UNIVERSITAS HASANUDDIN 2023 Rokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar didunia. Merokok merupakan suatu perilaku yang telah menjadi kebiasaan pada Masyarakat yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari diberbagai tempat dan kesempatan. Penelitian telah mencatat bahwa prokok diseluruh dunia telah mencapai 1,1 miliar orang. Sementara tahun 2019, kematian orang akibat rokok mencapai 8 juta orang. WHO memperkirakan jumlah perokok yang tersebar di Indonesia sampai tahun 2025 yakni meningkat hingga mencapai 90 juta orang bahkan 45% dari jumlah populasi menganggap bahwa rokok merupakan suatu kebutuhan. Kawasan Tanpa Rokok merupakan area terlarang yang didalamnya tidak boleh ada sama sekali aktivitas merokok. Begitu pula dengan segala kegiatan produksi dan distribusi rokok seperti membuat, menjual, mengiklankan maupun atau mempromosikan rokok. Dalam hal itu WHO menawarkan strategi untuk mengatasi masalah yang diakibatkan oleh rokok yaitu dengan paket intervensi kebijakan “Cost-Effective” MPOWER untuk mengendalikan konsumsi rokok salah satunya, perlindungan terhadap paparan asap rokok (Protect People From Tabacco Smoke). Salah satu Kebijakan pengendalian tembakau yang lain adalah terlaksananya Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau penggunaan rokok. Upaya bentuk pengendalian tembakau telah berhasil di laksanakan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Dimana pasal 113 menyatakan bahwa tembakau mengandung zat adiktif. Dan pasal 115 mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok. Adapun ruang lingkup Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang ditetapkan dalam peraturan bersama ini sesuai dengan yang diatur oleh UU No.36 Tahun 2009, antara lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat belajar mengajar, tempat ibadah, tempat bermain anak, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan. Dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 188/ Menkes/ Pb/ I/ 2011. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 dibuat dengan tujuan untuk memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan KTR, memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya asap rokok, memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat, dan melindungi kesehatan secara umum dari dampak buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam keadaan tertentu, pengolahan gedung termasuk dalam ruang lingkup KTR dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok sebagaimana diatur dalam pasal 5 asalkan memenuhi syarat, antara lain; Merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik Terpisah dari gedung/ tempat/ ruang utama dan ruang lain yang digunakan untuk beraktifitas; Jauh dari pintu masuk dan keluar; jauh dari tempat orang berlalu-lalang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 mewajibkan kepada Pemerintah Daerah untuk menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya. Pemerintah Kabupaten Bone Bolango mengeluarkan peraturan terbaru berupa Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2016. Peraturan pelaksanaan kawasan tanpa rokok oleh pemerintah Kabupaten Bone Bolango, di dalam peraturan ini, telah disebutkan bahwa pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di setiap wilayahnya. Kawasan tanpa rokok antara lain: Fasilitas pelayanan kesehatan Suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/ atau Masyarakat. Tempat proses belajar mengajar Adalah gedung yang digunakan untuk kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan/ atau pelatihan. Tempat anak bermain area tertutup maupun terbuka yang digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak. Tempat ibadah Bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk masing masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga. Angkutan umum Alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa kendaraan darat, air,dan udara yang penggunaannya biasanya dengan kompensasi. Tempat kerja tiap ruangan atau lapangan tertutup, bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha. Tempat umum semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat umum dan/ atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat. Tempat lainnya yang ditetapkan adalah tempat tempat tertentu yang belum masuk dalam aturan ini namun kemudian ditetapkan menjadi Kawasan Tanpa Rokok. Regulasi kawasan tanpa rokok adalah mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Pada tempat-tempat yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dipasang pengumuman dan tanda larangan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan/ atau pengggunaan rokok. Pimpinan atau penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok (KTR) wajib melakukan pengawasan terhadap setiap orang atau badan yang berada di Kawasan Tanpa Rokok yang menjadi tanggung jawabnya. Pelaksanaan Kebijakan KTR tidak terlepas dari komitmen Kepala Daerah, bentuk komitmen itu terlihat dari kegiatan pemantauan secara rutin, dan memberikan teguran kepada warga yang tidak mengindahkan peraturan tersebut, seperti di Kota Padang Panjang penerapan KTR ini sudah dapat melarang adanya iklan rokok di sepanjang kota, bahkan juga sudah menunjuk institusi kesehatan dan pendidikan sebagai pelopor dari KTR, walaupun warga masih ada yang merokok, tapi penerapan KTR ini sudah dapat menurun kanperokok aktif. Dari hasil analisa adanya paparan asap rokok yang terhirup orang lain itu sangat sering terjadi. Bahkan kejadian ini sering terjadi di tempat umum. Sedangkan paparan asap rokok orang lain mengandung kandungan berbahaya dalam tubuh. Jadi perlunya pengendalian asap rokok dengan Implementasi Kawasan Bebas Rokok. Dampak perokok pasif pada orang dewasa yang mempunyai bukti cukup terhadap kesehatan. Penetapan Kawasan tanpa asap rokok bertujuan untuk melindungi Masyarakat dari ancaman gangguan Kesehatan akibat asap rokok. Sebuah riset mengungkapkan bahwa rokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. bahkan, diperkirakan 1 dari 10 orang dewasa di dunia meninggal akibat asap rokok. Asap rokok sendiri dapat memicu 25 macam penyakit, antara lain penyakit saluran pernapasan, penyakit pembuluh darah, impotensi hingga kanker. Oleh karena itu, kehadiran Kawasan tanpa asap rokok penting untuk: 1. Melindungi kesehatan dari bahan karsinogenik maupun zat adiktif dalam produk tembakau, yang dapat mengakibatkan penyakit, penurunan kualitas hidup, serta kematian 2. Melindungi anak, remaja, wanita hamil, serta masyarakat usia produktif dari keinginan untuk menggunakan produk tembakau termasuk rokok, serta potensi ketergantungannya 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap manfaat hidup tanpa merokok, serta bahaya merokok 4. Melindungi kesehatan masyarakat dari asap rokok orang lain.