Professional Documents
Culture Documents
TUGAS ARTIKEL MANAJEMEN SDM I Putu Aditya Prawira Putra
TUGAS ARTIKEL MANAJEMEN SDM I Putu Aditya Prawira Putra
ABSTRACT
The Covid-19 pandemic has greatly affected various zones, especially the labor zone. The problem of
unemployment is still a special attention in Indonesia. Bali Province is a province that is famous for
its tourism in Indonesia but in reality there are still many unemployed in Bali. One of the triggers for
unemployment is the number of companies engaged in the tourism sector, for example what happened
at the trans resort bali hotel which carried out Termination of Work ties during the Covid-19
pandemic due to an emergency (force maeure). The research method used in this compilation uses
qualitative research methods. Procedures for collecting data by means of interviews and
observations. Qualitative research is descriptive and tends to use analysis. Process and meaning are
highlighted in qualitative research. The theoretical basis is used as a guide so that the research focus
is in accordance with the facts on the ground. A collection of information obtained by means of
interviews, field observations, news and other sources related to the problem. The results of the
research prove that it means that there are still many unemployed in the province of Bali, especially
unemployment caused by being laid off from the world of tourism such as hotels.
Kata kunci : Tourism, Unemployment, Employee, Hotel
ABSTRAK
Pandemik Covid- 19 sangat mempengaruhi terhadap bermacam zona spesialnya zona ketenaga
kerjaan. Permasalahan pengangguran hingga dikala ini masih jadi atensi spesial di Negeri
Indonesia. Provinsi Bali ialah provinsi yang terkenal dengan pariwisatanya di Indonesia hendak
namun realitanya masih banyak pengangguran di Bali. Salah satu pemicu pengangguran ialah
banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata contohnya yang terjadi di hotel the trans
resort bali yang melaksanakan Pemutusan Ikatan Kerja di masa pandemik Covid- 19 ini disebabkan
keadaan darurat (force maeure). Tata cara riset yang dicoba pada penyusunan ini memakai tata cara
riset kualitatif. Tata cara pengumpulan data dengan tata cara wawancara dan observasi. Kualitatif
merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan
makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu
agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Kumpulan informasi yang didapat dengan
tata cara wawancara, observasi lapangan, berita-berita serta sumber-sumber lain yang terkait
dengan permasalahan. Hasil riset membuktikan kalau berarti masih banyaknya pengangguran di
provinsi Bali terutama penganguran yang diakibatkan di phk dari dunia pariwisata seperti hotel.
Kata kunci : Pariwisata, Penganguran, Karyawan, Hotel
PENDAHULUAN
Saat ini, masalah utama Indonesia dalam hal ketenagakerjaan adalah tingginya jumlah
pengangguran. Isu pengangguran kerap menjadi perbincangan di berbagai media, khususnya
media elektronik. Dunia dihebohkan dengan pandemi Covid-19 sejak dimulai pada Maret
2019, dengan konsekuensi signifikan bagi kehidupan sosial, budaya, politik, pembelajaran,
dan ekonomi.
Dengan hadirnya pandemi Covid-19, sebagian besar industri berupaya mengurangi jumlah
pekerja/buruh guna menekan penyebaran virus Corona. Virus corona telah berdampak
signifikan pada industri pariwisata, dengan pengusaha, pekerja, dan penduduk semuanya
merasakan dampaknya. Dari sisi pekerja, ketika terjadi gelombang pemutusan hubungan
kerja (PHK), hal ini akan menyebabkan penurunan pendapatan yang merupakan hasil dari
kegiatan industri yang diasuransikan di sebagian besar daerah. Lingkungan ini memiliki
dampak besar pada kehidupan pekerja dan keluarganya.
Kehilangan jaminan kerja merupakan sesuatu yang sangat menakutkan bagi sebagian orang
terutama pekerja/buruh, karena dapat mengakibatkan hilangnya mata pencaharian. Pemutusan
hubungan kerja tidak boleh dilakukan secara sewenang-wenang, tetapi harus ada alasan yang
masuk akal sebelum karyawan diberhentikan. Termasuk memastikan para pekerja yang
diberhentikan tidak merasa ditipu oleh majikannya.
Sebelumnya diatur dalam UU No. Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja, dan pemerintah
semua berusaha untuk menghindari PHK. Keputusan untuk mengakhiri hubungan antara
kedua negara tidak dapat dihindari. Dalam pasal 151, perundingan tampaknya tidak akan
menghasilkan kesepakatan, karena pekerja/buruh telah memperoleh penetapan dari lembaga
penyelesaian perselisihan ikatan industrial. Setelah itu diubah menjadi nomor hukum. Dalam
pasal 151 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pengusaha, pekerja/buruh, serikat
pekerja/serikat buruh, dan Pemerintah semuanya bekerja keras untuk mencegah terjadinya
PHK.
