir, M.kes sebagai dosen Pembimbing saya yang setia
membimbing dan memberikan nasehat untuk berjalannya proses magang ini
4. Kepala Dinas Kesehatan Bone Bolango dr. Meyrin Kadir yang telah menerima
dan mengizinkan kami untuk bisa magang di Dinas Kesehatan Bone Bolango

ii
5. Ibu Roos Panai, S.Kep, Ns. M.PH sebagai Kepala Bidang Binkesmas Dinas
Kesehatan Bone Bolango dan juga sebagai pembimbing instansi
6. Ibu Rosmiyati Abdurajak, S.KM sebagai kepala seksi Kesga, Gizi Hatra yang
sudah membantu dalam mendiskusikan masalah yang akan di angkat dalam
laporan
7. Ibu Dewi Susan Poha S.KM selaku penanggung jawab program gizi yang sudah
membantu dalam pengambilan data dan wawancara tentang masalah yang
menjadi pembahasan pada laporan ini.
8. Dan juga seluruh Pegawai Dinas Kesehatan Bone Bolango
Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukkan-masukkan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan laporan yang mungkin akan saya buat lagi
kedepannya dan semoga laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana
mestinya.

Gorontalo, Juli 2023


Penyusun

Trivena Faujia Hantuma

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Tujuan..............................................................................................................3
1.3.Manfaat.............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5
2.1. Pengertian ASI Eksklusif.................................................................................5
2.2 Manfaat ASI Eksklusif.....................................................................................5
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif........................7
2.4 Pengertian Stunting..........................................................................................9
2.5 Faktor-faktor Stunting......................................................................................9
BAB III METODE KEGIATAN MAGANG.....................................................12
3.1. Lokasi dan Waktu Magang..............................................................................12
3.2. Tahapan Kegiatan Magang..............................................................................12
3.3. Metode Pelaksanaan Magang..........................................................................13
BAB IV HASIL PROGRAM MAGANG............................................................14
4.1. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Bone Bolango.........................................14
4.2. Uraian Kegiatan Magang.................................................................................22
4.3. Identifikasi Masalah.........................................................................................23
4.4. Alternatif Pemecahan Masalah........................................................................24
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................25
5.1 Hasil Wawancara Terkait Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Kejadian
Stunting.............................................................................................................25
BAB VI PENUTUP...............................................................................................27
6.1.Simpulan...........................................................................................................27
6.2. Saran................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
DOKUMENTASI..................................................................................................29

iv
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 3.1 Rincian Kegiatan Magang Berdasarkan Waktu


(Tahapan Minggu)....................................................................12
Tabel 4.1 Tabel Data RPJM dan IKG Dinas Kesehatan Bone
Bolango.....................................................................................23

v
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 4.1 Letak Posisi Kabupaten Bone Bolango..................................16


Gambar 4.2 Data RPJM dan IKG Dinas Kesehatan Bone Bolango..........23

vi
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Absensi Kegiatan Magang Dinas Kesehatan Bone


Bolango..................................................................................
Lampiran 2 Lembar Catatan Kegiatan Magang Dinas Kesehatan
Bone Bolango.........................................................................

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum program magang bagi mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat adalah untuk memberi bekal pengalaman dan keterampilan kerja praktis,
penyesuaian sikap di dunia kerja sebelum mahasiswa dilepas untuk bekerja sendiri.
Program Studi Kesehatan Masyarakat melaksanakan pola magang karena
mengharapkan para lulusan mempunyai kemampuan yang bersifat akademik dan
profesional.
Kegiatan magang merupakan pengenalan suasana kerja yang akan dihadapi oleh
mahasiswa, agar dapat siap pakai dan siap terjun di dunia kerja setelah menyelesaikan
studi. Untuk mencapai hal tersebut maka mahasiswa disiapkan lebih mengenal secara
dini lingkungan kerja seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Upaya-upaya
pengenalan dunia kerja dilakukan melalui proses belajar mengajar dalam bentuk
pengalaman belajar lapangan (PBL), magang, kuliah, dan orientasi program kerja di
instansi kesehatan dan lain sebagainya.
Magang adalah kegiatan mandiri mahasiswa yang dilaksanakan diluar lingkungan
kampus untuk mendapatkan pengalaman kerja praktis yang sesuai dengan bidang
peminatannya melalui metode observasi dan partisipan. Kegiatan magang
dilaksankan sesuai dengan informasi struktural dengan fungsional pada instansi
tempat magang yanga baik pada lembaga pemerintah, atau lembaga swadaya
masyarakat (LSM) mampu perusahaan swasta atau lembaga lain yang relevan.
Berdasarkan pengertian magang di atas, kegiatan magang ini sangat penting, sebagai
bagian dari proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan
penyesuaian sikap di lingkungan kerja dan kemampuan mengidentifikasi,
merumuskan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi alternatif pemecahan
masalah khususnya masalah kesehatan masyarakat, pengendalian dan pemberantasan
penyakit dalam hal ini untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 menyatakan Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan,
tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali
obat, vitamin, dan mineral). Kesadaran ibu untuk memberikan ASI memang sudah
meningkat, namun kebanyakan ibu belum melakukannya secara eksklusif. WHO
menyatakan bahwa hanya dua perlima bayi yang mengalami IMD dan hanya sekitar
40% bayi yang diberikan ASI ekslusif.
ASI memiliki bioavailibilitas yang tinggi sehingga penyerapannya oleh tubuh
bayi akan lebih maksimal, terutama dalam fungsi pembentukan tulang, ASI eksklusif
dapat menurunkan resiko kejadian Stunting karena selain memiliki bioavaibilitas
tinggi ASI mengandung antibodi dan kalsium yang tinggi.
Stunting ialah sebuah kodisi ketika tinggi badan anak ternyata lebih pendek di
bandingkan dengan tinggi badan anak pada umumnya atau seusianya. Stunting dalam
jangka pendek menggangu perkembangan otak, ke- cerdasan, gangguan pertumbuhan
fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh, dan mudah sakit, ketika bayi sering
sakit maka pemenuhan nutrisi akan terganggu karena anak akan cenderung susah
makan, dan menyebabkan gizi balita buruk, mempengaruhi perkembangannya, dan
berakibat stunting.
Penyebab stunting sangat beragam dan kompleks, diantaranya BBLR, Pemberian
ASI Eksklusif, Imunisasi, dan MP-ASI. Beberapa fakta serta informasi menunjukkan
60% dari anak-anak usia 0-6 bulan tidak mendapat ASI Eksklusif, dan anak-anak 2
dari 3 usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping ASI (MPASI) .
Upaya pemerintah dalam menurun- kan angka stunting salah satunya adalah
dengan mengadakan progam Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-
PK), Pemberian makanan tambahan (PMT) dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK). Upaya peningkatan status gizi balita menjadi program prioritas untuk
membangun kesehatan nasional dan menjadi sasaran poko rencana pem- bangunan
jangka menengah pada tahun 2015-2019, guna menurunkan prevalensi balita stunting
(Kemenkes RI, 2016). Perlu juga adanya sosialisasi tentang screening kejadian

