You are on page 1of 30

“MODEL KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DALAM KURIKULUM 2013”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Telaah Kurikulum MI

Dosen Pengampu Ibu Siti Zulaiha, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 6
PGMI 5A
1. Ade Sintia (21591002)
2. Yogi Andrian Syafitri (21591243)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Model Kurikulum
Berbasis Kompetensi dalam Kurikulum 2013” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Telaah Kurikulum MI. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang model kurikulum 2013 bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Siti Zulaiha, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah
Telaah Kurikulum MI yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami.

Oleh karena itu, kami senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak guna penyempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat memberi
apresiasi kepada pembaca dan utamanya kepada kelompok kami sendiri. Selain itu, semoga
makalah ini dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikumwarahmatullahi wabarakatuh.

Curup, 30 September 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pengertian Kurikulum 2013.........................................................................................


B. Model Pengembangan Kurikulum 2013.......................................................................
1. Rasional..................................................................................................................
2. Landasan Pengembangan.......................................................................................
3. Elemen Kurikulum 2013........................................................................................
4. Standar Kompetensi Lulusan..................................................................................
5. Standar Isi...............................................................................................................
6. Strategi dan Metode Pembelajaran.........................................................................
7. Evaluasi Pembelajaran...........................................................................................
8. Pengelolaan Kelas .................................................................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi, pengembangan
kurikulum 2013 diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari
Standar Kelulusan (SKL). Penyusunan kurikulum 2013 dimulai dengan menetapkan
standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik dan tujuan pendidikan
nasional. Kurikulum 2013 ditetapkan menjadi alat penyelenggara pendidikan pertama
kali pada tahun ajaran 2013/2014. Sebagai suatu konsep kurikulum baru, kurikulum
ini tidak dapat diterapkan dengan universal dan cepat, sehingga masih sedikit sekolah
yang menerapkan kurikulum 2013. Penerapan kurikulum 2013 menimbulkan kendala
yang dihadapi oleh sekolah, guru dan peserta didik. Penambahan jam pelajaran per
minggu akan menyulitkan pihak sekolah untuk mengembangkan kurikulum. Pada
sekolahsekolah swasta, kurikulum baru jelas menimbulkan beban baru bagi yayasan,
karena harus memfasilitasi peningkatan kualitas guru lewat pelatihan, pengadaan
perpustakaan yang lengkap, dan pendidikan tambahan agar guru dapat
mengimeplemtasikan kurikulum baru tersebut secara baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum 2013 berbasis kompetensi?
2. Bagaimana model pengembangan kurikulum 2013?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Kurikulum 2013 berbasis kompetensi.
2. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum 2013.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum 2013 Berbasis Kompetensi


Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) yang pernah diujicobakan pata tahun 2004. KBK atau (Competency Based
Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk
mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap)
dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Burke (1995) mengemukakan bahwa kompetensi diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah
menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. 1 Pengertian tersebut mengandung
arti bahwa kompetensi merupakan penguasaan terhadap suatu tugas keterampilan,
sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi
yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas
pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Untuk itu, kurikulum menuntut
kerja sama yang baik antara pendidikan dengan dunia kerja, terutama dalam
mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang perlu diajarkan kepada peserta
didik di sekolah.
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung
jawab.