Dalam Pasal 151 ayat 2 mengatakan kalau menimpa Pemutusan Ikatan Kerja tidak bisa
dihindari. Dalam pasal 151 ayat 3 mengatakan kalau dalam perihal pekerja/ buruh sudah
diberitahu serta menolak Pemutusan Ikatan Kerja, penyelesaian dalam perihal ini harus
dicoba lewat negosiasi bipartit antara pengusaha dengan pekerja/ buruh ataupun dengan hal :
Pasal 151 ayat 4 mengatakan kalau dalam negosiasi bipartit tidak menciptakan konvensi,
Pemutusan Ikatan Kerja dicoba melewati proses cocok dengan prosedur penindakan
perselisihan ikatan industrial.
Dalam pasal 151 A mengatakan pemberitahuan tidak butuh dicoba oleh pengusaha dalam
perihal:“ pekerja/ buruh mengundurkan diri atas keinginan sendiri; pekerja/ buruh serta
pengusaha berakhir ikatan kerjanya cocok dengan perjanjian kerja waktu tertentu; pekerja/
buruh menggapai umur pensiun cocok dengan perjanjian kerja, peraturan industri, ataupun
perjanjian kerja bersama; ataupun pekerja/ buruh wafat dunia.”. Ada PERDA Provinsi Bali
yang mengendalikan menimpa Pemutusan Ikatan Kerja, ialah PERDA Nomor 10 Tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Tenagakerjaan di pasal 61. Provinsi Bali sendiri realitanya jadi
provinsi dengan industry pariwisata yang populer. Oleh sebab itu kasus pengangguran di
Provinsi Bali saat ini masih dapat teratasi.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah kualitatif. Metode penelitian
kualitatif digunakan untuk mempelajari kondisi objek alam, dengan peneliti sebagai
instrumen kuncinya. Bedanya dengan penelitian kuantitatif adalah penelitian ini dimulai
dengan data, menggunakan teori yang ada sebagai bahan penjelas dan diakhiri dengan teori.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami subjek penelitian seperti perilaku, kognisi, motivasi, tindakan, dll. Secara
keseluruhan, melalui bentuk kata-kata dan bahasa, dalam lingkungan alam yang khusus,
dengan menggunakan berbagai metode alami untuk menggambarkan.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi observasi, wawancara, dan studi
dokumen. Observasi adalah teknik pengumpulan data secara langsung di lokasi penelitian,
wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan sumber,
dan studi dokumen adalah teknik yang mengandalkan dokumen sebagai sumber data untuk
mendukung penelitian.
PEMBAHASAN
2. Upah
Salah satu masalah utama yang mempengaruhi pekerja adalah perbedaan antara
pendapatan mereka dan kebutuhan yang harus mereka penuhi, seperti makanan,
tempat tinggal, dan perawatan medis. Inilah salah satu alasan gerakan protes
buruh mulai tumbuh kuat. Meningkatnya kebutuhan hidup menyebabkan mereka
menuntut gaji yang lebih tinggi dari majikan mereka. Investor asing tertarik pada
upah pekerja yang rendah di ekonomi kapitalis, karena upah ini membantu
membuat ekonomi ini lebih kompetitif. Pemerintah dalam bisnis menghasilkan
uang, dan ini adalah salah satu cara melakukannya. Kondisi tersebut membuat
pemerintah lebih cenderung berpihak pada investor. Dibandingkan dengan
pekerja yang merupakan rakyatnya sendiri, ketika terjadi krisis tenaga kerja, bos
bisa lebih kejam. Gaji yang rendah sering dikaitkan dengan rendahnya kualitas
sumber daya manusia. Penyelesaian permasalahan UMR dan UMD ini akan
membutuhkan usaha yang terus menerus, dan diharapkan kondisi dapat dibuat
sesempurna mungkin. Untuk memastikan bahwa pekerja menerima pendapatan
yang layak, pemerintah perlu menetapkan upah minimum. Penetapan upah
minimum antara lain dengan mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan
pekerja dalam beberapa tahun terakhir, dengan tetap mempertimbangkan
peningkatan produktivitas perusahaan dan perkembangan ekonomi secara
keseluruhan.. Pada awalnya upah minimum ditetapkan secara regional, atau yang
sering kita sebut dengan upah minimum regional. Sistem pengupahan ini
didasarkan pada biaya hidup di masing-masing daerah. Sebelum tahun 2000,
upah yang diberikan berbeda-beda tergantung di mana seseorang bekerja di
Indonesia. Untuk bagian negara yang berbeda, upah minimum yang harus
diterima oleh pekerja berbeda. Ada perbedaan yang signifikan dalam biaya hidup
bagi pekerja di berbagai wilayah negara. Namun, penentuan upah berdasarkan
wilayah ini tidak cukup akurat untuk mewakili biaya hidup di setiap
wilayah.Untuk itu pemerintah melakukan perubahan peraturan tentang upah
minimum. Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang
kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, maka
pemberlakuan Upah Minimum Regional (UMR) berubah menjadi Upah
Minimum Provinsi (UMP) atau upah minimum kabupaten/kota. Dengan adanya
peraturan baru ini, provinsi-provinsi di Indonesia mulai menyesuaikan upah
minimum regional di daerah mereka. Pajak penghasilan yang berhubungan
dengan upah minimum provinsi atau upah minimum kabupaten/kota diatur oleh
pemerintah melalui PP No. 5 Tahun 2003 mengenai Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan yang Diterima oleh Pekerja Sampai Dengan Sebesar Upah Minimum
Provinsi atau Upah Minimum Kabupaten/Kota. Peraturan ini dibuat berdasarkan
kenyataan bahwa masih banyak pekerja yang memperoleh penghasilan dalam
sebulan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak, namun masih di bawah atau
sebesar UMP. Akibatnya, pekerja tersebut dikenakan PPh pasal 21 atas
penghasilannya, sehingga mungkin mengurangi kesejahteraan pekerja yang
bersangkutan. Oleh karena itu, untuk penghasilan pekerja sampai dengan sebesar
UMP atau upah minimum, pajak penghasilan yang terutang atas penghasilan
tersebut ditanggung oleh pemerintah.