2
stunting guna untuk mencegah kejadian stunting serta untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat terutama yang mempunyai anak balita dengan cara
memberikan edukasi tentang kebutuhan di mulai dari masa kehamilan hingga anak
menginjak masa balita.
Di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2023 jumlah stunting di 20 kecamatan
berjumlah 916 hal ini menjadi masalah prioritas yang di hadapi oleh Dinas Kesehatan
Bone Bolango dalam penanggulangan kejadian stunting.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis program
intervensi gizi spesifik pada pemberian asi esklusif terhadap kejadian stunting di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Bone Bolango tahun 2023
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Secara umum tujuan program magang adalah untuk memperoleh pengalaman
keterampilan, penyesuaian sikap dan pengahayatan, pengetahuan dan
keterampilan bidang ilmu kesehatan masyarakat, serta melatih kemampuan
bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga di peroleh manfaat
bersama baik peserta magang maupun instansi tempat magang.
1.2.2 Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penulisan laporan magang yaitu untuk mengetahui
bagaimna menganalisis program intervensi gizi spesifik pada pemberian Asi
Esklusif terhadap kejadian stunting di wilayah kerja Dinas Kesehatan Bone
Bolango tahun 2023.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan di bidang Bina Kesehatan
Masyarakat (BINKESMAS)
2. Mendapatkan bahan untuk penulisan karya tulis ilmiah

3
1.3.2 Bagi Program Studi
1. Laporan magang dapat menjadi salah satu audit internal kualitas pengerjan
2. Mendapatkan masukan yang berguna untuk penyempurnaan kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja
3. Terbinanya jaringan sama dengan institusi tempat magang dalam upaya
meningkatkan keterkaitan dan kesepadaan antara substansi akademik
dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam pembangunan masyarakat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Asi Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan cair pertama yang dihasilkan secara
alami oleh payudara Ibu. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan yang
terformulasikan secara unik di dalam tubuh ibu untuk menjamin proses pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Selain menyediakan nutrisi lengkap untuk seorang anak,
ASI juga memberikan perlindungan pada bayi atas infeksi dan sakit penyakit bayi.
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam – garam
anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan
bagi bayinya. ASI dalam jumlah yang cukup merupakan makanan terbaik bagi bayi
dan dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai dengan 6 bulan pertama. ASI merupakan
makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga mencapai tumbuh
kembang yang optimal (Wahyuningsih, 2018).
ASI Eksklusif menurut WHO (World Health Organization) adalah pemberian ASI
saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, ataupun
makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem pencernaan bayi
belum mampu berfungsi dengan sempurna. ASI merupakan sumber makanan utama
dan yang paling sempurna bagi bayi usia 0-6 bulan. Untuk itu harus diterapkan pola
makan yang sehat agar zat gizi yang dibutuhkan dapat dipenuhi melalui ASI. ASI
Eksklusif, satu bentuk rangsang untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan otak bayi adalah dengan menerapkan pola asah, asih, dan asuh dalam
perawatannya 13 sehari-hari, dalam pemberian ASI juga perlu ditunjang dengan
pemenuhan zat-zat gizi yang tepat.
2.2 Manfaat Asi Eksklusif
1) Manfaat ASI bagi bayi
a) ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan makanan bayi yang sempurna jika dilihat dari kualitas
maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI dapat

5
digunakan sebagai makanan tunggal yang cukup memenuhi kebutuhan
tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
b) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Zat kekebalan bayi cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada
waktu berusia 9 sampai 12 bulan, pada saat kadar zat kekebalan bawaan
menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi,
maka akan terjadi defisiensi zat kekebalan bayi. Defisiensi zat kekebalan
dapat diseimbangkan dengan pemberian ASI, karena ASI merupakan
cairan yang mengandung zat kekebalan yang berfungsi melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur.
c) ASI meningkatkan kecerdasan
Kecerdasan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Terdapat tiga
jenis kebutuhan faktor lingkungan yang mempengaruhi kecerdasan yaitu
kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak (ASUH), kebutuhan untuk
perkembangan emosional dan spiritual (ASIH), dan kebutuhan untuk
perkembangan intelektual dan sosialisasi (ASAH).
d) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi akan merasa aman, tentram dan merasakan kasih sayang ibunya
selama disusui. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan
menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian
yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
2) Manfaat ASI bagi Ibu
a) Ibu lebih cepat kembali ke berat badan (BB) semula.
Berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan
sebelum kehamilan.
b) Mengurangi risiko terjadinya anemia.
Aktivitas menyusui menyebabkan involusi uterus yakni mengecilnya uterus
kembali ke ukuran normal. Proses involusi ini dapat mengurangi
perdarahan pada ibu nifas.