1
Mulyasa, “Implementasi Pengembangan Kurikulum 2013”, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2014), hal 66
Menurut E. Mulyasa (2004) dalam bukunya yang berjudul Kurikulum
Berbasis Kompetensi menerangkan bahwa sedikitnya ada enam karakteristik Kuriku-
lum Berbasis Kompetensi, yaitu sistem belajar dengan modul, menggunakan
keseluruhan sumber belajar, pengalaman lapangan, strategi belajar individual,
kemudaha belajar, dan belajar tuntas.2
1. Sistem Belajar dengan Modul
Modul di sini adalah suatu paket kurikulum yang disediakan untuk belajar sendiri,
sedangkan yang dimaksud pengajaran modul di sini adalah pengajaran yang
sebagian atau seluruhnya didasarkan atas modul, misalnya seorang guru
menggunakan metode tradisional, akan tetapi juga menggunakan modul, baik itu
sebagian maupun secara keseluruhan. Tujuan dari pengajaran ini adalah untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivit pembelajaran di sekolah, baik waktu dan
fasilitas maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.
2. Menggunakan Keseluruhan Sumber Belajar
Menggunakan sumber belajar secara maksimal sangat dibutuhkan agar dalam
proses belajar mengajar tidak terjadi kevakuman, bukan hanya guru yang aktif
tetapi keaktifan peserta didik lebih diutamakan, selain itu untuk melengkapi,
memelihara dan memperkaya khazanah belajar, sumber belajar juga dapat
meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, yang sangat baik bagi guru
maupun peserta didik.
3. Pengalaman Lapangan
Dalam KBK lebih menekankan pada pengalaman lapangan yang dapat secara
sistematis melibatkan masyarakat dalam pengembangan program, aktivitas, dan
pembelajaran. Keterlibatan ini sangat penting karena masyarakat adalah dari
produk pendidikan, selain itu pengalaman lapangan ini dapat meng akrabkan
antara guru dengan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, karena dengan
keakraban tersebut dapat menambah kekuatan dan minat peserta didik terhadap
pelaksanaan pembelajaran dan terlindunginya guru terhadap rasa tidak senang
peserta didik.
4. Strategi Individual Personal
Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik, se-
dangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan keunikan peserta

2
Trianto Ibnu Badar at-Taubany Hadi Suseno, “Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di
Madrasah”, (Depok, Kencana, 2017), hal 83
didik (bakat, minat dan kemapuan). Dalam strategi ini tidak hanya sekadar
individu- alisasi dalam pembelajaran untuk memnuhi kebutuhan-kebutuhan
kognitif peserta didik, tetapi mencakup respons-respons terhadap perasaan pribadi
dan kebutuhan pertumbuhan psikososial peserta didik.
5. Kemudahan Belajar
Kemudahan belajar di sini diberikan melalui kombinasi antara pembelajaran in-
dividual dengan pengalaman pembelajaran dan pembelajaran secara tim. Hal
tersebut dilakukan melalui berbagai media komunikasi yang dapat didayagunakan
secara tim.

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan


kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini
mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk
perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. 3 Kegiatan
pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-
kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat,
setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing. terdapat tiga yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan Kurikulum 2013 berbasis kompetensi, yaitu
penetapan kompetensi yang akan dicapai, pengembangan strategi untuk mencapai
kompetensi, dan evaluasi. Kompetensi yang ingin dicapai merupakan pernyataan
tujuan (goal statement) yang hendak diperoleh peserta didik, menggambarkan hasil
belajar (learning outcomes) pada aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap.
Strategi mencapai kompetensi adalah upaya untuk membantu peserta didik dalam
menguasai kompetensi yang ditetapkan, misalnya: membaca, menulis, mendengarkan,
berkreasi, dan mengobservasi, sampai terbentuk suatu kompetensi. Sedangkan
evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap pencapaian kompetensi bagi setiap
peserta didik.

3
Mulyasa, “Implementasi Pengembangan Kurikulum 2013”, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2014), hal 68
B. Model Pengembangan Kurikulum 2013
1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan
yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.4
a. Tantangan internal
Tantangan internal terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan
tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan. standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk
Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Sumber Daya
Manusia usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan
keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya.
Namun, apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan
menjadi beban pembangunan. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia
produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak
berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk
usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020- 2035 pada saat
angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu, tantangan besar yang dihadapi
adalah bagaimana mengupayakan agar Sumber Daya Manusia usia produktif
yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi Sumber Daya Manusia
yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan.
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain
berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa
depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta
berbagai fenomena negatif yang mengemuka.
1) Tantangan masa depan antara lain globalisasi, kemajuan teknologi
informasi.
2) Kompetensi masa depan antara lain kemampuan berkomunikasi,
kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan menjadi warga negara
4
Deri Wanto, “Pengembangan Kurikulum”, (Bengkulu, Andhra Grafika, 2022), hal 184
yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran
terhadap pandangan yang berbeda, dan memiliki kesiapan untuk bekerja.
3) Persepsi masyarakat antara lain terlalu menitikberatkan pada aspek
kognitif. beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter.
4) Perkembangan pengetahuan dan pedagogi antara lain Neurologi,
Psikologi. Observation based [discovery] learning dan Collaborative
learning. Fenomena negatif antara lain perkelahian pelajar, narkoba,
korupsi, plagiarisme, dan kecurangan dalam ujian.
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan
dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir dalam
proses pembelajaran Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan
pola pikir sebagai berikut.
1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan
terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.
2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam,
sumber/media lainnya).
3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja
yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).
4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains).
5) menjadi belajar kelompok (berbasis tim).
6) Pola pembelajaran tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia.
7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap
peserta didik.
8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines). Dan
9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
2. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Pembahasan kerangka Kurikulum 2013 meliputi landasan filosofis, landasan
teoretis, dan landasan yuridis (Kemdikbud, 2012).5
a. Landasan Filosofis
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi
manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan
nasional. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan
menggunakan filosofi sebagai berikut.
1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Kurikulum 2013 mengembangkan
pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini
dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan
kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang
peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Proses
pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir
rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna
terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya
berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai
dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta
didik.
3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan
nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
intelektual dan kecemerlangan akademik.
4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
Jebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,