3. Kualitas
Kualitas tenaga kerja di Provinsi Bali terbilang sudah cukup baik. Namun, masih
juga terdapat tenaga kerja dengan kualitasnya yang rendah. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, yakni :
1) Pendidikan yang Rendah
Di dalam pendidikan terdapat unsur pengembangan, peningkatan, dan
pembinaaan untuk senantiasa meningkatkan keterampilan, kepribadian, dan
potensi yang dimiliki oleh seorang individu. Pendidikan yang tidak sesuai
standar akan sangat berpengaruh pada kehidupan individu. Jika usaha
penyiapan tenaga kerja melalui pendidikan ini tidak berjalan optimal atau
kualitasnya tidak sesuai, maka hasilnya adalah individu yang bermutu
rendah. Kecakapan individu ini akan sangat kurang memadai jika ia menjadi
tenaga kerja. Kecakapan seorang tenaga kerja pastinya berpengaruh pada
daya jualnya di pasar tenaga kerja serta dalam produktifitasnya ketika
manghasilkan barang dan jasa. Sayangnya, di Indonesia khususnya di Bali,
masih banyak tingkat pendidikan tenaga kerjanya masih tergolong rendah.
Upaya yang harus dilakukan pemerintah yaitu, meningkatkan kualitas
pendidikan dan memberikan pendidikan yang merata pada tiap-tiap wilayah
kabupaten.
2) Tidak Menguasai Teknologi
Penguasaan teknologi bermakna mempunyai kemampuan untuk
mengolah, memanfaatkan dan menggunakan teknologi dengan
optimal.Penguasaan teknologi juga sangat berpengaruh bagi kualitas
tenaga kerja. Jika seorang tenaga kerja mempunyai penguasaan teknologi
yang bagus, maka produktifitasnya akan meningkat pesat dan lebih
efisien. Sebaliknya, tenaga kerja yang tidak menguasai teknologi atau
dapat disebut dengan istilah gaptek atau gagap teknologi akan lebih kecil
prokdutifitasnya. Daya saing yang dimiliki oleh tenaga kerja yang gagap
teknologi akan kecil.
3) Terbatasnya Fasiltas Infrastruktur
Terbatasnya fasilitas-fasilitas infrastruktur akan mengakibatkan produksi
barang semakin rendah. Jika fasiltas infrastruktur atau alat yang hendak
dipergunakan terbatas, tenaga kerja terpaksa memilih membuatnya
dengan olahan tangan sendiri. Hal tersebut belum tentu beroleh hasil yang
bermutu tinggi, sehingga daya saing barang produksi tersebut kalah
banding dengan barang produksi daerah lain. Hal itulah yang
menyebabkan kualitas tenaga kerja Bali semakin rendah.
Dilihat dari seluruh aspek banyak sekali akibat dari PHK untuk para tenaga kerja ada
pula dampak- dampaknya selaku berikut:
Jurnal
Putri, Retno Karunia, et al. "Efek Pandemi Covid 19: Dampak Lonjakan Angka PHK
Terhadap Penurunan Perekonomian Di Indonesia." Jurnal Bisnis Manajemen dan Akuntansi
(BISMAK) 1.2 (2021): 72-77.
Soleh, Ahmad. "Masalah ketenagakerjaan dan pengangguran di Indonesia." Jurnal Ilmiah
Cano Ekonomos 6.2 (2017): 83-92.
Franita, Riska. "Analisa pengangguran di Indonesia." Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 1.3
(2016): 88-93.
Taniady, Vicko, et al. "PHK Dan Pandemi Covid-19: Suatu Tinjauan Hukum Berdasarkan
Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan Di Indonesia." Jurnal Yustisiabel 4.2 (2020): 97-
117.
Internet
VOA Indonesia, Kiat Pengusaha Hotel dan Villa Bertahan di Tengah Pandemi,
https://www.voaindonesia.com/a/kiat-pengusaha-hotel-dan-villa-bertahan-di-tengah-
pandemi-/6273186.html . Diakses pada 30 April 2022
Dinas Tenaga Kerja PEMKAB Buleleng, Masalah ketenaga Kerjaan di Propinsi Bali,
https://disnaker.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/masalah-ketenaga-kerjaan-di-
propinsi-bali-37. Diakses pada 30 April 2022