6
c) Menjaga jarak kehamilan selanjutnya.
Menyusui secara intensif dan benar dapat menjadi alternatif kontrasepsi
alami bagi ibu karena masa subur ibu dapat tertunda. Roesli menyebutkan
selama ibu memberi ASI dan belum haid, kemungkinan tidak akan hamil
pada 6 bulan pertama setelah melahirkan sebesar 98% dan kemungkinan
tidak akan hamil sampai bayi usia 12 bulan sebesar 96%.
d) Manfaat secara ekonomi.
1) Keluarga tidak perlu mengeluarkan uang guna membeli susu formula
untuk bayinya karena ASI yang diberikan pada bayi langsung tersedia
pada ibu. Manfaat ASI dapat memberikan perlindungan dan pertahanan
tubuh dari sakit sehingga bayi tidak akan sering berobat karena sakit.
2) ASI lebih ekonomis, murah, praktis dan tidak merepotkan. Disamping itu,
ASI juga mudah untuk dibawa kemanapun sehingga bayi bisa menyusu
kapanpun yang bayi mau. e) Manfaat secara psikologis Terbina bonding
antara orang tua dan bayi, sehingga akan mengurangi tingkat stress pada
orang tua.
3) Manfaat ASI bagi Keluarga
Terbentuknya hubungan yang harmonis antara ayah, ibu, dan anak.
2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
1. Faktor internal yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif antara lain :
a. Umur
Ibu yang berumur di bawah 30 tahun lebih banyak yang memberikan ASI
secara eksklusif daripada ibu yang berusia diatas 30 tahun. Terjadi pembesaran
payudara setiap siklus ovulasi dari awal terjadi menstruasi sampai usia 30
tahun, namun terjadi degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI secara
keseluruhan setelah usia 30 tahun
b. Pengetahuan
Tingkat pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih rendah dikarenakan
beberapa penyebab, salah satunya yaitu kurangnya pengetahuan tentang

7
manfaat ASI sehingga membuat banyak ibu gagal menyusui bayinya secara
eksklusif
c. Kondisi Kesehatan Sebagian besar ibu dengan kondisi fisik yang
sakitberhenti memberikan ASI secara penuh pada bayidengan alasan ASI
sedikit atau sama sekali tidak keluar atau karena merasa kesakitan akibat
penyakit yang diderita oleh ibu. Kesehatan ibu dapat mempengaruhi
keputusan menyusui terutama bagi yang melakukan operasi caesar, ada
peningkatan untuk tidak menyusui secara eksklusif
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yaitu :
a. Pendidikan
Ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemberian
ASI Eksklusif
b. Pekerjaan
Ibu yang tidak bekerja/berada di rumah memiliki kemungkinan besar
untuk memberikan ASI secara Eksklusif
c. Fasilitas Kesehatan
Hampir seluruh ibu menggunakan fasilitas kesehatan, namun cakupan
ASI masih rendah. Fasilitas kesehatan yang digunakan ibu bervariasi
seperti rumah sakit umum/swasta. puskesmas, bidan, dan klinik bersalin.
Ibu yang menggunakan fasilitas kesehatan sebagai sarana persalinan
akan ditolong oleh petugas kesehatan
d. Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan petugas kesehatan sangat penting dalam kelangsungan ASI
karena dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu dan berperan sebagai
penyedia informasi yang diperlukan
e. Dukungan Orang Terdekat
Ibu yang diberikan dukungan oleh suami memiliki peluang 12,98 kali
lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu yang tidak
mendapat dukungan.

8
f. Paparan Media
Penggunaan susu formula semakin meningkat karena gencarnya
pemasaran susu formula (Widodo, 2017). Banyak juga ibu yang
menggunakan susu formula karena pemerintah memberikannya secara
cuma - cuma.
g. Budaya
Budaya turut mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif karena pada
masyarakat di Indonesia sangat menghargai tradisi yang telah ada
sebelumnya (Setiyawati,2012).
2.4 Pengertian Stunting
Stunting merupakan kondisi dimana balita dinyatakan memiliki panjang atau
tinggi yang pendek dibanding dengan umur. Panjang atau tinggi badannya lebih kecil
dari standar pertumbuhan anak dari WHO. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh
pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
kehidupan setelah lahir, tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 tahun (Idham
Choliq, dkk. 2020).
Stunting adalah anak balita (bayi di bawah lima tahun) yang gagal tumbuh akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan
gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan
tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek
(stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan
(PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar
baku WHO-MGRS. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2 SD / standar
deviasi (stunted) dan kurang dari -3 SD (severely stunted). (Idham Choliq, dkk.
2020).
2.5 Faktor - Faktor Stunting
Faktor stunting merupakan faktor multi dimensi yang tidak hanya

9
disebabkan oleh faktor gizi buruk saja. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
stunting antara lain faktor internal (BBLR, riwayat penyakit, pemberian ASI
Eksklusif, pemberian MP-ASI), faktor eksternal (pola asuh orangtua, pengetahuan
mengenai gizi dan kesehatan, status ekonomi) .
Faktor Internal yaitu BBLR yang diikuti oleh asupan makanan dan pelayanan
kesehatan kurang memadai, sering terjadinya infeksi pada anak selama masa
pertumbuhan yang dapat menyebabkan pertumbuhan anak terhambat dan anak akan
mengalami stunting. BBLR merupakan salah satu penyebab gizi buruk
Faktor yang kedua yang menyebabkan stunting adalah riwayat penyakit. Penyakit
infeksi mempunyai efek yang buruk terhadap pertumbuhan anak. Penyakit yang
diderita oleh anak, biasanya akan terjadi oleh peningkatan suhu tubuh sehingga
adanya kenaikan kebutuhan zat gizi. Apabila dalam kondisi ini tidak diimbangi
dengan asupan gizi yang tidak adekuat maka akan timbul malnutrisi dan gagal
tumbuh kembang.
Faktor ketiga penyebab dari stunting yaitu pemberian ASI Eksklusif makanan
pertama dan paling utama pada bayi tentu saja ASI Eksklusif. ASI Eksklusif diartikan
sebagai tindakan untuk tidak memberikan makanan atau minuman lain kecuali air
susu ibu (ASI). Terdapat beberapa mekanisme yang membuat pemberian ASI sangat
bermanfaat bagi perkembangan anak. Pertama, ASI merupakan sumber asam lemak
tak jenuh yang bukan hanya merupakan sumber energy tetapi juga sangat penting
bagi perkembangan otak. Kedua, pemberian ASI juga dapat meningkatkan imunitas
tubuh terhadap penyakit sebagaimana diperlihatkan dalam sejumlah penelitian ketika
pemberian ASI disertai penurunan frekuensi diare, konstipasi, penyakit
gastrointestinal. Pemberian ASI eksklusif sangat memberikan sejuta manfaat salah
satunya sebagai interaksi ibu dan anak serta pembentukan ikatan yang lebih kuat
sehingga begitu menguntungkan juga bagi perkembangan fisik anak dan prilaku anak.
Faktor keempat adalah pemberian MP-ASI, gangguan pertumbuhan atau stunting
terjadi pada anak usia diatas 6 bulan karena berasal dari makanan pendamping ASI.
Pemberian ASI saja yang diberikan pada anak tidak mencukupi energi serta nutrient