5
Ibid hal 178
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik.
b. Landasan Teoretis
Landasan teoretik memberikan dasar-dasar teoretik pengembangan
kurikulum sebagai dokumen dan proses. Landasan empirik memberikan
arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di lapangan.
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori "pendidikan berdasarkan standar"
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency- based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan
adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci
menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar seluasluasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru
(taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di madrasah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar
langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,
sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.6
c. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar
untuk pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya
pengembangan kurikulum baru.

Landasan yuridis Kurikulum 2013, antara lain:


1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional:

6
Trianto Ibnu Badar at-Taubany Hadi Suseno, “Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di
Madrasah”, (Depok, Kencana, 2017), hal 150
3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.7

3. Elemen Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum
berbasis kompetensi outcomes-based curriculum dan oleh karena itu
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum
diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai
pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh
peserta didik.8
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Kurikulum 2013 mengusung
empat elemen perubahan dari delapan standar nasional pendidikan (SNP), yaitu
standar kompetensi lulusan (SKL), standar isi, standar proses, dan standar
penilaian. Meski demikian, dengan perubahan pada empat SNP tersebut, akan
pula membawa perubahan terhadap empat SNP yang lain, yaitu standar
pendidikan dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar sarana-
prasarana, dan standar pembiayaan sebagai komponen pendukungnya.
a. Standar Kompetensi Lulusan
Berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, standar
kompetensi lulusan dirumuskan sebagai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus
dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan tertentu. SKL
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta
didik yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok
mata pelajaran. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,
7
Deri Wanto, “Pengembangan Kurikulum”, (Bengkulu, Andhra Grafika, 2022), hal 180
8
Trianto Ibnu Badar at-Taubany Hadi Suseno, “Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di
Madrasah”, (Depok, Kencana, 2017), hal 114
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana pengelolaan, dan
standar pembiayaan. dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar
pembiayaan. Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard
skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
SKL yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata
pelajaran dikembangkan dari SKL.
b. Standar Isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar,
kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.
c. Standar Proses
Standar proses adalah standar yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang. Untuk satuan pendidikan
perlu melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien
sebagai berikut:
1) Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi, diubah menjadi Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta;
2) Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan
sekolah dan masyarakat;
3) Guru bukan satu-satunya sumber belajar;
4) Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan;
5) Dilaksanakan melalui Tematik Terpadu untuk semua mapel, kecuali PAI
dan BP (untuk tingkat SD). Pendekatan ilmiah ditekankan pada semua
proses pembelajaran. Pendekatan ilmiah (scientific approach) meliputi:
observing, questioning, exploring/eksperimenting, associating dan
communicating.
d. Standar Penilaian
Standar Penilaian adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian pada mata pelajaran menurut kurikulum 2013 ditekankan pada
penilaian autentik dengan kriteria:
1) Penilaian berbasis kompetensi
2) Pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil);
3) Penilaian tdk hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL.