10
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal (Gibney,
et al, 2010).
Faktor Eksternal berupa pola asuh orang tua adalah prilaku orang tua dalam
mengasuh balita. Pola asuh orang tua merupakan salah satu masalah yang dapat
mempengaruhi terjadinya stunting pada balita. Pola asuh orang tua yang kurang baik
terhadap anak memiliki peluang besar anak menjadi stunting dibandingkan orang tua
dengan pola asuh yang baik (Amaricon dkk, 2013).
Faktor yang kedua stunting dapat disebabkan oleh kurang pengetahuan mengenai
gizi dan kesehatan. Tingkat pengetahuan seseorang yang rendah dan persepsi
mengenai kebutuhan merupakan suatu landasan berfikir dalam melakukan suatu hal
berkaitan dengan sebuah pertanyaan dan jawaban yang di kaitkan dengan
pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan balita (Surjaweni, 2014).
Faktor yang terakhir yaitu status ekonomi. Status ekonomi dapat mempengaruhi
status gizi anak, keluarga denan status ekonomi baik bisa mendapatkan fasilitas
pelayanan umum yang baik juga. Melalui fasilitasfasilitas seperti pendidikan,
pelayanan kesehatan tersebut status ekonomi keluarga akan berdampak positif
terhadap status gizi anak. Hal ini sangat berdampak penting pada kesehatan
(Soetjiningsih, 2014).

11
BAB III
METODE KEGIATAN MAGANG

3.1 Waktu dan Tempat Magang


Kegiatan magang merupakan pengenalan suasana kerja yang akan dihadapi oleh
mahasiswa. Dimana kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa semester 7 program studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo.
1. Waktu
Kegiatan magang di laksanakan selama 4 minggu yaitu pada hari Senin tanggal
19 Juni s/d Jum’at tanggal 14 Juli Tahun 2023.Waktu pelaksanaan magang ini
telah disesuaikan dengan hari kerja efektif yang berlaku pada instansi yaitu dari
Hari Senin sampai Jum’at di mulai pukul 08.00 sampai 16.30 WITA.
2. Tempat Magang
Tempat pelaksanaan magang ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bone
Bolango.
3.2 Tahap Kegiatan Magang
Tabel 3.1
Rincian Kegiatan Magang Berdasarkan Waktu
(Tahapan Minggu)

Minggu Ke -
Kegiatan
0 1 2 3 4 5

Persiapan dan Pembekalan

Pelaksanaan Magang di
Instansi :
- Analisis Situasi
- Identifikasi Masalah
- Alternatif Pemecahan
Masalah
Supervisi

Pembuatan Laporan

12
Seminar

3.3 Metode Pelaksanaan Magang


Dalam pelaksanaan magang ini digunakan beberapa metode pendekatan, yaitu:
1. Metode Observasi
Penulis mengamati serta berpartisipasi dalam setiap kegiatan atau program yang
di jalankan oleh Dinas Kesehatan baik di lapangan maupun di kantor.
2. Metode wawancara/ Pengambilan Data
Penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak yang menangani program
gizi di Dinas Kesehatan Bone Bolango. Untuk pengambilan data di ambil dari
laporan RPJMN dan IKG tahun 2023 dibagian penaggung jawab program gizi.
3. Studi Pustaka
4. Menggunakan berbagai literatur yang dapat memperkuat isi laporan, seperti buku,
informasi dari media elektronik (internet) dan berbagai literatur lainnya.
5. Dokumentasi
Selama melakukan kegiatan menggunakan foto atau gambar untuk memperkuat
isi laporan yang di susun.

13
BAB IV
HASIL PROGRAM MAGANG

4.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango


4.1.1 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Visi : “Menjadi Pelayan Setia dan Mitra Unggul demi terwujudnya Masyarakat
Sehat yang mandiri dan berkeadilan menuju Bone Bolango Cemerlang
2021”.
Misi : : 1.) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Bone Bolango melalui
upaya kesehatan yang Paripurna, Merata, bermutu dan berkeadilan. 2.)
Menjamin Ketersediaan dan Pemerataan Sumber Daya Kesehatan.
4.1.2 Tujuan
Pembangunan kesehatan di Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu
agenda pembangunan jangka menengah daerah, yaitu peningkatan layanan publik
yang berkualitas melalui peningkatan akses kesehatan yang bermutu, terjangkau
demi menciptakan masyarakat Bone Bolango yang cemerlang dan sejahtera.
Sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup manusia khususnya diKabupaten Bone
Bolango, Dinas Kesehatan selaku pelaksana teknis pembangunan di bidang kesehatan,
merumuskan tujuan strategis sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas layanan kesehatan
2. Meningkatkan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang
kesehatan.
4.1.3 Aspek Geografis dan Demografi
1. Keadaan Geografi
a. Letak
Secara Astronomis, Kabupaten Bone Bolango terletak antara 00º18’25”-
00º48’21” Lintang Utara dan antara 123º03’41”-123º33’06” Bujur Timur dan
berada di atas garis ekuator atau garis khatulistiwa.

14
b. Luas wilayah
Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Bone Bolango memiliki
batas-batas : Utara Kabupaten Bolaang Mongondow ( Provinsi SulawesiUtar
a) dan Kabupaten Gorontalo Utara; Selatan Teluk Tomini; Barat–Kabupaten
Gorontalo dan Kota Gorontalo; Timur–Kabupaten BolaangMongondow
Selatan (Provinsi Sulawesi Utara). Kabupaten Bone Bolango terdiri dari 18
Kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Tapa
2. Kecamatan Bulango Utara
3. Kecamatan Bulango Selatan
4. Kecamatan Bulango Timur
5. Kecamatan Bulango Ulu
6. Kecamatan Kabila
7. Kecamatan Botupingge
8. Kecamatan Tilongkabila
9. Kecamatan Suwawa
10. Kecamatan Suwawa Selatan
11. Kecamatan Suwawa Timur
12. Kecamatan Suwawa Tengah
13. Kecamatan Pinogu
14. Kecamatan Bonepantai
15. Kecamatan Kabila Bone
16. Kecamatan Bone Raya
17. Kecamatan Bone
18. Kecamatan Bulawa
Bone Bolango Dalam Angka 2020 menunjukan bahwa Kabupaten Bone Bolango
memiliki luas wilayah sebesar 1.915,44 km2 atau 16,24% dari total luas Provinsi
Gorontalo. Kecamatan dengan luas paling besar adalah Kecamatan Pinogu dengan

15
luas 496 km2 atau mencapai 18.21% dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango,
sedangkan luas daerah yang terkecil adalah Kecamatan Bulango Selatan yang hanya
memiliki luas 9.87% atau 0,29% dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango. Adanya
pemekaran wilayah yang dilakukan hingga akhir tahun 2012 maka Kabupaten Bone
Bolango telah memiliki 18 Kecamatan dan 165 desa/kelurahan (BPS Kabupaten Bone
Bolango).
Kabupaten Bone Bolango merupakan wilayah yang mempunyai iklim tropis
dengan suhu maksimum mencapai 35,4° Celcius dan suhu minimum mencapai 19°
Celcius. Sedangkan rata-rata curah hujan yang terjadi di tahun 2020 adalah 203,28
mm3, dengan curah hujan tertinggi mencapai 505,5 mm3 di Bulan Juli, dan curah
hujan terendah mencapai 102,1 mm3 di Bulan Oktobermemiliki 18 Kecamatan dan
165 desa/kelurahan (BPSKabupaten Bone Bolango).

Sumber Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango

Gambar 4.1 Letak Posisi Kabupaten Bone Bolango

2. Kependudukan
1) Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat,
sebab adanya kepadatan penduduk yang tinggi akan banyak menimbulkan berbagai
masalah yang berhubungan dengan masalah kependudukan misalnya kemiskinan,
perumahan, lapangan pekerjaan dan lain-lain. Adanya permasalahan yang timbul

16
tersebut akan membawa dampak pada penurunan kualitas hidup masyarakat. Resiko
penurunan kualitas hidup manusia akan meningkatkan resiko masalah kesehatan pada
masyarakat baik secara fisik maupun secara mental. Data kependudukan merupakan
salah satu data pokok yang sangat diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi
pembangunan karena penduduk selain merupakan obyek juga merupakan subyek
pembangunan. Jumlah penduduk Kabupaten bone bolango menurut Data Pusdatin
Kabupaten Bone Bolango sampai dengan akhir Desember tahun 2020 sebesar :
163.102 jiwa, terdiri dari 81.790 jiwa penduduk laki-laki dan 81.312 jiwa penduduk
perempuan.
2) Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Tingginya kepadatan penduduk di suatu wilayah mempengaruhi secara negatif
kondisi kesehatan masyarakat. Selain memberikan tekanan pada daya dukung
lingkungan, wilayah dengan padat penduduk sering didapati memiliki tingkat status
kesehatan masyarakat yang rendah seperti dari epidemi campak, tb, influenza, dan
lainnya.
Kepadatan penduduk merupakan permasalahan klasik terutama di kota-kota besar
karena dinamika perkembangannya seperti kondisi lingkungan alam, tata kota
(penggunaan lahan / kawasan), daya tarik perekonomian, hingga patologi sosial.
Kesadaran warga kota dan Pemerintah Kota dalam kebijakan kependudukan untuk
membentuk jumlah penduduk ideal penting untuk diterapkan.
Kepadatan penduduk juga merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
banyaknya jumlah penduduk untuk setiap hektar/kilometer persegi luas wilayah.
Secara tak langsung, kepadatan penduduk menjadi penentu kualitas lingkungan.
Kepadatan penduduk yang tinggi dapat menandakan tingginya aktivitas sosial
ekonomi penduduk di suatu wilayah sekaligus menekan kualitas lingkungan hidup
seperti penurunan kualitas tanah, air, maupun udara. Semakin padat penduduk maka
tekanan terhadap lingkungan akan semakin besar yang menyebabkan penurunan
kualitas lingkungan hidup. Semakin besar kepadatan penduduk, maka semakin
banyak / rapat antar manusia di wilayah tersebut.