4. Standar Kompetensi Lulusan


Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun
Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Atas dasar rumusan tersebut, maka Kurikulum 2013 menghendaki
peningkatan dan keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk
membangun soft skills dan hardskills yang meliputi aspek kompetensi sikap
(attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). 9 Dalam rangka
mewujudkan keseimbangan antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik, maka perumusan SKL mempertimbangkan berbagai aspek yang meliputi
peserta didik, keluarga, satuan pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya bangsa
dan negara serta dunia (percaturan gobal). Dengan demikian, diharapkan bahwa
peserta didik akan memperoleh wawasan yang luas setelah mereka menyele.
saikan pendidikannya dan terjun di masyarakat.

9
Trianto Ibnu Badar at-Taubany Hadi Suseno, “Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di
Madrasah”, (Depok, Kencana, 2017), hal 115
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi parameter utama
untuk merumuskan standar nasional pendidikan sebagaimana yang diamanatkan
oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Pasal 35 sebagai berikut:
1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan, dan pen laian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala. Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan
pengembangan
2) kurikulum tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan.
3) Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan
pen capaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.
4) Ketentuan mengenai standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Fungsi standar nasional pendidikan adalah untuk penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan
yang dituangkan dalan standar kompetensi lulusan.
Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) standar
nasional pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan:
Standar Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi
pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapatlah disimpulkan, bahwa standar
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau
dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang madrasah ibtidaiyah,
madrasah tsanawi yah, dan madrasah aliyah. Standar Kompetensi Lulusan juga
dimaknai sebagai kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan. dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan
digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses,
standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan
peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa
belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang madrasah ibtidaiyah, madrasah
tsanawiyah, dan madrasah aliyah. Untuk mengetahui ketercapaian dan
kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing
satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan
tertentu perlu dilakukan monitoring evaluasi secara berkala dan berkelanjutan
dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi
digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempur naan Standar Kompetensi
Lulusan di masa yang akan datang.

5. Standar Isi
Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik
yang harus dipenuhi atau dicapai pada suatu satuan pendidikan dalam jenjang dan
jenis pendidikan tertentu dirumuskan dalam Standar Isi untuk setiap mata
pelajaran.10
Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam
domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh
karena itu, Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup
dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan
pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Kurikulum 2013 mengusung pola baru dalam perumusan kompetensi.
Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata
pelajaran dikembangkan dari kompetensi.
Selain itu kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:

10
Ibid hal 116
1) Isi atau konten kurikulum, yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) kelas dan diperinci lebih lanjut dalam Kompetensi
Dasar (KD) mata pelajaran.
2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompe tensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus
dimiliki seorang peserta didik setiap kelas melalui pembelajaran KD yang
diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu
untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
4) Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada
ranah sikap, sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan
intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)
Kompetensi Dasar, yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan
untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
sal- ing memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal)
7) Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI)
atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK).
Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas
tersebut.
8) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang
untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

6. Strategi dan Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013


a. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Adapun jenis strategi atau model pembelajaran dalam
Kurikulum 2013 sebagai berikut : 11
1) Strategi discovery learning (Penyingkapan Pembelajaran)
Strategi discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi
sendiri.
2) Strategi Inkuiri learning (Penyelidikan Pembelajaran)
Strategi Inkuiri learning didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge,
1973) sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk
melakukan eksperimen sendiri. Dalam arti luas ingin melihat apa yang
terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan
mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan
yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.
3) Strategi Problem Based Learning (PBL) (Pembelajaran Berbasis Masalah)
Strategi Problem Based Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta
didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan
memperoleh pengetahuan.
4) Strategi Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek)
Strategi Project Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi,
penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan
berbagai bentuk hasil belajar.
5) Strategi Saintifik Learning (Pembelajaran Ilmiah)
Strategi Saintifik Learning adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