17
Kepadatan penduduk kabupaten bone bolango pada tahun 2020 sebesar 82,2 jiwa
per km2. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Bulango
Selatan, yaitu 1111,4 jiwa per km2, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan
Pinogu yaitu 5,8 jiwa per km2. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Bone
Bolango adalah 101,4 ini berarti bahwa untuk setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 101,4 penduduk laki laki atau dapat dikatakan jumlah penduduk laki laki di
Kabupaten Bone Bolango lebih besar dari jumlah penduduk perempuan.
Sebanyak 118.865 jiwa penduduk yang berumur 15 tahun ke atas di Kabupaten
Bone Bolango merupakan angkatan kerja. Penduduk usia kerja tersebut terdiri dari
penduduk angkatan kerja sebanyak 75.857 jiwa dan penduduk bukan angkatan kerja
sebanyak 43.257 jiwa.
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering
digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk yaitu Angka Beban
Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang
menyatakan perbandingan antara banyaknya orang berumur tidak produktif (belum
produktif/umur dibawah 15 tahun dan tidak produktif lagi/umur 65 tahun ke atas)
dengan yang berumur produktif (umur 15-64 tahun).
Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat
menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara atau wilayah. Semakin tinggi persentase
dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung
penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah
menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Masalah
kependudukan lainnya adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Persebaran
penduduk yang tidak merata disebabkan oleh berbagai hal antara lain letak geografis,
iklim/cuaca, tingkat kesuburan tanah, pusat kegiatan penduduk dan faktor sosial
budaya atau adat istiadat wilayah setempat. Tidak meratanya persebaran penduduk
akan menyebabkan berbagai masalah seperti meningkatnya jumlah pengangguran,

18
munculnya permasalahan kebutuhan lahan untuk pemukiman, akses fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang tidak memadai serta masalah-masalah sosial lainnya.
3. Sosial Budaya
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu elemen penting dalam upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pembangunan. Derajat kesehatan
sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan karena pendidikan bisa berpengaruh
terhadap prilaku kesehatan seseorang. Perubahan yang terjadi secara terus menerus
pada perilaku masyarakat disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat pendidikan.
Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang yang berpendidikan mempengaruhi
keputusan untuk berprilaku sehat.
Pembangunan kesehatan sangat erat kaitannya dengan bidang pendidikan karena
merupakan salah satu sasaran yang menjadi kelompok resiko masalah kesehatan.
Sasaran pelayanan kesehatan yang merupakan salah satu standar pelayanan minimal
bidang kesehatan berdasarkan Permenkes No.4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pelayanan Dasar pada SPM Bidang Kesehatan adalah anak setingkat usia pendidikan
dasar (7 sampai dengan 15 tahun) yang berada di wilayah Kabupaten Bone Bolango.
Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk berumur 15 tahun
ke atas yang dapat membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana
dalam hidupnya sehari-hari. AMH menunjukkan kemampuan penduduk dalam
menyerap informasi dari berbagai media dan menunjukkan kemampuan untuk
berkomunikasi secara lisan dan tulisan. AMH yang semakin besar diharapkan dapat
mengurangi tingkat kemiskinan sehingga tingkat kesejahteraan diharapkan dapat
semakin meningkat. AMH Kabupaten Bone Bolango sudah mencapai 100% yang
berarti semua penduduk Kabupaten Bone Bolango yang berumur 15 tahun ke atas
sudah dapat membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam
kehidupan sehari-hari.Kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih
tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
sehinggalebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan

19
serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya. Gambaran
kualitas SDM Kabupaten Bone Bolango dilihat dari pendidikan yang ditamatkan
disajikan pada Tabel 3 Dari tabel tersebut terlihat bahwa persentase tertinggi adalah
penduduk yang tamat SD/MI sebesar 15 %, diikuti tamat SMP/Mts sebesar 7 %, dan
tamat SMA/Kejuruan sebesar 8 %.
Di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2020 jumlah sekolah TK/RA berjumlah
140 unit dengan jumlah guru 435 orang, murid sebanyak 4.861 orang, Sekolah Dasar
(SD)/Madrasah Ibtidiyah berjumlah 144 unit dengan jumlah guru 1.366 orang, murid
sebanyak 16.784 orang. Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/Madrasah
Tsnawiyah ada sebanyak 52 sekolah dengan jumlah guru 766 orang dan jumlah murid
ada sebanyak 8.037 orang. Pada tahun yang sama jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA)/Madrasah Aliyah ada sebanyak 14 sekolah dengan jumlah guru 390
orang dan jumlah murid 4.905 orang. Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
ada sebanyak 6 unit dengan jumlah guru 235 orang dan jumlah murid 2.475 orang.
2) Agama
Agama Sesuai dengan falsafah negara pelayanan kehidupan beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan
ditingkatkan untuk membina kehidupan masyarakat dan mengatasi berbagai masalah
sosial budaya yang mungkin menghambat kemajuan bangsa.
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan
kesehatan.Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan
melaksanakan aktivitas lainnya.Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap
orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap
kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.
Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan
kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman.Itu sebabnya ajaran Islam sangat
melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan

20
sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya
tidak mengalir dan sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu
kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan
semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali berasal
dari lingkungan yang kotor. Berdasarkan data Badan Pusat Stastistik Kabupaten Bone
Bolango Mempunyai penduduk yang mayoritas beragama Islam dengan persentase
99,88 % dan di tunjang dengan banyaknya 300 Masjid dan 36 Musholla.
3) Pembangunan Manusia
Sebagai objek utama pembangunan bangsa, sumber daya manusia harus dijadikan
tolak ukur keberhasilan kualitas pembangunan sebuah bangsa. Program
Pembangunan PBB (United Nation Development Programes) telah lama
menetapakan paradigma pembangunan sumber daya manusia menggunakan indeks
kualitas sumber daya manusia (Human Development Index/Indikator Pembangunan
Manusia). Sebelumnya, paradigma pembangunan hanya dilihat dari sisi
pembangunan sektor ekonomi saja.
Indikator pembangunan manusia (IPM) adalah indikator kompleks yang dihitung
oleh 3 komponen utama yakni pendidian, kesehatan, dan ekonomi, Sektor kesehatan
diukur dari angka harapan hidup, kematian bayi dan kematian ibu. Peningkatan IPM
menandakan perbaikan kualitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat
di suatu wilayah. Pengukuran IPM dilakukan secara rutin dan terus-menerus sebagai
upaya agar kualitas manusia selalu dapat diketahui dari waktu ke waktu.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun
2020 sebesar 69,98 tumbuh 0,35% dibandingkan dengan tahun 2019 (69,63).
4) USIA HARAPAN HIDUP
Usia harapan hidup Kabupaten Bone Bolango tahun 2020 tercatat mencapai 68,46
tahun lebih panjang 0,8 tahun dari tahun sebelumnya. Besar kecilnya usia harapan
hidup suatu generasi sangat dipengaruhi oleh banyaknya penduduk yang mampu
melewati usia tertentu dan banyaknya penduduk yang dilahirkan hidup dari suatu
generasi sampai umur tertentu. Oleh karena itu, usia harapan hidup ditentukan oleh

21
besarnya jumlah kematian bayi. Jika jumlah kematian bayi besar jumlahnya, usia
harapan hidup pun akan rendah.
Usia harapan hidup yang meningkat dari tahun ke tahun secara tidak langsung
menunjukkan telah terjadi perbaikan dari status kesehatan masyarakat berupa sistem
kesehatan, kemudahan akses maupun peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Peningkatan usia harapan hidup juga berarti peningkatan kualitas hidup sehat dan
produktivitas. Usia Harapan Hidup sendiri diartikan sebagai berapa lama
kemungkinan usia hidup seseorang yang lahir pada tahun tersebut / tertentu.
4.2 Uraian Kegiatan Magang
1. Minggu I (Tanggal 19-23 Juni 2023 Bidang BINKESMAS )
a) Mengikuti apel pagi bersama staff Dinas Kesehatan
b) Mengantar salinan surat ke loket atau bagian resepsionis
c) Penerimaan mahasiswa magang oleh ibu kepala bidang BINKESMAS
d) Pembagian masing-masing bidang kepada mahasiswa
e) Ditempatkan di bidang kesega, gizi, hatra
f) Melakukan pertemuan / sosialisasi tentang gerakan pencegahan stunting, bumil
sehat,aktifkan posyandu dan kemitraan kader
g) Menganalisis apa saja permasalahan yang ada di bidang kesga, gizi hatra
h) Membantu staf Dinkes dalam mengantar surat
2. Minggu II (Tanggal 26-30 Juni 2023 Bidang BINKESMAS )
a) Apel Pagi bersama staff Dinas Kesehata kabupaten Bone Bolango
b) Mencari masalah yang akan di angkat dalam laporan
c) Melakukan konsultasi / bimbingan judul yang akan di angkat dalam laporan
3. Minggu III (Tanggal 3-7 Juli 2023 Bidang BINKESMAS )
a) Apel Pagi bersama staff Dinas Kesehata kabupaten Bone Bolango
b) Melakukan konsultasi / bimbingan judul kepada pembimbing lapangan
c) Menyusun laporan
d) Melakukan pertemuan atau sosialisasi tentang gerakan ibu hamil sehat di kantor
Desa Bulango Timur

22
4. Minggu IV (Tanggal 10-14 Juli 2023 Bidang BINKESMAS)
a) Apel Pagi bersama staff Dinas Kesehata kabupaten Bone Bolango
b) Melakukan pertemuan atau sosialisasi tentang gerakan ibu hamil sehat di
puskemas Toto Utara
c) Menyusun laporan pelaksanaan magang
d) Melakukan seminar akhir magang
4.3 Identifikasi Masalah

Gambar 4.2 Data RPJMN dan IKG Dinas Kesehatan Bone Bolango

Tabel 4.1 Tabel Data RPJMN dan IKG Dinas Kesehatan Bone Bolango
Jumlah bayi
Jumlah Balita Jumlah Jumlah bayi eksklusif
No Puskesmas
yang di ukur Stunting usia 6 bulan sampai 6
bulan
1. Tapa 477 105 35 4
2. Bulango 495 8 66 0
3. Bulango Selatan 488 59 26 0
4. Bulango Timur 379 38 25 4
5. Bulango Ulu 258 40 18 1
6. Kabila 1278 133 55 28
7. Botupingge 473 20 27 4
8. Tilongkabila 688 124 35 7
9. Toto Utara 561 65 33 4
10. Suwawa 536 20 46 4
11. Ulantha 231 31 15 0
12. Suwawa Selatan 398 77 25 4

23
Jumlah bayi
Jumlah Balita Jumlah Jumlah bayi eksklusif
No Puskesmas
yang di ukur Stunting usia 6 bulan sampai 6
bulan
13. Dumbayabulan 325 15 38 0
14. Suwawa Tengah 256 7 28 4
15. Pinogu 105 16 4 0
16. Bonepantai 702 43 143 6
17. Kabila Bone 741 46 48 40
18. Tumbulilato 489 4 20 11
19. Bone 516 29 9 1
20. Bulawa 365 36 54 4
Jumlah 9860 916 750 126

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah balita yang di ukur di 20
puskesmas yaitu berjumlah 9.860 dengan jumlah stunting yaitu 916 balita dengan
presantasi sebesar 9,3%. Kemudian jumlah bayi usia 6 bulan di 20 puskesmas yaitu
sekitar 750 balita dengan jumlah bayi ekskluif sampai 6 bulan berjumlah 126 balita
dengan presentasi sebesar 16,8% Hal ini bisa menjadi masalah yang serius apabila
masalah mengenai stunting dan pemberian ASI eksklusif tidak di atasi dengan cepat
karena akan berpengaruh untuk generasi yang akan datang.
4.4 Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi, maka alternatif pemecahan
masalah yang dapat dilakukan, yaitu
1. Melakukan sosialisasi pada ibu hamil tentang gerakan pencegahan stunting
dan pemberian ASI Eksklusif sejak usia dini
2. Melakukan kegiatan penanganan stunting di Desa dengan pembangunan
Posyandu dan penyediaan makanan sehat untuk peningkatan gizi balita
3. Meningkatkan kegiatan mengenai manfaat ASI eksklusif, cara menyusui dan
makanan pendamping