11
Parboaboa, 2022, jenis-jenis strategi pembelajaran, diakses 30 september 2023
https://parboaboa.com/jenis-jenis-strategi-pembelajaran
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Tujuan dari pemakaian jenis-jenis strategi pembelajaran adalah agar
tercapai standar kompetensi kelulusan. Kompetensi kelulusan meliputi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah atau
scientific maka diperlukan strategi pembelajaran berbasis
menyingkap/penelitian (discovery/inquiry learning) Sedangkan untuk
mendorong peserta didik guna menghasilkan karya nyata, baik individu
maupun kelompok maka strategi penbelajaran berbasis proyek (project based
learning) sangat ditekankan.
b. Metode Pembelajaran
Secara singkat, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
sistematis yang terdiri dari langkah-langkah untuk mengefektifkan
pembelajaran. Secara harfiah, metode dapat disebut juga dengan cara. jadi
metode adalah cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Berdasarkan pengertian itu, maka metode pembelajaran adalah cara
kerja sistematis yang memudahkan pembelajaran karena memakai
implementasi spesifik yang terdiri dari langkah-langkah konkret. Tujuannya
agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan tentunya memberikan
dampak yang positif. Adapun macam-macam Metode Pembelajaran
Kurikulum 2013 sebagai berikut : 12
1) Metode Pembelajaran Examples non Examples, Metode
menginstruksikan pada para siswa menganalisis gambar secara
berkelompok lalu mendiskusikan hasilnya. Langkah-langkah dari metode
ini:
 Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran
 Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan melalui
proyektor
 Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan atau menganalisa gambar
12
Depublist.2021: 10 metode pembelajaran kurikulum 2013, diakses 30 september 2023
https://penerbitdeepublish.com/metode-pembelajaran/
 Melalui diskusi kelompok dengan jumlah 2-3 orang siswa, hasil
diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
 Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
 Guru menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
 Penutup; guru memberikan kesimpulan
2) Metode Pembelajaran Picture and Picture, Dengan metode ini, siswa akan
mengurutkan gambar berseri yang disusun secara acak. Sembari
mengurutkan siswa diminta untuk memaparkan alasan pengurutannya.
Langkah-langkahnya metode picture and picture adalah:
 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
 Menyajikan materi sebagai pengantar
 Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi
 Guru menunjuk atau meminta siswa secara bergantian untuk
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
 Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar yang
ditentukan oleh siswa
 Dari alasan dan urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
 Penutup
3) Metode Naskah Kooperatif mengajak peserta didik bekerja berpasangan
dan bergantian untuk menjadi pembicara dan pendengar. Langkah-
langkahnya meliputi:
 Guru membagi siswa untuk berpasangan
 Guru memberikan materi kepada tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan
 Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
 Pembicara bertugas membacakan hasil meringkasnya dengan cara
menyampaikan ide pokok. Sementara itu, pendengar menyimak
penjelasan pembicara. Jika diperlukan, pendengar bisa membantu
atau mengoreksi pembicara lalu menghubungkan materi sebelumnya
dengan materi yang dibacakan
 Pembicara dan pendengar bertukar peran dan melakukan hal
sebaliknya
 Guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama dengan siswa
dan sesi belajar pun ditutup
4) Metode Pembelajaran Jigsaw (Metode Tim Ahli), Langkah-langkah
metode Jigsaw adalah sebagai berikut:
 Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota
 Setiap anggota dalam tim diminta untuk menjadi seorang ahli
 Semua tim ahli dari tim yang berbeda berkelompok dan membentuk
tim ahli untuk berdiskusi dan mempelajari materi yang sama
 Masing-masing tim ahli akan kembali ke kelompok mereka untuk
membagikan keahliannya pada tim asal tersebut
 Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
 Guru memberikan evaluasi
 Penutup
5) Metode Problem Based Introduction (PBI), Pembelajaran berbasis
masalah dilaksanakan dengan cara memberikan permasalahan yang harus
dipecahkan oleh peserta didik. Langkah-langkah metode pembelajaran ini
adalah :
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan logistik yang dibutuhkan
 Guru memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah
yang dipilih
 Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
 Guru mendorong siswa agar mengumpulkan data dan informasi yang
sesuai dengan masalah.
 Siswa melaksanakan penelitian atau eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah berdasarkan pengumpulan data
dan hipotesis dari eksperimen/penelitian.
 Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan
temannya
 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penelitian mereka
 Penutup

7. Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2013


Evaluasi dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan analisis dan
penafsiran yang sistematis untuk menentukan sampai sejauh mana peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran seperti yang dinyatakan dalam
kurikulum. Evaluasi kurikulum dimaksud untuk memeriksa kinerja
kurikulum secara keseluruhan di tinjau dari berbagai kriteria. Indikator
kinerja yang di evaluasi tidak hanya terbatas pasa efektvitas saja, namun
juga relevansi, efesiensi profram.
Penilaian dilakukan secara holistik meliputi aspek sikap, pengetahuan
dan keterampilan untuk setiap jenjang pendidikan, baik selama
pembelajaran berlangsung (penilaian proses) maupun setelah pembelajaran
usai dilaksanakan (penilaian hasil belajar). Pada jenjang pendidikan dasar,
proporsi pembinaan karakter lebih diutamakan dari pada proporsi
pembinaan akademik.
Penilaian di SD/MI dilakukan dalam berbagai teknik untuk semua
kompetensi dasar yang dikategorikan dalam tiga aspek, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.13
a. Sikap
1). Contoh muatan KI-1 (sikap spiritual) antara lain:
a) Ketaatan beribadah
b) Berperilaku syukur
c) Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
d) Toleransi dalam beribadah

2). Contoh muatan KI-2 (sikap sosial) antara lain:


a) Jujur
b) Disiplin
c) Tanggung jawab
13
Lies, K. 2017. Sistem pengolahan kelas di Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam IqraÔ 11 (2): 2017
d) Santun
e) Peduli
f) Percaya diri
g) Bisa ditambahkan lagi sikap-sikap yang lain sesuai kompetensi
dalam pembelajaran, misalnya : kerja sama, ketelitian,
ketekunan, dll
Penilaian apek sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri,
penilaian antarteman, dan jurnal.
1) Observasi, Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format
observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun diluar pembelajaran.
2) Penilaian Diri, Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan
dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian diri.
3) Penilaian Antarteman, Merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap
dan perilaku keseharian peserta didik. Instrumen yang digunakan
berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
4) Jurnal Catatan Guru, Merupakan catatan pendidik di dalam dan di
luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan
dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan
perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang
berkesinambungan dari hasil observasi.
b. Pengetahuan
Aspek Pengetahuan dapat dinilai dengan cara berikut:
1) Tes tulis, Tes tulis adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis
berupa pilihan ganda, isian, Benar-salah, menjodohkan, dan
uraian.
2) Tes Lisan, Tes lisan berupa pertanyaan- pertanyaan yang
diberikan guru secara ucap (oral) sehingga peserta didik
merespon pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga
menimbulkan keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase,
kalimat maupun faragraf yang diucapkan.
3) Penugasan, Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh
pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara
individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik
tugasnya.
c. Keterampilan
Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut:
1) Kinerja atau Performance, adalah suatu penilaian yang meminta
siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang
sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat
musik, menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran,
menari. Contoh penilaian tes performance atau kinerja akan
diberikan pada bab Implementasi pada bab selanjutnya.
2) Projek, Penilaian Projek merupakan penilaian terhadap tugas yang
mengandung investigasi dan harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan. Projek juga akan memberikan informasi
tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran
tertentu, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan,
dan kemampuan siswa untuk mengomunikasikan informasi.
Penilaian projek sangat dianjurkan karena membantu
mengembangkan ketrampilan berpikir tinggi (berpikir kritis,
pemecahan masalah, berpikir kreatif) peserta didik . misalnya
membuat laporan pemanfaatan energy di dalam kehidupan,
membuat laporan hasil pengamatan pertumbuhan tanaman.
3) Portofolio, Penilaian dengan memanfaatkan Portofolio merupakan
penilaian melalui sekumpulan karya peserta didik yang tersusun
secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan selama kurun
waktu tertentu. Portofolio digunakan oleh guru dan peserta didik
untuk memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan
dan keterampilan peserta didik dalam bidang tertentu. Dengan
demikian penilaian portofolio memberikan gambaran secara
menyeluruh tentang proses dan pencapaian hasil belajar peserta
didik.
8. Pengelolaan Kelas
a. Pengertian pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas secara umum dimaksudkan untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik sehingga tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien dapat dicapai. Untuk itu perlu
dipahami pengertian pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas terdiri dari
dua kata yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah pengelolaan berasal dari
kata berbahasa Inggris management yang berarti ketatalaksanaan, tata
pimpinan, pengelola. Menurut Arikunto (1990), pengertian umum
manajemen atau pengelolaan dalam adalah pengadministrasian,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas yaitu
sekelompok peserta didik pada waktu yang sama menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama.
Dari uraian tersebut dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah
suatu usaha sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran.
Karena itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun
terkadang kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan.
Tujuan pengelolaan kelas pada dasarnya telah terkandung dalam
tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah
penyediaan fasilitas yang menunjang bermacam-macam kegiatan
belajar peserta didik dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas.
b. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
1) Hangat dan antusias Hangat dan antusias diperlukan dalam proses
belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik
selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya
akan berhhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2) Tantangan. Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-
bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk
belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku
yang menyimpang. Tambahan lagi, akan dapat menarik perhatian
anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar mengajar.
3) Bervariasi. Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya
mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan
munculnya gangguan apa yang disebutkan diatas merupakan kunci
untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari
kejenuhan.
4) Keluwesan. Keluwesan tingkah laku untuk mengubah strategi
mengajarnya dan mencegah kemungkinan munculnya gangguan
anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5) Penanaman disiplin diri. Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah
anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu,
guru sebaliknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan
disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengenai pengendalian diri dan pelaksanan tanggung jawab. Jadi,
guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut
berdisiplin dalam segala hal.
c. Penataan Ruang Kelas
Bentuk dan ukuran tempat duduk yang digunakan sekarang
bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat diduduki oleh
bebrapa orang, ada pula yang hanya dapat diduduki oleh seorang
peserta didik. Sebaiknya tempat duduk peserta didik itu ukurannya
jangan terlalu besar agar mudah diubah-ubah formasinya. Ada
beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan. Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan cara
berdiskusi, maka formasi tempat duduknya sebaiknya berbentuk
melingkar. Jika pengajaran ditempuh dengan metode ceramah, maka
tempat duduknya sebaiknya memanjang ke belakang.
Kurikulum 2013 menetapkan bahwa pengaturan tempat duduk
peserta didik adalah secara berkelompok. Meja dan kursi di ruang
kelas diatur sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat duduk dalam
kelompok yang terdiri dari empat hingga enam orang peserta didik.
Pengaturan tempat duduk seperti ini memungkinkan peserta didik
saling menghadap, berdiskusi dan berinteraksi dengan anggota
kelompoknya selama jam pembelajaran berlangsung. Cara seperti ini
mendukung anjuran Kurikulum 2013 tentang penerapan metode
diskusi sebanyak mungkin selama proses belajar mengajar
berlangsung. Guru tidak lagi selalu berada di depan kelas. Melainkan,
guru didorong untuk aktif mengawasi dan membantu peserta didik
dengan berjalan berkeliling kelas mendekati kelompok-kelompok yang
membutuhkan penguatan, jawaban maupun penjelasan tambahan
tentang materi pelajaran yang sedang dibahas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung
jawab.
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan
kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini
mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk
perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. dalam
pengembangannya terdapat beberapa point dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini
diantara nya yaitu rasional, landasan pengembangan, elemen kurikulum, standar
kompetensi lulusan, standar isi, strategi dan metode pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, serta pengolaan kelas dalam kurikulum 2013.
B. Saran
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan pemakalah, demikianlah makalah
ini kami buat. Oleh karena itu, sudah pasti makalah ini memerlukan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi lebih baiknya makalah kami selanjutnya.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Aamiin .
DAFTAR PUSTAKA

Trianto Ibnubadar. 2017. Desain pengembangan kurikulum 2013 di


MADRASAH. Depok: PT kharisma putra utama.

Mulyasa. 2014. Implementasi pengembangan kurikulum 2013. Bandung:


Remaja rosdakarya

Deri wanto. 2022. Pengembangan kurikulum. Curup utara, rejang lebong


bengkulu. Andhra grafika

Parboaboa, 2022, jenis-jenis strategi pembelajaran, diakses 5 oktober 2023


https://parboaboa.com/jenis-jenis-strategi-pembelajaran

Depublist.2021: 10 metode pembelajaran kurikulum, diakses 5 oktober 2023


https://penerbitdeepublish.com/metode-pembelajaran/

Lies, K. 2017. Sistem pengolahan kelas di Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam


IqraÔ 11 (2) : 2017

You might also like