24
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hasil Wawancara Terkait Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Kejadian
Stunting
BINKESMAS adalah Bina Kesehatan Masyarakat yang merupakan salah satu
bidang di lingkungan bidang kesehatan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
perencenaan, pembinaan, pengendalian, pengawasan kesehatan keluarga dan
peningkatan gizi masyarakat serta melaksanakan promosi kesehatan pada institusi
masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut BINKESMAS mempunyai
fungsi : (1) melaksanakan penyelenggaraan, bimbingan dan pengendalian
operasionalisasi untuk kesehatan keluarga, meliputi kesehatan ibu, kesehatan anak,
kesehatan reproduksi dan kesehatan usia lanjut, (2) melaksanakan penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendukung perumusan kebijakan
kabupaten, (3) melaksanakan pengelolaan surkesda skala kabupaten, (4) melakukan
implementasi penipisan iptek bidang pelayanan kesehatan skala kabupaten, (5)
penyelenggaraan kerjasama luar negeri skala kabupaten, (6) melaksankan pembinaan
monitoring evaluasi dan pengawasan skala kabupaten, (7) menyelenggarakan promosi
kesehatan dan pembinaan upaya kesehatan pada institusi masyarakat, (8)
menyelenggarakan pembinaan dan peningkatan status gizi keluarga dan masyarakat,
(9) penyelenggaraan surveilens dan penanggulangan masalah gizi skala kabupaten.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh ibu Dewi Susan Poha
S.KM selaku pengelola program gizi di Dinas Kesehatan Bone Bolango tentang
program pencegahan stunting yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan memang tidak
ada tetapi program tersebut sudah di berikan tanggung jawab kepada Puskesmas di
tiap kecamatan untuk turun langsung di masyarakat dalam penanganan stunting

25
dengan memberikan makanan tambahan bergizi bagi balita yang di katakan stunting.
Selanjutnya, data stunting di tahun 2022 berjumlah 1190 balita dan pada tahun 2023
di adakan gelar timbang oleh Dinas Kesehatan Bone Bolango dan di dapatkan
stunting mengalami penurunan sebesar 9% dengan jumlah 790 balita.
Hubungan pemberian ASI Eksklusif terhadap kejadian stunting tentu memiliki
hubungan karena bayi usia 0-6 bulan jika tidak diberikan ASI Eksklusif dan diberikan
MPSI daya tahan tubuh bayi akan menurun dan hal itu menyebabkan kejadian
stunting. Pemberian ASI Eksklusif dapat mencegah terjadinya stunting atau gagal
tumbuh karena ASI terdapat kandungan laktoferin yang berfungsi sebagai pengikat
besi untuk menghambat pertumbuhan bakteri, selain itu juga di dalam ASI terdapat
enzim perioksidase yang berfungsi sebagai penghancur pathogen.
Menurut Mufdilillah (2017) ASI adalah Air Susu yang dihasilkan oleh ibu dan
mengandung semua zat gizi yang di perlukan oleh bayi untuk kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya di beri
ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, madu, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, dan nasi selama 6 bulan.
Menurut Indrawati (2016) keberhasilan ASI yang sesuai dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak. bayi yang tidak mendapatkan ASI dengan
cukup berarti memiliki asupan gizi yang kurang baik dan dapat menyebabkan
kekurangan gizi. Menurut Locitasari (2015) menyatakan bayi yang mendapat susu
formula memiliki risiko 5 kali lebih besar mengalami pertumbuhan yang tidak baik
pada bayi usia 0-6 bulan dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI Eksklusif.

26
BAB VI
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Stunting adalah gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi, dimana dalam
jangka pendek dapat meyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme,
dan pertumbuhan fisik pada anak.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI atau air susu ibu untuk bayi sejak baru
lahir hingga berumur 6 bulan tanpa digantikan oleh minuman serta makanan lain
Pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu factor penyebab kejadian stunting
pada balita. Balita yang tidak diberikan Asi secara eksklusif berpeluang 6,83 kali
lebih besar menderita stunting dari pada balita yang diberikan ASI secara eksklusif.
Dinas Kesehatan Bone Bolango dalam penanganan stunting cukup berhasil
karena pada tahun 2022 sampai 2023 stunting mengalami penurunan yang sangat
signifikan dari 1190 balita yang mengalami stunting turun menjadi 781 balita.
7.2 Saran
1. Diharapkan agar Dinas Kesehatan melakukan program gizi intervensi spesifik
dalam upaya pencegahan stunting sehingga kegiatan (Program) yang sudah ada
dapat ditingkatkan kualitasnya.
2. Memberikan edukasi kepada tenaga kesehatan terutama bidan dan petugas gizi di
Puskesmas agar dapat memberikan penjelasan kepada orang tua bayi dan calon
orang tua mengenai factor-faktor yang dapat menyebabkan stunting seperti pola
asuh dan pemberian ASI eksklusif

DAFTAR PUSTAKA
Gibney, M.J., et al. 2010. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

27
KEMENKES RI. 2018. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan Topik Utama
Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Setyawati, 2012.Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif dengan


Pemberian ASI Eksklusif. Di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten
Semaran Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah


Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Wahyuningsih, H. P. (2018). Asuhan kebidanan nifas dan Menyusui. Kemenerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Locitasari, Y. (2015). Perbedaan Pertumbuhan Bayi Usia 0-6 Bulan yang Diberi ASI
Eksklusif dengan yang Diberi Susu Formula di Kecamatan Ngawi. Skripsi.

Mufdlilah. (2017). Buku Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui pada Program ASI
Eksklusif. Yogyakarta.

Indrawati, S., & Warsiti. (2016). Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada anak usia 2-3 tahun di Desa Karangrejek Wonosari
Gunungkidul.

28
DOKUMENTASI

29
Lampiran 1
Lampiran 2

You might also like